Ruly Purbo Astuti, 111414113, 2015. Efektivitas Media Komik pada Pembelajaran Sistem Persamaan Linear Satu Variabel ditinjau dari Hasil Belajar, Minat, dan Perhatian Siswa Kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan menggunakan media komik yang dilaksanakan dengan pendekatan saintifik ditinjau dari hasil belajar siswa, mengetahui minat, dan perhatian siswa dengan media komik pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Satu Variabel (SPLSV) di kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data, terdiri dari: (1) Lembar pengamatan minat dan perhatian belajar siswa, (2) Lembar wawancara minat dan perhatian belajar siswa, (3) Tes akhir, (4) Lembar skala minat dan perhatian belajar siswa. Data hasil pengamatan dan skala minat dan perhatian belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan skor total dan presentase yang diperoleh masing-masing siswa, kemudian berdasarkan hasil presentase tersebut ditentukan kriteria minat dan perhatian belajar siswa secara keseluruhan. Data hasil wawancara dan dokumentasi dianalisis secara deskriptif kualitatif sebagai penguat hasil pengamatan dan skala minat dan perhatian belajar siswa. Data hasil belajar siswa yaitu hasil tes akhir dianalisis dengan menggunakan skor total masing-masing siswa dan presentase yang diperoleh keseluruhan siswa, kemudian berdasarkan hasil presentase tersebut ditentukan kriteria efektivitas hasil belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan pembelajaran SPLSV dengan media komik efektif menumbuhkan minat dan perhatian siswa pada proses pembelajaran, (2) Penerapan pembelajaran SPLSV dengan media komik kurang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai kriteria efektivitas hasil belajar secara kualitatif menunjukkan efektivitas hasil belajar yang rendah.
Ruly Purbo Astuti, 111414113, 2015. The Effectiveness of Comic Medium in Learning of Single Variabel Linear Equation System in terms of Learning Outcomes, the Interest, and Attention of Students in class VII B Maria Immaculata Junior High School Yogyakarta. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education an Science, Faculty of Teacher Trainning ang Educational Science, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research aims to find out the effectiveness of learning by using media comic which was conducted by scientific approach, in terms of student learning outcomes, to know the interest, and attention of students with the comic medium, on the subject of Single Variable Linear Equation System (SPLSV) in seventh grade B of Maria Immaculata Junior High School Yogyakarta in academic year 2014/2015.
The subjects of this research was seventh grade B of Maria Immaculata Junior High School Yogyakarta in academic year 2014/2015. This research applied qualitative-quantitative descriptive research. Research instruments which was used in data collection, consists of: (1) Student’s interest and attention observation sheet, (2) Students’ interest and attention interview sheet, (3) the end of the test, (4) The scales of students’ interest and attention. Data of the students’ interest and attention observations and scale of learning quantitatively were analyzed by determining the total score and percentage of the students interest and attention. Data of interviews and documents were analyzed by qualitative descriptively as the strengthening of the students’ interest and attention observations and scales. The data of outcomes students’ learning that called final results test were analyzed by determining the total score and percentage of students’ learning outcomes with criteria for the effectiveness of the students.
The results showed that (1) The implementation of learning SPLSV with comic effective
media in increasing the students’ interest and attention in learning process., (2) The implementation of learning SPLSV with the comic medium is less effective for improving students’ learning outcomes. Based on the effectiveness of qualitative studies’ results, they showed that the effectiveness of the learning outcomes was low.
EFEKTIVITAS MEDIA KOMIK PADA PEMBELAJARAN
SISTEM PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL DITINJAU
DARI HASIL BELAJAR, MINAT DAN PERHATIAN SISWA
KELAS VII B SMP MARIA IMMACULATA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Ruly Purbo Astuti
NIM : 111414113
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
EFEKTIVITAS MEDIA KOMIK PADA PEMBELAJARAN
SISTEM PERSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL DITINJAU
DARI HASIL BELAJAR, MINAT DAN PERHATIAN SISWA
KELAS VII B SMP MARIA IMMACULATA YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh :
Ruly Purbo Astuti
NIM : 111414113
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Beribadahlah kepada Tuhan dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai”. (Mazmur 100:2)
“Kita nggak bakalan tau apa yang akan terjadi besok, kalo di hari ini kita
berhenti”. (Film LOVE 2008)
Dengan penuh syukur kupersembahkan karya ini untuk: Tuhan, Bunda Maria, dan Santa Yoanita, Bapakku dan ibuku tersayang, Keluarga Besar Yustinus Atemo Sukarto,
ABSTRAK
Ruly Purbo Astuti, 111414113, 2015. Efektivitas Media Komik pada Pembelajaran Sistem Persamaan Linear Satu Variabel ditinjau dari Hasil Belajar, Minat, dan Perhatian Siswa Kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran dengan menggunakan media komik yang dilaksanakan dengan pendekatan saintifik ditinjau dari hasil belajar siswa, mengetahui minat, dan perhatian siswa dengan media komik pada pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Satu Variabel (SPLSV) di kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif. Instrumen penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data, terdiri dari: (1) Lembar pengamatan minat dan perhatian belajar siswa, (2) Lembar wawancara minat dan perhatian belajar siswa, (3) Tes akhir, (4) Lembar skala minat dan perhatian belajar siswa. Data hasil pengamatan dan skala minat dan perhatian belajar siswa dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan skor total dan presentase yang diperoleh masing-masing siswa, kemudian berdasarkan hasil presentase tersebut ditentukan kriteria minat dan perhatian belajar siswa secara keseluruhan. Data hasil wawancara dan dokumentasi dianalisis secara deskriptif kualitatif sebagai penguat hasil pengamatan dan skala minat dan perhatian belajar siswa. Data hasil belajar siswa yaitu hasil tes akhir dianalisis dengan menggunakan skor total masing-masing siswa dan presentase yang diperoleh keseluruhan siswa, kemudian berdasarkan hasil presentase tersebut ditentukan kriteria efektivitas hasil belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Penerapan pembelajaran SPLSV dengan media komik efektif menumbuhkan minat dan perhatian siswa pada proses pembelajaran, (2) Penerapan pembelajaran SPLSV dengan media komik kurang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Sesuai kriteria efektivitas hasil belajar secara kualitatif menunjukkan efektivitas hasil belajar yang rendah.
ABSTRACT
Ruly Purbo Astuti, 111414113, 2015. The Effectiveness of Comic Medium in Learning of Single Variabel Linear Equation System in terms of Learning Outcomes, the Interest, and Attention of Students in class VII B Maria Immaculata Junior High School Yogyakarta. Thesis. Mathematics Education Study Program, Department of Mathematics Education an Science, Faculty of Teacher Trainning ang Educational Science, Sanata Dharma University, Yogyakarta.
This research aims to find out the effectiveness of learning by using media comic which was conducted by scientific approach, in terms of student learning outcomes, to know the interest, and attention of students with the comic medium, on the subject of Single Variable Linear Equation System (SPLSV) in seventh grade B of Maria Immaculata Junior High School Yogyakarta in academic year 2014/2015.
The subjects of this research was seventh grade B of Maria Immaculata Junior High School Yogyakarta in academic year 2014/2015. This research applied qualitative-quantitative descriptive research. Research instruments which was used in data collection, consists of: (1) Student’s interest and attention observation sheet, (2) Students’ interest and attention interview sheet, (3) the end of the test, (4) The scales of students’ interest and attention. Data of the students’ interest and attention observations and scale of learning quantitatively were analyzed by determining the total score and percentage of the students interest and attention. Data of interviews and documents were analyzed by qualitative descriptively as the strengthening of the students’ interest and attention observations and scales. The data of outcomes students’ learning that called final results test were analyzed by determining the total score and percentage of students’ learning outcomes with criteria for the effectiveness of the students.
The results showed that (1) The implementation of learning SPLSV with
comic effective media in increasing the students’ interest and attention in learning
process., (2) The implementation of learning SPLSV with the comic medium is less effective for improving students’ learning outcomes. Based on the effectiveness of
qualitative studies’ results, they showed that the effectiveness of the learning
outcomes was low.
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan, dukungan, doa, dan motivasi dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu, diantaranya:
1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Prasetyo, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik;
5. Bapak Drs. A. Sardjana, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing penulis dengan penuh kesabaran selama penyusunan skripsi ini;
6. Dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis, sehingga penulis mendapat banyak pengetahuan dan wawasan dalam mengambil dan mengolah data penelitian;
7. Segenap dosen dan karyawan JPMIPA Universitas Sanata Dharma, yang telah membimbing, membantu, serta memberikan ilmunya selama belajar di Universitas Sanata Dharma;
8. Ibu Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. dan ibu Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A., yang telah membantu penulis dalam melakukan validasi instrumen;
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah... 5
C.Pembatasan Masalah ... 5
D.Rumusan Masalah ... 6
E. Batasan Istilah ... 6
H.Sistematika Penulisan ... 9
4. Komik sebagai media pembelajaran ... 16
5. Hasil belajar ... 17
6. Belajar ... 17
7. Jenuh ... 19
8. Pendekatan Saintifik... 21
9. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ... 30
10.Minat Belajar ... 34
11.Perhatian ... 35
12.Penelitian Deskriptif Kualitatif-Kuantitatif... 36
13.Sistem Persamaan Linear Satu Variabel (SPLSV) ... 37
B. Kerangka Berpikir ... 44
BAB III METODE PENELITIAN ... 46
A. Jenis Penelitian ... 46
B. Subyek dan Obyek Penelitian ... 46
1. Subyek Penelitian... 46
2. Obyek Penelitian ... 47
C.Perumusan Variabel-Variabel ... 47
1. Variabel Bebas ... 47
2. Variabel Terikat ... 47
D.Bentuk Data ... 48
1. Data hasil wawancara guru ... 48
3. Data minat dan perhatian siswa ... 48
4. Data hasil belajar siswa ... 48
E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data... 49
1. Metode pengumpulan data ... 49
2. Instrumen pengumpulan data ... 50
F. Teknik Analisa Data ... 57
1. Analisis data ... 57
2. Analisis validitas dan reliabilitas instrumen dan tes ... 57
3. Analisis Proses Pembelajaran ... 60
4. Analisis data hasil siswa ... 60
5. Analisis data minat dan perhatian siswa ... 61
G.Prosedur Pelaksanaan Penelitian Sacara Keseluruhan ... 63
1. Tahap persiapan ... 63
2. Tahap pelaksanaan ... 65
3. Tahap analisis data ... 65
BAB IV PELAKSANAAN, HASIL, DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 66
A.Deskripsi Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian ... 66
1. Persiapan Penelitian ... 66
2. Pelaksanaan Penelitian ... 70
B. Hasil dan Pembahasan Penelitian ... 79
1. Perhatian dan Minat Belajar Siswa ... 79
2. Hail Belajar Siswa ... 86
BAB V PENUTUP ... 88
A. Kesimpulan ... 88
B. Keterbatasan Penelitian ... 88
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Rencana Pembelajaran ... 50
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pertanyaan Wawancara ... 51
Tabel 3.3 Lembar Pengamatan minat dan perhatian siswa ... 55
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Lembar Angket Minat dan Perhatian Siswa ... 55
Tabel 3.5 Format skala minat siswa ... 56
Tabel 3.6 Interpretasi terhadap nilai koefisien ... 58
Tabel 3.7 Interpretasi nilai koefisien ... 59
Tabel 3.8 Kriteria Penilaian ... 60
Tabel 3.9 Kriteria Efektivitas Hasil Belajar secara Kuantitatif... 60
Tabel 3.10 Kriteria Efektivitas Hasil Belajar secara Kualitatif... 61
Tabel 3.11 Kriteria kualifikasi minat dan perhatian setiap siswa ... 61
Tabel 3.12 Kriteria kualifikasi minat dan perhatian seluruh siswa ... 62
Tabel 3.13 Kriteria kualifikasi minat dan perhatian setiap siswa ... 63
Tabel 3.14 Kriteria kualifikasi minat dan perhatian seluruh siswa ... 63
Tabel 4.1 Data Koefisien Validitas Item Soal Ulangan ... 67
Tabel 4.2 Hasil Analisis Reliabilitas Soal Ulangan ... 67
Tabel 4.3 Hasil analisis pengamatan minat dan perhatian siswa ... 79
Tabel 4.6 Presentase kriteria hasil belajar siswa ... 81
Tabel 4.7 Hasil analisis skala minat dan perhatian siswa ... 82
Tabel L.B.1.1 Hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan I ... 127
Tabel L.B.1.2 Hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan II ... 128
Tabel L.B.1.3 Hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan III ... 129
Tabel L.B.1.4 Hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan IV ... 129
Tabel L.B.1.5 Data Skala ... 131
Tabel L.B.1.6 Daftar nilai uji coba tes akhir ... 136
Tabel L.B.1.7 Data tes akhir ... 137
Tabel L.B.2.1 Kriteria hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan I .... 139
Tabel L.B.2.2 Kriteria hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan II ... 141
Tabel L.B.2.3 Kriteria hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan III.. 142
Tabel L.B.2.4 Kriteria hasil pengamatan minat dan perhatian pertemuan IV . 144 Tabel L.B.2.5 Hasil analisis skala minat dan perhatian belajar siswa ... 146
Tabel L.B.2.6 Analisis item soal tes akhir ... 154
Tabel L.B.2.7 Tingkat kualifikasi validitas butir soal tes akhir ... 159
Tabel L.B.2.8 Rangkuman analisis butir soal tes akhir... 159
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Komik doraemon karangan Kobayashi ... 15
Gambar 2.2 Contoh komik PLSV yang diawali dengan kejadian nyata ... 16
Gambar 4.1 Kelompok siswa mempresentasikan hasil diskusi ... 72
Gambar 4.2 Guru membantu memberi penjelasan pada siswa ... 74
Gambar 4.3 Guru membantu siswa mempresentasikan hasil diskusi ... 76
Gambar 4.4 Guru membantu siswa menjelaskan persoalan pada komik ... 78
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A Halaman
A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 94
A.2. Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan I ... 106
A.3. Jawaban Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan I ... 107
A.4. Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan II ... 108
A.5. Jawaban Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan II ... 109
A.6. Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan III ... 110
A.7. Jawaban Lembar Kegiatan Siswa Pertemuan III... 111
A.8. Kisi-Kisi Soal (Uji Butir) Tes Akhir ... 112
A.9. Soal (Uji Butir) Tes Akhir ... 114
A.10. Kriteria Penilaian Soal (Uji Butir) Tes Akhir ... 116
A.11. Kisi-Kisi Soal Tes Akhir ... 120
A.12. Soal Tes Akhir ... 122
A.13. Kriteria Penilaian Soal Tes Akhir ... 124
LAMPIRAN B B.1. Tabulasi Data ... 127
B.2. Soal (Uji Butir) Tes Akhir ... 139
C.2. Hasil Kerja Siswa LKS Pertemuan II ... 166
C.3. Hasil Kerja Siswa LKS Pertemuan III... 167
C.4. Lembar Kerja Tes Akhir ... 168
C.5. Hasil Lembar Observasi ... 174
C.6. Hasil Lembar Kuisioner ... 182
C.7. Surat Ijin Penelitian ... 184
C.8. Surat Keterangan Penelitian ... 185
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka menciptakan kegiatan pembelajaran yang mengajak
siswa aktif, maka guru juga memiliki tanggung jawab untuk menciptakan
kegiatan pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Menurut Latief dalam
www.kompas.com, menyebutkan pelajaran matematika menjadi momok
siswa di sekolah. Penggunaan media mulai dikembangkan kembali dengan
beberapa inovasi yang baru. Media membantu siswa untuk membawa
pikirannya dari yang abstrak menuju pikiran yang lebih konkrit. Media juga
mampu menarik minat belajar siswa sehingga siswa aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
Dalam teori perkembangan kognitif yang diungkapkan Piaget, anak usia
11-15 tahun (usia sekolah menengah) berada pada tahap formal operasional.
Pada tahap ini siswa SMP memiliki kemampuan mengoordinasikan baik
secara bersamaan ataupun berurutan dua macam kemampuan kognitif, yaitu
kapasitas menggunakan hipotesis dan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip
abstrak. Selanjutnya, dengan kapasitas menggunakan prinsip-prinsip abstrak,
remaja tersebut akan mampu mempelajari materi-materi yang abstrak, seperti
ilmu agama, ilmu matematika dan ilmu-ilmu abstrak lainnya dengan luas dan
sebagai masa peralihan siswa dari siswa SD ke SMP, dimana siswa dilatih
untuk dapat belajar aktif dan mandiri.
Salah satu materi matematika yang diajarkan di kelas VII semester
genap adalah Sistem Persamaan Linear Satu Variabel (SPLSV). Dalam
mengajarkan matematika, guru di kelas VII A dan VII B SMP Maria
Immaculata Yogyakarta belum pernah menggunakan komik sebagai media
pembelajaran. Konsep dari materi ini cukup abstrak dan membingungkan.
Media komik ini dapat menjadi bahan belajar yang dapat menarik minat
belajar siswa.
Banyak media komik untuk belajar matematika yang sudah diterbitkan
oleh beberapa percetakan ternama dan bisanya menggunakan tokoh animasi
luar negeri. Namun sebagian besar dari mereka menerbitkan seri
pembelajaran dengan materi bidang dimensi dua, bidang dimensi tiga, dan
materi pecahan, sedangkan komik untuk materi SPLSV belum ada di
perpustakaan SMP Maria Immaculata. Oleh karena itu, penulis ingin
membuat media komik dengan materi SPLSV yang diwakili oleh tokoh
pewayangan yakni punakawan (Semar, Gareng, Petruk, Bagong) yang
dianimasikan.
Media komik ini dapat menjadi salah satu alternatif dalam menciptakan
pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga siswa tidak jenuh
dengan pembelajaran di kelas, serta mengajak siswa untuk mengenal budaya
daerah yang dimiliki yaitu wayang. Hal ini sesuai dengan harapan dari
sekolah juga dapat menyesuaikan dengan kemajuan teknologi dan budaya
yang dimiliki untuk menerapkan proses kegiatan pembelajarannya. Minat
merupakan salah satu faktor internal yang terletak pada aspek psikologis
sebagai hal yang mempengaruhi belajar siswa. Minat mampu memungkinkan
siswa untuk belajar lebih giat dan akhirnya mampu mencapai prestasi yang
diinginkan.
Media komik ini juga dapat mengatasi kejenuhan siswa dalam belajar.
Kejenuhan muncul karena hasil belajar yang kurang baik dan memerlukan
waktu yang cukup lama dalam melakukan proses pembelajaran tersebut.
Kejenuhan dapat terjadi karena keletihan (indera, fisik, mental) pada siswa
sehingga menimbulkan kebosanan. Faktor jenuh dan minat, kedua faktor ini
saling berkaitan dalam mempengaruhi hasil belajar siswa.
Selama kurang lebih tiga bulan peneliti melakukan kegiatan Program
Praktek Lapangan (PPL) di SMP Maria Immaculata Yogyakarta, metode
diskusi kelompok sering dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Selama
melakukan kegiatan PPL tersebut peneliti mengamati secara singkat, dalam
kegiatan pembelajaran ada beberapa siswa yang pasif, ada juga yang tidak
memperhatikan pembelajaran yang berlangsung namun menggambar animasi
dibuku catatannya dan menyatakan bahwa mereka tidak suka dengan
matematika karena rumit, terlalu abstrak, serta ada beberapa siswa yang takut
untuk bertanya dengan guru. Siswa menyatakan kepada peneliti bahwa
mereka terkadang jenuh dengan kegiatan pembelajaran matematika yang
Berdasarkan wawancara singkat peneliti dengan guru matematika, guru
belum pernah menggunakan media komik dalam pembelajaran di kelas.
Dalam mengajarkan matematika di kelas, guru menggunakan metode tanya
jawab, diskusi kelompok, model pembelajaran penemuan (discovery
learning), dan pendekatan saintifik. Metode tanya jawab disesuaikan pada
tahapan menanya dan diskusi kelompok pada tahapan mengumpulkan
informasi dan mengolah informasi. Model pembelajaran penemuan
(discovery learning) adalah metode belajar yang mendorong siswa untuk aktif
mengajukan pertanyaan dan menarik kesimpulan dari prinsip umum yang
diperoleh melalui contoh kehidupan sehari-hari, hal ini menurut teori Piaget
dikatakan sebagai kewajiban peran aktif siswa selama belajar di kelas.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, pembelajaran
pada materi SPLSV pada siswa kelas VII B SMP Maria Immaculata
Yogyakarta akan menjadi fokus penelitian. Dalam pembelajaran, akan
digunakan media komik dengan sub bahasan menemukan konsep pernyataan,
kalimat langsung, dan menyelesaikan permasalahan bentuk PLSV
(Persamaan Linear Satu Variabel). Dengan media ini, diharapkan dapat
membantu siswa memahami tentang konsep persamaan linear.
Penggunaan media ini melibatkan aktivitas, imajinasi, penemuan, rasa
ingin tahu, mencoba-coba, dan membuat prediksi. Media komik ini dapat
dibaca siswa kapanpun dan dimanapun layaknya komik animasi cerita ringan
yang ada di pasaran. Siswa diharapkan akan lebih tertarik, tidak cepat bosan
matematika. Komik ini juga mampu memancing animo siswa terhadap
matematika dan menjadi terobosan baru untuk belajar.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dituliskan
permasalahan yang lebih spesifik sebagai berikut:
1. Banyak siswa beranggapan bahwa matematika itu rumit karena
karakteristiknya yang terlalu abstrak, oleh karena itu siswa kurang
berminat untuk mempelajari kembali materi yang diberikan pada
pertemuan sebelumnya ataupun materi yang saling berkaitan.
2. Selama pembelajaran matematika, beberapa siswa cenderung pasif dan
takut untuk bertanya pada guru.
3. Pembelajaran terkesan menjenuhkan karena kegiatan pembelajaran
sering menggunakan metode diskusi kelompok dan tanya jawab.
4. Adanya kemungkinan efektivitas penggunaan media komik dalam
kegiatan pembelajaran matematika.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dengan mempertimbangkan
pengetahuan, kemampuan, dan waktu untuk melakukan penelitian, maka
peneliti membatasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Subyek penelitian adalah siswa kelas VII B SMP Maria Immaculata
2. Penelitian ini membahas mengenai efektivitas media komik pada
pembelajaran SPLSV dengan metode saintifik, yang ditinjau dari hasil
belajar siswa di kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta.
3. Penelitian ini membahas mengenai penggunaan media komik untuk
menarik minat dan perhatian siswa serta meningkatkan hasil belajar yang
pada materi SPLSV di kelas VII B SMP Maria Immaculata Yogyakarta
yang dilihat berdasarkan nilai uji kompetensi pada akhir materi.
4. Hasil penelitian diterapkan untuk kelas VII B SMP Maria Immaculata
Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015.
D. Rumusan Masalah
Penulis membatasi beberapa masalah yang dimiliki terhadap
penggunaan media komik dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:
1. Apakah media komik efektif digunakan pada pembelajaran SPLSV yang
dilaksanakan dengan pendekatan saintifik, jika ditinjau dari hasil belajar
siswa?
2. Bagaimana minat dan perhatian siswa pada pembelajaran dengan media
komik tersebut?
E. Batasan Istilah
Dalam penelitian ini, dijelaskan beberapa istilah penting yang
1. Efektivitas
Efektivitas dapat dilihat dari banyaknya siswa (dalam per sen) yang
terlibat secara aktif dan yang berhasil, yaitu memperoleh nilai cukup (6
ke atas) dalam kegiatan pembelajaran dengan strategi tertentu sebagai
bentuk keberhasilan atas usaha belajar.
2. Media Pembelajaran
Media pembelajaran adalah semua alat atau benda yang digunakan dalam
kegiatan belajar mengajar untuk membantu menyampaikan pesan
pembelajaran dari sumber kepada penerima dalam hal ini peserta didik.
3. Komik
Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan gambar-gambar
tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk
jalinan cerita seperti drama.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perolehan berupa perubahan tingkah laku akibat
dari proses belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
5. Persamaan Linear Satu Variabel
Persamaan linear satu variabel berupa kalimat terbuka dalam matematika
yang memuat hanya satu variabel dengan pangkat satu dan dihubungkan
dengan tanda sama dengan ( ).
Berdasarkan makna istilah, maka yang dimaksud Efektivitas Media
Komik pada Pembelajaran SPLSV ditinjau dari Hasil Belajar, akan
dan menarik minat serta perhatian belajar siswa selama kegiatan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik pada KTSP dengan materi SPLSV
untuk siswa SMP kelas VII semester genap. Melalui komik yang memiliki
gambar dan alur cerita yang menarik, serta tata bahasa yang tidak baku
diharapkan dapat menarik minat dan perhatian belajar siswa. Keberhasilan
penggunaan media komik dalam meningkatkan minat dan perhatian belajar
siswa selama pembelajaran dilihat dari angket yang diisi siswa. Efektivitas
penggunaan media komik yang ditinjau dari hasil belajar siswa dilihat dari
hasil tes di akhir pembelajaran di kelas VII B SMP Maria Immaculata
Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015.
F. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui efektifitas media komik yang digunakan pada pembelajaran
SPLSV yang dilaksanakan dengan pendekatan saintifik, jika ditinjau dari
hasil belajar siswa
2. Mengetahui minat dan perhatian siswa pada pembelajaran dengan media
komik tersebut
G. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah ilmu dan pengetahuan serta,
pengalaman baru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar bagi
peserta didik.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat menjadi satu contoh inovasi dalam
menciptakan kreatifitas media pembelajaran matematika.
3. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu cara baru dalam
belajar untuk menghilangkan rasa jenuh terhadap buku cetak pelajaran
sehingga belajar menjadi lebih menyenangkan.
4. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai inovasi dan
inspirasi dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
H. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan tugas akhir terbagi menjadi beberapa
bagian, yaitu latar belakang dilakukannya penelitian, penjelasan teori dan
metode penelitian, hasil penelitian, pembahasan, dan penutup.
BAB I Pendahuluan, berisi antara lain latar belakang masalah yang
menjelaskan mengenai beberapa masalah yang muncul serta penyebab adanya
keinginan untuk meneliti beberapa dari masalah tersebut, identifikasi masalah
menyebutkan masalah yang ada pada subyek yang akan diteliti, pembatasan
masalah menentukan obyek yang akan diteliti, rumusan masalah dimana
merumuskan masalah yang akan diselesaikan melalui penelitian, batasan
istilah menjelaskan secara singkat istilah pokok yang digunakan dalam
rumusan masalah, manfaat penelitian menuliskan kegunaan penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II Kajian Pustaka, berisi hal-hal teoritik dan informasi mendasar
terkait dengan masalah yang diteliti dan kerangka berpikir mengenai
penjelasan alur penelitian yang akan dilaksanakan .
BAB III Metode Penelitian, berisi jenis penelitian yang digunakan,
yaitu penelitian deskriptif kualitatif-kuantitatif. Subjek dan objek penelitian
yang diteliti, subyeknya adalah siswa kelas VII B SMP Maria Immaculata
Yogyakarta, sedangkan obyeknya adalah efektivitas penggunaan media
komik pada pembelajaran SPLSV ditinjau dari hasil belajar siswa. Perumusan
variabel-variabel yang digunakan dalam analisis data berupa variabel bebas
dan terikat. Bentuk data yang digunakan dalam analisis data berupa data hasil
wawancara guru, data proses pembelajaran, data minat belajar, dan data hasil
belajar siswa. Metode dan instrumen pengumpulan data, yang dilakukan
dengan wawancara guru, pengamatan, pengisian skala, dan dokumentasi.
Pengumpulan data dibagi manjadi dua, yaitu instrumen pembelajaran dan
instrumen penelitian. Teknik analisis data berupa analisis data, analisis
validitas instrumen dan reliabilitas tes, analisis proses pembelajaran, analisis
data hasil siswa. Prosedur pelaksanaan penelitian dibagi dalam tiga tahap,
yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap analisis data. Terakhir
adalah penjadwalan waktu pelaksanaan penelitian.
BAB IV Pelaksanaan, Hasil, dan Pembahasan Penelitian, berupa
hasil uji coba instrumen, pelaksanaan pengumpulan data atau kegiatan di
lapangan, penyajian data penelitian, analisis data dan penyajian hasil analisis,
pembahasan hasil analisis data, dan keterbatasan penelitian.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Landasan Teori 1. Efektivitas
Menurut Kartika Budi (2001:48), efektivitas mengacu pada proses
dan hasil belajar. Efektifitas proses adalah banyaknya siswa (dalam per
sen) yang terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan strategi
tertentu. Efektivitas hasil secara kuantitatif adalah banyaknya siswa (dalam
per sen) yang berhasil, yaitu memperoleh nilai cukup (6 ke atas).
Sementara itu, skor sikap siswa terhadap strategi tersebut diperoleh dari
skala pengukur sikap. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011:352)
menyatakan bahwa efektivitas adalah keberhasilan atas usaha.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa efektivitas dapat dilihat dari
banyaknya siswa (dalam per sen) yang terlibat secara aktif dan yang
berhasil, yaitu memperoleh nilai cukup (6 ke atas) dalam kegiatan
pembelajaran dengan strategi tertentu sebagai bentuk keberhasilan atas
usaha belajar.
2. Media Pembelajaran
Menurut Sukiman (2012:29), media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran untuk
perasaan, perhatian, dan minat serta kemauan peserta didik sehingga
tujuan pembelajaran tercapai secara efektif. Menurut Arif S. Sadiman, dkk.
(2005:17-18, dalam Sukiman, 2012:40) kegunaan media pendidikan secara
umum adalah untuk mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera,
mengatasi sikap pasif anak didik, memberikan rangsangan yang sama,
dapat menyamakan pengalaman dan persepsi peserta didik terhadap isi
pelajaran, memberikan kesamaan pengalaman kepada peserta didik tentang
peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya
interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya.
Media pembelajaran diklasifikasikan Brigs (dalam Sukiman,
2012:46) menjadi 13 jenis sesuai pada rangsangan yang ditimbulkan media
dengan karakteristik siswa. Ketiga belas media tersebut adalah:
obyek/benda nyata, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak,
pembelajaran terpogram, papan tulis, media transparasi, film bingkai, film
(16 mm), film rangkai, televisi, dan gambar (grafis).
Menurut Arif S. Sadiman (dalam Sukiman, 2012:115), kartun adalah
suatu gambar interpretatif yang menggunakan simbol-simbol untuk
menyampaikan sesuatu pesan secara tepat dan ringkas untuk sesuatu sikap
terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian tertentu.
Menurut Sugiarto (2010:2-4), media pendidikan merupakan segala
sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim sehingga
penyajian pesan dan mengurangi verbalisme, mengatasi keterbatasan
ruang-waktu-daya indera, menimbulkan gairah belajar, memungkikan
interaksi lebih langsung antara siswa-lingkungan-kenyataan,
memungkinkan siswa belajar sesuai kemampuan dan minat, memberikan
rangsangan yang sama, mempersamakan pengalaman, dan
mempersamakan persepsi.
Salah satu klasifikasi media (menurut ciri khasnya), adalah media
grafis. Media grafis merupakan media yang disalurkan melalui indera
penglihatan dan pesan diwujudkan dengan simbol komunikasi visual.
Fungsi jenis media grafis dapat menarik perhatian, memperjelas ide, dan
mengilustrasi fakta agar tidak cepat lupa. Contohnya dapat berupa gambar
atau foto, sketsa, diagram, bagan atau chart, grafik, kartun yang
merupakan gambar interpretatif-simbolis, poster, peta & globe, papan
flanel, papan buletin.
Jadi, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan dalam proses pembelajaran untuk menyalurkan pesan dari
pengirim ke penerima, memperjelas penyajian pesan dan mengurangi
verbalisme, mengatasi keterbatasan ruang-waktu-daya indera,
menimbulkan gairah belajar, memungkinkan interaksi lebih langsung
antara siswa-lingkungan-kenyataan, memungkinkan siswa belajar sesuai
kemampuan dan minat, memberikan rangsangan yang sama, menyamakan
3. Komik
Menurut Marcel Bonneeff (2001:4) dituliskan, “Sebagaimana telah
diperlihatkan dengan jelas oleh F. Lacassin, komik adalah sarana
pengungkapan yang benar-benar orisinil, karena menggabungkan gambar
dengan teks. Kata komik diterima secara umum untuk menyebut sastra
gambar. Untuk menyebut komik bersambung, yang di Indonesia langka,
digunakan istilah comic-strips (atau strip); sedangkan comic-books disebut
komik (kadang-kadang buku komik). Baru-baru ini muncul istilah tjergam,
akronim dari tjerita bergambar atau cerita berbentuk gambar, meniru
istilah tjerpen (tjerita pendek) yang sudah lama digunakan.” Menurut
wikipedia, “Komik adalah suatu bentuk seni yang menggunakan
gambar-gambar tidak bergerak yang disusun sedemikian rupa sehingga membentuk
jalinan cerita. Biasanya, komik dicetak di atas kertas dan dilengkapi
dengan teks.”
Gambar 2.1
Jadi, komik adalah karya seni yang menggabungkan gambar tidak
bergerak yang dilengkapi teks sehingga membentuk jalinan cerita.
4. Komik sebagai media pembelajaran.
Dalam bidang matematika, sudah banyak ditemukan komik
matematika di beberapa toko. Salah satunya komik karangan Kanjiro
Kobayashi seri Belajar bersama Doraemon. Komik tersebut berisi tentang
pelajaran matematika SD yang disampaikan melalui gambar diam
dilengkapi alur cerita yang berkaitan dengan kejadian dalam hidup
sehari-hari. Komik ini memiliki keunggulan, yaitu mencerdaskan, lucu, dan
mudah diingat anak, meskipun menggunakan bahasa indonesia yang tidak
baku. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan komik dengan bahasa
Indonesia tidak baku. Berikut beberapa komik yang dibuat oleh peneliti
yang diawali dengan kejadian nyata dalam kehidupan sehari-hari.
5. Hasil Belajar
Dalam Purwanto (2008:44-45), hasil belajar digunakan untuk
mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah
diajarkan. Hasil belajar dapat dijelaskan dari dua kata pembentuknya, yaitu
“hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil adalah suatu perolehan akibat
dilakukannya suatu aktivitas yang mengakibatkan berubahnya input secara
fungsional. Belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan
perilaku siswa. Perubahan perilaku itu merupakan hasil belajar. Sementara
itu, dalam Asep Jihad dan Abdul Haris (2013:14-15), hasil belajar adalah
perubahan tingkah laku siswa secara nyata setelah melalui proses belajar
mengajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar merupakan perolehan
berupa perubahan tingkah laku akibat dari proses belajar mengajar yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
6. Belajar
Belajar merupakan proses pembiasaan diri untuk memperoleh ilmu
pengetahuan. Menurut Biggs (1991, dalam Muhibbin Syah 2003:67-68)
dalam pendahuluan Teaching for Learning: The View form Cognitive
Psychology belajar didefinisikan dalam tiga macam rumusan, yaitu:
rumusan kuantitatif, rumusan institutional, rumusan kualitatif. Secara
kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlah), belajar berarti kegiatan
Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dari banyak materi yang dikuasai
siswa.
Secara institutional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang
sebagai proses validasi (pengabsahan) terhadap penguasaan materi-materi
yang telah siswa pelajari. Ukurannya ialah, semakin baik mutu mengajar
yang dilakukan guru maka mutu perolehan siswa yang dinyatakan dalam
bentuk skor atau nilai juga akan semakin baik. Adapun pengertian belajar
secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memperoleh pemahaman
serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar pada
pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang
berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti
dihadapi siswa.
Berdasarkan berbagai definisi yang telah diutarakan tadi, secara
umum belajar dapat diapahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah
laku seseorang yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan
interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Menurut Mulyati (2005:5), “Belajar adalah suatu usaha sadar
individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri
melalui latihan-latihan dan pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan
karena peristiwa kebetulan.”
Jadi, belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku
seseorang yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan
pengulangan.
7. Jenuh
Menurut Reber (1988, dalam Muhibbin Syah 2003:181), kejenuhan
belajar adalah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar,
namun tidak mendatangkan hasil. Seorang siswa yang mengalami
kejenuhan belajar merasa seakan-akan tidak memiliki kemajuan
pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar. Tidak adanya
hasil kemajuan dari belajar ini pada umumnya tidak berlangsung
selamanya, tetapi hanya dalam selang waktu tertentu. Namun tidak sedikit
siswa yang mengalami kejenuhan itu berkali-kali dalam satu periode
belajar tertentu.
Kejenuhan dapat terjadi karena proses belajar siswa telah sampai
pada batas kemampuan jasmaniahnya karena bosan dan keletihan. Namun,
penyebab kejenuhan yang paling umum adalah keletihan yang melanda
siswa, karena kelitihan dapat menjadi penyebab munculnya rasa bosan
pada siswa. Keletihan siswa dapat dikategorikan menjadi tiga macam,
yakni keletihan indera, keletihan fisik, dan keletihan mental.
Keletihan mental tidak dapat diatasi dengan cara yang sederhana,
inilah yang menjadikan keletihan mental sebagai faktor utama penyebab
munculnya kejenuhan belajar. Beberapa faktor penyebab keletihan mental
adalah kecemasan siswa terhadap standar keberhasilan bidang-bidang studi
merasa bosan mempelajari bidang-bidang studi tersebut. Sikap siswa yang
mempercayai konsep kinerja akademik secara optimum, namun dia sendiri
menilai belajarnya hanya berdasarkan ketentuan yang ia ciptakan sendiri
(self-imposed). Keletihan mental ini dapat diatasi dengan memberikan
motivasi dan stimulasi baru agar siswa merasa terdorong untuk belajar
lebih giat daripada sebelumnya, serta siswa harus mencoba belajar dan
belajar lagi.
Menurut Mubiar Agustin (2011:11-12), “Secara harafiah, arti jenuh
ialah padat atau jenuh sehingga tidak mampu lagi memuat apa pun. Selain
itu jenuh juga dapat berarti jemu atau bosan. Dalam belajar, siswa sering
mengalami kelupaan, ia juga terkadang mengalami peristiwa negatif
lainnya yang disebut jenuh belajar yang dalam bahasa psikologi lazim
disebut learning plateau atau plateau (baca: pletou) saja. Peristiwa jenuh
ini jika dialami seorang siswa yang sedang dalam proses belajar,
kejenuhan belajar dapat membuat siswa tersebut merasa telah
memubazirkan usahanya. Kejenuhan belajar juga diartikan sebagai rentang
waktu tertentu yang digunakan untuk belajar tetapi tidak mendatangkan
hasil.”
Sehingga diperoleh kesimpulan bahwa pengertian jenuh dapat
diartikan sebagai bosan. Sementara kejenuhan belajar adalah rentang
waktu tertentu yang digunakan siswa untuk belajar namun tidak
mendatangkan hasil dan merasa seakan-akan tidak memiliki kemajuan
8. Pendekatan Saintifik
Menurut Carin & Sund (1975, dalam M. Hosnan 2014:35), metode
saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori
Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar
penemuan yang mengacu pada empat hal pokok yang sesuai pada proses
kognitif dengan metode saintifik. Pertama, individu hanya belajar dan
mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua,
dengan melakukan proses-proses kognitif, dalam proses penemuan siswa
akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu
penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat
mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki
kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan
penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan.
Menurut M. Hosnan (2014:39), aktivitas guru dalam pembelajaran
adalah menyediakan sumber belajar, mendorong siswa berinteraksi dengan
sumber belajar (menugaskan), mengajukan pertanyaannya agar siswa
memikirkan hasil interaksinya, memantau persepsi dan proses berfikir
siswa serta memberikan gambaran, mendorong siswa berdialog atau
berbagi hasil pemikirannya, mengkonfirmasi pemahaman yang diperoleh,
dan mendorong siswa untuk merefleksikan pengalaman belajarnya.
Langkah-langkah kegiatan pembelajaran dalam pendekatan saintifik,
a) Mengamati
Ini adalah langkah pertama pada pendekatan saintifik. Metode
observasi mengedepankan pengamatan langsung pada objek yang akan
dipelajari sehingga siswa mendapatkan fakta berbentuk data yang
objektif yang kemudian di analasis sesuai tingkat perkembangan siswa.
Data yang dianalisis siswa kemudian digunakan sebagai bahan
penyusunan evaluasi bagi siswa. Dalam kegiatan mengamati,
mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull
learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan
objek secara nyata, peserta didik merasa senang dan tertantang, serta
mudah pelaksanaannya.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin
tahu siswa sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang
tinggi. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran sebagaimana
disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru
membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk
melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak,
mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi siswa untuk melakukan
pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun
kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian,
b) Menanya
Kegiatan belajarnya adalah mengajukan pertanyaan tentang
informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan
untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati
(dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat
hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah kreativitas, rasa
ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk
pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang
hayat. Pada kegiatan pembelajaran ini, siswa melakukan pembelajaran
bertanya yang diharapkan dapat mengungkapkan
pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan gambar yang ada. Jika siswa
kesulitan dalam mengungkapkan pertanyaan, maka guru dapat
memberikan panduan pertanyaan awal kemudian dilanjutkan oleh siswa
yang lain.
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara
luas kepada siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat,
disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat
mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang hasil pengamatan objek
konkret sampai pada yang abstrak berkenaan dengan fakta, konsep,
prosedur ataupun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat
faktual sampai pada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi
memerlukan bantuan untuk mengajukan pertanyaan sampai ketingkat
dimana siswa mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.
Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui
kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu siswa. Semakin terlatih
dalam bertanya, maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.
Pertanyaan tersebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih
lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang
ditentukan siswa, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang
beragam. Model questioning adalah suatu metode pembelajaran yang
dilakukan dengan cara pengajuan pertanyaan yang mengarahkan siswa
untuk memahami materi pelajaran dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran.
c) Mengumpulkan informasi
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut
dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber dan berbagai cara.
Untuk itu, siswa dapat membaca buku lebih banyak, memperhatikan
fenomena atau objek yang diteliti, atau bahkan melakukan eksperimen
agar melalui kegiatan tersebut dapat terkumpul sejumlah informasi.
Dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, aktivitas
mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca
sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau kejadian atau
kompetensi yang diharapkan pada tahap ini adalah mengembangkan
sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan
berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi
melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan
belajar dan belajar sepanjang hayat.
d) Mengolah informasi atau menalar
Langkah keempat pada pendekatan saintifik adalah mengolah
informasi atau menalar. Istilah “menalar” (associating) dalam kerangka
proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam
Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan siswa
merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan
situasi siswa harus lebih aktif daripada guru.
Mengolah informasi atau menalar dalam kegiatan pembelajaran
sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun
2013 adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan, baik
terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen, maupun hasil
dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah
keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang
bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat
yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan
untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya,
kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur,
disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur, dan
kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Kegiatan belajarnya adalah; pertama, mengolah informasi yang
sudah dikumpulkan, baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/
eksperimen, maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi; kedua, pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari
berbagai sumber, yang memiliki pendapat berbeda sampai kepada yang
bertentangan. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan
sikap jujur, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan
prosedur, dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam
menyimpulkan. Pada kegiatan ini, siswa akan menalar, yaitu
menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa yang ada dalam
kehidupan sehari-hari.
Kegiatan menyimpulkan (menarik kesimpulan) dalam
pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari
kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan
antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut,
selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau
e) Mengkomunikasikan pembelajaran
Pada pendekatan saintifik, guru diharapkan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan apa yang telah
mereka pelajari. Pada tahapan ini, diharapkan siswa dapat
mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara
bersama dalam kelompok dan atau secara individu dari hasil
kesimpulan yang telah dibuat bersama.
Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau
menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan, dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di
kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar siswa atau kelompok
peserta didik tersebut. kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor
81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir
sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Dalam
kegiatan mengkomunikasikan, siswa diharapkan sudah dapat
mempresentasikan hasil temuannya untuk kemudian ditampilkan di
lebih terasah. Siswa yang lainpun dapat memberikan komentar, saran,
atau perbaikan mengenai apa yang dipresentasikan oleh rekannya.
Menurut Daryanto (2014:51), pembelajaran dengan pendekatan
saintifik adalah proses yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara
aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip memulai
tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik
kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
“ditemukan”.
Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:
a) Mengamati (observasi)
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu
siswa, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang
tinggi. Dengan metode observasi siswa menemukan fakta bahwa ada
hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran
yang digunakan oleh guru. Kegiatan mengamati dalam pembelajaran
sebagaimana disampaikan Permendikbud nomor 81a, hendaklah guru
membuka secara luas dan bervariasi kesempatan siswa untuk
melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan
objek. Adapaun kompetensi yang diharapkan melatih kesungguhan,
ketelitian, dan mencari informasi.
b) Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas
kepada siswa untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak,
dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing siswa untuk dapat
mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan
obyek yang konkrit sampai kepada yang abstrak berkenaan dengan
fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.
c) Mengumpulkan informasi
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari
bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara.
d) Mengasosiasikan/Mengolah informasi/Menalar
Kegiatan “mengasosiasikan/mengolah informasi/menalar” dalam
kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan Permendikbud Nomor
81a tahun 2013, adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan
baik kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi.
Setelah itu dilanjutkan dengan kegiatan menyimpulkan. Setelah
menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola
dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu
e) Mengkomunikasikan
Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka
pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau
menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi,
mengasosiasikan, dan menemukan pola.
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik
memiliki lima tahap pokok dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran,
yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah
informasi yang diperoleh, dan mengkomunikasikan pembelajaran dengan
menyampaikan kesimpulan dari informasi yang telah diolah.
9. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Menurut Wina Sanjaya (2010:128) dalam Standart Nasional
Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15), dijelaskan bahwa KTSP adalah
kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing
satuan pendidikan. Dari konsep tersebut, maka ada beberapa hal yang
berhubungan dengan makna kurikulum operasional. Pertama, sebagai
kurikulum yang bersifat operasional, maka dalam pengembangannya,
KTSP tidak akan lepas dari ketetapan-ketetapan yang telah disusun
pemerintah secara nasional. Artinya, walaupun daerah diberi kewenangan
untuk mengembangkan kurikulum akan tetapi kewenangan itu hanya
sebatas pada pengembangan operasionalnya saja; sedangkan yang menjadi
sebagai kurikulum operasional, para pengembang KTSP, dituntut dan
harus memperhatikan ciri khas kedaerahan, sesuai dengan bunyi
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 ayat 2, yakni bahwa kurikulum pada semua
jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diverisikasi
sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik.
Ketiga, sebagai kurikulum operasional, para pengembang kurikulum di
daerah memiliki keleluasaan dalam mengembangkan kurikulum menjadi
unit-unit pelajaran.
Beberapa hal berikut merupakan karakteristik KTSP, yaitu bila
dilihat dari desainnya KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada
disiplin ilmu dan pengembangan individu. Hal ini dapat dilihat dari
prinsip-prinsip pembelajaran dalam KTSP yang menekankan pada
aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan sendiri materi pembelajaran
melalui berbagai pendekatan dan strategi pembelajaran yang disarankan.
KTSP adalah kurikulum teknologis yang mengakses kepentingan daerah.
Secara khusus tujuan diterapkannya KTSP sebagai berikut;
a) Untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola, dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia. Dengan demikian, setiap
komponen sekolah baik kepala sekolah maupun guru-guru dituntut
untuk lebih aktif dan kreatif melakukan berbagai upaya agar semua
b) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
pengembangan kurikulum melalui pengambilan keputusan bersama.
Sebagai kurikulum operasional, KTSP menuntut keterlibatan
masyarakat secara penuh, sebab tanggung jawab pengembangan
kurikulum tidak lagi berada di pemerintah, akan tetapi di sekolah;
sedangkan sekolah akan berkembang manakala ada keterlibatan
masyarakat.
c) Meningkatkan kompetensi yang sehat antarsatuan pendidikan tentang
kualitas pendidikan yang akan dicapai. Melalui KTSP diharapkan setiap
sekolah atau satuan pendidikan akan berlomba dalam menyusun
program kurikulum sekaligus berlomba dalam implementasinya.
Prinsip-prinsip pengembangan KTSP:
a) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
siswa dan lingkungannya
b) Beragam dan terpadu
c) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
d) Relevan dengan kebutuhan hidup
e) Menyeluruh dan berkesinambungan
f) Belajar sepanjang hayat
g) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Menurut Trianto (2010:26), sistem pengelolaan KTSP menuntut
kegiatan belajar mengajar yang memberdayakan semua potensi siswa
diharapkan untuk mendorong individu belajar sepanjang hayat dan
mewujudkan masyarakat belajar. KBM dilandasi oleh prinsip-prinsip
sebagai berikut:
a) Berpusat pada siswa (student-centered)
b) Mengembangkan kreativitas siswa
c) Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang
d) Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai
e) Menyediakan pengalaman belajar
f) Belajar melalui berbuat (learning by doing)
Pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut diwujudkan dengan menerapkan
berbagai strategi dan metode pembelajaran yang efektif, kontekstual, dan
bermakna. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas,
kepemimpinan, empati, toleransi, dan kecakapan hidup siswa yang pada
gilirannya dapat membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan
martabat bangsa.
Jadi, KTSP merupakan kurikulum yang pelaksanaannya
menekankan pada aktivitas siswa untuk mencari dan menemukan sendiri
materi pembelajaran melalui berbagai pendekatan dan strategi
pembelajaran yang disarankan. KTSP juga merupakan kurikulum yang
tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,
serta relevan dengan kebutuhan hidup. Dalam pelaksanaannya setiap
lebih aktif dan kreatif melakukan berbagai upaya agar semua kebutuhan
sekolah terpenuhi.
10. Minat Belajar
Menurut Muhibbin Syah (2008:151), “Secara sederhana, minat
(interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu”. Minat tidak termasuk istilah populer dalam
psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor
internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan
kebutuhan. Namun terlepas dari masalah populer atau tidak, minat seperti
yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi
kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi
tertentu.”
Menurut Makmun Khairani (2014:142), “Minat dan perhatian
mempunyai hubungan yang erat sekali”. Seseorang yang menaruh minat
pada mata pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikan
mata pelajaran tersebut. Sebaliknya, bila seseorang menaruh perhatian
secara berkelanjutan baik secara sadar maupun tidak pada objek tertentu,
biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut. Beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk membangkitkan minat belajar siswa
diantaranya menghubungkan bahan pelajaran yang akan diajarkan dengan
kebutuhan siswa. Minat siswa akan tumbuh manakala ia dapat menangkap
guru perlu menjelaskan keterkaitan materi pelajaran dengan kebutuhan
siswa.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2011:191), “Minat belajar yang
besar cenderung menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat
belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang tinggi, sebaliknya minat
belajar kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah.” Minat tidak
dibawa sejak lahir, dengan kata minat dapat ditumbuhkan dan
dikembangkan pada diri seorang siswa. Caranya adalah dengan
memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan
pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu atau
menguraikan kegunaannya di masa depan bagi siswa.
Jadi dapat disimpulkan bahwa minat belajar merupakan keterlibatan
sepenuhnya seorang siswa dengan segenap pikirannya dan dengan penuh
perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang
pengetahuan ilmiah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-sari.
11. Perhatian
Menurut Kartini Kartono (1990:111), “Perhatian itu merupakan
reaksi umum dari organisme dan kesadaran, yang menyebabkan
bertambahnya aktivitas, daya konsentrasi, dan pembatasan kesadaran
terhadap satu obyek.” Menurut John W. Santrock (2014:293), “Perhatian
adalah pemusatan sumber daya mental.” Menurut Makmun Khairani
(2014:154), “Perhatian adalah pemusatan atau konsentrasi dari seluruh