• Tidak ada hasil yang ditemukan

APLIKASI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VIIE SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "APLIKASI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VIIE SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008."

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK

BAHASAN EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VIIE SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Pendidikan Biologi

Oleh:

RINA NUR HIDAYATI A 420 030 035

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

APLIKASI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK

BAHASAN EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VIIE SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008

Dipersiapkan dan disusun oleh :

RINA NUR HIDAYATI A 420 030 035

Telah disetujui oleh konsultan untuk dipertahankan di hadapan

Dewan Penguji Skripsi

Pembimbing I Pembimbing II

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

APLIKASI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK

BAHASAN EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VIIE SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

RINA NUR HIDAYATI A 420 030 035

Telah dipertahankan di Dewan Penguji Pada Tanggal, 09 Juli 2008 Dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan penguji

1. Dra. Djumadi, M.Kes (……….)

2. Drs. Sumanto (……….)

3. Drs. H. Sofyan Anif, M.Si. (……….)

Surakarta, ...Juli 2008

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Dekan

(4)

PERNYATAAN

Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat

karya yang pernah di ajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara

tertulis diacu dalam naskah dan disebutkannya dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidak benaran

dalam pernyataan saya diatas, maka saya akan bertanggungjawab sepenuhnya.

Surakarta, 9 juli 2008

(5)

M OTTO

Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu,sesungguhnya Allah

besert a orang-orang yang sabar”

( Qs. Al-Baqarah : 153)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka apabila kamu telah

selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain dan hanya kepada Tuhanmu hendaknya kamu berharap”

( Qs.Al-I nsyirah : 6 - 8)

“Yakinlah dibalik kegagalan ada rahasia Allah yang amat indah”

(Penulis)

“Hidup adalah untuk mempersembahkan yang terbaik, bermakna bagi dunia dan

berarti bagi akhirat nanti”

(6)

PERSEMBAHAN

Rasa syukur yang tiada terhingga kami curahkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat

dan karunia yang telah diberikan-Nya. Engkaulah sang maha pencipta alam semesta dan

segala isinya. Engkaulah tempat memohon beraneka pinta, dan Engkau adalah tempat

berlindung dari segala marabahaya..

Dengan segala kerendahan hati yang penuh rasa hormat dan sayang yang tulus

kupersembahkan karya ini unt uk :

Pemilik cinta yang sejati I bu dan Bapak yang selalu memberikan segalanya

unt uk kehidupan dan keberhasilan anak -anaknya.

Suamiku :

Arif Priyanto

Buah H atiku :

Z askhia Arfina Putri Priyanto

Saudara-Saudaraku :

Vera nurul Rachmawati

Rully I ndah Setyowati

Keponakanku :

SAF. Reva Satria Nugraha

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr,wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran allah Swt, yang

telah melimpahkan berbagai kenikmatan terutama kenikmatan waktu dan

kesempatan sehingga atas izin dan kuasa skripsi yang berjudul “APLIKASI

PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN EKOSISTEM PADA SISWA

KELAS VII E SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN

2007/2008”. Dapat diselesaikan penyusun skripsi merupakan salah satu syarat

untuk menempuh ujian sarjana pada jurusan Biologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Muhammadiyah surakarta.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan,

bantuan, saran, dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Drs. H Sofyan Anif, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang telah memberikan

ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

2. Dra. Tuti Rahayu, M. Pd, selaku ketua Jurusan Biologi Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang telah menunjuk

(8)

3. Drs.Djumadi, M.Kes, selaku pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan, masukan, dan pengalaman yang sangat berarti.

4. Drs. Sumanto, selaku pembimbing II yang dengan kesabarannya dan

keikhlasan membimbing dan memberikan arahan hingga terselesaikannya

skripsi ini.

5. Drs. H Sofyan Anif. M.Si, selaku penguji yang telah bersedia menguji dan

memberikan saran serta masukan terhadap skripsi ini.

6. Bapak atau Ibu Dosen FKIP Jurusan Biologi yang selama ini telah

memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.

7. Drs.Saifudin, selaku kepala sekolah SMP Muhammadiyah 5 Surakarta yang

telah memberikan ijin kepada peneliti untuk menggadakan penelitian.

8. Bapak Parwanto S.Pd, selaku guru kelas yang telah membimbing penulis

dalam melaksanakan penelitian.

9. Teman seperjuanganku Lala, Rini, Septi, Ika, Hijrah, Sutopo dan seluruh

kawan-kawan yang tak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih banyak

kawanku karena kaulah aku dapat tersenyum, sharring, debat, bertukar

pengalaman, penyemangat dan membantu penulis beraktivitas.

10.Keluarga Rumah coklat;mbak yuki, Budhe, Vita, Upik, Irma, Iwul. Semoga

semua budi baik itu di balas Allah Swt dengan karunia yang lebih besar,

(9)

Akhir kata penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat

bermanfaat untuk berbagai pihak, baik itu para mahasiswa jurusan Biologi,

khususnya kelas A.

Wassalamu’alaikum wr, wb……..

Surakarta, 9 Juli 2008

RINA NUR HIDAYATI

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ………. iv

HALAMAN MOTTO ………... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

ABSTRAK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah... 6

1.Subyek Penelitian ……… 6

2.Obyek Penelitian ………. 6

C. Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

(11)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif ... 8

B. Model Pembelajaran Biologi... 10

C. Model Problem Posing ... 11

D. Belajar ... 14

E. Hasil Belajar ... 16

F. Penelitian Tindakan Kelas ... 17

G. Kerangka Pemikiran ... 20

H. Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

B. Variabel Penelitian... 22

C. Prosedur Penelitian... 22

D. Teknik Pengumpulan Data... 24

E. Teknik Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Tempat Penelitian... 28

B. Pelaksanaan Eksperimentasi Pembelajaran dengan Problem Posing... 32

C. Hasil Penelitian ... 35

(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 46

B. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Penyebab Masalah... 31

2. Gambaran Hasil Belajar dengan Pembelajaran Problem Posing ... 36

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pemikiran... 21

2. Langkah- langkah Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ... 23

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Pengembangan Silabus

2. Rencana Pembelajaran

3. Soal Post tes dan Jawaban

4. Daftar Sampel Penelitian

5. Data Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Tiap Siklus

6. Data Hasil Belajar Siswa pada Tiap Post Tes

7. Manual Perhitungan Stastistik

8. Analisis Regresi Empat Variabel

9. Perhitungan Persamaan Garis Regresi

10.Penilaian Ranah Afektif pada Pembelajaran dengan Metode Problem

Posing

11.Tabulasi Penilaian Ranah Afektif

12.Catatan Lapangan

(16)

APLIKASI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK

BAHASAN EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VII E SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008

Rina Nur Hidayati, A 420 030 035, Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2008. 48 halaman.

ABSTRAK

Pembelajaran Biologi diarahkan pada kegiatan yang dapat mendorong siswa belajar secara aktif sehingga dapat memahami konsep dengan baik. Karena itu pembelajaran biologi hendaknya menggunakan metode yang dapat membuat siswa banyak beraktivitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan problem posing pada siswa kelas VIIE semester II SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008. Penelitian ini mengambil lokasi di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta. Data hasil belajar Biologi diambil dengan menggunakan tes, observasi baik dengan lembar penelitian maupun catatan lapangan dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, karena menggunakan uji statistik yaitu regresi linier. Hasil analisis menunjukkan bahwa pembelajaran dengan strategi Problem Posing dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada siswa kelas VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta tahun ajaran 2007/2008. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar post test I (67,69) yang menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan nilai awal (55,90), kemudian rata-rata hasil belajar post test II (71,03) menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan hasil post test I (67,69), dan hasil belajar post test III lebih meningkat dengan mencapai rata-rata sebesar 74,62. Peningkatan hasil belajar ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode Problem Posing pokok bahasan ekosistem efektif dalam meningkatkan hasil belajar biologi siswa

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menuntut sumber

daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia juga

merupakan syarat untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana

untuk meningkatkan sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan yang

berkualitas. Sebagai faktor penentu keberhasilan pembangunan, maka kualitas

sumber daya manusia harus ditingkatkan melalui berbagai program

pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan terarah berdasarkan

kepentingan yang mengacu pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Mutu dan relevansi pendidikan pada pendidikan tingkat menengah di

Indonesia pada umumnya sangat memprihatinkan. Hal ini nampak pada

rendahnya prestasi akademik, daya kreatifitas dan sikap kemandirian siswa.

Di lain pihak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut

peningkatan mutu sumber daya manusia yang siap menghadapi kemungkinan

masa akan datang, dalam hal ini lembaga pendidikanlah yang memegang

peranan utama. Tugas dan peranan guru sebagai pendidik profesional

sesungguhnya sangat kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya

interaksi edukatif di dalam kelas, yang lazim disebut pembelajaran.

Dalam pembelajaran biologi terdapat interaksi antara guru dengan

murid, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik. Biologi sebagai

(18)

belajar yang dicapai untuk mata pelajaran biologi ini masih tergolong rendah.

Padahal sudah banyak usaha yang dilakukan guru dan sekolah supaya prestasi

belajar biologi dapat meningkat lebih baik.

Pada pembelajaran biologi seringkali siswa merasa kesulitan

memahami pelajaran yang diberikan guru, siswa kurang antusias untuk

mengikuti pelajaran biologi bahkan menjadikan biologi sebagai mata

pelajaran yang paling menakutkan bagi mereka. Hal ini terjadi karena sampai

saat ini masih banyak guru biologi menggunakan metode pembelajaran yang

disebut metode konvensional, yaitu guru membacakan atau memberikan

bahan yang disiapkannya sedangkan siswa mendengarkan, mencatat dengan

teliti dan mencoba menyelesaikan soal sebagai mana yang dicontohkan oleh

guru. Hal tersebut menjadikan siswa pasif. Dalam pembelajaran biologi

seharusnya siswa haruslah aktif belajar sehingga mempunyai kemampuan

untuk mengembangkan kreatifitasnya serta lebih dapat memahami pelajaran

dan terampil dalam menyelesaikan permasalahan biologi. Oleh sebab itu guru

hendaknya mampu memilih dan menerapkan model pembelajaran yang

mampu merangsang siswa lebih aktif dalam belajar serta meningkatkan

kemampuan siswa dalam memahami pelajaran. Kegiatan pembelajaran tidak

lain ialah pelaksanaan proses menterjemahkan dan mentransformasikan

nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum kepada para siswa melalui interaksi

belajar mengajar (Nana Sudjana, 1995 : 13).

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu penelitian yang akar

(19)

langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada

anggapan bahwa permasalahan dalam penelitian tindakan kelas muncul dari

lamunan peneliti. Dalam PTK peneliti atau guru dapat melihat sendiri praktik

pembelajaran atau bersama guru lain peneliti dapat melakukan penelitian

terhadap siswa dilihat dari aspek interaksinya dalam proses pembelajaran.

Dalam PTK, guru secara reflektif dapat menganalisis, mensintesis, terhadap

apa yang telah dilakukan di kelas. Dalam hal ini berarti dengan melakukan

PTK, pendidik dapat memperbaiki praktik-praktik pembelajaran sehingga

menjadi lebih efektif (Supardi, 2006).

Dalam pemilihan dan penerapan model pembelajaran guru tidak boleh

hanya menggunakan satu model saja. Salah satu model pembelajaran yang

dikenal adalah pembelajaran kooperatif, yaitu pendekatan pembelajaran yang

berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam

memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Cara

menerapkan pembelajaran kooperatif yaitu menggunakan; (1) Metode Student

Teams Achievement Divisions (para guru menggunakan metode ini untuk

mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu baik

melalui penyajian verbal maupun tertulis), (2) Metode jigsaw (melalui

metode ini kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5

atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen), (3) Metode Group

Investigation (metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang

baik dalam berkomunikasi maupun keterampilan proses kelompok), (4)

(20)

yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi) (Nurhadi, 2004 :

112). Kelebihan dari pembelajaran kooperatif yaitu; (1) meningkatkan

kemampuan siswa; (2) meningkatkan rasa percaya diri; (3) menumbuhkan

keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian; (4) memperbaiki

hubungan antar kelompok. Adapun kekurangan pembelajaran kooperatif

yaitu; (1) memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakan; (2) bila

terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya buruk; (3) bila ada siswa yang

malas atau ada yang ingin berkuasa dalam kelompok mengakibatkan usaha

kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya ; (4) adanya siswa yang tidak

memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam kelompok belajar

Dalam meningkatkan hasil belajar biologi sebaiknya diarahkan kepada

kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa belajar aktif baik secara fisik,

sosial, maup un psikis dalam memahami konsep. Oleh karena itu dalam proses

pembelajaran biologi hendaknya guru menggunakan metode yang membuat

siswa banyak beraktifitas yaitu dengan problem posing dimana pada

pembelajaran ini siswa diharapkan dapat merumuskan masalah melalui

beberapa fakta sehingga siswa sadar akan adanya suatu masalah tersebut

dengan cara mencari informasi baik dari guru, peserta didik, berita-berita dan

lingkungan sekitar, maka siswa akan menjadi terangsang untuk memecahkan

masalah. Dengan demikian banyaknya aktifitas yang dilakukan dapat

menimbulkan antusias siswa dalam belajar sehingga pemahaman konsep

(21)

pembelajaran problem posing ini akan mempengaruhi cara belajar siswa yang

semula cenderung untuk pasif ke arah yang lebih aktif.

SMP Muhammadiyah 5 Surakarta, merupakan salah satu sekolah

swasta yang mempunyai masukan siswa yang memiliki prestasi belajar yang

bervariasi, karena prestasi belajar yang bervariasi inilah maka peran serta dan

keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar beranekaragam. Menurut

hasil pengamatan yang dilakukan peneliti melalui observasi kelas dan

wawancara dengan guru mata pelajaran biologi pada tahun 2007/2008

menunjukkan bahwa hasil belajar biologi siswa kurang optimal. Asumsi dasar

yang menyebabkan hasil belajar biologi siswa kurang optimal adalah

pemilihan metode pembelajaran dan kurangnya peran serta keaktifan siswa

dalam KMB.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu

metode pembelajaran yang salah satunya dikenal dengan metode problem

posing. Melalui pemilihan metode pembelajaran tersebut diharapkan sumber

informasi yang diterima siswa dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan

siswa dalam mempelajari dan menelaah ilmu. Penerapan model pembelajaran

problem posing untuk mata pelajaran biologi di SMP Muhammadiyah 5

Surakarta diharapkan lebih efektif, karena siswa akan belajar lebih aktif

dalam berpikir dan memahami materi secara berkelompok. Selain itu, siswa

dapat lebih mudah menyerap materi pelajaran, serta kema tangan pemahaman

(22)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan judul

penelitian sebagai berikut : “APLIKASI PEMBELAJARAN PROBLEM

POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI

POKOK BAHASAN EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VII E SMP

MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008”.

B. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas ternyata permasalahan yang ada masih

luas sehingga perlu diadakan pembatasan sebagai berikut :

1. Obyek penelitian

Semua siswa kelas VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun

Ajaran 2007/2008.

2. Subyek penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah aplikasi pembelajaran Problem

Posing dalam meningkatkan hasil belajar biologi.

3. Hasil belajar, merupakan hasil belajar akhir dari suatu proses belajar

mengajar dapat ditunjukkan dengan dua aspek yaitu kognitif dan afektif .

C. Perumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah aplikasi pembelajaran problem

(23)

pada siswa kelas VII E SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajaran

2007/2008?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui aplikasi pembelajaran

problem posing dalam meningkatkan hasil belajar biologi pokok bahasan

ekosistem pada siswa kelas VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun

Ajaran 2007/2008.

E. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut :

1. Bagi peneliti : penelitian ini dapat memberikan gambaran dan

pengetahuan dalam penerapan problem posing pada pelajaran biologi.

2. Bagi guru biologi, semoga penelitian ini dapat memberikan kontribusi

dalam inovasi pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

3. Bagi kepala sekolah, penelitian ini dapat digunakan untuk menyarankan

kepada guru-guru di sekolahnya bahwa model problem posing dapat

digunakan sebagai alterna tif dalam upaya mengaktifkan siswa dalam

belajar.

4. Bagi peneliti yang lain, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

acuan untuk pengembangan model pembelajaran dalam rangka

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah pendekatan

pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa

untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk

mencapai tujuan belajar ( Nurhadi,2004:112).

Model cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar

dalam kelompok. Sistem pengajaran cooperative learning didefinisikan

sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang berstruktur. Ada

unsur-unsur dasar cooperative learning yang membedakannya dengan

pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur

model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik

mengelola kelas dengan lebih efektif (Anita Lie, 2004 : 28).

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar

mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam

bekerja atau membantu diantara sesama, struktur bekerja sama yang

teratur dalam kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih (Hilda

Karlin dan Margaretha, 2002 : 70).

Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif di

dorong dan dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama

dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk penyelesaian

(25)

individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu

pemahaman bersama. Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan

model kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (a) siswa

bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi

belajarnya, (b) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan

tinggi, sedang dan rendah, (c) bilamana mungkin anggota kelompok

berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda, (d)

penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu (Muslimin

Ibrahim, 2000).

Metode mengajar diartikan juga sebagai teknik guru untuk

mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas,

agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh

siswa dengan baik (Roestiyah, 2001 : 1).

Pengalaman belajar secara kooperatif menghasilkan keyakinan

yang lebih kuat bahwa seseorang merasa disukai, diterima oleh siswa

lain, dan menaruh perhatian tentang bagaimana kawannya belajar, dan

ingin membantu kawannya belajar. Siswa sebagai subjek yang belajar

merupakan sumber belajar bagi siswa lainnya yang dapat diwujudkan

dalam berbagai bentuk kegiatan, misalnya diskusi, pemberian umpan

balik, atau bekerja sama dalam melatih keterampilan-keterampilan

tertentu (A. Suhaenah Suparno, 2001 : 156).

Metode pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan

(26)

siswa, (b) meningkatkan rasa percaya diri, (c) menumbuhkan keinginan

untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian, (d) memperbaiki

hubungan antar kelompok ( Anita Lie,2004:32).

Tetapi di samping keunggulan, metode pembelajaran kooperatif

juga memiliki kelemahan yaitu: (a) memerlukan persiapan yang rumit

untuk melaksanakan, (b) bila terjadi persaingan yang negatif maka

hasilnya akan buruk, (c) bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin

berkuasa dalam kelompok mengakibatkan usaha kelompok tidak berjalan

sebagaimana mestinya, (d) adanya siswa yang tidak memanfaatkan waktu

sebaik-baiknya dalam belajar (Robet Slavin,1995).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah proses pembelajaran yang dilakukan

secara bersama-sama atau kelompok supaya memperoleh hasil belajar

yang maksimal dan untuk memecahkan materi pembelajaran dengan

membagi tugas pada masing- masing individu.

B. Model Pembelajaran Biologi

Berhasil atau tidaknya guru sangat ditunjang oleh metode dan

model mengajar yang guru ambil karena pemilihan metode atau model

pembelajaran ini menyangkut strategi dalam pembelajaran. Strategi

pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat

mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator

(27)

Joyce dan Well( J Mandalika dkk,1999 : 158) berpendapat bahwa

model pengajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan

untuk membentuk kurikulum (suatu rencana pengajaran jangka panjang),

merancang bahan-bahan pengajaran dan membimbing pengajaran di

kelas atau yang lain.

Ad Rooijakkers (1991:1 ), mengemukakan bahwa mengajar berarti

menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan. Dalam hal

itu baik murid maupun pengajar harus mengerti bahan yang akan

dibicarakan.Dengan kata lain dalam kegiatan mengajar itu harus terjadi

suatu proses,yaitu proses belajar.

Menurut Darsono dkk (2004:48) menyatakan pembelajaran secara

umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa

sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih

baik.Pembelajaran yang baik menurut Gestalt yaitu usaha untuk

memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih

mudah mengorganisasikan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran adalah suatu cara yang dipakai menyampaikan pelajaran

kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

C. Model Problem Posing

Model pembelajaran ini lebih cenderung pada sekolah aktif yang

artinya siswa mempunyai peran utama dalam proses pembelajaran.

(28)

prinsipnya model pembelajaran problem posing (pengajuan soal atau

penghadapan masalah) adalah model pembelajaran yang mewajibkan

kepada siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih

soal) secara mandiri (Amin Suyitno, 2004 : 2).

Menurut J. Riberu dalam Ad Rooijokker (1991:xxvi- xxvii) dalam

problem posing ini cara pendekatan yang dianjurkan adalah dari

bermacam- macam segi, merumuskan masalah lalu mencari pemecahan

masalah melalui berbagai macam jalan. Garis besar cara pendekatan ini

adalah sebagai berikut:

a. Penyadaran masalah

Pada awal pengajaran berusaha agar peserta didik sadar adanya

suatu masalah. Hal ini ditempuh dengan jalan: 1) Mengemukakan

beberapa fakta yang menonjol sebagai gejala dari suatu masalah, 2)

Memanfaatkan berita-berita, dan 3) Pengumpulan pendapat peserta

didik.

b. Analisa masalah

Kalau peserta didik sudah sadar akan adanya masalah maka

peserta didik dapat diajak untuk menelaah masalah itu lebih lanjut,

yang perlu diperhatikan ialah aspek-aspek masalah, latar belakang

sebab pelaku dan ruang serta waktu sekitar masalah.

c. Perumusan masalah

Sesudah masalah dianalisa umumnya peserta didik mulai

(29)

tentang suatu masalah. Oleh sebab itu ia lebih mampu merumuskan

dengan singkat dan padat apa sebenarnya masalahnya.

d. Pemecahan masalah

Sesudah masalah dianalisa dan dirumuskan mulailah peserta

didik dirangsang untuk mencari pemecahan yang sebaik-baiknya.

Tiap pemecahan ini berlangsung akan muncul cara yang mana yang

paling tepat kekuatan,kelemahan serta kemungkinan penyelesaianya.

e. Perumusan pemecaha n masalah

Sesudah alternatif pemecahan masalah dipilih, peserta didik

dapat merumuskan secara singkat cara pemecahan yang dipilih itu.

Dengan demikian penerapan model pembelajaran problem posing di

SMP sebagai berikut: 1) guru meminta siswa untuk membaca materi,

2) guru meminta siswa untuk menuliskan permasalahan dan siswa

yang bersangkutan harus dapat menyelesainkannya, 3) guru

mengklarifikasikan jawaban dari permasalahan, tugas ini dapat

dilakukan secara kelompok, 4) guru memberikan tugas rumah secara

individual (Amin Suyitno, 2004 : 2).

Pada tahap awal cukup memberikan tugas kepada siswa dalam

model pembelajaran problem posing dengan memilih salah satu cara

sebagai berikut : 1) siswa membuat pertanyaan berdasarkan

pernyataan yang dibuat oleh guru (presolution posing), 2) siswa

memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub-sub pertanyaan

(30)

siswa membuat soal sejenis, seperti yang dibuat oleh guru (Post

Solution Posing)

D. Belajar

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan

dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati,

mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Dalam pengertian lain dapat

diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi

seutuhnya (Sardiman, 2001).

Oemar Hamalik (2001:27), menjelaskan bahwa belajar adalah

modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar

merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau

tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu

yaitu mengamati.

Menurut Fudyartanto (2002:151), belajar adalah usaha sadar dari

individu untuk memahami dan menguasai pengetahuan dan ketrampilan,

sikap-sikap dan nilai-nilai, guna meningkatkan kualitas tingkah lakunya

dalam rangka mengembangkan kepribadiannya.

Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk

memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu

dalam interaksi dengan lingkungan menyangkut kognitif, afektif, dan

psikomotorik (Syaiful Bahri Djamarah, 2000:13).

Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan,

(31)

hayat seseorang. Rasullullah SAW, menyatakan dalam salah satu

haditsnya bahwa manusia harus belajar sejak dari ayunan hingga liang

lahat, para ahli jiwa pendidikan menekankan supaya pembentukan

perilaku yang baik sudah dimulai pada masa kecil, seperti membiasakan

tidur lebih cepat, belajar renang, lari, olahraga, membiasakan agar jangan

meludah ditempat umum, jangan membelakangi dimana ada orang lain,

jangan berdusta, jangan suka bersumpah, baik benar ataupun salah,

menghormati kedua orang tua, menghormati orang yang lebih tua,

menyayangi adik-adik yang berumur di bawahnya (Martinus Yamin,

2006).

Arief S. Sadiman (2002), berpendapat belajar adalah suatu proses

yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur

hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu

pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan

tingkah laku dala m dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut

baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), dan ketrampilan

(psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).

Belajar adalah semata- mata mengumpulkan atau menghafalkan

fakta- fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran.

Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga

ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan

(verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau

(32)

Menurut Gregory A.Kimble adalah bahwa belajar sebagai

perubahan yang relatif permanen dalam potensialitas tingkah laku yang

terjadi sebagai suatu hasil latihan atau praktek yang diperkuat (diberi

hadiah).

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan

bahwa belajar merupakan kegiatan atau aktifitas yang berlangsung dalam

interaksi aktif dengan lingkungan yang dilakukan karena suatu usaha

sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku.

E. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam

belajar (Saifudin Azwar, 2000). Hasil belajar juga merupakan berbagai

kapasitas yang diperoleh siswa sehubungan dengan keikutsertaannya

dalam proses pembelajaran. Disatu sisi hasil belajar merupakan

pencapaian tujuan pengajaran, disisi lain hasil belajar merupakan penggal

dan puncak belajar siswa (Dimyati dan Mudjiono, 1999).

Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern yang

dialami dan dihayati siswa yang berpengaruh terhadap proses belajar

adalah (1) sikap siswa terhadap belajar, (2) motivasi belajar, (3)

konsentrasi belajar, (4) kemampuan mengolah bahan belajar, (5)

kemampuan yang telah tersimpan, (6) kemampuan berprestasi atau unjuk

hasil belajar, (7) rasa percaya diri siswa, intelegensia dan keberhasilan

belajar dan kebiasaan belajar. Sedangkan faktor- faktor ekstern yang

(33)

belajar siswa, (2) sarana dan prasarana belajar, (3) kondisi pembelajaran,

(4) kebijakan penilaian, (5) kurikulum yang diterapkan dan lingkungan

sosial siswa (Dimyati dan Mudjiono, 1999).

Bloom dan kawan-kawan dalam Saifuddin Azwar (2000)

mengembangkan 3 tujuan pendidikan yang berkenaan dengan hasil belajar

yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Masing- masing

ranah tersebut secara berturut-turut berkenaan dengan kemampuan

intelektual keadaan psikis dan ketrampilan psikis dan ketrapilan motorik

peserta didik.

F. Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Kemmis and Mc Taggart (1994), penelitian tindakan

merupakan sebuah inkuiri yang bersifat reflektif mandiri yang dilakukan

oleh partisipan dalam situisi sosial termasuk kependidikan dengan

maksud untuk meningkatkan kemantapan rasionalitas dari a.

praktek-praktek sosial kependidikan, b. pemahaman terhadap praktek-praktek-praktek-praktek

tersebut, c. situasi pelaksanaan praktek-praktek pembelajaran. Instrumen

yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas sangat sejalan dengan

prosedur dan langkah penelitian tindakan kelas itu sendiri. Ditinjau dari

hal tersebut, maka instrument- instrumen ini dapat dikelompokkan

menjadi tiga yaitu; instrument untuk mengobservasi guru (observing

teacher), instrument untuk mengobservasi kelas (observing classroom),

(34)

Penelitian tindakan kelas atau istilah dalam bahasa Inggris adalah

Classroom Action Research (CAR) sudah lebih dari sepuluh tahun yang

lalu dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan. Ada tiga kata

pembentuk pengertian PTK yaitu: (a). penelitian, menunjuk pada suatu

kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan

metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang

bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hasil yang menarik minat

dan penting bagi peneliti. (b). tindakan, menunjuk pada suatu gerak

kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, dalam penelitian

berbentuk rangkaian kegiatan siklus untuk siswa, (c) kelas, dalam hal ini

tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertia n yang

lebih spesifik yaitu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dari

guru yang sama pula. Dalam menggabungkan batasan pengertian tiga

kata tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah

kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru dengan

arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Suharsimi Arikunto, 2006).

Menurut Suhardjono (2006), tujuan utama PTK adalah

memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan

penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah tetapi

sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat

dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. Pada intinya PTK bertujuan

(35)

peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam

interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.

Dalam pelaksanaan PTK terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan

yaitu, sebagai berikut:

1. PTK merupakan penelitian yang mengikutsertakan secara aktif

peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan.

2. Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran dan evaluasi) dilakukan

berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori)

yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam

upaya memecahkan masalah yang terjadi.

3. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran

dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat

dilakukan dalam praktek pembelajaran) (Suharjono,2006:72).

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu penelitian yang

dilakukan secara sistematis terhadap berbagai tindakan yang dilakukan

oleh guru sekaligus peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan

sampai dengan penelitian tindakan secara bersama. Tindakan tersebut

diberikan oleh guru dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh

siswa (Suharsimi Arikunto,2006:93).

Ada beberapa kelebihan dan kelemahan Penelitian Tindakan

(36)

1. Kelebihan

(a) Meningkatkan rasa percaya diri, (b) Menumbuhkan sikap

profesio nal dalam diri guru karena PTK mampu membelajarkan

guru untuk berfikir kritis dan sistematis,mampu membiasakan

membelajarkan guru untuk menulis dan membuat catatan, (c)

Dapat meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas pembelajaran,

(d) Dapat membantu guru dan tenaga kependidikan dalam

memecahkan masalah pembelajaran dalam kelas.

2. Kekurangan

(a) Pemecahan masalah hanya dilakukan di dalam kelas, (b)

Memerlukan waktu yang lama untuk guru melakukan penelitian,

(c) Guru harus melakukan pengamatan diri secara obyektif.

G. Kerangka Pemikiran

Belajar merupakan sebuah aktivitas yang tidak bisa terlepas dari

kehidupan sehari- hari, bahkan menjadi kebutuhan tiap orang dimana

dalam proses belajar ini terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Guru

sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik. Mutu pendidikan yang

tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai,

terbuka, berdemokrasi, dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan

kesejahteraan semua warga Negara Indonesia. Penyempurnaan kurikulum

dilakukan secara responsive terhadap penerapan hak asasi manusia,

(37)

Hasil belajar siswa salah satunya sangat ditentukan oleh pemilihan

model pembelajaran guru. Model pembelajaran yang tepat dan sesuai

dengan materi pelajaran sangat mendukung keberhasilan proses kegiatan

belajar mengajar. Dalam penelitian ini dengan pembelajaran problem

posing yang menekankan siswa untuk aktif dalam mencari, merumuskan

hingga memecahkan masalah secara mandiri.

Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

H. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

“Penggunaan pembelajaran problem posing efektif meningkatkan hasil

belajar biologi pokok bahasan ekosistem pada siswa kelas VII E SMP

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 5

Surakarta kelas VII E Semester II Tahun Ajaran 2007/2008.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2008.

B Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (X) yaitu metode pembelajaran problem posing.

2. Variabel Terikat (Y) yaitu hasil belajar siswa yang meliputi dua

ranah kognitif dan afektif kelas VII E SMP Muhammadiyah 5

Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang bersifat praktis,

situsional, dan kontekstual berdasarkan permasalahan yang muncul

dalam pembelajaran sehari- hari di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta.

Peneliti senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara

dan prosedur yang efektif sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang

berulang-ulang dengan revisi untuk dapat meningkatkan hasil belajar.

(39)

sebagai guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan perencanaan yang

telah dibuat.

Penelitian ini mengacu pada model Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) dan dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Reaserch

(CAR) yang secara singkat dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk

penelitian yang bersifat reflektif dengan alasan melakukan tindakan

tertentu agar dapat meningkatkan kualitas proses belajar di kelas dan

meningkatkan hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari nilai rata-rata

harian siswa.

Langkah- langkah yang ditempuh dalam penelitian tindakan kelas

ini yaitu: (1) observasi dan wawancara, (2) perencanaan tindakan, (3)

pelaksanaan tindakan, (4) evaluasi, (5) refleksi, (6) penyimpulan hasil

berupa pemahaman konsep.

Langkah- langkah penelitian dapat digambarkan dalam siklus

(40)

Gambar 2. Modifikasi dari Kemmis dan Mc Taggart (Sutama, 2006)

D.Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan bahan dan keterangan-keterangan sebagai data

dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut:

1. Dokumentasi

Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk

memperoleh data nilai semester II digunakan untuk mengetahui

kemampuan awal siswa dan nama siswa.

2. Observasi

Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan

mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara

sistematis. Pada penelitian ini metode observasi dilakukan dengan

(41)

fenomena dalam pembelajaran biologi kelas VIIE SMP

Muhammadiyah 5 Surakarta.

3. Metode Problem Posing

Informasi atau data yang hendak diperoleh melalui metode ini

yaitu dari bermacam- macam segi, merumuskan masalah lalu mencari

pemecahan masalah melalui berbagai macam jalan. Dalam

pelaksanaannya melalui beberapa tahapan yaitu:

a. Penyadaran masalah

Pada awal pengajaran berusaha agar peserta didik sadar adanya

suatu masalah. Hal ini ditempuh dengan jalan: mengemukakan

beberapa fakta yang menonjol sebagai gejala dari suatu masalah,

memanfaatkan berita-berita, dan pengumpulan pendapat peserta

didik.

b. Analisa masalah

Kalau peserta didik sudah sadar akan adanya masalah maka ia

dapat diajak untuk menelaah masalah itu lebih lanjut yang perlu,

diperhatikan ialah aspek-aspek masalah, latar belakang sebab

pelaku dan ruang serta waktu sekitar masalah.

c. Perumusan masalah

Sesudah masalah dianalisa umumnya peserta didik mulai

mendapat gambaran yang lebih menyeluruh dan lebih terpadu

(42)

merumuskan dengan singkat dan padat apa sebenarnya

masalahnya.

d. Pemecahan masalah

Sesudah masalah dianalisa dan dirumuskan mulailah peserta

didik dirangsang untuk me ncari pemecahan yang

sebaik-baiknya. Tiap pemecahan ini berlangsung akan muncul cara

yang mana yang paling tepat, kekuatan, kelemahan, serta

kemungkinan penyelesainya.

e. Perumusan pemecahan masalah

Sesudah pemecahan masalah, peserta didik dapat merumuskan

secara singkat cara pemecahan yang dipilih itu. Dengan

demikian penerapan model pembelajaran problem posing di

SMP sebagai berikut: 1) guru meminta siswa untuk membaca

materi, 2) guru meminta siswa untuk menuliskan permasalahan

dan siswa yang bersangkutan harus dapat menyelesaikannya, 3)

guru mengklarifikasikan jawaban dari permasalahan pelatihan

soal, siswa diminta mengajukan permasalahan yang menantang

dan siswa yang bersangkutan harus dapat menyelesaikannya,

tugas ini dapat dilakukan secara kelompok, guru memberikan

(43)

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dari penelitian ini adalah dengan cara deskriptif

kuantitatif, yaitu dengan cara menganalisis data perkembangan siswa dari

(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Tempat Penelitian

Sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah SMP

Muhammadiyah 5 Surakarta. Lokasi penelitian terletak di JL.Slamet Riyadi

443 Surakarta, dengan status terakreditasi A. Lingkungan fisik sekolah

terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang guru, perpustakaan, musola, ruang

tata usaha, ruang BP, ruang koperasi/gudang, ruang kelas, ruang penjaga

sekolah/kantin, ruang laboratorium IPA, WC/KM guru, WC/KM siswa,

ruang karawitan, ruang UKS, ruang OSIS/IRM, ruang ketrampilan menjahit,

ruang kesenian, ruang lab komputer, ruang lab bahasa, ruang studio musik,

ruang komite, ruang untuk parkir/halaman, lapangan volley ball, lompat

jauh, basket dan taman dalam. Keadaan lingkungan fisik sudah tertata rapi

dan bersih, pemanfaatan fasilitas sudah efektif dan optimal seperti

laboratorium IPA, bahasa dan komputer.

Ditinjau dari kualitas gurunya, SMP Muhammadiyah 5 Surakarta

memiliki 39 guru, 1 Kepala Sekolah, 6 orang bagian tata usaha, 1 orang

penjaga sekolah, 1 orang satpam dan 1 orang pembersih. Ditinjau dari

kualitas gurunya mayoritas merupakan lulusan dari sarjana pendidikan,

PGSLTP/PGSLTA, Diploma DIII, SI. Dari 39 guru terdiri dari guru tidak

tetap /GTT, guru kontrak atau guru bantu, guru PNS, guru yayasan, pegawai

(45)

Sedangkan jumlah siswa di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta secara

keseluruhan terdiri dari kelas VII-IX kurang lebih sebanyak 633 siswa.

Secara kuantitas kelas VII terdapat 6 kelas,yaitu kelas VIIA-VIIF yang tiap

kelasnya kurang lebih terdiri dari 40 siswa. Kelas VIII berjumlah 5 kelas

yaitu kelas VIIIA-VIIIE dan kelas IX terdiri dari 6 kelas yaitu kelas

IXA-IXF. Jumlah siswa setiap kelas tidak sama tetapi umumnya rata-ratr 40

siswa.

Karakter siswa VIIE sendiri pada umumnya dalam pembelajaran

Biologi yaitu siswa memiliki rasa kurang berminat terhadap pembelajaran

sehingga cenderung pasif dalam pembelajaran, juga tingkat pemahaman

siswa terhadap materi masih lemah. Hal ini terbukti dengan rendahnya hasil

belajar yang dicapai siswa. Selain itu suasana kelas juga tidak mendukung

karena kelas VIIE cenderung ramai dan kurang kondusif, ini menjadikan

para siswa sulit untuk berkonsentrasi dalam menerima materi pelajaran.

Sedangkan metode yang sering digunakan dalam proses pembelajaran

adalah metode ceramah, dimana siswa hanya berperan sebagai obyek dalam

pembelajaran. Berdasarkan kondisi tersebut maka peneliti bermaksud

mengadakan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa biologi kelas

VIIE dengan menggunakan pembelajaran problem posing.

2. Diolog Awal

Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2008, diawali

dengan dialog awal antara dosen, peneliti, kepala Sekolah dan guru iologi

(46)

09.00-10.30 di ruang tamu Kepala Sekolah yang disediakan pihak SMP

Muhammadiyah 5 Surakarta. Pertemuan tersebut sekaligus mengutarakan

maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan. Pada dialog

tersebut digunakan untuk mengetahui keadaan awal pembelajaran sebelum

dilaksanakan tindakan. Pada kesempatan ini Kepala Sekolah menyambut

baik kehadiran peneliti yang akan mengadakan penelitian.

Dialog awal kedua dilaksanakan pada hari Kamis 3 April 2008 pukul

09.00-10.00 WIB di ruang guru. Berdasarkan pengalaman guru biologi kelas

VIIE dan hasil observasi pendahuluan yang dilakukan peneliti disepakati

bahwa masalah yang perlu untuk segera diatasi dalam penelitian ini,

rendahnya tingkat pemahaman siswa kemampuan menguasai materi

terhadap biologi, keberanian siswa dalam menjawab dan mengajukan

pertanyaan belum ada, keaktifan siswa di dalam pembelajaran masih kurang,

belum optimal. Hal ini berdasarkan pada hasil ulangan harian siswa sebelum

penelitian, masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah 6 sehingga

hasil belajar yang dicapai belum optimal.

Setelah merumuskan masalah di atas, maka masalah-masalah

tersebut perlu dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas. Setelah

mendapatkan masalah, selanjutnya diskusi dilakukan untuk mengidentifikasi

faktor penyebab masalah. Hasil kerja kolaborasi antara guru kelas VIIE,

Kepala Sekolah dan peneliti disepakati bahwa penyebab masalah (tabel 1)

(47)

Tabel 1. Penyebab Masalah

Berbagai kemungkinan penyebab masalah yang dijelaskan di atas

kemudian dianalisis melalui kerja kolaborasi antara peneliti dan guru

biologi kelas VIIE berdasarkan observasi kelas. Dari hasil kolaborasi

tersebut peneliti dan guru biologi sepakat bahwa penyebab masalah yang

paling dominan adalah pembelajaran yang cenderung satu arah sehingga

berpusat pada guru dalam proses pembelajaran sehingga keaktifan hanya

pada guru tidak siswa.

No Faktor Penyebab Masalah

1 Siswa a. Ramai dalam proses belajar mengajar

b. Pasif dalam penerimaan informasi maupun dalam poses pembelajaran.

c. Sulit mengutarakan ide atau gagasan d. Takut untuk bertanya

e. Takut gagal dan takut berkomunikasi

f. Menganggap mata pelajaran biologi sebagai ilmu yang penuh hafalan.

2 Guru a. Kurang mendorong siswa untuk menyampaikan

pendapat atau untuk berperan aktif dalam pembelajaran.

b. Kurang memperhatikan siswa dalam

pembelajaran.

c. Penyampaian materi cendarung monoton (kurang

bervariasi) dengan metode ceramah. d. Tidak bisa menguasai kelas. 3 Proses

pembelajaran

a. Cenderung satu arah dan tidak demokratis. b. Pembelajaran masih terpusat pada guru. c. Keaktifan didominasi oleh guru.

4 Materi Ajar Nyata

5 Lain- lain a. Sarana dan Prasarana

b. Pengaruh siwa lain yang tidak belajar sangat kuat. c. Kurangnya perhatian orang tua terhadap kegiatan

(48)

Berdasarkan pada penyebab masalah yang telah disepakati oleh

rekan kolaborasi, kegiatan dilanjutkan dengan dialog untuk membahas

perencanaan solusi masalah yang dikembangkan berdasarkan akar penyebab

masalah yaitu kualitas pembelajaran biologi. Tindakan solusi masalah yang

disepakati oleh pembelajaran biologi yaitu strategi pembelajaran yang

cenderung monoton dan membosankan dibenahi menjadi pembelajaran

problem posing. Tindakan pembelajaran problem posing akan diterapkan

pada siswa kelas VIIE yang akan dikembangkan pada setiap siklus tindakan

melalui perencanaan yang terevisi. Dengan penerapan pembelajaran problem

posing dalam pembelajaran diharapkan dapat mengubah pembelajaran yang

semula siswa hanya pasif menjadi lebih aktif. Pembelajaran problem posing

yang dimaksud dalam penelitian adalah cara mengajar dimana siswa yang

diteliti untuk aktif dalam mengemukakan berbagai permasalahan dan guru

aktif dalam membimbing siswa sehingga siswa dilibatkan dalam kegiatan

belajar. Dengn pembelajaran problem posing diharapkan hasil belajar siswa

meningkat.

B. Pelaksanaan Eksperimentasi Pembelajaran dengan Problem Posing

Pelaksanaan pembelajaran dengan strategi Problem Posing pada siswa

kelas VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta tahun pelajaran 2007/2008

dilaksanakan dengan langkah- langkah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi terhadap kondisi siswa untuk menemukan siswa yang

aktif dan pasif dalam belajar melalui serangkaian kegiatan pengumpulan

(49)

wawancara dengan guru bidang studi sebelum pelaksanaan tindakan

kemudian melakukan observasi langsung pada siswa

2. Merencanakan solusi masalah, solusi yang peneliti tawarkan untuk

mengatasi masalah peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan

pendekatan Problem Posing.

3. Melaksanakan tindakan. Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti

melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode Problem Posing

untuk kelas VII E. Suatu perencanaan bersifat fleksibel dan siap dilakukan

perubahan sesuai apa yang terjadi dalam proses pelaksanaan di lapangan.

Pada tahap ini dalam melaksanakan pembelajaran di kelas lebih mengarah

pada subtansi yang menjadi permasalahan pokok untuk dapat

meningkatkan ranah kognitif, dan afektif siswa yaitu penerapan metode

Problem Posing. Pada setiap akhir tindakan dilaksanakan tes untuk

mengetahui hasil belajar yang telah dicapai siswa.

4. Melakukan observasi dan monitoring. Pada tahap ini sebenarnya berjalan

bersamaan dengan saat pelaksanaan pengamatan dilakukan pada waktu

tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang

sama. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua

hal yang diperlukan dan terjadi selama tindakan berlangsung.

Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi

atau penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara

cermat pelaksanaan tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya

(50)

data kuantitatif (hasil tes, kuis dan lain- lain) dan data kualitatif yang

menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa dan lain- lain.

Berdasarkan data yang terkumpul tersebut kemudian dilakukan analisis

dan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan.

5. Membuat refleksi. Pada tahap ini dimaksudkan untuk mengevaluasi secara

menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang

terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan

berikutnya. Refleksi ini mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap

hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dan

proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus

berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang,

dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi.

6. Melaksanakan eva luasi. Tes digunakan untuk mengumpulkan data

kenaikan hasil belajar yang dilaksanakan sebelum tindakan dan sesudah

tindakan. Kegiatan ini sebagai proses mengumpulkan, mengolah, dan

menyajikan informasi sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan

tindakan. Diantara dialog, perencanaan, pengambilan keputusan tindakan,

melakukan tindakan, pengamatan, refleksi, dan evaluasi merupakan proses

yang terkait secara logis, sistematis, dan berkesinambungan. Evaluasi

diarahkan pada penemuan bukti-bukti peningkatan ranah kognitif, afektif

dan psikomotor siswa.

(51)

C. Hasil Penelitian

Pelaksanaan pembelajaran dengan strategi problem posing diperlukan

untuk mendapatkan bukti empiris mengenai adanya peningkatan hasil belajar

siswa setelah memperoleh pembelajaran. Penelitian dilaksanakan dengan cara

melakukan pembelajaran dengan metode Problem Posing terhadap siswa kelas

VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta tahun ajaran 2007/2008 yang

bertindak sebagai sampel penelitian. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan

selama satu bulan yaitu bulan April 2008.

Eksperimentasi pembelajaran pertama kali dilakukan dengan metode

ceramah dan tanya jawab (siklus I) dan hasilnya diukur melalui pemberian

post test I. Kemudian diberikan pembelajaran dengan strategi Problem Posing,

yaitu menginstruksikan kepada siswa untuk membuat soal mengenai

ekosistem yang dianggap sulit dan mengkondisikan agar siswa aktif mencari

pemecahan masalah tersebut dan siswa dapat belajar secara mandiri. Metode

pembelajaran ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu siklus II dan siklus III.

Melalui pembelajaran dengan strategi Problem Posing ini siswa dapat

berperan aktif dalam mencari jawaban atas permasalahan yang dimunculkan.

Setelah pembelajaran dengan strategi Problem Posing siklus II selesai

dilaksanakan, maka dilakukan post test II untuk mengetahui apakah ada

peningkatan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Proses

pembelajaran selanjutnya adalah melaksanaan pembelajaran dengan strategi

Problem Posing siklus III dilakukan dengan menyuruh siswa membuat

(52)

Problem Posing siklus III, kemudian dilakukan post test III untuk mengukur

peningkatan penguasaan materi pelajaran.

Hasil pengukuran peningkatan hasil belajar pada post test I, II, dan III

dapat dilihat sebagai berikut (hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran 7).

Tabel 1. Gambaran Hasil Belajar Biologi dengan Pembelajaran Problem

Posing pada Siswa Kelas VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta

Tahun Ajaran 2007/2008

Distribusi

Statistik Awal Post Test I Post Test II Post Test III

Rata-rata 55,90 67,69 71,03 74,62

Standart Deviasi 12,72 11,92 15,95 14,98

Minimal 30,00 43,33 43,33 43,33

Maksimal 80,00 90,00 96,67 96,67

Hasil dokumentasi nilai awal siswa diperoleh nilai tertinggi sebesar 80

dan nilai terendah 30,00, rata-rata (mean) sebesar 55,90, dan standar deviasi

(SD) sebesar 12,72. Selanjutnya hasil penilaian pelaksanaan post test I

terhadap siswa diperoleh nilai tertinggi sebesar 90 dan nilai terendah 43,33,

rata-rata (mean) sebesar 67,69, dan standar deviasi (SD) sebesar 11,92.

Selanjutnya hasil pelaksanaan post test II setelah siswa memperoleh

pembelajaran dengan Problem Posing memperoleh nilai tertinggi sebesar

96,67 dan nilai terendah 43,33 dengan rata-rata (mean) sebesar 71,03 dan

standar deviasi (SD) sebesar 15,95. Sedangkan hasil pelaksanaan post test III

pada pembelajaran Problem Posing siswa memperoleh nilai tertinggi sebesar

(53)

standar deviasi (SD) sebesar 14,98 (perhitungan selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran 7). Deskripsi hasil evaluasi tahap belajar post test I, II, dan III

menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan nilai awal

yang dimiliki siswa. Artinya pemahaman siswa mengalami peningkatan

setelah dilaksanakan pembelajaran dengan Problem Posing.

Selanjutnya berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh hasil yang

dirangkum sebagai berikut:

Tabel IV.1

Tabel Hasil Analisis Regresi

Regresi a b Fhitung Ftabel 5% Keterangan

Awal – Post test I 46,889 0,908 2,102 4,08 signifikan

Awal – Post test II 59,241 0,216 4,879 4,08 Signifikan

Awal – Post test III 44,240 0,543 10,002 4,08 Signifikan

Dari hasil perhitungan pada post test I diperoleh Freg sebesar 2,102

sedangkan harga Ftabel pada taraf signifikansi 5% adalah 4,08. Hasil

perbandingan menunjukkan bahwa Freg < Ftabel yaitu 2,102 < 4,08. Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh proses hasil belajar

dengan problem posing terhadap hasil belajar biologi.

Selanjutnya hasil analisis regresi pada post test II diperoleh Freg sebesar

4,879 sedangkan harga Ftabel pada taraf signifikansi 5% adalah 4,08. Hasil

perbandingan menunjukkan bahwa Freg > Ftabel yaitu 4,879 > 4,08. Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa proses hasil belajar dengan problem posing

berpengaruh terhadap hasil belajar biologi.

Hasil analisis regresi pada post test III diperoleh Freg sebesar 10,002

(54)

perbandingan menunjukkan bahwa Freg > Ftabel yaitu 10,002 > 4,08. Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa proses hasil belajar dengan problem posing

sangat berpengaruh terhadap hasil belajar biologi.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap hasil penilaian

yang dilakukan pada post test siklus I, II, dan III, dapat diketahui adanya

peningkatan hasil belajar biologi. Peningkatan hasil belajar menunjukkan

rata-rata hasil belajar post test I (67,69) menunjukkan adanya peningkatan

dibandingkan nilai awal (55,90), kemudian rata-rata hasil belajar post test II

(71,03) menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan hasil post test I

(67,69), dan hasil belajar post test III lebih meningkat dengan mencapai

rata-rata sebesar 74,62. Peningkatan hasil belajar ini menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan metode Problem Posing efektif dalam meningkatkan

pemahaman dan pengetahuan siswa, hal ini dapat dilihat dari peningkatan

hasil belajar siswa.

Adanya peningkatan hasil belajar dapat digambarkan sebagai berikut

(55)

Gambar 1. Peningkatan Hasil Belajar Biologi dengan Pembelajaran Problem Posing pada Siswa Kelas VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008.

74,62

55,90

67,69 71,03

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00

Awal Post Test I Post Test

II

Post Test III

Hasil Belajar

Gambar 1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa

pada akhir pembelajaran siklus I, II, dan III dibandingkan nilai awal. Hasil

belajar setelah pembelajaran dengan metode Problem Posing pada siklus I

lebih meningkat dibanding nilai awal, siklus II lebih meningkat dibandingkan

siklus I, dan hasil belajar siklus III lebih meningkat dari siklus II. Peningkatan

ini karena siswa dapat memahami secara lebih luas dan mendalam terhadap

materi yang diajarkan. Pengetahuan dan pemahaman yang meningkat ini

terjadi karena siswa mampu menemukan jawaban atas permasalahan dan

pertanyaan dari diajukan guru ataupun yang diajukan siswa lainnya melalui

pembelajaran Problem Posing, sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk

mengetahui jawaban yang benar atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

guru atau siswa.

Hasil penelitia n ini menunjukkan bahwa melalui Problem Posing

(56)

meningkat (dengan rata-rata nilai akhir pada siklus III sebesar 74,62). Hal ini

membuktikan bahwa pembelajaran memerlukan variasi dalam metode

penyampaiannya. Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan

kekurangan. Kekurangan dari suatu metode dapat ditutup dengan metode

lainnya. Oleh karena itu tidak ada metode mengajar yang paling baik dengan

demikian guru tidak hanya menggunakan satu metode saja dalam proses

mengajarnya, tetapi dapat menggunakan beberapa metode. Metode

pembelajaran yang monoton yaitu dengan metode ceramah, terbukti tidak

cukup membantu siswa memahami materi pelajaran sepenuhnya (terbukti dari

hasil penilaian post test I hanya memperoleh rata-rata hasil belajar sebesar

67,69). Dalam praktiknya metode mengajar tidak bisa berdiri sendiri, oleh

karena itu suatu metode harus dikombinasikan dengan metode yang lain.

Kombinasi metode antara dua sampai tiga metode mengajar merupakan suatu

keharusan dalam proses belajar mengajar, setiap metode bila digunakan

dengan tepat akan menjadi metode yang baik (Sudjana, 2002).

Proses pembelajaran di SMP harus mulai lebih ditekankan pada

penerapan prinsip-prinsip belajar kognitif. Implikasi teori belajar kognitif

dalam pengajaran biologi adalah memusatkan kepada berpikir atau proses

mental anak, dan tidak sekedar kepada hasilnya. Siswa secara aktif harus

membangun pengetahuan sendiri. Salah satu bentuk pembelajaran yang

berorientasi pada pemahaman yang lebih luas adalah pembelajaran dengan

Problem Posing. Agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik, maka siswa

(57)

digunakan. Hal ini dilakukan agar siswa telah memiliki keterampilan yang

diperlukan untuk strategi pembelajaran Problem Posing. Keterampilan yang

dilatih seperti mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan atau

menanggapi, mencari solusi permasalahan, menyampaikan ide atau pendapat,

mendengarkan secara aktif, dan sebagainya.

Dalam rangka mengaktifkan siswa agar memperoleh pemahaman yang

lebih baik dalam proses pembelajaran, maka guru harus menggunakan metode

yang bervariasi. Sangat dianjurkan agar guru menggunakan kombinasi metode

mengajar setiap kali mengajar (Sudjana, 2002). Sebab untuk dapat melakukan

proses pembelajaran yang baik guru dapat memilih dan menggunakan

beberapa metode mengajar. Metode mengajar banyak sekali jenisnya,

masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kekurangan suatu

metode dapat ditutup dengan metode mengajar yang lain sehingga guru dapat

menggunakan beberapa metode mengajar dalam melakukan proses belajar

mengajar. Pemilihan suatu metode perlu memperhatikan beberapa hal seperti

materi yang akan disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia dan

siswa serta hal- hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.

Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau

pemahaman. Oleh karena itu, guru perlu memberikan motivasi kepada siswa

untuk memanfaatkan segenap potensinya dalam membangun gagasan. Dalam

konteks ini tanggung jawab belajar ada pada diri siswa. Sementara itu, guru

bertanggung jawab menciptakan situasi yang mendorong terjadinya prakarsa,

(58)

dapat melakukan tugas ini, prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar dan

pemberian motivasi dalam kurikulum berbasis kompetensi hendaknya

dipahami dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Prinsip-prinsip

tersebut meliputi (Pusat Kurikulum, 2006):

1. Kegiatan belajar berpusat pada siswa, kegiatan belajar yang memusatkan

perhatian pada siswa diindikasikan oleh tingginya perhatian terhadap

keragaman yang dimiliki siswa, baik keragaman kemampuan, bakat,

minat, sikap, maupun latar belakang keluarga. Oleh karena itu KBM

hendaknya memperhatikan keragaman siswa ini melalui

program-programnya.

2. Belajar dengan melakukan, konsepsi learning by doing artinya para siswa

tidak hanya dicekoki dengan sejumlah informasi melalui metode ceramah,

akan tetapi mereka justru ditantang untuk lebih banyak mempraktekan

konsep atau teori dalam kegiatan pembelajaran dan kehidupannya

sehari-hari.

3. Mengembangkan kemampuan sosial, pemahaman siswa akan lebih mudah

jika mereka difasilitasi untuk mengemukakan berbagai gagasannya

terhadap siswa lain dan guru. Melalui langkah seperti ini, interaksi antara

siswa dengan lingkungan sosialnya akan semakin kuat. Oleh karena itu,

metode diskusi, saling bertanya, dan saling menjelaskan akan memupuk

kemampuan siswa mengkomunikasikan gagasannya. Melalui forum ini

pula para siswa dilatih untuk menerima dan menghargai pendapat orang

Gambar

Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Modifikasi dari Kemmis dan Mc Taggart (Sutama, 2006)
Tabel 1. Gambaran Hasil Belajar Biologi dengan Pembelajaran Problem Posing pada Siswa Kelas VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008
Gambar 1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa

Referensi

Dokumen terkait

(10) kepedulian, (11) kemampuan memecahkan masalah, (12) tanggung jawab, dan (13) disiplin. Penilaian tertinggi dapat dilihat dari soft skills: kemampuan

data sekunder geolistrik resistivitas dan parameter kekar yang diperoleh dari Pusat. Survei Geologi

MIPA Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran, nasehat dan masukan dalam

[r]

Oleh sebab itu, Indonesia memiliki posisi daya saing kertas yang kuat di pasar ACFTA (China, Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina, dan Vietnam). Variabel GDP per

Berdasarkan hasil uji kesukaan panelis maka diperoleh formula produk dodol rumput laut yang terbaik adalah produk dengan komposisi sukrosa 10,6%, glukosa 85,1% dan

Kedua yaitu data penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu menurut provinsi dan lapangan pekerjaan utama menghasilkan ukuran

Berdasarkan hasil tersebut, penambahan cabai merah dalam mi dapat meningkatkan nilai nutrisi yang lebih baik dibandingkan dengan penambahan kunyit khususnya