BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis Faktor
Proses analisis faktor mencoba menemukan hubungan (interrelationship) antara sejumlah variabel – variabel yang saling independen satu dengan yang lain, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. (Santoso, 2010)
Analisis faktor didasarkan pada sebuah model dimana vektor hasil pengamatan dipartisi ke dalam suatu bagian sistematik yang tak teramati dan suatu bagian error yang tak teramati.Komponen dari vektor error dianggap bebas (independent) dari komponen vektor sistematik, dimana bagian sistematik merupakan kombinasi linier dari variabel faktor yang jumlahnya relatif lebih sedikit.Analisis faktor memisahkan pengaruh faktor yang menjadi perhatian dasar dari error (Anderson.T.W, 1984).
Salah satu kelebihan dari analisis faktor adalah ketika bentuk persamaan tidak cocok dengan data, perkiraan korelasi antar faktor dengan variabel jelas mencerminkan kegagalan. Dalam sebuah kasus, ada dua permasalahan dalam perkiraan yaitu (1) tidak jelas banyaknnya faktor yang dibentuk dan (2) tidak jelas nama faktor yang di tentukan. Dalam prosedur statistik lain, kegagalan asumsi tidak mengakibatkan konsekuensi yang jelas seperti dalam perkiraan korelasi. Namun hal ini menjadi asumsi dasar analisis faktor. (Rencher A.C., 2002)
Teknik umum dalam analisis faktor adalah metode principal component analysis, yaitu metode yang digunakan untuk memperkirakan korelasi antara faktor yang akan dibentuk terhadap variabel.(Rencher A.C.,2002)
Pada metode principal analysis factor bertujuan untuk mencari korelasi pada faktor terhadap variabel – variabel secara linier serta mengurangi (perkiraan) dimensi dari ruang vektor yang menggandung variabel – variabel dari satu set variabel acak yang intercorrelated. Dalam metode ini variabel yang diamati bergantung pada jumlah faktor yang lebih sedikit yang dapat dijelaskan dari varians atau kovarians yang sistematis atau benar dari penelitianuntuk memperkirakandan mengidentifikasi variabel yang nyata (tapi tidak teramati) yang berpengaruh pada variabel acak (Basilevsky .A., 1994)
2.2 Kegunaan Analisis Faktor
Analisis faktor dipergunakan didalam situasi sebagai berikut : (Supranto,2010) a. Mengenali atau mengidentifikasi dimensi yang mendasari (underlying
dimensions) atau faktor, yang menjelaskan korelasi antara suatu set variabel.
b. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel baru yang tidak berkorelasi (independent) yang lebih sedikit jumlahnya untuk menggantikan suatu set variabel yang saling berkorelasi didalam analisis multivariat selanjutnya, misalnya analisis regresi berganda dan analisis diskriminan.
c. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set yang penting dari suatu set variabel yang lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan didalam analisis multivariat selanjutnya.
2.3 Tujuan Analisis Faktor
Pada dasarnya tujuan analisis faktor adalah (Santoso,2010)
a. Data summarizationyakni mengidenfikasi adanya hubungan antara variabel dengan melakukan uji korelasi.
b. Data reduction yakni setelah melakukan korelasi, dilakukan proses membuat sebuah variabel set baru yang dinamakan faktor untuk menggantikan sejumlah variabel tertentu.
2.4 Asumsi Pada Analisis Faktor
Karena prinsip utama analisis faktor adalah korelasi, maka asumsi – asumsi terkait dengan korelasi akan digunakan, yakni : (Santoso,2010)
a. Besar korelasi atau korelasi antar variabel independen harus cukup kuat, misalkan diatas 0,5
b. Besar korelasi parsial, korelasi antara dua variabel dengan menganggap tetap variabel yang lain, justru harus kecil
c. Pengujian seluruh matriks korelasi (korelasi antar variabel) yang diukur dengan besaran Bartlett Test Of Sphericity atau Measure Sampling Adequacy (MSA). Pengujian ini mengharuskan adanya korelasi yang signifikan di antara paling sedikit beberapa variabel
d. Pada beberapa kasus, asumsi normalitas dari variabel – variabel atau faktor yang terjadi sebaiknya terpenuhi.
2.5 Model Analisis Faktor
Secara matematis, analisis faktor agak mirip dengan analisis regresi, yaitu dalam hal bentukfungsi linier. Jumlah varians yang dikontribusi dari sebuah variabel dengan seluruh variabel lainnya lebih dikelompokkan sebagai komunalitas.
Kovarians diantara variabel dijelaskan terbatas dalam sejumlah kecil komponen atau faktor.
Pada dasarnya faktor merupakan kombinasi linier dari variabel – variabel asli/awal, sebagai hasil suatu penelitian.
Dimana :
Perkiraan faktor ke i (didasarkan pada nilai variabel X dengan koefisiennya Wi ).
Wi = Koefisien nilai faktor ke i. k = Banyaknya variabel
Variabel yang sudah dibakukan
2.6 Statistika dalam Analisis Faktor 2.6.1 KMO (Kaiser-Meyer-Olkin)
KMO (Kaiser-Meyer-Olkin) merupakan suatu indeks yang dipergunakan untuk meneliti ketepatan analisis faktor.Nilai KMO merupakan indeks perbandingan antara besarnya koefisien korelasi sederhana dengan koefisien korelasi parsial. (Supranto,2010)
Dengan :
= Koefisien korelasi sederhana antara variabel ke- dan ke- = Koefisien korelasi parsial antara variabel ke- dan ke-
Hipotesis untuk signifikansi adalah
H0 = Variabel belum memadai untuk dianalisis lebih lanjut H1 = Variabel sudah memadai untuk dianalisis lebih lanjut
Kriteria dengan melihat probabilitas (signifikan): (Santoso,2010) - Angka Sig. 0,05 maka H0 diterima
- Angka Sig. <0,05 maka H0 ditolak
2.6.2 Bartlett’s Test of Sphericity
Bartlett’s test of sphericity yaitu suatu uji statistik yang dipergunakan untuk menguji hipotesis bahwa variabel tidak saling bebas (uncorrelated) dalam populasi. Dengan kata lain matriks korelasi populasi merupakan matriks identitas dengan setiap variabel berkorelasi dengan dirinya sendiri secara sempurna dengan r = 1 dan tidak berkorelasi dengan yang lain r = 0. (Santoso,2010)
2.6.3 Measure of Sampling Adequacy (MSA)
Measure of Sampling Adequacy (MSA) yaitu suatu indeks perbandingan antara koefisien korelasi sederhana dengan koefisien korelasi parsial untuk setiap variabel.MSA digunakan untuk mengukur kecukupansampel. (Rencher,A.C,2002)
Dengan :
= Koefisien korelasi sederhana antara variabel ke- dan ke- = Koefisien korelasi parsial antara variabel ke- dan ke-
Hipotesis untuk signifikansi adalah
H0 = Variabel belum dapat diprediksi tanpa kesalahan variabel lain H1 = Variabel dapat diprediksi tanpa kesalahan variabel lain
Nilai MSA (Measure of Sampling Adequancy) berkisar 0 sampai 1, dengan Kriteria berikut: (Santoso,2010)
- MSA = 1, variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan variabel yang lain
- MSA 0,5, variabel masih tidak bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut
- MSA< 0,5, variabel tidak bisa diprediksi dan tidak bisa dianalisis lebih lanjut, atau dikeluarkan dari variabel lainnya.
2.6.4 Nilai karakteristik (eigenvalue)
Eigenvalue merupakan jumlah varians yang dijelaskan oleh setiap faktor yang lebih dari 1.Perhitungan ini berdasarkan persamaan karakteristik
Dengan :
= Matriks korelasi = Matriks identitas
= eigenvalue
2.6.5 Vektor karakteristik (eigenvector)
Penentuan vektor karakteristik (eigenvector) yang bersesuaian dengan nilai karakteristik (eigenvalue), yaitu dengan persamaan :
Dengan:
= eigenvector = Matriks korelasi
= eigenvalue
2.6.6 Faktor Muatan (Factor Loading)
Factor loading ialah korelasi sederhana antara variabel terhadap faktor yang dibentuk. (Rencher,A.C, 2002)
Dengan :
Matriks eigenvector Matriks eigenvalue
2.6.7 Komunalitas (communality)
Komunalitas adalah jumlah varians yang disumbangkan oleh suatu variabel dengan seluruh variabel lainnya dalam analisis. Bisa juga disebut proporsi dengan seluruh variabel yang dijelaskan oleh common factor atau besarnya sumbangan suatu faktor terhadap varian seluruh variabel.(Supranto,2010)
Dengan :
= Communality variabel ke-i
Koefisien loading factor(eigenvalue)
2.6.8 Scree Plot
Scree plot merupakan plot dari eigenvalue sebagai sumbu tegak dan banyaknya faktor sebagai sumbu datar untuk menentukan banyaknya faktor yang bisa diekstrak.(Supranto,2010)
2.6.9 Faktor Rotasi (Rotated Factor Loading)
Faktor rotasi menunjukkan korelasi antara variabel yang diperkirakan dari matriks faktor.Dalam rotasi faktor dikenal dua jenis rotasi, yaitu rotasi orthogonal dan rotasi oblique. Dalam rotasi orthogonal variabel – variabel diekstraksi sedemikian rupa, sehingga variabel – variabel tersebut independent satu sama lain, dengan melakukan rotasi tegak lurus. Sedangkan pada oblique tidak perlu melakukan rotasi tegak lurus.(Santoso,2010)
Metode rotasi dengan orthogonal yang banyak dipergunakan yaitu varimaxrotation.Prosedur ini digunakan untuk meminumkan (membuat sedikit
mungkin) banyaknya variabel dengan muatan tinggi (high loading) pada satu faktor. (Supranto,2010)
2.6.10 Residuals
Residuals merupakan perbedaan antara korelasi yang terobservasi berdasarkan input correlation matriks dan korelasi hasil reproduksi yang diperkirakan dari matriks faktor. Dengan kriteria nilai residual lebih besar dari 0,05 menyatakan ketetapan model analisis faktor tidak tepat dan sebaliknya.(Supranto,2010)
2.7 Deskripsi Variabel 2.7.1 Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding – dinding arteri darah tersebut di pompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah merupakan gaya yang diberikan darah pada dinding pembuluh darah. Tekanan ini bervariasi sesuai pembuluh darah terkait dan denyut jantung.(Kaplan, 1998, dalam Sugiharto,2007)
Pada pengukuran tekanan darah di kenal dua istilah, yaitu tekanan darah sistolik dan diastolik.Tekanan darah sistolik (angka yang di atas) menunjukkan besarnya tekanan di arteri – arteri (pembuluh nadi) ketika otot jantung yang berkontraksi dan memompa darah ke dalamnya.Tekanan darah diastolik (angka yang di bawah) menunjukkan besarnya tekanan di arteri – arteriketika otot jantung relaks setelah berkontraksi. (AS, 2010)
2.7.2 Definisi Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)
Hipertensi adalah desakan darah yang berlebihan dan hampir konstan pada arteri (pembuluh nadi).Hipertensi juga disebut dengan tekanan darah tinggi, dimana tekanan tersebut dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah
sehingga hipertensi ini berkaitan dengan tekanan sistolik dan tekanan diastolik. (Gunawan, 2001, dalam Sugiharto,2007)
Ketika jantung memompa darah melewati arteri, darah menekan dinding pembuluh darah.Mereka yang menderita hipertensi mempunyai tinggi tekanan darah yang tidak normal.Penyempitan pembuluh nadi (aterosklerosis) merupakan gejala awal yang umum terjadi pada hipertensi.Karena arteri-arteri terhalang lempengan kolesterol dalam aterosklerosis, sirkulasi darah melewati pembuluh darah menjadi sulit.Ketika arteri-arteri mengeras dan mengerut dalam aterosklerosis, darah memaksa melewati jalam yang sempit itu, sebagai hasilnya tekanan darah menjadi tinggi. (Wirakusumah, 2002, dalam Sugiharto,2007)
Tingginya tekanan sistolikberhubungan dengan besarnya curah jantung sedangkan tingginya tekanan diastolik berhubungan dengan besarnya resistensi perifer atau hambatan pembuluh perifer dapat meningkatkan tekanan darah (Prodjosudjadi, W, 2000 dalam Rasmaliah,2005)
2.7.3 Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah
Berikut ini adalah klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa berdasarkan JNC-VII (The Joint National Committee On Prevention, Detection Evaluation, and Treatment Of High Blood Pressure (JNC 7) ditunjukkan pada tabel 2.1 berikut :
Tabel 2.1 klasifikasi Tekanan Darah
Klasifikasi Hipertensi TDS*(mmHg) TDD**(mmHg)
Normal < 120 < 80
Pre-hipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99
Hipertensi derajat 2 160 100
*TDS, Tekanan Darah Sistolik **TDD, Tekanan darah Diastolik Sumber : Sarasaty,2011
2.7.4 Definisi Variabel Penelitian 1. Usia
Pertambahan umur seseorang mengakibatkan pengaturan metabolisme zat kapur (kalsium) mengalami pengendapan di dinding pembuluh darah (arteriosclerosis) yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah.Akibatnya, aliran darah menjadi terganggu sehingga banyak kalsium yang beredar bersama darah.Banyaknya kalsium dalam darah (hypercalcidemia) menyebabkan darah menjadi padat, sehingga tekanan darah menjadi meningkat. (AS, 2010)
2. Jenis Kelamin (Gender)
Jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya hipertensi di mana pria lebih banyak dibandingkan wanita. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibanding wanita. Wanita terlindung dari penyakit cardiovascular sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen (hormon seks wanita) yang yang berperan dalam meningkatkan kadarHigh Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolestrol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses terosklerosis. Namun pada masa premenopause wanita mulai kehilangan hormon astogen sehingga prevalensi hipertensi pada wanita menjadi lebih tinggi. (kumar, et al.,2005, dalam Syukraini,2009)
3. Genetika/keturunan
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga tersebut mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potassium terhadap sodium. Individu dengan orang tua yang hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi daripada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. (Rohaendi, 2008, dalam Syukrainin,2009)
4. Obesitas
Makan yang berlebihan dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas.Obesitas adalah meningkatnya massa tubuh karena jaringan lemak yang berlebihan sehingga meningkatkan kebutuhan metabolik dan konsumsi oksigen secara menyeluruh, akibatnya curah jantung bertambah. (Rasmaliah,2005) Makin besar massa tubuh, makin banyak darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. hal ini dikarenakan penyempitan dan penimbunan lemak disepanjang pembuluh darah. Penyempitan dan penyumbatan lemak ini memacu jantung untuk memompa darah lebih kuat lagi agar dapat memasok kebutuhan darah ke jaringan tubuh.Ini berarti volume darah yang beredar melaluipembuluh darah menjadi meningkat sehingga memberi tekanan lebih besar pada dinding arteri, yang akan menimbulkan terjadinya kenaikan tekanan darah.(AS, 2010)
Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak dapat dilakukan dengan cara mengukur berat badan dengan tinggi badan yang dsebut dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan klasifikasi IMT pada tabel 2.2. Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut: (AS,2010)
Dengan :
IMT = Indeks Massa Tubuh BB= Berat badan (kg) TB = Tinggi Badan (m)
Tabel 2.2 Klasifikasi IMT (Indeks Massa Tubuh) Klasifikasi IMT (kg/m) Kurus I < 17 Kurus II 17 – 18,5 Normal 18,5 – 25 Obesitas I 25 – 27 Obesitas II 27
Sumber : Dit. Gizi RI, Jakarta 1994
5. Stres
Stres dapat meningkatkan aktivitas saraf simpatik yang mengatur fungsi saraf dan hormon, sehingga dapat meningkatkan denyut jantung, menyempitkan pembuluh darah dan meningkatkan retensi air dan garam.Di samping itu juga stres dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan menaik.(AS, 2010)Penentuan tingkat stres dapat dikelompokkan menggunakan kriteria HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale)
6. Meminum Alkohol
Alkohol dapat merusak fungsi saraf pusat maupun tepi. Apabila saraf simpatis akan mengalami gangguan, maka pegaturan tekanan darah akan mengalami gangguan pula. Pada seseorang yang sering mimum minuman dengan kadar alkohol tinggi, tekanan darah mudah berubah dan cenderung meningkat tinggi. Alkohol juga bisa meninngkatkan keasaman darah.Darah menjadi lebih kental.Kekentalan darah ini memaksa jantung memompa darah lebih kuat lagi, agar darah dapat sampai ke jaringan yang membutuhkan dengan cukup.Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan darah. (AS, 2010)
7. Merokok
Rokok menyebabkan peningkatan denyut jantung, tekanan darah dan juga menyebabkan pengapuran sehinggga volume plasma sarah berkurang karena tercemar nikotin, akibatnya viskositas (tingkat kekentalan suatu zat cair) darah meningkat sehingga timbul hipertensi. (Dekker, E, 1996 dalam Rasmaliah,2005)
Selain itu juga, nikotin dan karbonmonoksida yang diisap melalui rokok, yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses aterosklerosis dan hipertensi. (Nurkhalida,2003, dalam Sugiharto,2007)
8. Komplikasi Penyakit Lain
Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu apabila tekanan darah > 130 mmHg atau kenaikan tekanan darah yang mendadak tinggi.Komplikasi dapat berupa terganggunya fungsi atau kerusakan berbagai organ tubuh, ini disebut istilah target hipertensi yaitu kerusakan pada otak, jantung, ginjal, dan mata.Komplikasi yang sering timbul adalah penyakit jantung koroner, gagal jantung yang ditandai dengan sesak nafas dan pembengkakan pada tungkai.Selain itu kerusakan pembuluh darah otak dan gagal ginjal. (Rasmaliah,2005)
9. Konsumsi Kafein
Kafein merupakan senyawa kimia dalam daun, biji, dan buah-buahan lebih dari 63 spesies tanaman, tetapi paling sering berasal dari kopi dan kakao, kacang cola, dan daun teh. Tapi kopi bukanlah satu-satunya sumber kafein, cola mengandung 45 mg, teh hijau memiliki 30 mg, satu ons coklat memiliki 20 mg, dan bahkan Anacin mengandung 65 mg untuk dua tablet.(Rubin A.L.,2007)
Kafein dapat memacu kerja jantung dalam memompa darah.Peningkatan tekanan dari jantung ini juga diteruskan pada arteri,
sehingga tekanan darah menjadi meningkat.Selain itu, kafein mempunyai sifat antagonis endogenus adenosin, sehingga dapat menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan resistensi pembuluh darah tepi. Namun dosis yang digunakan dapat mempengaruhi efek peningkatan tekanan darah.(AS, 2010)
2.8 Uji Pengolahan Data 2.8.4 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat – tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument.Validitas menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Dikatakan validitas apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang di teliti secara tepat.(Arikunto,2010)
Teknik yang digunakan untuk menguji validitas adalah berdasarkan rumus Koefosien product moment pearson, yaitu:
Dengan :
= Koefisien korelasi product moment pearson = Nilai dari item
= Nilai dati total item
= Banyaknya responden atau sampel penelitian Hipotesis untuk signifikansi adalah
H0 = Variabel tidak valid H1 = Variabel valid
Validitas dapat diukur dengan membandingkan r hitung dengan r tabel. Kriteria penilaian uji validitas adalah :
a. Apabila r hitung > r tabel (pada taraf signifikansi 5% atau 1%), maka dapat dikatakan butir pertanyaan tersebut valid
b. Apabila r hitung r tabel (pada taraf signifikansi 5% atau 1%), maka dapat dikatakan butir pertanyaan tersebut tidak valid
2.8.5 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah suatu indeks yang menunjukkan sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data. Hasil pengukuran dapat dipercaya atau reliabel hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai alpha cronbach 0.60.
Hipotesis untuk signifikansi adalah H0 = Hasil pengukuran tidak reliabilitas H1 = Hasil pengukuran reliabilitas
Cara yang digunakan untuk menguji reliabilitas adalah dengan rumus koefisien Alpha Cronbach, sebagai berikut : (Arikunto,2010)
Dengan :
Nilai (koefisien) Alpha Cronbach Banyaknya variabel penelitian = Jumlah varians variabel penelitian