A. TINJAUAN TEORI 1. Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan tidak bisa disamakan satu sama lain (Asmadi, 2008).
Nyeri merupakan keadaan ketika individu mengalami sensasi ketidaknyaman dalam merespons suatu rangsangan yang tidak menyenangkan (Lynda Juall, 2012).
Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the Study of Pain); serangan yang tiba-tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantidipasi atau diprediksi dan berlangsung < 6 bulan (NANDA, 2012).
Nyeri kronis adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for the Study of Pain); serangan yang tiba-tiba atau lambat dari intesitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantidipasi atau diprediksi dan berlangsung > 6 bulan (NANDA, 2012).
2. Etiologi Faktor resiko 1) Nyeri akut
a. Melaporkan nyeri secara verbal dan nonverbal b. Menunjukan kerusakan
c. Posisi untuk mengurangi nyeri d. Gerakan untuk melindungi e. Tingkah laku berhati-hati f. Muka dengan ekspresi nyeri
g. Gangguan tidur (mata sayu, tampak lingkaran hitam, menyeringai) h. Fokus pada diri sendiri
i. Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, tempat, dan orang, proses berpilur)
j. Tingkah laku distraksi
k. Respon otonom (perubahan tekanan darah, suhu tubuh, nadi, dilatasi pupil) l. Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang, mengeluh)
m. Perubahan nafsu makan 2) Nyeri kronis
a. Perubahan berat badan
b. Melaporkan secara verbal dan nonverbal
c. Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri sendiri d. Perubahan pola tidur
e. Kelelahan
h. Interaksi dengan orang lain menurun
Faktor predisposisi
1) Trauma
a) Mekanik : rasa nyeri timbul akibat ujung saraf bebas mengalami kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka
b) Thermis : nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan akibat panas, dingin, misalnya api atau air panas
c) Khermis : nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat asam atau basa kuat
d) Elektrik : nyeri timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar
2) Neoplasma, bersifat jinak maupun ganas 3) Peradangan
4) Kelainan pembuluh darah dan gangguan sirkulasi darah 5) Trauma psikologis
Faktor presipitasi
1) Ligkungan 2) Suhu ekstrim 3) Kegiatan 4) Emosi
3. Proses terjadinya
a) Teori pemisahan (Specificity theory)
Rangsangan nyeri masuk ke medulla spinalis (spinal card) melalui karnu dorsalis yang bersinapsis dari daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang dari garis median ke garis/ ke sisi lainnya dan berakhir dari korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
b) Teori pola (Pathern theory)
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang sel T. Hal ini mengakibatkan suatu reson yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi yaitu korteks serebri serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri.
c) Teori pengendalian gerbang (Gate control theory)
menghambat aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri.
d) Teori transmisi dan inhibisi
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls saraf. Pada serabut-serabut besar yang memblok impuls-impuls lamban dan endogen opials system supresif.
4. Komplikasi
a) Gangguan pola istirahat tidur b) Syok neurogenik
5. Pemeriksaan penunjang a) Pemeriksaan darah lengkap b) CT scan
c) MRI d) EKG
6. Penatalaksanaan keperawatan
a) Monitor gejala cardinal/ tanda-tanda vital
b) Kaji adanya infeksi atau peradangan di sekitar nyeri c) Beri rasa aman
d) Sentuhan therapeutic
Teori ini mengatakan bahwa individu yang sehat mempunyai keseimbangan energy antara tubuh dengan lingkungan luar. Orang sakit berarti ada ketidakseimbangan energi, dengan memberikan sentuhan pada pasien, diharapkan ada transfer energy.
e) Akupressure
Pemberian tekanan pada pusat-pusat nyeri f) Guided imagery
Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal-hal yang menyenangkan, tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan yang terang, serta konsentrasi dari pasien.
g) Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV atau ertandingan bola), distraksi audio (mendengar musik), distraksi sentuhan massage, memegang mainan), distraksi intelektual (merangkai puzzle).
h) Anticipatory guidance
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan nyeri. i) Hipnotis
Terapi prilaku yang dilakukan dengan memberikan individu informasi tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih control volunter terhadap respon. Terapi ini efektif untuk mengatasi ketegangan otot dan migren dengan cara memasang elektroda pada pelipis.
7. Penatalaksanaan medis a) Pemberian analgesik
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interprestasi nyeri dengan jalan mendpresi sistem saraf pusat pada thalamus dan korteks serebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Contoh obat analgesik yani asam salisilat (non narkotik), morphin (narkotik), dll.
b) Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.
8. Asuhan keperawatan a) Pengkajian
Berdasarkan PQRST
P (Provoking) : faktor yang mempengaruhi berat atau ringannya nyeri. Q (Quality) : kualitas nyeri seperti tajam, tumpul, tersayat, atau tertusuk. R (Region) : daerah perjalanan nyeri
S (Severity) : parahnya nyeri, skala nyeri secara umum : (0-10 skala) 0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan 4-7 : nyeri sedang 8-10 : nyeri berat
T (Time) : waktu timbulnya nyeri, lamanya nyeri, atau frekuensi nyeri. 1) Data Subjektif
Pasien mengeluh nyeri, tidak bisa tidur karena nyeri, sering mengubah posisi dan menghindari tekanan nyeri.
2) Data Objektif
Pasien terlihat meringis, pasien tampak memegangi area yang nyeri, suhu meningkat.
b) Perencanaan 1) Prioritas
Diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan : Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan:
-Gangguan sirkulasi ditandai dengan sianosis, kulit pucat
-Iritasi pada daerah ginjal ditandai dengan nyeri pada perut bagian bawah. -Eliminasi urin ditandai dengan sakit/ nyeri saat pengeluaran urin.
2) Rencana keperawatan a) Tujuan
b) Kriteria hasil
-Pasien menunjukan penurunan skala nyeri -Pasien menggambarkan rasa nyaman dan rileks.
Intervensi Rasional
1. Kaji faktor penyebab, kualitas, lokasi, frekuensi, dan skala nyeri
2. Monitor tanda-tanda vital, perhatikan takikardia, hipertensi, dan peningkatan pernafasan.
3. Ajarkan tehnik distraksi dan relaksasi
4. Beri posisi yang nyaman untuk pasien
5. Beri Health Education (HE) tentang nyeri
6. Kolaborasi dalam pemberian terapi analgesik seperti
1. Menentukan sejauhmana nyeri yang dirasakan dan untuk memudahkan member intervensi selanjutnya.
2. Dapat mengidentifikasi rasa sakit dan ketidaknyamanan
3. Membantu pasien menjadi rileks, menurunkan rasa nyeri, serta mampu mengalihkan perhatian pasien dari nyeri yang dirasakan
4. Mengurangi rasa sakit, meningkatkan sirkulasi, posisi semifowler dapat mengurangi tekanan dorsal.
5. Pasien mengerti tentang nyeri yang dirasakan dan menghindari hal-hal yang dapat memperparah nyeri.
6. Menekan susunan saraf pusat pada thalamus dan korteks serebri sehigga dapat mengurangi rasa sakit/ nyeri
c) Pelaksanaan
Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana asuhan keperawatan yang telah disusun sebelumnya berdasarkan tindakan yang telah dibuat, dimana tindakan yang dilakukan mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi (Tarwoto dan Wartonah, 2003).
d) Evaluasi
1) Penurunan skala nyeri, contohnya skala nyeri menurun dari 8 menjadi 5 dari 10 skala yang diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Tehnik Prosedural Keperawatan: Konsep Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC.