• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memelihara Sarana dan Prasarana Kampus b

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Memelihara Sarana dan Prasarana Kampus b"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Memelihara Sarana dan Prasarana Kampus berdasarkan Kode Etik

dan Tata Tertib Mahasiswa UIN Maliki Malang

Artikel ini disusun untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester ganjil mata kuliah Sosiologi Hukum yang diampu oleh dosen :

MIFTAH SHOLEHUDDIN. M.HI

Disusun oleh :

DEWIRATRI NUR’ILMI NIM. 14220016

JURUSAN HUKUM BISNIS SYARIAH FAKULTAS SYARIAH

(2)

Latar Belakang

Kode etik merupakan suatu pola aturan atau tatanan etika yang menjadi sebuah pedoman seseorang dalam melakukan sebuah tindakan. Kode etik dalam suatu kelompok masyarakat biasanya memerlukan kesepakatan dari masyarakat itu sendiri di dalam kelompoknya. Sejatinya, kode etik ini secara umum lebih cenderung kepada norma sosial, namun secara khusus di mana kode etik dengan sanksi yang berat dapat dikategorikan dalam norma hukum.

Seperti halnya sebuah hukum yang diatur dalam suatu tempat, kode etik serta tata tertib yang merupakan sebuah aturan, ini juga ditujukan untuk membentuk sebuah masyarakat yang tertib dan teratur sehingga terciptalah kesejahteraan di dalamnya. Terciptanya tujuan tersebut akan terwujud dengan adanya kerjasama dari semua pihak.

Tercapainya tujuan suatu hukum inilah yang disebut dengan efektivitas hukum dalam masyarakat. Berbicara mengenai efektivitas suatu hukum atau berlakunya hukum secara yuridis dan hukum berfungsi di dalam masayarakat apabila memenuhi beberapa faktor : (1) kaidah/peraturan, (2) penegak hukum, (3)sarana dan fasilitas yang digunakan penegak hukum, dan (4) kesadaran masyarakat.1

Dari keempat faktor di atas, kesadaran masyarakat merupakan salah satu yang biasanya menjadi problem dalam efektivitas hukum. Kesadaran yang dimiliki oleh masyarakat untuk memahami sebuah hukum sering dikenal dengan kesadaran hukum. Kesadaran hukum tidak pernah lepas dengan adanya kepatuhan hukum. Apabila seseorang tidak sadar akan hukum maka tidak akan ada kepatuhan, namun kepatuhan tidak dapat diukur atas tahu atau tidaknya seseorang meneganai suatu hukum. Bisa saja mereka mengeri namun karena tidak adanya kesadaran diri (dari hati nurani), akhirnya pelanggaranlah yang terjadi.

Pada realitas yang terjadi di sekitar kampus UIN Maliki Malang, dari beberapa ruang kelas yang ada, banyak terdapat coretan pada kursi serta tembok. Hal ini memang

(3)

tidak menimbulkan sebuah kerusakan yang fatal, namun hal ini menganggu keindahan dan kerapian suasana kelas. Selain keindahan dan kerapihan, kegiatan perkuliahan akan terganggu karena konsentrasi mahasiswa akan kacau akibat membaca coretan-coretan yang ada. Fenomena ini juga menunjukkan kurangnya kesadaran beberapa pihak dalam mematuhi peraturan yang berkenaan dengan pemeliharaan sarana dan prasarana kampus. Dari fakta yang telah diuraikan di atas, maka melalui penelitian sederhana ini, penulis akan menganalisis lebih jauh secara sosiologis berdasarkan ketaatan dan kepatuhan hukum mahasiswa UIN Maliki Malang dalam pemeliharaan sarana dan prasarana kampus sebagai fasilitas perkuliahan.

Metode Pengumpulan Data

Dalam proses pengumpulan data, penulis mengunakan metode kualitatif yakni observasi, dokumentasi dan wawancara. Observasi dilakukan dengan cara penulis terjun langsung ke lapangan untuk mengamati masalah yang terjadi, baik melihat secara fakta hukum maupun sosial. Sedangkan wawancara penulis lakukan dengan menanyai beberapa pelaku pencoretan, mahasiswa bukan pelaku pencoretan, serta pandangan pihak yang lainnya mengenai tindakan corat-coret fasilitas kampus. Dan dokumentasi sebagai bukti atas realitas masalah yang sedang dan benar-benar terjadi.

Paparan Teori

Keefektivitasan suatu hukum yang telah dipaparkan sebelumnya, akan tercapai dengan adanya empat faktor dimana salah satunya adalah kesadaran masyarakat sebagai subjek hukum. Menurut Indang Sulastri yang dikutip oleh Miftahus dalam artikel Implementasi Perwali Kota Malang no 19 tahun 2013, bahwa tingkat kepatuhan hukum setiap warga masyarakat dapat dikelompokkan menjadi, : (1) compliance, (2) identification

dan (3) legal conscience. 2 Compliance adalah kepatuhan hukum karena unsur dipaksa atau

lebih tepatnya kepatuhan tercipta apabila adanya kehadiran figur aparat. Misalnya ketertiban mahasiswa dikelas akan terlihat ketika di dalam kelas ada dosen. Berbeda

2Miftahus Sholehudin,Implementasi Perwali Kota Malang Nomor 19 Tahun 2013,

(4)

apabila kelas tidak adanya dosen, maka kegaduhan akan terjadi. Identification adalah tingkat kepatuhan terhadap hukum karena mengidentikkan perilaku bersangkutan dengan perilaku lingkungan, jadi peran lingkungan sosial merupakan faktor terciptanya kepatuhan hukum. Misalnya, seorang polisi lalu lintas akan selalu mematuhi marka karena statusnya sebagai aparat, dan akan malu apabila dia melanggar akan ditilang oleh teman satu kerjanya sendiri. Legal conscience adalah patuh karena adanya dorongan dari dalam diri sendiri. Misalnya, kesadaran seseorang akan selalu membuang sampah pada tempatnya. Hal ini karen adanya kesadaran dalam hati nuraninya akan dampak jika membuang sampah sembarangan.

Berkaitan dengan kepatuhan atas peraturan (hukum) serta dari penjelasan tingkat kepatuhan hukum seseorang di atas, dapat dikatakan kepatuhan seseorang terhadap adanya peraturan tidak selamanya dijamin berdasarkan kekuatan sanksi. Di dalam kajian-kajian sosiologis dibedakan menjadi dua ragam kepatuhan, (1) apakah kepatuhan itu hanya lahir saja (to comply), atau (2) lebih jauh pada tataran berkomitmen (to obey).3To comply adalah

dimana seseorang hanya sekedar menerima, menyetujui atau menuruti suatu hukum. To obey adalah dimana seseorang lebih kepada komitmennya untuk selalu mematuhi suatu hukum.

Dalam konteks kesadaran hukum maka tidak ada sanksi didalamnya, hal ini merupakan perumusan dari kalangan hukum mengenai penilaian tersebut, yang telah dilakukan secara ilmiah, nilai nilai yang terdapat dalam manusia tentang hukum yang ada (Ius kontitum) atau tentang hukum yang diharapkan ada/dicita-citajan (ius konstituendum). Menurut Soerjono Seokanto ada empat indikator kesadaran hukum, 4yaitu :

1. Pengetahuan hukum; seseorang mengetahui bahwa perilaku-perilaku tertentu itu telah diatur oleh hukum. Peraturan hukum yang dimaksud disini adalah hukum tertulis maupun hukum yang tidak tertulis. Perilaku tersebut menyangkut perilaku yang dilarang oleh hukum maupun perilaku yang diperbolehkan oleh hukum.

3 Soetandyo Wingjosoebroto,Hukum dala Masyarakat, (Yogyakarta:Graha Ilmu,2013), h.102

(5)

2. Pemahaman hukum; seseorang warga masyarakat mempunyai pengetahuan dan pemahaman mengenai aturan-aturan tertentu, misalnya adanya pengetahuan dan pemahaman yang benar dari masyarakat tentang hakikat dan arti pentingnya UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan.

3. Sikap hukum; seseorang mempunyai kecenderungan untuk mengadakan penilaian tertentu terhadap hukum.

4. Pola perilaku hukum; dimana seseorang atau dalam suatu masyarakat warganya mematuhi peraturan yang berlaku.

Oleh karean itu, untuk mencegah kecenderungan masyarakat untuk tidak patuh dan melanggar peraturan, secara sosiologis perlu adanya kontrol sosial. Menurut Soekanto, kontrol sosial merupakan suatu proses yang bertujuan untuk membimbing, mengawasi dan bahkan memaksa seseorang untuk patuh kepada aturan yang berlaku.5

Kontekstualisasi Aturan Hukum

Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor penunjang dalam suatu kegiatan. Seperti halnya dalam kegiatan belajar dan mengajar, baik dari bangku sekolah sampai tingkat perguruan tinggi. Meja, kursi, dan ruang kelas adalah beberapa contoh fasilitas atau sarana dan prasarana. Di dalam penjagaannya, merupakan kewajiban bagi setiap warga sekolah atau kampus itu sendiri. Tidak memandang itu, guru/dosen, siswa/mahasiswa, dan

cleaning service. Adanya sarana dan prasarana tersebut bertujuan untuk menunjang kelancaran proses perkuliahan (belajar mengajar) sehingga ilmu dapat tersampaikan dan diterima dengan baik. Demi tercapainya tujuan tersebut, pasti disetiap lembaga pendidikan terdapat aturan yang mengatur mengenai pemeliharaan sarana dan prasarana.

Di kampus UIN Maliki Malang, telah dicantumkan aturan mengenai kewajiban setiap mahasiswa yang menyebutkan kewajiban untuk selalu menjaga kebersihan dan memelihara sarana prasarana. Lebih tepatnya, pada surat keputusan rektor pada Bab III pasal 5 ayat 10 dan 11 menyebutkan bahwa,

(6)

Setiap mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, berkewajiban : 10. Menjaga kebersihan, ketertiban dan keamanan kampus

11. Memelihara sarana dan prasarana kampus.6

Pada ayat tersebut sudah sangat jelas bahwa pemeliharaan semua sarana dan prasarana kampus merupakan hal yang wajib untuk dilaksanakan. Namun pada realitas yang terjadi di kampus UIN Maliki Malang masih banyak terjadi pelanggaran dan ketidak patuhan terhadap aturan yang ada. Dalam kasus ini, kewajiban sebagaimana tercantum dalam pasal di atas diabaikan dan dianggap sepele.

Selain berkaitan pada kewajiban, pada Bab IV tentang Larangan dan Pelanggaran, pada pasal 6 (9) mengenai pelanggaran merusak sarana dan prasarana, serta pada pasal 7 (3) disebutkan, merusak sarana dan prasarana merupakan salah satu pelanggaran berat yang dapat menimbulkan kerugian moral dan material. 7

Sedangkan pada Bab V tentang Bentuk dan Jenis Sanksi. Diatur pada pasal 8 , di mana bentuk sanksi mulai dari teguran, pembayaran ganti rugi, tidak mendapat layanan akademik, pencabutan hak akademik, skorsing, penangguhan penyerahan iajazah atau nilai, pemberhentian secara tidak hormat sampai penyerahan kepada pihak yang berwajib. Dan dari bentuk sanksi tersebut, pada pasal 9 di kelompokkan pada tiga jenis sanksi, yakni sanksi ringan, sedang dan berat. 8

Pada dasarnya di dalam kode etik dan tata tertib mahasiswa, sudah tercantum secara jelas mulai dari kewajiban, larangan sampai sanksinya. Sehingga apa yang terjadi pada kasus ini sudah jelas menyalahi ketiga hal tersebut. Sebagaimana dalam gambar berikut :

6Surat Keputusan Rektor UIN Maliki Malang No:Un.03/PP.0.09/931/2014 tentang Kode Etik dan Tata Tertib

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang tahun 2014, pasal 5

7Surat Keputusan Rektor UIN Maliki Malang No:Un.03/PP.0.09/931/2014 tentang Kode Etik dan Tata Tertib

Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang tahun 2014, pasal 6 dan 7

8Surat Keputusan Rektor UIN Maliki Malang No:Un.03/PP.0.09/931/2014 tentang Kode Etik dan Tata Tertib

(7)

Berdasarkan gambar dari hasil observasi dan dokumentasi langsung di salah satu ruang kelas, selain merusak keindahan dan kerapian fasilitas, kata-kata yang tercantum di dalamnya juga tidak selayaknya di tuliskan di hadapan publik. Selain itu, di saat ada salah seorang yang mencoret-coret fasilitas, tidak ada yang menegur dan terkesan diabaikan.

(8)

dosen ataupun tidak, serta anggapan yang menyepelekan akan pelanggaran tersebut. Seperti yang disebutkan oleh salah seorang mahasiswi yang tidak ingin disebutkan namanya, dalam wawancara, mengatakan, “biasanya kayak gitu dilakuin soalnya boring mbak di kelas. Makanya cari hiburan. Kalaupun ada aturannya juga dibiarin paling mbak, mana mungkin

di cari satu persatu pelaku pencoretan.”9 Sedangkan mahasiswa yang lain ******* dalam

wawancara dari penulis, menyatakan, “sudah biasa mbak kayak gitu, sudah tradisi. Toh juga ndak ada yang marahin. Nggak rusak rusak amat juga bangkunya, masih bisa dipakek.”

Dari artikel Miftahus tentang implementasi perwali kota Malang, menurut Soekanto yang mengutip pandangan Bierstedt bahwa faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang terhadap suatu aturan diantaranya10 :

a. Indoktrination, merupakan ketaatan hukum yang terjadi karena doktrin lingkungan

untuk berbuat demikian.

b. Habituation , kesadaran yang dilahiran dari proses kebiasaan (proses yang lama).

c. Unility , kepatuhan karena adanya patokan-patokan yang menjadi sebuah pedoman

tingkah laku. Ini lebih condong kepada sebuah kepantasan.

d. Group identification, kepatuhan ada karena dijadikan sebuah identitas kelompok.

Dari keempat doktrin tersebut, pelanggaran tentang sarpras ini salah satu pelanggaran indoktrination . Menurut penulis, apabila peraturan yang telah tertulis di atas dapat disosialisasikan dan dikenalkan kepada seluruh mahasiswa, maka pelanggaran itu tidak akan terjadi.

Dengan mengembalikan lagi kepada hasil observasi, wawancara dan juga peraturan yang ada, sebuah pelanggaran yang telah terjadi tersebut harus tetap ditangani dengan mengaplikasikan sanksi sebagai konsekuensi hukumnya. Pengaplikasian ini dilakukan oleh

9 Wawancara dilaksanakan Sabtu, 5 Desember 2015

10Miftahus Sholehudin,Implementasi Perwali Kota Malang Nomor 19 Tahun 2013,

(9)

beberapa pihak yang berwenang di kampus, seperti yang diterangkan dalam SK Rektor tentang Kode Etik dan Tatib mahasiswa tahun 2014 pada Bab VI pasal 10 :

“ Pihak yang berwenang memberikan sanksi adalah ketua jurusan, ketua prodi, dosen untuk sanksi yang ringan. Dekan untuk sanksi sedang dan Rektor untuk sanksi yang berat.”

Surat keputusan dari Rektor tersebut sudah sangat jelas kepada pihak yang berwenang untuk memberikan sanksi, namun pada pengaplikasiannya tidak terdapat tindakan walaupun sebuah teguran. Hal ini mungkin saja karena tugas mereka tidak hanya untuk mengurusi hal tersebut. Selain itu, secara sosiologis berdasarkan observasi dan wawancara yang penulis lakukan, terdapat kecenderungan dari mahasiswa bahwasannya mahasiswa sendiri maupun dosen juga mengabaikan bahkan bersikap apatis atas perilaku yang sesungguhnya melanggar kode etik dan tata tertib mahasiswa. Selain itu, kurangnya sosialisasi akan peraturan menimbulkan ketidak tahuan mahasiswa sebagai subjek hukum dan merekapun juga terkesan menyepelekan serta bersikap tidak mau tau atas aturan yang ada.

Kesimpulan dan Saran

Dari seluruh uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pelanggaran yang terjadi di sekitar kampus UIN Maliki Malang tentang kewajiban memelihara sarpras kampus

c. Tidak adanya kesadaran hukum karena

a. Tidak ada ketegasan dari pihak yang berwenang memberikan sanksi b. Para pihak yang berwenang

(10)

kurangnya sosialisasi dari peraturan yang ada

kampus

Realitas hukum yang terjadi yang mana telah dipaparkan oleh penulis di atas, merupakan sebuah gambaran dimana dalam efektifitas hukum tidak hanya melihat dan menyalahkan masyarakat (mahasiswa) ataupun penegaknya (pihak yang berwenang memberikan sanksi). Sehingga agar tercapai hal itu dikembalikan lagi kepada kesadaran dari seluruh pihak serta komunikasi sebagai pengenalan hukum. Dari hal itu, kontrol sosial akan mudah dilakukan demi tercapainya ketertiban sesuai dengan tujuan dibuatnya sebuah peraturan serta kepatuhan seseorang terhadap hukum akan lebih pada komitmennya.

Daftar Pustaka

Jarwoko,Dwi dan Bagong Suyanto.2004.Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan.

Jakarta:Kencana

Sholehudin,Miftahus.Implementasi Perwali Kota Malang Nomor 19 Tahun 2013 (artikel Kompasiana.com)

Surat Keputusan Rektor UIN Maliki Malang No:Un.03/PP.0.09/931/2014 tentang Kode Etik dan Tata Tertib Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim Malang tahun 2014 Wingjosoebroto,Soetandyo.2013.Hukum dala Masyarakat.Yogyakarta:Graha Ilmu Zainuddin.2008.Sosiologi Hukum. Jakarta:Sinar Grafika

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun terjadi banyak pergantian kabinet, pemerintah pada masa Demokrasi Liberal berhasil menyelenggarakan pemilihan umum (pemilu) untuk pertama kali di Indonesia. Pemilu pertama

Efek fotolistrik adalah pengeluaran elektron dari suatu permukaan (biasanya logam) ketika dikenai, dan menyerap, radiasi elektromagnetik (seperti cahaya tampak dan radiasi

Untuk semua pihak yang telah membantu penulis baik dari segi moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih, mohon maaf jika saya

• Lapisan dalam (medula) mengandung bagian tubulus yang lurus, ansa Henle, vasa rekta dan duktus koligens terminal • Puncak piramid menonjol ke dalam3. disebut

Inovasi tambahan dapat memungkinkan perusahaan untuk memasuki pasar baru dengan memperbaiki produk untuk pelanggan baru, menggunakan variasi produk inti untuk

Hasil yang diperoleh setelah tes awal yang peneliti dari jumlah siswa kelas V SDN Tampanombo yang berjumlah 32 orang 5 siswa diantaranya mendapatkan nilai 70 dan siswa

Pada penelitian ini telah dirancang dan direalisasikan program sistem verifikasi nomor kendaraan bermotor, yang diujikan pada kondisi pagi, siang, dan sore hari, dimana

Kesimpulan yang dapat diambil selama melakukan Workshop di bagian Penerimaan Mahasiswa Baru Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya yaitu membuat