• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab disabilitas dengan prevalensi seumur hidup berkisar antara 0,5-

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. penyebab disabilitas dengan prevalensi seumur hidup berkisar antara 0,5-"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Skizofrenia merupakan gangguan psikiatrik berat, sangat destruktif, penyebab disabilitas dengan prevalensi seumur hidup berkisar antara 0,5-1% (Stefansson et al., 2002; Li, Collier dan He, 2006; Mc Grath et al., 2009; Nieratschker, Nothen dan Rietscel, 2010).

Menurut studi The Epidemiological Catchment Area yang disponsori oleh National Institute of Mental Health prevalensi seumur hidup skizofrenia berkisar antara 0,6-1,9 %, dan menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV Text Revised (DSM-IV-TR) insidens tahunan skizofrenia berkisar antara 0,5-5,0 per 10.000 dengan beberapa variasi geografis (Fatemi, 2008; Sadock dan Sadock, 2007).

Meskipun banyak penelitian terhadap gangguan ini, aspek dari etiologi dan patofisiologinya sampai saat ini masih sedikit dipahami (Mc Grath et al., 2009; Tamminga, 2009; Nieratschker, Nothen dan Rietscel, 2010; Jones dan Buckley, 2006; Tamminga, 2003). Namun demikian pertimbangan terhadap kontribusi genetik pada gangguan ini sendiri telah dikenal dengan baik. Dari berbagai studi keluarga mengemukakan peran genetik dengan heritabilitas mencapai 70-85% (Mc Grath et al., 2009; Braff dan Freedman, 2002; Cannon dan Keller, 2006) dan pada keluarga derajat pertama memiliki peningkatan risiko 5-10 kali lebih tinggi untuk

(2)

Kebanyakan individu yang terlibat mungkin mempunyai beberapa kombinasi dari variasi alel dalam variasi gen. Terdapatnya predisposisi alel tersebut tidak cukup untuk menimbulkan manifesnya penyakit, namun mempunyai kontribusi dalam pewarisan sifat (Volk dan Lewis, 2008).

Meta-analisis dari genome-wide linkage menemukan sejumlah loki kromosom yang berhubungan dengan skizofrenia: 2p, 6p, 8p, 13q, dan 22q. Sejumlah loki ini mengandung gen-gen yang mengatur fungsi neurobiologik, mengatur sistem molekuler, seperti neuregulin (NRG1), dysbindin (DTNBP1), G72, suatu regulator dari G protein signaling 4 (RGS4), catechol-O–methyl transferase (COMT), proline dehydrogenase (PRODH), metabotropic glutamate receptor 3 (GRM3), protein kinase AKT1 dan disrupted-in-schizophrenia 1 (DISC1) (Volk dan Lewis, 2008; Owen, Craddock dan O’Donovan, 2009; Riley dan Kendle, 2006).

Penelitian yang dilakukan oleh Stefansson dan kawan-kawan awalnya mengidentifikasi NRG1 sebagai suatu gen yang bertanggung jawab untuk skizofrenia pada populasi Iceland (Stefansson et al., 2003; Stefansson et al., 2002). Studi-studi asosiasi dan keterpautan pada populasi etnik yang berbeda menyatakan NRG1 pada lokus 8p sebagai kandidat gen yang berpengaruh untuk skizofrenia (Sei et al., 2007). Lebih dari sepuluh studi-studi kasus kontrol dan lebih dari lima family-based association studies menunjukkan bukti yang positif pada hubungan ini (Buxbaum et al., 2008). Namun mekanisme pasti pengaruh kontribusi NRG1 terhadap skizofrenia masih belum diketahui (Sei et al., 2007).

(3)

Pada laporan asli asosiasi skizofrenia pada populasi Iceland, Stefansson dan kawan-kawan mengidentifikasi suatu “core at-risk haplotype” yang terdiri dari 5 SNP (SNP8NRG221132, SNP8NRG221533, SNP8NRG241930, SNP8NRG243177 dan SNP8NRG433E1006). Studi-studi lanjutan terpisah pada populasi Scottish, Irish, United Kingdom, Dutch mengkonfirmasi asosiasi genetik antara skizofrenia dan NRG1 dengan penanda pada inti haplotype yang sama (Law et al., 2006).

Gen Neuregulin 1 menunjukkan perbedaan populasi pada alel dan frekuensi haplotype (Wang et al., 2009; Corvin et al., 2004). Studi terhadap populasi Asia Timur (khususnya Cina, Jepang dan Korea) menunjukkan hasil yang inkonsisten dalam penemuan asosiasi antara skizofrenia dan SNP8NRG433E1006 dan polimorfisme yang lain. Bahkan dengan populasi Cina yang lain hasilnya berbeda (Li, Collier dan He, 2006; Munafo et al., 2006; Wang et al., 2009; Munafo, Attwood dan Flint, 2007).

Di Sumatera Utara, berdasarkan daftar kunjungan pasien ke Badan Layanan Umum Daerah Rumah Sakit Jiwa (BLUD RSJ) Propinsi Sumatera Utara, kunjungan ke poliklinik jiwa rata-rata 52 orang per hari. Prevalensi skizofrenia pada suku Batak di BLUD RSJ Propinsi Sumatera Utara sebanyak 60 % (BLUD RS Jiwa Provinsi Sumatera Utara, 2012).

Suku Batak adalah kelompok masyarakat yang dikenal sebagai orang Indonesia, dengan penampilan fisiknya yang mudah dibedakan dengan orang kulit putih (Kaukasoid) dan orang kulit hitam (Negroid),

(4)

adat istiadat terutama yang berdomisili di Wilayah Sumatera Utara (Simanjuntak, 2006).

Suku Batak dipilih karena selain prevalensi kunjungan ke poliklinik BLUD RSJ Pemprovsu paling tinggi, kemurnian suku paling terjaga, karena adanya adat istiadat yang kuat untuk tetap mempertahankan kemurnian suku dengan menikah juga dengan suku Batak.

Peneliti memilih untuk memeriksa NRG1 di antara gen-gen yang berpengaruh terhadap skizofrenia berdasarkan bukti kekuatan yang paling menonjol baik di bidang asosiasi dengan skizofrenia, keterpautan dengan lokus gen, biologic plausibility dan ekspresi yang berubah pada skizofrenia. SNP8NRG433E1006 dipilih berdasarkan kemampulaksanaan dalam pemeriksaan SNP tersebut.

Penelitian tentang NRG1, baik imunoreaktivitas NRG1 serum maupun SNP8NRG433E1006 gen NRG1 pada bangsa Indonesia, khususnya suku Batak belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu perlu diketahui nilai imunoreaktivitas NRG1 serum dan SNP8NRG433E1006 gen NRG1 pasien skizofrenia di Indonesia khususnya suku Batak.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang sudah diuraikan dan penelusuran kepustakaan, dapat dirumuskan masalah yang dituangkan sebagai pertanyaan penelitian berikut: Apakah ada perbedaan imunoreaktivitas NRG1 serum dan SNP8NRG433E1006 gen NRG1 antara

(5)

suku Batak yang menderita skizofrenia paranoid dengan suku Batak yang tidak menderita gangguan jiwa?

1.3. Hipotesis Penelitian

Terdapat perbedaan imunoreaktivitas NRG1 serum antara suku Batak yang menderita skizofrenia paranoid dengan suku Batak yang tidak menderita gangguan jiwa.

Terdapat perbedaan SNP8NRG433E1006 gen NRG1 antara suku Batak yang menderita skizofrenia paranoid dengan suku Batak yang tidak menderita gangguan jiwa.

1.4. Tujuan Penelitian 1.4.1. Tujuan umum

Untuk mengetahui perbedaan imunoreaktivitas NRG1 serum dan SNP8NRG433E1006 gen NRG1 antara suku Batak yang menderita skizofrenia paranoid dengan suku Batak yang tidak menderita gangguan jiwa.

1.4.2. Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik suku Batak yang menderita skizofrenia paranoid (usia, durasi penyakit, dosis dan jenis antipsikotika yang digunakan, faktor endogen dan stresor psikososial)

2. Untuk mengetahui imunoreaktivitas NRG1 serum pada suku Batak yang menderita skizofrenia paranoid dan pada suku Batak yang tidak menderita gangguan jiwa.

(6)

3. Untuk mengetahui perbedaan imunoreaktivitas NRG1 serum pada suku Batak yang menderita skizofrenia paranoid dengan suku Batak yang tidak menderita gangguan jiwa

4. Untuk mengetahui korelasi usia, awitan, durasi penyakit, dosis antipsikotika dengan imunoreaktivitas NRG1 serum

5. Untuk mengetahui distribusi frekuensi SNP8NRG433E1006 gen NRG1 pada suku Batak yang menderita skizofrenia paranoid.

6. Untuk mengetahui distribusi frekuensi SNP8NRG433E1006 gen NRG1 pada suku Batak yang tidak menderita gangguan jiwa.

7. Untuk mengetahui hubungan SNP8NRG433E1006 gen NRG1 dan besar risiko timbulnya skizofrenia paranoid pada suku Batak.

8. Untuk mengetahui hubungan SNP8NRG433E1006 gen NRG1 dengan imunoreaktivitas NRG1 serum pada suku Batak yang menderita skizofrenia paranoid.

9. Untuk mengetahui hubungan SNP8NRG433E1006 gen NRG1 dengan imunoreaktivitas NRG1 serum pada suku Batak yang tidak menderita gangguan jiwa.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Manfaat teoritis

1. Mendapatkan nilai imunoreaktivitas NRG1 serum sebagai salah satu faktor kerentanan timbulnya skizofrenia paranoid pada suku Batak 2. Dengan mendapatkan frekuensi SNP8NRG433E1006 gen NRG1 pada

pasien skizofrenia suku Batak dapat diketahui faktor predisposisi segi genetik terjadinya skizofrenia paranoid.

(7)

1.5.2. Manfaat praktis (terapan)

1. Dapat digunakan sebagai metode screening untuk keluarga yang mempunyai riwayat keluarga skizofrenia paranoid.

2. Memanfaatkan metode biologi molekuler pada konsul genetika untuk tindakan preventif terjadinya skizofrenia pada suku Batak.

1.6. Orisinalitas

Penelitian tentang imunoreaktivitas NRG1 serum dan SNP8NRG433E1006 gen NRG1 pada bangsa Indonesia, khususnya suku Batak belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu, penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan sebuah hak atas kekayaan intelektual berupa penemuan informasi baru yang menyajikan imunoreaktivitas NRG1 serum dan SNP8NRG433E1006 gen NRG1 pada suku Batak baik pada suku Batak yang menderita skizofrenia paranoid dengan suku Batak yang tidak menderita gangguan jiwa.

1.7. Potensi Hak Atas Kekayaan Intelektual

1. Diketahuinya nilai imunoreaktivitas NRG1 serum pada suku Batak yang menderita skizofrenia paranoid dan suku Batak yang tidak menderita gangguan jiwa.

2. Ditemukannya distribusi frekuensi SNP8NRG433E1006 gen NRG1 pada suku Batak yang menderita skizofrenia paranoid.

3. Ditemukannya distribusi frekuensi SNP8NRG433E1006 gen NRG1 pada populasi suku Batak yang tidak menderita gangguan jiwa.

Referensi

Dokumen terkait

mengenai teknik yang dipakai pada tubektomi serta anatomi tubuh manusia. Terangkan mengenai mengenai teknik teknik yang yang dipakai dipakai

Variabel yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut sebagai variabel independen dan kejadian karies gigi pada anak

[r]

Hal tersebut diperkuat dengan pendapat kepala madrasah bahwa kegiatan pembiasaan yang digunakan madrasah untuk melakukan pendidikan nilai nasionalisme

Etika (ilmu akhlak) bersifat teoritis sementara moral, susila, akhlak lebih bersifat praktis. Artinya moral itu berbicara soal mana yang baik dan mana yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) konsep pendidikan karakter yang dikembangkan di SMP Islam Al-Azhar 18 Kota Salatiga adalah berkonsep kepada nilai dan ajaran

Kembali ke soal Demokrasi Terpimpin, kalau Muhammadiyah berpikirnya politis, tentu dalam pengertian “murahan” yang berkonotasi politik kekuasaan, sekadar untuk memperoleh

ceramah sebagai metode utama dan sering dilakukan. Gaya mengajar guru yang sering digunakan oleh guru di SMP Negeri 8 Palu adalah gaya mengajar klasik. Gaya mengajar ini