PENGENDALIAN PRA PROSES DAN PASCA PROSES
PRODUKSI PAKAN UNGGAS DI PT. JAPFA COMFEED
INDONESIA Tbk. UNIT GEDANGAN-SIDOARJO
LAPORAN KULIAH KERJA
Oleh
Fikri Arsyl Rambe NIM 111710101025
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
i
PENGENDALIAN PRA PROSES DAN PASCA PROSES
PRODUKSI PAKAN UNGGAS DI PT. JAPFA COMFEED
INDONESIA Tbk. UNIT GEDANGAN-SIDOARJO
LAPORAN KULIAH KERJA
diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Kuliah Kerja Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember
Oleh
Fikri Arsyl Rambe NIM 111710101025
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
ii
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
nama : Fikri Arsyl Rambe
NIM : 111710101025
menyatakan dengan sesungguhnya bahwa laporan kuliah kerja yang
berjudul "Pengendalian Pra Proses dan Pasca Proses Produksi Pakan Unggas
di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan - Sidoarjo” adalah
benar–benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya dan belum pernah diajukan pada institusi manapun, serta
bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran
isinya sesuai dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya
tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi
akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.
Jember, 04 Desember 2014
Yang menyatakan,
iii
PENGESAHAN
Laporan kuliah kerja yang berjudul “Pengendalian Pra Proses dan Pasca Proses
Produksi Pakan Unggas di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan - Sidoarjo” karya Fikri Arsyl Rambe, NIM 111710101025 telah diuji dan disahkan pada:
hari, tanggal : 04 Desember 2014
tempat : Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember
Mengetahui,
Mengesahkan
Dekan
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember Ketua Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember,
Ir. Giyarto, M.Sc NIP 196607181993031013
Dosen Pembimbing Kuliah kerja
Riska Rian F., SPt, MP. NIP 198509272012122001
iv PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada penulis sehingga laporan kegiatan Kuliah Kerja dengan judul
"Pengendalian Pra Proses dan Pasca Proses Produksi Pakan Unggas di PT. Japfa
Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo” dapat diselesaikan. Laporan
ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan matakuliah
Kuliah Kerja di Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember. Laporan ini
membahas penerapan sistem kontrol kualitas bahan baku, penyimpanan dan
penggudangan yang dilakukan dalam penanganan pra proses dan pasca proses
produksi pakan unggas.
Penyusunan laporan Kuliah Kerja ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Yuli Witono, S.TP. MP selaku Dekan Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Jember;
2. Bapak Ir. Giyarto, M. Sc. selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember dan dosen pembimbing
Kuliah Kerja yang telah meluangkan waktu, pikiran dan penuh perhatian
serta kesabaran memberikan bimbingan dan pengarahan demi
terselesaikannya penyusunan laporan Kuliah Kerja ini;
3. Ibu Riska Rian F., SPt, MP. selaku dosen pembimbing Kuliah Kerja yang
telah memberikan saran dan motivasinya selama Kuliah Kerja dan
penyusunan laporan ini;
4. Bapak Kries Hariono, SE dan Bapak Ery Wahyudi, ST selaku pembimbing
lapang Kuliah Kerja di PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan,
Sidoarjo yang telah membimbing kami selama pelaksanaan Kuliah Kerja;
5. Bapak Alen, Bapak Samsul, Bapak Rifa’I, Bapak Ilham, Ibu Yulia, Bapak Hidayat, Bapak Suharsono, Bapak Hartono, Bapak Juantri, semua staff
dan pekerja PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo
yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan informasi dan
v
6. Keluarga Ibu Lia yang menerima saya sebagai anak kosnya serta
senantiasa memberikan semangat, motivasi, dan do’a sehingga laporan ini
dapat terselesaikan dengan baik;
7. Teman-teman seperjuangan KK (Gozalli, Bhakti dan Dandy) yang telah
memberikan suasana kebersamaan dan keceriaan selama pelaksanaan KK;
8. Rekan-rekan THP ’11 BROTHERHOOD yang tetap semangat berjuang bersama.
Besar harapan penulis agar laporan ini dapat memberikan manfaat bagi
semua pihak dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi terkait
penerapan sistem kontrol kualitas bahan baku, penyimpanan dan penggudangan
yang dilakukan dalam penanganan pra proses dan pasca proses produksi pakan
unggas. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun,
baik dari segi isi maupun bentuk susunannya. Semoga laporan ini dapat
membantu pembaca dalam memahami pengendalian pra proses dan pasca proses
produksi pakan unggas.
Jember, Desember 2014
vi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PRAKATA ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 3
1.2.1 Tujuan Umum ... 3
1.2.2 Tujuan Khusus ... 3
1.3 Manfaat ... 4
1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa ... 4
1.3.2 Manfaat Bagi Institusi ... 4
1.3.3 Manfaat Bagi Industri... 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Pakan ... 5
2.1.1 Deskripsi Pakan ... 5
2.1.2 Nutrisi Pakan ... 6
2.2 Pemilihan Bahan Baku Pakan ... 8
2.3 Penentuan Kualitas Bahan Baku Pakan ... 9
2.4 Pengemasan ... 13
2.5 Penyimpanan Pakan ... 13
2.5.1 Kadar Air dan Daya Simpan ... 14
2.5.2 Kerusakan Pakan ... 15
vii
3.1 Tempat dan Waktu ... 16
3.1.1 Tempat ... 16
3.1.2 Waktu ... 16
3.2 Bentuk dan Sifat Kegiatan ... 16
3.3 Metode Kegiatan ... 16
3.3.1 Jenis dan Sumber Data ... 16
3.3.2 Metode Pengumpulan Data ... 16
3.4 Jadwal Pelaksanaan Kuliah Kerja ... 17
3.5 Penyusunan Laporan ... 18
BAB 4. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 19
4.1 Sejarah Berdirinya PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo ... 19
4.2 Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu Perusahaan ... 20
4.2.1 Visi ... 20
4.2.2 Misi ... 21
4.2.3 Kebijakan Mutu ... 21
4.3 Struktur Organisasi Perusahaan ... 21
4.4 Sumber Daya Manusia ... 22
4.4.1 Tenaga Kerja ... 22
4.4.2 Jam Kerja dan Shift Kerja ... 23
4.5 Proses Pengolahan Pakan Unggas ... 23
4.5.1 Penerimaan Bahan Baku ... 23
4.5.2 Kriteria Bahan Baku ... 24
4.5.3 Proses Produksi ... 25
BAB 5. PEMBAHASAN ... 28
5.1 Penerimaan Bahan Baku ... 28
5.2 Pengambilan Sampel (Sampling) Bahan Baku
...
325.2.1 Presampling ... 32
5.2.2 Sampel Unloading ... 34
5.2.3 Sampling Bahan Baku Cair dan Feed Additive ... 36
viii
5.4 Penyimpanan Bahan Baku
...
385.4.1 Pemeriksaan Identitas Bahan Baku ... 42
5.4.2 Pemeriksaan Pelaksanaan Sistem FIFO ... 43
5.4.3 Pemeriksaan Kualitas dan Temperatur Stok Bahan Baku ... 43
5.4.4 Pemeriksaan Jagung dalam Silo ... 44
5.4.5 Pemeriksaan Bahan Baku dalam Tangki ... 45
5.5 Pengendalian Kutu pada Bahan Baku ... 45
5.5.1 Spraying ... 46
5.5.2 Fogging ... 46
5.5.3 Fumigasi ... 47
5.6 Pengendalian Hama (Tikus)... 48
5.7 Penyimpanan Produk Jadi Pakan Unggas ... 48
5.8 Permasalahan dan Pemecahan Masalah ... 49
5.8.1 Pengadaan Bahan Baku ... 49
5.8.2 Pengambilan Sampel Bahan Baku ... 51
5.8.3 Kontrol Kualitas Bahan Baku ... 52
5.8.4 Penyimpanan Bahan Baku ... 53
5.8.5 Penyimpanan Pakan ... 56
BAB 6. PENUTUP ... 57
6.1 Kesimpulan ... 57
6.2 Saran
...
58DAFTAR PUSTAKA ... 59
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
3.1 Gambaran umum mengenai jadwal pelaksanaan Kuliah Kerja ... 18
4.1 Kriteria mutu bahan baku lokal layak terima ... 26
5.1 Kriteria mutu bahan baku lokal layak terima ... 31
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
4.1 Struktur organisasi PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk Unit Gedangan,
Sidoarjo. ... 22
4.2 Diagram pembuatan pakan unggas ... 27
5.1 Automatic sampler ... 32
5.2 Sampling manual ... 33
5.3 Unloading ... 35
5.4 Sampling bahan baku impor ... 36
5.5 Gambar penumpukan jenis bahan baku ... 41
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. Surat keterangan diterima kuliah kerja... 62
B. Jurnal kegiatan ... 63
C. Rekaman kegiatan ... 65
D. Absensi kuliah kerja ... 68
E. Surat keterangan selesai kuliah kerja ... 69
F. Nilai kuliah kerja... 70
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pakan merupakan faktor penting dalam usaha pemeliharaan ternak dan
peningkatan kualitas budidaya yang berimplikasi pada peningkatan profitabilitas
usaha. Pakan unggas merupakan salah satu komoditi penting yang digolongkan
dalam subsistem agribisnis hulu. Pertumbuhan unggas yang diharapkan
tergantung dari jenis pakan yang diberikan. Pakan yang diberikan haruslah
bermutu baik dan jumlahnya cukup. Ketersediaan pakan yang berkualitas dan
murah menjadi prasyarat bagi tumbuhnya industri peternakan yang baik. Jika
dilihat dari segi finansial, pakan merupakan faktor yang memiliki peranan paling
besar dalam hal biaya produksi dibandingkan dengan faktor lainnya, yang
mencapai 60-70%.
Produksi pakan tidak terlepas dari penanganan pra proses dan pasca
proses. Hal ini berkaitan dengan kontrol kualitas dalam produksi pakan. Pengujian
kualitas pakan memerlukan perhatian dan pelaksanaan yang serius. Setiap bahan
baku pakan mempunyai kandungan nutrisi tertentu. Sifat-sifatnya sangat fluktuatif
karena adanya pengaruh tertentu, misalnya perlakuan, penambahan bahan lain,
musim, dan penyimpanan.
Salah satu faktor penentu kualitas pakan adalah bahan baku yang
digunakan dalam pembuatan pakan, sehingga produsen pakan sangat
memperhatikan bahan baku yang digunakan. Bahan baku yang digunakan sebagai
input dalam industri pakan unggas diperoleh dari berbagai sumber dan
mempunyai kualitas yang sangat bervariasi. Menurut Khajarern and Sarote
(1999), bervariasinya kualitas bahan baku disebabkan oleh variasi alami (natural
variation), pengolahan (processing), pencampuran (adulteration) dan penurunan
kualitas (damaging and deterioration). Strategi yang cukup matang sangat
diperlukan agar bahan baku pakan dapat diterima untuk diolah lebih lanjut
menjadi pakan.
Program kontrol kualitas bahan baku pakan merupakan program yang
harus dilakukan dalam pabrik pakan untuk mengetahui kualitasnya. Secara umum,
atau tidaknya suatu bahan baku pakan dapat diketahui dari hasil analisis
laboratorium tersebut. Kontrol kualitas bahan baku harus dilakukan secara ketat
saat penerimaan dan penyimpanan. Pemilihan dan pemeliharaan kualitas bahan
baku menjadi tahap penting dalam menghasilkan pakan yang berkualitas tinggi.
Fairfield (2003), menyatakan bahwa kualitas pakan yang dihasilkan tidak akan
lebih baik dari bahan baku penyusunnya.
Peranan penting lain untuk menjaga kualitas pakan juga sangat
dipengaruhi oleh penanganan pasca proses seperti penyimpanan dan
penggudangan. Hal ini mempunyai peranan yang sangat penting, karena mampu
menjaga nilai guna berdasarkan waktu dan tempat (time utility dan space utility).
Sistem penyimpanan dan penggudangan apabila dioptimalkan maka kualitas
pakan unggas dapat dipertahankan sampai batas waktu yang paling
menguntungkan untuk dilepaskan di pasar. Tujuan utama kegiatan penyimpanan
dan penggudangan adalah mengamankan komoditas selama belum didistribusikan
dan digunakan.
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo merupakan
salah satu perusahaan pakan unggas yang menerapkan proses pegendalian pra
proses dan pasca proses pada rantai produksinya. Hal ini ditunjukkan telah
tersertifikasinya perusahaan tersebut yaitu sertifikasi ISO 9001:2008. Jenis produk
perusahaan ini terdiri atas pakan berbentuk konsentrat, pellet dan crumble dengan
kadar air 12%. Secara umum, tahapan pengolahan pakan unggas meliputi
penyiapan bahan baku, pengecilan ukuran, pencampuran, pendinginan,
pengayakan, penembahan enzim, pengemasan, penyimpanan dan penggudangan
serta distribusi. Produk berbentuk konsentrat proses produksinya sedikit berbeda
dengan produk lainnya, yaitu tanpa melalui pendinginan, pengayakan dan
penambahan enzim.
Penerapan sistem kontrol kualitas bahan baku, penyimpanan dan
penggudangan yang dilakukan dalam penanganan pra proses dan pasca proses
oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo merupakan
suatu rantai proses produksi. Hal ini merupakan gambaran yang baik untuk
dijadikan sumber kajian bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengetahuan,
Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo merupakan perusahaan
yang tepat untuk melaksanakan kegiatan kuliah kerja guna mempelajari
pengendalian pra proses dan pasca proses produksi pakan unggas yang diterapkan
dalam perusahaan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum yang diperoleh dalam pelaksanaan kegiatan kuliah kerja di
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo adalah sebagai
berikut:
a. Terciptanya hubungan yang sinergis, jelas dan terarah antara dunia
pendidikan dan dunia profesi;
b. Meningkatkan profesionalisme mahasiswa dalam bidang pengetahuan
dan teknologi sesuai dengan disiplin ilmu;
c. Menambah wawasan mahasiswa tentang manfaat ilmu pengetahuan
yang dipelajarinya;
d. Mengembangkan kreativitas mahasiswa dalam improvisasi
keterampilan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang diperoleh dalam pelaksanaan kegiatan kuliah kerja di
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui dan mengamati secara langsung serangkaian proses
pengadaan dan sistem kontrol kualitas bahan baku, pengemasan,
penyimpanan dan penggudangan yang dilakukan dalam penanganan pra
proses dan pasca proses produkusi pakan unggas oleh PT. Japfa
Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo;
b. Untuk membandingkan aplikasi/penerapan teori yang diberikan selama
kuliah dengan proses di lapangan khususnya dalam industri skala besar
penanganan pra proses dan pasca proses produksi pakan unggas oleh
c. Untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang proses
pengolahan pakan unggas.
1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Mahasiswa
Manfaat yang diperoleh dari Kuliah Kerja bagi mahasiswa, yaitu:
a. Melatih mahasiswa belajar mandiri dalam menekuni dunia kerja;
b. Melatih mahasiswa untuk bersosialisasi dengan masyarakat industri;
c. Menambah ilmu pengetahuan secara langsung di lapangan;
d. Menambah pengalaman mahasiswa secara langsung di bidangnya,
sehingga setelah lulus dari bangku kuliah, mahasiswa dapat memiliki
kompetensi yang dibutuhkan oleh perusahaan.
1.3.2 Manfaat Bagi Institusi
Manfaat yang diperoleh dari Kuliah Kerja bagi Institusi, yaitu:
a. Dapat menjalin kerjasama dengan pihak industri yang bersangkutan.
Dalam hal ini Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember dengan
Industri Pakan Unggas di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit
Gedangan, Sidoarjo;
b. Terciptanya hubungan yang jelas dan terarah antara institusi dengan pihak
industri yang bersangkutan. Dalam hal ini Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember dengan Industri Pakan Unggas di PT. Japfa Comfeed
Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo;
c. Dapat menambah eksistensi institusi di dalam dunia perindustrian.
1.3.3 Manfaat Bagi Industri
Manfaat yang diharapkan dari Kuliah Kerja bagi Industri terkait, yaitu:
a. Dapat menjalin kerja sama dengan pihak institusi yang bersangkutan.
Dalam hal ini Pakan Unggas di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit
Gedangan, Sidoarjo dengan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas
Jember;
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pakan
2.1.1 Deskripsi Pakan
Pakan disebut juga dengan ransum. Ransum adalah makanan yang
disediakan bagi hewan untuk 24 jam, dalam bentuk dapat dicerna seluruhnya atau
sebagian, dan dapat digunakan oleh hewan tersebut tanpa mengganggu
kesehatannya. Pakan adalah campuran dari bahan baku pakan, baik yang sudah
lengkap maupun yang masih akan dilengkapi, yang secara khusus dan
mengandung zat gizi yang mencukupi kebutuhan ternak untuk dapat dipergunakan
sesuai dengan jenis ternaknya (BSN, 2006).
Pakan mempunyai peranan penting dalam usaha peternakan khususnya
dalam peningkatan produksi dan produktivitas ternak. Dari aspek ekonomi biaya
pakan memberikan kontribusi hingga 70% dari seluruh biaya produksi, sedangkan
dari aspek teknis, kualitas pakan akan sangat berpengaruh terhadap tingkat
produksi ternak (daging, telur, susu) dan produktivitas ternak (misal kelahiran dan
tingkat kematian). Pakan berkontribusi juga bagi tenaga kerja ternak, ternak sehat
dan kuat tentu saja akan sangat membantu petani misalnya dalam membajak
lahan. Fungsi pakan juga diarahkan pada upaya pemeliharaan daya tahan tubuh
dan kesehatan sehingga ternak tumbuh sehat dan kuat. Ketersediaan pakan yang
berkualitas dan murah menjadi prasyarat bagi tumbuhnya industri peternakan
yang baik dan maju (Destiana, 2010).
Pakan merupakan salah satu komponen penting dalam industri
perunggasan. Melonjaknya harga pakan beberapa tahun belakangan ini setelah
terjadi krisis ekonomi di Indonesia sejak tahun 1997 telah membuat industri
perunggasan mengalami degradasi. Bahan pakan unggas yang harus diimpor
merupakan penyebab terpuruknya usaha perunggasan, karena biaya pakan ini
mencapai 70% untuk ayam pedaging dan 90% untuk ayam petelur. Kebutuhan
pakan ternak terutama pakan unggas mencapai tingkat tertinggi pada tahun 1996,
yakni 6,5 juta ton, selanjutnya menurun menjadi 4,8 juta ton pada tahun 1997 dan
terus menurun menjadi 2 juta ton pada tahun 1998. Hal ini akibat dari krisis
membaik pada tahun 1999 menyebabkan kebutuhan pakan meningkat menjadi 3,5
juta ton. Peningkatan kebutuhan pakan tersebut diikuti dengan peningkatan impor
bahan baku utama pakan, seperti bungkil kedelai, jagung, dan tepung ikan.
Permintaan bungkil kedelai meningkat dari 668,4 ribu ton tahun 1998 menjadi
904,8 ribu ton pada tahun 1999; jagung meningkat dari 298,2 ribu ton (1998)
menjadi 591,1 ribu ton (1999), dan tepung ikan dari 35,3 ribu ton (1998) menjadi
71,1 ribu ton (1999). Angka tersebut menunjukkan bahwa ketiga komponen utama
pakan unggas tersebut masih sangat tergantung pada pasokan dari luar negeri
(impor) (Kartasudjana, 2005).
Perkembangan industri perunggasan yang makin membaik menuntut
ketersediaan bahan baku pakan yang meningkat. Perkiraan kebutuhan pakan
unggas pada tahun 2000-2003 mencapai 4-6 juta ton. Jika asumsi pakan ayam
petelur dan pedaging tersusun dari 52% jagung, maka diperlukan 2-3 juta ton
jagung per tahun. Sementara untuk bungkil kedelai dibutuhkan 1-1,5 juta
ton/tahun apabila tercampur 25% dalam pakan. Apabila pakan tersusun dari
tepung ikan 4%, maka jumlah tepung ikan yang harus disediakan mencapai
200.000-450.000 ton/tahun. Oleh karena itu, untuk dapat memenuhi permintaan
tersebut maka potensi dan sumber pakan lokal perlu mendapat perhatian dengan
memperhatikan azas efisiensi usaha serta aspek teknis dan ekonomisnya
(Zainudin, 2010).
2.1.2 Nutrisi Pakan
Setiap bahan pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja kita berikan
kepada ternak maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung unsur-unsur
nutrisi yang konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada jenis, macam dan
keadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan mempengaruhi tekstur
dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan secara
umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin. Setelah
dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan sesuai dengan fungsinya
terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan berproduksi secara
normal. Unsur-unsur nutrisi tersebut dapat diketahui melalui proses analisis
istilah “analisis proksimat”. Menurut Suprijatna dkk. (2005), peran beberapa komponen nutrisi yang ada dalam pakan diantaranya sebagaimana berikut:
1. Air
Komponen air diperlukan ternak untuk menyusun hampir dua per tiga
bagian dari bobot tubuh ternak (55-75%). Air juga berperan sebagai alat
transportasi zat-zat makanan dalam tubuh, media pembuangan limbah
metabolism, dan memelihara temperature tubuh.
2. Protein
Komponen protein merupakan zat makanan yang sangat penting bagi
ternak, yang terdapat pada jaringan-jaringan lunak di dalam tubuh seperti
daging, kolagen, bulu, tanduk, dan paruh. Kandungan protein dalam
penyusunan pakan disesuaikan dengan tiap ayam dan periode kehidupannya
jangan sampai kekurangan atau berlebihan karena dapat mengganggu
pertumbuhan sehingga banyak yang terbuang. Kelebihan protein pada ayam
akan dikeluarkan dalam bentuk asam urat.
3. Karbohidrat
Sebagai sumber energi karbohidrat yang berguna bagi unggas adalah
gula-gula heksosa, sukrosa, maltose, dan pati. Bahan pakan sebagai sumber
energi yang baik bagi unggas mengandung karbohidrat yang mudah dicerna.
Bahan pakan yang mengandung serat kasar tinggi memiliki nilai nutritisi yang
rendah.
4. Lemak
Sumber energi tinggi dalam pakan unggas adalah lemak. Hampir 40%
kandungan bahan kuning telur, 17% daging broiler, dan 12% daging kalkun
tersusun atas lemak. Kandungan lemak dalam pakan dibatasi 2-5% karena jika
berlebihan akan mengakibatkan diare pada ternak dan pakan mudah tengik
(rancidity). Lemak sering dicampur dalam pakan broiler untuk meningkatkan
kandungan energi pakan.
5. Vitamin dan Mineral
Vitamin bukan merupakan komponen struktural dalam tubuh, tetapi
diperlukan terutama sebagai koenzim atau regulator metabolism. Ternak
vitamin C tubuh tidak dapat mensintesisnya. Sedangkan mineral sangat
dibutuhkan terutama pada ayam yang sedang tumbuh dan berproduksi karena
kerangka tubuh dan kerabang telur tersusun terutama dari mineral, yaitu
kalsium dan fosfor.
2.2 Pemilihan Bahan Baku Pakan
Bahan baku pakan merupakan unsur penting (esensial) untuk diperhatikan
dalam penyusunan formulasi pakan karena hasilnya akan sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan. Pakan yang dibuat harus terkomposisi atau terbuat dari
bahan yang mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap. Kandungan nutrisi itu
meliputi protein, lemak, serat kasar, mineral, vitamin, energi yang diperlukan dan
lainnya. Penggunaan bahan pakan atau komposisinya dilakukan sedemikian rupa
guna memperoleh hasil yang maksimal seperti laju pertumbuhan karkas, laju
produksi telur, ketahanan terhadap penyakit, ketahanan terhadap kondisi
lingkungan, palatabilitas, dan tingkat kecernaan yang baik (Kartasudjana, 2005).
Segala macam bahan baku baik yang berasal dari tanaman, hewan, dan
limbah (pertanian, peternakan, perkebunan, dan industri pengolahannya) dapat
diperoleh di dalam negeri. Bahan baku tersebut dapat dimanfaatkan secara efisien
oleh ternak. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan
baku lokal sebagai pakan ternak, yaitu tidak bersaing dengan kebutuhan manusia,
mudah diperoleh, dan dapat diproduksi secara kontinyu. Pengolahan bahan pakan
dalam jumlah cukup besar perlu memperhatikan informasi tentang keberadaan
bahan baku yang digunakan. Bahan baku pakan yang digunakan hendaknya harus
memenuhi beberapa persyaratan berupa mengandung nilai nutrisi tinggi, mudah
diperoleh, mudah diolah, tidak mengandung racun (anti nutrisi), harga murah dan
terjangkau, diusahakan bukan bahan makananan pokok manusia, dan butirannya
halus atau bisa dihaluskan (Kushartono B, 1996).
Setiap bahan baku pakan mempunyai kandungan nutrisi dan deskripsi
tertentu. Sifat-sifat tersebut akan berubah karena adanya pengaruh tertentu,
misalnya perlakuan, dan penambahan bahan lain, bahkan karena proses
penyimpanan. Secara umum, bahan baku pakan dinyatakan baik secara fisik
14%), bebas kutu atau insekta lain, tidak pecah atau rusak (utuh), bau atau rasa
sesuai, penampilan luar tetap tidak berubah, dan tidak terdapat atau sedikit
dijumpai bahan pemalsu. Beberapa bahan pemalsu yang paling sering digunakan
adalah dedak padi halus, ekskreta ayam dan urea (bahan pemalsu yang
mengandung nutrien) dan serbuk gergaji, tepung arang, pasir halus, dan batu bata
giling atau bahan pemalsu yang tidak mengandung nutrien (Agus, 2007).
Penurunan kualitas bahan baku dapat terjadi karena penanganan,
pengolahan atau penyimpanan yang kurang tepat. Kerusakan dapat terjadi karena
serangan jamur akibat kadar air yang tinggi, ketengikan dan serangan serangga.
Pengawasan mutu bahan baku harus dilakukan secara ketat pada saat penerimaan
dan penyimpanan. Pemilihan dan pemeliharaan kualitas bahan baku menjadi tahap
penting dalam mengahsilkan pakan yang berkualitas tinggi. Kualitas pakan yang
dihasilkan tidak akan lebih baik dari bahan baku penyusunnya (Fairfield, 2003).
Sebenarnya di Indonesia banyak sekali bahan baku pakan yang dapat
digunakan untuk kepentingan ternak, namun baru sebagian kecil yang sudah
diteliti secara ilmiah dalam hal daya dan manfaatnya bagi masing-masing ternak.
Bahan pakan ternak adalah suatu yang dapat dicerna sebagian atau seluruhnya
dengan tidak mengganggu kesehatan ternak yang bersangkutan (Lubis, 1963).
Bahan baku pakan yang dapat digunakan untuk pembuatan pakan cukup
banyak ragamnya. Dalam menentukan bahan baku pakan tersebut perlu
dipertimbangkan ketersediannya, komposisi zat-zat nutrisi dan harganya. Bahan
baku pakan yang umum digunakan untuk pembuatan pakan yaitu jagung, dedak,
bungkil kedelai, dan tepung ikan (Tangendjaja et al., 1985).
2.3 Penentuan Kualitas Bahan Baku Pakan
Penentuan kualitas bahan baku pakan yang akurat dianalisis terlebih
dahulu secara kimiawi di laboratorium. Hal ini sulit dilakukan di lapangan karena
selain memerlukan peralatan khusus, hasil analisisnya pun harus menunggu
beberapa waktu. Menurut Utami (1999), dalam pemilihan bahan baku yang perlu
diperhatikan adalah kepastian bahan pakan tersebut masih bagus kondisinya,
airnya tidak terjadi penguraian zat-zat gizi pakan yang ditandai dengan tidak
tersebut masih dalam batas waktu simpan. Selain hal di atas, bahan baku pakan
hendaknya bebas dari zat-zat yang merugikan yaitu bahan yang tidak banyak
mengandung serat kasar, garam dan lemak, serta bahan pakan tersebut tidak palsu.
Hal-hal yang merugikan tersebut dapat dihindari dengan adanya teknik atau
orang-orang yang berpengalaman dalam menentukan pemilihan suatu bahan agar
segera diketahui mana bahan yang berkualitas baik atau sebaliknya mana bahan
yang berkualitas rendah. Penentuan kualitas bahan baku pakan secara fisik
dilakukan dengan menggunakan panca indera yang terdiri dari 4M, yaitu:
- Melihat: Kemasannya, tampilan fisik banyak sedikitnya, kerusakan, dan apakah
ada campuran benda-benda asing.
- Meraba: Lembab, kering, halus, kasar, dan panas.
- Mencium: Segar, tengik, asam, dan lain-lain.
- Merasakan: Asin, tawar, asam, dan lain-lain.
Dalam penentuan kualitas setiap bahan mempunyai cara yang berbeda.
Menurut Kushartono B (2000), penentuan kualitas bahan baku secara organoleptik
dari beberapa bahan baku sebagaimana berikut:
1. Jagung
Cara menentukan kualitas jagug biji dengan secara visual yang pertama
dilihat bagaimana kemasannya, ini penting karena kemasan yang kurang baik
mudah terkontaminasi . Kedua dilihat bagaimana tampilan fisiknya, jagung
yang baik terlihat segar, tidak berlubang clan tidak banyak debu serta kotoran.
Jagung yang kusam menggambarkan jagung tersebut sudah lama disimpan,
biasanya timbul serangga dan jamur.
Penentuan kandungan kadar air dilakukan dengan cara memasukkan
telapak tangan kita kedalam karung, apabila terasa panas menunjukkan kadar
air jagung masih terlalu tinggi. Batas simpan yang bagus kandungan kadar air
sekitar 13% (Saenong, 1988). Kandungan kadar air yang masih tinggi sangat
merugikan karena apabila disimpan susutnya banyak, mudah timbul jamur
yang memproduksi aflatoxin dan mudah timbul serangga yang mengakibatkan
jagung berlubang sehingga menurunkan kualitas.
Penentuan kualitas jagung giling yang beredar di pasar lebih sulit
satunya didapatkan dari pengalaman, masih bisa dibedakan yaitu jagung giling
yang berasal dari stok jagung baru hasil gilingan antara butiran clan tepung
sangat kelihatan, artinya butirannya cukup banyak. Apabila jagung berasal dari
stok lama (kualitas rendah) biasanya hasil gilingannya lebih halus dan
butirannya sedikit. Begitu juga pada jagung giling yang dicampur dengan
dedak jagung, jelas butirannya lebih sedikit dan lebih ringan bila dibandingkan
dengan basil giling dan jagung murni.
2. Dedak Padi
Cara menentukan kualitas dedak padi dengan secara visual tidak
berbeda dengan jagung, yang pertama dilihat bagaimana kemasannya, karena
biasanya pengusaha dedak kurang memperhatikan kualitas karung yang
dipakai. Akibat pemakaian karung dengan seadanya dedak yang beredar
banyak serangga karena mudah terkontaminasi. Kedua kita lihat tampilan
dedak, dedak yang baik partikelnya halus dan rata, tidak menggumpal, baunya
segar tidak tengik serta tidak terlihat adanya campuran sekam. Dedak yang
baik apabila digenggam dalam kepalan dedak tersebut bisa menggumpal.
Biasanya dedak kualitas rendah banyak mengandung campuran sekam, tidak
menyatu atau menggumpal bila digenggam.
3. Bungkil Kedele
Penentukan kualitas bungkil kedele secara visual sama dengan yang
lain, pertama yang dilihat bagaimana kemasannya, kedua bagaimana tampilan
fisiknya. Bungkil kedele yang baik partikelnya kecil-kecil dan rata, warnanya
kekuning-kuningan. Ada juga yang beredar di pasar bungkil kedele dengan
butirannya agak besar-besar dan warnanya agak kecoklat-coklatan, kualitas
bungkil kedele ini lebih rendah bila dibandingkan dengan yang diatas.
Hal yang perlu diwaspadai dalam pemilihan bungkil kedele yaitu
adanya kecurangan pengusaha yang sengaja mencampurkah bahan yang
bermutu rendah dengan harapan memperoleh keuntungan yang lebih besar.
Berbagai pengalaman dilapangan pernah menemukan CaCO3 (batu kapur) pada
setiap karung, artinya disini memang ada faktor kesengajaan agar memperoleh
keuntungan, akibatnya peternak yang dirugikan. Penentuan kualitas bungkil
dengan membuka kemasannya (karung) dan memperhatikan secara seksama
adakah dalam bungkil kedele tersebut benda-benda asing yang dapat
merugikan.
4. Tepung Ikan
Tepung ikan kualitasnya sangat bervariasi, tepung ikan impor biasanya
kualitasnya terjamin. Tampilan fisik tepung ikan yang bagus yaitu pertikelnya
harus, warnanya coklat kehijau-hijauan dan baunya tidak begitu menyengat dan
apabila dicicipi rasanya tidak terlalu asin. Sebagian besar di pasaran banyak
beredar tepung ikan lokal yang harganya lebih murah dibandingkan harga
tepung ikan impor. Pada tepung ikan lokal kelihatannya belum ada standarnya
karena sisa-Sisa ikan seperti kepala-kepala dan tulang-tulang dipeijual belikan
sebagai tepung ikan. Ini menggambarkan kualitas tepung ikan yang beredar di
pasaran sangat bervariasi. Tepung ikan seperti diatas pasti jauh kualitasnya
apabila dibandingkan dengan tepung ikan utuh yang sengaja dibuat sebagai
tepung ikan.
Penentuan kualitas tepung ikan harus betul-betul berhati-hati karena
apabila salah menentukan akan berakibat fatal karena kandungan proteinnya
cukup tinggi. Pemilihan tepung ikan yang pertama dilihat khususnya tepung
ikan lokal, bagaimana tampilan partikel yang ada. Jika pada tepung ikan
tersebut banyak dijumpai tulang-tulang artinya tepung ikan tersebut kualitasnya
kurang bagus. Timbulnya bau yang terlalu menyegat, hal ini menandakan
proses pengeringannya kurang sempurna, apabila rasanya asin dan dipegang
agak lembab ini menunjukkan tepung ikan tersebut mengandung kadar garam
yang tinggi dan jelas kualitasnya rendah.
Selain kualitasnya yang bervariasi, yang perlu diwaspadai yaitu adanya
pemalsuan seperti yang lainnya. Sebagai contoh kasus pernah terjadi dimana
salah satu percobaan dengan perlakuan pakan yang dibuat tiba-tiba
produksinya turun secara drastis, setelah dianalisis dan bahan-bahan yang
dipakai ternyata ditemukan penyebabnya yaitu kandungan protein tepung ikan
yang dipakai hanya 11 setara dengan dedak. Hal ini merupakan suatu
2.4 Pengemasan
Pengemasan merupakan sistem yang terkoordinasi untuk menyiapkan
barang menjadi siap untuk ditransportasikan, didistribusikan, disimpan, dijual dan
dipakai. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau
mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya, melindungi
dari bahaya pencemaran serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran).
Sedangkan penyimpanan adalah salah satu bentuk tindakan pengamanan yang
selalu terkait dengan waktu yang bertujuan untuk mempertahankan dan menjaga
komoditi yang disimpan dengan cara menghindari, menghilangkan berbagai
faktor yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas komoditi tersebut. Selama
ini didunia peternakan, pakan merupakan faktor penentu keberhasilan usaha,
dimana ketersediannya sangat terkait dengan waktu, sehingga perlu dilakukan
penyimpanan. Jika penyimpanan pakan terlalu lama akan menurunkan kualitas
dari pakan tersebut (Syamsu, 2000).
Budaya kemasan telah dimulai sejak manusia mengenal sistem
penyimpanan bahan makanan. Sistem penyimpanan bahan makanan secara
tradisional diawali dengan memasukkan bahan makanan ke dalam suatu wadah
yang ditemuinya. Dalam perkembangannya di bidang pascapanen, sudah banyak
inovasi dalam bentuk maupun bahan pengemas produk pertanian. Temuan
kemasan baru dan berbagai inovasi selalu dikedepankan oleh para produsen
produk-produk pertanian dan hal ini secara pasti menggeser metode pengemasan
tradisional yang sudah ada sejak lama di Indonesia (Jamal, 2006).
2.5 Penyimpanan Pakan
Penanganan pakan dan bahan baku pakan sangat penting bagi ketersediaan
nutrisi pakan bagi ternak sehingga penyimpanan yang tidak baik bertujuan pada
rusaknya kandungan nutrisi. Hal ini menjadi salah satu tantangan tersendiri karena
kecepatan penurunan kualitas ini 10 kali lipat lebih cepat pada iklim tropis. Daya
simpan pakan ayam di dalam gudang adalah 30 hari sejak tanggal produksi
(batch). Baik pakan bentuk crumble (butiran), pellet maupun mash (tepung) akan
disarankan idealnya peternak tidak menyimpan pakan lebih 14 hari atau 2 minggu
sebagai antisipasi (Rasyaf, 1995).
2.5.1 Kadar Air dan Daya Simpan
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyimpanan pakan adalah tipe atau
jenis pakan, periode atau lama penyimpanan, metode penyimpanan, temperatur,
kandungan air, kelembaban udara, serangga, bakteri, kapang, binatang pengerat
dan komposisi zat-zat makanan. Waktu penyimpanan cenderung untuk
meningkatkan kadar air bahan, yang akan menunjang pertumbuhan jamur yang
pada gilirannya akan lebih mempercepat kerusakan bahan tersebut. Daya simpan
tiap jenis bahan pakan yang disimpan berbeda tergantung kandungan air bahan.
Bahan dengan kandungan air yang lebih rendah akan lebih tinggi daya simpannya
dibandingkan dengan bahan dengan kadar air yang lebih tinggi (Soesarsono,
1988).
Daya tahan dan daya simpan pakan atau bahan baku pakan sangat
tergantung pada kadar air yang terkandung di dalamnya. Standar Nasional
Indonesia (SNI) menetapkan angka ideal kadar air dalam pakan ternak tidak
melebihi 14%. Meskipun sebagai antisipasi dan langkah aman, sebagian pabrik
menerapkan standar lebih baik dengan menetapkan kadar air dikisaran 10-12%
untuk pakan dan bahan baku pakan. Kadar air tinggi tidak harus terlihat basah,
bahan baku yang kelihatannya kering belum tentu kadar airnya sedikit.
Kadar air yang tinggi berhubungan dengan rusaknya protein dan lemak.
Kadar air yang semakin tinggi di satu sisi dan kandungan protein serta lemak yang
tinggi di sisi lain secara bersama akan menimbulkan reaksi. Reaksi terjadi pada
ammonia yang timbulnya bau. Peningkatan kadar air selama penyimpanan karena
disimpan di tempat yang lembab sehingga menyebabkan komposisi yang tertera
dalam label tidak sesuai. Semakin tinggi kadar air, maka persentase bahan kering
akan menurun.
Penyimpanan pakan dalam gudang yang lembab dipastikan akan rusak
dalam waktu 2-3 hari saja. Penyimpanan pakan dan bahan baku pakan yang
kurang baik biasanya menimbulkan persoalan, yang paling umum muncul di
jamur. Kontaminasi jamur menjadi problem tersendiri karena jamur ini
memproduksi racun yang biasa dikenal dengan mikotoksin. Jenisnya bnayak,
tetapi yang paling terkenal di Indonesia adalah aflatoksin. Pemberian pakan yang
terkontaminasi mitotoksin pada ayam akan menimbulkan gangguan kesehatan
serius (mikotoksisitas) berupa gejala keracunan dan bisa sampai mengalami
kematian. Kasus yang banyak terjadi di lapangan meskipun tidak menimbulkan
kematian, tetapi kejadiannya signifikan menekan produksi ayam (Rasyaf, 1995).
2.5.2 Kerusakan Pakan
Terdapat empat tipe kerusakan bahan pakan yang disimpan pada kondisi
yang buruk yaitu :
a) kerusakan fisik dan mekanik, yaitu kerusakan yang terjadi jika bahan tidak
ditangani secara hati-hati waktu kegiatan panen, transportasi, pengolahan dan
penyimpanan;
b) kerusakan kimiawi, yaitu meliputi kerusakan bahan akibat reaksi kimia atau
reaksi pencoklatan non enzimatik yang merusak partikel karbohidrat, penurunan
kandungan vitamin dan asam nukleat;
c) kerusakan enzimatik, yaitu terjadi akibat kerja beberapa enzim seperti protease,
amilase dan lipase, misalnya pemecahan molekul lemak menjadi asam lemak
bebas dan glyserol oleh enzim lipolitik dan aktivitas enzim proteolitik memecah
protein menjadi polipeptida dan asam amino;
d) kerusakan biologis, terjadi akibat serangan serangga, binatang pengerat,
BAB 3. METODE PELAKSANAAN
3.1 Tempat dan Waktu 3.1.1 Tempat
Kegiatan Kuliah Kerja telah dilaksanakan di PT. Japfa Comfeed Indonesia
Tbk. Unit Gedangan, Jl. Raya Tebel Km. 3,8 Sidoarjo Jawa Timur, Indonesia.
3.1.2 Waktu
Kegiatan ini dilaksanakan pada jam kerja selama 25 hari terhitung sejak
tanggal 16 Juni-18 Juli 2014.
3.2 Bentuk dan Sifat Kegiatan
Bentuk dan sifat kegiatan ini adalah berupa Kuliah Kerja (KK) yang
bersifat kurikuler. Pada pelaksanaannya mahasiswa mempelajari sekaligus
mempraktikkan dengan terjun langsung pada perusahaan atau instansi yang terkait
untuk mengikuti sistem kerja yang ada, dengan menerapkan ilmu pengetahuan
yang dimiliki.
3.3 Metode Kegiatan 3.3.1 Jenis dan Sumber Data
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari lapangan dengan
menggunakan daftar pertanyaan kunci maupun dengan melakukan
pengamatan langsung di lapangan.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain bukan diusahakan
sendiri. Sumber data sekunder dapat berupa bukti-bukti tulisan
(dokumentasi), jurnal-jurnal laporan dari pakar atau peneliti dan instansi
terkait terutama yang berhubungan dengan kegiatan ini.
3.3.2 Metode Pengumpulan Data
1. Studi kepustakaan yaitu metode pengumpulan data-data secara teoritis sebagai
dari sejumlah buku dan literatur yang berkaitan dengan pengadaan dan kontrol
kualitas bahan baku serta penanganan pasca prosesnya.
2. Studi lapang yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap pengadaan dan kontrol
kualitas bahan baku serta penanganan pasca prosesnya di lapang. Beberapa
metode untuk melakukan studi lapang adalah sebagai berikut:
a. Metode Observasi
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengikuti dan
mengamati secara langsung kegiatan yang ada di lapangan kemudian
disesuaikan dengan objek yang dijadikan penelitian selama kuliah kerja.
b. Metode Wawancara
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan
wawancara dan tanya jawab pada nara sumber tentang data yang
berhubungan dengan objek yang diteliti.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara
mencatat hasil pengamatan data produksi.
3.4 Jadwal Pelaksanaan Kuliah Kerja
Gambaran umum mengenai jadwal pelaksanaan Kuliah Kerja yang telah
dilaksanakan di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk, Unit Gedangan, Sidoarjo, pada
Tabel 3.1 Gambaran umum mengenai jadwal pelaksanaan Kuliah Kerja
No Program Kegiatan Waktu
1. - Pengenalan perusahaan - Survei awal kegiatan pabrik
- Observasi penerumaan bahan baku.dan pakan keluar
- Observasi gudang bahan baku
- Observasi gudang penyimpanan bahan baku cair dan feed additive
- Pemahaman mengenai pengendalian pra proses hingga menjadi pakan.
3. - Observasi bagian produksi - Pemaparan proses produksi
- Pemaparan bentuk koordinasi bagian produksi dengan bagian luar produksi. - Mekanisme intake bahan baku dan premix
Pemaparan fungsi kerja alat produksi dan penambahan premix (hand add), PO (palm olein)
- Pemaparan standar pengambilan sampel oleh QC pada bagian produksi
- Pemaparan tentang bagian sweeping (bahan baku dan hasil produksi)
Minggu ke-4 (07-11 Juli 2014)
5. - Observasi kembali untuk memperoleh data yang tepat.
- Pengumpulan data akhir - Penerimaaan kunjungan dosen
pembimbing KK
- Pencocokan data dan hasil observasi selama 4 minggu.
Minggu ke-5 (14- 18 Juli 2014)
3.5 Penyusunan Laporan
Dari data hasil kegiatan kuliah kerja dianalisis dan disajikan dalam bentuk
penjelasan deskriptif guna menilai penerapan pengendalian pra proses dan pasca
BAB 4. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1 Sejarah Berdirinya PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo merupakan
sebuah perseroan yang didirikan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1998. Akte
pendirian dibuat dihadapan Irawan Soerodjo, SH dengan Akte Nomor 108, yang
mendapat pengesahan dari yang berwenang berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehakiman Republik Indonesia tertanggal 06 November 1998, Nomor
02-23846.HT01.01.TG.98 dengan nama perseroan terbatas PT. Bintang Terang
Gemilang yang berkedudukan di Jl. Raya Rangkas Bitung Km. 3,2 Cikande,
Serang, Jawa Barat dan sekaligus tercatat sebagai Cabang Cikande.
Pada tahun 2000, Perseroan ini membeli aset ex. PT. SIAR SUPER FEED
MILL Sidoarjo. Akte Perjanjian Ikatan Jual Beli dibuat dihadapan Ny. Sukarini,
SH dengan Akte Nomor 25 Tanggal 03 Juli 2000. Akte pendirian PT. Bintang
Terang Gemilang dibuat dihadapan Yanto Indrayana Bagio, SH dengan Akte
Nomor 3, tercatat sebagai cabang Sidoarjo. Selama tahun 2000 sampai 2002,
Perseroan menyewakan pabrik cabang Sidoarjo kepada pihak ketiga untuk
melaksanakan kegiatan produksi.
Pada tahun 2003, cabang Sidoarjo memulai Operasi Komersialnya dengan merk dagang “GEMILANG” dan di tahun 2004 berkembang dengan merk dagang “GUNAFEED” serta “GEMAFEED” ditahun 2005. Dalam melaksanakan pemasaran hasil produksinya, perseroan menunjuk PT. Multi Agro Persada Tbk.
Sebagai distributor tunggal dengan wilayah pasar meliputi: Jawa Timur, Jawa
Tengah, DI Jogjakarta, Bali dan Lombok.
Pada tanggal 12 Oktober 2010, PT. Multi Agro Persada Tbk diakuisisi
oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo yang disahkan
dihadapan Notaris Buntaro Trigis, SH, SE dengan Akte No. 38 Tanggal 07
Desember 2009. Oleh karena itu pemasaran hasil produksi PT. Bintang Terang
Gemilang tidak lagi dilakukan oleh PT. Multi Agro Persada Tbk sebagai distribusi
Pada tanggal 01 Januari 2011, PT. Bintang Terang Gemilang bergabung
dengan PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo yang
disahkan dihadapan notaris Fransiskun Yanto Wijaya, SH dengan akta No. 16
Tanggal 23 Nopember 2010. Dengan adanya penggabungan tersebut maka PT.
Bintang Terang Gemilang berubah menjadi PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
unit Gedangan, Sdoarjo.
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo merupakan
anak dari perusahaan Japfa yang bergerak di bidang produksi pakan ternak dan
merupakan cabang dari PT. Japfa Comfeed Indonesia yang berpusat di Serang,
Banten. Sistem organisasi yang digunakan di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
Unit Gedangan, Sidoarjo adalah sistem organisasi garis. Sistem ini bercirikan
mata rantai vertikal antara berbagai tingkat organisasi. Artinya semua anggota
organisasi menerima perintah melalui suatu rantai komando. Keuntungan dari
sistem garis ini selain sederhana, juga memiliki disiplin kerja yang terjamin baik
karena atasan mengetahui dapat siapa dan seberapa batasan yang perlu diawasi.
Saat ini, pabrik PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. bertempat di Jl. Raya
Tebel km 3,8 Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur. Perusahaan ini memproduksi
pakan unggas khususnya unggas berupa ayam. Pakan yang diproduksi di pabrik
ini memiliki empat merk dagang, antara lain merk “GEMILANG”, “GUNAFEED”, “GEMAFEED”, dan “ACT”. Bentuk pelaksanaannya, PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo menerapkan Sistem
Manajemen Mutu ISO 9001:2008 serta Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
4.2 Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu Perusahaan
Adapun visi, misi, dan kebijakan mutu pelaksanaan perusahaan PT. Japfa
Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo adalah sebagai berikut:
4.2.1 Visi
Adapun visi dari PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan,
Sidoarjo dalam menjalankan usahanya yaitu menjadi perusahaan penghasil pakan
4.2.2 Misi
Sementara itu, misi yang dilakukan oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia
Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo untuk mencapai visi perusahaan, yaitu dengan
berperan aktif mencukupi kebutuhan protein hewani masyarakat di tingkat
regional.
4.2.3 Kebijakan Mutu
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. unit Gedangan, Sidoarjo berperan aktif
dalam mencukupi kebutuhan protein hewani masyarakat dengan menghasilkan
pakan pilihan utama bagi mayoritas peternak unggas.
Untuk itu manajemen dan seluruh karyawan bertekad :
1. Memproduksi pakan ternak yang berkualitas prima secara konsisten untuk
memenuhi kepuasan pelanggan di industri perunggasan.
2. Mewujudkan hubungan yang harmonis dan saling menguntungkan antara
perusahaan, pelanggan serta pemasok.
3. Meningkatkan kompetensi karyawan melalui pelatihan berkesinambungan.
Demi mewujudkan tekad tersebut, perusahaan sepakat melaksanakan
perbaikan berkesinambungan dengan menerapkan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001 : 2008.
4.3 Struktur Organisasi Perusahaan
Berikut ini gambaran sistem organisasi garis struktural perusahaan PT.
Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo. Gambaran lebih jelasnya
Gambar 4.1. Struktur organisasi PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit
Gedangan, Sidoarjo (Sumber: PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
Unit Gedangan. 2012)
4.4 Sumber Daya Manusia 4.4.1 Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang terdapat di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit
Gedangan, Sidoarjo saat ini berjumlah 255 orang, yang dibagi dalam 3 golongan
besar, yaitu :
a. Karyawan Shift
Merupakan karyawan yang jam kerjanya dibagi menjadi 8 jam tiap
harinya (3 shift) dan bagian kerjanya yaitu di bagian produksi / pengolahan
pakan jadi. Karyawan yang bekerja pada shift I sebanyak 34 orang,
sementara itu untuk shift II sebanyak 32 orang dan shift III sebanyak 23
orang.
b. Karyawan Non Shift
Merupakan karyawan yang jam kerjanya tidak dibagi menjadi
beberapa shift, akan tetapi karyawan ini bekerja mulai pukul 08.00-17.00
WIB setiap hari Senin-Jum’at. Karyawan ini bekerja di bagian kantor pabrik dan hanya mengurusi manajemen dari perusahaan. Jumlah
karyawan non shift yang bekerja di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
c. Karyawan Borongan
Merupakan pekerja kasar dan bekerja di bagian penyiapan bahan
maupun pengolahan pakan. Pekerja ini merupakan karyawan kontrak yang
hanya di kontrak dalam beberapa waktu saja. Jumlah karyawan borongan
yang bekerja di pabrik ini sebanyak 62 orang.
4.4.2 Jam Kerja dan Shift Kerja
Shift kerja di unit produksi PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit
Gedangan, Sidoarjo dibagi menjadi 3 shift, yaitu shift pagi (regu A), siang (regu
B), dan regu malam (regu C). Adapun hari kerja yang dijalankan dalam seminggu
yaitu hari Senin sampai Sabtu untuk bagian operasional (produksi) dan hari Senin sampai Jum’at untuk bagian Staff Office. Pembagian jam kerja diatur sebagai berikut :
1. Shift pagi (regu A) : pukul 07.00-15.00 WIB
2. Shift siang (regu B) : pukul 15.00-23.00 WIB
3. Shift malam (regu C) : pukul 23.00-07.00 WIB
4. Bagian Staff Office : pukul 08.00-17.00 WIB
4.5 Proses Pengolahan Pakan Unggas 4.5.1 Penerimaan Bahan Baku
Bahan yang digunakan di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit
Gedangan, Sidoarjo terdiri dari dua macam bahan, yaitu bahan baku dan bahan
premix. Bahan baku yang digunakan di pabrik adalah biji jagung yang bermutu
baik karena nantinya akan berkaitan dengan kesehatan ayam yang menjadi tujuan
utama dari produk yang dihasilkan. Selain biji jagung, bahan baku yang selalu
dipakai di pabrik ini, antara lain tepung kedelai, tepung ikan, tepung daging,
tepung gandum, dan minyak. Sementara itu, bahan premix yang digunakan di
pabrik ini berupa bahan-bahan yang kaya akan kandungan protein, vitamin, dan
mineral.
Biji jagung yang digunakan oleh pabrik merupakan jagung yang
didatangkan dari lokal (dalam negeri) maupun luar negeri. Jagung yang
Banyuwangi, Lamongan, Bojonegoro, Tuban, dan Gorontalo. Sementara itu,
untuk jagung yang didatangkan dari luar negeri biasanya diperoleh dari Argentina,
USA, China dan India. Tempat pengambilan bahan baku tersebut merupakan
penghasil bahan baku jagung yang memiliki kualitas baik untuk digunakan
sebagai produk pakan ternak. Meskipun pabrik juga mendatangkan jagung dari
luar negeri, akan tetapi jagung yang digunakan untuk produksi mayoritas adalah
jagung lokal. Hal tersebut dikarenakan mutu jagung lokal masih lebih baik
daripada jagung yang di impor dari luar negeri. Pembelian bahan lokal lainnya
adalah garam, kopra, tepung batu, biji batu. Untuk bahan baku import sebelum
pengiriman harus menyertakan COA (Certification Of Analysis) yaitu standart
import yang berisi:
1. Oils and albuminoids combined (minyak dan albumin gabungan)
2. Sand and / or silica (pasir dan / atau silica)
3. Moisture (Kadar air)
4. Fibre (Serat)
5. Ash (Kadar abu)
4.5.2 Kriteria Bahan Baku
Bahan baku maupun bahan premix yang akan diolah, harus memenuhi
kriteria tertentu. Selain itu, kadar air yang terlalu tinggi pada biji jagung dapat
menyebabkan proses pengolahan menjadi sulit karena kandungan air pada proses
pengolahan menjadi terlalu tinggi. Produk pakan ternak yang dikehendaki yaitu
produk yang kering, sehingga apabila kadar airnya terlalu tinggi akan
menyebabkan cepat berjamur sehingga mengurangi umur pakan.
Dalam memasukkan jagung ke dalam silo, tidak boleh dicampur antara
jagung lokal dan jagung impor. Jika di dalam satu silo berisi jagung lokal, maka di
dalam satu silo tersebut harus berisi jagung lokal semua. Ketiga silo di PT JCI
dapat menampung jagung dengan total sekitar 3500 ton. Jagung yang dimasukkan
kedalam silo harus memiliki kadar air antara 15-17%. Kriteria mutu bahan baku
local yang layak diterima oleh pabrik ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Sementara itu, bahan baku selain jagung yang akan digunakan untuk
tersebut nantinya akan dituangkan ke mesin mixer sesuai dengan formula yang
ditentukan untuk dicampur dengan jagung atau dengan bahan lainnya saja.
4.5.3 Proses Produksi
Pakan unggas yang diproduksi oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
Unit Gedangan, Sidoarjo hanya khusus untuk ternak segala jenis ayam saja.
Produk yang dihasilkan di perusahaan ini memiliki tiga jenis produk, yaitu produk
dengan bentuk pellet, produk dengan bentuk crumble, dan produk dengan bentuk
konsentrat. Berikut ini akan diuraikan perbedaan dari ketiga jenis pakan tersebut.
a. Pakan bentuk pellet:
1. Digunakan untuk ayam yang akan dipotong
2. Bentuknya silinder, panjang, padat, dan ukurannya paling besar
dibandingkan pakan jenis lainnya
3. Cocok untuk ayam yang memiliki ukuran mulut yang besar (ayam
dewasa)
4. Harganya paling murah diantara ketiga jenis produk
5. Pembentukannya melalui proses pelleting
b. Pakan bentuk crumble:
1. Digunakan untuk ayam yang baru lahir
2. Bentuknya butiran-butiran kecil
3. Cocok untuk ayam yang memiliki ukuran mulut yang kecil
4. Harganya sedikit lebih mahal dari bentuk pellet
5. Pembentukannya melalui proses pelleting dan crumbling
c. Pakan bentuk konsentrat:
1. Bentuknya berupa tepung
2. Harganya paling mahal
3. Pembentukannya hanya melalui proses mixing
4. Tersusun dari bahan-bahan selain biji jagung
Berikut tahapan proses pembuatan ketiga jenis pakan unggas di PT. Japfa
Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo dapat dilihat pada Gambar
Tabel 4.1 Kriteria mutu bahan baku lokal layak terima
No. Bahan Kriteria Keterangan
1.
Sumber: Laboratorium Plant PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan,
Gambar 4.2. Diagram pembuatan pakan unggas
Keterangan :
Proses pembuatan pakan ternak bentuk pellet
Proses pembuatan pakan ternak bentuk crumble
Proses pembuatan pakan ternak bentuk konsentrat
Intake
Grinding
Dosing
Pelleting
Cooling
Crumbling
Sieve
Bagging dan Simpan Spray Enzyme
Mixing Bahan Baku Bahan Premix
Konsentrat
BAB 5. PEMBAHASAN
Pelaksanaan Kuliah Kerja (KK) selama bulan Juni-Juli 2014 ini
melakukan pengamatan mengenai proses pengendalian pra proses dan pasca
proses produksi pakan unggas yang ada di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk,
Unit Gedangan, Sidoarjo. Secara umum, proses pengendalian pra proses dan
pasca proses produksi pakan unggas PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit
Gedangan Sidoarjo sudah berjalan dengan cukup baik. Pengadaan dan kontrol
kualitas bahan baku ini diatur melalui kerjasama yang cukup baik antara pihak
Quality Control, Purchasing, dan Warehouse. Proses tersebut tidak mungkin
selamanya berjalan lancar, adakalanya pihak perusahaan menghadapi suatu
masalah yang berkaitan dengan hal tersebut. Hasil pengamatan selama kegiatan
Kuliah Kerja menunjukkan adanya beberapa permasalahan yang dihadapi oleh
pihak perusahaan ini. Permasalahan-permasalahan yang dijumpai secara umum
berkaitan dengan pengadaan, pengambilan sampel, kontrol kualitas, penyimpanan
bahan baku, dan penyimpanan pakan.
5.1. Penerimaan Bahan Baku
Bahan baku dan bahan tambahan (premix) yang ada di pabrik bukan
merupakan bahan dalam jumlah tetap dalam bulannya, akan tetapi merupakan
bahan yang perlu disediakan dengan jumlah berbeda-beda untuk setiap bulannya.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, bahwa penerimaan bahan yang
dilakukan oleh PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo
menggunakan sistem order dimana bahan akan didatangkan jika perusahaan
memperoleh permintaan untuk melakukan produksi dari perusahaan pusat maupun
memperoleh pesanan langsung dari konsumen. Hal ini menyebabkan jumlah
bahan yang didatangkan tidaklah sama untuk setiap periode waktunya (bulan
maupun tahun).
Tahapan penerimaan bahan baku menjadi titik kritis dalam pengolahan
pakan unggas, karena bahan baku merupakan salah satu faktor penentu dalam
keberhasilan produksi pakan unggas. Menurut Kartasudjana (2005), bahan baku
formulasi pakan karena hasilnya akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan.
Pakan yang dibuat harus terkomposisi atau terbuat dari bahan yang mempunyai
kandungan nutrisi yang lengkap. Proses penerimaan bahan baku sangat
menentukan mutu pakan. Pada proses penerimaan bahan baku dilakukan beberapa
tahapan yaitu:
1. Quality Control (QC) bagian penerimaan bahan akan mengambil
sampel;
2. Sampel tersebut dilakukan pemeriksaan fisik (warna, kutu, jamur, kadar
air, kontaminasi, tekstur, suhu dan bau);
3. Dilakukan Quick Test/NIR (kadar air, screen test, hull, HCL, Sand,
FFA, POV);
4. Jika diperlukan dilakukan analisa wet lab untuk bahan baku impor
maupun lokal (kadar air, fat, Fiber, Ash, CA, NA, P, FFA, POV).
Ketika bahan baku datang Quality Control (QC) bagian penerimaan
bahan akan mengambil sampel bahan secara langsung bahan dalam bentuk curah
dan dari beberapa karung yang masih ada di bak truk dengan cara melubangi
karung untuk diuji kelayakan mutu dari bahan tersebut apakah sudah masuk
kriteria layak diproduksi atau belum. Apabila bahan yang sudah diuji masuk
kriteria yang layak diproduksi, maka bahan akan diterima dan akan langsung
disimpan di gudang. Sebaliknya, jika bahan yang sudah diuji tidak masuk kriteria
bahan untuk diproduksi, maka bahan akan ditolak.
Alat yang digunakan untuk menguji kriteria dari bahan baku maupun
bahan premix di PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo
yaitu NIR-FOSS Sistem yang dihubungkan dengan komputer sehingga nantinya
dapat melihat kriteria mutu suatu bahan. Cara penggunaan alat ini yaitu bahan
dimasukkan kedalam suatu kotak kecil yang disalah satu bagian sisinya
berdinding kaca. Selanjutnya, kotak berisi sampel dimasukkan kedalam
NIR-FOSS sistem dimana bagian yang berdinding kaca menghadap ke arah tertentu
sesuai dengan prosedur penggunaan alat. Alat tersebut akan menembakkan sinar
halogen ke bagian kaca tempat sampel sehingga akan mengenai sampel. Sinar
akan dipantulkan oleh sampel sehingga akan diserap oleh bagian optik dari alat
panjang gelombang yang bermacam-macam karena sinar yang dipantulkan oleh
sampel merupakan sinar yang sudah bercampur dengan warna sampel. Panjang
gelombang tersebut nantinya akan diterjemahkan oleh program IC scan sehingga
dapat dibaca oleh karyawan QC penerimaan bahan. Selanjutnya, hasil uji yang
sudah terdeteksi nantinya dicocokkan dengan kriteria mutu yang sudah ditetapkan
dari perusahaan.
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo memiliki
kriteria mutu sendiri untuk bahan-bahan layak di produksi yang didatangkan dari
dalam negeri. Berbeda dengan bahan impor, PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk.
Unit Gedangan, Sidoarjo tidak memiliki standar khusus karena standar mutunya
sudah ditentukan oleh negara asal. Kriteria mutu bahan yang diperoleh dari dalam
negeri yang ditetapkan oleh QC penerimaan bahan PT. Japfa Comfeed Indonesia
Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo sebagai standar kelayakan untuk diterima dapat
dilihat pada Tabel 5.1.
Bahan-bahan yang telah diambil oleh pegawai QC sebagai sampel
nantinya akan di cek, kemudian truk berisi bahan-bahan akan masuk ke ruang
penimbangan. Di ruang ini, pegawai menimbang berat truk beserta bahan – bahan yang diangkutnya guna mengontrol berat bahan yang sudah diterima apakah
sesuai dengan pesanan atau tidak. Selanjutnya, truk akan membawa bahan-bahan
ke gudang penyimpanan. Perbedaannya dengan bahan dalam bentuk curah yaitu
bahan akan ditumpahkan ke lantai gudang secara manual oleh pekerja setelah
sampai di gudang. Bahan dipindahkan dengan menggunakan sekop maupun
cangkul. Bahan yang sudah diterima atau layak untuk diproses, akan dilakukan
bagging off. Pada proses ini bahan yang layak untuk diproduksi dimasukkan
kedalam karung dan kemudian dijahit untuk disimpan di dalam gudang agar bisa
digunakan sewaktu-waktu. Setelah itu, bahan yang sudah dimasukkan ke dalam
karung diletakkan diatas pallet kayu menggunakan ganco. Di atas satu pallet kayu
biasanya memuat 26 karung. Selanjutnya, pallet kayu yang memuat karung
Tabel 5.1 Kriteria mutu bahan baku lokal layak terima
No. Bahan Kriteria Keterangan
1.
Sumber : Laboratorium Plant PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan,
5.2 Pengambilan Sampel (Sampling) Bahan Baku
PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. Unit Gedangan, Sidoarjo menerapkan
sistem pengawasan kualitas bahan baku yang ketat, mulai dari prosedur
penerimaan hingga penyimpanan bahan baku pakan. Proses penerimaan bahan
baku di perusahaan ini dilakukan dengan menggunakan sistem input data yang
bersifat online yaitu System Application Product in data processing (SAP) yang
memudahkan transfer data dari setiap bagian. Prosedur penerimaan bahan baku
pada umumnya dilakukan melalui dua tahap sampling yaitu presampling dan
unloading.
5.2.1Presampling
Presampling dilakukan di awal pada saat kedatangan/sebelum dilakukan
penimbangan pertama. Presampling disebut juga sampling 30% karena sampling
dilakukan pada masing-masing bagian karung atas, tengah, dan belakang
sebanyak 30% dari total bahan baku. Dari keseluruhan sampel tersebut, lalu
diambil komposit sampel sebanyak 1 hingga 3 kg, kemudian akan dibawa ke
Quality Control Laboratory untuk dilakukan analisis. Proses presampling ini akan
menentukan dibongkar atau tidaknya suatu pasokan bahan baku. Presampling
dilakukan dengan 2 cara yaitu otomatis dan manual. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 5.1 dan 5.2.
Presampling otomatis dilakukan khusus untuk bahan baku curah seperti
jagung dan wheat brand. Sampling otomatis dilakukan dengan menggunakan
mesin shelter dengan titik pengambilan sampel yang ditentukan secara otomatis
oleh automatic sampling point system. Jumlah titik disesuaikan dengan jenis
bahan baku dan kendaraan yang digunakan untuk memuat bahan baku tersebut.
Pengambilan sampel dilakukan minimum 3 titik yang berbeda setiap 1/5 bagian
truk atau total 15 titik dari seluruh bagian. Selain itu dilakukan pemeriksaan fisik
pada saat pengambilan sampel (warna, kutu, jamur, gumpalan, kontaminasi, kadar
air, tekstur, suhu, dan bau), selanjutnya diambil komposit sampel untuk penentuan
kualitas bahan baku tersebut.
Gambar 5.2. Sampling manual (Koleksi Penulis, 2014)
Presampling manual dilakukan untuk bahan baku dalam karung atau non
curah. Presampling manual dilakukan oleh petugas QC dengan cara naik ke atas
truk, lalu sampel diambil dengan menggunakan probe. Sampel diambil dari
bagian karung yang terlihat pada bagian atas, samping, dan belakang truk tersebut.
Tusukan probe minimum 2 kali pada tempat yang berlainan. Pemeriksaan fisik
juga dilakukan pada saat pengambilan sampel (warna, kutu, jamur, gumpalan,
kontaminasi, kadar air, tekstur, suhu, dan bau). Dari sampel tersebut, lalu diambil
komposit sampel untuk penentuan kualitas bahan baku tersebut. Komposit sampel
kemudian dibawa ke bagian Quality Control/Labaoratory Department untuk
dilakukan analisis dengan metode quick test. Analisis yang dilakukan pada