• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Dari hasil penelitian Nugraha Iing Rahmad (2012) yang membahas tentang

“Tata Cara Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Pekan Baru “ mendapatkan hasil bagaimana penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak bagi semua wajib pajak orang pribadi maupun badan harus adanya surat penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dan bagaimana tata cara penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimulai dari pengajuan oleh wajib pajak kepada seksi pelayan dan diteruskan keseksi pemeriksaan untuk diperiksa dan diketahui hasilnya dan banyaknya peningkatan permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) itu terjadi karna setiap tahun adanya Wajib Pajak (WP) yang meninggal dunia, penghasilan wajib pajak yang dibawah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), wanita yang kawin sehingga kewajiban pajaknya dilaporkan gabung dengan Suaminya serta kendala yang dihadapi dalam penghapusan Nomor Pokok Wajib Pokok yaitu minimnya pemahaman wajib pajak terhadap pelaksanaan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) maupun kewajiban harus terlunaskan oleh wajib pajak.

Selanjutnya yang melakuka peneltian sebelumnya dari Indriati Suci (2014)

yaitu tentang “Tata Cara Penyelesaian Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP) (Dikantor Pelayanan Pajak Pratama Pratama Pekan Baru Senapelan )

hasil dari peneletian ini menyimpulkan bahwa bagi Wajib Pajak yang ingin

melakukan penghapusan harus melalui prosedur yang telah ditetapkan

Diroktorat Jendral Pajak, beberapa hal yang harus di lakukan yaitu wajib pajak

harus mekukan permohonan kepada tempat pelayanan terpadu, setelah itu berkas

wajib pajak akan diserahkan pada seksi pelayanan lalu ke seksi pemeriksaan

sebagai langkah pemerikasaan, serta wajib pajak bisa melakukan permohonan

penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak harus menyelesaikan berkas

adminstrasi seperti surat keteranga penyebab penghapusan dan telah melunasi

semua kewajibanya utang pajaknya, yang menjadi kendala dalam penelitian in

(2)

waitu wajib pajak pekan baru senapelan masih banyak yang kurang memehami dari prosedur penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan Wajib Pajak (WP) banyak belum melunasi utang pajak sebelum melakukan permohonan penghapusan.

Peneliti selanjutnya adalah Aribowo Yuvi (2018) meneliti tentang

“Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak Wanita Kawin“( Pada kantor Pelayanan Pajak Widjojo Kusumo) berdasarkan dari penelitan ini bahwa Nova sebagai wanita kawin bisa melakukan permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak karena statusnya sudah menikah sehingga ketika sebelumnya Nova dalam pelaporan surat pemberitahuan tahunan masih dalam tarif belum menikah tidak kawin nol ( TK(0) atau tidak menikah dan tidak memiliki tanggungan menjadi segala bentuk kewajiban pembayaran maupun pelaporan pajaknya bisa gabung dengan suaminya dengan status suaminya menikah atau kawin (K) dan untuk harta maupun pelaporan kewajiban pajaknya bisa di laporkan bersamaan menggunakan Nomor Pokok Wajisb Pajak suaminya.

Peneliti selanjutya yaitu Nadiati (2016) yang mencoba meneliti tentang “

Prosedur Pembuatan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Orang

Pribadi” (penelitian ini di lakukan pada kantor pelayanan pajak pratama

Payakumbuh), berdasarkan hasil penelitiannya bahwa bagi Wajib Pajak yang

sudah memenuhi persyaratan secara subjektif dan objektif sudah bisa memiliki

Nomor Pokok Wajib Pajak untuk dijadikan sebagai alat pngenal untuk

mempermudah wajib pajak dalam memenuhi hak dan kewajibannya dan secara

prosedur bahwa dalam proses untuk kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak

yaitu dengan melalui mekanisme yang telah di terapkan oleh Diroktorat Jendral

Pajak, dan ketika semua prosedur nya telah selesai secara objektif maka wajib

pajak berhak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, dan untuk penghapusan

Nomor Pokok Wajib Pajak sendiri menuai hasil bahwa mekanisme yang di

lakukan yaitu hampir sama dengan permohonan kepemilikan Nomor Pokok

Wajib Pajak yaitu dengan mengikuti aturan yang di buat oleh Diroktorat Jendral

wajib pajak

(3)

B. Landasan Teori 1. Pajak

a. Pengertian Pajak

Beberapa pengertian pajak coba di kutip oleh peneliti di bawah ini yaitu: ;

Menurut undang-undang RI No 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang terakhir di rubah pada Undang- Undang RI No 16 tahun 2009 menjelaskan tentang pengertian pajak yaitu kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan, berdasakan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan di gunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar- sebesarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Rochmat Soemitro yang di jelakan dalam buku yang berjudul Perpajakan edisi revisi karya Mardiasmo (2013: 1) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapat jasa timbal (Kontrprestasi) yang langsung dapat di tunjukkan dan di gunakan untuk membayar keperluan rakyat (Rachmat Soemitro dalam Mardiasmo, 2013: 1).

Dan selanjutnya pengertian pajak coba di jelaskan oleh Prof. Dr.

P.J.A Adriani di tulis dalam buku Dasar-dasar perpajakan & Akuntansi pajak penulis Herry Purwono (2010:7) yang menjelaskan bahwa pakja adalah iuran kepada Negara (yang dapat di paksakan ) yang terutang oleh mereka yang wajib membayar menurut peraturan, tanpa mendapat prestasi-kembali yang langsung dapat di tunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran umum terkait dengan tugas Negara dalam menyelenggarakan pemerintahan (Adriani dalam Herry Purnomo, 2010:

7).

b. Fungsi Pajak

(4)

Menurut Mardiasmo (2013;1&2) ada dua fungsi pajak yaitu:

1. Fungsi butgetair

Pajak di jadikan sebagai suatu sumber dana untuk mendanai pengeluar-pengeluaran yang di lakukan pemerintah, artinya suatu anggaran-anggaran belanja pemerintah hal-hal yang di habiskan pemerintah bisa di asumsikan bahwa hasil awalnya dari pendapatan pajaknya.

2. Fungsi mengatur (regulerend)

Pajak di asumsikan sebagai salah satu jalan kepentingan untuk dalam melakukan kebijakan-kebijakan yang pemerintah pikirkan bisa mensejahterkan rakyat dalam bidang sosial dan ekonomi.

c. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut sudirman rismawati SE, Dkk (2012: 7&8) Sistem pemungutan pajak adalah suatu metode atau prosedur pemungutan objek pajak, dan system pemungutan pajak antara lain:

1. Official Assesment System

Yaitu suatu system yang dimana penentuan pajaknya di tetapkan oleh pemerintah atau aparat perpajakan (fikus), pemerintah mempunyai hak wajib pajak berifat pasif dan utang wajib pajak akan timbul apabila Surat Ketetapan Pajak (SKP) sudah keluar, gambaran system ini biasanya wajib pajak terlapor lebih bayar atau kurang bayar karna ketidak sesuaian nominal yang di bayarkan sama nominal yang dari surat ketetapan pajak tidak sama.

2. Self asesmentsystem

Sistem ini sudah di pakai oleh bangsa Indonesia sejak lama sekali,

terlihat dari historisnya system ini sudah di terapkan pada saat

reformasi perpajakan pada tahun 1984, dimana system ini

(5)

menggunakan asas kepercayaan yang di berikan kepada wajib pajak, sehingg wajib pajak di berikan hak kuasa penuh untuk bertanggung jawab atas pelaporan, perhitungan perpajakannya sendiri, sehingga pemerintah hanya di berikan wewenang untuk memantau, mengawasi dan memberikan pelayanan, sehingga wajib pajak bersifat aktif dan aparat perpajakan bersifat pasif.

3. With Halding System

Yaitu suatu system yang berbeda dari kedua sistem sebelumnya, system ini mengatur bagaimana pemungutan pajak di berikan kuasa untuk pihak ketiga dalam menentukan besaran pajak yang terutang, sehingga status wajib pajak dan aparatur perpajakan bersifat pasif.

2. Nomor Pokok Wajib Pajak

a. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak

Dalam melaksanakan hak dan kewajiban wajib pajak harus memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Nomor Pokok Wajib Pajak adalah sarana berbentuk nomor yang diberikan kepada wajib pajak untuk administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai identitas diri dalam melakukan pelaksanaan kewajiban beserta hak perpajakan (Mardiasmo, 2013)

b. Fungsi Nomor Pokok Wajib Pajak

Selain sebagai salah satu bentuk penunjukan identitas diri, Nomor Pokok Wajib Pajak juga memiliki beberapa fungsi yaitu :

1. Sebagai tanda pengenal dalam melaporkan SPT 2. Sebagai sarana administrasi perpajakan

3. Sebagai langkah agar teratur dalam melaporkan Pajak 4. Sebagai sarana pembayaran pajak

5. Sebagai identitas diri dalam keperluan perpajaka

(6)

c. Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak

Semua wajib pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif maupun objektif yang dimana sesuai dengan peraturan perundang- undangan prpajakan atas dasar self assessment harus melakuakan pendaftaran diri pada kantor Diriktorat Jendral Pajak untuk didata sebagai wajib Pajak serta bisa mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak setelah mendaftar.Yang dimaksud pesryaratan subjetif merupakan persyaratan yang telah memenuhi sesuai dengan peratarun undang-undang pajak penghasilan pada tahun 1984 serta perubahannya, sedangkam persyaratan objektif adalah adalah persyaratan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan pajak penghasilan 1984 dan perubahannya yang mengatur tentang subjek pajak yang telah berpenghasilan.

Tempat pendaftaran Nomor pokok Wajip Pajak yaitu di lakukan pada kntor pelayanan pajak yang wilayah kerjanya terjangkau oleh alamat asli wajib pajak, wilayah yang di jangkau maksudnya adalah Tempat tinggal wajib pajak atau aktifitas usaha orang pribadi usahawan tertentu, pendaftaran kepemilikan Nomor Pokok Wajib Pajak juga diwajibkan kepada wanita kawin yang hak dan kewajiban pajaknya terpisah dengan kewajiban pajak suaminya. Untuk memporoleh Nomor Pokok Wajib Pajak wanita kawin harus mendaftarkan dirinya ke Kantor Pelayanan Pajka yang wilayah kerjan sesuai domisili wanita kawin tersebut, untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak diberikan batas waktu untuk mendatarkan diri karna keterkaitan saat pajak terutang dan kewajiban mengenakan pajak terutang, waktu yang di berikan untuk pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak yaitu:

1. Bagi Wajib pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas dan wajib pajak badan, wajib mendaftarkan diri paling lambat 1(satu) bulan setelah usaha mulai dijalankan ( Mardiasmo, 2013: 27 ) 2. Wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau yang

tidak menjalankan pekerjaan bebas apabila penghasilan sebulan yang

(7)

3. disetahunkan lebih dari Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Wajib mendaftarkan diri paling lambat satu buln berikutnya (Mardiasmo 2013: 27)

d. Sanksi Tidak Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak

Bagi warga Negara indonesia yang sengaja tidak mendaftarkan diri kepada Diroktorat Jendral Pajak sebagaimana telah mengikuti sarat objektif dan subjektif untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak, atau menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak untuk disalah gunakan sehingga berakibat kerugian terhadap pendapatan Negara maka akan dikenakan penjara selama paling ringan enam (6) bulan dan yang paling lama enam (6) tahun dan akan dikenakan denda sebesar dua (2) kali jumlah pajak terutang yang kurang bayar ataupun tidak serta paling banyak empat (4) kali yang tidak atau kurang bayar dan apabila seseorang terbukti melakukan tindakan pidana pada bidang perpajakan dan perkreditan pajak kurang dari satu (1) tahun maka pidana tersebut di tambahlkan dari satu (1) kali menjadi dua (2) kali sanksi pidana dihitung pada saat pidana penjara di jatuhkan.

Apabila wajib pajak mencoba melakukan tindakan pidana menyalahgunakan Nomor Pokok Wajib Pajak seperti melakukan restitusi serta melakukan kompensasi pajak atau perkreditn pajak maka akan dikenakan sanksi denda paling parah empat (4) kali jumlah restitusi dan paling ringan denda dua (2) kali jumlah restitusi yang dimohonkan atau kompensasi pengkreditan yang dilakukan dan akan dipenjara sesingkat- singkatnnya selama enam (6) bulan dan paling lama dua (2) tahun penjara e. Format Nomor Pokok Wajib Pajak

Setiap wajib pajak yang inginm melakukan kegiatan perpajakan

harus memiliki kartu Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Nomor Pokok

Wajib Pajak (NPWP) diberikan kepada wajib pajak untuk mempermudah

kegiatan wajib pajak dalam perpajakan, baik sebagai sarana identitas diri

(8)

pembayaran pajak, pelaporan pajak atau segala bentuk kegiatan wajib pajaklainnya.

Pada kartu Nomor Pokok Wajib Pajak terdapat lima belas digit angka dengan format seperti berikut:

1. Digit pertama sampai ke dua (1-2) itu arti kodenya seabagai jenis wajib pajak, jenisnya antara lain orang pribadi atau wajib pajaka badan (CV

& PT)

2. Nol dua kali (00) adalah kode wajib pajak non subjek

3. Nol satu smpai nol empat (01-04) itu adalah kode wajib Pajak badan 4. Nol lima sampai nol delapan (05-08) itu artinya wajib pajak orang

pribadi

5. Nol sembilan (09) adalah kode cadangan

6. Digit ke tiga sampai delapan (3-8) yaitu kode nomor urut wajib pajak 7. Digit ke sembilan (9) adalah kode angka pengecekan digit ke sepuluh

sampai lima belas (10-15) adalah kode administrasi perpajakan

8. Digit ke sepuluh sampai dengan dua belas (10-12) artinya kode Kantor Pelayanan Pajak (KPP)

9. digit ke tiga belas saampai lima Belas (13-15 ) adala kode cabang wajib pajak

Ada beberapa catatan yang harus di ketehui oleh wajib pajak dalam kepemilikan npwp bahwa:

1. Wajib pajak yang tidak berkewajiban akan tetapi memiliki kepentingan untuk memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bisa mendaftarkan diri, sehingga akan di berikan Nomor Pokok Wajib Pajak kepadanya.

2. Bagi wajib pajak hanya boleh memiliki satu Nomor Pokok Wajib

Pajak bagi semua jenis pajak

(9)

3. Bagi Wajib Pajak yang memiliki perusahaan perseorangan harus atas namanya sendiri

4. Bagi badan ( CV & PT ) yang baru saja berdiri, di sarnkan untuk tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak terlebih dahulu karana ketika rugi bisa di kompenasikan ke tahun berikutnya.

5. Harta atau warisan yang belum di bagikan dalam Kedudukannya sebagai Subjek pajak harus masih menggunakan Nomor Pokok Wajib Pajak wajib Pajak yang meninggal kan harta atau warisan tersebut.

f. Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak

Menurut undang-undang ketentuan umum perpajakan dan peraturan pelaksanaannya Kementriam Keuangan Republik Indonesia Diroktorat Jenderal Pajak pasal dua (2) poin enam (6) yaitu penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak bisa dilakukan Direktur Jendral Pajak ketika :

1. Diajukan permohonan penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak oleh wajib pajak dan atau ahli warisnya apabila wajib pajak sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan objekttif yang sesuai perundanga- undangan perpajakan. Berdasarkan undang-undang nomor 28 tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan bahwa Persyaratan subjektif yaitu suatu persyaratan yang sesui dengan ketentuan subjek pajak dalam undang-undang pajak penghasilan 1984 dan perubahannya, sedangkan persyaratan objektif yaitu persyaratan untuk subjek pajak yang memperoleh atau menerima penghasilan atau diwajib untuk melakukan pemungutan atau pemotongan sesuai dengan ketentuan undan-undang pajak penghasilan 1984 dan perubahannya.

2. Wajib pajak badan di likuidasi karena penghentian atau penggabungan usaha

3. Wajib pajak usahawan menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia

atau

(10)

4. Dianggap perlu oleh Direktur Jendral Pajak untuk dilakukan

penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak yang sudah tidak memenuhi

persyaratan subjektif maupun objektif yang sesuai ketentuan undang-

undang perpajakan

Referensi

Dokumen terkait

2 Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan

ANALISIS BEBAN KERJA PADA STASIUN SORTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE WORK SAMPLING.. DAN BIOMEKANIKA UNTUK MENENTUKAN JUMLAH OPERATOR

Menjawab soal dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis... satu di antara penggunaan representasi mate- matis dalam matematika terdapat pada ma- teri SPLDV. Pada materi

Hubungan antara pendidikan dengan penggunaan kontrasepsi Metode Operasi wanita diperoleh, dari 8 responden yang memiliki pendidikan rendah, sebanyak 4 orang (50,0%)

3) Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang dituntut atau apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus

imunisasi lengap pada anak dengan hasil yang didapatkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi pada anak dimana dari 60 ibu balita sekitar

Berdasarkan hasil penelitian maka kesimpulan pada penelitian ini diperoleh bahwa ada hubungan dukungan informasional dan dukungan penghargaan, Sedangkan dukungan

Dengan adanya asas keseimbangan maka ketentuan dalam UUKPKPU merupakan perwujudan dari asas keseimbangan, yaitu ketentuan yang di satu pihak dapat mencegah