• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. i P a g e

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. i P a g e"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...i

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Maksud, Tujuan Dan Sasaran ...5

1.2.1. Maksud ...5

1.2.2. Tujuan ...5

1.2.3. Sasaran ...6

1.3. Ruang Lingkup ...6

1.3.1. Lingkup Wilayah Perencanaan ...6

1.3.2. Lingkup Pekerjaan ...7

1.4. Kedudukan RPKP ... 11

BAB 2. PENDEKATAN DAN METODE PENYUSUNAN RPKP ... 13

2.1. Pendekatan ... 13

2.1.1. Pendekatan Partisipatif...14

2.1.2. Pendekatan Pembangunan Top down dan bottom up ...15

2.2. Metodologi ... 17

2.2.1. Kerangka Berpikir ...17

2.2.2. Jenis dan Sumber Data ...19

2.2.3. Analisis Data ...19

BAB 3. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA ... 22

3.1. Letak Geografis Dan Wilayah Administrasi ... 22

3.2. Fisik Dasar ... 24 3.2.1. Iklim ...24 3.2.2. Hidrologi ...25 3.2.3. Topografi ...25 3.2.4. Jenis Tanah ...26 3.2.5. Penggunaan Lahan ...29 3.3. Kependudukan ... 29

3.3.1. Jumlah Dan Pertumbuhan Penduduk ...29

3.3.2. Rasio Jenis Kelamin Penduduk ...30

3.3.3. Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ...30

3.3.4. Kepadatan Penduduk ...31

3.4. Perekonomian Wilayah ... 32

(2)

3.4.2. Pertumbuhan Ekonomi ...33

3.4.3. PDRB Per Kapita ...34

3.4.4. Indeks Pembangunan Manusia ...35

3.4.5. Pendekatan Analisis Lapangan Usaha Basis Dan Non Basis Location Quotient (LQ) Dan Dynamic Locationt Quotient (DLQ)) Kabupaten Kubu Raya ...35

3.5. Kondisi Infrastruktur ... 38

3.5.1. Jalan dan Jembatan...38

3.5.2. Sarana Transportasi...39

3.5.3. Air Bersih ...40

3.5.4. Jaringan Energi Listrik...40

3.5.5. Komunikasi ...41

3.6. Potensi Wilayah ... 41

3.6.1. Potensi Strategis Kabupaten Kubu Raya ...41

3.6.2. Hortikultura ...48

3.6.3. Perkebunan dan Kehutanan ...48

3.6.4. Peternakan dan Unggas ...49

3.6.5. Perikanan ...49

BAB 4 GAMBARAN UMUM KAWASAN PERDESAAN ... 51

4.1. Penetapan Dan Delineasi Kawasan ... 51

4.2. Letak Geografis Dan Wilayah Administratif ... 52

4.2.1. Iklim ...56

4.2.2. Topografi ...59

4.2.1. Jenis Tanah ...60

4.2.2. Sistem Dan Penggunaan Lahan ...62

4.2.3. Kebencanaan ...67

4.2.4. Kawasan dengan satwa dan ekosistem yang dilindungi ...67

4.3. Kependudukan ... 68

4.3.1. Jumlah Penduduk ...68

4.3.2. Komposisi Penduduk ...69

4.3.3. Distribusi dan Kepadatan Penduduk ...70

4.3.4. Mata Pencaharian ...70

4.3.5. Kondisi Kesejahteraan...71

4.4. Perekonomian ... 74

4.4.1. Kesesuaian Sektor Basis Kabupaten terhadap Sektor/Komoditas Unggulan Kawasan Perdesaan Agropolitan Tarigas Kuala Mandor ..74

4.4.2. Produk Unggulan Kawasan Perdesaan ...76

4.4.3. Produk Pendukung Kawasan Perdesaan ...78

4.5. Modal Sosial Dan Budaya ... 79

4.6. Sarana Dan Prasarana ... 80

(3)

4.6.2. Jaringan Telekomunikasi dan Internet ...81

4.6.3. Jaringan Energi ...81

4.6.4. Sarana Bangunan Pemerintahan ...81

4.6.5. Pengolahan Sampah ...81

4.6.6. Jaringan Air Bersih ...82

4.6.7. Pengelolaan Limbah dan Sanitasi ...84

4.6.8. Sarana Pendidikan ...84

4.6.9. Sarana Kesehatan ...85

4.6.10. Sarana Peribadatan ...86

4.6.11. Sarana Ekonomi ...86

4.7. Kelembagaan ... 88

4.7.1. Kondisi Pemangku Kepentingan Terkait ...88

4.7.2. Kelembagaan Eksisting ...89

BAB 5. PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN BERBASIS PRODUK UNGGULAN . 90 5.1. Tinjauan Kebijakan ... 90

5.1.1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 ...90

5.1.2. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kubu Raya ...93

5.1.3. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Kubu Raya ...95

5.2. Konsep Pengembangan Kawasan ... 97

5.2.1. Tema Pengembangan Kawasan ...97

5.2.2. Hulu Hilir Pengembangan Kawasan ...98

5.2.3. Pengembangan Jejaring Kawasan Perdesaan ...101

BAB 6. KEBIJAKAN, STRATEGI DAN PROGRAM ... 104

6.1. Potensi dan Permasalahan ... 104

6.1.1. Peta Potensi dan Masalah ...104

6.1.2. Peta Potensi dan Masalah Per-Desa Dalam Kawasan Perdesaan...106

6.2. Isu Strategis ... 108

6.3. Tujuan dan Sasaran ... 111

6.3.1. Tujuan ...111

6.3.2. Sasaran ...112

6.4. Strategi dan Arah Kebijakan ... 116

6.4.1. Strategi ...116

6.4.2. Arah Kebijakan ...117

6.5. Program dan Kegiatan ... 119

6.6. Site Plan ... 125

BAB 7. NILAI STRATEGIS PENGEMBANGAN KAWASAN PEDESAAN ... 127

7.1. Produk Barang dan Jasa ... 127

(4)

7.3. Peningkatan Pendapatan dan Pengurangan Kemiskinan ... 128

BAB 8. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 129

8.1. Kesimpulan ... 129

8.2. Rekomendasi... 130

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1. Status Kemandirian Desa Di Kabupaten Kubu Raya

Berdsarkan Sk Kementerian Desa Dan Transmigrasi, Tahun

2016 ... 4 Tabel 3. 1. Luas Wilayah Kabupaten Kubu Raya Dirinci Menurut

Kecamatan ... 24 Tabel 3. 2. Penyebaran Kelas Lereng Di Wilayah Kubu Raya ... 26 Tabel 3. 3. Laju Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan Kecamatan

Kabupaten Kubu Raya ... 29 Tabel 3. 4. Rasio Jenis Kelamin Penduduk berdasarkan Kecamatan

Kabupaten Kubu Raya ... 30 Tabel 3. 5. Penduduk berdasarkan Kelompok Umur Kabupaten Kubu

Raya ... 30 Tabel 3. 6. Kepadatan Penduduk berdasarkan Kecamatan Kabupaten

Kubu Raya ... 31 Tabel 3. 7. Distribusi PDRB Kabupaten Kubu Raya Atas Dasar Harga

Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2016-2018 ... 32 Tabel 3. 8. Laju Indeks Implisit PDRB Kabupaten Kubu Raya Menurut

Lapangan Usaha Tahun 2016-2018 ... 34 Tabel 3. 9. Hasil Analisis LQ Dan DLQ Lapangan Usaha/Industri

Perekonomian Di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2013-2017 ... 37 Tabel 4. 1. Luas Desa/Kelurahan (Km2) di Kawasan Perdesaan

Agropolitan Tarigas Kula Mandor Kabupaten Kubu Raya ... 55 Tabel 4. 2. Jarak Dari Desa Ke Ibukota Kecamatan Kuala Mandor B ... 56 Tabel 4. 3. Jumlah Curah Hujan Dan Hari Hujan Tahunan Di Kecamatan

Kuala Mandor B Kabupaten Kubu Raya, Periode

Pengamatan Tahun 2016- 2015 ... 57 Tabel 4. 4. Jumlah Curah Hujan Dan Hari Hujan Tahunan Di Kecamatan

Kuala Mandor B Kabupaten Kubu Raya, Periode

Pengamatan Tahun 2016- 2015 ... 58 Tabel 4. 5. Komposisi Sistem Lahan di Wilayah Kabupaten Kubu Raya ... 64 Tabel 4. 6. Penggunaan lahan Kawasan Perdesaan Tarigas Kuala

Mandor ... 67 Tabel 4. 7. Jumlah Penduduk dan Sex Rasio Kawasan Perdesaan

Agropolitan Kuala Mandor B ... 68 Tabel 4. 8. Komposisi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Kawasan Perdesaan Agropolitan Kuala Mandor B ... 69 Tabel 4. 9. Komposisi Jumlah Penduduk Dirinci menurut Kelompok

Umur dan Jenis Kelamin Kawasan Perdesaan Agropolitan

(6)

Tabel 4. 10. Distribusi Kepadatan Penduduk Kawasan Perdesaan

Agropolitan Kuala Mandor B... 70 Tabel 4. 11. Mata Pencaharian Penduduk Kawasan Perdesaan

Agropolitan Kuala Mandor B yang bekerja sebagai petani /

buruh harian lepas ... 71 Tabel 4. 12. Hasil Perhitungan Indeks Pembangunan Desa (IPD)

Kawasan Perdesaan Agropolitan Tarigas Kuala Mandor ... 72 Tabel 4. 13. Hasil Perhitungan Indeks Desa Membangunan (IDM)

Kawasan Perdesaan Agropolitan Tarigas Kuala Mandor ... 73 Tabel 4. 14. Jumlah Individu Miskin Kawasan Perdesaan Agropolitan

Kuala Mandor B, 2015 ... 73 Tabel 4. 15. Nilai LQ Luas Panen Dan Rating Komoditi Subsektor

Perkebunan di Kecamatan Kuala Mandor B Tahun 2019 ... 75 Tabel 4. 16. Nilai LQ Luas Panen Dan Rating Komoditi Subsektor

Tanaman Sayuran dan Buah-Buahan di Kecamatan Kuala

Mandor B Tahun 2019 ... 75 Tabel 4. 17. Nilai LQ Luas Panen Dan Rating Komoditi Subsektor

Peternakan di Kecamatan Kuala Mandor B Tahun 2019 ... 76 Tabel 4. 18. Luas Tanam Dan Produksi Tanaman Perkebunan Menurut

Jenisnya di Kecamatan Kuala Mandor B Tahun 2018 ... 77 Tabel 4. 19. Jarak Tempuh Pusat Pemerintahan dengan Kawasan

Perdesaan Agropolitan Tarigas Kuala Mandor B ... 80 Tabel 4. 20. Sarana dan Tenaga Pendidikan Di Kawasan Pedesaan

Agropolitan Kuala Mandor ... 84 Tabel 4. 21. Tenaga Pendidikan dan Murid Di Kawasan Pedesaan

Agropolitan Kuala Mandor ... 85 Tabel 4. 22. Sarana dan Tenaga Kesehatan Di Kawasan Pedesaan

Agropolitan Kuala Mandor ... 85 Tabel 4. 23. Sarana Peribadatan di Kawasan Pedesaan Agropolitan Kuala

Mandor ... 86 Tabel 4. 24. Sarana/Prasarana Perekonomian Di Kawasan Pedesaan

Agropolitan Kuala Mandor Tahun 2018 ... 87 Tabel 5. 1. Telahan Dokumen Perencanaan Kawasan Perdesaan

Agropolitan Tarigas Kuala Mandor B ... 95 Tabel 6. 1. Potensi dan Masalah Kawasan Perdesaan Agropolitan

Tarigas Kuala Mandor B ... 105 Tabel 6. 2. Jarak Tempuh Pusat Pemerintahan dengan Kawasan

Perdesaan Agropolitan Tarigas Kuala Mandor B ... 106 Tabel 6. 3. Tujuan dan Sasaran Rencana Pembangunan Kawasan

Perdesaan Agropolitan Tarigas Kuala Mandor B ... 115 Tabel 6. 4. Strategi dan Arah Kebijakan Rencana Pembangunan

(7)

Tabel 6. 5. Program dan Kegiatan Rencana Pembangunan Kawasan

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. Kerangka Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan

Agropolitan Tarigas Kuala Mandor ... 18

Gambar 3. 1. Peta Administrasi Kabupaten Kubu Raya ... 23

Gambar 3. 2. Grafik Persentase Luas Wilayah Kabupaten Kubu Raya Dirinci Menurut Kecamatan ... 24

Gambar 3. 3. Grafik Perbandingan IPM Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Barat 2018 ... 35

Gambar 4. 1. Peta Orientasi Kawasan Perdesaan Agropolitan ... 54

Gambar 4. 2. Peta Topography Kecamatan Kuala Mandor B ... 60

Gambar 4. 3. Peta Jenis Tanah Kecamatan Kuala Mandor B ... 61

Gambar 4. 4. Peta Sytem Lahan Kecamatan Kuala Mandor B ... 63

Gambar 4. 5. Peta Lahan Bukaan Kecamatan Kuala Mandor B ... 66

Gambar 4. 6. Pendukung Komoditas Kecamatan Kuala Mandor B ... 78

Gambar 4. 7. Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum Kecamatan Kuala Mandor B ... 83

Gambar 5. 1. Konsep Agopolitan, Agrobinis ... 98

Gambar 5. 2. Aksesibelitas Kawasan Pedesaan ... 100

Gambar 5. 3. Konektivitas Kawasan Perdesaan Agropolitan Tarigas Kuala Mandor B Dan Kawasan Straegis Kabupaten Kubu Raya ... 103

Gambar 6. 1. Sit Plan Pengembangan Kawasan Perdesaan Agropolitan Tarigas Kuala Mandor B ... 126

(9)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pendekatan pembangunan wilayah perdesaan dengan konsep Pembangunan Kawasan, merupakan pendekatan baru yang menjadi pengejawantahan dari NAWA CITA Pemerintah Pusat yaitu membangun dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia”, bertujuan untuk mengatasi kesenjangan pembangunan kota-desa yang akhirnya mengarah pada peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan. Pembangunan Kawasan Perdesaan adalah pembangunan antar desa yang dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan dan pemberdayaan masyarakat desa melalui pendekatan partisipatif, dalam kerangka pembangunan kewilayahan. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

Dengan disahkannya UU nomor 6 tahun 2014 tentang Desa memberikan harapan dan peluang bagi Desa untuk mendapat perhatian lebih dari Pemerintah, Pemerintah daerah. untuk mendorong mempercepat pembangunannya. Maka dari itu, pembangunan perdesaan diarahkan pada (1) Mengurangi kemiskinan dan kerentanan ekonomi di perdesaan; (2) Memenuhi standar pelayanan minimum khususnya di desa-desa tertinggal dan perbatasan; (3) Meningkatkan keberdayaan masyarakat perdesaan; (4) Penguatan tata kelola pemerintahan Desa yang baik; (5) mewujudkan Desa berkelanjutan, yang berbasis pada potensi sumber daya sosial budaya lokal dan daerah; serta (6) Membangun keterkaitan desa-kota melalui ngembangan kegiatan perekonomian hulu-hilir dan industrialisasi perdesaan khususnya di desa-desa yang telah berkembang dan mandiri yang terkait dengan industri di pusat-pusat pertumbuhan terdekat.

(10)

Secara spesifik kebijakan Pembangunan Kawasan Perdesaan sebagaimana tertuang pada Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang mendefenisikan Kawasan Perdesaan sebagai kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi”. Implementasi pembangunan kawasan pedesaan dilakukan dalam batas wilayah fungsional yang mengangkat isu-isu strategis yang memiliki kesamaan typelogi untuk diatasi dengan konsep keterkaitan desa-kota (rural-urban lingkage menyangkut pemanfaatan sumber daya alam, ketenagakerjaan, infrastruktur, pengembangan ekonomi produktif, pembangunan pariwisata hingga maupun pembangunan sumber daya manusia, atau lainnya), secara komprehensif mulai dari hulu –hilir. Melalui pendekatan spasial yang saling bersinergi, dengan mengintregaiskan potensi-potensi yang dimiliki oleh beberapa desa yang memiliki typelogi yang sama, diyakini dampak manfaat pembangunan ini akan lebih besar dirasakan dan lebih efektif dilakukan, mengingat keterbatasan pembiayan pembangunan, sehingga cluster-cluster rencna pembangunan wilayah desa dapat disatupadukan dan diarahkan untuk pencapaian hasil dan sasaran pembangunan yang lebih maksimal.

Dari berbagai literatur, perkembangan desa baru hasil pemekaran di Indonesia mengalami peningkatan. Di tahun 2014, jumlah desa meningkat menjadi 74.093 atau terdapat 1.149 Desa baru dari 72.944 desa di tahun 2012 (meningkat 1,5% dalam 2 tahun). Dampak pemekaran adalah meningkatnya transfer dana pemerintah ke desa untuk melaksanakan Kewajiban-kewajiban yang menjadi menjadi kewenangan desa, disamping pemberian hak-hak dari sisi keuangan, Pemaknaan ini berati pimpinan desa berkewajiban meningkatkan indeks pembangunan di desa yang menjadi inti sari pemekaran desa, sesuai Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

(11)

Desa yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, membangun potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Sehingga melalui Undang-Undang Desa yang menempatkan desa sebagai subyek pembangunan, pemerintah menjadi pihak yang menfasilitasi tumbuh kembangnya kemandirian dan kesejahteraan desa melalui skema kebijakan yang mengutamakan rekognisi dan subsidiaritas. Selain itu, faktor penyebabnya kendala pembangunan yang terformulasi sebagai keterbatasan akses terhadap infrastruktur dasar (pendidikan, kesehatan, permukiman, transportasi, telekomunikasi, dll), akan menempatakan desa sebagai entitas yang berdaya guna dalam kerangka percepatan membangun kesejahteraan, kemakmuran di desa itu sendiri, maupun dalam kerangka pembangunan kewilayahan.

Kebijakan pembangunan desa dengan pendekatan kawasan dipandang dapat percepatan simpul-simpul pembangunan yang memiliki protensi untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi trigger pembangunan wilayah hinterland lainnya. Saat ini Kabupaten Kubu Raya telah menetapkan 8 Kawasan perdesaan yang perlu segera dilakukan penyusunan Rencana Aksi/ Masterplan yang lebih konkrit dan detil khusunya terhadap daerah-daerah yang akan difasilitasi menjadi lokasi prioritas kawasan perdesaan.

Dalam terminology rencana pembangunan desa, ide memacu pembangunan di desa dikenal dengan konsep desa membangun dan membangun desa. Desa membangun merupakan perancangaan pembangunan yang ditujukan dalam mengoptimalkan pengalokasian dana desa/alokasi dana desa untuk meningkatkan status kemandirian desa mellaui penyedian infrastruktur maupun memberikan peayanan dasar sosial sesuai dengan kemampuan keuangan yang didistribusikan ke desa. Pembangunan Desa merupakan

(12)

rencana konsep pembangunan yang lebih luas dengan tujuan menghidupkan sub-sub wilayah pembangunan dalam kerangka kewilayahan. Oleh karena itu, pengenalan terhadap kawasan yang akan dikembangkan, akan menentukan kebutuhan hulu dan hilur perencanaan untuk mewujudkan interkoneksi pembangunan atar wilayah.

Tabel 1. 1. Status Kemandirian Desa Di Kabupaten Kubu Raya Berdsarkan Sk Kementerian Desa Dan Transmigrasi, Tahun 2016

No IDM Jumlah Desa %

1 Maju 6 5,17

2 Berkembang 21 18,10

3 Tertinggal 67 57,76

4 Sangat Tertinggal 22 18,97

J U M L A H 116 100

Sumber : Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi Republik Indonesia, Nomor 030 Tahun 2016 , data diolah

Konsep pengembangan kawasan perdesaan yang diharapkan dijabarkan dalam dokumen Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan(RPKP) memiliki prasyaratan sebagai berikut, (1) setiap kawasan perdesaan yang akan dikembangkan harus memiliki spesialisasi; (2) terdapat keterkaitan antara sektor unggulan dengan sektor pendorong; (3) memfokuskan strategi pengembangan kepada produk berdaya saing dan berorientasi pada pasar regional; (4) memiliki sinergitas antar program; (5) perlunya peran pemerintah sebagai katalisator dan fasilitator. Faktor-faktor kunci untuk mengembangkan kawasan akan sangat tergantung pada SDM, pengembangan pasar, akses masyarakat terhadap sumber input atau faktor produksi, adanya kerjasama, kemitraan dan kelembagaan, serta iklim usaha yang kondusif. Faktor kunci tersebut merupakan suatu sistem rantai nilai keterkaitan subsistem input, subsistem proses: yang dapat terdiri dari subsistem agroproduksi dan subsistem agroindustri; output dan pemasaran serta jasa pelayanan, yang didukung dengan SDM, pasar, akses kepada modal,

(13)

infrastruktur dan bahan baku/sarana prasarana produksi, serta iklim usaha. Sementara infrastruktur merupakan pendorong untuk mempermudah interaksi seluruh faktor komponen utama yang dibutuhkan.

1.2. Maksud, Tujuan Dan Sasaran 1.2.1. Maksud

1. Memfasilitasi dan mengembangkan potensi dan/atau memecahkan masalah pada kawasan perdesaan dalam bentuk rencana pengembangan kawasan perdesaan di lokasi berbasis pengembangan wilayah yang berkelanjutan, sesuai dengan potensi sumber daya alam dan kebutuhan pengembangan kawasan sebagai bagian dari pusat pertumbuhan baru yang terintegrasi dengan kawasan dan perkotaan sekitarnya

2. Memfasilitasi perencanaan kawasan perdesaan secara terpadu baik infrastruktur fisik maupun non fisik dalam rangka meningkatkan fungsi kawasan perdesaan sehingga secara umum memperkuat sistem keterkaitan kota-desa dan menjadi stimulan bagi desa-desa berkembang dan tertinggal di sekitarnya.

1.2.2. Tujuan

Tujuan kegiatan ini adalah melakukan pendalaman dokumen RPKP di Kabupaten Kubu Raya serta menyusun dokumen rencana pembangunan kawasan perdesaan di Kecamatan Kuala Mandor B Dokumen RPKP memuat kebijakan pengembangan kawasan perdesaan strategis yang terpadu antar sektor, antar wilayah, dan antar tingkat pemerintahan berdasarkan kebutuhan jangka menengah (5 tahun) dan jangka pendek (1 tahun) dalam rangka meningkatkan fungsi kawasan perdesaan yang mandiri, maju, berdaya saing, dan berkelanjutan.

(14)

1.2.3. Sasaran

Sasaran dari pekerjaan ini adalah:

1. Tersusunnya review rencana kebijakan, program dan kegiatan eksisting pengembangan kawasan perdesaan dan pembangunan fisik maupun non fisik;

2. Tersusunnya profil kawasan perdesaan yang sekurang-kurangnya memuat gambaran umum, potensi, serta permasalahan dalam pengembangan kawasan perdesaan;

3. Terumuskannya analisis dan strategi keterpaduan pengembangan kawasan perdesaan secara fungsi, lokasi, besaran kawasan, dan sumber pendanaan antar tingkat pemerintahan, antar sektor, dan kelembagaan. 4. Terumuskannya konsep pengembangan kawasan perdesaan yang

memuat sesuai basis unggulan wilayah pengolahan, dan pemasaran serta strategi pengembangannya.

5. Tersusunnya rencana program/kegiatan pembangunan kawasan perdesaan untuk jangka menengah (5 tahun) dan jangka pendek (1 tahun);

6. Tersusunnya siteplan pusat pengembangan kawasan perdesaan; dan 7. Tersusunnya Pra-Desain program-program prioritas pengembangan

kawasan perdesaan. 1.3. Ruang Lingkup

1.3.1. Lingkup Wilayah Perencanaan

Ruang lingkup wilayah dalam pekerjaan meliputi kawasan perdesaan di Kecamatan Tarigas Kuala Mandor Kabupaten Kubu Raya yang terdiri dari 4 (empat) desa, yaitu desa Kuala Mandor B, desa Sungai enau, Desa Kubu Padi dan desa Retok, mengacu pada Keputusan Bupati Kubu Raya Nomor 387/BAPPEDA/2016 Tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan Kabupaten Kubu Raya Tahun 2016-2019.

(15)

1.3.2. Lingkup Pekerjaan

Ruang lingkup tahapan dan substansi pekerjaan ini meliputi: a) Persiapan dan Organisasi Kerja

1) Melakukan persiapan pelaksanaan kegiatan, termasuk di dalamnya melakukan koordinasi tim untuk pelaksanaan kegiatan, penyepakatan rencana kerja dan metodologi pelaksanaan kegiatan, penyiapan peta dasar, sampai dengan pengumpulan data dan informasi.

2) Kajian literatur, teori, dan benchmark/pengalaman praksis di Indonesia atau negara lain yang berhasil terkait pengembangan kawasan perdesaan;

3) Review terhadap kebijakan pengembangan kawasan perdesaan berdasarkan rencana pembangunan dan rencana tata ruang baik

nasional (RPJPN dan RTRWN), pulau/kepulauan (RTR

Pulau/Kepulauan), provinsi (RPJPD, RPJMD, RTRW Provinsi), kabupaten/kota (RPJPD, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota), serta kebijakan sektoral oleh Kementerian/Lembaga terkait.

4) Identifikasi stakeholder pusat dan daerah terkait;

5) Pengumpulan data dan informasi lanjutan di kawasan perdesaan;

6) Penyusunan gambaran dasar, Peta dasar, data dan informasi yang diperlukan;

7) Penajaman metodologi pelaksanaan pekerjaan;

8) Inventarisasi kebutuhan data, desain survei, dan penyiapan perangkat survei;

9) Penyusunan rencana kerja dan jadwal rinci mingguan pelaksanaan pekerjaan;

10) Pembahasan Laporan Pendahuluan. b) Pengumpulan Data

1) Pengumpulan Data Sekunder terkait dengan bidang pengembangan kawasan perdesaan dan kawasan strategis sekurang-kurangnya di Kementerian Desa PDTT, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan

(16)

Rakyat, Bappenas, Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Kementerian Pertanian, Kementerian Pariwisata, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan lain-lain;

2) Rapat Koordinasi dengan Bappeda Kabupaten Kubu Raya untuk membahas delineasi kawasan perdesaan yang akan disusun dokumen RPKP

3) Musyawarah antar desa di aras kawasan perdesaan dengan mengundang aparatur pemerintah tingkat desa dan kecamatan untuk membahas lebih lanjut potensi, permasalahan dan kebutuhan pengembangan kawasan perdesaan;

4) Identifikasi Kondisi dan permasalahan pada Pengembangan Kawasan Pedesaan di Kecamatan Kuala Mandor B terhadap pembangunan Kawasan Perdesaan, identifikasi kondisi Kawasan Perdesaan, kondisi demografi, geografis, ekonomi, sarana prasarana dan kondisi pendukung lainnya

5) Mengumpulan Data Sekunder kawasan perdesaan melalui Bappeda serta dinas-dinas terkait untuk mendapatkan data eksisting dan rencana terkait pengembangan kawasan perdesaan;

6) Pengumpulan kebutuhan Data Primer dilakukan melalui survei tahap pertama dengan melibatkan aparat desa guna melakukan analisa awal kawasan desa-desa yang masuk dalam pembangunan kawasan perdesaan,

7) Luasan, lokasi, nilai ekonomi), permasalahan (jenis permasalahan, lokasi) dan usulan program (jenis program, lokasi, besaran, perkiraan anggaran). Setelah itu dilakukan verifikasi komoditas potensial dan usulan program berdasarkan kuesioner tersebut langsung di lokasi untuk mendapatkan data-data terinci yang dibutuhkan dalam

8) menyusun RPKP dan matriks program pengembangan kawasan perdesaan; Survei Primer Tahap Kedua dilakukan setelah telaah dan analisis kawasan perdesaan serta Focus Group Discussion (FGD) di

(17)

Jakarta dengan tujuan untuk memperdalam substansi RPKP dan mendetailkan Pra-desain kawasan dan program-program prioritas. c) Penetapan lokasi Kawasan Perdesaan

Kawasan perdesaan tarigas kuala mandor B Kabupaten Kubu Raya yang menjadi lokus dalam kajian ini penetapannnya dilakukan oleh Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan Kabupaten Kubu Raya. Penetapan kawasan perdesaan tarigas kuala mandor B dilakukan secara bersamaan dengan pembentukan kawasan perdesaan lainnya. Inisiasi pembentukan dilakukan Tim Pembangunan Kawasan Perdesaan melalui SK Bupati Nomor 320/Bappeda/2016 tentang Tim Koordinasi Pembangunan Kawasan Perdesaan Kabupaten Kubu Raya. Lebih lanjut, Permendes Nomor 5 tahun 2016 tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan dan Kepuptusan Dirjen Pembangunan Kawasan Nomor 14/DPKP/SK/07/2016, inisiasi pembentukan Kawasan Perdesaan menggariskan bahwa pembentukan kawasan perdesaan dapat dilakukan secara top down ataupun buttom up, melalui kesepakatan secara bersama sesuai prinsip pembangunan kawasan. Tahapan yang dilakukan :

1) Analisis dan komparasi kedudukan masing-masing wilayah

pengembangan kawasan perdesaan;

2) Analisis potensi ekonomi pengembangan kawasan perdesaan;

3) Rapat Koordinasi tingkat Daerah dengan melibatkan Bappeda dan dinas serta pihak terkait,

4) PUPR dalam rangka penentuan lokasi Kawasan Perdesaan Prioritas. 5) Kemudian diteteapkan sebagai Keputusan Bupati Kubu Raya Nomor

387/BAPPEDA/2016 Tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan Kabupaten Kubu Raya Tahun 2016-2019.

d) Analisis Pengembangan Kawasan Perdesaan

1) Analisis posisi kawasan perdesaan dalam konstelasi regional dan global untuk mengetahui kedudukan deliniasi kawasan perdesaan terhadap lokasi yang lebih makro secara administrasi;

(18)

2) Analisis lingkungan fisik (built environment) struktur dan kecenderungan perkembangan kawasan perdesaan untuk mengetahui daya dukung lahan terhadap potensi kawasan perdesaan yang dapat dikembangkan; 3) Analisis potensi ekonomi, sosial budaya, jejaring prasarana dan

kelembagaan pengembangan kawasan perdesaan untuk mengukur potensi kawasan perdesaan secara kuantitatif sebagai langkah penajaman potensi kawasan perdesaan yang harus dikembangkan; 4) Analisis isu strategis dan permasalahan pengembangan kawasan

perdesaan untuk menajamkan informasi terkait daya dukung kawasan perdesaan secara fisik maupun non fisik;

5) Sasaran untuk menentukan rencana distribusi komoditas kawasan perdesaan;

6) Analisis proyeksi pertumbuhan penduduk dan ekonomi kawasan perdesaan untuk mengukur kebutuhan pengembangan kawasan perdesaan yang didasarkan pada jumlah penduduk dalam rentang waktu perencanaan hingga jangka panjang;

7) Analisis kebutuhan pengembangan kawasan perdesaan yang mendukung Pengembangan Ekonomi kawasan perdesaan untuk mengukur kebutuhan programberdasarkan kondisi eksisting yang terkait dengan potensi kawasan perdesaan dan potensi ekonomi.

8) Melakukan identifikasi dan menganalisis kemungkinan solusi yang akan ditawarkan dalam menjawab tantangan isu strategis.

9) Penyiapan analisis konsep pengembangan kawasan pedesaan yang termuat didalamnya tujuan serta sasaran dalam pengembangan kawasan pedesaan.

10) Melakukan perumusan strategi dan Arah kebijakan prioritas berdasarkan daya dukung kawasan.

11) Menetapkan kemungkinan program kegiatan, indikator capaian dan pendanaan pengembangan kawasan pedesaan

(19)

1.4. Kedudukan RPKP

Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi (UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa). Pasal 83 ayat 2 UU Nomor 6 Tahun 2014 juga menyebutkan bahwa Pembangunan Kawasan Perdesaan dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat Desa di Kawasan Perdesaan melalui pendekatan pembangunan partisipatif.

Berdasarkan UU nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, pada pasal 79

menyebutkan bahwa Pemerintah Desa menyusun Perencanaan

Pembangunan Kawasan Perdesaan sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan pembangunan Kabupaten/ Kota. Selanjutnya dokumen perencanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP) dipergunakan untuk menyusun dokumen:

1) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 5 (lima) tahun; dan

2) Rencana Aksi Pembangunan Kawasan Perdesaan

3) Rencana Kerja Pemerintah Desa atau yang disebut Rencana Kerja Pemerintah Desa RKPDes), sebagai penjabaran dari Rencana Aksi Pembangunan Kawasan Perdesaan dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun.

Rencana pembangunan jangka menengah yang berlaku selama 5 (lima) tahun termaktub dalam dokumen RPKP (Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan) yang memuat program-program pembangunan, yang proses penyusunannya dilakukan dengan cara mengkombinasikan pendekatan top down dan bottom up. Kegiatan awal dalam penyusunan program berupa pengumpulan data dan informasi; analisis kondisi kawasan perdesaaan;

(20)

penelaahan dokumen perencanaan; perumusan tujuan dan sasaran; perumusan strategi dan kebijakan; analisis isu strategis; serta perumusan program, kegiatan, pendanaan dan indikator capaian. Berikut ini gambaran kedudukan dokumen Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP) terhadap dokumen perencanaan lainnya.

(21)

BAB 2. PENDEKATAN DAN METODE PENYUSUNAN RPKP

2.1. Pendekatan

Berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Pembangunan kawasan perdesaan perlu dilakukan untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan dan pemberdayaan masyarakat desa melalui pendekatan partisipatif. Terkait dengan hal itu, dalam aktivitas diskusi yang dilakukan tema yang dipilih sebagai core pengembangan adalah mengangkat potensi sumber daya pertanian dengan cakupan desa lokasi kawasan perdesaan yang disepakati para pihak.

Arah kebijakan peningkatan keterkaitan perkotaan dan perdesaan difokuskan pada perwujudan Sistem Perkotaan Nasional yang berperan sebagai Penghubung Kota-Desa (PKD), dengan menghubungkan keterkaitan fungsional antara pasar dan kawasan produksi. Dalam PKD ini terdapat suatu kegiatan yang dapat meningkatkan nilai dari komoditas barang dan jasa dari kawasan sekitar (hinterland) perkotaan maupun perdesaan. Kebijakan tersebut dijabarkan melalui strategi sebagai berikut:

1. Perwujudan Konektivitas antar Kota Sedang dan Kota Kecil, dan antar Kota Kecil dan Desa sebagai Tulang Punggung (Backbone ) Keterhubungan Desa-Kota.

2. Perwujudan keterkaitan kegiatan ekonomi hulu (upstream linkages ) dan Kegiatan ekonomi Hilir (downstream lingkages ) Desa-Kota

3. Peningkatan Kapasitas Tata Kelola, Kelembagaan, dan Masyarakat dalam Peningkatan Keterkaitan Kota-Desa.

Berangkat Dari permasalahan di atas, maka kebijakan Pembangunan Kawasan Perdesaan sesuai Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah

(22)

Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 5 Tahun 2016 secara spesifik berusaha mengatasi permasalahanpermasalahan tersebut. Dalam kontek Permen yang ada, Pembangunan Kawasan Perdesaan adalah pembangunan antar desa dalam satu Kabupaten/Kota yang dilaksanakan dalam upaya mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, pembangunan, dan pemberdayaan masyarakat desa melalui pendekatan partisipatif yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dengan visi mewujudkan desa yang kuat, mandiri, sejahtera, dan demokratis juga mengatur tentang Pembangunan Kawasan Perdesaan. Intinya bahwa Pembangunan Kawasan Perdesaan ini merupakan upaya untuk mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan dan pemberdayaan masyarakat di kawasan perdesaan melalui pendekatan pembangunan partisipatif. Pembangunan kawasan ini meliputi penggunaan dan pemanfaatan wilayah desa sesuai dengan tata ruang kabupaten/kota. 2.1.1. Pendekatan Partisipatif

Pendekatan partisipatif dalam konteks pembangunan desa adalah suatu sistem pengelolaan pembangunan didesa dan kawasan perdesaan yang dikoordinasikan oleh kepala Desa dengan mengedepankan kebersamaan, kekeluargaan, dan kegotongroyongan guna mewujudkan perdamaian dan keadilan sosial. Pembangunan yang dilaksanakan dari, oleh dan untuk masyarakat meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemanfaatan dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan, serta pengembangan tindak lanjut hasil pembangunan dengan peran serta seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan desa dalam Undang-Undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa pasal 81 dilaksanakan oleh pemerintah desa dengan melibatkan seluruh masyarakat desa dengan semangat gotong royong.

Pada dasarnya kawasan perdesaan merupakan sebuah ruang (spatial) atau area yang mempunyai fungsi pelayanan, pemukiman, pembangunan dan pemberdayaan. Pengertian dan praktik pembangunan kawasan perdesaan

(23)

seperti ini tentu bukan hal baru, karena sudah lama dijalankan oleh pemerintah. Didalam undang-undang desa menyebut pembangunan desa sebagai “desa membangun” dan pembangunan kawasan perdesaan sebagai “membangun desa”.

Membangun desa adalah menghadirkan negara keranah desa, bukan dalam pengertian negara melakukan campur tangan secara berlebihan ke dalam desa seperti yang sudah terjadi di masa lalu, bukan pula negara melaksanakan pembangunankawasan perdesaan dari atas (top down) tanpa memperhatikan partisipasi desa dan masyarakat desa (Eko Sutoro, 2014). Konsep “membangun desa” terdapat perspektif pembangunan dan perspektif desa. Melihat “membangun desa” dengan perspektif pembangunan melahirkan misi dan platform pemerataan pembangunan yang menyentuh ranah perdesaan, desa dan masyarakat. Sedangkan melihat “membangun desa” dengan perspektif desa berarti memperkuat desa dalam memanfaatkan, mengakses dan memiliki ruang dan sumberdaya kawasan perdesaan. Dalam dua perspektif itu terdapat misi dan platform pembangunan partisipatif dan pemberdayaan masyarakat.

2.1.2. Pendekatan Pembangunan Top down dan bottom up

Pembangunan kawasan perdesaan ini mengkombinasikan kedua pendekatan, yaitu pendekatan dari atas ke bawah dan pendekatan dari bawah ke atas. Pembangunan kawasan perdesaan disusun berdasarkan kebutuhan masyarakat dan merupakan kesepakatan bersama antara pemerintah dan masyarakat sehingga membutuhkan peran aktif dari kedua pihak. Dengan mengombinasikan kedua pendekatan pembangunan wilayah.

Pembangunan wilayah yang dilakukan oleh pemerintah memerlukan dukungan dan peran aktif dari masyarakat agar dapat terimplementasi dengan baik. Sebaliknya, pembangunan yang diinisiasi oleh masyarakat juga tetap membutuhkan dukungan dari pemerintah karena terdapatnya

(24)

beberapa hambatan apabila pembangunan hanya dilakukan oleh masyarakat, seperti kurangnya pengetahuan dan kemampuan masyarakat serta kebutuhan pendanaan yang tidak dapat dipenuhi oleh masyarakat.

Hasil yang diperoleh saat ini masyarakat berserta pemerintah mencoba mengidentifikasikan konsisi yang ada dari Kabupaten Kubu Raya diperolehgambaran terkait konsisi Top down dan bottom up bahwa potensi pertanian yang dimiliki kawasan tiap desa perdesaan yang sudah ditetapkan antara lain pertanian tanaman pangan (padi), perikanan tangkap dan air tawar, perkebunan, dan peternakan. Pemetaan potensi tersebut merupakan dasar dalam menentukan usulan program kegiatan yang mendukung pengembangan kawasan antara lain; pertanian tanaman pangan (padi), pertanian tanaman hortikultura, perkebunan serta perikanan termasuk peternakan).

Dalam proses lebih lanjut, dilakukan pra survey di tiap desa yang masuk dalam kawasan untuk dilakukan pendalaman informasi dalam mengenali kawasan perdesaan. Hasil observasi lapangan secara umum kondisi kawaan perdesaan diperoleh gambaran pertanian kawasan perdesaan secara umum. Kondisi potensi sumber daya pertanian yang diusahakan sebagian besar masyarakat dalam kawasan meliputi perkebunan, pertanian hortikulturam, padi sawah dan perikanan, dengan dukungan infrastruktur, lahan, jaringan irigasi sekunder, dan jalan usaha tani sudah tersedia, serta beberapa fasilitas pemerintahan dan fasilitas umum telah terbangun. Akan tetapi kondisi yang terjadi secara umum seperti mengenai pengembangan komoditi lokasl desa, tata kelola air, hama penyakit tanaman, ketersediaan alat dan mekanisasi pertanian, pupuk, irigasi sekunder mengalami kerusakan, serta irigasi tersier yang belum seluruhya menjangkau petak sawah yang ada, masih menjadi permasalahan.

Sementara distribusi sumber daya ekonomi masih mengandalkan pedagang pengumpul sebagai mediasi antara petani ke pasar, rendahnya nilai tukar

(25)

petani, cost atas tambahan biaya distribusi produk lokal ke pasar, serta kendala non teknis pendukung faktor produksi masih tetap memerlukan penanganan lebih lanjut.

2.2. Metodologi

2.2.1. Kerangka Berpikir

Pembangunan kawasan perdesaan untuk mengembangkan potensi dan/atau memecahkan masalah pada kawasan perdesaan antara lain (1) Mempercepat dan meningkatkan kualitas pelayanan, (2) Pengembangan ekonomi, dan/atau pemberdayaan masyarakat desa dengan Pendekatan partisipatif, dan (3) Mengintegrasikan berbagai kebijakan, rencana, program, dan kegiatan para pihak pada kawasan yang ditetapkan.

Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan (RPKP) merupakan rencana pembangunan jangka menengah yang berlaku selama 5 (lima) tahuan yang di dalamnya memuat program pembangunan di kawasan perdesaan yang telah

ditetapkan, dengan pendekatan yang digunakan dalam

fasilitasiipembangunan kawasan perdesaan, yang mengkombinasikan aktivitas riset dan aksi pemberdayaan, adalah pendekatan partisipatif dan pendekatan Top down dan bottom up dengan menggunakan beragam metode penelitian (kualitatif dan kuantitatf).

(26)

Gambar 2. 1. Kerangka Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan Agropolitan Tarigas Kuala Mandor

Metode desk study, dengan kerangka input output dimulai dari input pengumpulan data sekunder terkait ruang lingkup dokumen RPKP. Berikutnya adalah mengidentifikasi profil (nama, luas dan deliniase kawasan), potensi dan permasalahan kawasan yang menjadi lokus dalam dokumen RPKP. Selanjutnya tahapan proses telaah dan evaluasi dilakukan terhadap peran stakeholder dalam menghasilkan kebijakan dan program-program pendukung kawasan, baik yang sudah maupun yang sedang dilakukan. Berdasarkan potensi dan permasalahan kawasan yang dikaitkan dengan keterpaduan kebijakan dan program maka dapat dilihat akar masalah program apakah ada keterkaitan antar sektor, antar wilayah dan antar tingkat pemerintahan. Melalui force field analisys maka akan diperoleh penghalusan (smoothing) atau penyesuai terhadap program dan kebijakan dalam RPKP, dan selanjutnya menjadi sebuah output berupa perbaikan rencana RPKP 5 tahun kedepan.

Rencana Pengembangan Kawasan Pedesaan (RPKP Kawasan Pedesaan

Kementrian Desa, UU Desa dan Pemerintah terkait, serta Partisipatif masyarakat

(27)

2.2.2. Jenis dan Sumber Data

Dalam kajian ini jenis data yang dikumpulkan digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pendekatan Participatory Rural Appraissal (PRA) dengan alat bantu Focus Group Discussion (FGD), observasi dan wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh dari BPS kabupaten Kubu Raya, Rencana Pembangunan Daerah (RPJMD atau RTRWP/RTRWK) di Bappeda Kabupaten Kubu Raya, serta data dan informasi pendukung dari OPD terkait Kecamatan Kuala Mandor B, dan desa wilayah pengembangan Kawasan Perdesaan Tarigas Kuala Mandor. Data-data penunjang lainnya diperoleh dari unit-unit kerja di Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi serta didapatkan dari sumber-sumber lain, misalnya dari internet.

2.2.3. Analisis Data

Berikut ini beberapa metode analisis terkait kerangka berpikir dalam penyusunan dokumen ini:

1. Analisis disktiptif

Analisis disktiptif dengan pendekatan kuantitatif dilakukan untuk memberikan gambaran dan analisis data angka terhadap pemaparan data sekunder yang diperoleh dari OPD dan BPS maupun data primer hasil verfikasi dan analisa situasi kondisi wilayah, yang dituangkan dalam laporan-laporan, dengan pendekatan data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan teknik analisis model interaktif yang meliputi : (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) sajian data, (4) penarikan kesimpulan (verifikasi).

Analisis Isu-Isu Strategis Isu strategis merupakan kondisi yang harus diperhatikan atau diprioritaskan dalam perencanaan pembangunan Kawasan Perdesaan karena dampaknya yang signifikan bagi kawasan/masyarakat di masa yang akan datang. Karakteristik suatu isu strategis sendiri adalah

(28)

kondisi atau hal yang bersifat penting, mendasar, mendesak, berjangka panjang, dan menentukan tujuanpembangunan Kawasan Perdesaan di masa depan.

Perumusan Tujuan dan Sasaran Tujuan dan sasaran yang dirumuskan merupakan tujuan dan sasaran strategis yang ingin dicapai melalui pembangunan Kawasan Perdesaan yang selanjutnya akan menjadi dasar dalam perumusan strategi, program, dan kegiatan pembangunan Kawasan Perdesaan secara keseluruhan. Perumusan Strategi dan Kebijakan Strategi merupakan langkah-langkah yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan dan sasaran.

Perumusan Program, Kegiatan, Pendanaan, dan Indikator Capaian Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah/non-pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan. Sedangkan kegiatan merupakan penjabaran dari suatu program sebagai arah dari pencapaian kinerja yang memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan pembangunan.

2. Analisis Location Quotient (LQ) Komparatif antar Komoditas. Data yang diperoleh berupa data sekunder, selanjutnya diolah dengan membuat tabulasi data untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan analisis. Untuk mengetahui pemusatan/basis (aktifitas) digunakan metode analisis Keunggulan Komparatif Wilayah (Location Quotient/LQ Analysis). Location

Quotient merupakan suatu indeks untuk membandingkan pangsa

Persamaan dari LQ adalah:

𝐿𝑄 =(Xij/Xj) (Xi/X) Di mana:

(29)

X.j : total aktifitas di sub wilayah ke-j Xi. : total aktifitas ke-i di wilayah X.. : derajat aktifitas total di wilayah

sub wilayah dalam aktifitas tertentu dengan pangsa total aktifitas tersebut dalam total aktifitas wilayah. Secara lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktifitas pada sub wilayah ke-j terhadap persentase aktifitas total wilayah yang diamati. Analisis LQ dilakukan terhadap pengusahaan tanaman pangan, perkebunan, perikanan dan hortikultura di Kecamatan Kuala Mandor B dibandingkan dengan Kabupaten Kubu Raya.

Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah bahwa (1) kondisi geografis relatif seragam, (2) pola-pola aktifitas bersifat seragam, dan (3) setiap aktifitas menghasilkan produk yang sama.

Untuk dapat menginterpretasikan hasil analisis LQ, digunakan batasan sebagai berikut:

1) Jika nilai LQij > 1, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi suatu aktifitas di kecamatan-j secara relatif dibandingkan dengan total kabupaten atau terjadi pemusatan aktifitas di kecamatan-j.

2) Jika nilai LQij = 1, maka kecamatan-j tersebut mempunyai pangsa aktifitas setara dengan pangsa total atau konsentrasi aktifitas di kecamatan-j sama dengan rata-rata total kabupaten.

3) Jika nilai LQij < 1, maka kecamatan-j tersebut mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktifitas yang secara umum ditemukan di seluruh kabupaten.

(30)

BAB 3. GAMBARAN UMUM KABUPATEN KUBU RAYA

3.1. Letak Geografis Dan Wilayah Administrasi

Secara geografi Kabupaten Kubu Raya berada di sisi Barat Daya Provinsi Kalimantan Barat atau berada pada posisi 0°13'40,83” sampai dengan 1°00’53,09” Lintang Selatan serta 109°02'19,32” Bujur Timur dan 109°58’32,16” Bujur Timur. Secara administratif, batas wilayah Kabupaten Kubu Raya adalah :

 Di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Pontianak dan Kabupaten Pontianak.

 Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Ketapang.  Di sebelah Barat berbatasan dengan Laut Natuna.

 Dan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Landak.

Kabupaten Kubu Raya merupakan kabupaten yang ada di Kalimantan Barat dengan luas mencapai 6.985,24 km2 atau sekitar 4,76 % dari luas wilayah

Provinsi Kalimantan Barat. Daerah Pemerintahan Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2007 paska pemekaran dengan Kabupaten Pontianak terdiri dari 9 Kecamatan, 109 Desa. Kecamatan terluas adalah Kecamatan Batu Ampar dengan luas 2.002,70 km2 atau 28,67 % sedangkan yang terkecil adalah

Kecamatan Rasau Jaya dengan luas sebesar 111,07 km2 atau 1,59 % dari luas

(31)
(32)

Tabel 3. 1. Luas Wilayah Kabupaten Kubu Raya Dirinci Menurut Kecamatan

No Kecamatan Ibukota Luas (km2) Persentase

1 Batu Ampar Padang Tikar 2.002,70 28,67

2 Terentang Terentang 786,40 11,26

3 Kubu Kubu 1.211,60 17,35

4 Teluk Pakedai Teluk Pakedai 291,90 4,18

5 Sungai Kakap Sungai Kaka 453,17 6,49

6 Rasau Jaya Rasau Jaya 111,07 1,59

7 Sungai Raya Sungai Raya 929,30 13,30

8 Sungai Ambawang Ambawang Kuala 726,10 10,39

9 Kuala Mandor B Kuala Mandor 473,00 6,77

Kabupaten Kubu Raya 6.985,24 100,00

Sumber : Kubu Raya Dalam Angka, 2018

Gambar 3. 2. Grafik Persentase Luas Wilayah Kabupaten Kubu Raya Dirinci Menurut Kecamatan

3.2. Fisik Dasar 3.2.1. Iklim

Wilayah Kabupaten Kubu Raya dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Di Kabupaten Kubu Raya memiliki sifat iklim tropis dan seperti pada umumnya di Indonesia, hanya dikenal dua musim yaitu musim

(33)

kemarau dan musim penghujan dengan curah hujan tahunan pada umumnya rendah. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai dengan bulan September. Sedangkan musim penghujan bisa terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret. Keadaan ini berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April – Mei dan Oktober – November.

Iklim di Kubu Raya termasuk dalam type Iklim A (Schmit & Ferguson) yaitu iklim sangat basah dengan curah hujan bulanan diatas 100 mm dengan total curah hujan tahunan rata-rata berkisar 3000 mm. Suhu rata-rata 10 maksimum 33,40 C terjadi pada bulan mei dan suhu minimum rata-rata 22,50 C terjadi pada bulan Agustus.

3.2.2. Hidrologi

Keberadaan air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi penduduk baik untuk memasak, minum, maupun mencuci atau mandi. Bagi daerah Kabupaten Kubu Raya, khususnya di pedalaman, penggunaan air bersih masih secara tradisional bersumber dari sungai/danau dan air hujan. Atau di sebagian kecamatan air bersih dikelola sebagai komoditas industri oleh PDAM. Total air bersih/ air minum yang disalurkan pada tahun 2018 mencapai 2.483.439 M3 dengan 16.734 pelanggan. Sebagian besar konsumen

PDAM di Kabupaten Kubu Raya tahun 2018 adalah rumah ruko dengan jumlah air bersih yang disalurkan mencapai 2.170.507 M3. Sedangkan

pemakaian terkecil air bersih adalah yayasan sosial sebesar 950 M3.

3.2.3. Topografi

Secara keseluruhan wilayah Kabupaten kubu raya terdiri dari dataran rendah, umumnya datar, sebagian bergelombang dan sebagian kecil berbukit/bergunung dengan kemiringan 0 % - > 60 %. Meskipun hampir seluruh wilayah Kubu Raya berupa dataran rendah dan rawa-rawa dengan ketinggian 10 m dan kemiringan < 2 %, namun sesuai dengan kondisi geologis dan geomorfologisnya masih dapat dijumpai daerah-daerah dengan

(34)

relief > 10 m dan dengan kemiringan berkisar antara 2 - > 60 %. Daerah yang terakhir ini umumnya dijumpai pada dataran dan bukit-bukit kecil yang muncul atau menyembul diantara dataran rendah.

Tabel 3. 2. Penyebaran Kelas Lereng Di Wilayah Kubu Raya No Kemiringan Bentuk Wilayah Relief (m) Luas Simbol Slope (%) Ha % 1 2 3 4 5 6 7 A B C D E F G 0 - 2 2 - 8 9 – 15 16 – 25 26 – 40 40 - 60 > 60 Datar Berombak Bergelombang Agak Curam Curam Sangat Curam Bergunung < 2 2 – 10 11 – 50 11 – 50 11 – 50 51 – 300 > 300 670.825,20 - - 20.390,00 - 3.462,80 3.842,00 96,03 - - 2,92 - 0,50 0,55 Jumlah 698.520,00 100,00

Sumber : Peta Sistem Lahan dan Kelas Lereng Propinsi Kalimantan Barat skala 1 : 250.000

3.2.4. Jenis Tanah

Jenis tanah yang ditemui di Kabupaten Kubu Raya yaitu jenis tanah aluvial, gleisol. Organosol dan regosol.

a. Aluvial

Jenis tanah Aluvial disebut juga sebagai tubuh tanah endapan. Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium. Secara keseluruhan tanah alluvial mempunyai sifat fisika kurang baik sampai sedang, tekstur beraneka ragam, struktur tanahnya pejal atau tanpa struktur, serta konsistensinya keras waktu kering dan teguh waktu lembab.

Sifat kimia dari tanah jenis ini sedang sampai baik, reaksi tanahnya masam sampai netral, kandungan bahan organiknya rendah, kandungan unsur haranya relatif kaya dan banyak tergantung pada bahan induknya, kesuburan tanahnya sedang sampai tinggi.

(35)

Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai (hasil dari lumpur yang mengendap), dataran aluvial pantai, dan daerah cekungan (depresi).

b. Gleisol

Tanah yang selalu jenuh air sehingga berwarna kelabu atau menunjukkan sifat-sifat hidromorfik lain.

c. Organosol Gley Humus atau Tanah Gambut atau Tanah Organik Jenis tanah ini berasal dari bahan induk organik seperti dari hutan rawa atau rerumput rawa, dengan ciri dan sifat: tidak terjadi deferensiasi horizon secara jelas, ketebalan lebih dari 0.5 meter, warna coklat hingga kehitaman, tekstur debu lempung, tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat-agak lekat, kandungan organik lebih dari 30% untuk tanah tekstur lempung dan lebih dari 20% untuk tanah tekstur pasir, umumnya bersifat sangat asam (pH 4.0), kandungan unsur hara rendah. Berdasarkan penyebaran topografinya, tanah gambut dibedakan menjadi tiga yaitu:

 gambut ombrogen: terletak di dataran pantai berawa, mempunyai ketebalan 0.5-16 m, terbentuk dari sisa tumbuhan hutan dan rumput rawa, hampir selalu tergenang air, bersifat sangat asam;

 gambut pegunungan: terbentuk di daerah topografi pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan yang hidupnya di daerah sedang (vegetasi spagnum).

 gambut topogen: terbentuk di daerah cekungan (depresi) antara rawa-rawa di daerah dataran rendah dengan di pegunungan, berasal dari sisa tumbuhan rawa, mempunyai ketebalan 0.5-6 m, bersifat agak asam, kandungan unsur hara relatif lebih tinggi; dan

(36)

 gambut oligotrop, bersifat sangat asam, miskin O2, miskin unsur hara, biasanya selalu tergenang air;

 gambut eutrop, bersifat agak asam, kandungan O2 serta unsur haranya lebih tinggi;

 mesotrop, peralihan antara eutrop dan oligotrop. d. Regosol

Tanah bertekstur kasar dengan kadar pasir lebih dari 60 %, hanya mempunyai horison penciri ochrik, histik atau sulfurik.

e. Podsolik

Jenis tanah podsolik pada umumnya terdapat pada berbagai jenis bahan induk seperti tufa masam, batuan pasir (sandstones) atau endapan kuarsa. Tanah ini memiliki solum tanah yang paling tebal yaitu 90 – 180 cm, warna merah hingga kuning, tekstur tanahnya lempung hingga berpasir, struktur gumpal, konsistensinya gembur di bagian atas dan teguh di lapisan bawah (aerasinya buruk), kandungan bahan organiknya kurang dari 5 %, kandungan unsur hara (fosfor, nitrogen, kalium, kalsium, magnesium, belerang, seng) rendah, reaksi tanah (pH) sangat masam sampai agak masam yaitu 4 – 5,5. Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tuf vulkanik, bersifat asam. Tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih dari 2.500 mm/tahun. Tanah mineral telah berkembang, kejenuhan basa rendah. Secara keseluruhan tanah ini memiliki sifat kimia kurang baik; dapat terjadi keracunan alumunium dan mangan untuk lahan kering dan keracunan besi pada persawasahan. Kekahatan merupakan kendala utama kesuburan pada tanah Podsolik Merak Kuning (PMK). Sifat fisika jenis tanah ini tidak mantap karena sifat agregratnya kurang baik, sehingga peka erosi terhadap erosi (kelas IV; skor 60). Kesuburannya adalah rendah sampai sedang.

(37)

f. Kombisol

Tanah dengan horisin kambik, atau epipedon umbrik atau molik. Tidak ada gejala-gejala hidromorfik (pengaruh air).

3.2.5. Penggunaan Lahan

Dilihat dari penggunaan tanah menurut kecamatan di Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2018, sebagian besar daerah Kabupaten Kubu Raya Hutan Negara (355.400 hektar atau 50,88 persen), Perkebunan (111.457 hektar atau 15,96 persen), dan Sawah Pasang Surut (53.948 hektar atau 7,72 persen) yang terhampar di seluruh kecamatan.

3.3. Kependudukan

Penduduk Kabupaten Kubu Raya berdasarkan proyeksi penduduk tahun 2018 sebanyak 570.914 jiwa yang terdiri atas 289.105 jiwa penduduk laki-laki dan 281.809 jiwa penduduk perempuan. Kepadatan Penduduk di 9 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi terletak di Kecamatan Sungai Kakap dengan kepadatan sebesar 259 jiwa/km2 dan terendah di Kecamatan Terentang sebesar 14 jiwa/km2. Sampai akhir tahun 2018 Kabupaten Kubu Raya terdiri dar 9 Kecamatan yang terbagi menjadi 123 desa, 445 dusun, 782 RW dan 3.101 RT. Perangkat desa yang tersebar di seluruh desa di Kabupaten Kubu Raya berjumlah 768

3.3.1. Jumlah Dan Pertumbuhan Penduduk

Tabel 3. 3. Laju Pertumbuhan Penduduk Berdasarkan Kecamatan Kabupaten Kubu Raya

Kecamatan

Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun (Persen) 2014 2015 2016 2017 2018 Batu Ampar 1.79 1.22 1.35 1.08 1.03 Terentang 1.80 1.21 1.22 0.96 0.90 Kubu 1.80 1.23 0.48 0.21 0.17 Teluk Pakedai 1.80 1.22 1.18 0.92 0.87 Sungai Kakap 1.79 1.23 1.70 1.43 1.39 Rasau Jaya 1.79 1.23 1.91 1.64 1.60 Sungai Raya 1.79 1.22 1.61 1.34 1.30 Sungai Ambawang 1.80 1.22 3.45 3.18 3.13

(38)

Kuala Mandor B 1.79 1.22 0.73 0.47 0.43 Kabupaten Kubu

Raya 1.79 1.22 1.72 1.46 1.42

Sumber : BPS Kubu Raya Dalam Angka 2019

Dibandingkan dengan proyeksi jumlah penduduk tahun 2017, penduduk Kubu Raya mengalami pertumbuhan sebesar 1,42 persen.

3.3.2. Rasio Jenis Kelamin Penduduk

Tabel 3. 4. Rasio Jenis Kelamin Penduduk berdasarkan Kecamatan Kabupaten Kubu Raya

Kecamatan 2014 2015 2016 2017 2018 Rasio Jenis Kelamin Batu Ampar 104 104 104 104 104 Terentang 110 109 109 109 109 Kubu 102 101 101 101 101 Teluk Pakedai 104 103 103 103 103 Sungai Kakap 101 101 101 101 101 Rasau Jaya 102 101 101 101 101 Sungai Raya 103 103 103 103 103 Sungai Ambawang 105 105 105 105 105 Kuala Mandor B 103 102 102 102 102 Kabupaten Kubu Raya 103 103 103 103 103 Sumber : BPS Kubu Raya Dalam Angka 2019

Sementara itu besarnya angka rasio jenis kelamin tahun 2018 penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan sebesar 103.

3.3.3. Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur

Tabel 3. 5. Penduduk berdasarkan Kelompok Umur Kabupaten Kubu Raya

Kelompok Umur

Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur (Jiwa)

2014 2015 2016 2017 2018 0-4 53.642 54.296 55.791 55.619 55.413 5-9 56.721 57.413 54.521 55.301 56.028 10-14 58.648 59.366 54.764 55.160 55.638 15-19 52.801 53.445 53.772 53.902 53.998 20-24 47.542 48.128 49.314 49.403 49.577 25-29 46.852 47.432 46.529 46.830 46.949 30-34 44.626 45.178 43.989 44.207 44.496 35-39 40.777 41.275 42.614 43.298 43.851

(39)

40-44 35.674 36.110 38.322 39.306 40.283 45-49 29.056 29.410 31.633 32.599 33.564 50-54 22.948 23.225 25.296 26.129 26.983 55-59 16.691 16.892 19.735 20.576 21.387 60-64 12.706 12.859 14.993 15.869 16.778 65-69 8.692 8.797 9.881 10.367 10.904 70-74 5.935 6.007 7.075 7.429 7.801 75+ 5.504 5.572 6.582 6.922 7.264 JUMLAH 538.815 545.405 554.811 562.917 570.914 Sumber : BPS Kubu Raya Dalam Angka 2019

Dilihat dari kelompok umur, penduduk Kubu Raya masih masuk dalam kelompok penduduk muda dimana kebanyakan penduduk yang ada masih berusia muda. Adapun kelompok umur dibawah 19 tahun mencapai 38,72 persen dari total penduduk yang ada, sedangkan penduduk yang berusia 75 tahun ke atas hanya 1,27 persen.

3.3.4. Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk di Kabupaten Kubu Raya tahun 2018 mencapai 82 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah penduduk per rumah tangga 4 sampai 5 orang.

Tabel 3. 6. Kepadatan Penduduk berdasarkan Kecamatan Kabupaten Kubu Raya

Kecamatan

Luas

Wilayah Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan (Jiwa)

Kepadatan Penduduk (jiwa/Km2) 2018 2018 2018 Batu Ampar 2.002,70 36.844 18 Terentang 786,40 11.389 14 Kubu 1.211.60 38.904 32 Teluk Pakedai 291,90 20.747 71 Sungai Kakap 453,17 117.402 259 Rasau Jaya 111,07 27.243 245 Sungai Raya 929,30 213.767 230 Sungai Ambawang 726,10 78.885 109 Kuala Mandor B 473 25.733 54 Kabupaten Kubu Raya 6.985,24 570.914 82

(40)

3.4. Perekonomian Wilayah 3.4.1. Struktur Ekonomi

Berdasarkan tiga kategori ekonomi yang memberi kontribusi tertinggi terhadap perekonomian Kabupaten Kubu Raya dilihat dari PDRB-nya, pada tahun 2018 Kabupaten Kubu Raya ditopang oleh kategori industri pengolahan. Kategori industri pengolahan memberi kontribusi tertinggi pada perekonomian Kabupaten Kubu Raya sebesar 31,95 persen, disusul oleh kategori pertanian sebesar 12,13 persen, dan kategori konstruksi sebesar 12,01 persen.

Tabel 3. 7. Distribusi PDRB Kabupaten Kubu Raya Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2016-2018 Lapangan Usaha

Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Persen)

2016 2017 2018

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 12.68 12.38 12.13

Pertambangan dan Penggalian 3.25 3.23 3.28

Industri Pengolahan 31.82 31.66 31.95

Pengadaan Listrik dan Gas 0.29 0.31 0.32

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 0.03 0.03 0.03

Konstruksi 12.06 12.14 12.01

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 10.12 9.84 9.84 Transportasi dan Pergudangan 10.85 11.96 11.99 Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 1.66 1.63 1.63

Informasi dan Komunikasi 3.20 3.21 3.24

Jasa Keuangan dan Asuransi 1.39 1.37 1.36

Real Estat 3.02 2.91 2.91

Jasa Perusahaan 0.43 0.42 0.42

Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3.53 3.50 3.53

Jasa Pendidikan 4.08 3.92 3.86

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0.71 0.66 0.64

Jasa lainnya 0.87 0.84 0.84

PDRB 100 100 100

(41)

3.4.2. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah Proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional.

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2018 mencapai 5,49 persen, melambat dibandingkan tahun 2017 yang sebesar 6,56 persen. Untuk keperluan analisis, laju pertumbuhan ekonomi dihitung menggunakan harga konstan karena pengaruh naik turunnya harga telah dihilangkan atau dengan kata lain dengan menggunakan harga konstan, pengaruh inflasi telah ditiadakan.

Pertumbuhan perekonomian dapat dilihat dari suatu inflasi. Inflasi diukur berdasarkan perubahan Indeks Harga (IH). Inflasi yang dijadikan acuan di Kabupaten Kubu Raya tahun 2018, berdasarkan Indeks Harga Konsumen. Indeks Harga Konsumen untuk sektor pengeluaran yaitu umum, bahan makanan, makanan jadi, minuman, rokok, tembakau, perumahan, sandang, kesehatan, pendidikan, rekreasi, olahraga dan transportasi.

Fluktuasi nilai PDRB dapat digunakan untuk mengetahui tingkat daya beli masyarakat di suatu wilayah. Dengan mengetahui angka inflasi maka akan dapat diketahui nilai uang secara riil. Nilai inflasi yang terkendali menunjukkan perekonomian suatu daerah yang berkualitas. Pada tahun 2018 Indeks Harga Implisit PDRB Kabupaten Kubu Raya sebesar 150,89 meningkat dari tahun sebelumnya yang sebesar 144,19 atau mengalami inflasi harga produsen sebesar 4,65 persen. Inflasi tertinggi terjadi pada kategori pengadaan listrik dan gas, sebesar 9,15 persen, diikuti oleh industri pengolahan sebesar 6,42 persen dan administrasi pemerintahan, pertahanan

(42)

dan jaminan sosial wajib sebesar 5,84 persen. Sedangkan kategori yang mengalami inflasi paling rendah adalah jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 2,22 persen, kemudian konstruksi sebesar 2,23 persen.

Tabel 3. 8. Laju Indeks Implisit PDRB Kabupaten Kubu Raya Menurut Lapangan Usaha Tahun 2016-2018

Lapangan Usaha

Laju Indeks Implisit PDRB Menurut Lapangan Usaha (Persen)

2016 2017 2018

Pertanian, Kehutanan, dan

Perikanan 3.22 3.53 4.37

Pertambangan dan Penggalian 5.48 5.93 5.82

Industri Pengolahan 5.40 5.83 6.42

Pengadaan Listrik dan Gas 12.65 13.63 9.15

Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang 0.18 3.24 3.52

Konstruksi 3.14 3.60 2.23

Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5.72 3.22 3.97

Transportasi dan Pergudangan 7.20 8.78 2.67

Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum 2.48 3.70 3.58

Informasi dan Komunikasi 1.10 4.69 4.47

Jasa Keuangan dan Asuransi 1.96 3.09 2.40

Real Estat 8.27 3.15 4.63

Jasa Perusahaan -0.23 4.36 3.65

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib 9.76 6.32 5.84

Jasa Pendidikan 5.99 2.25 3.03

Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial 1.16 1.80 2.22

Jasa lainnya 3.25 3.44 3.71

PDRB 5.20 5.21 4.65

Sumber : BPS Kubu Raya Dalam Angka 2019

3.4.3. PDRB Per Kapita

PDRB perkapita Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2018 atas dasar harga berlaku sebesar 17.329.394,5 rupiah dan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya maka terjadi peningkatan sebesar 5,20 persen. Peningkatan PDRB perkapita ini menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat yang ada di Kabupaten Kubu Raya semakin baik.

(43)

3.4.4. Indeks Pembangunan Manusia

Pada tahun 2018 berdasarkan penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2018 IPM tertinggi adalah Kota Pontianak sebesar 78,56 diikuti posisi kedua Kota Singkawang sebesar 71,08. Sementara IPM Kabupaten Kubu Raya sebesar 67,23 dan berada di peringkat tiga di Kalimantan Barat.

Gambar 3. 3. Grafik Perbandingan IPM Kabupaten/Kota Di Provinsi Kalimantan Barat 2018

3.4.5. Pendekatan Analisis Lapangan Usaha Basis Dan Non Basis Location Quotient (LQ) Dan Dynamic Locationt Quotient (DLQ)) Kabupaten Kubu Raya

Ukuran spesialisasi relatif dari suatu wilayah/daerah dalam industri-industri tertentu, mengetahui kapasitas ekspor yang dimiliki oleh Kabupaten Kubu

66.61 66.85 65.45 64.09 65.15 66.41 66.07 65.03 63.69 65.05 61.82 67.23 78.56 71.08 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawai Kayong Utara Kubu Raya Kota Pontianak Kota Singkawang

(44)

Raya atau spesialisasi yang dimililki oleh Kabupaten Kubu Raya dibandingkan dengan daerah yang tingkatannya lebih tinggi (provinsi Kaliamantan Barat) atau sektor lain yang memiliki kategori sama.

Indeks Location Quotient (LQ) merupakan salah satu alat analisis yang

digunakan untuk mengidentifikasikan kategori yang mempunyai potensi untuk dikembangkan atau diekspor. Secara teoritis, kategori yang memiliki nilai LQ lebih dari satu merupakan kategori spesialisasi daerah yang diharapkan akan mampu dikembangkan lebih lanjut.

Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat self-sufficiency suatu lapangan usaha. Hasil perhitungan LQ menghasilkan dua kriteria yaitu :

1. LQ > 1 ; produksi komoditas di suatu wilayah dapat memenuhi kebutuhan sendiri, bahkan diekspor ke luar.

2. LQ ≤ 1 ; produksi komoditas di suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar.

Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa ada 4 (empat) lapangan usaha perekonomian yang tergolong lapangan usaha basis di Kabupaten Kubu Raya. Bila diurutkan berdasarkan nilai koefisien rata-rata LQ yeng menjadi basis lapangan usaha di Kabupaten Kubu Raya mulai dari nilai tertinggi sampai terendah maka lapangan Usaha/industri pengadaan listrik dan gas berada pada peringkat pertama dengan nilai 2,717 kemudian diikuti lapangan usaha industri pengolahan sebesar 1,975, lapangan usaha transportasi dan penggudangan dengan nilai LQ sebesar 1,955 dan yang terakhir lapangan usaha jasa perusahaan sebesar 1,005. Keempat lapangan usaha basis ini memperlihatkan keunggulan kompetitif dan nilai kontribusi yang besar dalam perekonomian Kabupaten Kubu Raya karena telah mampu bersaing dengan kabupaten/kota lain di Kalimantan Barat.

Gambar

Tabel 1. 1.  Status  Kemandirian  Desa  Di  Kabupaten  Kubu  Raya  Berdsarkan  Sk  Kementerian  Desa  Dan  Transmigrasi,  Tahun 2016
Gambar 2. 1.  Kerangka Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan  Agropolitan Tarigas Kuala Mandor
Gambar 3. 1.  Peta  Administrasi Kabupaten Kubu Raya
Gambar 3. 2.  Grafik Persentase Luas Wilayah Kabupaten Kubu Raya  Dirinci Menurut Kecamatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil kesimpulan, penulis dapat memberikan beberapa saran sebaga berikut: Pertama , diharapkan dengan adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur

Dalam hal ini Baharuddin M mengemukakan bahwa: Apalagi di daerah telah di bangun fasilitas sekolah (sarana). Lalu guru tidak ada, tentu saja sekolah tadi tidak akan terjadi. Dan

Diagnosis kanker juga didukung dengan riwayat merokok pasien yang sejak belasan tahun yang lalu (sejak SD) dengan jumlah yang 1 bungkus setiap hari juga merupakan faktor

atau hadis Nabi. Ini berarti sangat didominasi oleh proses berpikir dengan metode deduktif dari nash tersebut. Mekipun di sini sudah ada dengan jelas dan tetap adanya

Penelitian yang dilakuan Seniasih, dkk (2019) juga menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis data dan temuan dari penelitian diperoleh kesimpulan bahwa ada peningkatan kemampuan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh hasil analisa data indeks tanggapan responden mengenai persyaratan teknis mendapatkan hasil menunjukkan bahwa sebagian besar

Akibat dari kurang terpeliharanya saluran drainase baik makro maupun mikro, maka genangan atau banjir menjadi permasalahan yang cukup mendesak di Kabupaten Aceh Jaya.. Luas

Hal ini sesuai dengan teori bahwa AV terjadi pada pria dengan kisaran umur 16-19 tahun (Wasitaatmadja, 2011) karena pada laki-laki umur 16-19 tahun adalah waktu