• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Perencanaan Karier Melalui Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas XI PM 2 SMK Negeri 1 Salatiga T1 132012045 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Perencanaan Karier Melalui Bimbingan Kelompok pada Siswa Kelas XI PM 2 SMK Negeri 1 Salatiga T1 132012045 BAB II"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI 2.1.Peningkatan Kemampuan Perencanaan Karier 2.1.1. Definisi Perencanaan Karier

Perencanaan Karier (career planning) menurut Super (dalam Sukardi, 1997) adalah sebagai suatu rangkaian pekerjaan-pekerjaan, jabatan-jabatan dan kedudukan yang mengarah pada kehidupan dalam dunia kerja. Perencanaan yaitu suatu proses untuk merencanakan tujuan-tujuan yang akan dicapai serta bagaimana cara untuk mencapainya. Dengan perencanaan yang matang, maka seseorang akan bisa menetukan langkah-langkah maupun cara untuk mencapai

tujuan tersebut. Menurut Simamora (2001), perencanaan karier merupakan proses untuk menyadari diri sendiri terhadap peluang-peluang, kesempatan-kesempatan, kendala-kendala, pilihan-pilihan dan konsekuensi-konsekuensi, mengidentifikansi tujuan-tujuan yang berkaitan dengan karier dan penyusunan program kerja, pendidikan dan yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman yang bersifat pengembangan guna menyediakan arah, waktu dan urutan langkah-langkah yang diambil untuk meraih tujuan karier. Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perencanakan karier adalah serangkaian pekerjaan, jabatan, dan kedudukan yang mengarah pada dunia kerja dan menyusun program kerja dimasa mendatang guna menyiapkan tujuan karier dan informasi tentang dunia kerja.

Seseorang akan bekerja dengan senang hati dan penuh kegembiraan apabila apa yang dikerjakan itu memang sesuai dengan keadaan dirinya, kemampuannya, dan minatnya. Sebaliknya, apabila seseorang bekerja tidak sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya maka dapat dipastikan ia akan kurang bergairah dalam bekerja, kurang senang, dan kurang tekun. Kemampuan perencanaan karier adalah kecakapan atau kesanggupan seseorang dalam proses memahami potensi diri (bakat, minat, keyakinan, nilai) terhadap peluang-peluang,

(2)

2.1.2. Teori Perencanaan Karier

Teori Donald E Super (dalam Sukardi, 1997) perkembangan karier (Developmental career) menitik beratkan pada proses perkembangan karier, yang

berfokus pada pertumbuhan dan arah dari sejumlah persoalan karier individu sepanjang rentang hidupnya. Perkembangan minat, kecakapan, daya tahan, dan nilai-nilai akan berlangsung pada masa remaja. Sehubungan dengan perkembangan yang mengarah kepada kematangan karier, maka individu pada masa remaja ini perlu dibekali dengan pengetahuan tentang pengambian keputusan dan informasi jabatan.

Super (Sharf, 1992) mengasumsikan perkembangan karier merupakan peran

individu dalam dunia yang mereka tempati. Ia juga menjelaskan bahwa peran individu mencakup pengaruh dari hasil belajar, layanan kelompok, peluang, kerja, dan keluarga bagi perkembangan karier sepanjang hidup.Teori Super mengemukakan teorinya tentang pemilihan karier sebagai implementasi dari konsep diri. Menurut teori Super yang berkaitan dengan pemilihan karier adalah sebagi berikut:

a. individu itu mempunyai kualifikasi atau wewenang untuk banyak bidang pekerjaan.

b. Setiap bidang pekerjaan menuntut pola karakteristik kecakapan dan ciri-ciri pribadi.

c. Meskipun konsep diri individu dan situasi sosial berubah, proses pemilihan tetap berlangsung sejalan dengan pertumbuhan, mulai dari tahap eksplorasi, pemantapan, pemilihan dan penurunan.

d. Pola-pola karier (tingkat, urutan, dan durasi pekerjaan) berkaitan dengan tingkat sosial-ekonomi orang tua, kecakapn, kepribadian, dan kesempatan). e. Perkembangan vokasional (karier) sebagai implementasi konsep diri

merupakan hasil interaksi antara pembawaan, faktor fisik, kesempatan peran-peran tertentu, dan dukungan dari teman sebaya dan orang yang memiliki

kelebihan.

(3)

g. Kepuasan tergantung pada kesempatan memperoleh kepuasan kebutuhan pribadi, dan situasi kerja yang memberikan kesempatan bermain peran.

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut lahirlah konsep Super yang berkaitan dengan peran-peran hidup (life roles) dan tahap-tahap perkembangan (developmental tasks).

a. Peran-peran hidup (life roles)

Konsep yang dikembangkan dalam teori Super salah satunya adalah konsep tentang peran hidup (life roles). Super mendefinisikan pda enam peran hidup yang utama, yaitu anak-anak (child), pelajar (student), aktifitas diwaktu luang (lisure), warga masyarakat (citizen), pekerja (worker), dan peran dalam

keluarga (homemaker). Peran dalam aktivitas dalam waktu luang, pelajar dan anak-anak merupakan informasi penting bagi anak-anak, sedangkan peran pekerja, warga masyarakat, dan rumah tangga (dalam konsep tanggung jawab masing-masing peran) sangatlah minim. Baru pada tahap remaja peran warga masyarakat dan pekerja dapat menjadi peran penting, tetapi tetap dalam batas tertentu. Pada tahap ini bekerja sering dihubungkan secra tidak langsung untuk pengetahuan tentang karier. Pada masa dewasa fungsi dan kemampuan dalam memilih peran hidup menjadi unsur penting dalam perkembangan karier, khususnya sejak menginjak masa remaja akhir.

Keenam peran utama individu yang disebut oleh Super terkenal dengan istilah “pelangi karier kehidupan” (the life career rainbow). Dimensi longitudinal dari gambar tersebut menunjukkan rentangan kehidupan “mexicycle”, yang mencakup tahap-tahap perkembagan karier dari tahap pertumbuhan (growth) sampai dengan kemunduran (decline).

b. Tahap perkembangan

(4)

masing-masing pilihan itu dipengaruhi oleh banyak orang dan faktor, berbagai kondisi, serta kebutuhan-kebutuhan dan sifat-sifat pribadi individu itu sendiri. Super (Manrihu, 1992) meringkas konsep life stages ke dalam 12 proposisi perkembangan karier sebagi berikut:

1. Individu berbeda dalam kemampuan-kemampuan, minat-minat, dan kepribadian-kepribadiannya.

2. Dengan sifat-sifat yang berbeda, individu mempunyai kewenangan untuk melakukan sejumlah pekerjaan.

3. Masing-masing pekerjaan menuntut pola khas kemampuan, mina, dan

sifat-sifat kepribadian.

4. Preferensi dan kompensi vokasional dapat berubah sesuai dengan situasi kehidupan.

5. Proses perubahan dapat dirangkum dalam satu rangkaian tahap kehidupan. 6. Sifat dan pola karier ditentukan oleh taraf sosioekonomik, kemampuan

mental, dan kesempatan yang terbuka, dan karakteristik kepribadian individu. 7. Perkembangna karier adalah fungsi dari kematangan biologis dan realitas

dalam perkembangan konsep diri.

8. Faktor yang banyak menentukan dalam perkembangan karier adalah perkembangan dan implementasi konsep diri.

9. Proses pemilihan karier merupakan hasil perpaduan antara faktor individual dan faktor sosial, serta antara konsep diri dan kenyataan.

10.Keputusan karier tergantung pada dinamika individu menemukan jalan keluar yang memadai bagi kemampuan , minat, sifat, kepribadian dan nilai.

11.Taraf keputusan yang individual diperoleh dari pekerjaan sebanding dengan tingkat dinamika mereka telah sanggup mengimplementasikan konsep dirinya. 12.Pekerjaan dan okupasi menyediakan suatu fokus untuk organisasi kepribadian

baik pria maupun wanita.

Dalam teori rentang hidup dari Super terdapat suatu konsep yang disebut dengan kematangan karier (career maturity) kematangan karier (career maturity)

(5)

career developmental) yang dicetuskan oleh Super. Super memperkenalkan dan mempopulerkan konsep tentang kematangan karier setelah penelitiannya tentang pola karier ditahun 1950-an. Kematangan karier ( career maturity) didefinisikan sebagai kesesuaian antara perilaku karier dengan individu dengan perilaku karier yang diharapkan pada usia tertentu disetiap tahap.

Berdasarkan pada uraian tersebut dapat dimaknai bahwa kematangan karier remaja dapat diukur dari dimilikinya indikator-indikator kematangan karier sebagai berikut:

Pertama, aspek perencanaan karier (career planning). Aspek ini meliputi indikator-indikator berikut: 1) mempelajari informasi karier; 2) membicarakan

karier dengan orang dewasa; 3) mengikuti pendidikan tambahan (kursus) untuk menambah pengetahuan tentang keputusan karier; 4) berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler; 5) mengikuti pelatihan-pelatihan berkaitan dengan pekerjaan yang diinginkan; 6) mengetahui kondisi pekerjaan yang diinginkan; 7) mengetahuai persyaratan pendidikan untuk pekerjaan yang diiginkan; 8) dapat merencanakan apa yang harus dilakukan setelah tamat sekolah; 9) mengetahui cara dan kesempatan memasuki dunia kerja yang diinginkan; dan 10) mampu mengatur waktu luang secara efektif.

(6)

Ketiga, pengetahuan tentang membuat keputusan karier (world of work information). Menurut Super (Sharf 1993) konsep ini memiliki dua komponen

dasar, yaitu: pertama hubungan dengan tugas perkembangan ketika individu harus mengetahui minat dan kemampuan dirinya, mengetahui cara orang lain mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaannya, dan mengetahui alasan orang lain berganti pekerjaan. Kedua, konsep yang berkaitan dengan pengetahua tentang tugas-tugas pekerjaan dalam satu vokasional dan perilaku-perilaku dalam bekerja.

Keempat, aspek pengetahuan tentang kelompok pekerjaan yang lebih

disukai (knowledge of prepared accupational group). Aspek ini terdiri dari indikator-indikator berikut: 1) memahami tugas dari pekerjaan yang diinginkan; 2) mengetahui sarana yang dibutuhkan dari pekerjaan yang diinginkan; 3) mengetahui persyaratan fisik dan psikologis dari pekerjaan yang diinginkan; 4) mengetahui minat-minat dan alasan-alasan yang tepat dalam memilih pekerjaan.

Kelima, aspek realism keputusan karier (realism). Realism keputusan karier adalah perbandingan antara kemampuan individu dengan pilihan pekerjaan secara realistis (Super dalam Sharf 1992). Aspek ini terdiri dari indikator-indikator sebagai berikut; 1) memiliki pemahaman yang baik tentang kekuatan dan kelemahan diri berhubungan dengan pilihan karier yang diinginkan; 2) mampu melihat faktor-faktor yang akan mendukung atau menghambat karier yang diinginkan; 3) mampu melihat kesempatan yang ada berkaitan dengan pilihan karier yang diinginkan; 4) mampu memilih salah satu alternatif pekerjaan dari berbagai pekerjaan yang beragam; 5) dapat mengembangkan kebiasaan belajar dan bekerja secara efektif.

Keenam, orientasi karier (career orientation). Orientasi karier didefinisikan sebagi skor total dari; 1) sikap terhadap karier; 2) keterampilan membuat keputusan karier; dan 3) informasi dunia kerja.

(7)

pemikiran dalam membuat keputusan karier. Informasi tetang dunia kerja terdiri atas memiliki informasi tentang pekerjaan tertentu dan memiliki informasi tentang orang lain dalam dunia kerjannya.

2.1.3. Tujuan Perencanaan Karier

Menurut Super (dalam Winkel dan Hastuti 2004: 683) tujuan perencanaan karier adalah sebagai berikut:

a. Aspek psikologi

Ditinjau dari aspek psikologi, perencanaan karier bertujuan agar perwujudan diri setiap siswa sesuai dengan kemampuan intelektual, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, bakat, minat, kebutuhan, perasaan, nilai,

kepribadian, dan tujuan dirinya. b. Aspek fisiologi

Perencanaan karier bertujuan agar perwujudan diri siswa selaras dengan kondisi fisik yang diperlukan untuk memperoleh keberhasilan dalam perjalanan hidup menuju kearah karier yang dicita-citakan.

c. Aspek sosiologis

Perencanaan karier bertujuan agar perwujudan diri setiap siswa selaras dengan kemampuan intelektual yaitu kemampuan yang menunjang efektifitas interaksi dengan orang lain seperti keterampilan ekpresi diri, memahami pengaruh orang lain, mencapai rasa aman bersama orang lain, keterampilan memecahkan masalah-masalah kehidupan seperti mendapatkan pekerjaan, mengatur waktu, persiapan berkeluarga dan memahami nilai-nilai kehidupan. d. Aspek ekonomi

Perencanaan karier bertujuan agar perwujudan diri setiap individu selaras dan seimbang dengan kondisi ekonomi yang dimiliki, pola-pola hidup dan pekerjaan yang diharapkan.

e. Aspek spiritual

Perencanaan karier bertujuan agar perwujudan diri setiap siswa sesuai dengan

(8)

Bimbingan karier merupakan salah satu aspek dari bimbingan dan konseling. Bimo Walgito (2004) menyatakan bahwa tujuan bimbingan karier adalah untuk membantu para siswa agar:

1. Dapat memahami dan menilai diri sendiri, terutama yang berkaitan dengan potensi yang ada dalam dirinya mengenai kemampuan, minat, bakat, sikap, dan cita-cita.

2. Menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada dalam dirinya dan yang ada dalam masyarakat.

3. Mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan potensi yang ada dalam dirinya, mengetahui jenis-jenis pendidikan dan latihan yang

diperlukan bagi suatu bidang tertentu, serta memahami hubungan usaha dirinya yang sekarang dengan masa depan.

4. Menemukan hambatan-hambatan yang mungkin timbul, yang disebabkan oleh dirinya sendiri dan faktor lingkungan, serta mencari jalan untuk dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

5. Siswa dapat merencanakan masa depannya, serta menemukan karier dan kehidupannya yang serasi dan sesuai.

Bimbingan karier merupakan usaha untuk mengetahui dan memahami diri, memahami apa yang ada dalam diri sendiri dengan baik, serta untuk mengetahui dengan baik pekerjaan apa saja yang ada dan persyaratan apa yang dituntut untuk pekerjaan itu. Peserta didik dapat memadukan apa yang dituntut oleh suatu pekerjaan atau karier dengan kemampuan atau potensi yang ada dalam dirinya. Apabila terdapat hambatan-hambatan maka hambatan-hambatan apa yang sekiranya ada dan bagaimana cara mengatasi hambatan yang mungkin ada.

2.1.4. Aspek-aspek Perencanaan Karier

Menurut Super (dalam Winkel dan Hastuti 204-644) aspek-aspek perencanaan karier adalah:

(9)

Membuat struktur gambaran diri artinya sebagai kegiatan untuk mengetahui kondisi dirinya, baik secara intelektual, eksternal, akademik, kemampuan dalam bidang lain dan pengembangan bakat dan minat siswa yang nantinya digunakan sebagai informasi dan referensi dalam perencanaan karier.

b. Mengembangkan struktur gambaran diri

Struktur gambaran diri yang telah diperoleh kemudian dikembangkan dan dikelola sehingga diperoleh gambaran sementara karier yang dicita-citakan. c. Mempertimbangkan alternatif

Berdasarkan pengembangan dan pengelolaan struktur gambaran diri seperti yang dijabarkan diatas, diharapkan siswa dapat mempertimbangkan alternatif

yang dicita-citakan. Pertimbangan ini sangat penting untuk merencanakan karier masa depan.

d. Mengambil keputusan

Berdasarkan pertimbangan alternatif, siswa diharapkan mampu mengambil keputusan secara matang guna untuk mewujudkan perencanaan kariernya dimasa depan.

2.2.Bimbingan Kelompok

2.2.1. Pengertian Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok adalah salah satu teknik bimbingan yang berusaha membantu individu agar dapat mencapai perkembangannya secara optimal sesuai dengan kemampuan, bakat, minat, serta nilai-nilai yang dianutnya, dan dilaksanakan dalam situasi keompok. Bimbingan kelompok bersifat pencegahan dan pengembangan dan berorientasi pada pencapaian tujuan. Layanan bimbingan kelompok merupakan suatu bantuan untuk mengatasi permasalahan peserta didik yang memanfaatkan dinamika kelompok yang bertujuan menggali dan mengembangkan potensi diri individu. Bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam kelompok (Prayitno, 1996). Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam situasi kelompok (Romlah,2002). Bimbingan kelompok ditunjukkan untuk

(10)

pada peserta didik. Menurut Sukardi (2002) layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik bersama-sama memperoleh bahan dari narasumber tertentu (terutama dari guru pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai pelajar, anggota kelompok, anggota keluarga, dan masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan.

2.2.2. Tahap-Tahap dalam Bimbingan Kelompok

Berikut ini adalah tahap-tahap dalam bimbingan kelompok menurut Prayitno

(1996) yaitu sebagi berikut:

1. Tahap pembentukan

Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri kedalamam kelompok. Para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan atau harapan-harapan yang ingin dicapai. Memberi penjelasan tentang bimbingan kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan mengapa bimbingan kelompok dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok. Jika ada masalah dalam proses pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara penyelesaikannya.

2. Tahap peralihan

Tahap kedua merupakan jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga. Para anggota dapat segera memasuki tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Para anggota enggan memasuki tahap kegiatan kelompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya kepemimpinannya yang khas, membawa para nggota kelompok pada tahap kegiatan. Adapun yang dilaksanaakan pada tahap ini yaitu:

(11)

b. Menawarkan atau mengamati apakan para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selajutnya.

c. Membahas suasan yang terjadi.

d. Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota kelompok e. Bila perlu kembali kepada beberapa aspek berikutnya. 3. Tahap kegiatan

Tahap ini merupakan tahap inti dari kegiatan kelompok, maka aspek-aspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masing-masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok. Ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin kelompok dalam tahap

ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguasaan serta penuh empati. Pada tahap ini ada beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan yaitu sebagia berikut:

a. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah dan topik bahasan.

b. Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu. c. Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas. d. Kegiatan selingan

Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar dapat terungkapnya. Masalah atau topik yang disarankan, dipikirkan dan dialami oleh anggota kelompok. Selain itu dapat terbahasnya masalah yang dikemukankan secara mendalam dan tuntas serta ikut sertanya seluruh anggota secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran atupun perasaan.

4. Tahap pengakhiran

Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang

(12)

kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan. Ada beberapa hal yang harus dilakukan pada tahap ini yaitu:

a. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.

b. Pemimpin dan anggota kelompok megemukakan kesan dan hasil-hasil kegiatan.

c. Membahas kegiatan lanjutan. d. Mengemukakan pesan dan harapan

Setelah kegiata kelompok memasuki pada tahap pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya diputuskan pada pembahasan dan penjelasan tentang apakah para anggota mampu menerapkan hal-hal yang mereka pelajari (dalam suasana kelompok) pada kegiatan mereka sehari-hari.

2.2.3. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok

Tujuan bimbingan kelompok menurut Prayitno (2004) adalah sebagi berikut:

a. Tujuan umum

(13)

kemampuan berkomunikasi, bersosialisasi dan bersikap dapat dikembangkan. Selain tujuan tersebut yaitu untuk mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan dinamika kelompok.

b. Tujuan khusus

Bimbingan kelompok dimaksud membahas topik-topik tertentu. Melalui dinamika kelompok yang intensif, pembahasan topik-topik itu mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang diwujudkannya tingkahlaku yang lebih efektif. Dalam hal ini

kemampuan berkomunikasi verbal dan non verbal ditingkatkan.

Sedangkan tujuan bimbingan kelompok menurut Bennet ( Romlah, 2001)

yaitu sebagai berikut:

a. Member kesempatan pada peserta didik belajar hal-hal yang penting yang berguna bagi pengarahan dirinya yang berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.

b. Memberi layanan-layanan penyembuhan melalui kegiatan kelompok. c. Untuk mencapai tujuan-tujuan bimbingan secara lebih ekomonis dan

efektif dari pada melalui kegiatan bimbingan individual. d. Untuk melaksanakan konseling individu secara lebih efektif.

2.2.4. Manfaat Layanan Bimbingan Kelompok

Menurut Winkel & Sri Hastuti (2004) manfaat layanan bimbingan kelompok adalah sebgai berikut:

a. Mendapat kesempatan untuk berkontak dengan banyak siswa, denagn memberi layanan bimbingan kelompok dapat bertemu dengan banyak siswa dan dapat mengerti perkembangan siswa.

(14)

c. Siswa dapat menyadari tantangan yang akan dihadapi, setelah pemberian informasi.

d. Siswa dapat menerima dirinya setelah menyadari bahwa teman-temannya sering mengadapi persoalan, kesulitan dan tantangan yang kerap kali sama dan lebih berani mengemukakan pandangannya sendiri bila berada dalam kelompok, dan hal ini yang dimaksud lebih terbuka dalam berkomunikasi. e. Diberikan kesempatan untuk mendiskusikan sesuatu bersama.

f. Lebih menerima suatu pandangan atau pendapat bila dikemukakan oleh seorang teman dari pada yang dikemukankan oleh seorang konselor.

Sedangkan menurut Sukardi (2008) manfaat layanan bimbingan kelompok adalah sebagai berikut:

a. Diberikan kesempatan yang luas untuk berpendapat dan membicarakan berbagai hal yang terjadi disekitarnya.

b. Memiliki pemahaman yang obyektif, tepat dan cukup luas tentang berbagai hal yang mereka bicarakan.

c. Menimbulkan sikap yang positif terhadap keadaan diri dan lingkungan mereka yang berhubungan dengan hal-hal yang mereka bicarakan dalam kelompok. d. Menyusun program-pragram kegiatan untuk mewujudkan penolakan terhadap

hal yang buruk dan dukungan terhadap yang baik.

e. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang nyata dan langsung untuk membuahkan hasil sebagaimana yang mereka programkan semula.

2.2.5. Teknik-Teknik Layanan Bimbingan Kelompok

Romlah (2001) menyebutkan beberapa teknik yang dapat diterapkan atau dilakukan dalam bimbingan kelompok yaitu sebagai berikut:

a. Pemberian informasi atau ekspositori

Pemberian penjelasan oleh seseorang pembicara kepada sekelompok pendengar. Bias juga diberikan secara tertulis misal pada papan bimbingan, majalah sekolah, rekaman, selembaran, video dan film.

(15)

Diskusi kelompok adalah percakapan yang sudah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan, dibawah pimpinan seorang pemimpin.

c. Pemecahan masalah

Teknik pemecahan masalah mengajarkan bagaimana pada individu memecahkan masalah secara sistematis.

d. Permainan peran

Istilah permainan peran mempunyai empat macam arti, yaitu: (1) sesuatu yang bersifat sandiwara, diman pemain memainkan peran sesuai dengan lakon yang sudah ditulis, dan memainkannya dengan tujuan hiburan; (2) sesuatu yang

bersifat sosiologis, atau pola-pola perilaku yang ditentukan oleh norma-norma sosial; (3) suatu perilaku tiruan atau perilaku tipuan dimana seseorang berusaha memperbodoh orang lain dengan jalan berperilaku berlawanan dengan apa yang sebenarnya diharapkan, dirasakan atau diinginkan; dan (4) sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan, dimana individu memerankan situasi yang imaginatif dengan tujuan untuk membantu tercapainnya pemahaman diri sendiri, meningkatkan keterampilan-keterampilan, menganalisis perilaku, atau menunjukkan orang lain bagaimana perilaku seseorang atau bagaimana seseorang harus bertingkah laku.

e. Permainan simulasi

Bermain simulasi adalah suatu aktivitas yang menyenangkan , ringan, bersifat kompetitif, atau kedua-duannya. Permainan simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan situasi-situasi yang terdapat dalam kehidupan yang sebenarnya.

f. Teknik menciptakan suasana kekeluargaan

Dimana siswa dan guru menciptakan suasana yang nyaman seperti ketika mereka berada dirumah sehingga siswa tidak akan malu dalam berbicara dihadapan teman dan guru.

(16)

Kegiatan yang diprogramkan oleh sekolah untuk mengunjungi obyek-obyek yang ada kaitanya dengan bidang studi yang dipelajari siswa, dan dilakukan dengan tujuan belajar secara khusus.

Dari beberapa teknik diatas tidak semua teknik akan digunakan dalam layanan bimbingan kelompok dalam meningkatkan perencanan karier, teknik yang digunakan adalah yang sesuai atau membantu dalam meningkatkan perencananan karier.

2.2.6. Kerangka Berfikir

Perencanaan Karier (career planning) menurut Super (dalam Sukardi, 1997) adalah sebagai suatu rangkaian pekerjaan-pekerjaan, jabatan-jabatan dan

kedudukan yang mengarah pada kehidupan dalam dunia kerja. Perencanaan yaitu suatu proses untuk merencanakan tujuan-tujuan yang akan dicapai serta bagaimana cara untuk mencapainya. Dengan perencanaan yang matang, maka seseorang akan bisa menetukan langkah-langkah maupun cara untuk mencapai tujuan tersebut. Dengan begitu perserta didik memerlukan bimbingan dalam hal karier dalam merencanakan karier peserta didik agar menjadi lebih matang. Bimbingan karier dapat diberikan melalui bimbingan kelompok.

Menurut Sukardi (2002) layanan bimbingan kelompok adalah layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik bersama-sama memperoleh bahan dari narasumber tertentu (terutama dari guru pembimbing atau konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai pelajar, anggota kelompok, anggota keluarga, dan masyarakat serta untuk mempertimbangkan dalam pengambilan keputusan.

(17)
[image:17.612.103.534.92.620.2]

Gambar 2.3. Kerangka Berfikir Peserta didik kurang merencanakan

kariernya dengan matang

Bimbingan kelompok

Peserta didik mampu meningkatkan perencanaan kariernya dengan matang

Dari gambar 2.3 dapat dilihat bahwa peserta didik yang kurang mampu dalam merencanakan kariernya akan diberikan layanan bimbingan kelompok, agar peserta didik mampu merencanakan kariernya dengan matang, sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.

2.2.7. Penelitian yang Terkait

Penelitian yang dilakukan oleh Listiana (2006) meneliti tentang “ Keefektifan Bimbingan Kelompok dalam Perencanaan Karier SMA Negeri 1 Kudus mengemukakan bahwa bimbingan kelompok efektif untuk perencanaan karier peserta didik yang ditunjukkan dengan nilai hitung Z=4,264 > nilai table Z=1,94.

(18)

disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok berpengaruh cukup singnifikan terhadap peserta didik dalam meningkatkan perencanaan karier.

2.2.8. Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Gambar

Gambar 2.3. Kerangka Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Apabila hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan perencanaan karier siswa setelah diberikan layanan informasi karier, maka dari itu layanan

Layanan informasi karier merupakan layanan yang diberikan kepada siswa untuk membantu siswa mendapat pengetahuan serta pemahaman tentang dirinya sendiri dan mengenai

51 Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ketika layanan informasi karier diberikan terlihat bahwa siswa aktif mengikuti kegiatan, semua siswa

Kesesuaian perilaku individu terhadap rangsangan dari lingkungannya yang berkaitan dengan karier yaitu rangkaian sikap dan kompetensi individu yang berkaitan dengan

kematangan karier siswa, karena dapat dilihat dari hasil analisis deskriptif. pada tabel 4.4 kematangan karier siswa pada kategori sedang

Satuan layanan bertujuan untuk meningkatkan kebiasaan belajar siswa SMA Kristen 1 Salatiga. Dari aspek Work Methods ini terdiri dari tiga indikator, yaitu 1)

Secara rinci indikator masalah pemilihan karier siswa mencakup hal-hal mengenai kurang optimalnya pemberian layanan bimbingan karier pada siswa yang berdampak pada

Ada empat jenis karier yang dipilih siswa kelas XI jurusan akuntansi SMK Negeri 1 Banyudono dalam perencanaan kariernya, yaitu pilihan pertama kuliah sebesar 42% yang