• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara gaya kelekatan dengan konsep diri pada remaja di panti asuhan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara gaya kelekatan dengan konsep diri pada remaja di panti asuhan"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN. Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi. Disusun Oleh : Wuri Diastari NIM : 109114122. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016.

(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Never stop walking, never stop learning, never stop believing, and never stop loving You.. iv.

(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Karya ini kupersembahkan kepada: Tuhan Yesus dan Bunda Maria, janji-Mu seperti fajar di pagi hari. Ayahanda dan Ibundaku tercinta, kasihmu bagai sang surya menyinari dunia. Abang Agus Sukarno dan Abang Joko Suwiryono, superhero terbaik sepanjang masa. Adra Abiyuga Yulius, teman melukis impian dalam hidup ini.. v.

(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN DENGAN KONSEP DIRI PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN. Wuri Diastari. ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gaya kelekatan dengan konsep diri pada remaja di panti asuhan.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah gaya kelekatan sedangkan variabel tergantungnya adalah konsep diri. Subjek dalam penelitian ini adalah 82 remaja yang tinggal di panti asuhan St. Yusuf Sindanglaya, Bogor, Jawa Barat. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala Gaya Kelekatan (α=0,959) dan Skala Konsep Diri (α=0,965). Skala gaya kelekatan disusun berdasarkan aspek gaya kelekatan menurut Armsden dan Greenberg dalam Barrocas (2008). Skala konsep diri disusun berdasarkan dimensi konsep diri menurut Calhoun dan Acocella (1995). Hasil analisis data menunjukkan bahwa gaya kelekatan aman tidak berhubungan dengan konsep diri (r= 0,215; p= 0,052), gaya kelekatan takutmenghindar berhubungan negatif dan termasuk dalam kategori lemah dengan konsep diri (r= 0,309; p= 0,005), gaya kelekatan terpreokupasi berhubungan negatif dengan konsep diri (r= 0,595; p= 0,000), dan gaya kelekatan menolak berhubungan negatif dan dalam kategori lemah dengan konsep diri (r= -0,217; p= 0,05). Kata kunci : gaya kelekatan, konsep diri. vii.

(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. THE CORELATION BETWEEN ATTACHMENT STYLE AND SELF CONCEPT OF TEENAGERS IN ORPHANAGES. Wuri Diastari. Abstract The aim of this research was to comprehend the relation between attachment style and self concept on teenagers in orphanages. The independent variable was attachment style and the dependent variabel was self concept. The subjects in this research were 82 teenagers in Sindanglaya orphanages, Bogor, Jawa Barat. Attachment Style Scale was arranged based on attachment style aspects by Arsmden and Greenberg on Barrocas (2008). Self Concept Scale was arranged based on dimensions by Calhoun and Acocella (1995). The result showed that the secure attachment style didn‟t have significant correlation with the self concept on teenagers (r= 0,215; p= 0,052), fearfull-avoidant attachment style had a negative correlation and low category with the self concept on teenagers (r= -0,309; p= 0,005), preoccupied attachment style had a negative correlation with the self concept (r= -0,595; p= 0,000), dismissing attachment style had a negative correlation and low category with the self concept (r= -0,217; p= 0,05). Keyword : attachment style, self concept. viii.

(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI.

(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji syukur kepada Tuhan Yang Esa atas berkat yang berlimpah selama proses penulisan skripsi ini sehingga skripsi dengan judul “Hubungan antara Gaya Kelekatan dengan Konsep Diri pada Remaja di Panti Asuhan” dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari ada banyak pihak yang telah berkontribusi dalam proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Tarsisius Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma sekaligus dosen pembimbing akademik yang penuh perhatian membimbing saya selama masa studi. 2. Bapak YB. Cahya Widiyanto, Ph.D. selaku Wakil Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Kepala Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 4. Ibu Debri Pristinella, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh cinta membimbing saya menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Sylvia Carolina MYM., M.Si. dan Ibu Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku dosen penguji skripsi yang dengan rendah hati berdiskusi dengan saya. 6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan banyak ilmu selama saya mengikuti proses perkuliahan.. x.

(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 7. Segenap staff Fakultas Psikologi dan Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah memberi banyak bantuan kepada saya selama proses perkuliahan. 8. Kepala dan koordinator Panti Asuhan Pondok Damai, Vincentius Puteri, dan St. Yusuf Sindanglaya yang telah memberi ijin kepada saya untuk melakukan penelitian ini. 9. Teman-teman di panti asuhan yang bersedia membantu saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Jangan pernah berhenti untuk mencintai kehidupan ini, Tuhan memberkati. 10. Sr. Wina yang sudah membantu saya dalam menganalisis data. Terima kasih untuk bantuannya, Suster. Love you as always  11. Bapak Nardi Winarno dan Ibu Wiji Lestari selaku orang tua yang sudah menjadi sponsor dan tim sukses hidup saya. I love you both. 12. Abang Agus Sukarno selaku abang paling kece di dunia dan juga bagian dari tim sukses hidup saya yang mengenalkan banyak rasa di dunia ini. 13. Abang Joko Suwiryono selaku abang paling tampan di dunia dan juga bagian dari tim sukses hidup saya yang mengajarkan saya untuk jujur dan bertanggung jawab atas apa yang telah saya raih. 14. Lilian Juanita, Yasinta Nugraheni, Anak Agung Ayu Ratna Paramita yang sudah menjadi sahabat terbaik di bagian ini. 15. Bernadetta Febyana, Cicilia Verina K., Tyastri Alita, Viensensia Rina yang sudah menjadi soda gembira di kehidupanku. Gak ada lo, gak rame!. xi.

(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 16. Staff P2TKP: Pak Priyo, Pak Adi, Pak Toni, Pak Tius, Pak Landung, Mbak Thia, Sr. Dewi, Anin, Anju, Ardi, Bella, Bibib, Christy, Ester, Fiona, Grace, Lito, Lukas, Nats, Pudar, Rika, Yovi, Cia-cia, Dimas, Estu, Jejes, Lence, Pipit, Retha, Shashe, Stanis, Tiara, Bayu, Edo, Chopie, Dian, Ivie, Panca, Patrice, Putri. Terima kasih sudah menjadi keluarga yang selalu menghangatkan. Selamat berjuang guys! 17. Geng skripsi: Bibin, Grace, dan Yovi. Terima kasih untuk semangat yang tidak pernah habis. Selamat menikmati kebahagiaan di luar sana, aku sayang kalian. 18. Lilian Juanita dan Cicilia Verina K. terima kasih sudah menjadi teman bertukar pikiran, pinjaman buku, skripsi, dan bantuannya mengolah data, Tuhan memberkati kalian  19. Adra Abiyuga Yulius selaku teman, sahabat, dan kekasih. Terima kasih untuk ribuan cinta dan bahagia yang kamu ciptakan setiap harinya. Tuhan memberkati kamu, Abiyugaku  Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Terimakasih.. Penulis, Wuri Diastari. xii.

(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .................................................................................. i LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .......................... ii LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................... iv HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................. v ABSTRAK ................................................................................................ vi ABSTRACT .............................................................................................. vii LEMBAR PERSETUJUAN PIBLIKASI ............................................ viii KATA PENGANTAR .............................................................................. ix DAFTAR ISI ............................................................................................ xii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xvi DAFTAR TABEL ................................................................................. xvii DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.............................................................................. 10 C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 10 D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 10 BAB II LANDASAN TEORI A. Gaya Kelekatan.................................................................................. 12. xiii.

(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 1. Pengertian Gaya Kelekatan ........................................................ 12 2. Figur Kelekatan .......................................................................... 13 3. Kelekatan pada masa remaja ...................................................... 14 4. Aspek-aspek Kelekatan .............................................................. 15 5. Faktor yang mempengaruhi Kelekatan ...................................... 17 6. Jenis-jenis Kelekatan .................................................................. 20 B. Konsep Diri........................................................................................ 23 1. Pengertian Konsep Diri ............................................................... 23 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri ......................... 25 3. Dimensi-dimensi Konsep Diri .................................................... 28 4. Jenis-jenis Konsep Diri ............................................................... 31 C. Remaja .............................................................................................. 34 1.. Pengertian Remaja ..................................................................... 34. 2.. Batasan usia Remaja .................................................................. 36. 3.. Masa Perkembangan Remaja ..................................................... 38. D. Panti Asuhan ...................................................................................... 39 1. Pengertian Panti Asuhan ............................................................. 39 2. Fungsi Panti Asuhan ................................................................... 40 3. Tugas Pokok Panti Asuhan ......................................................... 40 4. Remaja di Panti Asuhan .............................................................. 41 E. Hubungan antara Gaya Kelekatan dengan Konsep Diri pada Remaja di Panti Asuhan .................................................................................. 42 F. Hipotesis ............................................................................................ 48. xiv.

(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian .................................................................................. 49 B. Identifikasi Variabel Penelitian ......................................................... 49 C. Definisi Operasional .......................................................................... 49 1. Gaya Kelekatan ................................................................. 49 2. Konsep Diri ....................................................................... 50 D. Subjek Penelitian ............................................................................... 51 E. Metode Sampling ............................................................................... 52 F. Instrumen Penelitian .......................................................................... 52 G. Uji coba Instrumen Penelitian ........................................................... 55 H. Validitas dan Reliabilitas ................................................................... 56 1. Validitas ..................................................................................... 56 2. Reliabilitas ................................................................................. 57 3. Analisis dan seleksi item ............................................................ 58 I. Metode Analisis Data ......................................................................... 58 1. Uji Asumsi ................................................................................ 58 a. Uji normalitas ...................................................................... 59 b. Uji linearitas ......................................................................... 59 2.. Uji Hipotesis ............................................................................. 59. xv.

(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan penelitian ....................................................................... 60 B. Analisis Data Penelitian..................................................................... 61 C. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ................................................. 66 1. Hasil Uji Coba Skala Gaya Kelekatan ....................................... 66 2. Hasil Uji Coba Skala Konsep Diri ............................................. 69 D. Deskripsi Hasil Penelitian ................................................................. 76 E. Analisis Data Penelitian..................................................................... 78 F. Pembahasan ....................................................................................... 86 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ........................................................................................ 92 B. Keterbatasan penelitian...................................................................... 92 C. Saran .................................................................................................. 93 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 94 LAMPIRAN .............................................................................................. 98. xvi.

(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN Skala Penelitian ......................................................................................... 99 Reliabitas Alat Ukur 1. Gaya Kelekatan ........................................................................... 111 2. Konsep Diri ................................................................................. 120 Analisis Data 1. Uji Statistik Deskriptif ................................................................ 128 2. Uji Normalitas ............................................................................. 129 3. Uji Linearitas ............................................................................... 130. xvii.

(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 1.Blueprint Gaya Kelekatan ............................................................ 54 Tabel 2.Blueprint Konsep Diri .................................................................. 55 Tabel 3.Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ..................... 61 Table 4.Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Usia .................................... 62 Tabel 5.Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Alasan Subjek Tinggal di Panti Asuhan ......................................................................................... 63 Tabel 6.Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Gambaran Kedekatan Subjek dengan Pengasuh ......................................................................... 64 Tabel 7.Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Teman Dekat ...................... 64 Tabel 8.Deskripsi Data Subjek Berdasarkan Lamanya Subjek Tinggal di Panti Asuhan .............................................................................. 65 Tabel 9.Skala Gaya Kelekatan .................................................................. 67 Tabel 10.Distribusi Skala Gaya Kelekatan setelah Uji Coba .................... 68 Tabel 11.Skala Konsep Diri ...................................................................... 69 Tabel 12.Distribusi Skala Konsep Diri setelah Uji Coba .......................... 71 Tabel 13.Deskripsi Data Penelitian ........................................................... 72 Tabel 14.Uji Mean Empirik dan Hipotetik Variabel Gaya Kelekatan Aman .......................................................................................... 74 Tabel 15.Uji Mean Empirik dan Hipotetik Variabel Gaya Kelekatan Terpreokupasi .................................................. 75 Tabel 16.Uji Mean Empirik dan Hipotetik Variabel Menolak ................. 76 Tabel 17.Uji Mean Empirik dan Hipotetik Variabel Konsep Diri ............ 77 Tabel 18.Kategorisasi Konsep Diri ........................................................... 78. xviii.

(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. Tabel 19.Uji Normalitas ............................................................................ 79 Tabel 20.Uji Linearitas.............................................................................. 80 Tabel 21.Hasil Uji Hipotesis Variabel Gaya Kelekatan Aman dengan Konsep Diri ................................................................................ 81 Tabel 22.Hasil Uji Hipotesis Variabel Gaya Kelekatan takut-menghindar dengan Konsep Diri.................................................................... 83 Tabel 23.Hasil Uji Hipotesis Variabel Gaya Kelekatan Terpreokupasi dengan Konsep Diri.................................................................... 84 Tabel 24.Hasil Uji Hipotesis Variabel Gaya Kelekatan Menolak dengan Konsep Diri ................................................................................ 85. xix.

(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. SKEMA ............................................................................................... 47 Gambar 2. Scaterplot ........................................................................................... 131. xx.

(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan seseorang dalam menghadapi tantangan dan tekanan kehidupan dipengaruhi oleh evaluasi tentang dirinya dan akan menjadi apa ia di masa yang akan datang. Kedua hal tersebut ditentukan oleh pengalaman individu dengan lingkungannya. Lingkungan keluarga merupakan tempat pertama seorang anak untuk mengevaluasi diri. Secara umum definisi dari keluarga adalah suatu kelompok yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Idealnya keluarga tinggal bersama dalam satu rumah. Badan Pusat Statistik (2013) mencatat bahwa jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,07 juta orang. Kemudian dengan alasan kemiskinan beberapa keluarga memutuskan anaknya untuk tinggal di panti asuhan. Hal tersebut menyebabkan keluarga menjadi tidak ideal lagi karena harus hidup terpisah dari keluarganya. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan bahwa ada 90% anakanak ditempatkan di Panti Asuhan dengan alasan kemiskinan. Sedangkan alasan lainnya adalah anak yang bersangkutan sudah menjadi yatim piatu. Namun. keputusan. tersebut. bukan. tanpa. risiko.. Komisi. Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberikan informasi bahwa pelayanan yang dilakukan oleh panti asuhan tidak sesuai dengan standar pengasuhan.. Komisi. Perlindungan. Anak. Indonesia. (KPAI). mengungkapkan bahwa kualitas panti asuhan masih sangat rendah. Hal. 1.

(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2. tersebut dilihat dari rasio perbandingan antara pengasuh dan anak yang diasuh tidak seimbang. Selain itu, kualitas pengasuh di panti asuhan tidak sesuai dengan standar. Merdeka.com pada tanggal 26 februari 2016 menyatakan bahwa ada 30 anak penghuni panti asuhan Samuel (Yayasan Kasih Sayang Bunda) yang diduga mengalami tindak kekerasan dan penganiayaan. Panti asuhan tersebut terletak di Tangerang. Anak-anak panti asuhan tersebut kerap mendapat pukulan. Tindak kekerasan dan penganiayaan tersebut dilakukan oleh C (tersangka) dan Y (tersangka) yang biasanya dipanggil ayah dan bunda. Namun, anak-anak panti asuhan tersebut menganggap bahwa pukulan tersebut adalah bahan bercandaan tetapi ada beberapa anak yang mengalami trauma ketika melihat ayahnya (Samuel) di televisi kemudian mereka menjadi takut dan ada juga anak-anak yang ingin memukul televisi ketika melihat ayahnya (Samuel) di televisi. Hal tersebut membuktikan bahwa ada panti asuhan yang memiliki kualitas pengasuh yang tidak sesuai dengan standar. Panti asuhan merupakan salah satu Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak.. Indonesia. memiliki. standar. pengasuhan. untuk. Lembaga. Kesejahteraan Sosial Anak yang tertulis dalam Peraturan Menteri Sosial no 30 tahun 2011. Dalam peraturan tersebut menyatakan bahwa peran dari sebuah Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak adalah memberikan pelayanan bagi anak yang membutuhkan pengasuhan alternatif. Dalam hal ini berarti anak tidak mendapatkan pengasuhan dari keluarga, kerabat, atau.

(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3. keluarga pengganti. Oleh karena itu, alternatif terakhir adalah pengasuhan berbasis Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak. Pelayanan tersebut berperan sebagai pengganti orang tua. Hal ini berarti bahwa lembaga tersebut bertanggung jawab untuk memenuhi hak-hak anak. Hak anak yang dimaksud adalah anak mendapat perhatian dalam hal. perkembangan. secara. psikologis. maupun. fisik.. Anak. akan. mendapatkan perhatian melalui pengasuhnya. Oleh karena itu, idealnya seorang pengasuh mengasuh lima orang anak (Peraturan Menteri Sosial, 2011). Kasus yang diberitakan oleh Tempo.co pada tanggal 3 maret 2014 menyatakan bahwa ada salah satu panti asuhan yang menyediakan satu orang pengasuh untuk mengasuh 28 orang anak. Dalam panti asuhan tersebut, tugas pengasuh adalah memasak makanan untuk anak-anak panti asuhan. Sedangkan anak-anak panti asuhan yang berusia remaja mendapat tugas untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, misalnya mencuci piring, mencuci baju, dan mengurus bayi. Hal ini membuktikan bahwa ada panti asuhan yang tidak memenuhi standar kualitas pengasuh. Lembaga Kesejahteraan Sosial harus memperhatikan kualitas dari pengasuh. Pengasuh juga sebaiknya tidak merangkap tugas ditempat lainnya. Hal tersebut dimaksudkan agar pengasuh bisa melakukan pengasuhan dengan optimal. Selain itu, pengasuh juga harus memiliki kompetensi dan pengalaman dalam pengasuhan anak serta kemauan untuk mengasuh. Dalam pelaksaannya, Lembaga Kesejahteraan Sosial harus.

(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4. menyediakan supervisi dari pekerja sosial atau Dinas Sosial untuk pengasuh yang bekerja di lembaga tersebut. Lembaga juga harus mempertimbangkan gender pengasuh dan anak yang akan diasuhnya serta kebutuhan anak berdasarkan usia dan tahap perkembangannya (Peraturan Menteri Sosial, 2011). Dengan demikian, pengasuh membantu remaja untuk mengembangkan psikologis yang baik salah satunya adalah konsep diri. Konsep diri sangat penting bagi seseorang karena jika seseorang memiliki konsep diri yang positif maka akan terbentuk penghargaan yang tinggi terhadap diri sendiri. Penghargaan yang tinggi terhadap diri akan membantu seseorang mencapai sebuah keberhasilan. Namun, seseorang yang memiliki konsep diri yang negatif maka akan terbentuk penghargaan yang rendah terhadap diri sendiri. Hal tersebut akan membuat seseorang tidak dapat mencapai sebuah keberhasilan (Susana dkk, 2006). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Respati dkk (2006) menyatakan bahwa remaja yang mengembangkan konsep diri positif merasa bahwa dirinya berharga sehingga lebih percaya diri dalam menghadapi pengalaman dan situasi apapun serta membantu dalam menyelesaikan tugas. Sedangkan remaja yang mengembangkan konsep diri negatif memiliki kesulitan dalam menerima dirinya. Selain itu, remaja yang mengembangkan konsep diri negatif juga sering menolak dirinya serta sulit untuk melakukan penyesuaian diri dengan baik sehingga hal tersebut dapat menghambat remaja untuk menyelesaikan tugasnya..

(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 5. Salah satu faktor pembentuk konsep diri pada individu adalah lingkungan keluarga terutama orang tua. Jika orang tua tidak berada disamping remaja maka remaja cenderung lebih agresif, menarik diri, kurang terampil secara sosial dan kognitif dibandingkan dengan temanteman sebayanya. Namun, ada juga beberapa remaja yang menunjukkan interaksi sosial yang rendah dan perilaku yang mengganggu (Psikologi Perkembangan,. 2012).. Oleh. karena. itu,. remaja. membutuhkan. pendampingan dari orang tua agar bisa mengembangkan konsep diri yang positif. Bagi anak yang tinggal di panti asuhan, mereka tidak hidup dengan orang tua melainkan pengasuh. Oleh karena itu, pengasuh merupakan salah satu faktor penting dalam pembentukan konsep diri karena pengasuh yang menggantikan peran orang tua. Menurut Calhoun dan Acocella (1995) salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri adalah orang tua karena orang tua merupakan kontak sosial pertama dan paling kuat yang dialami oleh seseorang. Copersmith dalam Manik (2007) menyatakan bahwa anak-anak yang tidak memiliki orang tua atau disia-siakan oleh orang tua akan memperoleh kesukaran dalam mendapatkan informasi tentang dirinya sehingga hal ini akan menjadi penyebab utama anak memiliki konsep diri yang negatif. David & Lucile Packard Foundation (2014) menyatakan bahwa anak yang pernah berada di panti asuhan cenderung menjadi tunawisma, melakukan tindakan kriminal, dan menjadi ibu di masa remaja. Selain itu,.

(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 6. Hurlock (dalam Mahayati, 2014) menyatakan bahwa terdapat dampak negatif dari anak-anak yang tinggal di. panti asuhan terhadap. perkembangan kepribadiannya. Hal tersebut dikarenakan anak-anak yang tinggal di panti asuhan tidak dapat menemukan lingkungan pengganti keluarga yang benar-benar menggantikan fungsi keluarga. Oleh karena itu, anak-anak panti asuhan cenderung inferior, pasif, apatis, menarik diri, mudah putus asa, penuh dengan ketakutan dan kecemasan. Sehingga mereka akan sulit menjalin hubungan sosial dengan orang lain, di samping itu mereka menunjukkan perilaku yang negatif, takut melakukan kontak dengan orang lain, lebih suka sendiri, cenderung menunjukkan rasa bermusuhan, dan cenderung egosentrisme. Kelekatan merupakan salah satu komponen dalam hubungan antara orang tua dan anak. Berlandaskan teori Bowbly, Bartholomew dalam Baron dan Bryne (2005) menyatakan bahwa jenis gaya kelekatan terbagi menjadi empat. Pertama, gaya kelekatan aman (secure attachment style). Kedua, gaya kelekatan takut-menghindar (fearfull-avoidant attachment style). Ketiga, gaya kelekatan terpreokupasi (preoccupied attachment style) dan yang terakhir adalah gaya kelekatan menolak (dismissing attachment style). Kobak dan Hasan dalam Helmi (1999) menyatakan bahwa anak yang memiliki kelekatan aman akan memiliki konsep diri yang positif. Hal tersebut ditandai dengan individu yang merasa bahwa dirinya berharga, penuh dorongan, dan mengembangkan model mental sosial sebagai orang.

(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 7. yang bersahabat, dipercaya, responsif, dan penuh kasih sayang. Sedangkan seseorang yang memiliki kelekatan menghidar akan menghasilkan konsep diri yang negatif. Seseorang dengan. kelekatan menghindar memiliki. karakteristik sebagai orang yang skeptis, curiga, dan memandang orang sebagai orang yang kurang memiliki pendirian. Selain itu, ia memiliki model mental sosial sebagai orang yang merasa tidak percaya pada kesediaan orang lain, tidak nyaman pada keintiman, dan ada rasa takut untuk ditinggal. Kemudian seseorang yang memiliki kelekatan cemas juga memiliki konsep diri yang negatif. Hal tersebut ditandai dengan karakteristik sosial sebagai orang yang kurang pengertian, kurang percaya diri, merasa kurang berharga, memandang orang lain mempunyai komitmen rendah dalam hubungan interpersonal, kurang asertif, merasa tidak dicintai orang lain, dan kurang bersedia untuk menolong. Masa remaja berada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” atau fase “topan dan badai” (Ali dan Asrori, 2005). Oleh karena itu, remaja perlu pendampingan yang tepat dari orang tuanya agar bisa menemukan solusi yang tepat dari sebuah masalah. Menurut Erikson ada delapan tahap perkembangan sepanjang kehidupan, tiap tahapnya terdiri dari tugas perkembangan yang unik yang menghadapkan seseorang pada suatu krisis yang. harus. dipecahkan.. Krisis. tersebut. merupakan. titik. balik. meningkatnya kelemahan dan kemampuan. Hopkins dalam Santrock.

(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 8. (2007) menyatakan bahwa ketika seseorang berhasil menyelesaikan krisis yang dihadapinya maka akan semakin sehat perkembangan psikologisnya. Tahap kelima merupakan tahap yang paling penting dalam perkembangan menurut Erikson. Tahap ini merupakan puncak dari semua tahapan karena seseorang akan membuat pondasi untuk mengarungi bahtera hidupnya. Pada tahap ini remaja akan dihadapkan pada penemuan diri, tentang siapa diri mereka yang sebenarnya, dan kemana mereka akan melangkah dalam hidup ini. Hal tersebut biasanya disebut dengan identitas diri. Peran orang tua sangat penting karena orang tua yang akan membantu mengarahkan peran-peran baru kepada remaja pada tahap ini. Orang tua akan mengarahkan remaja untuk mencapai konsep diri yang positif. Oleh karena itu, dibutuhkan kelekatan antara orang tua dan anak pada tahap ini (Calhoun dan Acocella, 1995). Maka dapat disimpulkan bahwa gaya kelekatan antara anak dan orang tua memiliki peranan penting dalam pembentukan konsep diri pada diri seseorang. Remaja merupakan masa-masa sulit dalam perkembangan individu karena pada masa ini remaja mulai mencari identitas diri. Remaja mulai mencari nilai-nilai hidup dan hal tersebut didapatkan melalui orang tua hingga akhirnya ia dapat membentuk konsep diri yang positif. Sedangkan anak di panti asuhan tidak hidup dengan orang tua, melainkan dengan seseorang yang menggantikan peran orang tua..

(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 9. Bagi anak-anak yang tinggal di panti asuhan peran pengasuh menjadi sangat penting karena pengasuh menggantikan peran orang tua yang akan membantu mengarahkan peran-peran baru kepada remaja. Hal tersebut dimaksudkan agar anak-anak di panti asuhan memiliki konsep diri yang positif. Maka dari itu, anak-anak di panti asuhan juga membutuhkan kelekatan dengan pengasuhnya. Penelitian sebelumnya mengenai gaya kelekatan dan konsep diri yang dilakukan oleh Helmi (1999). Hipotesis pada penelitian tersebut adalah gaya kelekatan aman merupakan prediktor terbaik dibandingkan dengan gaya kelekatan cemas dan menghindar terhadap kriterium konsep diri. Kriteria subjek yang digunakan oleh peneliti adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Negeri dan Swasta. Kemudian hasil dari penelitian tersebut adalah adanya korelasi positif dan signifikan antara gaya kelekatan aman dan konsep diri. Selain itu, adanya korelasi negatif dan signifikan antara gaya kelekatan cemas dan konsep diri. Demikian halnya korelasi negatif dan signifikan antara gaya kelekatan menghindar dan konsep diri. Adapula Simon (2006) yang melakukan penelitian mengenai perbedaan konsep diri siswa SLTP Immanuel Batu yang tinggal di rumah dan panti asuhan. Pengambilan data penelitian tersebut menggunakan skala psikologi dan hasil penelitian tersebut adalah tidak ada perbedaan yang signifikan antara konsep diri siswa SLTP Immanuel Batu yang tinggal di panti asuhan dan di rumah..

(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 10. Penelitian yang akan dilakukan ini juga mengenai gaya kelekatan dan konsep diri. Namun, perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah subjek penelitian. Kriteria subjek penelitian ini adalah remaja yang masih memiliki orang tua namun tinggal di panti asuhan. Adanya figur lekat yang tidak tunggal, yaitu orang tua dan pengasuh panti maka peneliti ingin melihat bagaimana kelekatan yang terjadi antara remaja yang tinggal di panti asuhan dengan pengasuhnya serta danya perbedaan hasil-hasil penelitian tentang konsep diri dengan kelekatan maka hal tersebut yang mendorong peneliti untuk melakukan studi tentang hubungan antara gaya kelekatan dengan konsep diri pada remaja di panti asuhan. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah hubungan antara gaya kelekatan dengan konsep diri pada remaja di panti asuhan?” C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara gaya kelekatan dan konsep diri pada remaja di panti asuhan. D. Manfaat Penelitian 1. Teoritis Penelitian ini dapat menjadi sumbangan khususnya dalam psikologi perkembangan yang berkaitan dengan perkembangan konsep diri terutama dalam hubungannya dengan gaya kelekatan..

(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 11. 2. Manfaat Praktis a.. Pengasuh Panti Asuhan Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada pengasuh yang mengasuh. anak. dengan. usia. remaja. tentang. pentingnya. mengembangkan hubungan gaya kelekatan dengan anak remajanya sehingga remaja memiliki konsep diri yang positif. Selain itu, skala dalam penelitian ini juga dapat membantu pengasuh untuk melakukan penilaian (assessment) bagi anak yang bermasalah. b.. Pengelola Panti Asuhan Skala dalam penelitian ini juga dapat membantu pengelola untuk mengetahui ketepatan pola asuh yang dilakukan oleh pengasuh.. c. Remaja Panti Asuhan Penelitian ini dapat memupuk rasa percaya diri dan penerimaan diri agar remaja dapat mengetahui gaya kelekatan dan konsep diri mereka, sehingga mereka dapat menjalani hidup dengan lebih baik..

(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB II TINJAUAN TEORI A. Gaya Kelekatan 1. Pengertian Gaya Kelekatan Manusia adalah makhluk sosial yang berarti bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri. Oleh karena itu, manusia membutuhkan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Hal tersebut menyebabkan manusia terus berusaha untuk membuat ikatan dengan orang lain dan kelekatan merupakan salah satu caranya. Bowlby (dalam Laumi dan Adiyanti, 2012) menyatakan bahwa kelekatan merupakan ikatan afeksi yang akan terus berlanjut antara seorang individu dengan figur penting dalam kehidupannya. Selain itu, Santrock (2002) juga mendefinisikan kelekatan sebagai suatu ikatan emosional yang kuat antara bayi dan pengasuhnya.Kelekatan adalah suatu hubungan emosional antara satu individu dengan individu lainnya yang memiliki arti khusus, dalam hal ini biasanya ditujukan kepada ibu atau pengasuhnya.Hubungan tersebut dapat bertahan cukup lama, terdapat hubungan timbal balik, dan memberikan rasa aman walaupun figur lekat tidak tampak dalam pandangan anak (Ainsworth dalam Bayani dan Sarwasih, 2013). Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Monks dkk (2002) yang menyatakan bahwa kelekatan adalah usaha individu untuk mempertahankan kontak dengan orang-orang tertentu. Ketika individu. 12.

(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 13. mempertahankan kontak dengan orang-orang tertentu mungkin saja akan timbul prediksi bahwa individu tersebut akan memiliki ketergantungan dengan orang-orang tertentu tersebut. kelekatan tidak sama. Namun,. dengan ketergantungan. Ketergantungan. merupakan kecenderungan umum pada anak untuk mencari kontak sosial lepas dari identitas orang tersebut.Ketergantungan timbul karena rasa takut, khawatir, dan gelisah.Pada kelekatan, anak mencari dan mempertahankan kontak dengan orang-orang tertentu saja.Kelekatan muncul karena anak merasa dipenuhi kebutuhannya baik secara fisik maupun psikis. Definisi kelekatan dalam penelitian ini adalah suatu hubungan emosional antara satu individu dengan individu lain yang memiliki arti khusus, biasanya ditujukan kepada ibu atau pengasuhnya. Hubungan tersebut dapat bertahan cukup lama, terdapat hubungan timbal balik, dan memberikan rasa aman walaupun figur lekat tidak tampak dalam pandangan anak. 2. Figur Kelekatan Bowlby (dalam Ervika, 2005) menyatakan bahwa ada dua macam figur lekat, yaitu: a. Figur lekat utama, yaitu individu yang responsif dan memberikan perawatan fisik pada anaknya..

(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 14. b. Figur lekat pengganti, yaitu individu yang selalu siap memberikan respon ketika anak menangis tetapi tidak memberikan perawatan fisik. 3. Kelekatan pada Masa Remaja Ketika masa kanak-kanak tujuan utama dari kelekatan adalah mengalami kedekatan secara fisik. Namun, ketika masa remaja tujuan itu berubah menjadi kedekatan secara emosional dari figur kelekatan. Steinberg (dalam Barber dkk, 2003) menyatakan bahwa keadaan psikologis remaja yang sehat ditumbuhkembangkan melalui relasi orang tua dan remaja. Relasi antara orang tua dan remaja yang memiliki kelekatan aman dan kedekatan emosi yang tinggi merupakan prediktor yang akan menghasilkan kondisi psikologis remaja yang sehat dan remaja akan mengalami tekanan psikologis yang rendah (Armsden & Greenberg; Bradford & Lyddon dalam Barber dkk, 2003). Sedangkan kelekatan tidak aman antara orang tua dan remaja serta kurangnya kedekatan secara emosi merupakan prediktor yang akan menghasilkan kondisi psikologis remaja yang negatif (Rubi, Hymel, & Mills dalam Barber dkk, 2003). Papini dan Roggman (1992) dalam penelitiannya menemukan bahwa remaja yang memiliki kelekatan lebih kuat dengan orang tuanya selama transisi menuju Sekolah Menengah Pertama berasosiasi dengan perasaan mengenai kompetensi diri dan nilai diri yang lebih kuat serta perasaan depresi dan kecemasan yang lebih rendah..

(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 15. Doherty dan Beaton (dalam Laumi, 2012) memandang penting untuk melihat relasi antara ibu dengan anak dan ayah dengan anak secara terpisah karena masing-masing relasi memiliki kualitas yang berbeda sehingga berdampak pada perkembangan anak selanjutnya. Leaper (2000) melakukan penelitian observasi terhadap interaksi antara orang tua dengan anak saat bermain. Dalam penelitiannya, Leaper menyatakan bahwa adanya perbedaan interaksi antara ibu dengan anak dan ayah dengan anak. Hal tersebut membuktikan bahwa setiap orang tua memberikan kontribusi yang berbeda terhadap perkembangan anak. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kelekatan masa remaja bukan lagi tentang kedekatan fisik melainkan kedekatan secara emosional. 4. Aspek-aspek Kelekatan Armsden dan Greenberg dalam Barrocas (2008) menyatakan bahwa kelekatan terdiri dari tiga aspek, yaitu: a. Kepercayaan Kepercayaan didefinisikan sebagai perasaan aman dan keyakinan bahwa orang lain akan memenuhi kebutuhannya. Kepercayaan dapat meningkatkan kepercayaan diri dalam menjalin hubungan interpersonal (Larzelere & Huston, 1980).Kepercayaan merupakan satu komponen dari hubungan yang kokoh antara anak dengan figur lekatnya. Hal tersebut dapat dilihat pada anak yang.

(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 16. membangun rasa percaya dalam suatu hubungan dengan belajar bahwa orang lain selalu ada untuknya. b. Komunikasi Komunikasi merupakan cara individu untuk berhubungan dengan individu lain. Hal tersebut dapat terjadi diantara ibu atau pengasuh dan anak. Segrin dan Flora dalam Barrocas (2008) menyatakan bahwa komunikasi timbal balik yang terjadi secara harmonis akan membantu ikatan emosional yang kuat antara ibu atau pengasuh dan anak. Individu pada masa remaja akan mencari kedekatan dan kenyamanan dalam bentuk nasihat ketika individu merasa membutuhkannya. Hal tersebut membuat komunikasi menjadi sangat penting antara pengasuh dan anak pada masa remaja. c. Alienasi Alienasi. atau. keterasingan. pengabaian yang dilakukan oleh orang. terjadi. karena. adanya. tua terhadap anaknya.. Individu merasa bahwa figur lekat yang diharapkan tidak hadir sehingga anak merasa tertolak dan tidak diharapkan.Alienasi terjadi karena adanya penghindaran dan penolakan seperti amarah, tidak bertanggung jawab, dan pengasuh yang tidak selalu ada ketika anak membutuhkannya..

(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 17. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kelekatan terdiri dari tiga aspek, yaitu kepercayaan, komunikasi, dan alienasi. Kepercayaan adalah perasaan aman dan keyakinan bahwa orang lain akan memenuhi kebutuhannya. Komunikasi merupakan cara individu untuk berhubungan dengan individu lain, biasanya terjadi antara ibu atau pengasuhnya dan anak. Sedangkan alienasi adalah perasaan tertolak dan tidak diharapkan karena adanya pengabaian yang dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya. 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kelekatan Bowlby (dalam Mayasari, 2008) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya kelekatan, yaitu: a. Kondisi anak Anak akan membutuhkan adanya kontak fisik ketika anak berada pada keadaan yang tidak menyenangkan, misalnya sakit. Hal tersebut akan membuat perilaku lekat menjadi muncul. Perilaku lekat yang muncul biasanya menangis. Oleh karena itu, anak akan melakukan kontak fisik dengan figur lekatnya. b. Kondisi lingkungan Kondisi lingkungan yang membuat anak merasa terancam atau takut akan cenderung membuat perilaku lekat menjadi aktif. Ada dua stimulus lingkungan yang menyebabkan anak akan merasa terancam, yaitu stimulus yang bentuknya besar dan obyekobyek asing yang muncul dalam konteks yang tidak diharapkan..

(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 18. Stimulus yang bentuknya besar, misalnya suara keras atau stimulus yang datang dengan tiba-tiba dan berubah dengan cepat.Sedangkan obyek-obyek asing yang muncul dalam konteks yang tidak diharapkan, misalnya anak berada dalam tempat yang asing bersama dengan orang-orang asing. c. Tingkah laku dan kedudukan ibu Tingkah laku yang ibu lakukan akan mempengaruhi kelekatan antara anak dengan ibu, misalnya ibu tidak menolak bila anak mendekat atau duduk di pangkuannya. Hal tersebut akan membuat kelekatan yang aman antara ibu dengan anak. Selain itu, kedudukan ibu yang tidak mengancam, misalnya ibu selalu berada dalam pandangan dan jangkauan anak juga mempengaruhi kelekatan antara ibu dengan anak. Pikunas (dalam Ervika, 2005) menyatakan bahwa ada dua kondisi yang dapat menimbulkan kelekatan, yaitu: a. Pengasuh anak Kelekatan akan timbul pada anak dan orang dewasa yang sering berinteraksi, yang dimaksud dengan berinteraksi adalah orang dewasa tersebut mendidik dan membesarkan anak. Hal ini menyangkut tentang kualitas hubungan antara pengasuh dan anak.Dalam hal ini pengasuh secara intensif berhubungan dengan anak..

(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 19. b. Komposisi keluarga Anak memiliki kemungkinan untuk memilih salah seorang anggota keluarganya untuk dijadikan figur lekat. Figur lekat yang dipilih. biasanya. adalah. orang. dewasa. yang. memenuhi. kebutuhannya. Ibu biasanya menduduki peringkat pertama figur lekat utama pada anak. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya kelekatan adalah kondisi lingkungan, tingkah laku dan kedudukan ibu serta pengasuh. anak.. Kondisi. lingkungan. dapat. mempengaruhi. timbulnya kelekatan, misalnya remaja merasa terancam dalam lingkungannya. Hal tersebut akan membuat perilaku lekat menjadi muncul. Selain itu, tingkah laku dan kedudukan ibu juga mempengaruhi timbulnya kelekatan. Ketika ibu tidak menolak bila anak mendekat atau duduk di pangkuannya serta ibu selalu berada dalam jangkauan anak. Hal tersebut akan membuat timbulnya kelekatan aman. Sedangkan pengasuh anak adalah orang dewasa yang sering berinteraksi dengan anak. Selain itu, orang dewasa tersebut juga mendidik dan membesarkan anak serta memiliki kualitas hubungan yang baik dengan anak..

(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 20. 6. Jenis Gaya Kelekatan Bowlby dalam Baron dan Bryne (2005) menekankan pada dua sikap dasar dalam kelekatan, yaitu diri (self) dan orang lain. Perilaku interpersonal setiap individu dipengaruhi oleh positif atau negatifnya individu mengevaluasi dirinya. Selain itu, orang lain juga akan menilai perilaku interpersonal individu tersebut positif atau negatif. Berlandaskan teori Bowlby, Bartholomew (dalam Baron dan Bryne, 2005) mengusulkan bahwa kedua sikap dasar tersebut harus dipertimbangkan secara bersamaan. Oleh karena itu, Bartholomew membagi gaya kelekatan menjadi empat, yaitu gaya kelekatan aman (secure attachment style), gaya kelekatan takut-menghindar (fearfullavoidant attachment style), gaya kelekatan terpreokupasi (preoccupied attachment style), dan gaya kelekatan menolak (dismissing attachment style). a. Gaya kelekatan aman Individu yang memiliki gaya kelekatan aman percaya bahwa masa depannya akan menjadi lebih baik. Hal tersebut dikarenakan individu tersebut mempersepsikan kehidupan keluarga di masa lampau dan masa sekarang secara positif (Diehl dkk dalam Baron dan Bryne, 2005). Selain itu, individu dengan gaya kelekatan aman memiliki komunikasi yang baik. Individu dengan gaya kelekatan ini cenderung tidak mudah marah, tidak memiliki keinginan. untuk. bermusuhan. dengan. orang. lain,. dan.

(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 21. mengharapkan hasil yang positif dari konflik (Mikulincer dalam Baron dan Bryne, 2005). Menurut Shaver dan Brennan dalam Baron dan Bryne (2005), individu dengan kelekatan aman mampu membentuk hubungan dengan orang lain dalam jangka waktu yang lama, memiliki komitmen yang tinggi, dan memuaskan dalam hubungannya dengan orang lain. Individu dnegan gaya kelekatan ini memiliki alienasi dalam kategori yang rendah karena individu jarang mengalami penolakan. b. Gaya kelekatan takut-menghindar Individu dengan gaya kelekatan takut-menghindar dalam aspek kepercayaan biasanya individu cenderung meminimalkan kedekatan interpersonal dan menghindari hubungan akrab. Hal tersebut dikarenakan individu tersebut melindungi dirinya dari rasa sakit karena penolakan atau alienasi (Baron dan Bryne, 2005). Levy dkk dalam Baron dan Bryne menyatakan bahwa individu dengan gaya kelekatan takut-menghindar dalam aspek komunikasi biasanya cenderung memiliki hubungan yang negatif dengan orang tuanya. Individu dengan gaya kelekatan ini memiliki hubungan interpersonal yang negatif, memiliki rasa cemburu yang berlebihan, dan menggunakan alkohol untuk mengurangi kecemasan mengenai situasi sosial ( McGowan dkk dalam Baron dan Bryne, 2005)..

(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 22. c. Gaya kelekatan terpreokupasi Individu dengan gaya kelekatan terpreokupasi dalam aspek kepercayaan biasanya individu akan cenderung mengkombinasikan antara pandangan yang negatif tentang dirinya (self) dengan harapan yang positif bahwa orang lain akan mencintai dan menerimanya. Individu dengan kelekatan ini cenderung mengalami alienasi. Akibatnya, individu akan mencari kedekatan yang berlebihan dengan orang lain tetapi ia juga mengalami kecemasan dan rasa malu karena mereka merasa tidak pantas menerima cinta dari orang lain (Lopez dkk dalam Baron dan Bryne, 2005). Individu dengan gaya kelekatan ini dalam aspek komunikasi akan cenderung depresi ketika hubungannya dengan orang lain sedang buruk. Hal tersebut dikarenakan kebutuhannya untuk dicintai dan diakui ditambah dengan adanya self-criticism. d. Gaya kelekatan menolak Individu dengan gaya kelekatan menolak dalam aspek kepercayaan cenderung akan melihat dirinya berharga, independen, dan sangat layak untuk mendapatkan hubungan yang dekat. Namun, orang lain akan lebih melihat individu tersebut secara tidak lebih positif. Hal tersebut dikarenakan individu cenderung mengalami alienasi dan kurang bisa mengolahnya dengan baik sehingga ada perbedaan antara ideal self dan real self dari individu itu sendiri. Selain itu, orang lain akan mendeskripsikan individu.

(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 23. tersebut tidak ramah dan keterampilan sosialnya terbatas (Baron dan Bryne, 2005). Dalam aspek komunikasi individu dengan gaya kelekatan ini akan cenderung menghindari interaksi langsung dan lebih memilih kontak impersonal melalui catatan atau e-mail (Daniels dan Bryne dalam Baron dan Bryne, 2005). Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Bartholomew membagi gaya kelekatan menjadi empat berdasarkan dua sikap dasar yang diungkapkan oleh Bowlby. Empat gaya kelekatan tersebut adalah gaya kelekatan aman (secure attachment style),. gaya. kelekatan. takut-menghindar. (fearfull-avoidant. attachment style), gaya kelekatan terpreokupasi (preoccupied attachment style), dan gaya kelekatan menolak (dismissing attachment style).. B. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri Cara pandang individu terhadap dirinya akan membentuk suatu konsep tentang dirinya sendiri. Konsep tentang diri merupakan hal-hal yang penting bagi kehidupan individu karena konsep diri menentukan bagaimana individu bertindak dalam berbagai situasi (Calhoun dan Acocella, 1995).Baldwin & Holmes (dalam Calhoun dan Acocella, 1995) menyatakan bahwa konsep diri adalah ciptaan sosial. Konsep.

(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 24. diri merupakan hasil belajar individu melalui hubungan individu tersebut dengan orang lain. Burns dalam Respati dkk (2006) menyatakan bahwa konsep diri adalah pandangan keseluruhan yang dimiliki individu tentang dirinya sendiri dan terdiri dari kepercayaan, evaluasi, dan kecenderungan berperilaku.Chaplin (dalam Respati dkk, 2006) juga mendefinisikan konsep diri yang selaras dengan Burns, yaitu evaluasi mengenai diri sendiri.Hal tersebut berarti bahwa individu memberikan penilaian mengenai dirinya sendiri. Sedangkan Brehm & Kassin (1996) menyatakan bahwa konsep diri adalah kumpulan keyakinan tentang diri sendiri dan atribut-atribut personal yang dimiliki. Atribut-atribut yang dimaksud adalah sifat, karakter, kelemahan, dan kelebihan yang dimiliki. Konsep diri bersifat tidak kaku. Konsep diri dapat berubah melalui apa yang individu alami, apa yang individu dengar, apa yang individu lihat, apa yang individu rasakan, dan apa yang individu lakukan. Hal tersebut adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi pembentukan dan perubahan konsep diri. Definisi konsep diri dalam penelitian ini adalah kumpulan keyakinan tentang diri sendiri dan atribut-atribut personal yang dimiliki.Atribut-atribut. yang. dimaksud. kelemahan, dan kelebihan yang dimiliki.. adalah. sifat,. karakter,.

(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 25. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri a. Eksternal Seorang sosiolog bernama Charles Horton Cooley (dalam Calhoun dan Acocella, 1995) memperkenalkan pengertian “diri yang. tampak. seperti. cermin”.. Menurut. Cooley,. individu. menggunakan orang lain sebagai cermin untuk menunjukkan siapa dirinya. Melalui pandangan orang lain, individu dapat mengetahui gambaran. tentang dirinya.. Pada. akhirnya. individu. mulai. mengetahui siapa dirinya, apa yang diinginkan, dan dapat melakukan penilaian terhadap dirinya sendiri. Baldwin dan Holmes (dalam Calhoun dan Acocella, 1995) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan “orang lain” yaitu: 1. Orang tua Orang tua adalah kontak sosial yang paling awal dan paling kuat. Bayi bergantung pada orang tuanya untuk makanan, perlindungan, dan kenyamanan serta kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, orang tua menjadi sangat penting bagi anak. Hal tersebut menyebabkan segala sesuatu yang dikomunikasikan oleh orang tua kepada anak lebih menancap daripada informasi lain yang diterima anak sepanjang hidupnya. Anak menduga apapun perlakuan orang tua terhadap dirinya merupakan perlakuan yang pantas diterimanya. Oleh karena itu, nilai atas diri anak berasal dari nilai yang diberikan orang tua kepada anak.

(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 26. (Coopersmith dalam Calhoun dan Acocella, 1995). Pada akhirnya semua perlakuan orang tua kepada anaknya yang akan membentuk konsep diri anak tersebut. 2. Kawan sebaya Kawan sebaya merupakan faktor penting kedua yang mempengaruhi konsep diri. Selain cinta dari orang tuanya, anak juga. membutuhkan. penerimaan. dari. teman-teman. di. kelompoknya. Jika anak tidak mendapatkan cinta dari orang tuanya dan penerimaan dari teman-temannya maka konsep dirinya akan terganggu. Selain itu, peran anak dalam kelompoknya juga memiliki pengaruh dalam pandangan tentang dirinya. Peran yang dimaksud adalah anak menjadi pemimpin kelompok, pengacau kelompok, badut kelompok, atau menjadi “pahlawan kesiangan” dalam kelompok. Peran tersebut bersama dengan penilaian terhadap dirinya akan dibawa anak hingga masa dewasa dalam hubungan sosialnya. 3. Masyarakat Masyarakat sangat mementingkan atribut yang dimiliki anak, misalnya latar belakang keluaraganya, siapa orang tuanya, rasa, dan lain sebagainya. Penilaian tersebut berpengaruh pada konsep diri anak. Oleh karena itu, masyarakat seperti memberitahu kita bagaimana mendefinisikan diri kita..

(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 27. b. Internal Coopersmith (dalam Susana dkk, 2006) menyatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan konsep diri individu, yaitu: 1. Kemampuan Setiap individu pasti memiliki kemampuan. Ketika individu memiliki peluang untuk melakukan sesuatu maka ia akan berusaha menyelesaikannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa setiap individu mampu melakukan segala sesuatu menurut kemampuannya. 2. Perasaan berarti Perasaan berarti akan membentuk sikap yang positif sehingga individu dapat menghargai setiap aktivitas sekecil dan sesederhana apapun. Ketika individu tidak memiliki perasaan berarti maka ia akan membentuk sikap yang negatif. Hal tersebut akan menimbulkan perasaan hampa pada diri individu tersebut sehingga ia tidak dapat menghargai semua yang ia dapatkan atau miliki. 3. Kebajikan Ketika individu memiliki perasaan berarti maka akan tumbuh kebajikan dalam dirinya. Kemudian individu akan merasa bahwa lingkungan adalah tempat yang menyenangkan. Oleh.

(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. karena. itu,. individu. akan. melakukan. kebajikan. 28. bagi. lingkungannya. 4. Kekuatan Pola perilaku berkarakteristik positif akan memberi kekuatan bagi individu untuk melakukan perbuatan yang baik. Dengan kekuatan diri, individu dapat menghalau upaya yang negatif. Oleh karena itu, individu tidak akan melakukan hal-hal yang buruk, misalnya berbohong. Berdasarkan uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor-faktor dari konsep diri adalah eksternal dan internal. Faktor eksternal terdiri dari orang tua, kawan sebaya, dan masyarakat. Sedangkan faktor internal terdiri dari kemampuan, perasaan berarti, kebajikan, dan kekuatan. Dalam kehidupannya, seorang individu lebih dulu hidup dengan orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua yang memiliki peranan penting dalam pembentukan konsep diri. 3. Dimensi Konsep Diri Konsep diri merupakan pandangan diri individu tentang individu itu sendiri. Konsep diri terdiri dari tiga dimensi, yaitu: pengetahuan individu tentang dirinya sendiri, pengaharapan yang dimiliki individu untuk dirinya sendiri, dan penilaian mengenai dirinya sendiri (Calhoun dan Acocella, 1995)..

(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 29. a. Pengetahuan Pengetahuan merupakan apa yang diketahui individu tentang dirinya. Hal ini mengenai kuantitas dirinya, misalnya usia, jenis kelamin, kebangsaan, dan pekerjaan. Selain itu, pengetahuan tentang kualitas diri, misalnya individu yang egois dan baik hati. Individu dapat memperolah pengetahuan tentang dirinya dengan cara membandingkan diri individu dengan orang lain. Pengetahuan yang dimiliki individu tidak menetap sepanjang hidupnya. Pengetahuannya bisa saja berubah dengan cara mengubah tingkah laku individu tersebut. b. Harapan Dimensi yang kedua adalah harapan. Dalam hal ini, individu memiliki pandangan tentang harapan bahwa ia akan menjadi apa di masa yang akan datang. Rogers dalam Calhoun dan Acocella (1995) menyatakan bahwa individu memiliki pengharapan bagi dirinya sendiri. Namun, harapan setiap individu pasti berbedabeda. Harapan tersebut akan menjadi kekuatan yang mendorong individu menuju masa depan dan memandu kegiatan individu dalam perjalanan hidupnya. Singkatnya, setiap individu memiliki pengharapan bagi dirinya sendiri dan pengharapan setiap individu berbeda-beda..

(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 30. c. Penilaian Dimensi yang terakhir adalah penilaian terhadap diri sendiri. Penilaian terhadap diri sendiri adalah pengukuran individu tentang keadaannya saat ini dengan apa yang menurutnya dapat terjadi terhadap dirinya dan apa yang terjadi pada dirinya. Penilaian ini mengukur apakah individu bertentangan dengan “saya dapat menjadi apa” atau dengan kata lain harapan individu bagi dirinya sendiri dan “saya seharusnya menjadi apa” atau dengan kata lain standar individu bagi dirinya sendiri (Epstein dalam Calhoun dan Acocella, 1995). Kalimat “saya dapat menjadi apa” menggambarkan keadaan diri kita yang sebenarnya atau biasanya disebut dengan real self sedangkan kalimat “saya seharusnya menjadi apa” menggambarkan kemampuan diri individu dengan melihat keadaan diri atau biasanya disebut dengan ideal self. Ketika individu memiliki jarak yang terlalu antara real self dan ideal self maka akan menimbulkan rasa tidak nyaman dalam dirinya (Susana dkk, 2006). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri terdiri tiga dimensi, yaitu pengetahuan tentang dirinya, harapan mengenai dirinya sendiri, dan penilaian mengenai dirinya sendiri. Pengetahuan adalah apa yang diketahui individu tentang dirinya dari segi kuantitas maupun kualitas, individu dapat.

(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 31. memperoleh pengetahuan dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain. Harapan adalah apa yang individu inginkan untuk dirinya di masa yang akan datang. Sedangkan penilaian adalah pengukuran yang dilakukan individu tentang keadaan dirinya saat ini dengan apa yang menurut dirinya dapat terjadi dan apa yang terjadi pada dirinya. 4. Jenis-jenis Konsep Diri Calhoun dan Acocella (1995) menyatakan bahwa konsep diri terbagi menjadi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. a. Konsep diri positif Konsep. diri. positif. merupakan. sebuah. penerimaan. diri.Kualitas dalam penerimaan ini lebih mengarah ke kerendahan hati dan ke kedermawanan daripada keangkuhan dan keegoisan. Dalam hal ini berarti individu dapat menerima diri apa adanya. Individu yang memiliki konsep diri positif adalah individu yang tahu betul tentang dirinya. Selain itu, individu tersebut juga dapat memahami dan menerima dirinya sehingga evaluasi terhadap dirinya menjadi positif dan dapat menerima keberadaan orang lain. Individu dengan konsep diri positif akan merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas, yaitu tujuan yang memiliki kemungkinan besar untuk dicapai, mampu menghadapi kehidupan di depannya, dan menganggap bahwa hidup adalah suatu proses penemuan..

(52) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 32. Montana dalam Respati (2006) memberikan ciri-ciri tingkah laku individu yang memiliki konsep diri positif, yaitu: bercita-cita menjadi pemimpin (menginginkan kepemimpinan), mau menerima kritikan yang bersifat membangun, mau mengambil resiko lebih sering, bersifat mandiri terhadap orang lain. Selain itu, individu tersebut juga yakin bahwa keberhasilan dan kegagalan tergantung pada usaha, tindakan, dan kemampuan seseorang. Individu dengan konsep diri positif juga bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukannya, percaya bahwa ia memiliki kontrol dan. pengaruh. terhadap. peristiwa. atau. kejadian. dalam. kehidupannya, menerima tanggung jawab atas tindakannya sendiri, sabar menghadapi kegagalan dan frustasi serta tahu cara menangani kegagalan secara positif. Berdasarkan uraian di atas, individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah individu yang memahami tentang dirinya.Memahami kelebihan dan kekurangan dirinya sehingga evaluasi terhadap dirinya menjadi lebih positif. Selain itu, individu dengan konsep diri positif mampu merancang tujuan-tujuan yang sesuai dengan realitas..

(53) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 33. b. Konsep diri negatif Menurut Calhoun dan Acocella (1995) ada dua tipe konsep diri negatif, yaitu: 1. Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur. Individu tersebut tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya, atau apa yang dihargai dalam hidupnya. 2. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur, dengan kata lain adalah kaku. Hal ini bisa terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum dalam pikirannya dan hal tersebut merupakan cara hidup yang tepat. Montana dalam Respati dkk (2006) memberikan ciri-ciri tingkah laku individu yang memiliki konsep diri negatif, yaitu menghindari peran-peran pemimpin, menghindari kritikan dan tidak mau mengambil resiko, tidak memiliki atau kurang memiliki kemampuan untuk bertahan dalam tekanan, kurang memiliki motivasi belajar dan bekerja, memiliki kesehatan emosi dan psikologis kurang baik, dan mudah terpengaruh lingkungan. Selain itu, ia juga merasa perlu untuk dicintai dan diperhatikan. Individu dengan konsep diri yang negatif akan.

(54) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 34. berbuat apa saja untuk menyenangkan orang lain dan mengabaikan keadaan dirinya sehingga mudah frustasi dan pada akhirnya menyalahkan orang lain atas kekurangannya. Selain itu, individu tersebut akan menghindar dari keadaankeadaan sulit untuk menghindari kegagalan dan memilih untuk bergantung pada orang lain. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki konsep diri negatif terdiri dari dua tipe, yaitu individu yang benar-benar tidak tahu siapa dirinya dan individu yang kaku. Individu yang benar-benar tidak tahu siapa dirinya, ia tidak tahu kelebihan dan kelemahan dirinya. Sedangkan individu yang kaku tidak mengizinkan adanya penyimpangan dalam hidupnya, ia harus hidup dengan tepat dan mematuhi aturan yang ada dalam hidupnya.. C. Remaja 1. Pengertian Remaja G.. S.. Hall. adalah. seorang. sarjana. Psikologi. Amerika. Serikat.Biasanya Hall disebut sebagai Bapak Psikologi Remaja.Hall (dalam Sarwono, 2013) menyatakan bahwa masa remaja adalah masa topan badai (strum und drang). Pada masa ini akan penuh gejolak akibat pertentangan dengan nilai-nilai dalam kehidupan..

(55) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 35. Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada masa ini, remaja mulai mengalami perubahan secara fisik dan psikis. Remaja akan melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa. Selain itu, remaja juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa (Clarke-Stewart dan Friedman dalam Agustiani, 2009). Csikszentimihalyi dan Larson dalam Sarwono (2013) menyatakan bahwa remaja adalah “restrukturisasi kesadaran”. Masa remaja merupakan masa penyempurnaan dari tahap-tahap sebelumnya. Csikszentimihalyi. dan. Larson. menyatakan. bahwa. puncak. perkembangan jiwa ditandai dengan adanya proses perubahan kondisi entropy ke kondisi negentropy. Entropy adalah keadaan dimana kesadaran individu masih belum tersusun rapi walaupun isinya sudah banyak, misalnya pengetahuan dan perasaan. Namun, isi-isi tersebut belum saling terkait dengan baik sehingga belum bisa berfungsi secara maksimal.Sedangkan kondisi negentropy adalah keadaan dimana isi kesadaran tersusun dengan baik.Selain itu, pengetahuan yang individu miliki saling terkait. Individu dengan keadaan negentropy merasa dirinya sebagai kesatuan yang utuh dan bisa bertindak dengan tujuan yang jelas dan tidak bimbang sehingga individu tersebut memiliki tanggung jawab dan semangat kerja yang tinggi (Sarwono, 2013)..

(56) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 36. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan masa topan dan badai. Hal tersebut disebabkan karena pada masa ini akan penuh gejolak akibat pertentangan dengan nilai-nilai dalam kehidupannya. 2. Batasan Usia Remaja Indonesia menetapkan usia remaja dengan rentangan antara 11 – 24 tahun dan belum menikah. Hal tersebut dinyatakan dengan empat pertimbangan, yaitu (Sarwono, 2013): a. Usia 11 tahun adalah usia yang pada umumnya individu memunculkan tanda-tanda seksual sekunder. b. Pada usia 11 tahun, individu mulai memunculkan tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa seperti tercapainya identitas diri menurut Erikson, tercapainya fase genital dari perkembangan psikoseksual perkembangan. menurut kognitif. Freud, menurut. dan. tercapainya. Piaget. serta. puncak. tercapainya. perkembangan moral menurut Kohlberg. c. Batas usia maksimal remaja adalah 24 tahun. Hal tersebut dikarenakan usia tersebut merupakan usia yang cukup matang agar individu tidak lagi bergantung dengan orang tuanya. d. Status perkawinan juga sangat menentukan karena ketika individu memutuskan untuk menikah maka individu tersebut akan diperlakukan sebagai orang dewasa secara penuh..

(57) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 37. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa batasan usia remaja di Indonesia adalah 11 – 24 tahun dan individu yang belum menikah. Hal tersebut dikarenakan individu sudah memunculkan. tanda-tanda. seksual. sekunder,. individu. sudah. memunculkan tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa, pada usia tersebut merupakan usia yang cukup matang agar individu tidak lagi bergantung dengan orang tuanya, dan alasan yang terakhir adalah individu sudah diperlakukan sebagai orang dewasa ketika memutuskan untuk menikah. 3. Masa Perkembangan Remaja a. Perkembangan fisik Remaja akan mengalami masa perkembangan fisik. Pada masa. ini. remaja. akan. mengalami. kematangan. seksual,. pertambahan tinggi, dan berat tubuh (Santrock, 2011). Kematangan seksual remaja ditandai dengan perkembangan fisik primer dan sekunder. Perkembangan fisik primer meliputi organ reproduksi. Organ reproduksi pada perempuan, yaitu ovarium, rahim, dan vagina. Organ reproduksi pada laki-laki, yaitu penis, skrotum, dan testis. Sedangkan, perkembangan fisik sekunder meliputi bagian luar tubuh yang menandai kematangan seksual, yaitu payudara pada perempuan dan munculnya bulu ketiak serta rambut kelamin, baik pada laki-laki maupun perempuan (Berk, 2012)..

(58) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 38. b. Perkembangan kognitif Piaget (dalam Santrock, 2007) menyatakan bahwa remaja memasuki tahap operasional formal, yaitu berpikir abstrak, idealistic, dan logis. Pada fase ini, remaja mampu menciptakan hipotesis sehingga remaja mulai menggunakan kemampuan logisnya. Namun, Elkind (dalam Papalia, 2008) menyatakan bahwa remaja. memiliki. ketidakmatangan. dalam. berpikir.. Ketidakmatangan tersebut, yaitu idealis dan mengkritik orang lain, selalu berusaha menunjukkan kemampuan bernalar yang dimiliki, ragu-ragu dalam menentukan sesuatu, kurang menyadari perbedaan dalam mengekspresikan sesuatu yang ideal, menganggap orang lain memiliki pemikiran yang sama dengan dirinya, dan menganggap dirinya sebagai pribadi yang unik dan istimewa. c. Perkembangan sosioemosional Pada masa ini remaja memiliki dorongan yang kuat untuk membangun relasi dengan teman sebaya. Hal tersebut yang membuat remaja lebih banyak menghabiskan waktu bersama dengan teman sebaya dibandingkan keluarganya. Remaja merasa bahwa mereka menemukan keintiman dalam pertemanan mereka, pengertian, dan kesetiaan yang melibatkan keterbukaan diri (Berk, 2012). Selain itu, tugas utama yang dihadapi remaja adalah memecahkan krisis pada tahap perkembangannya, yaitu identitas versus kebingungan identitas (Erikson dalam Papalia, 2008)..

(59) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 39. Remaja dituntut untuk menjadi individu dewasa yang unik dan mampu memahami peran nilai dalam masyarakat. Identitas diri akan. terbentuk. dengan. cara. mengelaborasi. kemampuan,. kebutuhan, ketertarikan, dan hasrat yang dimiliki sehingga dapat diekspresikan melalui konteks sosial.. D. Panti Asuhan 1. Pengertian Panti Asuhan Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia dalam Pattimahu (2005), panti asuhan adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang memiliki tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar. Selain itu, panti asuhan juga memberikan pelayanan sebagai pengganti atau perwalian anak dengan memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial pada anak yang diasuh. Sandrianny dalam Pattimahu (2005) menyatakan bahwa panti asuhan adalah suatu lembaga untuk mengasuh anak, menjaga, dan memberikan bimbingan kepada anak dengan tujuan agar anak menjadi individu yang berguna serta bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan masyarakat dikemudian hari. Berdasarkan penjelasan di atas, panti asuhan adalah sebuah lembaga yang berperan untuk mengasuh, menjaga, dan memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak yang terlantar. Hal.

(60) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 40. tersebut dimaksudkan agar anak dapat bertanggung atas dirinya sendiri. 2. Fungsi Panti Asuhan Dalam pasal 3 dalam Keputusan Menteri Sosial RI. 3.3.8/239 Tahun 1974, yaitu: a. Panti sosial berfungsi sebagai sarana dan prasarana pembinaan kegiatan sosial berdaya guna, efektif, dan efisien serta bermanfaat bagi yang bersangkutan maupun masyarakat pada umumnya b. Panti sosial juga merupakan kegiatan kesejahteraan sosial bagi masyarakat yang memerlukan Kesimpulan dari uraian di atas adalah panti asuhan memiliki dua fungsi, yaitu sebagai sarana dan prasarana untuk individu yang membutuhkan.Sarana dan prasarana tersebut dimaksudkan untuk mendukung perkembangan pribadi anak agar mampu hidup terlibat dalam masyarakat. 3. Tugas Pokok Panti Asuhan Dijelaskan dalam pasal 4 ayat 1 Keputusan Menteri Sosial RI. No HUK 3.3.8/239 Tahun 1974, yaitu: a. Mempersiapkan individu menjadi manusia yang sadar akan tanggung jawab dan berdaya guna dalam masyarakat b. Mengembangkan potensi yang dimiliki individu secara berencana dan terarah sehingga individu dapat menjalankan fungsi sosial.

(61) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 41. c. Menghindari adanya jurang pemisah dalam hubungan pergaulan dengan masyarakat d. Menciptakan suasana yang baik antara anak dan pengasuhnya sehingga tercipta suasana kekeluargaan e. Mengusahakan penyaluran dan penempatan individu yang tinggal di panti sosial ke berbagai lapangan kerja sesuai dengan kemampuan dan keahliannya Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa panti asuhan memiliki tugas untuk menjadikan individu sebagai pribadi yang sadar akan tanggung jawab untuk menjalankan fungsi sosial, menghindari adanya jurang pemisah antara individu yang ditinggal di panti asuhan dan masyarakat, menciptakan suasana yang baik antara anak dan pengasuhnya, dan menempatkan individu ke berbagai lapangan kerja sesuai dengan kemampuannya. 4. Remaja di Panti Asuhan Seperti. yang. sudah. dijelaskan. sebelumnya,. G.. S.. Hall. mendefinisikan masa remaja adalah masa topan badai. Pada masa ini remaja akan mengalami penuh gejolak akibat pertentangan dengan nilai-nilai dalam kehidupan. Sedangkan Sandrianny (dalam Pattimahu, 2005) mendefinisikan panti asuhan sebagai suatu lembaga untuk mengasuh anak, menjaga, dan memberikan bimbingan kepada anak dengan tujuan agar anak menjadi individu yang berguna serta.

(62) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 42. bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan masyarakat dikemudian hari. Berdasarkan definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja di panti asuhan adalah individu yang mengalami gejolak dalam kehidupannya dan ia tinggal di suatu lembaga untuk diasuh, dijaga, dan mendapat bimbingan agar dapat bertanggung jawab atas dirinya sendiri, orang lain, dan masyarakat. Selain itu, individu tersebut juga dibimbing agar berguna bagi orang lain. Dalam penelitian ini, remaja yang dimaksudkan adalah remaja yang masih memiliki orang tua namun karena faktor kemiskinan remaja tersebut harus hidup di panti asuhan dan terpisah dengan orang tuanya.. E. Hubungan Antara Gaya Kelekatan dan Konsep Diri pada Remaja di Panti Asuhan Bowlby (dalam Laumi dan Adiyanti, 2012) menyatakan bahwa kelekatan merupakan ikatan afeksi yang akan terus berlanjut antara seorang individu dengan figur penting dalam kehidupannya. Pengalaman awal yang didapatkan selama masa bayi tersebut akan mempengaruhi respon ataupun perilaku seseorang kedepannya. Hal tersebut yang akan membentuk suatu skema tentang diri dan orang lain. Skema tersebut biasanya disebut dengan model kerja internal (internal working models). Model kerja internal (internal working models) tersebut dapat menjadi positif atau negatif. Model kerja internal (internal working.

Gambar

Tabel 19.Uji Normalitas ...........................................................................
Gambar 1. SKEMA ..............................................................................................
Gambar 1. SKEMA
Tabel 1.Blueprint Skala Gaya Kelekatan  Gaya  kelekatan  Aspek   Proporsi item  Total  Favorable   Unfavorable   Kepercayaan   5  5  Aman   Komunikasi   5  5  25%     Alienasi   3  2     Kepercayaan   5  4  Takut -  menghindar  Komunikasi   4  4  25%     A
+7

Referensi

Dokumen terkait

Spesies ini dengan tubuh berukuran kecil ±7 mm, bentuk silindris memanjang, panjang antena hampir sama dengan panjang tubuh, skapus antena tanpa gigir, pada bagian

Pemberangkatan calon jamaah Haji khusus yang dilakukan oleh pihak biro pada pelaksanaannya penyelenggara ibadah Haji Khusus dengan calon jamaah haji plus

Kondisi lahan dapat mempengaruhi seran- gan awal penggerek batang dan pucuk tebu.Pada penelitian ini lahan yang digunakan adalah lahan yang baru dibuka dan baru pertama kali ditanami

Luas tutupan lahan pada daerah penelitian diperoleh dari hasil klasifikasi terselia citra Landsat tahun 1994, citra Landsat tahun 2001 dan citra ASTER tahun 2007.. Luas

Salah satu cara untuk  mendapat ketebalan yang tepat adalah dengan membuat garis – garis plesteran/patok pada dinding dengan arah vertikal dari atas ke bawah dengan jarak 1 -

Dalam aplikasinya di proses pengeringan kayu nilai di ujung-ujung ruas garis atau di sisi-sisi luar persegi panjang tersebut adalah temperatur yang diberikan

Pada bagian ke empat ini akan menjelaskan tentang proses yang terjadi di enkripsi dan dekripsi teks secara umum, langkah permainan engklek atau sunda manda yang dilakukan

Dengan menggunakan model tersebut diperoleh variabel yang signifikan terhadap TPAK perempuan Jawa Timur adalah TPAK laki-laki, persentase penduduk miskin, PDRB perkapita, UMK,