• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEFEKTIFAN PROGRAM BADAN KE SWADAYAAN MASYARAKAT(BKM/LKM)DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MISKIN(StudiKasusBKM“MinaSejahtera”Kelurahan Minomartani Ngaglik Sleman Yogyakarta).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEFEKTIFAN PROGRAM BADAN KE SWADAYAAN MASYARAKAT(BKM/LKM)DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MISKIN(StudiKasusBKM“MinaSejahtera”Kelurahan Minomartani Ngaglik Sleman Yogyakarta)."

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

i

KEEFEKTIFAN PROGRAM BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM/ LKM) DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT MISKIN

(Study kasus BKM “Mina Sejahtera” Kelurahan Minomartani Ngaglik Sleman Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh: Heru Purnomo NIM. 07102241026

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)

iii

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar- benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang di tulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli. Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode berikutnya.

Yogyakarta, 14 Januari 2013 Yang menyataan,

(4)
(5)

v

HALAMAN MOTTO

Allah SWT tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali mereka sendiri yang merubahnya. (Ar-Ro’dhu;11)

Hidup adalah proses belajar, belajar bersyukur meski tak mencukupi, belajar ikhlas meski tak reladan belajar sabar walau terbebani.

(HR. Muslim)

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya Tuhanmulah hendaknya

(6)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Atas Karunia Allah SWT

Karya ini akan saya persembahkan untuk :

1. Almamaterku Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Bangsa dan Agama.

2. Bapak dan Ibuku tercinta yang tidak pernah lupa dan tak pernah lekang menyisipkan do’a- do’a mulia untuk keberhasilan penulis dalam menyusun karya ini. Terima kasih atas dukungan moral dan pengorbanan tanpa pamrih yang telah diberikan.

(7)

vii

KEFEKTIFAN PROGRAM BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT (BKM/ LKM) DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN

MASYARAKAT MISKIN

(Studi Kasus BKM “Mina Sejahtera” Kelurahan Minomartani Ngaglik Sleman Yogyakarta)

Oleh: Heru Purnomo NIM. 07102241026

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui program yang diselengarakan BKM Mina Sejahtera dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani; (2) Mengetahui keefektifan program yang diselengarakan oleh BKM Mina Sejahtera dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani; (3) Mengetahui faktor yang mempengaruhi keefektifan program Badan Keswadayaan Masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani. Pada penelitian ini mengunakan pendekatan evaluatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis data deskriptif kualitatif dan analisis data kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keefektifan program BKM dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani, sudah berjalan efektif. Unit Pengelola Keuangan (UPK), yaitu program pemberdayaan ekonomi berupa pengelolaan dana pinjaman bergulir dan pembinaan usaha secara kelembagaan dikelola UPK yang di bawah koordinasi BKM Mina Sejahtera,berjalan sangat efektif didukung adanya pembinaan usaha ekonomi produktif secara optimal. Unit Pengelola Sosial (UPS) berjalan cukup efektif dimana rencana kegiatan yang telah diprogramkan hampir semua telah terlaksana dengan baik. Unit Pengelola Lingkungan (UPL) dinilai berjalan cukup efektif. Faktor mendukung yang mempengaruhi keefektifan BKM dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani, diantaranya tingkat partisipasi masyarakat yang cukup tinggi, adanya dukungan alat dan perlengkapan yang menunjang setiap kegiatan, serta tingginya daya tanggap dan keseriusan anggota BKM dalam melaksanakan program kerja. Sedangkan faktor yang menjadi kendala pencapaian efektivitas BKM Mina Sejahtera adalah masih sedikit jumlah SDM yang mumpuni dan mental masyarakat yang masih tergantungan terhadap bantuan.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya,sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kependidikan di Universitas Negeri Yogyakata.

Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari adanya bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang mengijinkan penulis menuntut ilmu di Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan sarana sehingga studi saya berjalan dengan lancar.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan kelancaran dalam pembuatan skripsi ini.

4. Prof. Dr. Wuradji, M.S. selaku Dosen Pembimbing I, AL. Setyo Rohadi, M. Kes. selaku Dosen Pembimbing II yang telah berkenan membimbing dengan sabar.

(9)

ix

6. Bapak H. Suharto selaku Sekertaris BKM Mina Sejahtera dan semua pengurus BKM Mina Sejahtera atas ijin dan bantuan atas kelancaran penelitian.

7. Keluarga Om Sugeng Haryono dan sepupuku (Ronaldo, Yohana) dan mas Eko terima kasih atas dukungannya selama ini.

8. Nur Shabrinayang telah memberikan motivasi, perhatian dan bantuan serta do’a yang dipanjatkan selama ini.

9. Sahabat- sahabatku (Lucky, Pace, Nanang, Polo, Bagong, Bang Sronto, Bayu, Prima, Winda, Tanti) yang telah memberikan masukan dan motivasi untuk penulisan penelitian serta dukungan yang diberikan selama ini.

10. Teman teman PLS angkatan 2007 semoga kita bias berjumpa lagi dilain kesempatan, serta teman- teman 2005, 2006, 2008, 2009, 2010, 2011 terima kasih atas segala bantuannya.

11. Semua pihak yang terlibat dalam penulisan karyaku ini, tanpa kalian semua saya tak berarti.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak- pihak yang peduli terhadap pendidikan terutama Pendidikan Luar Sekolah dan bagi para pembaca umumnya. Amin.

Yogyakarta, 23 Januari 2013

(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……… i

HALAMAN PERSETUJUAN ……… ii

HALAMAN PERNYATAAN ………. iii

HALAMAN PENGESAHAN ……….……… iv

HALAMAN MOTTO ………. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. vi

ABSTRAK ……… vii

KATA PENGANTAR ………. viii

DAFTAR ISI ……… x

DAFTAR TABEL ……… xii

DAFTAR GAMBAR ………... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ………... xiv

BAB I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang………. 1

B. Identifikasi Masalah………. 6

C. Batasan Masalah………... 7

D. Rumusan Masalah ………... 7

E. Tujuan Penelitian………. 7

F. Manfaat Penelitian………... 8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 9 A. Kajian Pustaka……….…. 9

1. Kajian tentangCommunity Development…………..….……... 9

a. PengertianCommunity Development………. 9

b. Kekuatan ……… 10

c. Kekurangan/ Kelemahan ………... `15

d. Mencapai Pemberdayaan ………... 16

2. Kajian tentang Pemberdayaan Masyarakat………... 18

a. Pengertian Pemberdayaan………... 18

b. Tujuan Pemberdayaan………...………... 21

c. Tahap- tahap Pemberdayaan ………. . 22

d. Pendekatan Pemberdayaan ………. 24

3. Kajian tentang Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) ……..…… 25

a. Latar Belakang BKM ………. 25

b. Pengertian BKM ……….... 26

c. Tujuan BKM ………... 27

d. Keanggotaan BKM ………... 28

e. Organisasi Pelaksana PNPM Mandiri ………. 29

4. Kajian tentang Kesejahteraan dan Kemiskinan ……….………. 29

(11)

xi

b. Pengertian Kemiskinan …………..……….... 32

5. Kajian Tentang Evaluasi Program ………... 35

a. Pengertian Evaluasi Program ………...………... 35

b. Tujuan Evaluasi Program ……… 36

c. Model- Model Evaluasi ………... 37

d. Kriteria Efektifitas Evaluasi Program ………. 39

B. Kerangka Berfikir……….. 43

C. Pertanyaan Penelitian……….... 45

BAB III. METODE PENELITIAN 47 A. Pendekatan Penelitian…..………... 47

B. Informan Penelitian ..……..………..………. 48

C. Waktu dan Tempat penelitian …..………..………… 49

D. Teknik Pengumpulan Data ……….... 49

E. Keabsahan Data ………..…………..………. 54

F. Teknik Analis Data ………... 54

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 56 A. Deskripsi Obyek Penelitian ……….……….. 56

1. Gambaran Umum BKM ……… 56

2. Gambaran Umum BKM Mina Sejahtera……….... 59

3. Sejarah berdirinya BKM Mina Sejahtera……… 61

B. Hasil Penelitian ..………. 66

1. Program BKM Mina Sejahtera Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di Kelurahan Minomartan .…... 66

2. Efektifitas Program BKM Mina Sejahtera Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di Kelurahan Minomartani ……... 96

3. Faktor yang Mempengaruhi Keefektifan Program BKM Mina Sejahtera Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di Kelurahan Minomartani ……….……….110

C. Pembahasan .….………...125

BAB V. Kesimpulan dan Saran 131 A. Kesimpulan ………. 131

B. Saran ……….…….. 134

DAFTAR PUSTAKA………... 135

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Teknik Pengumpulan Data... 52

Tabel 2. Intrumen Penelitian Program BKM ... 53

Tabel 3. Pencapaian Indikator... 55

Tabel 4. Data Mata Pencaharian Penduduk Kelurahan Minomartani... 60

Tabel 5. Susunan Organisasi BKM “Mina Sejahtera” Kelurahan Minomartani Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta... 63

Tabel 6. Rincian Bantuan Langsung Masyarakat BKM Mina Sejahtera 2011... 70

Tabel 7. Pencapaian Target Dan Realisasi Program Unit Pelaksana Lingkungan (UPL), Unit Pelaksana Sosial (UPS), dan Unit Pelaksana Keuangan (UPK) BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta... 100

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar1. Kerangka Berfikir ... 43 Gambar 2. Dokumentasi Pelaksanaan Pelatihan Penetasan Telur Dalam

Program UPS BKM Mina Sejahtera ………... 79 Gambar 3. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan UPS BKM Mina

Sejahtera Pelatihan Penetasan Telur KSM Mina Tangguh ... 80 Gambar 4. Dokumentasi Pelaksanaan Kegiatan UPS BKM Mina

Sejahtera ………... 83 Gambar 5. Dokumentasi Usaha Kecil Warga Binaan UPS BKM Mina

Sejahtera………... 84 Gambar 6. Dokumentasi Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Dalam

Kegiatan UPS BKM Mina Sejahtera………... 84 Gambar 7. Dokumentasi Hasil Pelatihan Menanam Sayur Dalam Pot

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pedoman Observasi ………... 138

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi……….. 139

Lampiran 3. Pedoman Wawancara……… 140

Lampiran 4. Catatan Lapangan……….. 146

(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Diakui atau tidak sejak awal proses pembangunan Indonesia telah dihadapkan pada situasi yang dilematis. Disatu sisi harus memiliki strategi pembangunan yang lebih mengutamakan pertumbuhan ataukah disisi lain memilih strategi pembangunan yang lebih memberikan distribusi pemerataan bagi rakyat. Meskipun pada akhirnya tidak secara eksplisit telah memilih strategi pertumbuhan, namun dilihat dari pelaksanaan dan hasil pembangunan pada masa sebelumnya napak bahwa titik tekan pada pertumbuhan jauh lebih besar dibandingkan pemerataan.

(16)

Kemiskinan sebagai kondisi di mana seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Hak-hak dasar masyarakat antara lain, terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air bersih, pertanahan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakukan atau ancaman tindak kekerasan, dan hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial-politik, baik bagi perempuan maupun laki-laki (Bappenas 2004).

Kemiskinan pada pasca krisis melanda Indonesia tahun 1996 penduduk miskin dan nyaris miskin mencapai 22 juta jiwa atau 11 persen dan tahun 1997 penduduk miskin dan nyaris miskin meningkat dua kali lipat menjadi 49,5 juta jiwa. Pada puncak krisis moneter tahun 1998-2005 jumlah penduduk miskin meningkat menjadi 65 juta jiwa dan penduduk nyaris miskin 25,5 juta jiwa. Akibat dari kemiskinan berdampak semakin buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan budaya. 150 kota dan kabupaten ditengarai terjadi rawan gizi,angka pengganguran meningkat hingga 13,8 juta jiwa. (BPS, 2005).

Di Propinsi Yogyakarta jumlah penduduk miskin, yaitu penduduk yang konsumsinya berada di bawah garis kemiskinan, pada September 2011 terdapat 564,23 ribu orang. Jika dibandingkan dengan keadaan Maret 2011 yang jumlahnya mencapai 560,88 ribu orang, berarti jumlah penduduk miskin bertambah sebanyak 3,35 ribu orang dalam setengah tahun.

(17)

KK, laki-laki sejumlah 655 jiwa dan perempuan sejumlah 639 jiwa (berdasarkan data PJM Pronankis Minomartani 2011-2013).

Garis kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada September 2011 sebesar Rp 257 909,- per kapita per bulan. Apabila dibandingkan dengan keadaaan Maret 2011 sebesar Rp 249 629,- per kapita per bulan, maka garis kemiskinan selama setengah tahun yang lalu mengalami kenaikan sebesar 3,32 persen (http://yogyakarta.bps.go.id/ brs.html?start=2 diakses 4 maret 2012).

Berkaitan dengan masalah tersebut sebenarnya pemerintah sejak awal hingga sekarang pemerintah melaksanakan upaya-upaya penangulangan kemiskinan yang dilakukan dengan berbagai cara pendekatan yang terwujud dalam berbagai program pembangunan. Program-program pembangunan yang berkaitan dengan upaya penangulangan kemiskinan tersebut dilakukan oleh berbagai departemen pemerintah.

(18)

Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP).

Program Penangulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai upaya untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menangulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Program ini sangat strategis karena menyiapkan landasan kemandirian masyarakat berupa lembaga kepemimpinan masyarakat yang representative, mengakar dan kondusif bagi perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat dimasa mendatang serta menyiapkan program masyarakat jangka menengah dalam penangulangan kemiskinan yang menjadi pengikat dalam kemitraan masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

(19)

Upaya pemerintah dalam menanggulangi kemiskinan adalah membentuk Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP) untuk memberdayakan masyarakat miskin melalui usaha bersama masyarakat, dengan melibatkan pemerintah setempat dan pihak swasta secara mandiri dan berkelanjutan. Untuk menangani program tersebut, di tingkat kelurahan oleh pemerintah dibentuk kelembagaan masyarakat yang disebut Badan Keswadayaan Masyarakat. Fungsinya untuk membantu masyarakat miskin untuk menghadapi masalah kemiskinan melalui pemberdayaan, agar mereka mampu melakukan aktifitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya melalui program-program yang diberikan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) secara partisipasif.

Pelaksanaan program penangulangan kemiskinan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani melalui perencanaan jangka menengah (PJM) tiga tahunan dengan tiga program yaitu: 1) Program Asistensi Sosial dan Jaminan sosial yang melalui perbaikan prasarana lingkungan miskin (UPL), 2) Program Pemberdayaan Sosial yaitu pemberian pendidikan pelatihan kerja dan pelatihan praktis bagi masyarakat miskin secara kelompok (UPS), 3) Program peningkatan ekonomi mikro dan menengah (UPK), yaitu melalui pemberian kredit usaha rakyat dalam kelompok swadaya masyarakat (KSM).

(20)

(BKM) yang dipilih dan dibentuk oleh masyarakat sendiri untuk mengelola program P2KP bersama masyarakat. Tugas BKM pada program P2KP di Kelurahan Minomartani salah satu membuat Perencanaan Jangka Menengah (PJM) periode tiga tahunan, sebagai rencana strategi dalam pelaksanaan programnya melalui dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Proses Perencanaan Jangka Menengah (PJM) merupakan serangkaian musyawarah masyarakat, yang dimulai dari tingkat RT sampai pada Kelurahan untuk periode tiga tahunan berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan.

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengetahui Keefektifan Program Badan Keswadayaan Masyarakat dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya jumlah penduduk miskin di Provinsi Yogyakarta.

2. Belum maksimalnya program penangulangan kemiskinan yang dilakukan oleh Kelurahan melalui program IDT.

3. Masih banyak masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani yang belum menikmati hasil pendapatan nasional.

(21)

C. Batasan Masalah

Dari latar belakang masalah serta identifikasi masalah, maka penelitian ini hanya dibatasi pada studi tentang Keefektifan Program Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di BKM Mina Sejahtera Kelurahan Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupate Sleman Yogyakarta.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana keefektifan program yang diselengarakan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mina Sejahtera dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi keefektifan Program Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mina Sejahtera dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui keefektifan program yang diselengarakan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Mina Sejahtera dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani.

(22)

F. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi atau manfaat sebagai berikut:

1. Bagi peneliti, peneliti akan mendapatkan pengalaman dan pemahaman terkait dengan pelaksanaan Program Badan Keswadayaan Masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin.

2. Bagi Badan Keswadayaan Masyarakat, hasil penelitian diharapkan dapat memberi masukan dan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya peningkatan kualitas program.

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka

1. Kajian tentang Community Development a. Pengertian Community Development

Community Development adalah sebuah respon terhadap masalah-masalah yang dihadapi manusia di akhir abad 20 an. Community Developmentmengacu pada suatu pekerjaan atau profesi, suatu metode pendekatan dan perkembangan ekonomi, komponen dari pekerjaan pelayanan masyarakat, pendekatan philosopis dan intelektual terhadap dunia, aktivitas politik.( Susan Kenny 1994: 3)

Tujuan dari‘community development’adalah kembali mendirikan masyarakat sebagai penempatan pengalaman penting manusia dan pertemuan antaran kebutuhan manusia dari pada ditekankan pada lebih luas, lebih berkemanusiaam dan kurang struktur akses terhadap tunjangan pemerintah, ekonomi global, birokrasi, elit profesional dan lainnya. Masih dalam Jim Ife (1995) terdapat 6 dimensi penting dari ‘community development’ yang tidak terpisah dan teridentifikasi dan berinteraksi satu sama lain yaitu:

1) Perkembangan sosial

2) Perkembangan ekonomi:Community Developmentmerupakan respon terhadap krisis economi untuk mengambankan pendekatan alternatif dimana bertujuan untuk merevitalisasi masyarakat lokal dan untuk meningkatkan kualitas hidup.

3) Politik: berkaitan erat dengan kepemimpinan bertujuan untuk mengembangkan masyarakat, berkapasitas untuk beroperasi dalam arena politik dan bertujuan untuk meningkatkan kekuatan

masyarakat

4) Kebudayaan: globalisasi dari kebudayaan mempunyai pola yang sama dengan globalisasi ekonomi

5) Lingkungan: lingkungan adalah komponen kritis dari masyarakat dibutuhkan dalam pendekatan dalamcomunity development.

6) Perorangan atau spiritual: masyarakat merupakan kontek lebih baik dari perkembangan perorangan (Jim Ife 1995 : 131-134)

(24)

adanya kegiatan pembangunan. Sehingga masyarakat di tempat tersebut diharapkan menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik. Program Community Development memiliki tiga karakter utama yaitu berbasis masyarakat (community based), berbasis sumber daya setempat (local resource based) dan berkelanjutan (sustainable). Dua sasaran yang ingin dicapai yaitu: sasaran kapasitas masyarakat dan sasaran kesejahteraan.

Sasaran pertama yaitu kapasitas masyarakat dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan (empowerment) agar anggota masyarakat dapat ikut dalam proses produksi atau institusi penunjang dalam proses produksi, kesetaraan (equity) dengan tidak membedakan status dan keahlian, keamanan (security), keberlanjutan (sustainability) dan kerjasama(cooperation),kesemuanya berjalan secara simultan.

Pemberdayaan sebenarnya bertujuan untuk meningkatkan kekuatan akan kekurangan/ kerugian yang dimiliki oleh suatu komunitas. Jadi perlu dibahas satu-satu mengenai kekuatan dan kekurangan.

b. Kekuatan

Kekuatan adalah hal yang kompleks dan bervariasi, dan ada banyak variasi mengenani kekuatan yang ditinjau dari teori sosial dan politis (CLEG, 1989). Tinjauan politisnya terdiri dari 4 perspektif: 1) Perspektif pluralis : perspektif ini menilai kekuatan sebagai

(25)

grup dan individu dalam suatu masyarakat , dimana semuanya itu saling bersaing dan menggambarkan seperti kompetisi di bidang politik antara beberapa grup (bangsa, grup mayoritas, grup pekerja, organisasis non pemerintah, profesi, media, dll) dan individu (pekerja bisnis, politisi, pengacara, pemimpin, dll). Kekuatan ini muncul dari kapasitas seseorang untuk berkompetisi, untuk tahu peraturannya, dan untuk mengatasi tekanan dan pengaruh buruk. Pluralis ini dekat sifatnya dengan demokrasi, karna setiap orang punya hak untuk berpendapat dan berpartisipasi dalam proses kegiatan. Pluralis ini juga bersifat konservatif, karna bersifat mematuhi peraturan yang ada dan mengajak orang untuk “bermain aman”. Dari perspektif ini, pemberdayaan berarti proses membantu grup dan individu yang belum sempurna (masih berkekurangan) untuk bersaing lebih efektif dengan yang lain, dengan cara mebantu mereka meningkatkan kemampuan ketrampilannya dalam melobi, menggunakan media, berpartisipasi dalam kegiatan politik, dll. 2) Perspektif elit : perspektif ini melihat bahwa suatu tim politik tidak

(26)

membutuhkan kemampuan untuk bisa terlibat dan tertarik di bidang tersebut. Cara pertama misal dengan bergabung dalam suatu organisasi untuk mempengaruhi mereka yang terlibat didalamnya. Cara kedua misal dengan mencari pesaing yang lebih elit untuk mendapat kesempatan untuk meningkatkan kapasitas diri. Cara ketiga misal dengan mencari kekurangan/kelemahan di dalam kekuatan elit melalui perubahan yang fundamental.

3) Perspektif struktural/jabatan: perspektif ini melihat bahwa ketidakseimbangan struktural/jabatan dalam suatu kekuatan itu merupakan sebagian besar dari kekuatan itu sendiri. Sehingga dari perspektif ini, pemberdayaan merupakan hal yang lebih menantang dan hanya bisa dicapai bila ketidakseimbangan struktural/jabatan ini bisa diatasi. Pemberdayaan menjadi hal/bagian yang lebih besar dari perubahan sosial, dimana pemberdayaan dapat menghapuskan struktur dominan/kaum mayoritas/kaum tertindas.

(27)

pemberdayaan menjadi hal yang menantang dan cepat berubah, karena menekankan pada hal yang bersifat subyektif dari pengertian orang. Pemberdayaan ini bersifat intelektual dibandingkan tindakan, karena meliputi pengertian, analisa, pendidikan, dan pemikiran, dibandingkan dengan tindakan nyata.(Jim ife 1995: 56-59)

Selain perspektif–perspektif diatas, ada juga beberapa macam dari kekuatan yang berdasar pada pemberdayaan, yaitu :

1) Kekuatan akan pilihan pribadi dan kesempatan dalam hidup.

Banyak orang merasa bahwa mereka punya sedikit kekuatan untuk menentukan pilihan hidupnya, padahal yang betul adalah, bahwa dengan strategi pemberdayaan, mereka punya kekuatan penuh untuk menentukan pilihan hidupnya demi mencapai masa depan yang terbaik.

2) Kekuatan akan kebutuhan dalam hidup

(28)

3) Kekuatan akan pikiran

Pikiran disini dibutuhkan mengingat kontribusinya dalam kebutuhuan sosial di masyarakat. Pikiran/ ide sangatlah dibutuhkan bila dalam suatu pembahasan politik, ide/ usul akan sangat membantu untuk pemecahan masalah.

4) Kekuatan akan institusi.

Institusi dipercaya sebagai salah satu strategi pemberdayaan untuk meningkatkan kekuatan seseorang dan dapat membuat institusi tersebut lebih berkembang, responsif, dan berguna bagi banyak orang.

5) Kekuatan akan sumber daya

Sumber daya yang dimaksud disini bukan hanya sumber daya keuangan namun juga sumber yang bersifat non keuangan seperti pendidikan, kesempatan pengembangan diri, rekreasi, dan pengalaman kebudayaan. Sumber daya ini harus dipakai sebagai salah satu strategi pemberdayaan masyarakat, terlebih untuk menuju pada masyarakat modern.

6) Kekuatan akan aktivitas ekonomi

(29)

7) Kekuatan akan reproduksi

Reproduksi disini bukan hanya berartikan proses kelahiran semata, namun juga tentang bagaimana kita mempunyai kekuatan untuk menciptakan re-generasi yang lebih berkualitas dan menciptakan kesuksesan dalam segala bidang. (Jim Ife 1995:60- 62)

c. Kekurangan/kelemahan

Seperti yang sudah dikemukakan bahwa pemberdayaan adalah tentang peningkatan kekuatan akan kelemahan yang dimiliki. Jadi bukan hanya melihat apa yang berperan banyak dalam suatu kekuatan, namun juga mengenai pemahaman akan kelemahan itu sendiri. Untuk memahami model tersebut, perlu untuk mengetahui 3 kategori utama tentang kelemahan, yaitu :

1) Kelemahan structural

Struktural disini diartikan sesuatu yang berhubungan dengan kelas, gender, dan ras. Bila perbedaan ini sangatlah mencolok, maka akan sangat berpengaruh pada sebuah masyarakat, dan akan menjadikan itu sebagai suatu kekurangan/kelemahan, karena mereka tidak dapat bekerja sama dengan baik.

2) Kelemahan grup lainnya

(30)

dan lesbian. Perasaan mereka malahan lebih terluka, tersiksa, dan lebih merasa terkucilkan.

3) Kelemahan personal

Kelemahan ini lebih bersifat personal, misal karena kehilangan seseorang yang dicintai, hubungan persaudaraan yang buruk, krisis identitas, masalah seksual, kesepian, malu, dll. Kelemahan yang bersifat personal ini bahkan lebih bersifat menyayat perasaan diri sendiri yang dapat berakibat pada pemberdayaan diri sendiri yang tidak maksimal. Dalam kata lain, ini juga merupakan kelemahan yang perlu diwaspadai. (Jim Ife 1995:62- 63)

d. Mencapai Pemberdayaan

1) Melalui kebijakan dan rencana

Dapat dicapai dengan peningkatan dan perubahan struktural dalam institusi untuk mendapat akses mudah dalam hal sumber daya atau pelayanan dan kesempatan untuk berpartisipasi aktif dalam suatu komunitas.

2) Melalui tindakan sosial dan politis

(31)

memampukan dan meningkatkan kekuatan mereka dalam arena politik.

3) Melalui pendidikan

Dapat dicapai dengan proses pendalaman akan pendidikan yang mereka punya, untuk lebih meningkatkan kekuatan mereka. Hal ini termasuk: membantu masyarakat untuk memahami diri mereka sendiri dalam sebuah komunitas, memberikan banyak istilah dan ketrampilan diri untuk menghadapi perubahan jaman.

Dalam setiap aktivitas, pekerja pemberdayan masyarakat harus sensitif dengan kekuatan mereka, berdasar pada paksaan maupun persetujuan bersama, dimana semua itu tercermin pada keyakinan, nilai, bahasa, praktek latihan, hubungan dan proses kegiatan sehari-hari. Dalam keseharian mereka, pekerja pemberdayaan masyarakat bisa meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak mereka dan membantu untuk meningkatkan cara berpikir baru tentang sekitar dengan mempehatikan mereka, berhubungan sosial dengan lebih baik.

(32)

2. Kajian tentang Pemberdayaan Masyarakat a. Pengertian Pemberdayaan

Pengertian pemberdayaan sebenarnya mengacu kata “empowerment” yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang sudah dimiliki masyarakat. Secara etimologi pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju berdaya atau proses menuju berdaya atau proses pemberiaan daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang mempunyai daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya (Ambar Teguh, 2004:77).

Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang/ kelompok masyarakat yang rentan dan lemah, sehingga mereka memiliki kekuatan atau dalam: (a) memenuhi kebutuhan dasarnya yaitu mereka memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, kebodohan dan kesaktian, (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka perlukan, (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang memengaruhi mereka.

(33)

mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan kedepan) dan mengarahkan dirinya sendiri, (c) memiliki kekuatan untuk berunding dan bekerja sama secara saling menguntungkan dengan "bargaining power" yang memadai, (d) bertanggung jawab atas tindakan sendiri.

Pandangan Pearse dan Stiefel menyatakan bahwa pemberdayaan mengandung dua kecenderungan, yakni primer dan sekunder. Kecenderungan primer berarti proses pemberdayaan menekankan proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu mrnjadi lebih berdaya. Sedangkan kecenderungan sekunder melihat pemberdayaan sebagai proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihanya, Prijono dan Pranarka (1996:69).

(34)

Proses pemberdayaan dalam koteks aktualisasi atau pengembangan diri yang berkaitan dengan upaya meningkatkan kemampuan individu, dikemukakan oleh Glickman (1989:4-9) sebagai”internal control and individually divergent practices, solving problems independenly”, dikutip oleh Prijono dan pranarka (1996:72). Akan tetapi proses ini tidak hanya meliputi pemberdayaan individu saja, melainkan juga mencakup upaya memberdayakan orang lain, seperti yang dikemukakan oleh Weissglass (1990: 351-370),” a process of supporting people to construct new meanings and exercise

their freedom to choose’’, dikutip oleh prijono dan pranarka (1996:72). Pendapat ini diperkuat oleh Irwin (1995:82) mengungkapkan bahwa :

empowering other people means giving them a chance to make their special contribution.…. Your contribution may be a particular insight, a particular talent, a particular energy, a particular loving way to be with people”, dikutip oleh Prijono dan Pranarka (1996:72).

(35)

bersangkutan. Memberdayakan itu meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang berada dalam kondisi tidak mampu dengan mengandalkan kekuatannya sendiri sehingga dapat keluar dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan, atau proses memampukan dan memandirikan masyarakat.

Berdasarkan pada pemaknaan konsep pemberdayaan, Winarni (Ambar, 2004:79) mengungkapkan bahwa inti dari pemberdayaan adalah meliputi tiga hal, yaitu pengembangan (enabling), memperkuat potensi atau daya (empowerment), serta terciptanya kemandirian. b. Tujuan Pemberdayaan

(36)

dukungan kemampuan berupa sumber daya manusia yang utuh dengan kondisi kognitif, konatif, psikomotorik, dan afektif, dan sumber daya lainnya yang bersifat fisik-material.

Pemberdayaan masyarakat mengarah pada pembentukan kognitif masyarakat yang lebih baik. Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seorang atau masyarakat dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kondisi afektif adalah merupakan sense yang dimiliki oleh masyarakat yang diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan perilaku. Kemampuan psikomotorik merupakan kecakapan keterampilan yang dimiliki masyarakat sebagai upaya pendukung masyarakat dalam rangka melakukan aktivitas pembangunan.

Jadi tujuan dari pemberdayaan masayakat yaitu untuk memberikan kontribusi untuk mencapai kemandirian masyarakat yang diperlukan untuk menghadapi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat. Dan menjadikan masyarakat yang dapat mempergunakan daya kognitif, afektif serta psikomotorik yang dimilikinya untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi di lingkungan internal maupun eksternal masyarakat.

c. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat

(37)

1) Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kesadaran tinggi. Pada tahap ini pihak pemberdaya berusaha menciptakan prakondisi, supaya dapat memfasilitasi berlangsungnya pemberdayaan yang efektif. Dengan demikian tumbuh kesadaran akan kondisinya saat itu dan dengan demikian akan dapat merangsang kesadaran mereka tentang perlunya memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.

2) Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, ketrampilan, kecakapan agar terbuka wawasan dan memberikan ketrampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan. Pada tahap kedua masyarakat akan menjalani proses belajar tentang pengetahuan dan kecakapan-ketrampilan yang memiliki relevansi dengan apa yang menjadi tuntutan kebutuhan tersebut sehingga akan bertambah wawasan dan kecakapan/ketampilan dasar yang mereka butuhkan.

(38)

tahap ketiga ini maka masyarakat dapat secara mandiri melakukan pembangunan dan pengembangan.

d. Pendekatan Pemberdayaan

Strategi pembangunan yang bertumpu pada pemihakan dan pemberdayaan dipahami sebagai suatu proses transformasi dalam hubungan sosial, ekonomi, budaya dan politik masyarakat. Perubahan struktural yang diharapkan adalah proses yang berlangsung secara alamiah, yaitu yang menghasilkan harus menikmati. Begitu pula sebaliknya yang menikmati haruslah yang menghasilkan. Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian, maka pemberdayaan masyarakat harus mengikuti pendekatan sebagai berikut:

1) Pertama, upaya itu harus terarah (targetted). Ini yang secara populer disebut pemihakan. Dalam upaya ini diperlukan perencanaan berjangka, serta pengerahan sumber daya yang tersedia dan pengembangan potensi yang ada secara nasional, yang mencakup seluruh masyarakat.

(39)

pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonominya.

3) Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok, karena secara sendiri-sendiri masyarakat miskin sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Di samping itu kemitraan usaha antara kelompok tersebut dengan kelompok yang lebih maju harus terus-menerus di bina dan dipelihara secara saling menguntungkan dan memajukan.

3. Kajian tentang Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) a. Latar Belakang Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

(40)

kepemimpinan masyarakat yang mengakar, representative dan dipercaya tersebut (secara generik disebut Badan atau Lembaga Keswadayaan Masyarakat atau disingkat BKM/ LKM) dibentuk melalui kesadaran kritis masyarakat untuk mengali kembali nilai-nilai luhur kemanusiaan dan nilai-nilai kemasyarakatan adalah pondasi modal (social capital) kehidupan masyarakat.

BKM/LKM ini diharapkan mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin dalam menyuarakan aspirasi dan kebutuhan mereka, sekaligus menjadi motor upaya penangulangan kemiskinan yang dijalankan oleh masyarakat secara mandiri dan berkelanjutan, mulai dari proses penentuan kebutuhan, pengambilan keputusan, proses penyusunan program, pelaksanaan program hingga pemanfaatan dan pemeliharaan. Tiap BKM/ LKM bersama masyarakat melakukan proses perencanaan partisipasif dengan menyusun Perencanaan Jangka Menengah dan Rencana Tahunan Program Penangulangan kemiskinan (yang kemudian lebih di kenal sebagai PJM dan Renta Pronangkis), sebagai prakrasa masyarakat untuk menangulangi kemiskinan diwilayahnya secara mandiri. Atas fasilitasi pemerintah dan prakrasa masyarakat, BKM/ LKM ini mulai menjalin kemitraan dengan berbagai instasi pemerintah dan kelompok peduli setempat.

b. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM/LKM)

(41)

Lembaga ini mengemban misi untuk menumbuhkan kembali ikatan-ikatan sosial dan menggalang solidaritas sosial sesama warga agar saling bekerjasama demi kebaikan bersama.

Bentuk BKM sendiri adalah suatu lembaga pimpinan kolektif atau organisasi masyarakat warga di suatu kelurahan dan berbentuk dewan atau majelis warga yang tinggal di kelurahan tersebut untuk perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan tentang hal-hal yang menyangkut kepentingan warga/ komunitas khususnya yang menyangkut kemiskinan.

c. Tujuan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) 1) Jangka Panjang

Sebagai wadah bagi proses pengambilan keputusan tertinggi di tingkat masyarakat yang memiliki tugas dan misi menangani berbagai persoalan kehidupan masyarakat terutama yang berkaitan dengan upaya penanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan.

2) Jangka Pendek

(42)

d. Keanggotaan Badan Keswadayaan Masyarakat

(43)

e. Organisasi Pelaksana PNPM Mandiri

Organisasi pelaksana kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan di Desa Minomartani adalah Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) “Mina Sejahtera”, yang memiliki 3 unit pelaksana di bawahnya, yaitu Unit Pelaksana Lingkungan (UPL),Unit Pelaksana Sosial (UPS), dan Unit Pelaksana Keuangan(UPK).

Kegiatan Pelaksanan lingkungan fisik pada program PNPM Mandiri Perkotaan yang di Desa Minomartani, baik yang sudah dilaksanakan atau sudah direncanakan adalah pengaspalan jalan lingkungan, pembangunan MCK, pembuatan saluran drainase, pavingisasi jalan lingkungan, pembuatan senderan jalan, penerangan jalan dan penataan sanitasi lingkungan.

Kegiatan dalam bidang ekonomi yaitu pengelolaan dana bergulir untuk kepentingan usaha kecil dan mikro dan untuk kepentingan warga miskin. Kegiatan dalam bidang sosial yang telah dilaksanakan adalah pelatihan lifeskill, pelatihan menjahit, bordir, computer, servis hp, pengelolaan sampah, tetas ayam dan peternakan, babonisasi, masak ria.

4. Kajian Teori tentang Kesejahteraan dan Kemiskinan a. Pengertian Kesejahteraan

(44)

“Tingkat” Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia yaitu Tinggi rendahnya martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan, peradaban, dsb). Dengan demikian, Tingkat kesejahteraan sosial, merupakan keadaan tinggi rendahnya martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan) masyarakat yang sejahtera.

Istilah kesejahteraan sosial bukanlah hal baru, baik dalam wacana global maupun nasional. Persatuan bangsa-bangsa (PBB), misalnya telah lama mengatur masalah ini sebagai salah satu bidang kegiatan masyarakat internasional. PBB memberi batasan kesejahteraan sosial sebagai kegiatan-kegiatan terorganisasi yang bertujuan membantu individu atau masyarakat guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya dan meningkatkan kesejahteraan selaras dengan kepentingan keluarga dan masyarakat. Definisi ini menekankan bahwa kesejahteraan sosial adalah suatu intitusi atau bidang kegiatan yang melibatkan aktivitas terorganisir yang diselengarakan baik oleh lembaga-lembaga, pemerintah maupun swasta yang bertujuan untuk mencegah, mengatasi atau memberikan kontribusi terhadap pemecahan masalah sosial, dan peningkatan kualitas hidup individu, kelompok dan masyarakat.

(45)

1) Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup,

2) Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian, 3) Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan

menangani masalah kesejahteraan sosial.

4) Meningkatkan kemampuan, kepedulian dan tanggungjawab sosial dunia usaha dalam penyelenggarakan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan,

5) Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelengagaraan kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan, dan

6) Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

Secara umum, istilah Kesejahteraan sosial sering di artikan sebagai kondisi sejahtera, yaitu suatu keadaan terpenuhinya segala bentuk kebutuhan hidup, khususnya yang bersifat mendasar seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan dan perawatan kesehatan. Pengertian seperti ini menempatkan kesejahteraan sosial sebagai tujuan akhir dari suatu kegiatan pembangunan.

(46)

adalah contoh aktivitas kesejahteraan sosial. Kesejahteraan merupakan cita-cita sosial yang tidak hanya diangankan untuk di miliki, tetapi juga harus di usahakan. Tanpa usaha dan kerja sama di antara berbagai macam pihak, kesejahteraan sosial hanyalah fotomorgana.

b. Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan merupakan fenomena sosial yang telah ada sejak dulu dan jumlahnya juga meningkat seiring pertumbuhan penduduk suatu Negara. Fenomena ini memerlukan penanganan yang serius dan tindakan-tindakan nyata untuk mengatasi dari berbagai pihak baik pemerintah, swasta, LSM, maupun masyarakat secara umum. Kemiskinan mengambarkan ketidak berdayaan atau ketidak mampuan suatu masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan bermasyarakat secara ekonomi, social, politik maupun budaya.

Dalam istilah kemiskinan banyak pengertian yang telah dirangkum dari banyak pakar. Diantaranya adalah yang diungkapakan oleh Benyamin White, “yang dimaksud dengan kemiskinan adalah tingkat kesejahteraan masyarakat terdapat perbedaan kriteria dari suatu wilayah dengan wilayah lain”. Dan menurut Tjiptoherijanto (1997:76), “kemiskinan mempunyai arti ketidak mampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhan fisik dan non fisik”.

(47)

dijelaskan dengan hanya melihat dari satu segi saja. Dalam pelaksanaan program anti kemiskinan maka diperlukan definisi dan indikator kemiskinan lokal.”

Sementara itu Kadir (1993:5), memberikan pengertian keluarga miskin adalah keluarga yang menghadapi kemiskinan situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena dikehendaki oleh si miskin melainkan karena tidak bisa dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Hal ini disebabkan terbatasnya modal yang mereka miliki dan rendahnya pendapatan mereka, sehingga akan mengakibatkan terbatasnya kesempatan mereka untuk berpartisipasi dalam pembangunan.

Pengertian tentang masyarakat miskin dikemukakan oleh Mubyarto (1990:159), yang mengatakan bahwa masyarakat miskin adalah masyarakat yang rawan pangan yang berpengaruh negatif terhadap produktifitas kerja dan angka kematian balita. Salim (1984:61) mendefinisikan masyarakat miskin adalah mereka yang berpendapatan rendah karena rendahnya produktifitas, di mana rendahnya tingkat produktifitas disebabkan oleh (1) tidak memiliki asset produksi dan (2) lemah jasmani dan rohani.

(48)

program anti kemiskinan yang dikembangkan pemerintah. Dan untuk kelompok miskin tidak produktif untuk di serahkan kepada Dinas Sosial untuk dibimbing.

MenurutWorld Health Organization (world Bank, 1995),

“Kriteria kemiskinan ditentukan oleh tingkat pendapatan seseorang, di mana pendapatan tersebut dapat memenuhi kebutuhan mendasar bagi kehidupanya. Kemiskinan juga dapat dikatakan timbul karena pendapatan yang rendah, namun demikian ada Negara yang berpandapatan perkapita cukup tinggi akan tetapi tingkat kemiskinannya juga tinggi. Hal ini dimungkinkan karena distribusi pendapatan mereka kurang merata”.

Secara umum pendapatan perkapita suatu masyarakat, semakin kecil proporsinya penduduk yang berpendapatan dibawah garis kemiskinan. Namun perlu diingat bahwa disamping tergantung pada pendapatan perkapita, besarnya presentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan tergantung juga pada distribusi pendapatan. Semakin tidak merata ditribusi pendapatan semakin besar pula penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan atau semakin tinggi presentase penduduk yang miskin.

(49)

mempengaruhi masa depanya. Ada lima implikasi utama definisi tersebut adalah:

1) Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan optimal manusia, baik individu maupun kelompok (capacity)

2) Pembangunan berarti mendorong tumbuhnya kebersamaan dan kemerataan nilai dan kesejahteraan (equity)

3) Pembangunan berarti menaruh kepercayaan kepada masyarakat untuk membangun dirinya sendiri sesuai dengan kemampuan yang ada padanya. Kepercayaan ini dinyatakan dalam bentuk kesempatan yang sama, kebebasan memilih dan kekuasaan untuk memutuskan (empowerment)

4) Pembangunan berarti membangkitkan kemampuan untuk membangun secara mandiri (sustainability/ keberlanjutan)

5) Pembangunan berarti mengurangi ketergantungan Negara yang satu dengan negara yang lain dan menciptakan hubungan saling menguntungkan dan saling menghormati (interdependence / saling tergantung)

Berdasarkan pengertian yang diberikan oleh kedua ahli diatas dapat disimpulkan untuk membentuk ada lima faktor utama yang dapat untuk pengembangan community development yaitu capacity, equity, empowerment, sustainability, interdepence. Dari lima faktor tersebut sangatlah penting untuk mengetaskan kemiskinan yang terjadi diperkotaan maupun didalam masyarakat pedesaan.

5. Kajian Evaluasi Program

a. Pengertian Evaluasi Program

(50)

and functions of educational evaluation” yang dikutip Steele dalam Djudju Sudjana (2006:13) menjelaskan bahwa:

Evaluation is the systematic process of judging the word, desirability, effectiveness, or adequacy of something according to definitive criteria and purposes. The judgmen t is based upon a careful comparison of observation data with criteria standards. Pengertian ini menjelaskan bahwa evaluasi program adalah proses penetapan secara sistematis tentang nilai, tujuan, efektivitas, atau kecocokan sesuatu sesuai dengan criteria dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Proses penetapan keputusan itu di dasarkan atas perbandingan secara hati-hati terhadap data yang diobservasi dengan menggunakan standar tertentu yang telah dibakukan.

Djudju Sudjana (2006:20) menjelaskan dalam pendidikan luar sekolah, definisi tentang evaluasi program pendidikan menunjukan bahwa:

Melalui evaluasi program maka pendidik, pengelola program dan/atau pemimpin lembaga penyelenggara program memperoleh berbagai informasi tentang sejumlah alternative keputusan yang berkaitan dengan program pedidikan yang dievaluasi. Terkumpulnya informasi tersebut mengandung maksud supaya pihak penerima informasi dapat memilih berbagai alternative keputusan secara bijaksana mengenai program yang sedang atau telah dievaluasi.

Pengertian-pengertian diatas mengarahkan kepada penulis untuk menyimpulkan bahwa yang dimaksud evaluasi program dalam hal ini adalah kegiatan sistematis pengumpulan informasi mengenai pelaksanaan program guna memperoleh data yang berguna untuk pengambilan keputusan.

b. Tujuan Evaluasi Program

(51)

program tersebut. Djudju Sudjana (2006:35) menyampaikan “tujuan evaluasi berfungsi sebagai pengaruh kegiatan evaluasi program dan sebagai acuan untuk mengetahui efisiensi dan efektivitas kegiatan evaluasi program”. Djudju Sudjana (2006:35) menjelaskan tujuan evaluasi program yaitu:

(1) Memberikan masukan bagi perencanan program, (2) Menyajikan masukan bagi pengambilan keputusan yang berkaitan dengan tindak lanjut, perluasan, atau penghentian program, (3) Memberi masukan bagi pengambilan keputusan tentang modifikasi atau perbaikan program, (4) Memberi masukan yang berkenaan dengan factor pendukung dan penghambat program, (5) Memberikan masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan (pengawasan, supervise, dan monitoring) bagi penyelenggara, pengelola, dan pelaksana program, dan (6) Menyajikan data tentang landasan keilmuwan bagi evaluasi program pendidikan luar sekolah.

c. Model-model evaluasi

Model evaluasi ialah model desain evaluasi yang dibuat oleh ahli-ahli atau pakar-pakar evaluasi yang biasanya dinamakan sama dengan pembuatnya atau tahap pembuatanya. Farida Yusuf Tayibnapis (2008:14- 22) menyebutkan model-model evaluasi diataranya:

1) Model evaluasi CIPP

Stufflebeam (1973) merumuskan evaluasi sebagai “suatu proses menggambarkan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang berguna untuk menilai alternatife keputusan ”. Stufflebeam, membagi evaluasi menjadi empat macam, yaitu: a) Contect evaluation to serve planning decision. Konteks evaluasi ini membantu merencanakan keputusan, menentukan kebutuhan yang akan dicapai oleh program, dan merumuskan tujuan program.

(52)

c) Process evaluation, to serve implementing decision. Evaluasi proses untuk membantu mengimplementasikan keputusan. Sampai sejauh mana rencana telah diterapkan? Apa yang harus direvisi? Begitu pertanyaan tersebut terjawab, prosedur dapat dimonitor, dikontrol, dan diperbaiki.

d) Product evaluation, to serve recycling decision. Evaluasi produk untuk menolong keputusan selanjutnya. Apa hasil yang telah dicapai ? Apa yang dilakukan setelah program berjalan?

2) Model evaluasi UCLA Alkin (1969) menulis tentang kerangka kerja evaluasi yang hamper sama dengan model CIPP. Alkin mengemukakan lima macam evaluasi, yakni:

a)System assessment, yang memberikan informasi tentang keadaan atau posisi system.

b) Program planning, membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program.

c) Program implementation, yang menyiapkan informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat seperti yang direncanakan?

d) Program improvement, yang memberikan informasi tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja, atau berjalan? Apakah menuju pencapaian tujuan, adakah hal-hal atau masalah-masalah baru yang muncul tak terduga?

e) Program certification, yang memberi informasi tentang nilai atau guna program.

3) Model Brinkerhoff

Setiap desain evaluasi umumnya terdiri atas elemen-elemen yang sama, ada banyak cara untuk menggabungkan elemen tersebut, masing-masing ahli atau evaluator mempunyai konsep yang berbeda. Brinkerhoff & Cs. (1983) mengemukakan tiga golongan evaluasi yang disusun berdasarkan penggabungan elemen-elemen yang sama, seperti evaluator-evaluator lain, namun dalam komposisi dan versi mereka sendiri sebagai berikut:

a) Fixedvs Emergent Evaluation Design Desain evaluasi yang tetap (fixed) ditentukan dan direncanakan secara sistematik sebelum implementasi dikerjakan.Desain evaluasi emergent dibuat untuk beradaptasi dengan pengaruh dan situasi yang sedang berlangsung dan berkembang seperti menampung pendapat-pendapat audiensi, masalah-masalah, kegiatan program.

(53)

membantu memperbaiki proyek, kurikulum, atau lokakarya. Evaluasi sumatif dibuat untuk menilai kegunaan suatu obyek. Evaluasi sumatif digunanakan untuk menilai apakah suatu programakan diteruskan atau dihentikan.

c) Experimentaland Quasi Experimental Designvs Natural/ Unobtrusive Inquiry Beberapa evaluasi memakai metodologi penelitian klasik, Dalam hal seperti ini, subyek penelitian diacak, perlakuan diberikan, dan pengukuran dampak dilakukan. Tujuan dari penelitian itu yaitu untuk menilai manfaat suatu obyek, suatu program atau strategi baru yang dicobakan.Desain penelitian Natural Inquiry evaluator menghabiskan waktu banyak untuk mengamati dan berbicara dengan audiensi yang relevan. Strategi yang multiple dan sumber–sumber dipakai untuk mempertinggi reliabilitas pengumpulan data.

4) Model Stake atau Model Countenance Stake (1967) menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi ialah Description judgement dan membedakan adanya tiga tahap dalam program pendidikan, yaitu: antecedents (context), transaction (proses), outcomes (output). Penekanan yang umum atau hal yang penting dalam model ini ialah bahwa evaluator yang membuat penilaian tentang program yang dievaluasi. Stake mengatakan bahwa description disatu pihak berbeda dengan judgment atau menilai. Dalam model ini antecedents(masukan),transaction(proses),outcomes(hasil) data dibandingkan tidak hanya untuk menentukan apakah ada perbedaan tujuan dengan keadaan yang sebenarnya, tetapi juga dibandingkan dengan standar yang absolute, untuk menilai manfaat program. Stake mengatakan bahwa tak ada penelitian dapat diandalkan apa bila tidak dinilai.

d. Kreteria Efektifitas Evaluasi Program

(54)

diperlukan informasi yang lengkap, akurat, dan dapat dipercaya (valid dan reliable) serta tepat waktu (timely).

Sebuah kebijakan atau program, tingkat efektivitas dan efisiensi menjadi hal yang amat penting untuk diperhatikan. Menurut Keban (2004:140) suatu organisasi dapat dikatakan efektif apabila tujuan organisasi atau nilai-nilai yang ditetapkan dalam visinya tercapai. Nilai-nilai merupakan hasil kesepakatan bersama antara parastakholders dari organisasi yang bersangkutan, sehingga pencapaian visi adalah indikator yang paling penting. Sementara itu Etzioni (Keban, 2004: 141) mengatakan bahwa efektivitas organisasi menggambarkan sampai seberapa jauh suatu organisasi dapat merealisasikan tujuan akhirnya (goals).

Pada dasarnya pengertian efektifitas yang umum menunjukkan pada taraf tercapainya hasil, sering atau senantiasa dikaitkan dengan pengertian efisien, meskipun sebenarnya ada perbedaan diantara keduanya. Efektifitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan membandingkan antarainputdanoutputnya.

(55)

telah ditetapkan. Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya. Sementara itu menurut Abdurahmat (2003:92) efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan tepat pada waktunya.

Steers (1985: 4-7) mengemukakan bahwa pada dasarnya cara yang terbaik untuk meneliti efektivitas ialah dengan memperhatikan secara serempak tiga buah konsep yang saling berhubungan yaitu :

1. Paham mengenai optimasi tujuan: efektivitas dinilai menurut ukuran seberapa jauh sebuah organisasi berhasil mencapai tujuan yang layak dicapai;

2. Perspektif sistematika: tujuan mengikuti suatu daur dalam organisasi;

3. Tekanan pada segi perilaku manusia dalam susunan organisasi: bagaimana tingkah laku individu dan kelompok akhirnya dapat menyokong atau menghalangi tercapainya tujuan organisasi.

(56)

Makin dekat hasil organisasi atau kelompok dalam mencapai tujuan, makin efektif pimpinan organisasi atau kelompok tersebut.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan dapat dilaksanakan secara tepat, efektif, efisien apabila pekerjaan tersebut dilaksanakan dengan tepat sesuai dengan yang telah direncanakan. Efektifitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa baik atau seberapa jauh sasaran (kuantitas, kualitas, waktu) telah tercapai. Efektifitas yaitu pengukuran dalam arti tercapainya sasaran yaitu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan demikian, apabila sasaran atau tujuan yang telah dicapai sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya maka program tersebut dapat dinilai efektif, sebaliknya apabila tujuan atau sasaran tidak selesai sesuai waktu yang ditentukan, maka program tersebut dinilai tidak efektif.

(57)

(UPS) dan 3) Program peningkatan ekonomi mikro dan menengah (UPK), yaitu melalui pemberian kredit usaha rakyat dalam kelompok swadaya masyarakat (KSM).

[image:57.595.150.548.222.699.2]

B. Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka Berfikir Masyaraka Miskin di Kelurahan Minomartani /

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)

BKM/ LKM Mina Sejahtera

UPK (Unit pengelola Keuangan)

UPS (Unit Pengelola Sosial)

UPL (Unit Pengelola Lingkungan)

Masyarakat Sejahtera

Efektifitas

Efektif Tidak Efektif

Faktor yang mempengaruhi

Faktor yang mempengaruhi

(58)

Kemiskinan merupakan masalah yang harus segera ditangani. Khususnya diwilayah perkotaan, kemiskinan muncul karena masyarakat tidak memiliki akses ke sarana dan prasarana dasar lingkungan yang memadai, kualitas perumahan dan pemukiman yang jauh dibawah standar kelayakan, dan mata pencaharian yang tidak menentu. Peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk menangulangi kemiskinan salah satunya dengan pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat merupakan jalur yang tepat bagi masyarakat miskin untuk meningkatkan taraf hidupnya. Tujuan Pemberdayaan pada dasarnya adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tesebut. Kemandirian masyarakat adalah merupakan suatu kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi dengan mempergunakan daya kemampuan yang terdiri atas kemampuan kognitif, konatif, psikomotorik, afektif, dengan pengerahan sumber daya yang dimiliki oleh lingkungan internal masyarakat tersebut.

(59)

Jadi spesifiknya peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani setelah ada BKM/ LKM Mina Sejahtera yang dijalankan melalui 3 unit yang membidangi tridaya yaitu sektor ekonomi melalui UPK, sektor sosial melalui UPS, sektor Lingkungan melalui UPL memberi pengaruh positif atau negatif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin. Dengan adanya BKM ini dapat dijadikan sebagai langkah awal untuk membuka lapangan usaha/ kerja bagi masyarakat sekitar program yang pada akhirnya mampu meningkatkan taraf hidup, peningkatan pendapatan keluarga terutama bagi mereka yang memiliki latar belakang ekonomi lemah dan sebagai upaya pengembangan manusia untuk menjadi lebih berdaya.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana keefektifan program BKM Mina Sejahtera dalam meningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani?

2. Bagaimana pelaksanaan Unit Pengelola Keuangan (UPK) di BKM Mina Sejahtera dalam meningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani?

(60)

4. Bagaimana Pelaksanaan Unit Pengelola Lingkungan (UPL) di BKM Mina Sejahtera dalam meningkatan kesejahteraan masyarakat miskin di Kelurahan Minomartani?

(61)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Dalam melakukan penelitian banyak metode yang digunakan peneliti, yang sesuai dengan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian itu sendiri. Sehingga penelitian itu menjadi valid dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secara ilmiah dan proposional.

Menurut rumusan masalah dan tujuan penelitian ini pendekatan yang diambil mengunakan pendekatan evaluatif. Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2006: 16) penelitian evaluatif (evaluative research) difokuskan pada suatu kegiatan dalam suatu unit (site) tertentu. Kegiatan tersebut dapat berbentuk program, proses atau hasil kerja, sedangkan unitnya dapat berupa tempat, organisasi ataupun lembaga. Penelitian ini dapat menilai manfaat atau kegunaan, sumbangan dan kelayakan dari suatu kegiatan dalam satu unit.

McMilan dan Schumacher (Nana Syaodih Sukmadinata, 2006: 3) mengemukan enam pendekatan dalam penelitian evaluatif: 1) Evaluasi berorientasi tujuan (objectives-oriented approaches). 2) Evaluasi berorientasi pengguna (consumer-oriented approaches). 3) Evaluasi berorientasi keahlian (Expertise-oriented evaluation). 4) Evaluasi berorietasi keputusan (decision-oriented evaluation). 5) Evaluasi berorientasi lawan (adversary-oriented approaches). 6) Evaluasi berorientasi partisipan-naturalistik

(62)

pelaksanaan program atau kegiatan oleh kelompok sasaran, atau mengukur hasil pelaksanaan program/kegiatan.

Dengan pendekatan ini diharapkan dapat menemukan alternatif jawaban, terutama berkaitan dengan Keefektifan Program BKM dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di Kelurahan Minomartani Kecamatan Ngaglik Kabupaten Sleman Yogyakarta.

B. Informan Penelitian

Informan yang ditunjuk sebagai sumber data adalah orang orang yang dapat memberikan informasi yang selengkap-lengkapnya. Dalam penelitian ini informan ditentukan secara purposive dan juga tidak dipersoalkan tentang ukuran dan jumlahnya. Spradley yang dikutip dan diterjemahkan oleh Djihad Hisyam (1998: 83) dalam menetukan kriteria informasi pada penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

1. Informan sudah cukup lama dan insentif menyatu dalam kegiatan atau bidang kajian peneliti.

2. Informan terlibat penuh dalam kegiatan bidang tersebut.

3. Informan mempunyai waktu yang cukup untuk dimintai informasi. Dalam penelitian ini, yang menjadi informan adalah

1. Fasilitator Kelurahan (Faskel) 2. Pengurus BKM Minomartani

(63)

Maksud dari pemilihan informan ini adalah untuk mendapatkan sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber sehingga data yang diperoleh dapat diakui kebenaranya.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini mengkaji tentang Keefektifan Program BKM dalam Meningkatakan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di Kelurahan Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan bulan Novermber sampai Juni 2012. Lokasi penelitian bertempat di BKM “Mina Sejahtera” Kelurahan Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman Yogyakarta.

D. Teknik Pengumpulan Data

Ada beberapa macam teknik pengumpulan data yang digunakan dalam suatu penelitian, teknik yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah:

1. Teknik Wawancara

(64)

informan dalam konteks tertentu dan memfokuskan pada hal-hal yang berkaitan dengan penelitian.

Jenis wawancara yang dipakai adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu wawancara yang dilakukan dengan membawa kerangka pertanyaan, tetapi penyajianya tidak terikat oleh kerangka yang telah dipersiapkan. Tujuanya adalah untuk memudahkan dalam memperoleh data agar mendalam, sehingga mendapat informasi yang lebih lengkap.

Proses wawancara dilakukan dengan terlebih dahulu mempersiapkan pedoman wawancara dengan model pertanyaan terbuka, tidak kaku, fleksibel, dan disampaikan secara informal. Pedoman wawancara tersebut (terlampir), disusun dan digunakan sebagai arah agar wawancara terfokus pada persoalan, pelaksanaan Program BKM dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di Kelurahan Minomartani.

2. Teknik Observasi

Observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada obyek penelitian. Dengan fokus observasi terhadap 3 komponen utama:

a. Ruang (Tempat)

(65)

b. Aktor (Pelaku)

Aktor (Pelaku) meliputi orang-orang yang terlibat dalam situasi yaitu Fasilitator Kelurahan (Faskel), Pengurus BKM Minomartani, warga masyarakat yang mengikuti program BKM Minomartani (KSM), tokoh masyarakat.

c. Aktifitas (Kegiatan)

Aktifitas (kegiatan) merupakan kegiatan yang dilakukan aktor (pelaku) dalam kaitanya dengan Pelaksanaan Program BKM dalam Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Miskin di Kelurahan Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman Yogyakarta. 3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen. Data yang dikumpulkan dengan teknik dokumentasi ini cenderung merupakan data sekunder, sedangkan data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara cenderung merupakan data primer atau data yang langsung didapat dari pihak pertama (Husaini Usman 2004: 74).

(66)
[image:66.595.150.510.108.587.2]

Tabel 1. Teknik pengumpulan data

Unit Dimensi Indikator Teknik

Pengumpulan Data Sumber Data UPL Perlindungan Lingkungan

a. Perbaikan Jalan. b. Peran serta

(67)

UPK Pemberdayaan Ekonomi a. Kemampuan membantu perekonomian masyarakat dari pinjaman modal. b. Kemampuan masyarakat membuka usaha melalui pinjaman modal yang diberikan. c. Masyarakat didampingi untuk membuka usaha melalui modal yang dipinjamkan. d. Kemitraan yang

[image:67.595.149.514.83.366.2]

terbangun antara masyarakat dengan pihak luar. Observasi, Wawancara, Dokumetasi Pengelola BKM, Masyarak at, Faskel

Tabel 2. Intrumen Penelitian Program Badan Keswadayaan Masyarakat

Unit Dimensi Indikator

UPL Perlindungan Lingkungan

a. Perbaikan Jalan.

b. Peran serta masyarakat dalam perlindungan lingkungan.

c. Pelaksanaan Pembangunan sarana dan prasarana desa. d. Kepuasan masyarakat dalam perbaikan lingkungan

desa. UPS Perlindungan

Sosial

a. Pemerataan dalam pemberian bantuan sosial untuk masyarakat yang tidak produktif.

b. Keterjangkuan bantuan sosial kepada masyarakat. c. Pemerataan pemberian bea siswa kepada anak putus

sekolah (droup out).

d. Kepuasan masyarakat terhadap bantuan sosial yang diberikan.

UPK Pemberdayaan Ekonomi

a. Membantu perekonomian masyarakat melalui pemberian pinjaman modal untuk usaha.

b. Mendampingi masyarakat dalam mengembangkan usaha melalui modal yang dipinjamkan.

c. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk membuka usaha melalui program pelatihan lifeskill diantaranya pelatihan menjahit, bordir, computer, servis, pengelolaan sampah, tetas ayam dan peternakan. d. Membangun kemitraan antara masyarakat dengan pihak

(68)

E. Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan faktor penting dalam Penelitian. Oleh karena itu perlu pemeriksaan data sebelum analisis dilakukan. Keabsahan data dilakukan dengan pengujian akan kebenarannya dalam memperoleh data yang akurat untuk mendukung hasil penelitian.

Keabsahan data diperoleh dengan teknik triangulasi data, yaitu membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain, pada fase penelitian dilapangan. Triangulasi data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan triangulasi sumber dan metod. Triangulasi sumber adalah Pengecekan data dengan membandingkan dan mengecek ulang data yang diperoleh dari informan dengan informan lainnya. Triangulasi metode adalah dengan cara mengecek kebenaran data yang diperoleh dengan mengunakan teknik pengumpulan data yang berbeda. Teknik ini dilakukan dengan cara mencocokan jawaban hasil wawancara dan observasi.

F. Teknik Analisis Data

Untuk menyelesaikan masalah yang terdapat dalam rumusan masalah maka analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif dan analisis data kuantitatif.

1. Analisis data kualitatif

(69)

lapangan. Namun hal ini tidak selalu dilakukan karena melihat situasi dilapangan. Setelah terkumpul data di lapangan dalam bentuk kata- kata yang dituangkan dalam catatan lapangan, maka selanjutnya data segera dianalisis. Dalam teknik ini, model analisis yang digunakan adalah model analisi deskriptif, yang terdiri dari tiga alur kegiatan yaitu: reduksi data, pemnyajian data dan penarikan kesimpulan (Miles & Huberman, 1992 :16) 2. Analisis Data Kuantitatif

[image:69.595.145.515.443.503.2]

Analisis data kuantitatif dilakukan untuk melakukan proses Penggalian makna, Pengambaran, penjelasan, dan penempatan pada konteks masing-masing. Instrumen Penelitian Program Badan Keswadyaan Masyarakat. Berdasarkan hasil analisis kemudian dimasukan sesuai dengan kreteria dan klarifikasi sebagai berikut:

Tabel 3. Pencapaian Indikator

Hasil Nilai

0,81 – 100 Sangat efektif

0,76 - 0,90 Efektif

0,66 – 0,75 Cukup efektif

Presentase dihitung dengan mengunakan rumus berikut : Jumlah indikator yang terpenuhi

(70)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Gambaran Umum BKM

Gerakan penanggulangan kemiskinan melalui pembangunan

merupakan gerakan bersama harus berjalan secara mandiri dan berkelanjutan

melalui pemberdayaan masyarakat terutama masyarakat miskin, serta

bersinergi dengan kegiatan-kegiatan yang telah ada yang bertujuan untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka untuk mengorganisir

aspirasi, kebutuhan, permasalahan serta potensi masyarakat, maka perlu

didirikan wadah yaitu suatu Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang

berbentuk paguyuban/perkumpulan atas dasar silaturrahim perwakilan warga

masyarakat desa.

Badan Keswadayaan masyarakat (BKM) adalah sebuah kelembagaan

yang terbentuk dan dibentuk oleh masyarakat untuk membangun kembali

ikatan-ikatan sosial dan solidaritas sosial sesama warga masyarakat agar

mampu mengatasi kemiskinan secara mandiri. Badan ini mempunyai visi

membangun masyarakat warga (civil society) sebagai suatu tatanan baru hidup

bermasyarakat, agar terwujud jalinan kemitraan antara pemerintah daerah dan

masyarakat yang berdaya dan mampu menciptakan lingkungan perumahan

dan pemukiman yang sehat, layak dan produktif secara mandiri dan

(71)

menumbuhkan kembali ikatan-ikatan sosial dan menggalang solidaritas serta

kesatuan sosial sesama warga agar saling bekerja-sama demi kebaikan,

kepentingan dan kebutuhan bersama, serta dalam jangka panjang akan

memperkuat keswadayaan masyarakat warga.

BKM merupakan dewan pimpinan kolektif masyarakat warga

penduduk kelurahan yang berkedudukan sebagai lembaga pimpinan

masyarakat warga penduduk kelurahan dan merupakan lembaga pengendali

kegiatan penanggulangan kemiskinan di kelurahan, yang posisinya di luar

institusi pemerintah, militer, agama, pekerjaan dan keluarga. BKM adalah

lembaga masyarakat warga (Civil Society Organization), yang pada

hakekatnya mengandung pengertian sebagai wadah masyarakat untuk

bersinergi dan menjadi lembaga kepercayaan milik masyarakat, yang diakui

baik oleh masyarakat sendiri maupun pihak luar, dalam upaya masyarakat

membangun kemandirian menuju tatanan masyarakat madani (civil socitey),

yang dibangun dan dikelola berlandaskan berbasis nilai-nilai universal

(value based).

Sebagai wadah masyarakat untuk bersinergi, BKM berbentuk pimpinan

kolektif, dimana keputusan dilak

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berfikir
Tabel 1. Teknik pengumpulan data
Tabel 2. Intrumen Penelitian Program Badan Keswadayaan Masyarakat
Tabel 3. Pencapaian Indikator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan motivasi membangun sistem dan standar pelaporan cadangan tambang yang lebih andal serta menjadi tuan rumah di negeri sendiri, pada akhir tahun 2009 Ikatan Ahli

Pemberian pakan tambahan pada kelompok I disesuaikan dengan umur padi di mana pada umur padi 1–21 hari, itik diberi pakan tambahan lebih banyak berupa konsentrat 10%, jagung

Dengan demikian, hasil observasi kelompok eksperimen yang aktif dalam pembelajaran, hasil prestasi belajar yang juga lebih tinggi dari kelompok eksperimen,

Statistik deskriptif menurut Sugiyono (2012:169) adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang

tersebut sesuai dengan tujuan dari kegiatan ini yakni memberi pemahaman kepada warga setempat mengenai adaptasi kebiasaan baru yang disertai dengan donasi alat

Berdasarkan hal tersebut terdapat lima tipe identitas kolektif, yaitu (1) identitas kolektif juru kampanye terdiri dari identitas aktivis lingkungan, identitas Greenpeace

Dalam konteks gerakan sosial, pembentukan karakter atau identitas merupakan bagian dari collective action frame (Gamson dikutip Yanto, 2002) menghasilkan

Beberapa studi yang menunjukkan hubungan yang signifikan antara keadilan interaksional dan kepuasan kerja karyawan (Al Zubi, 2010; Usmani dan Jamal, 2011) yang mengamati