• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGENDALIAN PRA PROSES DAN PASCA PROSES

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGENDALIAN PRA PROSES DAN PASCA PROSES"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDALIAN PRA PROSES DAN PASCA PROSES

PRODUKSI PAKAN UNGGAS DI PT. JAPFA COMFEED

INDONESIA Tbk. UNIT GEDANGAN-SIDOARJO

LAPORAN KULIAH KERJA

Oleh

Fikri Arsyl Rambe NIM 111710101025

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

i

PENGENDALIAN PRA PROSES DAN PASCA PROSES

PRODUKSI PAKAN UNGGAS DI PT. JAPFA COMFEED

INDONESIA Tbk. UNIT GEDANGAN-SIDOARJO

LAPORAN KULIAH KERJA

diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Kuliah Kerja Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember

Oleh

Fikri Arsyl Rambe NIM 111710101025

JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(3)

ii

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

nama : Fikri Arsyl Rambe

NIM : 111710101025

menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan kuliah kerja yang

berjudul "Pengendalian Pra Proses dan Pasca Proses Produksi Pakan Unggas

di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan - Sidoarjo” adalah

benar–benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya dan belum pernah diajukan pada institusi manapun, serta

bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran

isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya

tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi

akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Jember, 04 Desember 2014

Yang menyatakan,

(4)

iii

PENGESAHAN

Laporan kuliah kerja yang berjudul “Pengendalian Pra Proses dan Pasca Proses

Produksi Pakan Unggas di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan - Sidoarjo” karya Fikri Arsyl Rambe, NIM 111710101025 telah diuji dan disahkan pada:

hari, tanggal : 04 Desember 2014

tempat : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember

Mengetahui,

Mengesahkan

Dekan

Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember Ketua Jurusan

Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Jember,

Ir. Giyarto, M.Sc NIP 196607181993031013

Dosen Pembimbing Kuliah kerja

Riska Rian F., SPt, MP. NIP 198509272012122001

(5)

iv PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya kepada penulis sehingga laporan kegiatan Kuliah Kerja dengan judul

"Pengendalian Pra Proses dan Pasca Proses Produksi Pakan Unggas di PT. Japfa

Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo” dapat diselesaikan. Laporan

ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan matakuliah

Kuliah Kerja di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember. Laporan ini

membahas penerapan sistem kontrol kualitas bahan baku, penyimpanan dan

penggudangan yang dilakukan dalam penanganan pra proses dan pasca proses

produksi pakan unggas.

Penyusunan laporan Kuliah Kerja ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Yuli Witono, S.TP. MP selaku Dekan Fakultas Teknologi

Pertanian Universitas Jember;

2. Bapak Ir. Giyarto, M. Sc. selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember dan dosen pembimbing

Kuliah Kerja yang telah meluangkan waktu, pikiran dan penuh perhatian

serta kesabaran memberikan bimbingan dan pengarahan demi

terselesaikannya penyusunan laporan Kuliah Kerja ini;

3. Ibu Riska Rian F., SPt, MP. selaku dosen pembimbing Kuliah Kerja yang

telah memberikan saran dan motivasinya selama Kuliah Kerja dan

penyusunan laporan ini;

4. Bapak Kries Hariono, SE dan Bapak Ery Wahyudi, ST selaku pembimbing

lapang Kuliah Kerja di PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan,

Sidoarjo yang telah membimbing kami selama pelaksanaan Kuliah Kerja;

5. Bapak Alen, Bapak Samsul, Bapak Rifa’I, Bapak Ilham, Ibu Yulia, Bapak Hidayat, Bapak Suharsono, Bapak Hartono, Bapak Juantri, semua staff

dan pekerja PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo

yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan informasi dan

(6)

v

6. Keluarga Ibu Lia yang menerima saya sebagai anak kosnya serta

senantiasa memberikan semangat, motivasi, dan do’a sehingga laporan ini

dapat terselesaikan dengan baik;

7. Teman-teman seperjuangan KK (Gozalli, Bhakti dan Dandy) yang telah

memberikan suasana kebersamaan dan keceriaan selama pelaksanaan KK;

8. Rekan-rekan THP ’11 BROTHERHOOD yang tetap semangat berjuang bersama.

Besar harapan penulis agar laporan ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi terkait

penerapan sistem kontrol kualitas bahan baku, penyimpanan dan penggudangan

yang dilakukan dalam penanganan pra proses dan pasca proses produksi pakan

unggas. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka

dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,

baik dari segi isi maupun bentuk susunannya. Semoga laporan ini dapat

membantu pembaca dalam memahami pengendalian pra proses dan pasca proses

produksi pakan unggas.

Jember, Desember 2014

(7)

vi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PRAKATA ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 3

1.2.1 Tujuan Umum ... 3

1.2.2 Tujuan Khusus ... 3

1.3 Manfaat ... 4

1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa ... 4

1.3.2 Manfaat Bagi Institusi ... 4

1.3.3 Manfaat Bagi Industri... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Pakan ... 5

2.1.1 Deskripsi Pakan ... 5

2.1.2 Nutrisi Pakan ... 6

2.2 Pemilihan Bahan Baku Pakan ... 8

2.3 Penentuan Kualitas Bahan Baku Pakan ... 9

2.4 Pengemasan ... 13

2.5 Penyimpanan Pakan ... 13

2.5.1 Kadar Air dan Daya Simpan ... 14

2.5.2 Kerusakan Pakan ... 15

(8)

vii

3.1 Tempat dan Waktu ... 16

3.1.1 Tempat ... 16

3.1.2 Waktu ... 16

3.2 Bentuk dan Sifat Kegiatan ... 16

3.3 Metode Kegiatan ... 16

3.3.1 Jenis dan Sumber Data ... 16

3.3.2 Metode Pengumpulan Data ... 16

3.4 Jadwal Pelaksanaan Kuliah Kerja ... 17

3.5 Penyusunan Laporan ... 18

BAB 4. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 19

4.1 Sejarah Berdirinya PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo ... 19

4.2 Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu Perusahaan ... 20

4.2.1 Visi ... 20

4.2.2 Misi ... 21

4.2.3 Kebijakan Mutu ... 21

4.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 21

4.4 Sumber Daya Manusia ... 22

4.4.1 Tenaga Kerja ... 22

4.4.2 Jam Kerja dan Shift Kerja ... 23

4.5 Proses Pengolahan Pakan Unggas ... 23

4.5.1 Penerimaan Bahan Baku ... 23

4.5.2 Kriteria Bahan Baku ... 24

4.5.3 Proses Produksi ... 25

BAB 5. PEMBAHASAN ... 28

5.1 Penerimaan Bahan Baku ... 28

5.2 Pengambilan Sampel (Sampling) Bahan Baku

...

32

5.2.1 Presampling ... 32

5.2.2 Sampel Unloading ... 34

5.2.3 Sampling Bahan Baku Cair dan Feed Additive ... 36

(9)

viii

5.4 Penyimpanan Bahan Baku

...

38

5.4.1 Pemeriksaan Identitas Bahan Baku ... 42

5.4.2 Pemeriksaan Pelaksanaan Sistem FIFO ... 43

5.4.3 Pemeriksaan Kualitas dan Temperatur Stok Bahan Baku ... 43

5.4.4 Pemeriksaan Jagung dalam Silo ... 44

5.4.5 Pemeriksaan Bahan Baku dalam Tangki ... 45

5.5 Pengendalian Kutu pada Bahan Baku ... 45

5.5.1 Spraying ... 46

5.5.2 Fogging ... 46

5.5.3 Fumigasi ... 47

5.6 Pengendalian Hama (Tikus)... 48

5.7 Penyimpanan Produk Jadi Pakan Unggas ... 48

5.8 Permasalahan dan Pemecahan Masalah ... 49

5.8.1 Pengadaan Bahan Baku ... 49

5.8.2 Pengambilan Sampel Bahan Baku ... 51

5.8.3 Kontrol Kualitas Bahan Baku ... 52

5.8.4 Penyimpanan Bahan Baku ... 53

5.8.5 Penyimpanan Pakan ... 56

BAB 6. PENUTUP ... 57

6.1 Kesimpulan ... 57

6.2 Saran

...

58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(10)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

3.1 Gambaran umum mengenai jadwal pelaksanaan Kuliah Kerja ... 18

4.1 Kriteria mutu bahan baku lokal layak terima ... 26

5.1 Kriteria mutu bahan baku lokal layak terima ... 31

(11)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

4.1 Struktur organisasi PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit Gedangan,

Sidoarjo. ... 22

4.2 Diagram pembuatan pakan unggas ... 27

5.1 Automatic sampler ... 32

5.2 Sampling manual ... 33

5.3 Unloading ... 35

5.4 Sampling bahan baku impor ... 36

5.5 Gambar penumpukan jenis bahan baku ... 41

(12)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

A. Surat keterangan diterima kuliah kerja... 62

B. Jurnal kegiatan ... 63

C. Rekaman kegiatan ... 65

D. Absensi kuliah kerja ... 68

E. Surat keterangan selesai kuliah kerja ... 69

F. Nilai kuliah kerja... 70

(13)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pakan merupakan faktor penting dalam usaha pemeliharaan ternak dan

peningkatan kualitas budidaya yang berimplikasi pada peningkatan profitabilitas

usaha. Pakan unggas merupakan salah satu komoditi penting yang digolongkan

dalam subsistem agribisnis hulu. Pertumbuhan unggas yang diharapkan

tergantung dari jenis pakan yang diberikan. Pakan yang diberikan haruslah

bermutu baik dan jumlahnya cukup. Ketersediaan pakan yang berkualitas dan

murah menjadi prasyarat bagi tumbuhnya industri peternakan yang baik. Jika

dilihat dari segi finansial, pakan merupakan faktor yang memiliki peranan paling

besar dalam hal biaya produksi dibandingkan dengan faktor lainnya, yang

mencapai 60-70%.

Produksi pakan tidak terlepas dari penanganan pra proses dan pasca

proses. Hal ini berkaitan dengan kontrol kualitas dalam produksi pakan. Pengujian

kualitas pakan memerlukan perhatian dan pelaksanaan yang serius. Setiap bahan

baku pakan mempunyai kandungan nutrisi tertentu. Sifat-sifatnya sangat fluktuatif

karena adanya pengaruh tertentu, misalnya perlakuan, penambahan bahan lain,

musim, dan penyimpanan.

Salah satu faktor penentu kualitas pakan adalah bahan baku yang

digunakan dalam pembuatan pakan, sehingga produsen pakan sangat

memperhatikan bahan baku yang digunakan. Bahan baku yang digunakan sebagai

input dalam industri pakan unggas diperoleh dari berbagai sumber dan

mempunyai kualitas yang sangat bervariasi. Menurut Khajarern and Sarote

(1999), bervariasinya kualitas bahan baku disebabkan oleh variasi alami (natural

variation), pengolahan (processing), pencampuran (adulteration) dan penurunan

kualitas (damaging and deterioration). Strategi yang cukup matang sangat

diperlukan agar bahan baku pakan dapat diterima untuk diolah lebih lanjut

menjadi pakan.

Program kontrol kualitas bahan baku pakan merupakan program yang

harus dilakukan dalam pabrik pakan untuk mengetahui kualitasnya. Secara umum,

(14)

atau tidaknya suatu bahan baku pakan dapat diketahui dari hasil analisis

laboratorium tersebut. Kontrol kualitas bahan baku harus dilakukan secara ketat

saat penerimaan dan penyimpanan. Pemilihan dan pemeliharaan kualitas bahan

baku menjadi tahap penting dalam menghasilkan pakan yang berkualitas tinggi.

Fairfield (2003), menyatakan bahwa kualitas pakan yang dihasilkan tidak akan

lebih baik dari bahan baku penyusunnya.

Peranan penting lain untuk menjaga kualitas pakan juga sangat

dipengaruhi oleh penanganan pasca proses seperti penyimpanan dan

penggudangan. Hal ini mempunyai peranan yang sangat penting, karena mampu

menjaga nilai guna berdasarkan waktu dan tempat (time utility dan space utility).

Sistem penyimpanan dan penggudangan apabila dioptimalkan maka kualitas

pakan unggas dapat dipertahankan sampai batas waktu yang paling

menguntungkan untuk dilepaskan di pasar. Tujuan utama kegiatan penyimpanan

dan penggudangan adalah mengamankan komoditas selama belum didistribusikan

dan digunakan.

PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo merupakan

salah satu perusahaan pakan unggas yang menerapkan proses pegendalian pra

proses dan pasca proses pada rantai produksinya. Hal ini ditunjukkan telah

tersertifikasinya perusahaan tersebut yaitu sertifikasi ISO 9001:2008. Jenis produk

perusahaan ini terdiri atas pakan berbentuk konsentrat, pellet dan crumble dengan

kadar air 12%. Secara umum, tahapan pengolahan pakan unggas meliputi

penyiapan bahan baku, pengecilan ukuran, pencampuran, pendinginan,

pengayakan, penembahan enzim, pengemasan, penyimpanan dan penggudangan

serta distribusi. Produk berbentuk konsentrat proses produksinya sedikit berbeda

dengan produk lainnya, yaitu tanpa melalui pendinginan, pengayakan dan

penambahan enzim.

Penerapan sistem kontrol kualitas bahan baku, penyimpanan dan

penggudangan yang dilakukan dalam penanganan pra proses dan pasca proses

oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo merupakan

suatu rantai proses produksi. Hal ini merupakan gambaran yang baik untuk

dijadikan sumber kajian bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengetahuan,

(15)

Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo merupakan perusahaan

yang tepat untuk melaksanakan kegiatan kuliah kerja guna mempelajari

pengendalian pra proses dan pasca proses produksi pakan unggas yang diterapkan

dalam perusahaan.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Tujuan umum yang diperoleh dalam pelaksanaan kegiatan kuliah kerja di

PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo adalah sebagai

berikut:

a. Terciptanya hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara dunia

pendidikan dan dunia profesi;

b. Meningkatkan profesionalisme mahasiswa dalam bidang pengetahuan

dan teknologi sesuai dengan disiplin ilmu;

c. Menambah wawasan mahasiswa tentang manfaat ilmu pengetahuan

yang dipelajarinya;

d. Mengembangkan kreativitas mahasiswa dalam improvisasi

keterampilan.

1.2.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang diperoleh dalam pelaksanaan kegiatan kuliah kerja di

PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo adalah sebagai

berikut:

a. Untuk mengetahui dan mengamati secara langsung serangkaian proses

pengadaan dan sistem kontrol kualitas bahan baku, pengemasan,

penyimpanan dan penggudangan yang dilakukan dalam penanganan pra

proses dan pasca proses produkusi pakan unggas oleh PT. Japfa

Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo;

b. Untuk membandingkan aplikasi/penerapan teori yang diberikan selama

kuliah dengan proses di lapangan khususnya dalam industri skala besar

penanganan pra proses dan pasca proses produksi pakan unggas oleh

(16)

c. Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang proses

pengolahan pakan unggas.

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa

Manfaat yang diperoleh dari Kuliah Kerja bagi mahasiswa, yaitu:

a. Melatih mahasiswa belajar mandiri dalam menekuni dunia kerja;

b. Melatih mahasiswa untuk bersosialisasi dengan masyarakat industri;

c. Menambah ilmu pengetahuan secara langsung di lapangan;

d. Menambah pengalaman mahasiswa secara langsung di bidangnya,

sehingga setelah lulus dari bangku kuliah, mahasiswa dapat memiliki

kompetensi yang dibutuhkan oleh perusahaan.

1.3.2 Manfaat Bagi Institusi

Manfaat yang diperoleh dari Kuliah Kerja bagi Institusi, yaitu:

a. Dapat menjalin kerjasama dengan pihak industri yang bersangkutan.

Dalam hal ini Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember dengan

Industri Pakan Unggas di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit

Gedangan, Sidoarjo;

b. Terciptanya hubungan yang jelas dan terarah antara institusi dengan pihak

industri yang bersangkutan. Dalam hal ini Fakultas Teknologi Pertanian

Universitas Jember dengan Industri Pakan Unggas di PT. Japfa Comfeed

Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo;

c. Dapat menambah eksistensi institusi di dalam dunia perindustrian.

1.3.3 Manfaat Bagi Industri

Manfaat yang diharapkan dari Kuliah Kerja bagi Industri terkait, yaitu:

a. Dapat menjalin kerja sama dengan pihak institusi yang bersangkutan.

Dalam hal ini Pakan Unggas di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit

Gedangan, Sidoarjo dengan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas

Jember;

(17)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pakan

2.1.1 Deskripsi Pakan

Pakan disebut juga dengan ransum. Ransum adalah makanan yang

disediakan bagi hewan untuk 24 jam, dalam bentuk dapat dicerna seluruhnya atau

sebagian, dan dapat digunakan oleh hewan tersebut tanpa mengganggu

kesehatannya. Pakan adalah campuran dari bahan baku pakan, baik yang sudah

lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang secara khusus dan

mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan

sesuai dengan jenis ternaknya (BSN, 2006).

Pakan mempunyai peranan penting dalam usaha peternakan khususnya

dalam peningkatan produksi dan produktivitas ternak. Dari aspek ekonomi biaya

pakan memberikan kontribusi hingga 70% dari seluruh biaya produksi, sedangkan

dari aspek teknis, kualitas pakan akan sangat berpengaruh terhadap tingkat

produksi ternak (daging, telur, susu) dan produktivitas ternak (misal kelahiran dan

tingkat kematian). Pakan berkontribusi juga bagi tenaga kerja ternak, ternak sehat

dan kuat tentu saja akan sangat membantu petani misalnya dalam membajak

lahan. Fungsi pakan juga diarahkan pada upaya pemeliharaan daya tahan tubuh

dan kesehatan sehingga ternak tumbuh sehat dan kuat. Ketersediaan pakan yang

berkualitas dan murah menjadi prasyarat bagi tumbuhnya industri peternakan

yang baik dan maju (Destiana, 2010).

Pakan merupakan salah satu komponen penting dalam industri

perunggasan. Melonjaknya harga pakan beberapa tahun belakangan ini setelah

terjadi krisis ekonomi di Indonesia sejak tahun 1997 telah membuat industri

perunggasan mengalami degradasi. Bahan pakan unggas yang harus diimpor

merupakan penyebab terpuruknya usaha perunggasan, karena biaya pakan ini

mencapai 70% untuk ayam pedaging dan 90% untuk ayam petelur. Kebutuhan

pakan ternak terutama pakan unggas mencapai tingkat tertinggi pada tahun 1996,

yakni 6,5 juta ton, selanjutnya menurun menjadi 4,8 juta ton pada tahun 1997 dan

terus menurun menjadi 2 juta ton pada tahun 1998. Hal ini akibat dari krisis

(18)

membaik pada tahun 1999 menyebabkan kebutuhan pakan meningkat menjadi 3,5

juta ton. Peningkatan kebutuhan pakan tersebut diikuti dengan peningkatan impor

bahan baku utama pakan, seperti bungkil kedelai, jagung, dan tepung ikan.

Permintaan bungkil kedelai meningkat dari 668,4 ribu ton tahun 1998 menjadi

904,8 ribu ton pada tahun 1999; jagung meningkat dari 298,2 ribu ton (1998)

menjadi 591,1 ribu ton (1999), dan tepung ikan dari 35,3 ribu ton (1998) menjadi

71,1 ribu ton (1999). Angka tersebut menunjukkan bahwa ketiga komponen utama

pakan unggas tersebut masih sangat tergantung pada pasokan dari luar negeri

(impor) (Kartasudjana, 2005).

Perkembangan industri perunggasan yang makin membaik menuntut

ketersediaan bahan baku pakan yang meningkat. Perkiraan kebutuhan pakan

unggas pada tahun 2000-2003 mencapai 4-6 juta ton. Jika asumsi pakan ayam

petelur dan pedaging tersusun dari 52% jagung, maka diperlukan 2-3 juta ton

jagung per tahun. Sementara untuk bungkil kedelai dibutuhkan 1-1,5 juta

ton/tahun apabila tercampur 25% dalam pakan. Apabila pakan tersusun dari

tepung ikan 4%, maka jumlah tepung ikan yang harus disediakan mencapai

200.000-450.000 ton/tahun. Oleh karena itu, untuk dapat memenuhi permintaan

tersebut maka potensi dan sumber pakan lokal perlu mendapat perhatian dengan

memperhatikan azas efisiensi usaha serta aspek teknis dan ekonomisnya

(Zainudin, 2010).

2.1.2 Nutrisi Pakan

Setiap bahan pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja kita berikan

kepada ternak maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung unsur-unsur

nutrisi yang konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada jenis, macam dan

keadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan mempengaruhi tekstur

dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan secara

umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin. Setelah

dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan sesuai dengan fungsinya

terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan berproduksi secara

normal. Unsur-unsur nutrisi tersebut dapat diketahui melalui proses analisis

(19)

istilah “analisis proksimat”. Menurut Suprijatna dkk. (2005), peran beberapa komponen nutrisi yang ada dalam pakan diantaranya sebagaimana berikut:

1. Air

Komponen air diperlukan ternak untuk menyusun hampir dua per tiga

bagian dari bobot tubuh ternak (55-75%). Air juga berperan sebagai alat

transportasi zat-zat makanan dalam tubuh, media pembuangan limbah

metabolism, dan memelihara temperature tubuh.

2. Protein

Komponen protein merupakan zat makanan yang sangat penting bagi

ternak, yang terdapat pada jaringan-jaringan lunak di dalam tubuh seperti

daging, kolagen, bulu, tanduk, dan paruh. Kandungan protein dalam

penyusunan pakan disesuaikan dengan tiap ayam dan periode kehidupannya

jangan sampai kekurangan atau berlebihan karena dapat mengganggu

pertumbuhan sehingga banyak yang terbuang. Kelebihan protein pada ayam

akan dikeluarkan dalam bentuk asam urat.

3. Karbohidrat

Sebagai sumber energi karbohidrat yang berguna bagi unggas adalah

gula-gula heksosa, sukrosa, maltose, dan pati. Bahan pakan sebagai sumber

energi yang baik bagi unggas mengandung karbohidrat yang mudah dicerna.

Bahan pakan yang mengandung serat kasar tinggi memiliki nilai nutritisi yang

rendah.

4. Lemak

Sumber energi tinggi dalam pakan unggas adalah lemak. Hampir 40%

kandungan bahan kuning telur, 17% daging broiler, dan 12% daging kalkun

tersusun atas lemak. Kandungan lemak dalam pakan dibatasi 2-5% karena jika

berlebihan akan mengakibatkan diare pada ternak dan pakan mudah tengik

(rancidity). Lemak sering dicampur dalam pakan broiler untuk meningkatkan

kandungan energi pakan.

5. Vitamin dan Mineral

Vitamin bukan merupakan komponen struktural dalam tubuh, tetapi

diperlukan terutama sebagai koenzim atau regulator metabolism. Ternak

(20)

vitamin C tubuh tidak dapat mensintesisnya. Sedangkan mineral sangat

dibutuhkan terutama pada ayam yang sedang tumbuh dan berproduksi karena

kerangka tubuh dan kerabang telur tersusun terutama dari mineral, yaitu

kalsium dan fosfor.

2.2 Pemilihan Bahan Baku Pakan

Bahan baku pakan merupakan unsur penting (esensial) untuk diperhatikan

dalam penyusunan formulasi pakan karena hasilnya akan sangat berpengaruh

terhadap pertumbuhan. Pakan yang dibuat harus terkomposisi atau terbuat dari

bahan yang mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap. Kandungan nutrisi itu

meliputi protein, lemak, serat kasar, mineral, vitamin, energi yang diperlukan dan

lainnya. Penggunaan bahan pakan atau komposisinya dilakukan sedemikian rupa

guna memperoleh hasil yang maksimal seperti laju pertumbuhan karkas, laju

produksi telur, ketahanan terhadap penyakit, ketahanan terhadap kondisi

lingkungan, palatabilitas, dan tingkat kecernaan yang baik (Kartasudjana, 2005).

Segala macam bahan baku baik yang berasal dari tanaman, hewan, dan

limbah (pertanian, peternakan, perkebunan, dan industri pengolahannya) dapat

diperoleh di dalam negeri. Bahan baku tersebut dapat dimanfaatkan secara efisien

oleh ternak. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan

baku lokal sebagai pakan ternak, yaitu tidak bersaing dengan kebutuhan manusia,

mudah diperoleh, dan dapat diproduksi secara kontinyu. Pengolahan bahan pakan

dalam jumlah cukup besar perlu memperhatikan informasi tentang keberadaan

bahan baku yang digunakan. Bahan baku pakan yang digunakan hendaknya harus

memenuhi beberapa persyaratan berupa mengandung nilai nutrisi tinggi, mudah

diperoleh, mudah diolah, tidak mengandung racun (anti nutrisi), harga murah dan

terjangkau, diusahakan bukan bahan makananan pokok manusia, dan butirannya

halus atau bisa dihaluskan (Kushartono B, 1996).

Setiap bahan baku pakan mempunyai kandungan nutrisi dan deskripsi

tertentu. Sifat-sifat tersebut akan berubah karena adanya pengaruh tertentu,

misalnya perlakuan, dan penambahan bahan lain, bahkan karena proses

penyimpanan. Secara umum, bahan baku pakan dinyatakan baik secara fisik

(21)

14%), bebas kutu atau insekta lain, tidak pecah atau rusak (utuh), bau atau rasa

sesuai, penampilan luar tetap tidak berubah, dan tidak terdapat atau sedikit

dijumpai bahan pemalsu. Beberapa bahan pemalsu yang paling sering digunakan

adalah dedak padi halus, ekskreta ayam dan urea (bahan pemalsu yang

mengandung nutrien) dan serbuk gergaji, tepung arang, pasir halus, dan batu bata

giling atau bahan pemalsu yang tidak mengandung nutrien (Agus, 2007).

Penurunan kualitas bahan baku dapat terjadi karena penanganan,

pengolahan atau penyimpanan yang kurang tepat. Kerusakan dapat terjadi karena

serangan jamur akibat kadar air yang tinggi, ketengikan dan serangan serangga.

Pengawasan mutu bahan baku harus dilakukan secara ketat pada saat penerimaan

dan penyimpanan. Pemilihan dan pemeliharaan kualitas bahan baku menjadi tahap

penting dalam mengahsilkan pakan yang berkualitas tinggi. Kualitas pakan yang

dihasilkan tidak akan lebih baik dari bahan baku penyusunnya (Fairfield, 2003).

Sebenarnya di Indonesia banyak sekali bahan baku pakan yang dapat

digunakan untuk kepentingan ternak, namun baru sebagian kecil yang sudah

diteliti secara ilmiah dalam hal daya dan manfaatnya bagi masing-masing ternak.

Bahan pakan ternak adalah suatu yang dapat dicerna sebagian atau seluruhnya

dengan tidak mengganggu kesehatan ternak yang bersangkutan (Lubis, 1963).

Bahan baku pakan yang dapat digunakan untuk pembuatan pakan cukup

banyak ragamnya. Dalam menentukan bahan baku pakan tersebut perlu

dipertimbangkan ketersediannya, komposisi zat-zat nutrisi dan harganya. Bahan

baku pakan yang umum digunakan untuk pembuatan pakan yaitu jagung, dedak,

bungkil kedelai, dan tepung ikan (Tangendjaja et al., 1985).

2.3 Penentuan Kualitas Bahan Baku Pakan

Penentuan kualitas bahan baku pakan yang akurat dianalisis terlebih

dahulu secara kimiawi di laboratorium. Hal ini sulit dilakukan di lapangan karena

selain memerlukan peralatan khusus, hasil analisisnya pun harus menunggu

beberapa waktu. Menurut Utami (1999), dalam pemilihan bahan baku yang perlu

diperhatikan adalah kepastian bahan pakan tersebut masih bagus kondisinya,

airnya tidak terjadi penguraian zat-zat gizi pakan yang ditandai dengan tidak

(22)

tersebut masih dalam batas waktu simpan. Selain hal di atas, bahan baku pakan

hendaknya bebas dari zat-zat yang merugikan yaitu bahan yang tidak banyak

mengandung serat kasar, garam dan lemak, serta bahan pakan tersebut tidak palsu.

Hal-hal yang merugikan tersebut dapat dihindari dengan adanya teknik atau

orang-orang yang berpengalaman dalam menentukan pemilihan suatu bahan agar

segera diketahui mana bahan yang berkualitas baik atau sebaliknya mana bahan

yang berkualitas rendah. Penentuan kualitas bahan baku pakan secara fisik

dilakukan dengan menggunakan panca indera yang terdiri dari 4M, yaitu:

- Melihat: Kemasannya, tampilan fisik banyak sedikitnya, kerusakan, dan apakah

ada campuran benda-benda asing.

- Meraba: Lembab, kering, halus, kasar, dan panas.

- Mencium: Segar, tengik, asam, dan lain-lain.

- Merasakan: Asin, tawar, asam, dan lain-lain.

Dalam penentuan kualitas setiap bahan mempunyai cara yang berbeda.

Menurut Kushartono B (2000), penentuan kualitas bahan baku secara organoleptik

dari beberapa bahan baku sebagaimana berikut:

1. Jagung

Cara menentukan kualitas jagug biji dengan secara visual yang pertama

dilihat bagaimana kemasannya, ini penting karena kemasan yang kurang baik

mudah terkontaminasi . Kedua dilihat bagaimana tampilan fisiknya, jagung

yang baik terlihat segar, tidak berlubang clan tidak banyak debu serta kotoran.

Jagung yang kusam menggambarkan jagung tersebut sudah lama disimpan,

biasanya timbul serangga dan jamur.

Penentuan kandungan kadar air dilakukan dengan cara memasukkan

telapak tangan kita kedalam karung, apabila terasa panas menunjukkan kadar

air jagung masih terlalu tinggi. Batas simpan yang bagus kandungan kadar air

sekitar 13% (Saenong, 1988). Kandungan kadar air yang masih tinggi sangat

merugikan karena apabila disimpan susutnya banyak, mudah timbul jamur

yang memproduksi aflatoxin dan mudah timbul serangga yang mengakibatkan

jagung berlubang sehingga menurunkan kualitas.

Penentuan kualitas jagung giling yang beredar di pasar lebih sulit

(23)

satunya didapatkan dari pengalaman, masih bisa dibedakan yaitu jagung giling

yang berasal dari stok jagung baru hasil gilingan antara butiran clan tepung

sangat kelihatan, artinya butirannya cukup banyak. Apabila jagung berasal dari

stok lama (kualitas rendah) biasanya hasil gilingannya lebih halus dan

butirannya sedikit. Begitu juga pada jagung giling yang dicampur dengan

dedak jagung, jelas butirannya lebih sedikit dan lebih ringan bila dibandingkan

dengan basil giling dan jagung murni.

2. Dedak Padi

Cara menentukan kualitas dedak padi dengan secara visual tidak

berbeda dengan jagung, yang pertama dilihat bagaimana kemasannya, karena

biasanya pengusaha dedak kurang memperhatikan kualitas karung yang

dipakai. Akibat pemakaian karung dengan seadanya dedak yang beredar

banyak serangga karena mudah terkontaminasi. Kedua kita lihat tampilan

dedak, dedak yang baik partikelnya halus dan rata, tidak menggumpal, baunya

segar tidak tengik serta tidak terlihat adanya campuran sekam. Dedak yang

baik apabila digenggam dalam kepalan dedak tersebut bisa menggumpal.

Biasanya dedak kualitas rendah banyak mengandung campuran sekam, tidak

menyatu atau menggumpal bila digenggam.

3. Bungkil Kedele

Penentukan kualitas bungkil kedele secara visual sama dengan yang

lain, pertama yang dilihat bagaimana kemasannya, kedua bagaimana tampilan

fisiknya. Bungkil kedele yang baik partikelnya kecil-kecil dan rata, warnanya

kekuning-kuningan. Ada juga yang beredar di pasar bungkil kedele dengan

butirannya agak besar-besar dan warnanya agak kecoklat-coklatan, kualitas

bungkil kedele ini lebih rendah bila dibandingkan dengan yang diatas.

Hal yang perlu diwaspadai dalam pemilihan bungkil kedele yaitu

adanya kecurangan pengusaha yang sengaja mencampurkah bahan yang

bermutu rendah dengan harapan memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Berbagai pengalaman dilapangan pernah menemukan CaCO3 (batu kapur) pada

setiap karung, artinya disini memang ada faktor kesengajaan agar memperoleh

keuntungan, akibatnya peternak yang dirugikan. Penentuan kualitas bungkil

(24)

dengan membuka kemasannya (karung) dan memperhatikan secara seksama

adakah dalam bungkil kedele tersebut benda-benda asing yang dapat

merugikan.

4. Tepung Ikan

Tepung ikan kualitasnya sangat bervariasi, tepung ikan impor biasanya

kualitasnya terjamin. Tampilan fisik tepung ikan yang bagus yaitu pertikelnya

harus, warnanya coklat kehijau-hijauan dan baunya tidak begitu menyengat dan

apabila dicicipi rasanya tidak terlalu asin. Sebagian besar di pasaran banyak

beredar tepung ikan lokal yang harganya lebih murah dibandingkan harga

tepung ikan impor. Pada tepung ikan lokal kelihatannya belum ada standarnya

karena sisa-Sisa ikan seperti kepala-kepala dan tulang-tulang dipeijual belikan

sebagai tepung ikan. Ini menggambarkan kualitas tepung ikan yang beredar di

pasaran sangat bervariasi. Tepung ikan seperti diatas pasti jauh kualitasnya

apabila dibandingkan dengan tepung ikan utuh yang sengaja dibuat sebagai

tepung ikan.

Penentuan kualitas tepung ikan harus betul-betul berhati-hati karena

apabila salah menentukan akan berakibat fatal karena kandungan proteinnya

cukup tinggi. Pemilihan tepung ikan yang pertama dilihat khususnya tepung

ikan lokal, bagaimana tampilan partikel yang ada. Jika pada tepung ikan

tersebut banyak dijumpai tulang-tulang artinya tepung ikan tersebut kualitasnya

kurang bagus. Timbulnya bau yang terlalu menyegat, hal ini menandakan

proses pengeringannya kurang sempurna, apabila rasanya asin dan dipegang

agak lembab ini menunjukkan tepung ikan tersebut mengandung kadar garam

yang tinggi dan jelas kualitasnya rendah.

Selain kualitasnya yang bervariasi, yang perlu diwaspadai yaitu adanya

pemalsuan seperti yang lainnya. Sebagai contoh kasus pernah terjadi dimana

salah satu percobaan dengan perlakuan pakan yang dibuat tiba-tiba

produksinya turun secara drastis, setelah dianalisis dan bahan-bahan yang

dipakai ternyata ditemukan penyebabnya yaitu kandungan protein tepung ikan

yang dipakai hanya 11 setara dengan dedak. Hal ini merupakan suatu

(25)

2.4 Pengemasan

Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan

barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual dan

dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau

mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi

dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran).

Sedangkan penyimpanan adalah salah satu bentuk tindakan pengamanan yang

selalu terkait dengan waktu yang bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga

komoditi yang disimpan dengan cara menghindari, menghilangkan berbagai

faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas komoditi tersebut. Selama

ini didunia peternakan, pakan merupakan faktor penentu keberhasilan usaha,

dimana ketersediannya sangat terkait dengan waktu, sehingga perlu dilakukan

penyimpanan. Jika penyimpanan pakan terlalu lama akan menurunkan kualitas

dari pakan tersebut (Syamsu, 2000).

Budaya kemasan telah dimulai sejak manusia mengenal sistem

penyimpanan bahan makanan. Sistem penyimpanan bahan makanan secara

tradisional diawali dengan memasukkan bahan makanan ke dalam suatu wadah

yang ditemuinya. Dalam perkembangannya di bidang pascapanen, sudah banyak

inovasi dalam bentuk maupun bahan pengemas produk pertanian. Temuan

kemasan baru dan berbagai inovasi selalu dikedepankan oleh para produsen

produk-produk pertanian dan hal ini secara pasti menggeser metode pengemasan

tradisional yang sudah ada sejak lama di Indonesia (Jamal, 2006).

2.5 Penyimpanan Pakan

Penanganan pakan dan bahan baku pakan sangat penting bagi ketersediaan

nutrisi pakan bagi ternak sehingga penyimpanan yang tidak baik bertujuan pada

rusaknya kandungan nutrisi. Hal ini menjadi salah satu tantangan tersendiri karena

kecepatan penurunan kualitas ini 10 kali lipat lebih cepat pada iklim tropis. Daya

simpan pakan ayam di dalam gudang adalah 30 hari sejak tanggal produksi

(batch). Baik pakan bentuk crumble (butiran), pellet maupun mash (tepung) akan

(26)

disarankan idealnya peternak tidak menyimpan pakan lebih 14 hari atau 2 minggu

sebagai antisipasi (Rasyaf, 1995).

2.5.1 Kadar Air dan Daya Simpan

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpanan pakan adalah tipe atau

jenis pakan, periode atau lama penyimpanan, metode penyimpanan, temperatur,

kandungan air, kelembaban udara, serangga, bakteri, kapang, binatang pengerat

dan komposisi zat-zat makanan. Waktu penyimpanan cenderung untuk

meningkatkan kadar air bahan, yang akan menunjang pertumbuhan jamur yang

pada gilirannya akan lebih mempercepat kerusakan bahan tersebut. Daya simpan

tiap jenis bahan pakan yang disimpan berbeda tergantung kandungan air bahan.

Bahan dengan kandungan air yang lebih rendah akan lebih tinggi daya simpannya

dibandingkan dengan bahan dengan kadar air yang lebih tinggi (Soesarsono,

1988).

Daya tahan dan daya simpan pakan atau bahan baku pakan sangat

tergantung pada kadar air yang terkandung di dalamnya. Standar Nasional

Indonesia (SNI) menetapkan angka ideal kadar air dalam pakan ternak tidak

melebihi 14%. Meskipun sebagai antisipasi dan langkah aman, sebagian pabrik

menerapkan standar lebih baik dengan menetapkan kadar air dikisaran 10-12%

untuk pakan dan bahan baku pakan. Kadar air tinggi tidak harus terlihat basah,

bahan baku yang kelihatannya kering belum tentu kadar airnya sedikit.

Kadar air yang tinggi berhubungan dengan rusaknya protein dan lemak.

Kadar air yang semakin tinggi di satu sisi dan kandungan protein serta lemak yang

tinggi di sisi lain secara bersama akan menimbulkan reaksi. Reaksi terjadi pada

ammonia yang timbulnya bau. Peningkatan kadar air selama penyimpanan karena

disimpan di tempat yang lembab sehingga menyebabkan komposisi yang tertera

dalam label tidak sesuai. Semakin tinggi kadar air, maka persentase bahan kering

akan menurun.

Penyimpanan pakan dalam gudang yang lembab dipastikan akan rusak

dalam waktu 2-3 hari saja. Penyimpanan pakan dan bahan baku pakan yang

kurang baik biasanya menimbulkan persoalan, yang paling umum muncul di

(27)

jamur. Kontaminasi jamur menjadi problem tersendiri karena jamur ini

memproduksi racun yang biasa dikenal dengan mikotoksin. Jenisnya bnayak,

tetapi yang paling terkenal di Indonesia adalah aflatoksin. Pemberian pakan yang

terkontaminasi mitotoksin pada ayam akan menimbulkan gangguan kesehatan

serius (mikotoksisitas) berupa gejala keracunan dan bisa sampai mengalami

kematian. Kasus yang banyak terjadi di lapangan meskipun tidak menimbulkan

kematian, tetapi kejadiannya signifikan menekan produksi ayam (Rasyaf, 1995).

2.5.2 Kerusakan Pakan

Terdapat empat tipe kerusakan bahan pakan yang disimpan pada kondisi

yang buruk yaitu :

a) kerusakan fisik dan mekanik, yaitu kerusakan yang terjadi jika bahan tidak

ditangani secara hati-hati waktu kegiatan panen, transportasi, pengolahan dan

penyimpanan;

b) kerusakan kimiawi, yaitu meliputi kerusakan bahan akibat reaksi kimia atau

reaksi pencoklatan non enzimatik yang merusak partikel karbohidrat, penurunan

kandungan vitamin dan asam nukleat;

c) kerusakan enzimatik, yaitu terjadi akibat kerja beberapa enzim seperti protease,

amilase dan lipase, misalnya pemecahan molekul lemak menjadi asam lemak

bebas dan glyserol oleh enzim lipolitik dan aktivitas enzim proteolitik memecah

protein menjadi polipeptida dan asam amino;

d) kerusakan biologis, terjadi akibat serangan serangga, binatang pengerat,

(28)

BAB 3. METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu 3.1.1 Tempat

Kegiatan Kuliah Kerja telah dilaksanakan di PT. Japfa Comfeed Indonesia

Tbk. Unit Gedangan, Jl. Raya Tebel Km. 3,8 Sidoarjo Jawa Timur, Indonesia.

3.1.2 Waktu

Kegiatan ini dilaksanakan pada jam kerja selama 25 hari terhitung sejak

tanggal 16 Juni-18 Juli 2014.

3.2 Bentuk dan Sifat Kegiatan

Bentuk dan sifat kegiatan ini adalah berupa Kuliah Kerja (KK) yang

bersifat kurikuler. Pada pelaksanaannya mahasiswa mempelajari sekaligus

mempraktikkan dengan terjun langsung pada perusahaan atau instansi yang terkait

untuk mengikuti sistem kerja yang ada, dengan menerapkan ilmu pengetahuan

yang dimiliki.

3.3 Metode Kegiatan 3.3.1 Jenis dan Sumber Data

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan

menggunakan daftar pertanyaan kunci maupun dengan melakukan

pengamatan langsung di lapangan.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain bukan diusahakan

sendiri. Sumber data sekunder dapat berupa bukti-bukti tulisan

(dokumentasi), jurnal-jurnal laporan dari pakar atau peneliti dan instansi

terkait terutama yang berhubungan dengan kegiatan ini.

3.3.2 Metode Pengumpulan Data

1. Studi kepustakaan yaitu metode pengumpulan data-data secara teoritis sebagai

(29)

dari sejumlah buku dan literatur yang berkaitan dengan pengadaan dan kontrol

kualitas bahan baku serta penanganan pasca prosesnya.

2. Studi lapang yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

mengadakan pengamatan secara langsung terhadap pengadaan dan kontrol

kualitas bahan baku serta penanganan pasca prosesnya di lapang. Beberapa

metode untuk melakukan studi lapang adalah sebagai berikut:

a. Metode Observasi

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengikuti dan

mengamati secara langsung kegiatan yang ada di lapangan kemudian

disesuaikan dengan objek yang dijadikan penelitian selama kuliah kerja.

b. Metode Wawancara

Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan

wawancara dan tanya jawab pada nara sumber tentang data yang

berhubungan dengan objek yang diteliti.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara

mencatat hasil pengamatan data produksi.

3.4 Jadwal Pelaksanaan Kuliah Kerja

Gambaran umum mengenai jadwal pelaksanaan Kuliah Kerja yang telah

dilaksanakan di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk, Unit Gedangan, Sidoarjo, pada

(30)

Tabel 3.1 Gambaran umum mengenai jadwal pelaksanaan Kuliah Kerja

No Program Kegiatan Waktu

1. - Pengenalan perusahaan - Survei awal kegiatan pabrik

- Observasi penerumaan bahan baku.dan pakan keluar

- Observasi gudang bahan baku

- Observasi gudang penyimpanan bahan baku cair dan feed additive

- Pemahaman mengenai pengendalian pra proses hingga menjadi pakan.

3. - Observasi bagian produksi - Pemaparan proses produksi

- Pemaparan bentuk koordinasi bagian produksi dengan bagian luar produksi. - Mekanisme intake bahan baku dan premix

Pemaparan fungsi kerja alat produksi dan penambahan premix (hand add), PO (palm olein)

- Pemaparan standar pengambilan sampel oleh QC pada bagian produksi

- Pemaparan tentang bagian sweeping (bahan baku dan hasil produksi)

Minggu ke-4 (07-11 Juli 2014)

5. - Observasi kembali untuk memperoleh data yang tepat.

- Pengumpulan data akhir - Penerimaaan kunjungan dosen

pembimbing KK

- Pencocokan data dan hasil observasi selama 4 minggu.

Minggu ke-5 (14- 18 Juli 2014)

3.5 Penyusunan Laporan

Dari data hasil kegiatan kuliah kerja dianalisis dan disajikan dalam bentuk

penjelasan deskriptif guna menilai penerapan pengendalian pra proses dan pasca

(31)

BAB 4. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah Berdirinya PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo

PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo merupakan

sebuah perseroan yang didirikan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1998. Akte

pendirian dibuat dihadapan Irawan Soerodjo, SH dengan Akte Nomor 108, yang

mendapat pengesahan dari yang berwenang berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Kehakiman Republik Indonesia tertanggal 06 November 1998, Nomor

02-23846.HT01.01.TG.98 dengan nama perseroan terbatas PT. Bintang Terang

Gemilang yang berkedudukan di Jl. Raya Rangkas Bitung Km. 3,2 Cikande,

Serang, Jawa Barat dan sekaligus tercatat sebagai Cabang Cikande.

Pada tahun 2000, Perseroan ini membeli aset ex. PT. SIAR SUPER FEED

MILL Sidoarjo. Akte Perjanjian Ikatan Jual Beli dibuat dihadapan Ny. Sukarini,

SH dengan Akte Nomor 25 Tanggal 03 Juli 2000. Akte pendirian PT. Bintang

Terang Gemilang dibuat dihadapan Yanto Indrayana Bagio, SH dengan Akte

Nomor 3, tercatat sebagai cabang Sidoarjo. Selama tahun 2000 sampai 2002,

Perseroan menyewakan pabrik cabang Sidoarjo kepada pihak ketiga untuk

melaksanakan kegiatan produksi.

Pada tahun 2003, cabang Sidoarjo memulai Operasi Komersialnya dengan merk dagang “GEMILANG” dan di tahun 2004 berkembang dengan merk dagang “GUNAFEED” serta “GEMAFEED” ditahun 2005. Dalam melaksanakan pemasaran hasil produksinya, perseroan menunjuk PT. Multi Agro Persada Tbk.

Sebagai distributor tunggal dengan wilayah pasar meliputi: Jawa Timur, Jawa

Tengah, DI Jogjakarta, Bali dan Lombok.

Pada tanggal 12 Oktober 2010, PT. Multi Agro Persada Tbk diakuisisi

oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo yang disahkan

dihadapan Notaris Buntaro Trigis, SH, SE dengan Akte No. 38 Tanggal 07

Desember 2009. Oleh karena itu pemasaran hasil produksi PT. Bintang Terang

Gemilang tidak lagi dilakukan oleh PT. Multi Agro Persada Tbk sebagai distribusi

(32)

Pada tanggal 01 Januari 2011, PT. Bintang Terang Gemilang bergabung

dengan PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo yang

disahkan dihadapan notaris Fransiskun Yanto Wijaya, SH dengan akta No. 16

Tanggal 23 Nopember 2010. Dengan adanya penggabungan tersebut maka PT.

Bintang Terang Gemilang berubah menjadi PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

unit Gedangan, Sdoarjo.

PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo merupakan

anak dari perusahaan Japfa yang bergerak di bidang produksi pakan ternak dan

merupakan cabang dari PT. Japfa Comfeed Indonesia yang berpusat di Serang,

Banten. Sistem organisasi yang digunakan di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

Unit Gedangan, Sidoarjo adalah sistem organisasi garis. Sistem ini bercirikan

mata rantai vertikal antara berbagai tingkat organisasi. Artinya semua anggota

organisasi menerima perintah melalui suatu rantai komando. Keuntungan dari

sistem garis ini selain sederhana, juga memiliki disiplin kerja yang terjamin baik

karena atasan mengetahui dapat siapa dan seberapa batasan yang perlu diawasi.

Saat ini, pabrik PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. bertempat di Jl. Raya

Tebel km 3,8 Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur. Perusahaan ini memproduksi

pakan unggas khususnya unggas berupa ayam. Pakan yang diproduksi di pabrik

ini memiliki empat merk dagang, antara lain merk “GEMILANG”, “GUNAFEED”, “GEMAFEED”, dan “ACT”. Bentuk pelaksanaannya, PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo menerapkan Sistem

Manajemen Mutu ISO 9001:2008 serta Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

4.2 Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu Perusahaan

Adapun visi, misi, dan kebijakan mutu pelaksanaan perusahaan PT. Japfa

Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo adalah sebagai berikut:

4.2.1 Visi

Adapun visi dari PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan,

Sidoarjo dalam menjalankan usahanya yaitu menjadi perusahaan penghasil pakan

(33)

4.2.2 Misi

Sementara itu, misi yang dilakukan oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia

Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo untuk mencapai visi perusahaan, yaitu dengan

berperan aktif mencukupi kebutuhan protein hewani masyarakat di tingkat

regional.

4.2.3 Kebijakan Mutu

PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. unit Gedangan, Sidoarjo berperan aktif

dalam mencukupi kebutuhan protein hewani masyarakat dengan menghasilkan

pakan pilihan utama bagi mayoritas peternak unggas.

Untuk itu manajemen dan seluruh karyawan bertekad :

1. Memproduksi pakan ternak yang berkualitas prima secara konsisten untuk

memenuhi kepuasan pelanggan di industri perunggasan.

2. Mewujudkan hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan antara

perusahaan, pelanggan serta pemasok.

3. Meningkatkan kompetensi karyawan melalui pelatihan berkesinambungan.

Demi mewujudkan tekad tersebut, perusahaan sepakat melaksanakan

perbaikan berkesinambungan dengan menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO

9001 : 2008.

4.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Berikut ini gambaran sistem organisasi garis struktural perusahaan PT.

Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo. Gambaran lebih jelasnya

(34)

Gambar 4.1. Struktur organisasi PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit

Gedangan, Sidoarjo (Sumber: PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

Unit Gedangan. 2012)

4.4 Sumber Daya Manusia 4.4.1 Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang terdapat di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit

Gedangan, Sidoarjo saat ini berjumlah 255 orang, yang dibagi dalam 3 golongan

besar, yaitu :

a. Karyawan Shift

Merupakan karyawan yang jam kerjanya dibagi menjadi 8 jam tiap

harinya (3 shift) dan bagian kerjanya yaitu di bagian produksi / pengolahan

pakan jadi. Karyawan yang bekerja pada shift I sebanyak 34 orang,

sementara itu untuk shift II sebanyak 32 orang dan shift III sebanyak 23

orang.

b. Karyawan Non Shift

Merupakan karyawan yang jam kerjanya tidak dibagi menjadi

beberapa shift, akan tetapi karyawan ini bekerja mulai pukul 08.00-17.00

WIB setiap hari Senin-Jum’at. Karyawan ini bekerja di bagian kantor pabrik dan hanya mengurusi manajemen dari perusahaan. Jumlah

karyawan non shift yang bekerja di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

(35)

c. Karyawan Borongan

Merupakan pekerja kasar dan bekerja di bagian penyiapan bahan

maupun pengolahan pakan. Pekerja ini merupakan karyawan kontrak yang

hanya di kontrak dalam beberapa waktu saja. Jumlah karyawan borongan

yang bekerja di pabrik ini sebanyak 62 orang.

4.4.2 Jam Kerja dan Shift Kerja

Shift kerja di unit produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit

Gedangan, Sidoarjo dibagi menjadi 3 shift, yaitu shift pagi (regu A), siang (regu

B), dan regu malam (regu C). Adapun hari kerja yang dijalankan dalam seminggu

yaitu hari Senin sampai Sabtu untuk bagian operasional (produksi) dan hari Senin sampai Jum’at untuk bagian Staff Office. Pembagian jam kerja diatur sebagai berikut :

1. Shift pagi (regu A) : pukul 07.00-15.00 WIB

2. Shift siang (regu B) : pukul 15.00-23.00 WIB

3. Shift malam (regu C) : pukul 23.00-07.00 WIB

4. Bagian Staff Office : pukul 08.00-17.00 WIB

4.5 Proses Pengolahan Pakan Unggas 4.5.1 Penerimaan Bahan Baku

Bahan yang digunakan di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit

Gedangan, Sidoarjo terdiri dari dua macam bahan, yaitu bahan baku dan bahan

premix. Bahan baku yang digunakan di pabrik adalah biji jagung yang bermutu

baik karena nantinya akan berkaitan dengan kesehatan ayam yang menjadi tujuan

utama dari produk yang dihasilkan. Selain biji jagung, bahan baku yang selalu

dipakai di pabrik ini, antara lain tepung kedelai, tepung ikan, tepung daging,

tepung gandum, dan minyak. Sementara itu, bahan premix yang digunakan di

pabrik ini berupa bahan-bahan yang kaya akan kandungan protein, vitamin, dan

mineral.

Biji jagung yang digunakan oleh pabrik merupakan jagung yang

didatangkan dari lokal (dalam negeri) maupun luar negeri. Jagung yang

(36)

Banyuwangi, Lamongan, Bojonegoro, Tuban, dan Gorontalo. Sementara itu,

untuk jagung yang didatangkan dari luar negeri biasanya diperoleh dari Argentina,

USA, China dan India. Tempat pengambilan bahan baku tersebut merupakan

penghasil bahan baku jagung yang memiliki kualitas baik untuk digunakan

sebagai produk pakan ternak. Meskipun pabrik juga mendatangkan jagung dari

luar negeri, akan tetapi jagung yang digunakan untuk produksi mayoritas adalah

jagung lokal. Hal tersebut dikarenakan mutu jagung lokal masih lebih baik

daripada jagung yang di impor dari luar negeri. Pembelian bahan lokal lainnya

adalah garam, kopra, tepung batu, biji batu. Untuk bahan baku import sebelum

pengiriman harus menyertakan COA (Certification Of Analysis) yaitu standart

import yang berisi:

1. Oils and albuminoids combined (minyak dan albumin gabungan)

2. Sand and / or silica (pasir dan / atau silica)

3. Moisture (Kadar air)

4. Fibre (Serat)

5. Ash (Kadar abu)

4.5.2 Kriteria Bahan Baku

Bahan baku maupun bahan premix yang akan diolah, harus memenuhi

kriteria tertentu. Selain itu, kadar air yang terlalu tinggi pada biji jagung dapat

menyebabkan proses pengolahan menjadi sulit karena kandungan air pada proses

pengolahan menjadi terlalu tinggi. Produk pakan ternak yang dikehendaki yaitu

produk yang kering, sehingga apabila kadar airnya terlalu tinggi akan

menyebabkan cepat berjamur sehingga mengurangi umur pakan.

Dalam memasukkan jagung ke dalam silo, tidak boleh dicampur antara

jagung lokal dan jagung impor. Jika di dalam satu silo berisi jagung lokal, maka di

dalam satu silo tersebut harus berisi jagung lokal semua. Ketiga silo di PT JCI

dapat menampung jagung dengan total sekitar 3500 ton. Jagung yang dimasukkan

kedalam silo harus memiliki kadar air antara 15-17%. Kriteria mutu bahan baku

local yang layak diterima oleh pabrik ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Sementara itu, bahan baku selain jagung yang akan digunakan untuk

(37)

tersebut nantinya akan dituangkan ke mesin mixer sesuai dengan formula yang

ditentukan untuk dicampur dengan jagung atau dengan bahan lainnya saja.

4.5.3 Proses Produksi

Pakan unggas yang diproduksi oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

Unit Gedangan, Sidoarjo hanya khusus untuk ternak segala jenis ayam saja.

Produk yang dihasilkan di perusahaan ini memiliki tiga jenis produk, yaitu produk

dengan bentuk pellet, produk dengan bentuk crumble, dan produk dengan bentuk

konsentrat. Berikut ini akan diuraikan perbedaan dari ketiga jenis pakan tersebut.

a. Pakan bentuk pellet:

1. Digunakan untuk ayam yang akan dipotong

2. Bentuknya silinder, panjang, padat, dan ukurannya paling besar

dibandingkan pakan jenis lainnya

3. Cocok untuk ayam yang memiliki ukuran mulut yang besar (ayam

dewasa)

4. Harganya paling murah diantara ketiga jenis produk

5. Pembentukannya melalui proses pelleting

b. Pakan bentuk crumble:

1. Digunakan untuk ayam yang baru lahir

2. Bentuknya butiran-butiran kecil

3. Cocok untuk ayam yang memiliki ukuran mulut yang kecil

4. Harganya sedikit lebih mahal dari bentuk pellet

5. Pembentukannya melalui proses pelleting dan crumbling

c. Pakan bentuk konsentrat:

1. Bentuknya berupa tepung

2. Harganya paling mahal

3. Pembentukannya hanya melalui proses mixing

4. Tersusun dari bahan-bahan selain biji jagung

Berikut tahapan proses pembuatan ketiga jenis pakan unggas di PT. Japfa

Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo dapat dilihat pada Gambar

(38)

Tabel 4.1 Kriteria mutu bahan baku lokal layak terima

No. Bahan Kriteria Keterangan

1.

Sumber: Laboratorium Plant PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan,

(39)

Gambar 4.2. Diagram pembuatan pakan unggas

Keterangan :

Proses pembuatan pakan ternak bentuk pellet

Proses pembuatan pakan ternak bentuk crumble

Proses pembuatan pakan ternak bentuk konsentrat

Intake

Grinding

Dosing

Pelleting

Cooling

Crumbling

Sieve

Bagging dan Simpan Spray Enzyme

Mixing Bahan Baku Bahan Premix

Konsentrat

(40)

BAB 5. PEMBAHASAN

Pelaksanaan Kuliah Kerja (KK) selama bulan Juni-Juli 2014 ini

melakukan pengamatan mengenai proses pengendalian pra proses dan pasca

proses produksi pakan unggas yang ada di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk,

Unit Gedangan, Sidoarjo. Secara umum, proses pengendalian pra proses dan

pasca proses produksi pakan unggas PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit

Gedangan Sidoarjo sudah berjalan dengan cukup baik. Pengadaan dan kontrol

kualitas bahan baku ini diatur melalui kerjasama yang cukup baik antara pihak

Quality Control, Purchasing, dan Warehouse. Proses tersebut tidak mungkin

selamanya berjalan lancar, adakalanya pihak perusahaan menghadapi suatu

masalah yang berkaitan dengan hal tersebut. Hasil pengamatan selama kegiatan

Kuliah Kerja menunjukkan adanya beberapa permasalahan yang dihadapi oleh

pihak perusahaan ini. Permasalahan-permasalahan yang dijumpai secara umum

berkaitan dengan pengadaan, pengambilan sampel, kontrol kualitas, penyimpanan

bahan baku, dan penyimpanan pakan.

5.1. Penerimaan Bahan Baku

Bahan baku dan bahan tambahan (premix) yang ada di pabrik bukan

merupakan bahan dalam jumlah tetap dalam bulannya, akan tetapi merupakan

bahan yang perlu disediakan dengan jumlah berbeda-beda untuk setiap bulannya.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa penerimaan bahan yang

dilakukan oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo

menggunakan sistem order dimana bahan akan didatangkan jika perusahaan

memperoleh permintaan untuk melakukan produksi dari perusahaan pusat maupun

memperoleh pesanan langsung dari konsumen. Hal ini menyebabkan jumlah

bahan yang didatangkan tidaklah sama untuk setiap periode waktunya (bulan

maupun tahun).

Tahapan penerimaan bahan baku menjadi titik kritis dalam pengolahan

pakan unggas, karena bahan baku merupakan salah satu faktor penentu dalam

keberhasilan produksi pakan unggas. Menurut Kartasudjana (2005), bahan baku

(41)

formulasi pakan karena hasilnya akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan.

Pakan yang dibuat harus terkomposisi atau terbuat dari bahan yang mempunyai

kandungan nutrisi yang lengkap. Proses penerimaan bahan baku sangat

menentukan mutu pakan. Pada proses penerimaan bahan baku dilakukan beberapa

tahapan yaitu:

1. Quality Control (QC) bagian penerimaan bahan akan mengambil

sampel;

2. Sampel tersebut dilakukan pemeriksaan fisik (warna, kutu, jamur, kadar

air, kontaminasi, tekstur, suhu dan bau);

3. Dilakukan Quick Test/NIR (kadar air, screen test, hull, HCL, Sand,

FFA, POV);

4. Jika diperlukan dilakukan analisa wet lab untuk bahan baku impor

maupun lokal (kadar air, fat, Fiber, Ash, CA, NA, P, FFA, POV).

Ketika bahan baku datang Quality Control (QC) bagian penerimaan

bahan akan mengambil sampel bahan secara langsung bahan dalam bentuk curah

dan dari beberapa karung yang masih ada di bak truk dengan cara melubangi

karung untuk diuji kelayakan mutu dari bahan tersebut apakah sudah masuk

kriteria layak diproduksi atau belum. Apabila bahan yang sudah diuji masuk

kriteria yang layak diproduksi, maka bahan akan diterima dan akan langsung

disimpan di gudang. Sebaliknya, jika bahan yang sudah diuji tidak masuk kriteria

bahan untuk diproduksi, maka bahan akan ditolak.

Alat yang digunakan untuk menguji kriteria dari bahan baku maupun

bahan premix di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo

yaitu NIR-FOSS Sistem yang dihubungkan dengan komputer sehingga nantinya

dapat melihat kriteria mutu suatu bahan. Cara penggunaan alat ini yaitu bahan

dimasukkan kedalam suatu kotak kecil yang disalah satu bagian sisinya

berdinding kaca. Selanjutnya, kotak berisi sampel dimasukkan kedalam

NIR-FOSS sistem dimana bagian yang berdinding kaca menghadap ke arah tertentu

sesuai dengan prosedur penggunaan alat. Alat tersebut akan menembakkan sinar

halogen ke bagian kaca tempat sampel sehingga akan mengenai sampel. Sinar

akan dipantulkan oleh sampel sehingga akan diserap oleh bagian optik dari alat

(42)

panjang gelombang yang bermacam-macam karena sinar yang dipantulkan oleh

sampel merupakan sinar yang sudah bercampur dengan warna sampel. Panjang

gelombang tersebut nantinya akan diterjemahkan oleh program IC scan sehingga

dapat dibaca oleh karyawan QC penerimaan bahan. Selanjutnya, hasil uji yang

sudah terdeteksi nantinya dicocokkan dengan kriteria mutu yang sudah ditetapkan

dari perusahaan.

PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo memiliki

kriteria mutu sendiri untuk bahan-bahan layak di produksi yang didatangkan dari

dalam negeri. Berbeda dengan bahan impor, PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.

Unit Gedangan, Sidoarjo tidak memiliki standar khusus karena standar mutunya

sudah ditentukan oleh negara asal. Kriteria mutu bahan yang diperoleh dari dalam

negeri yang ditetapkan oleh QC penerimaan bahan PT. Japfa Comfeed Indonesia

Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo sebagai standar kelayakan untuk diterima dapat

dilihat pada Tabel 5.1.

Bahan-bahan yang telah diambil oleh pegawai QC sebagai sampel

nantinya akan di cek, kemudian truk berisi bahan-bahan akan masuk ke ruang

penimbangan. Di ruang ini, pegawai menimbang berat truk beserta bahan – bahan yang diangkutnya guna mengontrol berat bahan yang sudah diterima apakah

sesuai dengan pesanan atau tidak. Selanjutnya, truk akan membawa bahan-bahan

ke gudang penyimpanan. Perbedaannya dengan bahan dalam bentuk curah yaitu

bahan akan ditumpahkan ke lantai gudang secara manual oleh pekerja setelah

sampai di gudang. Bahan dipindahkan dengan menggunakan sekop maupun

cangkul. Bahan yang sudah diterima atau layak untuk diproses, akan dilakukan

bagging off. Pada proses ini bahan yang layak untuk diproduksi dimasukkan

kedalam karung dan kemudian dijahit untuk disimpan di dalam gudang agar bisa

digunakan sewaktu-waktu. Setelah itu, bahan yang sudah dimasukkan ke dalam

karung diletakkan diatas pallet kayu menggunakan ganco. Di atas satu pallet kayu

biasanya memuat 26 karung. Selanjutnya, pallet kayu yang memuat karung

(43)

Tabel 5.1 Kriteria mutu bahan baku lokal layak terima

No. Bahan Kriteria Keterangan

1.

Sumber : Laboratorium Plant PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan,

(44)

5.2 Pengambilan Sampel (Sampling) Bahan Baku

PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo menerapkan

sistem pengawasan kualitas bahan baku yang ketat, mulai dari prosedur

penerimaan hingga penyimpanan bahan baku pakan. Proses penerimaan bahan

baku di perusahaan ini dilakukan dengan menggunakan sistem input data yang

bersifat online yaitu System Application Product in data processing (SAP) yang

memudahkan transfer data dari setiap bagian. Prosedur penerimaan bahan baku

pada umumnya dilakukan melalui dua tahap sampling yaitu presampling dan

unloading.

5.2.1Presampling

Presampling dilakukan di awal pada saat kedatangan/sebelum dilakukan

penimbangan pertama. Presampling disebut juga sampling 30% karena sampling

dilakukan pada masing-masing bagian karung atas, tengah, dan belakang

sebanyak 30% dari total bahan baku. Dari keseluruhan sampel tersebut, lalu

diambil komposit sampel sebanyak 1 hingga 3 kg, kemudian akan dibawa ke

Quality Control Laboratory untuk dilakukan analisis. Proses presampling ini akan

menentukan dibongkar atau tidaknya suatu pasokan bahan baku. Presampling

dilakukan dengan 2 cara yaitu otomatis dan manual. Lebih jelasnya dapat dilihat

pada Gambar 5.1 dan 5.2.

(45)

Presampling otomatis dilakukan khusus untuk bahan baku curah seperti

jagung dan wheat brand. Sampling otomatis dilakukan dengan menggunakan

mesin shelter dengan titik pengambilan sampel yang ditentukan secara otomatis

oleh automatic sampling point system. Jumlah titik disesuaikan dengan jenis

bahan baku dan kendaraan yang digunakan untuk memuat bahan baku tersebut.

Pengambilan sampel dilakukan minimum 3 titik yang berbeda setiap 1/5 bagian

truk atau total 15 titik dari seluruh bagian. Selain itu dilakukan pemeriksaan fisik

pada saat pengambilan sampel (warna, kutu, jamur, gumpalan, kontaminasi, kadar

air, tekstur, suhu, dan bau), selanjutnya diambil komposit sampel untuk penentuan

kualitas bahan baku tersebut.

Gambar 5.2. Sampling manual (Koleksi Penulis, 2014)

Presampling manual dilakukan untuk bahan baku dalam karung atau non

curah. Presampling manual dilakukan oleh petugas QC dengan cara naik ke atas

truk, lalu sampel diambil dengan menggunakan probe. Sampel diambil dari

bagian karung yang terlihat pada bagian atas, samping, dan belakang truk tersebut.

Tusukan probe minimum 2 kali pada tempat yang berlainan. Pemeriksaan fisik

juga dilakukan pada saat pengambilan sampel (warna, kutu, jamur, gumpalan,

kontaminasi, kadar air, tekstur, suhu, dan bau). Dari sampel tersebut, lalu diambil

komposit sampel untuk penentuan kualitas bahan baku tersebut. Komposit sampel

kemudian dibawa ke bagian Quality Control/Labaoratory Department untuk

dilakukan analisis dengan metode quick test. Analisis yang dilakukan pada

Gambar

Tabel 3.1 Gambaran umum mengenai jadwal pelaksanaan Kuliah Kerja
Gambar 4.1. Struktur organisasi PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit
Tabel 4.1 Kriteria mutu bahan baku lokal layak terima
Gambar 4.2. Diagram pembuatan pakan unggas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Biaya bahan baku adalah nilai bahan baku yang digunakan dalam proses produksi untuk diubah menjadi produk jadi.. Apabila bahan mudah ditelusur ke produk atau nilainya signifikan,

Setelah proses perhitungan bahan baku selesai dihasilkan suatu data bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi, berikut adalah data bahan baku yang

 Pengendalian mutu bahan baku, proses produksi dan produk jadi diperlukan untuk menghindari produk yang tidak sesuai dan mengetahui kesesuaian produk yang

Bahan baku merupakan bahan yang membentuk bagian menyeluruh produk jadi. Bahan baku yang digunakan dalam suatu proses produksi biasanya dikelompokkan atas bahan

 Manager QC bertanggung jawab atas pengendalian mutu, baik pada bahan baku, proses produksi maupun produk jadi dan limbah pabrik sehingga produk yang dihasilkan

Dengan melihat judul dari penelitian ini maka batasan masalah dari penelitian ini adalah kualitas bahan baku yang digunakan serta proses produksi dari bahan baku menjadi barang

PERENCANAAN KUALITAS ▪ Kualitas produk meliputi kualitas bahan baku dan kualitas barang jadi ▪ Kualitas proses meliputi kualitas segala sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi

Pengendalian Suhu Penyimpanan Memastikan penyimpanan bahan baku dan produk jadi dilakukan pada suhu sesuai standar C.. Diagram Alir Proses Pengolahan Bakso Jagoan