APLIKASI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK
BAHASAN EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VIIE SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2007/2008
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1
Pendidikan Biologi
Oleh:
RINA NUR HIDAYATI A 420 030 035
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
HALAMAN PERSETUJUAN
APLIKASI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK
BAHASAN EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VIIE SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2007/2008
Dipersiapkan dan disusun oleh :
RINA NUR HIDAYATI A 420 030 035
Telah disetujui oleh konsultan untuk dipertahankan di hadapan
Dewan Penguji Skripsi
Pembimbing I Pembimbing II
HALAMAN PENGESAHAN
APLIKASI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK
BAHASAN EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VIIE SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2007/2008
Yang dipersiapkan dan disusun oleh
RINA NUR HIDAYATI A 420 030 035
Telah dipertahankan di Dewan Penguji Pada Tanggal, 09 Juli 2008 Dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Dewan penguji
1. Dra. Djumadi, M.Kes (……….)
2. Drs. Sumanto (……….)
3. Drs. H. Sofyan Anif, M.Si. (……….)
Surakarta, ...Juli 2008
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Dekan
PERNYATAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
karya yang pernah di ajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu
perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah dan disebutkannya dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidak benaran
dalam pernyataan saya diatas, maka saya akan bertanggungjawab sepenuhnya.
Surakarta, 9 juli 2008
M OTTO
Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu,sesungguhnya Allah
besert a orang-orang yang sabar”
( Qs. Al-Baqarah : 153)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka apabila kamu telah
selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
lain dan hanya kepada Tuhanmu hendaknya kamu berharap”
( Qs.Al-I nsyirah : 6 - 8)
“Yakinlah dibalik kegagalan ada rahasia Allah yang amat indah”
(Penulis)
“Hidup adalah untuk mempersembahkan yang terbaik, bermakna bagi dunia dan
berarti bagi akhirat nanti”
PERSEMBAHAN
Rasa syukur yang tiada terhingga kami curahkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat
dan karunia yang telah diberikan-Nya. Engkaulah sang maha pencipta alam semesta dan
segala isinya. Engkaulah tempat memohon beraneka pinta, dan Engkau adalah tempat
berlindung dari segala marabahaya..
Dengan segala kerendahan hati yang penuh rasa hormat dan sayang yang tulus
kupersembahkan karya ini unt uk :
Pemilik cinta yang sejati I bu dan Bapak yang selalu memberikan segalanya
unt uk kehidupan dan keberhasilan anak -anaknya.
Suamiku :
Arif Priyanto
Buah H atiku :
Z askhia Arfina Putri Priyanto
Saudara-Saudaraku :
Vera nurul Rachmawati
Rully I ndah Setyowati
Keponakanku :
SAF. Reva Satria Nugraha
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr,wb
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran allah Swt, yang
telah melimpahkan berbagai kenikmatan terutama kenikmatan waktu dan
kesempatan sehingga atas izin dan kuasa skripsi yang berjudul “APLIKASI
PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN EKOSISTEM PADA SISWA
KELAS VII E SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN
2007/2008”. Dapat diselesaikan penyusun skripsi merupakan salah satu syarat
untuk menempuh ujian sarjana pada jurusan Biologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Muhammadiyah surakarta.
Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan,
bantuan, saran, dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :
1. Drs. H Sofyan Anif, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang telah memberikan
ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
2. Dra. Tuti Rahayu, M. Pd, selaku ketua Jurusan Biologi Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang telah menunjuk
3. Drs.Djumadi, M.Kes, selaku pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan, masukan, dan pengalaman yang sangat berarti.
4. Drs. Sumanto, selaku pembimbing II yang dengan kesabarannya dan
keikhlasan membimbing dan memberikan arahan hingga terselesaikannya
skripsi ini.
5. Drs. H Sofyan Anif. M.Si, selaku penguji yang telah bersedia menguji dan
memberikan saran serta masukan terhadap skripsi ini.
6. Bapak atau Ibu Dosen FKIP Jurusan Biologi yang selama ini telah
memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.
7. Drs.Saifudin, selaku kepala sekolah SMP Muhammadiyah 5 Surakarta yang
telah memberikan ijin kepada peneliti untuk menggadakan penelitian.
8. Bapak Parwanto S.Pd, selaku guru kelas yang telah membimbing penulis
dalam melaksanakan penelitian.
9. Teman seperjuanganku Lala, Rini, Septi, Ika, Hijrah, Sutopo dan seluruh
kawan-kawan yang tak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih banyak
kawanku karena kaulah aku dapat tersenyum, sharring, debat, bertukar
pengalaman, penyemangat dan membantu penulis beraktivitas.
10.Keluarga Rumah coklat;mbak yuki, Budhe, Vita, Upik, Irma, Iwul. Semoga
semua budi baik itu di balas Allah Swt dengan karunia yang lebih besar,
Akhir kata penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat
bermanfaat untuk berbagai pihak, baik itu para mahasiswa jurusan Biologi,
khususnya kelas A.
Wassalamu’alaikum wr, wb……..
Surakarta, 9 Juli 2008
RINA NUR HIDAYATI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ………. iv
HALAMAN MOTTO ………... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ……… vi
KATA PENGANTAR... vii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xiii
DAFTAR GAMBAR... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
ABSTRAK ... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Pembatasan Masalah... 6
1.Subyek Penelitian ……… 6
2.Obyek Penelitian ………. 6
C. Perumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kooperatif ... 8
B. Model Pembelajaran Biologi... 10
C. Model Problem Posing ... 11
D. Belajar ... 14
E. Hasil Belajar ... 16
F. Penelitian Tindakan Kelas ... 17
G. Kerangka Pemikiran ... 20
H. Hipotesis ... 21
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22
B. Variabel Penelitian... 22
C. Prosedur Penelitian... 22
D. Teknik Pengumpulan Data... 24
E. Teknik Analisis Data ... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Tempat Penelitian... 28
B. Pelaksanaan Eksperimentasi Pembelajaran dengan Problem Posing... 32
C. Hasil Penelitian ... 35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 46
B. Saran ... 46
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Penyebab Masalah... 31
2. Gambaran Hasil Belajar dengan Pembelajaran Problem Posing ... 36
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pemikiran... 21
2. Langkah- langkah Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ... 23
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Pengembangan Silabus
2. Rencana Pembelajaran
3. Soal Post tes dan Jawaban
4. Daftar Sampel Penelitian
5. Data Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Tiap Siklus
6. Data Hasil Belajar Siswa pada Tiap Post Tes
7. Manual Perhitungan Stastistik
8. Analisis Regresi Empat Variabel
9. Perhitungan Persamaan Garis Regresi
10.Penilaian Ranah Afektif pada Pembelajaran dengan Metode Problem
Posing
11.Tabulasi Penilaian Ranah Afektif
12.Catatan Lapangan
APLIKASI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK
BAHASAN EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VII E SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2007/2008
Rina Nur Hidayati, A 420 030 035, Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2008. 48 halaman.
ABSTRAK
Pembelajaran Biologi diarahkan pada kegiatan yang dapat mendorong siswa belajar secara aktif sehingga dapat memahami konsep dengan baik. Karena itu pembelajaran biologi hendaknya menggunakan metode yang dapat membuat siswa banyak beraktivitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan problem posing pada siswa kelas VIIE semester II SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008. Penelitian ini mengambil lokasi di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta. Data hasil belajar Biologi diambil dengan menggunakan tes, observasi baik dengan lembar penelitian maupun catatan lapangan dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, karena menggunakan uji statistik yaitu regresi linier. Hasil analisis menunjukkan bahwa pembelajaran dengan strategi Problem Posing dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada siswa kelas VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta tahun ajaran 2007/2008. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar post test I (67,69) yang menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan nilai awal (55,90), kemudian rata-rata hasil belajar post test II (71,03) menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan hasil post test I (67,69), dan hasil belajar post test III lebih meningkat dengan mencapai rata-rata sebesar 74,62. Peningkatan hasil belajar ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode Problem Posing pokok bahasan ekosistem efektif dalam meningkatkan hasil belajar biologi siswa
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menuntut sumber
daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia juga
merupakan syarat untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana
untuk meningkatkan sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan yang
berkualitas. Sebagai faktor penentu keberhasilan pembangunan, maka kualitas
sumber daya manusia harus ditingkatkan melalui berbagai program
pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan terarah berdasarkan
kepentingan yang mengacu pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mutu dan relevansi pendidikan pada pendidikan tingkat menengah di
Indonesia pada umumnya sangat memprihatinkan. Hal ini nampak pada
rendahnya prestasi akademik, daya kreatifitas dan sikap kemandirian siswa.
Di lain pihak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut
peningkatan mutu sumber daya manusia yang siap menghadapi kemungkinan
masa akan datang, dalam hal ini lembaga pendidikanlah yang memegang
peranan utama. Tugas dan peranan guru sebagai pendidik profesional
sesungguhnya sangat kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya
interaksi edukatif di dalam kelas, yang lazim disebut pembelajaran.
Dalam pembelajaran biologi terdapat interaksi antara guru dengan
murid, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik. Biologi sebagai
belajar yang dicapai untuk mata pelajaran biologi ini masih tergolong rendah.
Padahal sudah banyak usaha yang dilakukan guru dan sekolah supaya prestasi
belajar biologi dapat meningkat lebih baik.
Pada pembelajaran biologi seringkali siswa merasa kesulitan
memahami pelajaran yang diberikan guru, siswa kurang antusias untuk
mengikuti pelajaran biologi bahkan menjadikan biologi sebagai mata
pelajaran yang paling menakutkan bagi mereka. Hal ini terjadi karena sampai
saat ini masih banyak guru biologi menggunakan metode pembelajaran yang
disebut metode konvensional, yaitu guru membacakan atau memberikan
bahan yang disiapkannya sedangkan siswa mendengarkan, mencatat dengan
teliti dan mencoba menyelesaikan soal sebagai mana yang dicontohkan oleh
guru. Hal tersebut menjadikan siswa pasif. Dalam pembelajaran biologi
seharusnya siswa haruslah aktif belajar sehingga mempunyai kemampuan
untuk mengembangkan kreatifitasnya serta lebih dapat memahami pelajaran
dan terampil dalam menyelesaikan permasalahan biologi. Oleh sebab itu guru
hendaknya mampu memilih dan menerapkan model pembelajaran yang
mampu merangsang siswa lebih aktif dalam belajar serta meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami pelajaran. Kegiatan pembelajaran tidak
lain ialah pelaksanaan proses menterjemahkan dan mentransformasikan
nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum kepada para siswa melalui interaksi
belajar mengajar (Nana Sudjana, 1995 : 13).
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu penelitian yang akar
langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada
anggapan bahwa permasalahan dalam penelitian tindakan kelas muncul dari
lamunan peneliti. Dalam PTK peneliti atau guru dapat melihat sendiri praktik
pembelajaran atau bersama guru lain peneliti dapat melakukan penelitian
terhadap siswa dilihat dari aspek interaksinya dalam proses pembelajaran.
Dalam PTK, guru secara reflektif dapat menganalisis, mensintesis, terhadap
apa yang telah dilakukan di kelas. Dalam hal ini berarti dengan melakukan
PTK, pendidik dapat memperbaiki praktik-praktik pembelajaran sehingga
menjadi lebih efektif (Supardi, 2006).
Dalam pemilihan dan penerapan model pembelajaran guru tidak boleh
hanya menggunakan satu model saja. Salah satu model pembelajaran yang
dikenal adalah pembelajaran kooperatif, yaitu pendekatan pembelajaran yang
berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Cara
menerapkan pembelajaran kooperatif yaitu menggunakan; (1) Metode Student
Teams Achievement Divisions (para guru menggunakan metode ini untuk
mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu baik
melalui penyajian verbal maupun tertulis), (2) Metode jigsaw (melalui
metode ini kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5
atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen), (3) Metode Group
Investigation (metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang
baik dalam berkomunikasi maupun keterampilan proses kelompok), (4)
yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi) (Nurhadi, 2004 :
112). Kelebihan dari pembelajaran kooperatif yaitu; (1) meningkatkan
kemampuan siswa; (2) meningkatkan rasa percaya diri; (3) menumbuhkan
keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian; (4) memperbaiki
hubungan antar kelompok. Adapun kekurangan pembelajaran kooperatif
yaitu; (1) memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakan; (2) bila
terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya buruk; (3) bila ada siswa yang
malas atau ada yang ingin berkuasa dalam kelompok mengakibatkan usaha
kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya ; (4) adanya siswa yang tidak
memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam kelompok belajar
Dalam meningkatkan hasil belajar biologi sebaiknya diarahkan kepada
kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa belajar aktif baik secara fisik,
sosial, maup un psikis dalam memahami konsep. Oleh karena itu dalam proses
pembelajaran biologi hendaknya guru menggunakan metode yang membuat
siswa banyak beraktifitas yaitu dengan problem posing dimana pada
pembelajaran ini siswa diharapkan dapat merumuskan masalah melalui
beberapa fakta sehingga siswa sadar akan adanya suatu masalah tersebut
dengan cara mencari informasi baik dari guru, peserta didik, berita-berita dan
lingkungan sekitar, maka siswa akan menjadi terangsang untuk memecahkan
masalah. Dengan demikian banyaknya aktifitas yang dilakukan dapat
menimbulkan antusias siswa dalam belajar sehingga pemahaman konsep
pembelajaran problem posing ini akan mempengaruhi cara belajar siswa yang
semula cenderung untuk pasif ke arah yang lebih aktif.
SMP Muhammadiyah 5 Surakarta, merupakan salah satu sekolah
swasta yang mempunyai masukan siswa yang memiliki prestasi belajar yang
bervariasi, karena prestasi belajar yang bervariasi inilah maka peran serta dan
keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar beranekaragam. Menurut
hasil pengamatan yang dilakukan peneliti melalui observasi kelas dan
wawancara dengan guru mata pelajaran biologi pada tahun 2007/2008
menunjukkan bahwa hasil belajar biologi siswa kurang optimal. Asumsi dasar
yang menyebabkan hasil belajar biologi siswa kurang optimal adalah
pemilihan metode pembelajaran dan kurangnya peran serta keaktifan siswa
dalam KMB.
Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu
metode pembelajaran yang salah satunya dikenal dengan metode problem
posing. Melalui pemilihan metode pembelajaran tersebut diharapkan sumber
informasi yang diterima siswa dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan
siswa dalam mempelajari dan menelaah ilmu. Penerapan model pembelajaran
problem posing untuk mata pelajaran biologi di SMP Muhammadiyah 5
Surakarta diharapkan lebih efektif, karena siswa akan belajar lebih aktif
dalam berpikir dan memahami materi secara berkelompok. Selain itu, siswa
dapat lebih mudah menyerap materi pelajaran, serta kema tangan pemahaman
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan judul
penelitian sebagai berikut : “APLIKASI PEMBELAJARAN PROBLEM
POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI
POKOK BAHASAN EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VII E SMP
MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008”.
B. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas ternyata permasalahan yang ada masih
luas sehingga perlu diadakan pembatasan sebagai berikut :
1. Obyek penelitian
Semua siswa kelas VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun
Ajaran 2007/2008.
2. Subyek penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah aplikasi pembelajaran Problem
Posing dalam meningkatkan hasil belajar biologi.
3. Hasil belajar, merupakan hasil belajar akhir dari suatu proses belajar
mengajar dapat ditunjukkan dengan dua aspek yaitu kognitif dan afektif .
C. Perumusan Masalah
Memperhatikan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah aplikasi pembelajaran problem
pada siswa kelas VII E SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajaran
2007/2008?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui aplikasi pembelajaran
problem posing dalam meningkatkan hasil belajar biologi pokok bahasan
ekosistem pada siswa kelas VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun
Ajaran 2007/2008.
E. Manfaat Penelitian
Setelah penelitian ini selesai diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi peneliti : penelitian ini dapat memberikan gambaran dan
pengetahuan dalam penerapan problem posing pada pelajaran biologi.
2. Bagi guru biologi, semoga penelitian ini dapat memberikan kontribusi
dalam inovasi pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Bagi kepala sekolah, penelitian ini dapat digunakan untuk menyarankan
kepada guru-guru di sekolahnya bahwa model problem posing dapat
digunakan sebagai alterna tif dalam upaya mengaktifkan siswa dalam
belajar.
4. Bagi peneliti yang lain, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
acuan untuk pengembangan model pembelajaran dalam rangka
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah pendekatan
pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa
untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar ( Nurhadi,2004:112).
Model cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar
dalam kelompok. Sistem pengajaran cooperative learning didefinisikan
sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang berstruktur. Ada
unsur-unsur dasar cooperative learning yang membedakannya dengan
pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur
model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik
mengelola kelas dengan lebih efektif (Anita Lie, 2004 : 28).
Model pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar
mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam
bekerja atau membantu diantara sesama, struktur bekerja sama yang
teratur dalam kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih (Hilda
Karlin dan Margaretha, 2002 : 70).
Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif di
dorong dan dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama
dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk penyelesaian
individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu
pemahaman bersama. Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan
model kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (a) siswa
bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya, (b) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan
tinggi, sedang dan rendah, (c) bilamana mungkin anggota kelompok
berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda, (d)
penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu (Muslimin
Ibrahim, 2000).
Metode mengajar diartikan juga sebagai teknik guru untuk
mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas,
agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh
siswa dengan baik (Roestiyah, 2001 : 1).
Pengalaman belajar secara kooperatif menghasilkan keyakinan
yang lebih kuat bahwa seseorang merasa disukai, diterima oleh siswa
lain, dan menaruh perhatian tentang bagaimana kawannya belajar, dan
ingin membantu kawannya belajar. Siswa sebagai subjek yang belajar
merupakan sumber belajar bagi siswa lainnya yang dapat diwujudkan
dalam berbagai bentuk kegiatan, misalnya diskusi, pemberian umpan
balik, atau bekerja sama dalam melatih keterampilan-keterampilan
tertentu (A. Suhaenah Suparno, 2001 : 156).
Metode pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan
siswa, (b) meningkatkan rasa percaya diri, (c) menumbuhkan keinginan
untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian, (d) memperbaiki
hubungan antar kelompok ( Anita Lie,2004:32).
Tetapi di samping keunggulan, metode pembelajaran kooperatif
juga memiliki kelemahan yaitu: (a) memerlukan persiapan yang rumit
untuk melaksanakan, (b) bila terjadi persaingan yang negatif maka
hasilnya akan buruk, (c) bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin
berkuasa dalam kelompok mengakibatkan usaha kelompok tidak berjalan
sebagaimana mestinya, (d) adanya siswa yang tidak memanfaatkan waktu
sebaik-baiknya dalam belajar (Robet Slavin,1995).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah proses pembelajaran yang dilakukan
secara bersama-sama atau kelompok supaya memperoleh hasil belajar
yang maksimal dan untuk memecahkan materi pembelajaran dengan
membagi tugas pada masing- masing individu.
B. Model Pembelajaran Biologi
Berhasil atau tidaknya guru sangat ditunjang oleh metode dan
model mengajar yang guru ambil karena pemilihan metode atau model
pembelajaran ini menyangkut strategi dalam pembelajaran. Strategi
pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat
mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator
Joyce dan Well( J Mandalika dkk,1999 : 158) berpendapat bahwa
model pengajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (suatu rencana pengajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pengajaran dan membimbing pengajaran di
kelas atau yang lain.
Ad Rooijakkers (1991:1 ), mengemukakan bahwa mengajar berarti
menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan. Dalam hal
itu baik murid maupun pengajar harus mengerti bahan yang akan
dibicarakan.Dengan kata lain dalam kegiatan mengajar itu harus terjadi
suatu proses,yaitu proses belajar.
Menurut Darsono dkk (2004:48) menyatakan pembelajaran secara
umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa
sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih
baik.Pembelajaran yang baik menurut Gestalt yaitu usaha untuk
memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih
mudah mengorganisasikan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah suatu cara yang dipakai menyampaikan pelajaran
kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
C. Model Problem Posing
Model pembelajaran ini lebih cenderung pada sekolah aktif yang
artinya siswa mempunyai peran utama dalam proses pembelajaran.
prinsipnya model pembelajaran problem posing (pengajuan soal atau
penghadapan masalah) adalah model pembelajaran yang mewajibkan
kepada siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih
soal) secara mandiri (Amin Suyitno, 2004 : 2).
Menurut J. Riberu dalam Ad Rooijokker (1991:xxvi- xxvii) dalam
problem posing ini cara pendekatan yang dianjurkan adalah dari
bermacam- macam segi, merumuskan masalah lalu mencari pemecahan
masalah melalui berbagai macam jalan. Garis besar cara pendekatan ini
adalah sebagai berikut:
a. Penyadaran masalah
Pada awal pengajaran berusaha agar peserta didik sadar adanya
suatu masalah. Hal ini ditempuh dengan jalan: 1) Mengemukakan
beberapa fakta yang menonjol sebagai gejala dari suatu masalah, 2)
Memanfaatkan berita-berita, dan 3) Pengumpulan pendapat peserta
didik.
b. Analisa masalah
Kalau peserta didik sudah sadar akan adanya masalah maka
peserta didik dapat diajak untuk menelaah masalah itu lebih lanjut,
yang perlu diperhatikan ialah aspek-aspek masalah, latar belakang
sebab pelaku dan ruang serta waktu sekitar masalah.
c. Perumusan masalah
Sesudah masalah dianalisa umumnya peserta didik mulai
tentang suatu masalah. Oleh sebab itu ia lebih mampu merumuskan
dengan singkat dan padat apa sebenarnya masalahnya.
d. Pemecahan masalah
Sesudah masalah dianalisa dan dirumuskan mulailah peserta
didik dirangsang untuk mencari pemecahan yang sebaik-baiknya.
Tiap pemecahan ini berlangsung akan muncul cara yang mana yang
paling tepat kekuatan,kelemahan serta kemungkinan penyelesaianya.
e. Perumusan pemecaha n masalah
Sesudah alternatif pemecahan masalah dipilih, peserta didik
dapat merumuskan secara singkat cara pemecahan yang dipilih itu.
Dengan demikian penerapan model pembelajaran problem posing di
SMP sebagai berikut: 1) guru meminta siswa untuk membaca materi,
2) guru meminta siswa untuk menuliskan permasalahan dan siswa
yang bersangkutan harus dapat menyelesainkannya, 3) guru
mengklarifikasikan jawaban dari permasalahan, tugas ini dapat
dilakukan secara kelompok, 4) guru memberikan tugas rumah secara
individual (Amin Suyitno, 2004 : 2).
Pada tahap awal cukup memberikan tugas kepada siswa dalam
model pembelajaran problem posing dengan memilih salah satu cara
sebagai berikut : 1) siswa membuat pertanyaan berdasarkan
pernyataan yang dibuat oleh guru (presolution posing), 2) siswa
memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub-sub pertanyaan
siswa membuat soal sejenis, seperti yang dibuat oleh guru (Post
Solution Posing)
D. Belajar
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan
dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati,
mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Dalam pengertian lain dapat
diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi
seutuhnya (Sardiman, 2001).
Oemar Hamalik (2001:27), menjelaskan bahwa belajar adalah
modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar
merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau
tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu
yaitu mengamati.
Menurut Fudyartanto (2002:151), belajar adalah usaha sadar dari
individu untuk memahami dan menguasai pengetahuan dan ketrampilan,
sikap-sikap dan nilai-nilai, guna meningkatkan kualitas tingkah lakunya
dalam rangka mengembangkan kepribadiannya.
Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk
memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu
dalam interaksi dengan lingkungan menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotorik (Syaiful Bahri Djamarah, 2000:13).
Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan,
hayat seseorang. Rasullullah SAW, menyatakan dalam salah satu
haditsnya bahwa manusia harus belajar sejak dari ayunan hingga liang
lahat, para ahli jiwa pendidikan menekankan supaya pembentukan
perilaku yang baik sudah dimulai pada masa kecil, seperti membiasakan
tidur lebih cepat, belajar renang, lari, olahraga, membiasakan agar jangan
meludah ditempat umum, jangan membelakangi dimana ada orang lain,
jangan berdusta, jangan suka bersumpah, baik benar ataupun salah,
menghormati kedua orang tua, menghormati orang yang lebih tua,
menyayangi adik-adik yang berumur di bawahnya (Martinus Yamin,
2006).
Arief S. Sadiman (2002), berpendapat belajar adalah suatu proses
yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur
hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu
pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan
tingkah laku dala m dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut
baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), dan ketrampilan
(psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).
Belajar adalah semata- mata mengumpulkan atau menghafalkan
fakta- fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran.
Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga
ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan
(verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau
Menurut Gregory A.Kimble adalah bahwa belajar sebagai
perubahan yang relatif permanen dalam potensialitas tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil latihan atau praktek yang diperkuat (diberi
hadiah).
Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan
bahwa belajar merupakan kegiatan atau aktifitas yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang dilakukan karena suatu usaha
sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku.
E. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam
belajar (Saifudin Azwar, 2000). Hasil belajar juga merupakan berbagai
kapasitas yang diperoleh siswa sehubungan dengan keikutsertaannya
dalam proses pembelajaran. Disatu sisi hasil belajar merupakan
pencapaian tujuan pengajaran, disisi lain hasil belajar merupakan penggal
dan puncak belajar siswa (Dimyati dan Mudjiono, 1999).
Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern yang
dialami dan dihayati siswa yang berpengaruh terhadap proses belajar
adalah (1) sikap siswa terhadap belajar, (2) motivasi belajar, (3)
konsentrasi belajar, (4) kemampuan mengolah bahan belajar, (5)
kemampuan yang telah tersimpan, (6) kemampuan berprestasi atau unjuk
hasil belajar, (7) rasa percaya diri siswa, intelegensia dan keberhasilan
belajar dan kebiasaan belajar. Sedangkan faktor- faktor ekstern yang
belajar siswa, (2) sarana dan prasarana belajar, (3) kondisi pembelajaran,
(4) kebijakan penilaian, (5) kurikulum yang diterapkan dan lingkungan
sosial siswa (Dimyati dan Mudjiono, 1999).
Bloom dan kawan-kawan dalam Saifuddin Azwar (2000)
mengembangkan 3 tujuan pendidikan yang berkenaan dengan hasil belajar
yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Masing- masing
ranah tersebut secara berturut-turut berkenaan dengan kemampuan
intelektual keadaan psikis dan ketrampilan psikis dan ketrapilan motorik
peserta didik.
F. Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Kemmis and Mc Taggart (1994), penelitian tindakan
merupakan sebuah inkuiri yang bersifat reflektif mandiri yang dilakukan
oleh partisipan dalam situisi sosial termasuk kependidikan dengan
maksud untuk meningkatkan kemantapan rasionalitas dari a.
praktek-praktek sosial kependidikan, b. pemahaman terhadap praktek-praktek-praktek-praktek
tersebut, c. situasi pelaksanaan praktek-praktek pembelajaran. Instrumen
yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas sangat sejalan dengan
prosedur dan langkah penelitian tindakan kelas itu sendiri. Ditinjau dari
hal tersebut, maka instrument- instrumen ini dapat dikelompokkan
menjadi tiga yaitu; instrument untuk mengobservasi guru (observing
teacher), instrument untuk mengobservasi kelas (observing classroom),
Penelitian tindakan kelas atau istilah dalam bahasa Inggris adalah
Classroom Action Research (CAR) sudah lebih dari sepuluh tahun yang
lalu dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan. Ada tiga kata
pembentuk pengertian PTK yaitu: (a). penelitian, menunjuk pada suatu
kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan
metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang
bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hasil yang menarik minat
dan penting bagi peneliti. (b). tindakan, menunjuk pada suatu gerak
kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, dalam penelitian
berbentuk rangkaian kegiatan siklus untuk siswa, (c) kelas, dalam hal ini
tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertia n yang
lebih spesifik yaitu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dari
guru yang sama pula. Dalam menggabungkan batasan pengertian tiga
kata tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru dengan
arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Suharsimi Arikunto, 2006).
Menurut Suhardjono (2006), tujuan utama PTK adalah
memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan
penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah tetapi
sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat
dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. Pada intinya PTK bertujuan
peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam
interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.
Dalam pelaksanaan PTK terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan
yaitu, sebagai berikut:
1. PTK merupakan penelitian yang mengikutsertakan secara aktif
peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan.
2. Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran dan evaluasi) dilakukan
berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori)
yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam
upaya memecahkan masalah yang terjadi.
3. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran
dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat
dilakukan dalam praktek pembelajaran) (Suharjono,2006:72).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu penelitian yang
dilakukan secara sistematis terhadap berbagai tindakan yang dilakukan
oleh guru sekaligus peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan
sampai dengan penelitian tindakan secara bersama. Tindakan tersebut
diberikan oleh guru dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh
siswa (Suharsimi Arikunto,2006:93).
Ada beberapa kelebihan dan kelemahan Penelitian Tindakan
1. Kelebihan
(a) Meningkatkan rasa percaya diri, (b) Menumbuhkan sikap
profesio nal dalam diri guru karena PTK mampu membelajarkan
guru untuk berfikir kritis dan sistematis,mampu membiasakan
membelajarkan guru untuk menulis dan membuat catatan, (c)
Dapat meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas pembelajaran,
(d) Dapat membantu guru dan tenaga kependidikan dalam
memecahkan masalah pembelajaran dalam kelas.
2. Kekurangan
(a) Pemecahan masalah hanya dilakukan di dalam kelas, (b)
Memerlukan waktu yang lama untuk guru melakukan penelitian,
(c) Guru harus melakukan pengamatan diri secara obyektif.
G. Kerangka Pemikiran
Belajar merupakan sebuah aktivitas yang tidak bisa terlepas dari
kehidupan sehari- hari, bahkan menjadi kebutuhan tiap orang dimana
dalam proses belajar ini terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Guru
sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik. Mutu pendidikan yang
tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai,
terbuka, berdemokrasi, dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan semua warga Negara Indonesia. Penyempurnaan kurikulum
dilakukan secara responsive terhadap penerapan hak asasi manusia,
Hasil belajar siswa salah satunya sangat ditentukan oleh pemilihan
model pembelajaran guru. Model pembelajaran yang tepat dan sesuai
dengan materi pelajaran sangat mendukung keberhasilan proses kegiatan
belajar mengajar. Dalam penelitian ini dengan pembelajaran problem
posing yang menekankan siswa untuk aktif dalam mencari, merumuskan
hingga memecahkan masalah secara mandiri.
Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
H. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
“Penggunaan pembelajaran problem posing efektif meningkatkan hasil
belajar biologi pokok bahasan ekosistem pada siswa kelas VII E SMP
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 5
Surakarta kelas VII E Semester II Tahun Ajaran 2007/2008.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2008.
B Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu sebagai berikut:
1. Variabel Bebas (X) yaitu metode pembelajaran problem posing.
2. Variabel Terikat (Y) yaitu hasil belajar siswa yang meliputi dua
ranah kognitif dan afektif kelas VII E SMP Muhammadiyah 5
Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008.
C. Prosedur Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang bersifat praktis,
situsional, dan kontekstual berdasarkan permasalahan yang muncul
dalam pembelajaran sehari- hari di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta.
Peneliti senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara
dan prosedur yang efektif sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang
berulang-ulang dengan revisi untuk dapat meningkatkan hasil belajar.
sebagai guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan perencanaan yang
telah dibuat.
Penelitian ini mengacu pada model Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dan dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Reaserch
(CAR) yang secara singkat dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk
penelitian yang bersifat reflektif dengan alasan melakukan tindakan
tertentu agar dapat meningkatkan kualitas proses belajar di kelas dan
meningkatkan hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari nilai rata-rata
harian siswa.
Langkah- langkah yang ditempuh dalam penelitian tindakan kelas
ini yaitu: (1) observasi dan wawancara, (2) perencanaan tindakan, (3)
pelaksanaan tindakan, (4) evaluasi, (5) refleksi, (6) penyimpulan hasil
berupa pemahaman konsep.
Langkah- langkah penelitian dapat digambarkan dalam siklus
Gambar 2. Modifikasi dari Kemmis dan Mc Taggart (Sutama, 2006)
D.Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan bahan dan keterangan-keterangan sebagai data
dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut:
1. Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk
memperoleh data nilai semester II digunakan untuk mengetahui
kemampuan awal siswa dan nama siswa.
2. Observasi
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan
mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara
sistematis. Pada penelitian ini metode observasi dilakukan dengan
fenomena dalam pembelajaran biologi kelas VIIE SMP
Muhammadiyah 5 Surakarta.
3. Metode Problem Posing
Informasi atau data yang hendak diperoleh melalui metode ini
yaitu dari bermacam- macam segi, merumuskan masalah lalu mencari
pemecahan masalah melalui berbagai macam jalan. Dalam
pelaksanaannya melalui beberapa tahapan yaitu:
a. Penyadaran masalah
Pada awal pengajaran berusaha agar peserta didik sadar adanya
suatu masalah. Hal ini ditempuh dengan jalan: mengemukakan
beberapa fakta yang menonjol sebagai gejala dari suatu masalah,
memanfaatkan berita-berita, dan pengumpulan pendapat peserta
didik.
b. Analisa masalah
Kalau peserta didik sudah sadar akan adanya masalah maka ia
dapat diajak untuk menelaah masalah itu lebih lanjut yang perlu,
diperhatikan ialah aspek-aspek masalah, latar belakang sebab
pelaku dan ruang serta waktu sekitar masalah.
c. Perumusan masalah
Sesudah masalah dianalisa umumnya peserta didik mulai
mendapat gambaran yang lebih menyeluruh dan lebih terpadu
merumuskan dengan singkat dan padat apa sebenarnya
masalahnya.
d. Pemecahan masalah
Sesudah masalah dianalisa dan dirumuskan mulailah peserta
didik dirangsang untuk me ncari pemecahan yang
sebaik-baiknya. Tiap pemecahan ini berlangsung akan muncul cara
yang mana yang paling tepat, kekuatan, kelemahan, serta
kemungkinan penyelesainya.
e. Perumusan pemecahan masalah
Sesudah pemecahan masalah, peserta didik dapat merumuskan
secara singkat cara pemecahan yang dipilih itu. Dengan
demikian penerapan model pembelajaran problem posing di
SMP sebagai berikut: 1) guru meminta siswa untuk membaca
materi, 2) guru meminta siswa untuk menuliskan permasalahan
dan siswa yang bersangkutan harus dapat menyelesaikannya, 3)
guru mengklarifikasikan jawaban dari permasalahan pelatihan
soal, siswa diminta mengajukan permasalahan yang menantang
dan siswa yang bersangkutan harus dapat menyelesaikannya,
tugas ini dapat dilakukan secara kelompok, guru memberikan
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dari penelitian ini adalah dengan cara deskriptif
kuantitatif, yaitu dengan cara menganalisis data perkembangan siswa dari
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Tempat Penelitian
Sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah SMP
Muhammadiyah 5 Surakarta. Lokasi penelitian terletak di JL.Slamet Riyadi
443 Surakarta, dengan status terakreditasi A. Lingkungan fisik sekolah
terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang guru, perpustakaan, musola, ruang
tata usaha, ruang BP, ruang koperasi/gudang, ruang kelas, ruang penjaga
sekolah/kantin, ruang laboratorium IPA, WC/KM guru, WC/KM siswa,
ruang karawitan, ruang UKS, ruang OSIS/IRM, ruang ketrampilan menjahit,
ruang kesenian, ruang lab komputer, ruang lab bahasa, ruang studio musik,
ruang komite, ruang untuk parkir/halaman, lapangan volley ball, lompat
jauh, basket dan taman dalam. Keadaan lingkungan fisik sudah tertata rapi
dan bersih, pemanfaatan fasilitas sudah efektif dan optimal seperti
laboratorium IPA, bahasa dan komputer.
Ditinjau dari kualitas gurunya, SMP Muhammadiyah 5 Surakarta
memiliki 39 guru, 1 Kepala Sekolah, 6 orang bagian tata usaha, 1 orang
penjaga sekolah, 1 orang satpam dan 1 orang pembersih. Ditinjau dari
kualitas gurunya mayoritas merupakan lulusan dari sarjana pendidikan,
PGSLTP/PGSLTA, Diploma DIII, SI. Dari 39 guru terdiri dari guru tidak
tetap /GTT, guru kontrak atau guru bantu, guru PNS, guru yayasan, pegawai
Sedangkan jumlah siswa di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta secara
keseluruhan terdiri dari kelas VII-IX kurang lebih sebanyak 633 siswa.
Secara kuantitas kelas VII terdapat 6 kelas,yaitu kelas VIIA-VIIF yang tiap
kelasnya kurang lebih terdiri dari 40 siswa. Kelas VIII berjumlah 5 kelas
yaitu kelas VIIIA-VIIIE dan kelas IX terdiri dari 6 kelas yaitu kelas
IXA-IXF. Jumlah siswa setiap kelas tidak sama tetapi umumnya rata-ratr 40
siswa.
Karakter siswa VIIE sendiri pada umumnya dalam pembelajaran
Biologi yaitu siswa memiliki rasa kurang berminat terhadap pembelajaran
sehingga cenderung pasif dalam pembelajaran, juga tingkat pemahaman
siswa terhadap materi masih lemah. Hal ini terbukti dengan rendahnya hasil
belajar yang dicapai siswa. Selain itu suasana kelas juga tidak mendukung
karena kelas VIIE cenderung ramai dan kurang kondusif, ini menjadikan
para siswa sulit untuk berkonsentrasi dalam menerima materi pelajaran.
Sedangkan metode yang sering digunakan dalam proses pembelajaran
adalah metode ceramah, dimana siswa hanya berperan sebagai obyek dalam
pembelajaran. Berdasarkan kondisi tersebut maka peneliti bermaksud
mengadakan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa biologi kelas
VIIE dengan menggunakan pembelajaran problem posing.
2. Diolog Awal
Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2008, diawali
dengan dialog awal antara dosen, peneliti, kepala Sekolah dan guru iologi
09.00-10.30 di ruang tamu Kepala Sekolah yang disediakan pihak SMP
Muhammadiyah 5 Surakarta. Pertemuan tersebut sekaligus mengutarakan
maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan. Pada dialog
tersebut digunakan untuk mengetahui keadaan awal pembelajaran sebelum
dilaksanakan tindakan. Pada kesempatan ini Kepala Sekolah menyambut
baik kehadiran peneliti yang akan mengadakan penelitian.
Dialog awal kedua dilaksanakan pada hari Kamis 3 April 2008 pukul
09.00-10.00 WIB di ruang guru. Berdasarkan pengalaman guru biologi kelas
VIIE dan hasil observasi pendahuluan yang dilakukan peneliti disepakati
bahwa masalah yang perlu untuk segera diatasi dalam penelitian ini,
rendahnya tingkat pemahaman siswa kemampuan menguasai materi
terhadap biologi, keberanian siswa dalam menjawab dan mengajukan
pertanyaan belum ada, keaktifan siswa di dalam pembelajaran masih kurang,
belum optimal. Hal ini berdasarkan pada hasil ulangan harian siswa sebelum
penelitian, masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah 6 sehingga
hasil belajar yang dicapai belum optimal.
Setelah merumuskan masalah di atas, maka masalah-masalah
tersebut perlu dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas. Setelah
mendapatkan masalah, selanjutnya diskusi dilakukan untuk mengidentifikasi
faktor penyebab masalah. Hasil kerja kolaborasi antara guru kelas VIIE,
Kepala Sekolah dan peneliti disepakati bahwa penyebab masalah (tabel 1)
Tabel 1. Penyebab Masalah
Berbagai kemungkinan penyebab masalah yang dijelaskan di atas
kemudian dianalisis melalui kerja kolaborasi antara peneliti dan guru
biologi kelas VIIE berdasarkan observasi kelas. Dari hasil kolaborasi
tersebut peneliti dan guru biologi sepakat bahwa penyebab masalah yang
paling dominan adalah pembelajaran yang cenderung satu arah sehingga
berpusat pada guru dalam proses pembelajaran sehingga keaktifan hanya
pada guru tidak siswa.
No Faktor Penyebab Masalah
1 Siswa a. Ramai dalam proses belajar mengajar
b. Pasif dalam penerimaan informasi maupun dalam poses pembelajaran.
c. Sulit mengutarakan ide atau gagasan d. Takut untuk bertanya
e. Takut gagal dan takut berkomunikasi
f. Menganggap mata pelajaran biologi sebagai ilmu yang penuh hafalan.
2 Guru a. Kurang mendorong siswa untuk menyampaikan
pendapat atau untuk berperan aktif dalam pembelajaran.
b. Kurang memperhatikan siswa dalam
pembelajaran.
c. Penyampaian materi cendarung monoton (kurang
bervariasi) dengan metode ceramah. d. Tidak bisa menguasai kelas. 3 Proses
pembelajaran
a. Cenderung satu arah dan tidak demokratis. b. Pembelajaran masih terpusat pada guru. c. Keaktifan didominasi oleh guru.
4 Materi Ajar Nyata
5 Lain- lain a. Sarana dan Prasarana
b. Pengaruh siwa lain yang tidak belajar sangat kuat. c. Kurangnya perhatian orang tua terhadap kegiatan
Berdasarkan pada penyebab masalah yang telah disepakati oleh
rekan kolaborasi, kegiatan dilanjutkan dengan dialog untuk membahas
perencanaan solusi masalah yang dikembangkan berdasarkan akar penyebab
masalah yaitu kualitas pembelajaran biologi. Tindakan solusi masalah yang
disepakati oleh pembelajaran biologi yaitu strategi pembelajaran yang
cenderung monoton dan membosankan dibenahi menjadi pembelajaran
problem posing. Tindakan pembelajaran problem posing akan diterapkan
pada siswa kelas VIIE yang akan dikembangkan pada setiap siklus tindakan
melalui perencanaan yang terevisi. Dengan penerapan pembelajaran problem
posing dalam pembelajaran diharapkan dapat mengubah pembelajaran yang
semula siswa hanya pasif menjadi lebih aktif. Pembelajaran problem posing
yang dimaksud dalam penelitian adalah cara mengajar dimana siswa yang
diteliti untuk aktif dalam mengemukakan berbagai permasalahan dan guru
aktif dalam membimbing siswa sehingga siswa dilibatkan dalam kegiatan
belajar. Dengn pembelajaran problem posing diharapkan hasil belajar siswa
meningkat.
B. Pelaksanaan Eksperimentasi Pembelajaran dengan Problem Posing
Pelaksanaan pembelajaran dengan strategi Problem Posing pada siswa
kelas VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta tahun pelajaran 2007/2008
dilaksanakan dengan langkah- langkah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi terhadap kondisi siswa untuk menemukan siswa yang
aktif dan pasif dalam belajar melalui serangkaian kegiatan pengumpulan
wawancara dengan guru bidang studi sebelum pelaksanaan tindakan
kemudian melakukan observasi langsung pada siswa
2. Merencanakan solusi masalah, solusi yang peneliti tawarkan untuk
mengatasi masalah peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan
pendekatan Problem Posing.
3. Melaksanakan tindakan. Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti
melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode Problem Posing
untuk kelas VII E. Suatu perencanaan bersifat fleksibel dan siap dilakukan
perubahan sesuai apa yang terjadi dalam proses pelaksanaan di lapangan.
Pada tahap ini dalam melaksanakan pembelajaran di kelas lebih mengarah
pada subtansi yang menjadi permasalahan pokok untuk dapat
meningkatkan ranah kognitif, dan afektif siswa yaitu penerapan metode
Problem Posing. Pada setiap akhir tindakan dilaksanakan tes untuk
mengetahui hasil belajar yang telah dicapai siswa.
4. Melakukan observasi dan monitoring. Pada tahap ini sebenarnya berjalan
bersamaan dengan saat pelaksanaan pengamatan dilakukan pada waktu
tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang
sama. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua
hal yang diperlukan dan terjadi selama tindakan berlangsung.
Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi
atau penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara
cermat pelaksanaan tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya
data kuantitatif (hasil tes, kuis dan lain- lain) dan data kualitatif yang
menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa dan lain- lain.
Berdasarkan data yang terkumpul tersebut kemudian dilakukan analisis
dan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
5. Membuat refleksi. Pada tahap ini dimaksudkan untuk mengevaluasi secara
menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang
terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan
berikutnya. Refleksi ini mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap
hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dan
proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus
berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang,
dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi.
6. Melaksanakan eva luasi. Tes digunakan untuk mengumpulkan data
kenaikan hasil belajar yang dilaksanakan sebelum tindakan dan sesudah
tindakan. Kegiatan ini sebagai proses mengumpulkan, mengolah, dan
menyajikan informasi sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan
tindakan. Diantara dialog, perencanaan, pengambilan keputusan tindakan,
melakukan tindakan, pengamatan, refleksi, dan evaluasi merupakan proses
yang terkait secara logis, sistematis, dan berkesinambungan. Evaluasi
diarahkan pada penemuan bukti-bukti peningkatan ranah kognitif, afektif
dan psikomotor siswa.
C. Hasil Penelitian
Pelaksanaan pembelajaran dengan strategi problem posing diperlukan
untuk mendapatkan bukti empiris mengenai adanya peningkatan hasil belajar
siswa setelah memperoleh pembelajaran. Penelitian dilaksanakan dengan cara
melakukan pembelajaran dengan metode Problem Posing terhadap siswa kelas
VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta tahun ajaran 2007/2008 yang
bertindak sebagai sampel penelitian. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan
selama satu bulan yaitu bulan April 2008.
Eksperimentasi pembelajaran pertama kali dilakukan dengan metode
ceramah dan tanya jawab (siklus I) dan hasilnya diukur melalui pemberian
post test I. Kemudian diberikan pembelajaran dengan strategi Problem Posing,
yaitu menginstruksikan kepada siswa untuk membuat soal mengenai
ekosistem yang dianggap sulit dan mengkondisikan agar siswa aktif mencari
pemecahan masalah tersebut dan siswa dapat belajar secara mandiri. Metode
pembelajaran ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu siklus II dan siklus III.
Melalui pembelajaran dengan strategi Problem Posing ini siswa dapat
berperan aktif dalam mencari jawaban atas permasalahan yang dimunculkan.
Setelah pembelajaran dengan strategi Problem Posing siklus II selesai
dilaksanakan, maka dilakukan post test II untuk mengetahui apakah ada
peningkatan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Proses
pembelajaran selanjutnya adalah melaksanaan pembelajaran dengan strategi
Problem Posing siklus III dilakukan dengan menyuruh siswa membuat
Problem Posing siklus III, kemudian dilakukan post test III untuk mengukur
peningkatan penguasaan materi pelajaran.
Hasil pengukuran peningkatan hasil belajar pada post test I, II, dan III
dapat dilihat sebagai berikut (hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 7).
Tabel 1. Gambaran Hasil Belajar Biologi dengan Pembelajaran Problem
Posing pada Siswa Kelas VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta
Tahun Ajaran 2007/2008
Distribusi
Statistik Awal Post Test I Post Test II Post Test III
Rata-rata 55,90 67,69 71,03 74,62
Standart Deviasi 12,72 11,92 15,95 14,98
Minimal 30,00 43,33 43,33 43,33
Maksimal 80,00 90,00 96,67 96,67
Hasil dokumentasi nilai awal siswa diperoleh nilai tertinggi sebesar 80
dan nilai terendah 30,00, rata-rata (mean) sebesar 55,90, dan standar deviasi
(SD) sebesar 12,72. Selanjutnya hasil penilaian pelaksanaan post test I
terhadap siswa diperoleh nilai tertinggi sebesar 90 dan nilai terendah 43,33,
rata-rata (mean) sebesar 67,69, dan standar deviasi (SD) sebesar 11,92.
Selanjutnya hasil pelaksanaan post test II setelah siswa memperoleh
pembelajaran dengan Problem Posing memperoleh nilai tertinggi sebesar
96,67 dan nilai terendah 43,33 dengan rata-rata (mean) sebesar 71,03 dan
standar deviasi (SD) sebesar 15,95. Sedangkan hasil pelaksanaan post test III
pada pembelajaran Problem Posing siswa memperoleh nilai tertinggi sebesar
standar deviasi (SD) sebesar 14,98 (perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 7). Deskripsi hasil evaluasi tahap belajar post test I, II, dan III
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan nilai awal
yang dimiliki siswa. Artinya pemahaman siswa mengalami peningkatan
setelah dilaksanakan pembelajaran dengan Problem Posing.
Selanjutnya berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh hasil yang
dirangkum sebagai berikut:
Tabel IV.1
Tabel Hasil Analisis Regresi
Regresi a b Fhitung Ftabel 5% Keterangan
Awal – Post test I 46,889 0,908 2,102 4,08 signifikan
Awal – Post test II 59,241 0,216 4,879 4,08 Signifikan
Awal – Post test III 44,240 0,543 10,002 4,08 Signifikan
Dari hasil perhitungan pada post test I diperoleh Freg sebesar 2,102
sedangkan harga Ftabel pada taraf signifikansi 5% adalah 4,08. Hasil
perbandingan menunjukkan bahwa Freg < Ftabel yaitu 2,102 < 4,08. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh proses hasil belajar
dengan problem posing terhadap hasil belajar biologi.
Selanjutnya hasil analisis regresi pada post test II diperoleh Freg sebesar
4,879 sedangkan harga Ftabel pada taraf signifikansi 5% adalah 4,08. Hasil
perbandingan menunjukkan bahwa Freg > Ftabel yaitu 4,879 > 4,08. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa proses hasil belajar dengan problem posing
berpengaruh terhadap hasil belajar biologi.
Hasil analisis regresi pada post test III diperoleh Freg sebesar 10,002
perbandingan menunjukkan bahwa Freg > Ftabel yaitu 10,002 > 4,08. Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa proses hasil belajar dengan problem posing
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar biologi.
D. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap hasil penilaian
yang dilakukan pada post test siklus I, II, dan III, dapat diketahui adanya
peningkatan hasil belajar biologi. Peningkatan hasil belajar menunjukkan
rata-rata hasil belajar post test I (67,69) menunjukkan adanya peningkatan
dibandingkan nilai awal (55,90), kemudian rata-rata hasil belajar post test II
(71,03) menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan hasil post test I
(67,69), dan hasil belajar post test III lebih meningkat dengan mencapai
rata-rata sebesar 74,62. Peningkatan hasil belajar ini menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan metode Problem Posing efektif dalam meningkatkan
pemahaman dan pengetahuan siswa, hal ini dapat dilihat dari peningkatan
hasil belajar siswa.
Adanya peningkatan hasil belajar dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar 1. Peningkatan Hasil Belajar Biologi dengan Pembelajaran Problem Posing pada Siswa Kelas VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008.
74,62
55,90
67,69 71,03
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00
Awal Post Test I Post Test
II
Post Test III
Hasil Belajar
Gambar 1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa
pada akhir pembelajaran siklus I, II, dan III dibandingkan nilai awal. Hasil
belajar setelah pembelajaran dengan metode Problem Posing pada siklus I
lebih meningkat dibanding nilai awal, siklus II lebih meningkat dibandingkan
siklus I, dan hasil belajar siklus III lebih meningkat dari siklus II. Peningkatan
ini karena siswa dapat memahami secara lebih luas dan mendalam terhadap
materi yang diajarkan. Pengetahuan dan pemahaman yang meningkat ini
terjadi karena siswa mampu menemukan jawaban atas permasalahan dan
pertanyaan dari diajukan guru ataupun yang diajukan siswa lainnya melalui
pembelajaran Problem Posing, sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk
mengetahui jawaban yang benar atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
guru atau siswa.
Hasil penelitia n ini menunjukkan bahwa melalui Problem Posing
meningkat (dengan rata-rata nilai akhir pada siklus III sebesar 74,62). Hal ini
membuktikan bahwa pembelajaran memerlukan variasi dalam metode
penyampaiannya. Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan
kekurangan. Kekurangan dari suatu metode dapat ditutup dengan metode
lainnya. Oleh karena itu tidak ada metode mengajar yang paling baik dengan
demikian guru tidak hanya menggunakan satu metode saja dalam proses
mengajarnya, tetapi dapat menggunakan beberapa metode. Metode
pembelajaran yang monoton yaitu dengan metode ceramah, terbukti tidak
cukup membantu siswa memahami materi pelajaran sepenuhnya (terbukti dari
hasil penilaian post test I hanya memperoleh rata-rata hasil belajar sebesar
67,69). Dalam praktiknya metode mengajar tidak bisa berdiri sendiri, oleh
karena itu suatu metode harus dikombinasikan dengan metode yang lain.
Kombinasi metode antara dua sampai tiga metode mengajar merupakan suatu
keharusan dalam proses belajar mengajar, setiap metode bila digunakan
dengan tepat akan menjadi metode yang baik (Sudjana, 2002).
Proses pembelajaran di SMP harus mulai lebih ditekankan pada
penerapan prinsip-prinsip belajar kognitif. Implikasi teori belajar kognitif
dalam pengajaran biologi adalah memusatkan kepada berpikir atau proses
mental anak, dan tidak sekedar kepada hasilnya. Siswa secara aktif harus
membangun pengetahuan sendiri. Salah satu bentuk pembelajaran yang
berorientasi pada pemahaman yang lebih luas adalah pembelajaran dengan
Problem Posing. Agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik, maka siswa
digunakan. Hal ini dilakukan agar siswa telah memiliki keterampilan yang
diperlukan untuk strategi pembelajaran Problem Posing. Keterampilan yang
dilatih seperti mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan atau
menanggapi, mencari solusi permasalahan, menyampaikan ide atau pendapat,
mendengarkan secara aktif, dan sebagainya.
Dalam rangka mengaktifkan siswa agar memperoleh pemahaman yang
lebih baik dalam proses pembelajaran, maka guru harus menggunakan metode
yang bervariasi. Sangat dianjurkan agar guru menggunakan kombinasi metode
mengajar setiap kali mengajar (Sudjana, 2002). Sebab untuk dapat melakukan
proses pembelajaran yang baik guru dapat memilih dan menggunakan
beberapa metode mengajar. Metode mengajar banyak sekali jenisnya,
masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kekurangan suatu
metode dapat ditutup dengan metode mengajar yang lain sehingga guru dapat
menggunakan beberapa metode mengajar dalam melakukan proses belajar
mengajar. Pemilihan suatu metode perlu memperhatikan beberapa hal seperti
materi yang akan disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia dan
siswa serta hal- hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.
Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau
pemahaman. Oleh karena itu, guru perlu memberikan motivasi kepada siswa
untuk memanfaatkan segenap potensinya dalam membangun gagasan. Dalam
konteks ini tanggung jawab belajar ada pada diri siswa. Sementara itu, guru
bertanggung jawab menciptakan situasi yang mendorong terjadinya prakarsa,
dapat melakukan tugas ini, prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar dan
pemberian motivasi dalam kurikulum berbasis kompetensi hendaknya
dipahami dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Prinsip-prinsip
tersebut meliputi (Pusat Kurikulum, 2006):
1. Kegiatan belajar berpusat pada siswa, kegiatan belajar yang memusatkan
perhatian pada siswa diindikasikan oleh tingginya perhatian terhadap
keragaman yang dimiliki siswa, baik keragaman kemampuan, bakat,
minat, sikap, maupun latar belakang keluarga. Oleh karena itu KBM
hendaknya memperhatikan keragaman siswa ini melalui
program-programnya.
2. Belajar dengan melakukan, konsepsi learning by doing artinya para siswa
tidak hanya dicekoki dengan sejumlah informasi melalui metode ceramah,
akan tetapi mereka justru ditantang untuk lebih banyak mempraktekan
konsep atau teori dalam kegiatan pembelajaran dan kehidupannya
sehari-hari.
3. Mengembangkan kemampuan sosial, pemahaman siswa akan lebih mudah
jika mereka difasilitasi untuk mengemukakan berbagai gagasannya
terhadap siswa lain dan guru. Melalui langkah seperti ini, interaksi antara
siswa dengan lingkungan sosialnya akan semakin kuat. Oleh karena itu,
metode diskusi, saling bertanya, dan saling menjelaskan akan memupuk
kemampuan siswa mengkomunikasikan gagasannya. Melalui forum ini
pula para siswa dilatih untuk menerima dan menghargai pendapat orang