• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas media komik pada pembelajaran sistem persamaan linear satu variabel ditinjau dari hasil belajar, minat dan perhatian siswa kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas media komik pada pembelajaran sistem persamaan linear satu variabel ditinjau dari hasil belajar, minat dan perhatian siswa kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta."

Copied!
243
0
0

Teks penuh

(1)

Ruly Purbo Astuti, 111414113, 2015. Efektivitas Media Komik pada Pembelajaran Sistem Persamaan Linear Satu Variabel ditinjau dari Hasil Belajar, Minat, dan Perhatian Siswa Kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan menggunakan media komik yang dilaksanakan dengan pendekatan saintifik ditinjau dari hasil belajar siswa, mengetahui minat, dan perhatian siswa dengan media komik pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Satu Variabel (SPLSV) di kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data, terdiri dari: (1) Lembar pengamatan minat dan perhatian belajar siswa, (2) Lembar wawancara minat dan perhatian belajar siswa, (3) Tes akhir, (4) Lembar skala minat dan perhatian belajar siswa. Data hasil pengamatan dan skala minat dan perhatian belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan skor total dan presentase yang diperoleh masing-masing siswa, kemudian berdasarkan hasil presentase tersebut ditentukan kriteria minat dan perhatian belajar siswa secara keseluruhan. Data hasil wawancara dan dokumentasi dianalisis secara deskriptif kualitatif sebagai penguat hasil pengamatan dan skala minat dan perhatian belajar siswa. Data hasil belajar siswa yaitu hasil tes akhir dianalisis dengan menggunakan skor total masing-masing siswa dan presentase yang diperoleh keseluruhan siswa, kemudian berdasarkan hasil presentase tersebut ditentukan kriteria efektivitas hasil belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan pembelajaran SPLSV dengan media komik efektif menumbuhkan minat dan perhatian siswa pada proses pembelajaran, (2) Penerapan pembelajaran SPLSV dengan media komik kurang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai kriteria efektivitas hasil belajar secara kualitatif menunjukkan efektivitas hasil belajar yang rendah.

(2)

Ruly Purbo Astuti, 111414113, 2015. The Effectiveness of Comic Medium in Learning of Single Variabel Linear Equation System in terms of Learning Outcomes, the Interest, and Attention of Students in class VII B Maria Immaculata Junior High School Yogyakarta. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education an Science, Faculty of Teacher Trainning ang Educational Science, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to find out the effectiveness of learning by using media comic which was conducted by scientific approach, in terms of student learning outcomes, to know the interest, and attention of students with the comic medium, on the subject of Single Variable Linear Equation System (SPLSV) in seventh grade B of Maria Immaculata Junior High School Yogyakarta in academic year 2014/2015.

The subjects of this research was seventh grade B of Maria Immaculata Junior High School Yogyakarta in academic year 2014/2015. This research applied qualitative-quantitative descriptive research. Research instruments which was used in data collection, consists of: (1) Student’s interest and attention observation sheet, (2) Students’ interest and attention interview sheet, (3) the end of the test, (4) The scales of students’ interest and attention. Data of the students’ interest and attention observations and scale of learning quantitatively were analyzed by determining the total score and percentage of the students interest and attention. Data of interviews and documents were analyzed by qualitative descriptively as the strengthening of the students’ interest and attention observations and scales. The data of outcomes students’ learning that called final results test were analyzed by determining the total score and percentage of students’ learning outcomes with criteria for the effectiveness of the students.

The results showed that (1) The implementation of learning SPLSV with comic effective

media in increasing the students’ interest and attention in learning process., (2) The implementation of learning SPLSV with the comic medium is less effective for improving students’ learning outcomes. Based on the effectiveness of qualitative studies’ results, they showed that the effectiveness of the learning outcomes was low.

(3)

EFEKTIVITAS MEDIA KOMIK PADA PEMBELAJARAN

SISTEM PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL DITINJAU

DARI HASIL BELAJAR, MINAT DAN PERHATIAN SISWA

KELAS VII B SMP MARIA IMMACULATA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Ruly Purbo Astuti

NIM : 111414113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

EFEKTIVITAS MEDIA KOMIK PADA PEMBELAJARAN

SISTEM PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL DITINJAU

DARI HASIL BELAJAR, MINAT DAN PERHATIAN SISWA

KELAS VII B SMP MARIA IMMACULATA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh :

Ruly Purbo Astuti

NIM : 111414113

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai”. (Mazmur 100:2)

“Kita nggak bakalan tau apa yang akan terjadi besok, kalo di hari ini kita

berhenti”. (Film LOVE 2008)

Dengan penuh syukur kupersembahkan karya ini untuk: Tuhan, Bunda Maria, dan Santa Yoanita, Bapakku dan ibuku tersayang, Keluarga Besar Yustinus Atemo Sukarto,

(8)
(9)
(10)

ABSTRAK

Ruly Purbo Astuti, 111414113, 2015. Efektivitas Media Komik pada Pembelajaran Sistem Persamaan Linear Satu Variabel ditinjau dari Hasil Belajar, Minat, dan Perhatian Siswa Kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan menggunakan media komik yang dilaksanakan dengan pendekatan saintifik ditinjau dari hasil belajar siswa, mengetahui minat, dan perhatian siswa dengan media komik pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Satu Variabel (SPLSV) di kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data, terdiri dari: (1) Lembar pengamatan minat dan perhatian belajar siswa, (2) Lembar wawancara minat dan perhatian belajar siswa, (3) Tes akhir, (4) Lembar skala minat dan perhatian belajar siswa. Data hasil pengamatan dan skala minat dan perhatian belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan skor total dan presentase yang diperoleh masing-masing siswa, kemudian berdasarkan hasil presentase tersebut ditentukan kriteria minat dan perhatian belajar siswa secara keseluruhan. Data hasil wawancara dan dokumentasi dianalisis secara deskriptif kualitatif sebagai penguat hasil pengamatan dan skala minat dan perhatian belajar siswa. Data hasil belajar siswa yaitu hasil tes akhir dianalisis dengan menggunakan skor total masing-masing siswa dan presentase yang diperoleh keseluruhan siswa, kemudian berdasarkan hasil presentase tersebut ditentukan kriteria efektivitas hasil belajar siswa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan pembelajaran SPLSV dengan media komik efektif menumbuhkan minat dan perhatian siswa pada proses pembelajaran, (2) Penerapan pembelajaran SPLSV dengan media komik kurang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai kriteria efektivitas hasil belajar secara kualitatif menunjukkan efektivitas hasil belajar yang rendah.

(11)

ABSTRACT

Ruly Purbo Astuti, 111414113, 2015. The Effectiveness of Comic Medium in Learning of Single Variabel Linear Equation System in terms of Learning Outcomes, the Interest, and Attention of Students in class VII B Maria Immaculata Junior High School Yogyakarta. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education an Science, Faculty of Teacher Trainning ang Educational Science, Sanata Dharma University, Yogyakarta.

This research aims to find out the effectiveness of learning by using media comic which was conducted by scientific approach, in terms of student learning outcomes, to know the interest, and attention of students with the comic medium, on the subject of Single Variable Linear Equation System (SPLSV) in seventh grade B of Maria Immaculata Junior High School Yogyakarta in academic year 2014/2015.

The subjects of this research was seventh grade B of Maria Immaculata Junior High School Yogyakarta in academic year 2014/2015. This research applied qualitative-quantitative descriptive research. Research instruments which was used in data collection, consists of: (1) Student’s interest and attention observation sheet, (2) Students’ interest and attention interview sheet, (3) the end of the test, (4) The scales of students’ interest and attention. Data of the students’ interest and attention observations and scale of learning quantitatively were analyzed by determining the total score and percentage of the students interest and attention. Data of interviews and documents were analyzed by qualitative descriptively as the strengthening of the students’ interest and attention observations and scales. The data of outcomes students’ learning that called final results test were analyzed by determining the total score and percentage of students’ learning outcomes with criteria for the effectiveness of the students.

The results showed that (1) The implementation of learning SPLSV with

comic effective media in increasing the students’ interest and attention in learning

process., (2) The implementation of learning SPLSV with the comic medium is less effective for improving students’ learning outcomes. Based on the effectiveness of

qualitative studies’ results, they showed that the effectiveness of the learning

outcomes was low.

(12)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan, dukungan, doa, dan motivasi dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, diantaranya:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Prasetyo, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik;

5. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran selama penyusunan skripsi ini;

6. Dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis, sehingga penulis mendapat banyak pengetahuan dan wawasan dalam mengambil dan mengolah data penelitian;

7. Segenap dosen dan karyawan JPMIPA Universitas Sanata Dharma, yang telah membimbing, membantu, serta memberikan ilmunya selama belajar di Universitas Sanata Dharma;

8. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. dan ibu Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A., yang telah membantu penulis dalam melakukan validasi instrumen;

(13)
(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 5

C.Pembatasan Masalah ... 5

D.Rumusan Masalah ... 6

E. Batasan Istilah ... 6

(15)

H.Sistematika Penulisan ... 9

4. Komik sebagai media pembelajaran ... 16

5. Hasil belajar ... 17

6. Belajar ... 17

7. Jenuh ... 19

8. Pendekatan Saintifik... 21

9. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... 30

10.Minat Belajar ... 34

11.Perhatian ... 35

12.Penelitian Deskriptif Kualitatif-Kuantitatif... 36

13.Sistem Persamaan Linear Satu Variabel (SPLSV) ... 37

B. Kerangka Berpikir ... 44

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Jenis Penelitian ... 46

B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 46

1. Subyek Penelitian... 46

2. Obyek Penelitian ... 47

C.Perumusan Variabel-Variabel ... 47

1. Variabel Bebas ... 47

2. Variabel Terikat ... 47

D.Bentuk Data ... 48

1. Data hasil wawancara guru ... 48

(16)

3. Data minat dan perhatian siswa ... 48

4. Data hasil belajar siswa ... 48

E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data... 49

1. Metode pengumpulan data ... 49

2. Instrumen pengumpulan data ... 50

F. Teknik Analisa Data ... 57

1. Analisis data ... 57

2. Analisis validitas dan reliabilitas instrumen dan tes ... 57

3. Analisis Proses Pembelajaran ... 60

4. Analisis data hasil siswa ... 60

5. Analisis data minat dan perhatian siswa ... 61

G.Prosedur Pelaksanaan Penelitian Sacara Keseluruhan ... 63

1. Tahap persiapan ... 63

2. Tahap pelaksanaan ... 65

3. Tahap analisis data ... 65

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL, DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 66

A.Deskripsi Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 66

1. Persiapan Penelitian ... 66

2. Pelaksanaan Penelitian ... 70

B. Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 79

1. Perhatian dan Minat Belajar Siswa ... 79

2. Hail Belajar Siswa ... 86

BAB V PENUTUP ... 88

A. Kesimpulan ... 88

B. Keterbatasan Penelitian ... 88

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Rencana Pembelajaran ... 50

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pertanyaan Wawancara ... 51

Tabel 3.3 Lembar Pengamatan minat dan perhatian siswa ... 55

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Angket Minat dan Perhatian Siswa ... 55

Tabel 3.5 Format skala minat siswa ... 56

Tabel 3.6 Interpretasi terhadap nilai koefisien ... 58

Tabel 3.7 Interpretasi nilai koefisien ... 59

Tabel 3.8 Kriteria Penilaian ... 60

Tabel 3.9 Kriteria Efektivitas Hasil Belajar secara Kuantitatif... 60

Tabel 3.10 Kriteria Efektivitas Hasil Belajar secara Kualitatif... 61

Tabel 3.11 Kriteria kualifikasi minat dan perhatian setiap siswa ... 61

Tabel 3.12 Kriteria kualifikasi minat dan perhatian seluruh siswa ... 62

Tabel 3.13 Kriteria kualifikasi minat dan perhatian setiap siswa ... 63

Tabel 3.14 Kriteria kualifikasi minat dan perhatian seluruh siswa ... 63

Tabel 4.1 Data Koefisien Validitas Item Soal Ulangan ... 67

Tabel 4.2 Hasil Analisis Reliabilitas Soal Ulangan ... 67

Tabel 4.3 Hasil analisis pengamatan minat dan perhatian siswa ... 79

(18)

Tabel 4.6 Presentase kriteria hasil belajar siswa ... 81

Tabel 4.7 Hasil analisis skala minat dan perhatian siswa ... 82

Tabel L.B.1.1 Hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan I ... 127

Tabel L.B.1.2 Hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan II ... 128

Tabel L.B.1.3 Hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan III ... 129

Tabel L.B.1.4 Hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan IV ... 129

Tabel L.B.1.5 Data Skala ... 131

Tabel L.B.1.6 Daftar nilai uji coba tes akhir ... 136

Tabel L.B.1.7 Data tes akhir ... 137

Tabel L.B.2.1 Kriteria hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan I .... 139

Tabel L.B.2.2 Kriteria hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan II ... 141

Tabel L.B.2.3 Kriteria hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan III.. 142

Tabel L.B.2.4 Kriteria hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan IV . 144 Tabel L.B.2.5 Hasil analisis skala minat dan perhatian belajar siswa ... 146

Tabel L.B.2.6 Analisis item soal tes akhir ... 154

Tabel L.B.2.7 Tingkat kualifikasi validitas butir soal tes akhir ... 159

Tabel L.B.2.8 Rangkuman analisis butir soal tes akhir... 159

(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Komik doraemon karangan Kobayashi ... 15

Gambar 2.2 Contoh komik PLSV yang diawali dengan kejadian nyata ... 16

Gambar 4.1 Kelompok siswa mempresentasikan hasil diskusi ... 72

Gambar 4.2 Guru membantu memberi penjelasan pada siswa ... 74

Gambar 4.3 Guru membantu siswa mempresentasikan hasil diskusi ... 76

Gambar 4.4 Guru membantu siswa menjelaskan persoalan pada komik ... 78

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Halaman

A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 94

A.2. Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan I ... 106

A.3. Jawaban Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan I ... 107

A.4. Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan II ... 108

A.5. Jawaban Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan II ... 109

A.6. Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan III ... 110

A.7. Jawaban Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan III... 111

A.8. Kisi-Kisi Soal (Uji Butir) Tes Akhir ... 112

A.9. Soal (Uji Butir) Tes Akhir ... 114

A.10. Kriteria Penilaian Soal (Uji Butir) Tes Akhir ... 116

A.11. Kisi-Kisi Soal Tes Akhir ... 120

A.12. Soal Tes Akhir ... 122

A.13. Kriteria Penilaian Soal Tes Akhir ... 124

LAMPIRAN B B.1. Tabulasi Data ... 127

B.2. Soal (Uji Butir) Tes Akhir ... 139

(21)

C.2. Hasil Kerja Siswa LKS Pertemuan II ... 166

C.3. Hasil Kerja Siswa LKS Pertemuan III... 167

C.4. Lembar Kerja Tes Akhir ... 168

C.5. Hasil Lembar Observasi ... 174

C.6. Hasil Lembar Kuisioner ... 182

C.7. Surat Ijin Penelitian ... 184

C.8. Surat Keterangan Penelitian ... 185

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam rangka menciptakan kegiatan pembelajaran yang mengajak

siswa aktif, maka guru juga memiliki tanggung jawab untuk menciptakan

kegiatan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Menurut Latief dalam

www.kompas.com, menyebutkan pelajaran matematika menjadi momok

siswa di sekolah. Penggunaan media mulai dikembangkan kembali dengan

beberapa inovasi yang baru. Media membantu siswa untuk membawa

pikirannya dari yang abstrak menuju pikiran yang lebih konkrit. Media juga

mampu menarik minat belajar siswa sehingga siswa aktif dalam kegiatan

pembelajaran.

Dalam teori perkembangan kognitif yang diungkapkan Piaget, anak usia

11-15 tahun (usia sekolah menengah) berada pada tahap formal operasional.

Pada tahap ini siswa SMP memiliki kemampuan mengoordinasikan baik

secara bersamaan ataupun berurutan dua macam kemampuan kognitif, yaitu

kapasitas menggunakan hipotesis dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip

abstrak. Selanjutnya, dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak,

remaja tersebut akan mampu mempelajari materi-materi yang abstrak, seperti

ilmu agama, ilmu matematika dan ilmu-ilmu abstrak lainnya dengan luas dan

(23)

sebagai masa peralihan siswa dari siswa SD ke SMP, dimana siswa dilatih

untuk dapat belajar aktif dan mandiri.

Salah satu materi matematika yang diajarkan di kelas VII semester

genap adalah Sistem Persamaan Linear Satu Variabel (SPLSV). Dalam

mengajarkan matematika, guru di kelas VII A dan VII B SMP Maria

Immaculata Yogyakarta belum pernah menggunakan komik sebagai media

pembelajaran. Konsep dari materi ini cukup abstrak dan membingungkan.

Media komik ini dapat menjadi bahan belajar yang dapat menarik minat

belajar siswa.

Banyak media komik untuk belajar matematika yang sudah diterbitkan

oleh beberapa percetakan ternama dan bisanya menggunakan tokoh animasi

luar negeri. Namun sebagian besar dari mereka menerbitkan seri

pembelajaran dengan materi bidang dimensi dua, bidang dimensi tiga, dan

materi pecahan, sedangkan komik untuk materi SPLSV belum ada di

perpustakaan SMP Maria Immaculata. Oleh karena itu, penulis ingin

membuat media komik dengan materi SPLSV yang diwakili oleh tokoh

pewayangan yakni punakawan (Semar, Gareng, Petruk, Bagong) yang

dianimasikan.

Media komik ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menciptakan

pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga siswa tidak jenuh

dengan pembelajaran di kelas, serta mengajak siswa untuk mengenal budaya

daerah yang dimiliki yaitu wayang. Hal ini sesuai dengan harapan dari

(24)

sekolah juga dapat menyesuaikan dengan kemajuan teknologi dan budaya

yang dimiliki untuk menerapkan proses kegiatan pembelajarannya. Minat

merupakan salah satu faktor internal yang terletak pada aspek psikologis

sebagai hal yang mempengaruhi belajar siswa. Minat mampu memungkinkan

siswa untuk belajar lebih giat dan akhirnya mampu mencapai prestasi yang

diinginkan.

Media komik ini juga dapat mengatasi kejenuhan siswa dalam belajar.

Kejenuhan muncul karena hasil belajar yang kurang baik dan memerlukan

waktu yang cukup lama dalam melakukan proses pembelajaran tersebut.

Kejenuhan dapat terjadi karena keletihan (indera, fisik, mental) pada siswa

sehingga menimbulkan kebosanan. Faktor jenuh dan minat, kedua faktor ini

saling berkaitan dalam mempengaruhi hasil belajar siswa.

Selama kurang lebih tiga bulan peneliti melakukan kegiatan Program

Praktek Lapangan (PPL) di SMP Maria Immaculata Yogyakarta, metode

diskusi kelompok sering dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Selama

melakukan kegiatan PPL tersebut peneliti mengamati secara singkat, dalam

kegiatan pembelajaran ada beberapa siswa yang pasif, ada juga yang tidak

memperhatikan pembelajaran yang berlangsung namun menggambar animasi

dibuku catatannya dan menyatakan bahwa mereka tidak suka dengan

matematika karena rumit, terlalu abstrak, serta ada beberapa siswa yang takut

untuk bertanya dengan guru. Siswa menyatakan kepada peneliti bahwa

mereka terkadang jenuh dengan kegiatan pembelajaran matematika yang

(25)

Berdasarkan wawancara singkat peneliti dengan guru matematika, guru

belum pernah menggunakan media komik dalam pembelajaran di kelas.

Dalam mengajarkan matematika di kelas, guru menggunakan metode tanya

jawab, diskusi kelompok, model pembelajaran penemuan (discovery

learning), dan pendekatan saintifik. Metode tanya jawab disesuaikan pada

tahapan menanya dan diskusi kelompok pada tahapan mengumpulkan

informasi dan mengolah informasi. Model pembelajaran penemuan

(discovery learning) adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk aktif

mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip umum yang

diperoleh melalui contoh kehidupan sehari-hari, hal ini menurut teori Piaget

dikatakan sebagai kewajiban peran aktif siswa selama belajar di kelas.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, pembelajaran

pada materi SPLSV pada siswa kelas VII B SMP Maria Immaculata

Yogyakarta akan menjadi fokus penelitian. Dalam pembelajaran, akan

digunakan media komik dengan sub bahasan menemukan konsep pernyataan,

kalimat langsung, dan menyelesaikan permasalahan bentuk PLSV

(Persamaan Linear Satu Variabel). Dengan media ini, diharapkan dapat

membantu siswa memahami tentang konsep persamaan linear.

Penggunaan media ini melibatkan aktivitas, imajinasi, penemuan, rasa

ingin tahu, mencoba-coba, dan membuat prediksi. Media komik ini dapat

dibaca siswa kapanpun dan dimanapun layaknya komik animasi cerita ringan

yang ada di pasaran. Siswa diharapkan akan lebih tertarik, tidak cepat bosan

(26)

matematika. Komik ini juga mampu memancing animo siswa terhadap

matematika dan menjadi terobosan baru untuk belajar.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dituliskan

permasalahan yang lebih spesifik sebagai berikut:

1. Banyak siswa beranggapan bahwa matematika itu rumit karena

karakteristiknya yang terlalu abstrak, oleh karena itu siswa kurang

berminat untuk mempelajari kembali materi yang diberikan pada

pertemuan sebelumnya ataupun materi yang saling berkaitan.

2. Selama pembelajaran matematika, beberapa siswa cenderung pasif dan

takut untuk bertanya pada guru.

3. Pembelajaran terkesan menjenuhkan karena kegiatan pembelajaran

sering menggunakan metode diskusi kelompok dan tanya jawab.

4. Adanya kemungkinan efektivitas penggunaan media komik dalam

kegiatan pembelajaran matematika.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dengan mempertimbangkan

pengetahuan, kemampuan, dan waktu untuk melakukan penelitian, maka

peneliti membatasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII B SMP Maria Immaculata

(27)

2. Penelitian ini membahas mengenai efektivitas media komik pada

pembelajaran SPLSV dengan metode saintifik, yang ditinjau dari hasil

belajar siswa di kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta.

3. Penelitian ini membahas mengenai penggunaan media komik untuk

menarik minat dan perhatian siswa serta meningkatkan hasil belajar yang

pada materi SPLSV di kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta

yang dilihat berdasarkan nilai uji kompetensi pada akhir materi.

4. Hasil penelitian diterapkan untuk kelas VII B SMP Maria Immaculata

Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015.

D. Rumusan Masalah

Penulis membatasi beberapa masalah yang dimiliki terhadap

penggunaan media komik dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:

1. Apakah media komik efektif digunakan pada pembelajaran SPLSV yang

dilaksanakan dengan pendekatan saintifik, jika ditinjau dari hasil belajar

siswa?

2. Bagaimana minat dan perhatian siswa pada pembelajaran dengan media

komik tersebut?

E. Batasan Istilah

Dalam penelitian ini, dijelaskan beberapa istilah penting yang

(28)

1. Efektivitas

Efektivitas dapat dilihat dari banyaknya siswa (dalam per sen) yang

terlibat secara aktif dan yang berhasil, yaitu memperoleh nilai cukup (6

ke atas) dalam kegiatan pembelajaran dengan strategi tertentu sebagai

bentuk keberhasilan atas usaha belajar.

2. Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah semua alat atau benda yang digunakan dalam

kegiatan belajar mengajar untuk membantu menyampaikan pesan

pembelajaran dari sumber kepada penerima dalam hal ini peserta didik.

3. Komik

Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar

tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk

jalinan cerita seperti drama.

4. Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perolehan berupa perubahan tingkah laku akibat

dari proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

5. Persamaan Linear Satu Variabel

Persamaan linear satu variabel berupa kalimat terbuka dalam matematika

yang memuat hanya satu variabel dengan pangkat satu dan dihubungkan

dengan tanda sama dengan ( ).

Berdasarkan makna istilah, maka yang dimaksud Efektivitas Media

Komik pada Pembelajaran SPLSV ditinjau dari Hasil Belajar, akan

(29)

dan menarik minat serta perhatian belajar siswa selama kegiatan

pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada KTSP dengan materi SPLSV

untuk siswa SMP kelas VII semester genap. Melalui komik yang memiliki

gambar dan alur cerita yang menarik, serta tata bahasa yang tidak baku

diharapkan dapat menarik minat dan perhatian belajar siswa. Keberhasilan

penggunaan media komik dalam meningkatkan minat dan perhatian belajar

siswa selama pembelajaran dilihat dari angket yang diisi siswa. Efektivitas

penggunaan media komik yang ditinjau dari hasil belajar siswa dilihat dari

hasil tes di akhir pembelajaran di kelas VII B SMP Maria Immaculata

Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.

F. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui efektifitas media komik yang digunakan pada pembelajaran

SPLSV yang dilaksanakan dengan pendekatan saintifik, jika ditinjau dari

hasil belajar siswa

2. Mengetahui minat dan perhatian siswa pada pembelajaran dengan media

komik tersebut

G. Manfaat Penelitian

(30)

1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah ilmu dan pengetahuan serta,

pengalaman baru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar bagi

peserta didik.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat menjadi satu contoh inovasi dalam

menciptakan kreatifitas media pembelajaran matematika.

3. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu cara baru dalam

belajar untuk menghilangkan rasa jenuh terhadap buku cetak pelajaran

sehingga belajar menjadi lebih menyenangkan.

4. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai inovasi dan

inspirasi dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

H. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan tugas akhir terbagi menjadi beberapa

bagian, yaitu latar belakang dilakukannya penelitian, penjelasan teori dan

metode penelitian, hasil penelitian, pembahasan, dan penutup.

BAB I Pendahuluan, berisi antara lain latar belakang masalah yang

menjelaskan mengenai beberapa masalah yang muncul serta penyebab adanya

keinginan untuk meneliti beberapa dari masalah tersebut, identifikasi masalah

menyebutkan masalah yang ada pada subyek yang akan diteliti, pembatasan

masalah menentukan obyek yang akan diteliti, rumusan masalah dimana

merumuskan masalah yang akan diselesaikan melalui penelitian, batasan

istilah menjelaskan secara singkat istilah pokok yang digunakan dalam

(31)

rumusan masalah, manfaat penelitian menuliskan kegunaan penelitian, dan

sistematika penulisan.

BAB II Kajian Pustaka, berisi hal-hal teoritik dan informasi mendasar

terkait dengan masalah yang diteliti dan kerangka berpikir mengenai

penjelasan alur penelitian yang akan dilaksanakan .

BAB III Metode Penelitian, berisi jenis penelitian yang digunakan,

yaitu penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif. Subjek dan objek penelitian

yang diteliti, subyeknya adalah siswa kelas VII B SMP Maria Immaculata

Yogyakarta, sedangkan obyeknya adalah efektivitas penggunaan media

komik pada pembelajaran SPLSV ditinjau dari hasil belajar siswa. Perumusan

variabel-variabel yang digunakan dalam analisis data berupa variabel bebas

dan terikat. Bentuk data yang digunakan dalam analisis data berupa data hasil

wawancara guru, data proses pembelajaran, data minat belajar, dan data hasil

belajar siswa. Metode dan instrumen pengumpulan data, yang dilakukan

dengan wawancara guru, pengamatan, pengisian skala, dan dokumentasi.

Pengumpulan data dibagi manjadi dua, yaitu instrumen pembelajaran dan

instrumen penelitian. Teknik analisis data berupa analisis data, analisis

validitas instrumen dan reliabilitas tes, analisis proses pembelajaran, analisis

data hasil siswa. Prosedur pelaksanaan penelitian dibagi dalam tiga tahap,

yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data. Terakhir

adalah penjadwalan waktu pelaksanaan penelitian.

BAB IV Pelaksanaan, Hasil, dan Pembahasan Penelitian, berupa

(32)

hasil uji coba instrumen, pelaksanaan pengumpulan data atau kegiatan di

lapangan, penyajian data penelitian, analisis data dan penyajian hasil analisis,

pembahasan hasil analisis data, dan keterbatasan penelitian.

(33)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Landasan Teori 1. Efektivitas

Menurut Kartika Budi (2001:48), efektivitas mengacu pada proses

dan hasil belajar. Efektifitas proses adalah banyaknya siswa (dalam per

sen) yang terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan strategi

tertentu. Efektivitas hasil secara kuantitatif adalah banyaknya siswa (dalam

per sen) yang berhasil, yaitu memperoleh nilai cukup (6 ke atas).

Sementara itu, skor sikap siswa terhadap strategi tersebut diperoleh dari

skala pengukur sikap. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011:352)

menyatakan bahwa efektivitas adalah keberhasilan atas usaha.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas dapat dilihat dari

banyaknya siswa (dalam per sen) yang terlibat secara aktif dan yang

berhasil, yaitu memperoleh nilai cukup (6 ke atas) dalam kegiatan

pembelajaran dengan strategi tertentu sebagai bentuk keberhasilan atas

usaha belajar.

2. Media Pembelajaran

Menurut Sukiman (2012:29), media pembelajaran adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk

(34)

perasaan, perhatian, dan minat serta kemauan peserta didik sehingga

tujuan pembelajaran tercapai secara efektif. Menurut Arif S. Sadiman, dkk.

(2005:17-18, dalam Sukiman, 2012:40) kegunaan media pendidikan secara

umum adalah untuk mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera,

mengatasi sikap pasif anak didik, memberikan rangsangan yang sama,

dapat menyamakan pengalaman dan persepsi peserta didik terhadap isi

pelajaran, memberikan kesamaan pengalaman kepada peserta didik tentang

peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya

interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.

Media pembelajaran diklasifikasikan Brigs (dalam Sukiman,

2012:46) menjadi 13 jenis sesuai pada rangsangan yang ditimbulkan media

dengan karakteristik siswa. Ketiga belas media tersebut adalah:

obyek/benda nyata, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak,

pembelajaran terpogram, papan tulis, media transparasi, film bingkai, film

(16 mm), film rangkai, televisi, dan gambar (grafis).

Menurut Arif S. Sadiman (dalam Sukiman, 2012:115), kartun adalah

suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk

menyampaikan sesuatu pesan secara tepat dan ringkas untuk sesuatu sikap

terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu.

Menurut Sugiarto (2010:2-4), media pendidikan merupakan segala

sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim sehingga

(35)

penyajian pesan dan mengurangi verbalisme, mengatasi keterbatasan

ruang-waktu-daya indera, menimbulkan gairah belajar, memungkikan

interaksi lebih langsung antara siswa-lingkungan-kenyataan,

memungkinkan siswa belajar sesuai kemampuan dan minat, memberikan

rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan

mempersamakan persepsi.

Salah satu klasifikasi media (menurut ciri khasnya), adalah media

grafis. Media grafis merupakan media yang disalurkan melalui indera

penglihatan dan pesan diwujudkan dengan simbol komunikasi visual.

Fungsi jenis media grafis dapat menarik perhatian, memperjelas ide, dan

mengilustrasi fakta agar tidak cepat lupa. Contohnya dapat berupa gambar

atau foto, sketsa, diagram, bagan atau chart, grafik, kartun yang

merupakan gambar interpretatif-simbolis, poster, peta & globe, papan

flanel, papan buletin.

Jadi, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan dalam proses pembelajaran untuk menyalurkan pesan dari

pengirim ke penerima, memperjelas penyajian pesan dan mengurangi

verbalisme, mengatasi keterbatasan ruang-waktu-daya indera,

menimbulkan gairah belajar, memungkinkan interaksi lebih langsung

antara siswa-lingkungan-kenyataan, memungkinkan siswa belajar sesuai

kemampuan dan minat, memberikan rangsangan yang sama, menyamakan

(36)

3. Komik

Menurut Marcel Bonneeff (2001:4) dituliskan, “Sebagaimana telah

diperlihatkan dengan jelas oleh F. Lacassin, komik adalah sarana

pengungkapan yang benar-benar orisinil, karena menggabungkan gambar

dengan teks. Kata komik diterima secara umum untuk menyebut sastra

gambar. Untuk menyebut komik bersambung, yang di Indonesia langka,

digunakan istilah comic-strips (atau strip); sedangkan comic-books disebut

komik (kadang-kadang buku komik). Baru-baru ini muncul istilah tjergam,

akronim dari tjerita bergambar atau cerita berbentuk gambar, meniru

istilah tjerpen (tjerita pendek) yang sudah lama digunakan.” Menurut

wikipedia, “Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan

gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk

jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi

dengan teks.”

Gambar 2.1

(37)

Jadi, komik adalah karya seni yang menggabungkan gambar tidak

bergerak yang dilengkapi teks sehingga membentuk jalinan cerita.

4. Komik sebagai media pembelajaran.

Dalam bidang matematika, sudah banyak ditemukan komik

matematika di beberapa toko. Salah satunya komik karangan Kanjiro

Kobayashi seri Belajar bersama Doraemon. Komik tersebut berisi tentang

pelajaran matematika SD yang disampaikan melalui gambar diam

dilengkapi alur cerita yang berkaitan dengan kejadian dalam hidup

sehari-hari. Komik ini memiliki keunggulan, yaitu mencerdaskan, lucu, dan

mudah diingat anak, meskipun menggunakan bahasa indonesia yang tidak

baku. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan komik dengan bahasa

Indonesia tidak baku. Berikut beberapa komik yang dibuat oleh peneliti

yang diawali dengan kejadian nyata dalam kehidupan sehari-hari.

(38)

5. Hasil Belajar

Dalam Purwanto (2008:44-45), hasil belajar digunakan untuk

mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah

diajarkan. Hasil belajar dapat dijelaskan dari dua kata pembentuknya, yaitu

“hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil adalah suatu perolehan akibat

dilakukannya suatu aktivitas yang mengakibatkan berubahnya input secara

fungsional. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan

perilaku siswa. Perubahan perilaku itu merupakan hasil belajar. Sementara

itu, dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2013:14-15), hasil belajar adalah

perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah melalui proses belajar

mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar merupakan perolehan

berupa perubahan tingkah laku akibat dari proses belajar mengajar yang

sesuai dengan tujuan pembelajaran.

6. Belajar

Belajar merupakan proses pembiasaan diri untuk memperoleh ilmu

pengetahuan. Menurut Biggs (1991, dalam Muhibbin Syah 2003:67-68)

dalam pendahuluan Teaching for Learning: The View form Cognitive

Psychology belajar didefinisikan dalam tiga macam rumusan, yaitu:

rumusan kuantitatif, rumusan institutional, rumusan kualitatif. Secara

kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan

(39)

Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari banyak materi yang dikuasai

siswa.

Secara institutional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang

sebagai proses validasi (pengabsahan) terhadap penguasaan materi-materi

yang telah siswa pelajari. Ukurannya ialah, semakin baik mutu mengajar

yang dilakukan guru maka mutu perolehan siswa yang dinyatakan dalam

bentuk skor atau nilai juga akan semakin baik. Adapun pengertian belajar

secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh pemahaman

serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar pada

pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang

berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti

dihadapi siswa.

Berdasarkan berbagai definisi yang telah diutarakan tadi, secara

umum belajar dapat diapahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah

laku seseorang yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan

interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Menurut Mulyati (2005:5), “Belajar adalah suatu usaha sadar

individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri

melalui latihan-latihan dan pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan

karena peristiwa kebetulan.”

Jadi, belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku

seseorang yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi

(40)

peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan

pengulangan.

7. Jenuh

Menurut Reber (1988, dalam Muhibbin Syah 2003:181), kejenuhan

belajar adalah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar,

namun tidak mendatangkan hasil. Seorang siswa yang mengalami

kejenuhan belajar merasa seakan-akan tidak memiliki kemajuan

pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar. Tidak adanya

hasil kemajuan dari belajar ini pada umumnya tidak berlangsung

selamanya, tetapi hanya dalam selang waktu tertentu. Namun tidak sedikit

siswa yang mengalami kejenuhan itu berkali-kali dalam satu periode

belajar tertentu.

Kejenuhan dapat terjadi karena proses belajar siswa telah sampai

pada batas kemampuan jasmaniahnya karena bosan dan keletihan. Namun,

penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan yang melanda

siswa, karena kelitihan dapat menjadi penyebab munculnya rasa bosan

pada siswa. Keletihan siswa dapat dikategorikan menjadi tiga macam,

yakni keletihan indera, keletihan fisik, dan keletihan mental.

Keletihan mental tidak dapat diatasi dengan cara yang sederhana,

inilah yang menjadikan keletihan mental sebagai faktor utama penyebab

munculnya kejenuhan belajar. Beberapa faktor penyebab keletihan mental

adalah kecemasan siswa terhadap standar keberhasilan bidang-bidang studi

(41)

merasa bosan mempelajari bidang-bidang studi tersebut. Sikap siswa yang

mempercayai konsep kinerja akademik secara optimum, namun dia sendiri

menilai belajarnya hanya berdasarkan ketentuan yang ia ciptakan sendiri

(self-imposed). Keletihan mental ini dapat diatasi dengan memberikan

motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar

lebih giat daripada sebelumnya, serta siswa harus mencoba belajar dan

belajar lagi.

Menurut Mubiar Agustin (2011:11-12), “Secara harafiah, arti jenuh

ialah padat atau jenuh sehingga tidak mampu lagi memuat apa pun. Selain

itu jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam belajar, siswa sering

mengalami kelupaan, ia juga terkadang mengalami peristiwa negatif

lainnya yang disebut jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim

disebut learning plateau atau plateau (baca: pletou) saja. Peristiwa jenuh

ini jika dialami seorang siswa yang sedang dalam proses belajar,

kejenuhan belajar dapat membuat siswa tersebut merasa telah

memubazirkan usahanya. Kejenuhan belajar juga diartikan sebagai rentang

waktu tertentu yang digunakan untuk belajar tetapi tidak mendatangkan

hasil.”

Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa pengertian jenuh dapat

diartikan sebagai bosan. Sementara kejenuhan belajar adalah rentang

waktu tertentu yang digunakan siswa untuk belajar namun tidak

mendatangkan hasil dan merasa seakan-akan tidak memiliki kemajuan

(42)

8. Pendekatan Saintifik

Menurut Carin & Sund (1975, dalam M. Hosnan 2014:35), metode

saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori

Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar

penemuan yang mengacu pada empat hal pokok yang sesuai pada proses

kognitif dengan metode saintifik. Pertama, individu hanya belajar dan

mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua,

dengan melakukan proses-proses kognitif, dalam proses penemuan siswa

akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu

penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat

mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki

kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan

penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan.

Menurut M. Hosnan (2014:39), aktivitas guru dalam pembelajaran

adalah menyediakan sumber belajar, mendorong siswa berinteraksi dengan

sumber belajar (menugaskan), mengajukan pertanyaannya agar siswa

memikirkan hasil interaksinya, memantau persepsi dan proses berfikir

siswa serta memberikan gambaran, mendorong siswa berdialog atau

berbagi hasil pemikirannya, mengkonfirmasi pemahaman yang diperoleh,

dan mendorong siswa untuk merefleksikan pengalaman belajarnya.

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam pendekatan saintifik,

(43)

a) Mengamati

Ini adalah langkah pertama pada pendekatan saintifik. Metode

observasi mengedepankan pengamatan langsung pada objek yang akan

dipelajari sehingga siswa mendapatkan fakta berbentuk data yang

objektif yang kemudian di analasis sesuai tingkat perkembangan siswa.

Data yang dianalisis siswa kemudian digunakan sebagai bahan

penyusunan evaluasi bagi siswa. Dalam kegiatan mengamati,

mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull

learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan

objek secara nyata, peserta didik merasa senang dan tertantang, serta

mudah pelaksanaannya.

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin

tahu siswa sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang

tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana

disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru

membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk

melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak,

mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan

pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,

mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun

kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian,

(44)

b) Menanya

Kegiatan belajarnya adalah mengajukan pertanyaan tentang

informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan

untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati

(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat

hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah kreativitas, rasa

ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk

pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang

hayat. Pada kegiatan pembelajaran ini, siswa melakukan pembelajaran

bertanya yang diharapkan dapat mengungkapkan

pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan gambar yang ada. Jika siswa

kesulitan dalam mengungkapkan pertanyaan, maka guru dapat

memberikan panduan pertanyaan awal kemudian dilanjutkan oleh siswa

yang lain.

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara

luas kepada siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat,

disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat

mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek

konkret sampai pada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep,

prosedur ataupun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat

faktual sampai pada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi

(45)

memerlukan bantuan untuk mengajukan pertanyaan sampai ketingkat

dimana siswa mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.

Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui

kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu siswa. Semakin terlatih

dalam bertanya, maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.

Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih

lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang

ditentukan siswa, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang

beragam. Model questioning adalah suatu metode pembelajaran yang

dilakukan dengan cara pengajuan pertanyaan yang mengarahkan siswa

untuk memahami materi pelajaran dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran.

c) Mengumpulkan informasi

Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut

dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan

mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan berbagai cara.

Untuk itu, siswa dapat membaca buku lebih banyak, memperhatikan

fenomena atau objek yang diteliti, atau bahkan melakukan eksperimen

agar melalui kegiatan tersebut dapat terkumpul sejumlah informasi.

Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas

mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca

sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau kejadian atau

(46)

kompetensi yang diharapkan pada tahap ini adalah mengembangkan

sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan

berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi

melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan

belajar dan belajar sepanjang hayat.

d) Mengolah informasi atau menalar

Langkah keempat pada pendekatan saintifik adalah mengolah

informasi atau menalar. Istilah “menalar” (associating) dalam kerangka

proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam

Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan siswa

merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan

situasi siswa harus lebih aktif daripada guru.

Mengolah informasi atau menalar dalam kegiatan pembelajaran

sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun

2013 adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik

terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen, maupun hasil

dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah

keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang

bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat

yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan

untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya,

(47)

kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur,

disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur, dan

kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

Kegiatan belajarnya adalah; pertama, mengolah informasi yang

sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/

eksperimen, maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan

mengumpulkan informasi; kedua, pengolahan informasi yang

dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman

sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari

berbagai sumber, yang memiliki pendapat berbeda sampai kepada yang

bertentangan. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan

sikap jujur, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan

prosedur, dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam

menyimpulkan. Pada kegiatan ini, siswa akan menalar, yaitu

menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa yang ada dalam

kehidupan sehari-hari.

Kegiatan menyimpulkan (menarik kesimpulan) dalam

pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari

kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan

antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut,

selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau

(48)

e) Mengkomunikasikan pembelajaran

Pada pendekatan saintifik, guru diharapkan memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan apa yang telah

mereka pelajari. Pada tahapan ini, diharapkan siswa dapat

mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara

bersama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil

kesimpulan yang telah dibuat bersama.

Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau

menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,

mengasosiasikan, dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di

kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok

peserta didik tersebut. kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan

pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor

81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan

berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.

Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah

mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir

sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan

mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Dalam

kegiatan mengkomunikasikan, siswa diharapkan sudah dapat

mempresentasikan hasil temuannya untuk kemudian ditampilkan di

(49)

lebih terasah. Siswa yang lainpun dapat memberikan komentar, saran,

atau perbaikan mengenai apa yang dipresentasikan oleh rekannya.

Menurut Daryanto (2014:51), pembelajaran dengan pendekatan

saintifik adalah proses yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara

aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip memulai

tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),

merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,

mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik

kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang

“ditemukan”.

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:

a) Mengamati (observasi)

Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu

siswa, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang

tinggi. Dengan metode observasi siswa menemukan fakta bahwa ada

hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran

yang digunakan oleh guru. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran

sebagaimana disampaikan Permendikbud nomor 81a, hendaklah guru

membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk

melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan

(50)

objek. Adapaun kompetensi yang diharapkan melatih kesungguhan,

ketelitian, dan mencari informasi.

b) Menanya

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas

kepada siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak,

dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat

mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan

obyek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan

fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.

c) Mengumpulkan informasi

Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari

bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan

informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara.

d) Mengasosiasikan/Mengolah informasi/Menalar

Kegiatan “mengasosiasikan/mengolah informasi/menalar” dalam

kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan Permendikbud Nomor

81a tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan

baik kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.

Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan menyimpulkan. Setelah

menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola

dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu

(51)

e) Mengkomunikasikan

Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada

peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka

pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau

menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,

mengasosiasikan, dan menemukan pola.

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik

memiliki lima tahap pokok dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran,

yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah

informasi yang diperoleh, dan mengkomunikasikan pembelajaran dengan

menyampaikan kesimpulan dari informasi yang telah diolah.

9. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Menurut Wina Sanjaya (2010:128) dalam Standart Nasional

Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15), dijelaskan bahwa KTSP adalah

kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

satuan pendidikan. Dari konsep tersebut, maka ada beberapa hal yang

berhubungan dengan makna kurikulum operasional. Pertama, sebagai

kurikulum yang bersifat operasional, maka dalam pengembangannya,

KTSP tidak akan lepas dari ketetapan-ketetapan yang telah disusun

pemerintah secara nasional. Artinya, walaupun daerah diberi kewenangan

untuk mengembangkan kurikulum akan tetapi kewenangan itu hanya

sebatas pada pengembangan operasionalnya saja; sedangkan yang menjadi

(52)

sebagai kurikulum operasional, para pengembang KTSP, dituntut dan

harus memperhatikan ciri khas kedaerahan, sesuai dengan bunyi

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 ayat 2, yakni bahwa kurikulum pada semua

jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diverisikasi

sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.

Ketiga, sebagai kurikulum operasional, para pengembang kurikulum di

daerah memiliki keleluasaan dalam mengembangkan kurikulum menjadi

unit-unit pelajaran.

Beberapa hal berikut merupakan karakteristik KTSP, yaitu bila

dilihat dari desainnya KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada

disiplin ilmu dan pengembangan individu. Hal ini dapat dilihat dari

prinsip-prinsip pembelajaran dalam KTSP yang menekankan pada

aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan sendiri materi pembelajaran

melalui berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran yang disarankan.

KTSP adalah kurikulum teknologis yang mengakses kepentingan daerah.

Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP sebagai berikut;

a) Untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif

sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan

memberdayakan sumber daya yang tersedia. Dengan demikian, setiap

komponen sekolah baik kepala sekolah maupun guru-guru dituntut

untuk lebih aktif dan kreatif melakukan berbagai upaya agar semua

(53)

b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.

Sebagai kurikulum operasional, KTSP menuntut keterlibatan

masyarakat secara penuh, sebab tanggung jawab pengembangan

kurikulum tidak lagi berada di pemerintah, akan tetapi di sekolah;

sedangkan sekolah akan berkembang manakala ada keterlibatan

masyarakat.

c) Meningkatkan kompetensi yang sehat antarsatuan pendidikan tentang

kualitas pendidikan yang akan dicapai. Melalui KTSP diharapkan setiap

sekolah atau satuan pendidikan akan berlomba dalam menyusun

program kurikulum sekaligus berlomba dalam implementasinya.

Prinsip-prinsip pengembangan KTSP:

a) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan

siswa dan lingkungannya

b) Beragam dan terpadu

c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni

d) Relevan dengan kebutuhan hidup

e) Menyeluruh dan berkesinambungan

f) Belajar sepanjang hayat

g) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

Menurut Trianto (2010:26), sistem pengelolaan KTSP menuntut

kegiatan belajar mengajar yang memberdayakan semua potensi siswa

(54)

diharapkan untuk mendorong individu belajar sepanjang hayat dan

mewujudkan masyarakat belajar. KBM dilandasi oleh prinsip-prinsip

sebagai berikut:

a) Berpusat pada siswa (student-centered)

b) Mengembangkan kreativitas siswa

c) Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang

d) Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai

e) Menyediakan pengalaman belajar

f) Belajar melalui berbuat (learning by doing)

Pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut diwujudkan dengan menerapkan

berbagai strategi dan metode pembelajaran yang efektif, kontekstual, dan

bermakna. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan dan meningkatkan

kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas,

kepemimpinan, empati, toleransi, dan kecakapan hidup siswa yang pada

gilirannya dapat membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan

martabat bangsa.

Jadi, KTSP merupakan kurikulum yang pelaksanaannya

menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan sendiri

materi pembelajaran melalui berbagai pendekatan dan strategi

pembelajaran yang disarankan. KTSP juga merupakan kurikulum yang

tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,

serta relevan dengan kebutuhan hidup. Dalam pelaksanaannya setiap

(55)

lebih aktif dan kreatif melakukan berbagai upaya agar semua kebutuhan

sekolah terpenuhi.

10. Minat Belajar

Menurut Muhibbin Syah (2008:151), “Secara sederhana, minat

(interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan

yang besar terhadap sesuatu”. Minat tidak termasuk istilah populer dalam

psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor

internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan

kebutuhan. Namun terlepas dari masalah populer atau tidak, minat seperti

yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi

kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi

tertentu.”

Menurut Makmun Khairani (2014:142), “Minat dan perhatian

mempunyai hubungan yang erat sekali”. Seseorang yang menaruh minat

pada mata pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikan

mata pelajaran tersebut. Sebaliknya, bila seseorang menaruh perhatian

secara berkelanjutan baik secara sadar maupun tidak pada objek tertentu,

biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut. Beberapa cara

yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa

diantaranya menghubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan

kebutuhan siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap

(56)

guru perlu menjelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan

siswa.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011:191), “Minat belajar yang

besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat

belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat

belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.” Minat tidak

dibawa sejak lahir, dengan kata minat dapat ditumbuhkan dan

dikembangkan pada diri seorang siswa. Caranya adalah dengan

memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan

pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu atau

menguraikan kegunaannya di masa depan bagi siswa.

Jadi dapat disimpulkan bahwa minat belajar merupakan keterlibatan

sepenuhnya seorang siswa dengan segenap pikirannya dan dengan penuh

perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang

pengetahuan ilmiah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-sari.

11. Perhatian

Menurut Kartini Kartono (1990:111), “Perhatian itu merupakan

reaksi umum dari organisme dan kesadaran, yang menyebabkan

bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi, dan pembatasan kesadaran

terhadap satu obyek.” Menurut John W. Santrock (2014:293), “Perhatian

adalah pemusatan sumber daya mental.” Menurut Makmun Khairani

(2014:154), “Perhatian adalah pemusatan atau konsentrasi dari seluruh

Gambar

gambar. Untuk menyebut komik bersambung, yang di Indonesia langka,
Gambar 2.2   Contoh komik PLSV yang diawali dengan kejadian nyata pada proses menanak nasi
Tabel 3.1 Rencana Pembelajaran
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pertanyaan Wawancara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari perhitungan tersebut diperoleh kesimpulan bahwa pada saluran pemasaran di agroindustri kerupuk singkong sudah terdapat hubungan jangka panjang antar

Mengapa demikian?, ketika konsumsi dalam Islam diartikan sebagai penggunaan terhadap komoditas yang baik dan jauh dari sesuatu yang diharamkan, maka sudah tentu motivasi

Perubahan kearifan tradisional ini membawa dampak positif bagi kawasan Taman Nasional yaitu tingkat kerusakan pada kawasan hutan karena pengambilan sumberdaya hayati

[r]

mendapatkan gambaran status nutrisi ternak sebagai dampak jangka pendek dan jangka panjang dari sistem pemberian pakan yang dilakukan oleh peternak selama ini

Pada pengujian sensor suhu LM35, didapatkan data pembacaan sensor suhu dalam satuan volt, yang kemudian dilakukan dengan pengujian kedua yaitu pengkondisian sinyal

منامشچ و یدروآ رد هزرل هب ار منت و یدمآ مرطاخ رد هرابود وت و دیسر هار

MINUM MINUMAN KERAS DI KALANGAN SISWA (Stutli K6u : SnNo S'.IA ti LoA6i PetM Rala nan JIL Pemindo