• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENSTRA Direktorat Kepatuhan Intern 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENSTRA Direktorat Kepatuhan Intern 1"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

Sesuai dengan Undang-Undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan nasional, serta menindaklanjuti Peraturan Presiden nomor 18 tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka menengah nasional (RPJMN) tahun 2020-2024, Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2020-2024, dan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya tahun 2020-2024, ditetapkan dokumen Rencana Strategis Direktorat Kepatuhan Intern 2020-2024.

Sebagai dokumen perencanaan lima tahunan, Renstra Direktorat Kepatuhan Intern membahas antara lain: (i) Reviu kondisi umum, potensi, dan permasalahan kepatuhan intern serta manajemen risiko dalam lingkungan internal dan eksternal; (ii) Tujuan, dan sasaran Direktorat Kepatuhan Intern; (iii) Arah kebijakan, strategi, kerangka regulasi, dan kerangka 2020-2024; dan (iv) Target kinerja, serta rancangan kerangka pendanaannya.

Dokumen ini diharapkan menjadi acuan bagi pelaksanaan tugas Direktorat Kepatuhan Intern selama 5 tahun ke depan, dan dapat bermanfaat bagi pemangku kepentingan dan pihak- pihak terkait lainnya.

Jakarta, September 2020 Direktur Kepatuhan Intern

Dra. Yuni Erni Aguslin, M.Si NIP.196206061988032001

(5)

KATA

(6)

DAFTAR

ISI

KATA PENGANTAR

01 |

Pendahuluan

02 |

Tujuan dan Sasaran

DAFTAR ISI

Kondisi Umum

Tujuan Direktorat Kepatuhan Intern

Potensi dan Permasalahan

Sasaran Kegiatan Direktorat Kepatuhan Intern

Implementasi Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

Penyusunan Kerangka Kerja Manajemen Risiko

Three Lines of Defense Sebagai Model Pengendalian Kepatuhan Intern dan Manajemen Risiko

Pemetaan dan Analisis Risiko Di Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya

10

36

14

38

14

23

25

29

4

6

(7)

04 |

Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan

05 |

Penutup

03 |

Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi

dan Kerangka Kelembagaan

Target Kinerja

Penutup

Arah Kebijakan dan Strategi Unit Organisasi

Kerangka Regulasi

Kerangka Pendanaan

Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat

Kepatuhan Intern

Kerangka Regulasi Kelembagaan

Peningkatan Kualitas Pembinaan dan Pengendalian Manajemen Risiko dalam Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman Peningkatan kualitas Pembinaan dan pengendalian Kepatuhan Intern dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman

52

60

42

47

55

45

48

45

46

(8)
(9)

PENDAHULUAN

(10)

Kondisi Umum

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu agenda besar dari Pemerintah Indonesia dalam upaya mempercepat pertumbuhan ekonomi di Indonesia dalam rangka mewujudkan Indonesia negara berdaulat, maju, adil dan makmur pada tahun 2045. Presiden menetapkan 5 (lima) arahan utama sebagai strategi dalam pelaksanaan misi Nawacita dan pencapaian sasaran Visi Indonesia 2045. Kelima arahan tersebut mencakup Pembangunan Sumber Daya Manusia, Pembangunan Infrastruktur, Penyederhanaan Regulasi, Penyederhanaan Birokrasi, dan Transformasi Ekonomi. Kementerian PUPR bertugas memberikan kontribusi nyata dalam pencapaian target di bidang pembangunan Infrastruktur. Pembangunan infrastruktur pada RPJMN diarahkan untuk menghubungkan kawasan produksi dengan kawasan distribusi, mempermudah akses ke kawasan wisata, mendongkrak lapangan kerja baru, dan mempercepat peningkatan nilai tambah perekonomian rakyat.

Untuk pengembangan permukiman sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya melaksanakan program pengembangan kawasan permukiman, pembinaan penataan bangunan, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pengelolaan air limbah domestik dan drainase lingkungan serta persampahan.

Mengacu kepada kinerja 2015-2019, kinerja yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya selama kurun waktu tersebut diantaranya; peningkatan kualitas permukiman kumuh seluas 32.222 Ha dari target 38.431 Ha (83,84%), akses air minum layak tercapai 25.229,5 l/detik dari target 26.928 l/detik dan akses sanitasi layak tercapai 10.232.149 KK dari target 10.737.054 KK.

Pada RPJMN 2020-2024, beberapa target terkait pembangunan infrastruktur permukiman adalah (i) Rumah tangga yang menempati hunian dengan 100% akses air minum layak dengan 15% akses air aman (%); (ii) Rumah tangga dengan akses air minum jaringan perpipaan sebesar 30%; (iii) Rumah tangga yang menempati hunian dengan akses sanitasi (air limbah domestik) 90% layak dengan 15% aman; (iv) 3 Juta sambungan rumah yang terlayani SPALD-T skala permukiman/ kota/regional; (v) Jumlah rumah tangga yang terlayani instalasi pengolahan lumpur tinja (Rumah Tangga); (vi) Rumah Tangga yang masih mempraktikkan buang air besar sembarangan (BABS) di tempat terbuka sebesar 0 %; (vi) Rumah Tangga yang menempati hunian dengan akses sampah yang terkelola dengan baik di perkotaan sebesar 80% penanganan dan 20% pengurangan; dan (vii) penanganan infrastruktur layanan dasar di 10 KSPN. Sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN

(11)

2020-2024, pencapaian target keseluruhan pelayanan dasar infrastruktur permukiman tersebut akan dipenuhi pada akhir tahun 2024.

Dalam upaya mencapai tujuan tersebut, dalam RPJMN disebutkan proyek prioritas mendukung penyediaan akses air minum dan sanitasi yang layak dan aman di antaranya: i) Pengembangan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Layak dan Aman; ii) Pembinaan Penyelenggaraan Air Minum dan Sanitasi Layak dan Aman; iii) Pengaturan Penyelenggaraan Air Minum dan Sanitasi Layak dan Aman; iv) Pengawasan Kualitas Air Minum dan Sanitasi; v) Akses Sanitasi (Air Limbah) Layak dan Aman (90 persen RT) (Major Project); vi) Akses Air Minum Perpipaan (10 Juta Sambungan Rumah) (Major Project).

Untuk mencapai target tersebut, maka untuk menyelenggarakan infrastruktur permukiman periode 2020-2024 dibentuk kelembagaan yag mengacu kepada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 13/PRT/M/2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Dalam Peraturan tersebut, Direktorat Jenderal Cipta Karya memiliki 9 Unit Eselon 2 dengan 2 unit kerja baru, yaitu Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan dan Direktorat Kepatuhan Intern. Selain itu Direktorat Jenderal Cipta Karya didukung oleh 34 Balai Prasarana Permukiman Wilayah (PPW) dan 5 Balai Teknik yang dibentuk melalui Permen PUPR Nomor 16/PRT/M/2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

(12)

2015 2015 93,4% 19.798.069 Cipta Karya Pagu (Rp.000) PUPR Realisasi (Rp.000) 80% 17.718.709 89,7% 16.873.515 92,6% 18.634.190 71,7% 23.356.866 92,1% 18.483.410 83,1% 14.169.623 90,5% 15.137.468 89,3% 17.256.138 83% 16.751.612 2016 2016 2017 2017 2018 2018 2019 2019

Gambar 1. Perbandingan Tingkat Penyerapan Keuangan Direktorat Jenderal Cipta Karya dan Kementerian PUPR Tahun 2015-20191

Gambar 2. Pagu dan Tingkat Penyerapan Keuangan Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2015-20192

1,2Sumber: Integrated E-Monitoring, 2020

Sejak tahun 2015, Direktorat Jenderal Cipta Karya mengelola anggaran rata-rata di atas Rp. 19 Triliun dengan jumlah paket lebih dari 1000 paket per tahun. Mengacu pada kinerja keuangan Direktorat Jenderal Cipta Karya sejak tahun 2015, rerata tingkat penyerapan keuangan adalah sebesar 84% dengan jumlah realisasi Rp. 16,5 Triliun. Secara kelembagaan pengelola proyek, Direktorat Jenderal mengalami kurang lebih 3 kali penggantian yang diakhiri dengan pembentukan Balai PPW dan penyederhanaan Satker Pelaksanaan.

(13)

Beberapa permasalahan yang menyebabkan kondisi ini terjadi di antaranya (i) perubahan kelembagaan pengelola proyek yang menyebabkan penyesuaian mekanisme pelaksanaan di tingkat Satker; (ii) transisi pengelolaan proyek setelah terbentuknya Balai Prasarana Permukiman Wilayah yang membutuhkan penyesuaian pada tahun pertama; (iii) perubahan pola PBJ dengan pembentukan BP2JK yang merubah business process pengelolaan proyek di lingkungan Ditjen Cipta Karya; (iv) kapasitas dan kuantitas SDM pengelola Proyek di Provinsi yang tidak memadai dengan beban anggaran/ program yang ditugaskan; dan (v) belum terbangunya manajemen proyek berbasis risiko baik oleh Satker maupun PPK.

Kondisi ini kemudian menyebabkan pengendalian risiko menjadi sangat penting di luar pengendalian keuangan dan progres proyek semata. Direktorat Jenderal Cipta Karya memerlukan peningkatan kualitas pelaksanaan Manajemen Risiko yang komprehensif hingga tingkat Satker agar tujuan organisasi tercapai dengan kondisi optimal serta memperhatikan aspek akuntabilitas dan kepatuhan terhadap peraturan perundangan.

Direktorat Jenderal Cipta Karya menyadari bahwa dalam melaksanakan tugasnya selalu berhadapan dengan risiko yang melekat pada kegiatan bisnisnya maupun operasional pembangunan. Dalam rangka mengendalikan risiko tersebut, Direktorat Jenderal Cipta Karya menerapkan sistem manajemen risiko terintegrasi yang mencakup seluruh aspek risiko yang dihadapi oleh Unit Kerja, Balai Prasarana Permukiman Wilayah dan Balai Teknik.

Direktorat Jenderal Cipta Karya akan mengimplementasikan suatu Kerangka Manajemen Risiko

(Risk Management Framework) yang bertujuan untuk memastikan risiko-risiko yang dihadapi

unit kompetensi maupun Balai Prasarana Permukiman Wilayah dapat diidentifikasi, diukur, dikendalikan, dan dilaporkan dengan baik. Dalam pelaksanaan manajemen risiko yang efektif, Direktorat Jenderal Cipta Karya melakukan pengembangan infrastruktur manajemen risiko dengan mengacu pada Peraturan Menteri PUPR No. 20/PRT/M/2018 dan peraturan lainnya serta Standar Internasional yang berlaku.

Pembentukan Direktorat Kepatuhan Intern diharapkan akan memperkuat “value” pengendalian risiko dengan memperkuat fungsi 2nd Line of Defense dalam pengendalian risiko dan kepatuhan di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya. Direktorat Kepatuhan Intern akan memberikan penguatan dalam pembinaan serta pengendalian manajemen risiko dan kepatuhan secara terintegrasi sehingga terbentuk ekosistem sadar risiko di Direktorat Jenderal Cipta Karya.

(14)

Potensi dan Permasalahan

Implementasi Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

Sistem Pengendalian Intern menurut PP Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP adalah: “Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.”

Keempat tujuan tersebut di atas tidak perlu dicapai secara khusus atau terpisah-pisah. Dengan kata lain, instansi pemerintah tidak harus merancang secara khusus pengendalian untuk mencapai satu tujuan. Suatu kebijakan atau prosedur dapat saja dikembangkan untuk dapat mencapai lebih dari satu tujuan pengendalian. Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008, SPIP terdiri dari lima unsur, yaitu: (1) Lingkungan pengendalian; (2) Penilaian risiko; (3) Kegiatan pengendalian; (4) Informasi dan komunikasi; dan (5) Pemantauan pengendalian intern.

(15)
(16)

Keterkaitan kelima unsur sistem pengendalian intern dapat dilihat pada Gambar di bawah ini. Gambar tersebut menjelaskan bahwa kelima unsur pengendalian intern merupakan unsur yang terjalin erat satu dengan yang lainnya.

Proses pengendalian menyatu pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai. Oleh karena itu, yang menjadi pondasi dari pengendalian adalah orang-orang (SDM) di dalam organisasi yang membentuk lingkungan pengendalian yang baik dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ingin dicapai instansi pemerintah3.

Penyelenggaraan unsur lingkungan pengendalian (delapan sub unsur) yang baik akan meningkatkan suasana lingkungan yang nyaman yang akan menimbulkan kepedulian dan keikutsertaan seluruh pegawai. Untuk mewujudkan lingkungan pengendalian yang demikian diperlukan komitmen bersama dalam melaksanakannya. Komitmen ini juga merupakan hal yang amat penting bagi terselenggaranya unsur-unsur SPIP lainnya.

Gambar 3. Unsur Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

(17)

Gambar 4. Karakteristik Level Maturitas Sistem Pengendalian Internal Pemerintah4

Tingkat maturitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah adalah tingkat kematangan/kesempurnaan penyelenggaraan sistem pengendalian intern pemerintah dalam mencapai tujuan pengendalian intern sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah.

Kerangka maturitas SPIP terpola dalam enam tingkatan yaitu: “Belum Ada”, “Rintisan”, “Berkembang”, “Terdefinisi”, “Terkelola dan Terukur”, “Optimum”. Tingkatan dimaksud setara masing-masing dengan level 0, 1, 2, 3, 4 dan 5.

4Peraturan Kepala BPKP Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pedoman Penilaian dan

(18)

Tingkat Maturitas Keterangan

LEVEL 1 Ad hoc. Berdokumen; dalam keadaan perubahan

dinamis; tergantung pada individu perorangan

LEVEL 2

Preliminary. Risiko didefinisikan dengan cara yang berbeda dan dikelola dalam silo. Kedisiplinan dalam proses tidak ketat.

LEVEL 3

Defined. Kerangka penilaian/tanggapan umum terhadap risiko mulai teratur. Pemimpin eksekutif memberi pandangan terhadap risiko yang dihadapi organisasi secara keseluruhan. Pelaksanaan rencana diimplementasikan dengan memprioritaskan risiko yang tinggi.

LEVEL 4

Integrated. Aktivitas manajemen risiko organisasi terkoordinasi di seluruh area bisnis. Menggunakan perangkat manajemen risiko dan proses yang umum apabila diperlukan, dengan pemantauan risiko keseluruhan organisasi, pengukuran dan pelaporan.

LEVEL 5

Optimized. Mendiskusikan risiko bersama dengan perencanaan strategis, alokasi modal, dan dalam pengambilan keputusan sehari-hari. Sistem

peringatan dini untuk memberitahukan dewan dan manajemen apabila risiko berada diatas batas yang ditetapkan

Tabel 1. Penjelasan Tingkat Maturitas SPIP

(19)

Skor Maturitas SPIP Kementerian PUPR pada tahun 2018 berdasarkan hasil penilaian oleh BPKP sebesar 3,052 dengan level 3 (terdefinisi), namun sesuai dengan hasil penilaian BPKP terdapat rekomendasi bahwa harus disusun daftar risiko, peta risiko, rencana tindak pengendalian untuk semua kegiatan yang menjadi tugas pokok dan fungsi.

Hal ini menunjukkan bahwa Unit Pelaksana atau Satuan Kerja belum seluruhnya menyusun Manajemen Risiko (MR) di unit kerjanya sehingga pengendalian internal belum dilakukan secara optimal. Rekomendasi yang diberikan oleh BPKP atas penilaian maturitas SPIP Kementerian PUPR, di antaranya:

1. Finalisasi penyusunan kebijakan Standar Kompetensi SDM, Indikator Kinerja Utama (IKU), dan Sasaran Kinerja Pegawai (SKP).

2. Menginstruksikan kepada seluruh pegawai Kementerian PUPR menandatangani Pakta Integritas sesuai Permen PANRB Nomor 49 Tahun 2011.

3. Menyusun Daftar Risiko, Peta Risiko, dan Rencana Tindak perbaikan (RTP) seluruh kegiatan yang menjadi Tugas Pokok dan Fungsi masing-masing Unit Organisasi.

4. Melakukan evaluasi mandiri secara berkala atas Efektivitas Prosedur Pengendalian untuk seluruh kegiatan pokok pada seluruh Unit Organisasi Eselon 1 dan mendokumentasikannya. 5. Melakukan pemantauan yang berkelanjutan dan terintegrasi dalam pelaksanaan seluruh

kegiatan pokok pada seluruh Unit Organisasi Eselon 1 yang didukung dengan pemantauan secara otomatis dengan menggunakan aplikasi komputer

Maturitas penyelenggaraan SPIP terkait dengan peran atau keandalan atau reliabilitas penyelenggaraan SPIP dalam mendukung pencapaian tujuan instansi pemerintah. Reliabilitas penyelenggaraan SPIP tersebut ditandai bukan hanya oleh eksistensi control design yang pada umumnya bersifat hard control tetapi juga oleh pelaksanaan atas soft control pengendalian itu sendiri Mengacu pada hasil QA yang dilakukan BPKP, tingkat maturitas SPIP dari Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah 3,2170. Kondisi ini relatif di atas rata-rata UNOR di Kementerian PUPR, walau masih ada beberapa rekomendasi yang perlu ditindaklanjuti oleh Ditjen Cipta Karya.

(20)

No Unit Organisasi Skor

1 Sekretariat Jenderal 3,0125

2 Inspektorat Jenderal 3,0977

3 Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 3,0830

4 Direktorat Jenderal Bina Marga 3,0295

5 Direktorat Jenderal Cipta Karya 3,2170

6 Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan 3,4682

7 Direktorat Jenderal Bina Konstruksi 3,2080

8 Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan 2,8625

9 BPIW 3,1955

10 Balitbang 3,2523

11 BPSDM 3,0500

Tabel 2. Penilaian Tingkat Maturitas SPIP Unit Organisasi

(21)

Tabel 3. Penilaian Maturitas SPIP Direktorat Jenderal Cipta Karya

(22)

Pada Dokumen RPJMN 2020, terdapat keharusan menerapkan manajemen risiko dalam pengelolaan kinerja instansi pemerintah dalam RPJMN 2020-2024 yang sangat relevan dengan peraturan-peraturan terdahulu terkait pengelolaan risiko di instansi pemerintah. Penetapan secara eksplisit penerapan manajemen risiko dalam RPJMN 2020-2024, merupakan suatu upaya Pemerintah untuk mendorong implementasi manajemen risiko dalam pengelolaan kinerja instansi sehingga dapat membantu pencapaian sasaran-sasaran yang dicanangkan oleh Pemerintah.

(23)

Penyusunan Kerangka Kerja Manajemen Risiko

Di Indonesia standar dalam Manajemen Risiko yang paling banyak digunakan adalah ISO 31000:2018 dibandingkan dengan standar lainnya. ISO 31000:2018 adalah suatu standar implementasi manajemen risiko yang diterbitkan oleh International Organization for

Standardization pada tanggal 13 November 2009. Menurut hasil survey nasional manajemen

risiko tahun 2018, sebanyak 67,5% masyarakat menggunakan ISO 31000: 2018 baik pada sektor pemerintahan maupun swasta5.

ISO 31000:2018 memberikan prinsip dan pedoman umum tentang manajemen risiko, serta dapat digunakan oleh perusahaan publik, swasta atau komunitas, asosiasi, kelompok atau individu. ISO 31000:2018 tidak spesifik untuk industri atau sektor apa pun. Standar ini ditujukan untuk dapat diterapkan dan disesuaikan untuk semua jenis organisasi dengan memberikan struktur dan pedoman yang berlaku generik terhadap semua operasi yang terkait dengan manajemen risiko. Meskipun ISO 31000:2018 tidak memberikan pedoman umum, itu tidak dimaksudkan untuk mempromosikan keseragaman manajemen risiko di seluruh organisasi. Desain dan implementasi rencana dan kerangka kerja manajemen risiko perlu memperhitungkan beragam kebutuhan organisasi tertentu, tujuan, konteks, struktur, operasi, proses, fungsi, proyek, produk, layanan, atau aset tertentu dan praktik khusus yang digunakan.

Dalam ISO 31000:2018 penerapan Manajemen Risiko dibagi menjadi tiga langkah yaitu prinsip, kerangka, dan proses. Prinsip manajemen risiko terdiri dari 1) Menambah dan melindungi nilai, 2) Bagian terpadu dari seluruh proses organisasi, 3) Bagian dari pengambilan keputusan, 4) Menangani ketidakpastian, 5) Bersifat sistematis, terstruktur dan tepat waktu, 6) Berdasarkan informasi terbaik, 7) Disesuaikan dengan organisasi, 8) Mempertimbangkan faktor manusia dan budaya, 9) Bersifat transparan dan inklusif, 10) Dinamis, berulang, dan responsif terhadap perubahan, dan 11) Membantu peningkatan mutu organisasi. Kerangka Manajemen Risiko terdiri dari lima komponen dasar yang akan menjadi acuan dalam proses penerapan Manajemen Risiko, kelima komponen itu adalah 1) Mandat dan komitmen, 2) Desain kerangka Manajemen Risiko, 3) Penerapan Manajemen Risiko, 4) Monitoring dan reviu kerangka Manajemen Risiko, dan 5) Peningkatan kerangka kerja secara terus menerus. Sedangkan dalam proses penerapan Manajemen Risiko terdiri dari beberapa tahap, di antaranya 1) Komunikasi dan konsultasi, 2) Menetapkan konteks, 3) Penilaian risiko yang terdiri dari identifikasi, analisis, dan evaluasi risiko, 4) Penindakan risiko, 5) Pengawasan dan peninjauan, dan 6) Pencatatan proses Manajemen Risiko.

5Centre for Risk Management Studies. 2008. Survei Nasional Manajemen Risiko 2018. Laporan lengkap dapat diunduh pada link

(24)

Gambar 5. Penerapan Manajemen Risiko Mengacu Pada ISO 31000:2018

Kerangka kerja manajemen risiko bertujuan membantu organisasi mengintegrasikan manajemen risiko dalam aktivitas dan fungsi yang signifikan. Efektivitas manajemen risiko tergantung integrasinya pada tata kelola organisasi termasuk pengambilan keputusan. Hal ini membutuhkan dukungan stakeholders terutama top management. Pengembangan kerangka kerja mencakup pengintegrasian, desain, evaluasi dan perbaikan manajemen risiko dalam organisasi. Dengan penyusunan kerangka kerja yang memadai, maka diharapkan dapat terbangun budaya sadar risiko di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Budaya sadar Risiko dikembangkan sesuai dengan nilai-nilai Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam pelaksanaan kegiatan untuk mencapai sasaran di seluruh jajaran. Budaya sadar Risiko tersebut diwujudkan melalui pemahaman dan pengelolaan Risiko sebagai bagian dari setiap proses pengambilan keputusan di seluruh tingkatan organisasi. Bentuk pemahaman dan pengelolaan Risiko tersebut menjadi bagian dari setiap proses pengambilan keputusan di seluruh tingkatan organisasi, yang berupa:

(25)

1. Komitmen pimpinan untuk mempertimbangkan Risiko dalam setiap pengambilan keputusan; 2. Komunikasi yang berkelanjutan kepada seluruh jajaran organisasi mengenai pentingnya

Manajemen Risiko;

3. Penghargaan terhadap mereka yang dapat mengelola Risiko dengan baik; dan 4. Pengintegrasian Manajemen Risiko dalam proses organisasi.

Three Lines of Defense Sebagai Pendekatan Pengendalian Kepatuhan Intern dan

Manajemen Risiko

Berdasarkan prinsip utama manajemen risiko, proses pengelolaan manajemen risiko menjadi tanggung jawab bersama seluruh karyawan dan kesadaran akan risiko menjadi tanggung jawab bersama seluruh karyawan dan kesadaran akan risiko sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya organisasi Direktorat Jenderal Cipta Karya. Dengan menggunakan pendekatan

Three Lines of Defense, fungsi pengelolaan risiko dilakukan secara komprehensif oleh semua lini

organisasi.

Sejak terjadinya krisis keuangan global pada tahun 2007-2009, desain dan implementasi pengendalian internal telah menarik perhatian pihak akademisi dan profesional. Banyak penelitian mengenai efektivitas fungsi internal audit telah dilakukan dan disponsori oleh The Institute of

Internal Auditors Research Foundation (IIARF). Hal ini akhirnya mendorong dipublikasikannya

sistem Three Lines of Defense pada tahun 2013, yang dapat diterapkan pada proses pengendalian internal dalam berbagai organisasi.

Berdasarkan IIA Paper pada tahun 2013, secara umum lini pertahanan pengendalian internal terdiri dari 3 lapis. Ketiga fungsi tersebut memainkan peran yang berbeda dalam menunjang penerapan Tata Kelola Perusahaan yang baik.

Ketika suatu organisasi menerapkan konsep Three lines of Defense dengan tepat, maka operasionalisasi dapat berjalan secara efektif, tidak terdapat gap untuk memastikan pengendalian internal telah dijalankan, tidak terdapat duplikasi pekerjaan yang tidak diperlukan, intinya secara umum pengelolaan risiko dan pengendalian internal dapat dikelola secara efektif sehingga tujuan organisasi dapat tercapai. Keuntungan lainnya adalah Pimpinan bisa mendapatkan informasi yang tidak bias mengenai risiko utama yang signifikan bagi organisasi termasuk bagaimana Lini Pertama menangani hal tersebut.

(26)

Tiga lini pertahanan organisasi sendiri menurut IIA terdiri dari:

• Lini pertama: fungsi yang memiliki dan mengelola risiko, yaitu manajer operasional.

• Lini kedua: fungsi yang mengawasi risiko, yaitu seperti fungsi manajemen risiko, fungsi kepatuhan dan fungsi controllership.

• Lini ketiga: fungsi yang memberi penilaian independen, yaitu fungsi audit intern.

Pada tahun 2019, Menteri PUPR menerbitkan 9 strategi pencegahan penyimpangan pengadaan barang dan jasa. 9 Strategi tersebut merupakan upaya Kementerian PUPR meningkatkan kepercayaan publik atas kinerja Kementerian PUPR dalam menyediakan layanan infrastruktur yang prima. 9 Strategi tersebut antara lain:

1. Re-organisasi Struktur Organisasi ULP dan Pokja PBJ 2. Perkuatan SDM PBJ

3. Perbaikan Mekanisme Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri (HPS) 4. Pembinaan Penyedia Jasa (Kontraktor dan Konsultan)

5. Pemeriksaan hasil pekerjaan (System delivery) yang Melibatkan BPKP 6. Risk Management di Unor, Balai, dan Satker.

7. Pembentukan Unit Kepatuhan Internal (UKI) pada Unor dan Balai (sebagai Second Line of

Defense)

8. Pembentukan Inspektorat Bidang Investigasi (IBI) dan Penguatan Kapasitas Auditor Itjen 9. Continous Monitoring atas Perangkat Pencegahan Fraud PBJ dengan IT Based (PUPR 4.0)

Re-organisasi Struktur Organisasi Unit Layanan Pengadaan dan Kelompok Kerja Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ)

Membentuk Inspektorat Bidang Investigasi (IBI) dan Penguatan Kompetensi dan Independensi Auditor Inspektorat Jenderal

Continous Monitoring atas Perangkat

Pencegahan Penyimpangan (Fraud) PBJ dengan IT Based (PUPR 4.0) Perkuatan Sumber Daya Manusia (SDM)

Pelaksanaan Manajemen Risiko

Pembentukan Unit Kepatuhan Internal

(Second Life of Defense) di Unor dan Balai

Perbaikan Mekanisme Penyusunan Harga Perkiraan Sendiri

Pembinaan Penyedia Jasa (Kontrakstor dan Konsultan) Pemeriksaan Hasil Pekerjaan (System

Delivery) oleh Kementerian PUPR dan BPKP

1

6

7

8

9

2

3

4

5

(27)

Sebagai bagian dari pelaksanaan 9 strategi tersebut dan dalam rangka memperkuat konsep pengendalian intern, maka dibentuklah Direktorat Kepatuhan Intern pada 4 Unor dengan anggaran terbesar, serta unit setingkat eselon 3 yang menangani kepatuhan intern. Keberadaan unit-unit ini diharapkan dapat memperkuat konsep pembinaan oleh 2nd Line of Defense.

Konsep pengendalian pada gambar di atas, kemudian didetailkan dalam pembagian peran antara 1st Line yaitu Balai dan Satker, 2nd Line oleh Direktur Kepatuhan Intern dan 3rd Line oleh Inspektorat Jenderal. Pembagian peran ini penting sebagai embrio awal penyusunan kerangka kerja kepatuhan intern baik di tingkat Unor maupun Kementerian.

Gambar 7. Konsep Pengendalian Intern Kementerian PUPR

(28)

PUPR 1st Line UKI Itjen

BUDAYA DAN KEPEMIMPINAN

Pernyataan Komitmen U P P

Komunikasi Pesan U P P

Membuat Kode Etik U P P

- Penandatanganan Pakta Integritas U

- Pelaksanaan Survei Persepsi Integritas P P

PENILAIAN RISIKO DAN PERENCANAAN

Identifikasi kewajiban kepatuhan U U P

Asesmen risiko Fraud (memahami konteks) U U P

Asesmen risiko pelanggaran etika U U P

Pengembangan Checklist Kepatuhan U U P

Desain Pengembangan Risiko Fraud dan Etik U U P

PELAKSANAAN PENGENDALIAN

Pengujian Kepatuhan U UB

Implementasi Pengendalian Fraud/Etik U UB

- Pengendalian Gratifikasi U P

- Pengelolaan LHKPN dan Pajak Pribadi U P

Komunikasi Program Kepatuhan dan Etik U

Tabel 4. Pembagian Peran Unit Kepatuhan Intern di PUPR6

(29)

U = Tanggung jawab Utama ada unit ini; P = Sebagai Pendukung pelaksanaan tanggung jawab ini; UB = tanggung jawab Utama, tetapi dilaksanakan Berkala (setelah transaksi (After fact)

PUPR 1st Line UKI Itjen

Training Program Kepatuhan dan Etik U

Pengelolaan Layanan Pengaduan U P P

PEMANTAUAN

Pemantauan Efektivitas Pengendalian U U

- Pemantauan Kepatuhan Terhadap Etika U U

KOMUNIKASI DAN PELAPORAN

Pelaporan Evaluasi Kepatuhan dan Etik U

Pelaporan Efektivitas Pengendalian Internal P U

Tabel di atas menjadi referensi dalam penetapan arahan dan kebijakan kepatuhan intern di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya. Persoalan yang kerap dihadapi adalah pembagian kerja yang seragam antar 1st, 2nd dan 3rd Line pada beberapa kasus yang serupa. Untuk itu, maka dibutuhkan penyusunan kerangka kerja kepatuhan intern baik untuk tingkat Kementerian maupun tingkat UNOR.

Pemetaan dan Analisis Risiko Di Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya

Pada tahun 2019, sebagai bagian dari upaya peningkatan maturitas SPIP, maka telah dilakukan penyusunan peta risiko dan analisis risiko yang dilengkapi dengan langkah mitigasi dan rencana tindak pemantauan untuk seluruh unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya. Pendekatan yang dilakukan dalam penyusunan peta risiko ini adalah melalui proses diskusi dan konsinyasi untuk menentukan risiko awal, penanganan risiko, mekanisme komunikasi dan konsultasi, dan monitoring serta reviu terhadap manajemen risiko. Pertemuan dilakukan dengan partisipasi proaktif oleh para pemilik risiko di unit kompetensi Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam menyusun manajemen risiko. Kerangka kerja risiko dilakukan antara lain melalui:

(30)

• Lingkup atau batasan dalam manajemen risiko pada tiap unit pemilik risiko pada seluruh unit di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya;

• Identifikasi risiko, merupakan tahapan untuk mengenali dan menyepakati semua risiko yang berpotensi menyebabkan tidak tercapainya sasaran organisasi;

• Analisis risiko, merupakan tahapan untuk menentukan tingkatan risiko;

• Evaluasi risiko, merupakan tujuan untuk mengambil keputusan mengenai perlu atau tidaknya dilakukan upaya penanganan risiko lebih lanjut serta prioritas penanganan;

• Penanganan risiko, merupakan risiko untuk menurunkan tingkatan risiko yang terdiri atas penyusunan rencana penanganan dan pelaksanaan penanganan risiko;

• Pemantauan dan reviu, merupakan tahapan untuk memastikan bahwa implementasi manajemen risiko berjalan efektif sesuai dengan rencana dan memberikan umpan balik bagi organisasi dalam mencapai sasarannya serta umpan balik untuk penyempurnaan sistem manajemen risiko;

• Komunikasi dan konsultasi, merupakan tahapan mendapatkan dan menyebarkan informasi terkait manajemen risiko sehingga diperolah persamaan persepsi pada seluruh unit di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

• Berdasarkan proses penyusunan analisis dan peta risiko yang dilakukan pada tahun 2019, maka telah didapatkan 6 (enam) daftar risiko yang merupakan hasil iterasi dari risiko yang telah disusun di Unit Kerja dan Balai.

No Pernyataan Risiko Pemilik Risiko Penyebab Capaian TujuanDampak pada Kemungkinan Skor terjadi Skor Dampak Total Skor (6x7) Rangking 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Sebagian Aset Cipta Karya Tidak dapat diserah terimakan Dit. PKP, BPB, PSPAM, PPLP, PPSPPOP Dokumen serah terima aset tidak

lengkap -Aset Tidak dapat Dimanfaatkan -Tidak memenuhi Penilaian Kinerja (PK) Cipta Karya

3,13 3,50 10,94 5 Kualitas konstruksi kurang memadai 2 Tidak semua kegiatan yang direncanakan dapat Diprogramkan Dit. PKP, BPB, PSPAM, PPLP, PPSPPOP, KIP, dan Pemda Readiness Criteria tidak lengkap

Tidak tercapainya target

kinerja Ditjen Cipta Karya 3,25 3,63 11,78 3 Tabel 5. Analisis Risiko Direktorat Jenderal Cipta Karya TA 2019

(31)

No Pernyataan Risiko Pemilik Risiko Penyebab Capaian TujuanDampak pada Kemungkinan Skor terjadi Skor Dampak Total Skor (6x7) Rangking 1 2 3 4 5 6 7 8 9

3 Perencanaan dan desain tidak berkualitas Dit. PKP, BPB, PSPAM, PPLP, PPSPPOP Tidak menggunakan standar/kaidah perencanaan dan Desain

Kualitas perencanaan & perancangan tidak baik -Jadwal pelaksanaan kegiatan menjadi mundur -Adanya pekerjaan tambah kurang yang tidak sesuai dengan rencana anggaran

3,75 3,75 14,06 1

4 Data dan Informasi Tidak Handal Unit Kompetensi -Proses perencanaan Ditjen Cipta Karya tidak akurat -Pengumpulan data tidak sesuai prosedur -Data tidak valid

perencanaan Ditjen Cipta

Karya tidak akurat 3,63 3,38 12,23 2

5 Pekerjaan Konstruksi Terlambat dan Kurang Berkualita Dit. PKP, BPB, PSPAM, PPLP, PPSPPOP -Adanya perubahan desain -Pelaksanaan tidak tertib prosedur Gagal bangunan 3,13 3,63 11,33 4 6 Terjadinya Kecelakaan Kerja Konstruksi Dit. PKP, BPB, PSPAM, PPLP, PPSPPOP Lemahnya pengawasan terhadap pelaksanaan K3 Terjadinya kecelakaan kerja dalam pelaksanaan

konstruksi 3,00 3,00 9,00 6

Sumber: Analisis tim UKI Direktorat Jenderal Cipta Karya, 2019

Gambar 8. Peta Risiko Direktorat Jenderal Cipta Karya TA 2019

4. Sangat besar 0 0 0 0 3. Besar 0 0 9 2 2. Kecil 0 0 0 0 1. Sangat kecil 0 0 0 0 1. Sangat

Jarang 2. Jarang 3. Sering 4. Sangat Sering

Resiko Awal

Kemungkinan

Im

pa

(32)

Pemetaan dan analisis risiko yang telah disusun merupakan inisiasi model pembinaan pengelolaan manajemen risiko yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya kepada seluruh 1st line dari kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya. Penyusunan peta risiko ini juga menjadi referensi dalam pengendalian KI dan MR di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya. 6 (enam) risiko tersebut adalah persoalan yang disepakati dan diputuskan sebagai risiko kunci dalam pelaksanaan kegiatan Direktorat Jenderal Cipta Karya TA 2019. Risiko tersebut dijadikan benchmark dalam penetapan risiko Direktorat Jenderal Cipta Karya TA 2020-2024.

(33)
(34)
(35)

TUJUAN DAN

SASARAN

(36)

Tujuan Direktorat Kepatuhan Intern

Tujuan Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan suatu pernyataan tentang keadaan yang diinginkan dan direalisasikan di akhir periode perencanaan. Tujuan ini merupakan penjabaran visi-misi Presiden, isu strategis pembangunan infrastruktur serta arah kebijakan Prioritas Nasional (PN) yang tertuang dalam RPJMN tahun 2020-2024, Visium Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, dan sasaran strategis yang diturunkan dari Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat tahun 2020-2024.

Penjabaran dari tujuan tersebut secara rinci sebagai berikut:

1. Terselenggaranya pemenuhan infrastruktur permukiman yang diprioritaskan pada air minum dan sanitasi layak dan aman, termasuk di lokasi permukiman kumuh;

2. Terselenggaranya penguatan pembinaan dan fasilitasi teknis penyelenggaraan infrastruktur permukiman, bangunan gedung, dan peningkatan kualitas sarana prasarana pendukung permukiman;

3. Terselenggaranya pengembangan sistem pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian, serta tata kelola organisasi bidang infrastruktur permukiman yang berkelanjutan.

“Terselenggaranya pemenuhan

infrastruktur permukiman

yang layak dan aman menuju

terwujudnya smart living,

dengan pemanfaatan dan

pengelolaan yang partisipatif

dan berkelanjutan untuk

meningkatkan kualitas hidup

masyarakat.”

(37)

Untuk melaksanakan tugas tersebut, maka Direktorat Kepatuhan Intern memiliki beberapa fungsi di antaranya:

1. Melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, kerangka kerja, pembinaan, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan kepatuhan intern dan manajemen risiko di Direktorat Jenderal Cipta Karya;

2. Penyusunan kebijakan teknis dan kerangka kerja kepatuhan intern serta manajemen risiko; 3. Pelaksanaan pembinaan teknis kepatuhan intern dan manajemen risiko;

4. Pelaksanaan pengendalian kepatuhan intern dan manajemen risiko terkait kecurangan dan proses bisnis dalam pencapaian target;

Mengacu pada Permen PUPR Nomor 13/2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PUPR, maka tugas yang harus dilaksanakan oleh Direktorat Kepatuhan Intern selama periode 2020-2024 adalah melaksanakan penyusunan kebijakan teknis kerangka kerja, pembinaan, pengendalian, pemantauan, evaluasi dan pelaporan kepatuhan intern dan manajemen risiko di Direktorat Jenderal Cipta Karya.

(38)

5. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan penerapan kepatuhan intern dan manajemen risiko; 6. Pelaksanaan urusan tata usaha di lingkungan direktorat.

Sasaran Kegiatan Direktorat Kepatuhan Intern

Sasaran Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya merupakan outcome pada level stakeholders yang ingin dicapai di akhir tahun 2024. Berdasarkan Rencana Strategis Kementerian PUPR Tahun 2020-2024, Direktorat Jenderal Cipta Karya mendukung pencapaian Sasaran Strategis 3 (SS 3) yaitu meningkatnya penyediaan akses perumahan dan infrastruktur permukiman yang layak, aman, dan terjangkau.

“Meningkatnya penyediaan akses perumahan dan

infrastruktur permukiman yang layak, aman, dan

(39)

Dalam rangka menjawab sasaran strategis tersebut, maka sasaran program (outcome pada level customers) Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah meningkatnya pelayanan infrastruktur perumahan dan permukiman yang layak dan aman. Peta strategi Direktorat Jenderal Cipta Karya dapat dilihat pada Gambar 9.

Untuk menjamin terlaksananya proses internal yang efektif dan efisien guna memenuhi harapan

stakeholders dan customers tersebut di atas maka diperlukan upaya-upaya pengelolaan sumber

daya organisasi melalui proses learning and growth Direktorat Kepatuhan Intern mendukung sasaran kegiatan 10 yaitu meningkatnya kepatuhan intern dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman, dengan indikator kinerja: persentase peningkatan kepatuhan intern dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman.

Dukungan terhadap SK oleh Direktorat Kepatuhan Intern diharapkan akan menghasilkan pelaksanaan kegiatan yang memenuhi aspek akuntabilitas dan kepatuhan terhadap peraturan perundangan.

(40)
(41)

ARAH

KEBIJAKAN,

STRATEGI,

KERANGKA

REGULASI, DAN

KERANGKA

KELEMBAGAAN

03

(42)

Arah Kebijakan dan Strategi Unit Organisasi

Untuk menjawab tantangan pembangunan infrastruktur periode 2020-2024, terdapat tujuh (7) poin yang menjadi arahan kebijakan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, antara lain:

1. Melanjutkan pembangunan infrastruktur (2015-2019) untuk mendukung pengembangan wilayah seperti KSPN, KEK, Kawasan Industri, Kawasan Bandara/Pelabuhan, dan kawasan produktif lainnya;

2. Meningkatkan kompetensi SDM, melalui sertifikasi tenaga kerja konstruksi & program link

and match (magang) yang mempertemukan industri jasa konstruksi & dunia pendidikan;

3. Mengembangkan strategi pembiayaan alternatif melalui skema KPBU & skema lainnya yang menarik bagi investor;

4. Memperkuat & membuka peluang kerja bagi kontraktor nasional/lokal dengan melakukan pembinaan melalui regulasi & kebijakan pemaketan;

5. Meningkatkan penggunaan material & peralatan produksi dalam negeri yang memberikan nilai tambah dalam setiap infrastruktur yang terbangun, sehingga dapat mengurangi ketergantungan impor;

6. Menyederhanakan Regulasi & Birokrasi, antara lain dengan revisi Permen PUPR yang menghambat;

7. Mempercepat pengadaan barang & jasa (lelang dini), agar infrastruktur diselesaikan tepat waktu dengan tetap menjaga kualitas konstruksi.

Dalam menjalankan program/kegiatan Kementerian PUPR tentu tidak semua usulan dapat dilaksanakan mengingat keterbatasan dalam sumber daya organisasi baik penganggaran, SDM, dan kewenangan. Maka dari itu, Menteri PUPR mengarahkan untuk melakukan 3 (tiga) Pendekatan Pembangunan Infrastruktur PUPR tahun 2020-2024 sebagai berikut:

1. Optimalisasi Pemanfaatan Infrastruktur yang Telah Tuntas Hingga 2019. Contoh: SPAM Regional dan Perkotaan selesai dibangun, dilanjutkan dengan jaringan perpipaan hingga sambungan rumah;

2. Penyelesaian Pembangunan Infrastruktur On-Going (Belum Tuntas Hingga 2019). Contoh: 3 PLBN akan diselesaikan; Infrastruktur pendukung PON PAPUA akan diselesaikan;

3. New Initiatives. Contoh: Pembangunan Ibukota Pemerintahan yang baru; Pembangunan SPAM, IPAL, TPA, Sekolah dan Pasar, serta PLBN baru.

(43)

Arah kebijakan pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah peningkatan penyediaan infrastruktur permukiman yang partisipatif dan berkelanjutan. Sedangkan kebijakan pembinaan dan pengembangan infrastruktur permukiman sebagai penjabaran dari arah kebijakan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Membangun sistem penyediaan infrastruktur permukiman berbasis entitas yang andal, responsif terhadap mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, inklusif (termasuk pengarusutamaan gender), berkelanjutan, serta bersifat return of investment dalam setiap tahapan penyelenggaraan infrastruktur permukiman;

2. Mendukung kontribusi dan kemandirian Pemerintah Daerah serta partisipasi semua pihak dalam rangka keberhasilan pengelolaan infrastruktur permukiman;

3. Menerapkan inovasi terbarukan dan/atau tepat guna dalam implementasi penyelenggaraan infrastruktur permukiman

(44)

Arah kebijakan tersebut dilaksanakan dalam rangka mewujudkan smart living yang meliputi 4 aspek, yaitu; 1) Perwujudan permukiman layak huni (livable settlement); 2) Penerapan bangunan gedung hijau; 3) Pembangunan permukiman tahan bencana; dan 4) Penerapan teknologi dan permukiman ramah lingkungan. Gagasan smart living dalam konteks Direktorat Jenderal Cipta Karya dimaknai sebagai Permukiman Cerdas yaitu cara mencapai target pembangunan permukiman berkelanjutan (sustainability). Gagasan ini sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya Tujuan 11, yaitu mewujudkan pembangunan berkelanjutan tahun 2030 (Aman, Inklusif, Tanggap bencana, Berkelanjutan).

Pembangunan infrastruktur pemukiman pun dilaksanakan melalui pendekatan entitas. Pendekatan lainnya adalah dengan membangun layanan pintar (smart services) yaitu pelayanan dalam mengatasi permasalahan melalui pendekatan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) dengan interkoneksi data dan respons cepat. Guna mewujudkan permukiman cerdas, diperlukan inovasi secara rutin, bertahap (incremental), menyeluruh (fundamental) maupun terobosan. Keikutsertaan para pemangku kepentingan didorong dan diperkuat peranannya sehingga terjalin kemitraan dalam implementasi pembangunan infrastruktur permukiman.

Arah kebijakan umum Direktorat Jenderal Cipta Karya memperhatikan pula lingkup pelaksanaan dan kewenangan Direktorat Jenderal Cipta Karya sesuai Pasal 57 UU No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman yaitu penyelenggaraan kawasan permukiman mencakup

(45)

lingkungan hunian dan tempat kegiatan pendukung perikehidupan dan penghidupan di perkotaan dan di perdesaan. Arah kebijakan dan strategi Direktorat Jenderal Cipta Karya memperhatikan pula pembagian kewenangan antara pemerintah pusat, provinsi, dan pemerintah kota/kabupaten yang diatur UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah di sektor pengembangan kawasan permukiman, air minum, sanitasi, dan bangunan gedung.

Arah kebijakan dan strategi pembangunan infrastruktur permukiman dijabarkan ke dalam arah kebijakan dan strategi setiap sektor di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya yaitu mencakup sektor penataan kawasan permukiman, pemrograman dan evaluasi, air minum, sekretariat BPPSPAM, sanitasi, bina penataan bangunan, prasarana strategis (sarana pendidikan, olahraga, dan pasar), manajemen bidang permukiman, bina teknik, dan unit kepatuhan intern.

Arah Kebijakan dan Strategi Direktorat Kepatuhan Intern

Peningkatan Kualitas Pembinaan dan Pengendalian Manajemen Risiko dalam Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman

1. Membangun budaya sadar Risiko yang terbuka melalui pembinaan kepatuhan intern dan manajemen risiko kepada seluruh pegawai Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Budaya risiko (risk culture) merupakan perilaku semua personil berinteraksi dan persepsi terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan risiko. Langkah yang dilakukan dalam membangun budaya risiko, antara lain; (1) komitmen pimpinan menciptakan irama yang sama (tone at the top) (2) edukasi kepada seluruh stakeholders mengenai pentingnya melakukan manajemen risiko; (3), lakukan kegiatan-kegiatan bersifat knowledge sharing mengenai manajemen risiko, di mana karyawan dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman mengenai manajemen risiko; (4) jika dilakukan secara terus menerus dan konsisten dalam jangka waktu yang panjang. ; (5) diciptakan suatu pendekatan yang jelas terhadap manajemen risiko. Prosedur harus didokumentasikan, disosialisasikan, untuk kemudian diimplementasikan dalam keseharian pengambilan keputusan.

2. Mendorong Penerapan Manajemen Risiko yang efisien dan efektif

Direktorat Jenderal Cipta Karya didorong untuk mengimplementasikan Manajemen Risiko, salah satunya, dengan mengacu pada ISO 31000:2018 tentang Manajemen Risiko dan mengacu kepada Permen PUPR Nomor 20/2018. Untuk itu beberapa langkah strategis yang akan dilaksanakan antara lain;

a) Penyusunan kebijakan manajemen risiko di lingkungan Ditjen Cipta Karya. b) Pembentukan Unit Kepatuhan Intern sampai ke level Balai di seluruh Indonesia;

(46)

c) Pembinaan dan pengembangan Sumber Daya Manusia Unit Kepatuhan Intern melalu diklat, seminar, workshop, dan sertifikasi;

d) Pendampingan dan asistensi kepada first line (lini pertama pertahanan) pada tahap perencanaan, penanganan, dan monitoring resiko;

e) Pengendalian penerapan manajemen risiko secara berkala;

f) Melakukan pelaporan risiko-risiko strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya secara menyeluruh ke Top Management;

3. Memanfaatkan sistem informasi dalam penerapan manajemen risiko dan pengendalian kepatuhan intern.

Penggunaan sistem informasi dalam penerapan Manajemen Risiko merupakan upaya untuk mempermudah proses penyusunan kebijakan, pengendalian pelaksanaan maupun penyusunan laporan. Sistem informasi yang dikembangkan akan terintegrasi dengan sistem informasi lain yang ada di Direktorat Jenderal Cipta Karya, sehingga pengambilan keputusan pimpinan dengan menggunakan pendekatan manajemen risiko akan terwujud.

Gambar 12. Rancangan Pengembangan Sistem Informasi KIMR Direktorat Jenderal Cipta Karya

Peningkatan kualitas pembinaan dan pengendalian Kepatuhan Intern dala penyelenggaraan infrastruktur permukiman

1. Mendorong penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik melalui (i) Penyusunan kerangka kerja kepatuhan intern di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya; dan (ii) Internalisasi kepatuhan intern kepada first line (lini pertama pertahanan) melalui pembinaan dan sosialisasi secara berkala dan berkesinambungan.

(47)

2. Melakukan Pengendalian kepatuhan intern kepada first line (lini pertama pertahanan) di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya di antaranya; review dan verifikasi kepatuhan pelaksanaan kegiatan, pengendalian gratifikasi, penanganan benturan kepentingan, pembangunan zona integritas menuju wilayah bebas dari korupsi (WBK) dan wilayah birokrasi bersih dan melayani (WBBM), serta whistleblowing system (WBS);

3. Melakukan pendampingan dan pelaporan secara berkala dan berjenjang terhadap pelaksanaan kegiatan di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya sebagai bagian dari mitigasi terhadap Risiko Bisnis, Risiko Fraud dan Risiko Kepatuhan;

4. Memantau tindak lanjut hasil pengawasan Inspektorat Jenderal maupun Eksternal (BPK dan BPKP).

Kerangka Regulasi

Kerangka regulasi dibutuhkan untuk melaksanakan Kebijakan serta Strategi Kepatuhan Intern dan Manajemen Risiko dalam mencapai sasaran strategis, sasaran program dan tujuan Direktorat Kepatuhan Intern. Kerangka Regulasi terdiri dari kebutuhan Peraturan Perundang-undangan dan NSPK dari unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Pada periode 2020-2024, terdapat usulan kerangka regulasi terkait Kepatuhan Intern di lingkungan Ditjen Cipta Karya yang terdiri dari:

1. SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Penerapan Manajemen Risiko di Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya;

2. SE Direktur Jenderal Cipta Karya tentang Kerangka Kepatuhan Intern di Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya;

3. Penyusunan Petunjuk Teknis dalam mendukung pelaksanaan tata Kelola Kepatuhan Intern di antaranya dan tidak terbatas pada (i) SOP Tata Kerja, Tata Laksana, Tata Kelola, dan Tata Hubungan Internal Direktorat Kepatuhan Intern dengan Unit Eselon 2 dan Balai; (ii) SOP Tata Kelola, Tata Hubungan, Tindak Lanjut, dan Proses Penyelesaian Adanya Pengaduan Masyarakat dan Proses Hukum; (iii) SOP Penelitian Dokumen untuk Revisi Anggaran, Verifikasi Tindak Lanjut LHP, Tindak Lanjut LHP, Perpanjangan MYC, Pembayaran Tunggakan; (iv) SOP Pemantauan Kepatuhan atas pelaporan LHKPN, Pajak, Kode Etik, dan Kode Perilaku; (v)SOP Pemantauan Kepatuhan Internal; (vi) SOP Penelitian Dokumen untuk Kegiatan Tanggap Darurat dan SOP lainnya sesuai identifikasi yang dilakukan secara berkala.

(48)

Kerangka Kelembagaan

Direktorat Kepatuhan Intern terdiri dari 2 (dua) sub direktorat, yaitu Sub Direktorat Pembinaan dan Pengembangan Kepatuhan Intern dan Manajemen Risiko dan Sub Direktorat Pengendalian Kepatuhan Intern dan Manajemen Risiko dengan pembagian tugas sebagai berikut:

Sub Direktorat Pembinaan dan Pengembangan Kepatuhan dan Manajemen Risiko

1. Penyiapan bahan penyusunan kebijakan teknis dan kerangka kerja kepatuhan intern serta manajemen risiko di Direktorat Jenderal Cipta Karya;

2. Penyiapan bahan pelaksanaan pembinaan teknis kepatuhan intern dan manajemen risiko atas standar operasional prosedur, kode etik, kode perilaku dan disiplin pegawai, pemenuhan kewajiban pegawai dalam pelaporan harta kekayaan dan perpajakan;

3. Pengendalian gratifikasi dan pelaksanaan konsolidasi pelaporan penyelenggaraan kepatuhan intern dan manajemen risiko.

Sub Direktorat Pengendalian Kepatuhan Intern dan Manajemen Risiko

1. Penyiapan bahan pelaksanaan pengendalian kepatuhan intern dan manajemen risiko terkait kecurangan dan proses bisnis dalam pencapaian target program dan kegiatan di Direktorat Jenderal Cipta Karya;

2. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi penerapan kepatuhan intern dan manajemen risiko atas standar operasional prosedur, kode etik, kode perilaku, disiplin pegawai, kepatuhan penyelenggaraan pelayanan publik dan pengelolaan pengaduan masyarakat;

3. Fasilitasi penyelesaian permasalahan dengan aparat penegak hukum setelah berkoordinasi dengan Inspektorat Jenderal.

(49)
(50)
(51)

TARGET

KINERJA DAN

KERANGKA

PENDANAAN

(52)

Target Kinerja

Kegiatan dukungan kepatuhan intern dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman dilaksanakan oleh Direktorat Kepatuhan Intern dengan sasaran kegiatan yaitu peningkatan kepatuhan intern dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman serta indikator (1) Persentase pembinaan dan pengembangan kepatuhan intern dan manajemen risiko dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman dan (2) Persentase pengendalian kepatuhan intern dan manajemen risiko dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman. Sasaran kegiatan tersebut dijabarkan menjadi output kegiatan sebagai berikut:

1. Pembinaan Teknis Kepatuhan Intern dan Manajemen Risiko dengan indikator 5 laporan pembinaan teknis kepatuhan intern dan manajemen risiko penyelenggaraan infrastruktur permukiman;

2. Pengendalian Kepatuhan Intern dan Manajemen Risiko Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman dengan indikator 5 laporan pengendalian kepatuhan intern dan manajemen risiko penyelenggaraan infrastruktur permukiman;

3. Layanan Sarana dan Prasarana Internal dengan indikator 5 layanan sarana dan prasarana internal; 4. Layanan Dukungan Manajemen Satker dengan indikator 5 layanan dukungan manajemen satker; 5. Layanan Perkantoran dengan indikator 5 layanan perkantoran.

PROGRAM KEGIATAN SASARAN STRATEGIS (IMPACT)/SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/ SASARAN KEGIATAN/ OUTPUT/INDIKATOR SATUAN Baseline 2019 TARGET 2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

UNIT ORGANISASI: DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

PROGRAM: PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

SASARAN STRATEGIS: Meningkatnya Penyediaan Akses Perumahan dan Infrastruktur Permukiman yang Layak, Aman, dan Terjangkau

INDIKATOR KINERJA SASARAN STRATEGIS: Persentase peningkatan penyediaan akses perumahan dan infrastruktur permukiman yang layak, aman, dan terjangkau ---- dihitung dari jumlah bobot kontribusi masing-masing indikator: % 1 Persentase peningkatan pelayanan infrastruktur permukiman yang layak dan aman melalui pendekatan smart living

(53)

PROGRAM KEGIATAN SASARAN STRATEGIS (IMPACT)/SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/ SASARAN KEGIATAN/ OUTPUT/INDIKATOR SATUAN Baseline 2019 TARGET 2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

SASARAN PROGRAM: Meningkatnya pelayanan infrastruktur perumahan dan permukiman yang layak dan aman INDKATOR KINERJA PROGRAM: Persentase peningkatan pelayanan infrastruktur permukiman yang layak dan aman melalui pendekatan smart living ---- dihitung dari rerata gabungan indikator:

% 32.53 61.25 70.90 80.65 90.25 98.57 98.57

1 Persentase rumah tangga dengan akses air minum

layak % 89,27 (JP: 20,18) 91,80 (JP: 23,60) 93,80 (JP: 25,40) 95,90 (JP: 27,10) 97,90 (JP: 28,90) 100 (JP: 30,40) 100 (JP: 30,40

2 Persentase rumah tangga dengan akses air limbah

domestik layak dan aman % 77.44

78,1% Akses Layak (Ter-masuk 9,65% Akses Aman) 79,43% Akses Layak (Ter-masuk 11% Akses Aman) 82,07% Akses Layak (Ter-masuk 13% Akses Aman) 86,03% Akses Layak (Ter-masuk 14% Akses Aman) 90% Akses Layak (Ter-masuk 15% Akses Aman) 90% Akses Layak (Terma-suk 15% Akses Aman) 3 Persentase rumah tangga dengan akses sampah yang terkelola di perkotaan

% 61.00 76.62 79.21 84.41 92.21 100.00 100.00

4 Persentase luasan kawasan permukiman yang

ditingkatkan kualitasnya % N/A 17.38 41.19 64.45 83.31 100.00 100.00

5

Persentase kab/kota yang terfasilitasi implementasi penyelenggaraan bangunan gedung yang tertib dan andal

% N/A 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

6 Persentase inisiasi penerapan bangunan

gedung hijau % N/A 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 100.00

7 Persentase sarana prasarana strategis yang

ditingkatkan kualitasnya % N/A 44.86 62.70 77.69 92.33 100.00 100.00

KEGIATAN 5: PENYELENGGARAAN PEMBINAAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN

SASARAN KEGIATAN 5.4: Meningkatnya kepatuhan intern dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN: Persentase peningkatan kepatuhan intern dan manajemen risiko dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman --- dihitung dari rerata gabungan indikator:

(54)

PROGRAM KEGIATAN SASARAN STRATEGIS (IMPACT)/SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/ SASARAN KEGIATAN/ OUTPUT/INDIKATOR SATUAN Baseline 2019 TARGET 2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Persentase pembinaan dan pengembangan kepatuhan intern dan manajemen risiko dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman % 20.00 40.00 60.00 80.00 100 100 2 Persentase pengendalian kepatuhan intern dan manajemen risiko dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman

% 20.00 40.00 60.00 80.00 100 100

KOORDINATOR: DIREKTORAT BINA TEKNIK PERMUKIMAN DAN PERUMAHAN PELAKSANA: DIREKTORAT KEPATUHAN INTERN

OUTPUT KEGIATAN : 1

Pembinaan Teknis Kepatuhan Intern dan Manajemen Risiko Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman Jumlah laporan

pembinaan teknis kepatuhan intern dan manajemen risiko penyelenggaraan infrastruktur permukiman Laporan 1 1 1 1 1 5 2 Pengendalian Kepatuhan Intern dan Manajemen Risiko Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman Jumlah laporan

pengendalian kepatuhan intern dan manajemen risiko penyelenggaraan infrastruktur permukiman

Laporan 1 1 1 1 1 5

PROGRAM 5: DUKUNGAN MANAJEMEN SASARAN STRATEGIS : Meningkatnya Kualitas Tata Kelola Kementerian PUPR dan Tugas Teknis Lainnya

1 INDIKATOR KINERJA SASARAN: Tingkat Kualitas Tata Kelola

Kementerian PUPR % 75.04 77.18 78.08 78.98 79.88 79.88

SASARAN PROGRAM: Meningkatnya Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Lainnya

1 INDIKATOR KINERJA PROGRAM : Tingkat Dukungan Manajemen

(55)

PROGRAM KEGIATAN SASARAN STRATEGIS (IMPACT)/SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/ SASARAN KEGIATAN/ OUTPUT/INDIKATOR SATUAN Baseline 2019 TARGET 2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

KEGIATAN 1: DUKUNGAN MANAJEMEN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN

SASARAN KEGIATAN: Meningkatnya efektifitas dan efisiensi tata kelola penyelenggaraan infrastruktur permukiman

PELAKSANA: DIREKTORAT KEPATUHAN INTERN

OUTPUT KEGIATAN : 1 Layanan Sarana dan Prasarana Internal

Jumlah layanan sarana dan

prasarana internal Layanan 1 1 1 1 1 5

2 Layanan Dukungan Manajemen Satker Jumlah layanan dukungan

manajemen satker Layanan 1 1 1 1 1 5

3 Layanan Perkantoran Jumlah layanan

perkantoran Layanan 1 1 1 1 1 5

Kerangka Pendanaan

Dalam pelaksanaan dan pencapaian target sasaran pembangunan permukiman, dibutuhkan perencanaan kebutuhan pendanaan yang tercantum dalam kerangka pendanaan. Kerangka pendanaan merupakan detail penjabaran strategi pendanaan program dan kegiatan yang ditetapkan pada masing-masing tahun anggaran.

(56)

PROGRAM KEGIATAN SASARAN STRATEGIS (IMPACT)/SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/ SASARAN KEGIATAN/ OUTPUT/INDIKATOR SATUAN Baseline 2019 Anggaran (Rp. Juta) 2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

UNIT ORGANISASI: DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA PROGRAM: PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN

KEGIATAN 5: PENYELENGGARAAN PEMBINAAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN

SASARAN KEGIATAN 5.4: Meningkatnya kepatuhan intern dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman

PELAKSANA: DIREKTORAT KEPATUHAN INTERN

OUTPUT KEGIATAN : 1

Pembinaan Teknis Kepatuhan Intern dan Manajemen Risiko Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman Jumlah laporan

pembinaan teknis kepatuhan intern dan manajemen risiko penyelenggaraan infrastruktur permukiman Laporan 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 37,500 2 Pengendalian Kepatuhan Intern dan Manajemen Risiko Penyelenggaraan Infrastruktur Permukiman Jumlah laporan

pengendalian kepatuhan intern dan manajemen risiko penyelenggaraan infrastruktur permukiman

Laporan 7,500 7,500 7,500 7,500 7,500 37,500

PROGRAM 5: DUKUNGAN MANAJEMEN SASARAN STRATEGIS : Meningkatnya Kualitas Tata Kelola Kementerian PUPR dan Tugas Teknis Lainnya

SASARAN PROGRAM: Meningkatnya Dukungan Manajemen dan Tugas Teknis Lainnya

1 INDIKATOR KINERJA PROGRAM : Tingkat Dukungan Manajemen

Kementerian PUPR % 57.47 62.75 67.95 72.85 75.74 75.74

KEGIATAN 1: DUKUNGAN MANAJEMEN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN

SASARAN KEGIATAN: Meningkatnya efektifitas dan efisiensi tata kelola penyelenggaraan infrastruktur permukiman

PELAKSANA: DIREKTORAT KEPATUHAN INTERN

(57)

PROGRAM KEGIATAN SASARAN STRATEGIS (IMPACT)/SASARAN PROGRAM (OUTCOME)/ SASARAN KEGIATAN/ OUTPUT/INDIKATOR SATUAN Baseline 2019 Anggaran (Rp. Juta) 2020 2021 2022 2023 2024 TOTAL (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) OUTPUT KEGIATAN : 1 Layanan Sarana dan Prasarana Internal

Jumlah layanan sarana dan

prasarana internal Layanan 1,500 1,500 1,500 1,500 1,500 7,500

2 Layanan Dukungan Manajemen Satker Jumlah layanan dukungan

manajemen satker Layanan 500 500 500 500 500 2,500

3 Layanan Perkantoran Jumlah layanan

(58)
(59)

PENUTUP

(60)

Rencana Strategis Direktorat Kepatuhan Intern Tahun 2020-2024 merupakan dokumen perencanaan pembangunan 5 tahun, yang disusun untuk menjabarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2020-2024, Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2020-2024 dan Rencana Strategis Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun 2020-2024. Dokumen rencana strategi Direktorat Kepatuhan Intern merupakan arahan bagi pelaksanaan pembinaan, pengembangan dan pengendalian Kepatuhan intern serta Manajemen Risiko untuk mendukung Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam pencapaian tujuan Organisasi. Rencana Strategis ini merepresentasikan dukungan dalam mencapai SK 10: yaitu meningkatnya kepatuhan intern dalam penyelenggaraan infrastruktur permukiman, dengan indikator kinerja.

Renstra Direktorat Kepatuhan Intern ini patut digunakan sebagai pedoman dan arah dalam meningkatkan kualitas penerapan manajemen risiko dan peningkatan yang hendak dicapai pada periode 2020-2024 baik bagi Direktorat Kepatuhan Intern ataupun sebagai pedoman bagi Unit Kerja/ Balai/UPT/ Satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya.

Hasil akhirnya yang diharapkan dari pelaksanaan Dokumen Renstra ini adalah tercapainya budaya risiko di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya sehingga pencapaian tujuan organisasi dapat terwujud dengan memperhatikan aspek akuntabilitas dan kepatuhan peraturan perundangan yang ada.

(61)
(62)
(63)
(64)

Gambar

Gambar 1. Perbandingan Tingkat Penyerapan Keuangan Direktorat Jenderal Cipta  Karya dan Kementerian PUPR Tahun 2015-2019 1
Gambar tersebut menjelaskan bahwa kelima unsur pengendalian intern merupakan unsur yang  terjalin erat satu dengan yang lainnya
Gambar 4. Karakteristik Level Maturitas Sistem Pengendalian Internal Pemerintah 4
Tabel 1. Penjelasan Tingkat Maturitas SPIP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Pengendalian Intern, Kepatuhan dan Integritas Manajemen terhadap Perilaku Etis Karyawan Dalam Sistem Penggajian. Universitas Pembangunan Nasional

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis tentang adanya hubungan antara kepatuhan pengendalian intern (ξ1), moralitas manajemen (ξ2), dan sistem kompensasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara sistem pengendalian intern yang diterapkan dengan peningkatan kepatuhan atas kebijakan penjualan ekspor

Hasiluji F tes diketahui secara bersama-sama variable pengendalian intern, kepatuhan dan kompensasi berpengaruh terhadap perilaku etis pegawai, sehingga model

Disamping strategi pengendalian risiko diatas, untuk meminimalisasi terjadinya risiko, manajemen selalu melakukan pemantauan sebagai upaya pengendalian intern

Direktorat Keuangan, Umum, Kepatuhan dan Manajemen Risiko mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan rencana strategis dan Rencana Bisnis Anggaran tahunan, rencana

itu tidak melaksanakan, suatu pemeriksaan atas asersi manajemen tentang kepatuhan entitas terhadap persyaratan tertentu atau tentang efektivitas pengendalian

BAB III PENUTUP Rencana Tindak Pengendalian Intern Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Batang Tahun 2021 merupakan salah satu dokumen penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern