• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU BELAJAR PADA MAHASISWA YANG MENGALAMI INSOMNIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERILAKU BELAJAR PADA MAHASISWA YANG MENGALAMI INSOMNIA."

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU BELAJAR PADA MAHASISWA YANG MENGALAMI INSOMNIA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Kartika Putri NIM 12104244024

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Hari tuamu, cerminan pola hidupmu saat ini”

(Penulis)

“Jangan sia-siakan masa mudamu dengan kegiatan yang tidak bermanfaat, Belajarlah…. karena belajar akan membuatmu mengerti arti kehidupan ”

(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kehadirat ALLAH SWT atas berkat Rahmat, hidayah, dan Kemudahan yang telah diberikan. Karya ini ku persembahkan untuk: 1. Ibu Fantri Yhuniarti, SKM dan Bapak Sukiyo

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta, Fakultas Ilmu Pendidikan, Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, khususnya Program Studi Bimbingan dan Konseling.

(7)

PERILAKU BELAJAR PADA MAHASISWA

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya insomnia, (2) mendeskripsikan gambaran perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia, dan (3) menggambarkan dampak insomnia terhadap perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan metode studi kasus. Setting penelitian di universitas swasta di kota Surakarta. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan kriteria mahasiswa yang memasuki tahap dewasa awal, mengalami insomnia setiap malam, bersedia menjadi informan penelitian, dan diperoleh informan penelitian sebanyak tiga mahasiswa universitas swasta di kota Surakarta. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan observasi. Teknik analisis data menggunakan model analisis dari Miles & Huberman yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, display data, dan kesimpulan. Teknik keabsahan data menggunakan teknik triangulasi sumber dan metode.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya insomnia pada ketiga informan adalah stress dan lingkungan pergaulan; (2) Perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia membuat aktivitas belajarnya berantakan, tidak mampu konsentrasi, tidak fokus, mengantuk, dan penjelasan dosen tidak dapat dipahami dengan baik; dan (3) Dampak terjadinya insomnia adalah perilaku belajar dan kesehatan terganggu. Upaya yang dilakukan adalah dengan mengurangi waktu bergadang dengan teman-teman, olah raga, membuat jadwal tidur, mengulang mata kuliah yang tidak lulus, berencana untuk tranfer kuliah ke kampus lain, merubah gaya hidup, memperbaiki pola tidur, dan berkonsultasi ke dokter sampai sembuh.

(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahim.

Alhamdulillah, tiada kata yang pantas terucap kecuali Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT, atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan. Sholawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebenaran dan menuntun manusia menuju agama Allah SWT yang mulia.

Selanjutnya, dengan kerendahan hati penulis ingin menghaturkan penghargaan dan rasa terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi yang berjudul “Perilaku Belajar Pada Mahasiswa Yang Mengalami Insomnia”. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan partisipasi berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terwujud dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk kuliah dan menyelesaikan tugas akhir skripsi.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendukung secara akademik maupun administrasi.

3. Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah mendukung secara akademik maupun administrasi.

4. Sri Iswanti, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing penulis dengan penuh perhatian dan kesabaran.

(9)
(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Perilaku Belajar……… ... 11

1. Pengertian Belajar ... 11

2. Pengertian Perilaku Belajar ... 12

3. Perwujudan Perilaku Belajar ... 13

(11)

B. Insomnia……… ... 16

1. Pengertian Insomnia ... 16

2. Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Insomnia ... 18

3. Jenis-jenis Insomnia ... 21

4. Tanda dan Gejala Insomnia ... 22

5. Dampak Terjadinya Insomnia ... 23

C. Karakteristik Mahasiswa……… ... 25

1. Pengertian Mahasiswa ... 25

2. Pengertian Mahasiswa sebagai Dewasa Awal ... 26

3. Ciri Perkembangan Mahasiswa Pada Tahap Dewasa Awal ... 28

4. Jenis-Jenis Masalah Mahasiswa ... 30

5. Tanggung jawab Mahasiswa ... 33

D. Keterkaitan Insomnia dengan Perilaku Belajar Mahasiswa... 34

E. Bidang Garapan dan Bimbingan Konseling ... 35

F. Penelitian Yang Relevan ... 42

G. Kerangka Pikir ... 43

H. Pertanyaan Penelitian ... 48

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 50

B. Langkah-langkah Penelitian ... 50

C. Informan Penelitian ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 61

B. Pembahasan ... 101

(12)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 112

B. Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ... 116

(13)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Pedoman Observasi ... 55

Tabel 2. Pedoman Wawancara Mahasiswa yang Mengalami Insomnia ... 55

Tabel 3. Pedoman Wawancara Informan ... 56

(14)

DAFTAR GAMBAR

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Observasi ... 121

Lampiran 2. Pedoman Wawancara ... 122

Lampiran 3. Hasil Wawancara ... 125

Lampiran 3. Reduksi Data ... 158

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Tidur merupakan bagian penting dalam kebutuhan hidup manusia. Tidur merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi. Upaya apapun pada seseorang untuk bertahan tidak tidur dalam waktu yang terbatas, dan pada akhirnya dia akan tertidur juga, karena dengan tidak tidur seseorang dapat mengalami halusinasi dan permasalahan konsentrasi. Tidur bukan sekedar respon terhadap kebutuhan fisiologis tetapi juga dibutuhkan untuk menjaga fungsi otak agar tetap berfungsi dengan normal. Selain itu juga tidur dibutuhkan untuk memperbaharui kebutuhan fisik dan fungsi mental seseorang setiap hari, dan tidur memiliki fungsi utama untuk istirahat dan memperbaiki level energi dalam tubuh (Carlson, 2003: 66).

(17)

ketika dilepaskan ke dalam aliran darah akan membuat mengantuk. Proses tersebut jika diubah oleh stres, kecemasan, gangguan dan sakit fisik dapat menimbulkan insomnia (Potter & Perry, 2006: 33).

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik

kualitas maupun kuantitas. Insomnia dapat menjadi kronis, mampu

menyebabkan kelelahan, kegelisahan, dan gangguan kejiwaan pada segi mental atau kejiwaan. Insomnia akan mempengaruhi sistem syaraf, menyebabkan timbulnya perubahan suasana kejiwaan, sehingga penderita akan menjadi lesu, lemah menghadapi rangsangan, dan sulit berkonsentrasi. Insomnia adalah keluhan sulit untuk masuk tidur atau sulit mempertahankan tidur (sering terbangun saat tidur) dan bangun terlalu awal serta tetap merasa badan tidak segar meskipun sudah tidur (Maramis, 2000: 34).

Insomnia adalah gejala yang dialami oleh orang yang mengalami kesulitan kronis untuk tidur, sering terbangun dari tidur, dan tidur singkat atau tidur nonrestoratif. Penderita insomnia mengalami kondisi mengantuk yang berlebihan di siang hari, dimana kuantitas dan kualitas tidurnya tidak cukup. Gejala-gejala insomnia secara umum adalah seseorang sulit untuk memulai tidur, sering terbangun pada malam hari ataupun di tengah-tengah saat tidur. Orang yang menderita insomnia juga bisa terbangun lebih dini dan kemudian sulit untuk tidur kembali.

(18)

insomnia menyerang 10 persen dari total penduduk di Indonesia atau sekitar 28 juta orang. Total angka kejadian insomnia tersebut 10-15 persennya merupakan gejala insomnia kronis. Seseorang dapat mengalami insomnia akibat stres situasional seperti masalah keluarga, kerja atau sekolah, penyakit, atau kehilangan orang yang dicintai. Insomnia temporer akibat situasi stres dapat menyebabkan kesulitan kronik untuk mendapatkan tidur yang cukup, mungkin disebabkan oleh kekhawatiran, stres, dan kecemasan.

Usia mahasiswa menunjukkan bahwa para mahasiswa umumnya berada dalam tahap remaja hingga dewasa muda. Seseorang pada rentang usia ini masih labil dalam hal kepribadiannya, sehingga dalam menghadapi masalah, mahasiswa cenderung terlihat kurang berpengalaman. Masalah-masalah tersebut, baik dalam hal perkuliahan maupun kehidupan di luar kampus dapat menjadi distress yang mengancam, karena ketika ada stressor yang datang, maka tubuh akan meresponnya.

(19)

kemarahan, frustrasi, dan efek negatif lainnya. Dampak negatif secara fisiologis antara lain gangguan kesehatan, daya tahan tubuh yang menurun terhadap penyakit, sering pusing, badan terasa lesu, lemah, dan insomnia. Dampak perilaku yang muncul antara lain menunda-nunda penyelesaian tugas kuliah, malas kuliah, penyalahgunaan obat dan alkohol, terlibat dalam kegiatan mencari kesenangan yang berlebih-lebihan serta berisiko tinggi (Spagenberg & Theron, 1998: 78).

Gangguan tidur kronis (kurang dari 6 jam semalam untuk tiga malam atau lebih) dapat secara serius memperburuk performa kognitif bahkan ketika orang tersebut tidak menyadarinya (Van Dongen, 2003: 76). Sehingga, kondisi tersebut dapat menimbulkan gangguan pada proses pikir, konsentrasi belajar, persepsi, dan dapat menimbulkan kendala dalam kehidupan mereka yang masih belajar sehingga akan mempengaruhi indeks prestasi belajarnya.

(20)

Perilaku dalam belajar dapat diartikan sebagai sebuah aktivitas yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan nilai sikap

(Muhibbin Syah, 2008: 118). Belajar adalah kunci untuk memajukan

pendidikan. Perwujudan perilaku belajar ditunjukkan pada

perubahan-perubahan yang meliputi kebiasaan, keterampilan, berpikir rasional dan kritis,

sikap, inhibisi, dan tingkah laku afektif.

Hasil penelitian Dewi (2005: 2) sejalan dengan teori Nasoetion (2005: 46) yang menjelaskan bahwa salah satu dampak yang sering dialami oleh mahasiswa yang mengalami insomnia adalah penurunan konsentrasi belajar. Menurut Nasution (2010: 47) konsentrasi belajar adalah kemampuan untuk memusatkan pikiran terhadap aktivitas belajar. Konsentrasi belajar dapat diartikan sebagai suatu perilaku untuk memusatkan perhatian mahasiswa terhadap pelaksanaan pembelajaran dan dapat memahami setiap materi pelajaran yang telah diberikan. Sehingga, jika seseorang mampu memperbaiki perilaku belajarnya maka pendidikannya akan menunjukkan hasil yang baik

pula. Jadi, seseorang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan tidurnya, akan

mengalami gangguan tidur salah satunya insomnia yang akan menyerang

segala usia termasuk mahasiswa, dan akan berakibat bagi perilaku belajarnya.

(21)

perilaku berlajarnya. Selain itu, peneliti menetapkan universitas tersebut sebagai lokasi penelitian karena pada universitas swasta peraturan yang ditetapkan tidak seketat peraturan pada universitas negeri, sehingga masih banyak kelonggaran-kelonggaran yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa pengidap insomnia tersebut dalam kegiatan belajar. Kondisi ini ternyata dimanfaatkan oleh mahasiswa pengidap insomnia. Mahasiswa pengidap insomnia tersebut merasa bahwa pihak universitas akan memudahkan kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa pengidap insomnia ketika tidak mengikuti perkuliahan.

Mahasiswa merupakan kelompok yang paling rentan menderita insomnia. Akibatnya mereka mempunyai risiko yang lebih tinggi dalam mengalami dampak negatif yang ditimbulkan akibat insomnia. Oleh karena itu, perlunya bimbingan dan konseling dalam membantu mengatasi permasalahan perilaku belajar pada mahasiswa pengidap insomnia. Bimbingan dan konseling adalah suatu proses tolong menolong untuk mencapai tujuan yang dimaksud,

dapat juga diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang untuk

menangani masalah klien, yang di dukung dengan keahlian dalam suasana

yang laras dan integrasi, berdasarkan norma-norma yang berlaku untuk tujuan

yang berguna bagi klien. Bidang garapan bimbingan dan konseling mencakup

bidang bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, bidang bimbingan belajar,

dan bidang bimbingan karier.

Pada penelitian ini perilaku belajar pada mahasiswa pengidap insomnia

(22)

bimbingan pribadi, bidang bimbingan sosial, dan bimbingan belajar. Perilaku

belajar pada mahasiswa pengidap insomnia termasuk dalam bidang garapan

bimbingan dan konseling pada ranah bidang bimbingan pribadi dikarenakan

adanya bimbingan dan konseling tersebut bertujuan untuk membantu individu

agar bisa memecahkan masalah-masalah yang bersifat pribadi. Perilaku belajar

pada mahasiswa pengidap insomnia termasuk dalam bidang garapan bimbingan

dan konseling pada ranah bidang bimbingan sosial dilakukan supaya individu

yang dibimbing mampu melakukan interaksi sosial secara baik dengan

lingkungannya. Perilaku belajar pada mahasiswa pengidap insomnia termasuk

dalam bidang garapan bimbingan dan konseling pada ranah bidang bimbingan

belajar dikarenakan adanya bimbingan dan konseling tersebut bertujuan

untuk membantu individu (mahasiswa) agar mencapai perkembangan yang

optimal, sehingga tidak menghambat perilaku belajar mahasiswa pengidap

insomnia.

Berdasarkan permasalahan tentang insomnia yang termasuk dalam bidang garapan bimbingan dan konseling pada ranah bidang bimbingan

pribadi, bidang bimbingan sosial, dan bimbingan belajar maka peneliti selaku

(23)

peneliti bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Perilaku Belajar Pada Mahasiswa Yang Mengalami Insomnia”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Mahasiswa merupakan kelompok yang paling rentan menderita insomnia. 2. Mahasiswa mengalami insomnia karena stress yang bersumber dari

kehidupan pribadinya.

3. Insomnia dapat memberikan dampak yang besar bagi mahasiswa terutama pada perilaku belajarnya.

4. Belum diketahui perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia.

C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian hanya membatasi tentang masalah perilaku belajar mahasiswa yang mengalami insomnia.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka masalah-masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah faktor-faktor penyebab terjadinya insomnia?

2. Bagaimanakah gambaran perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia?

(24)

E.Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk : 1. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab terjadinya insomnia.

2. Mendeskripsikan gambaran perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia.

3. Menggambarkan dampak yang ditimbulkan dari insomnia terhadap perilaku belajar pada mahasiswa yang mengalami insomnia.

F.Manfaat Penelitian

Secara umum ada dua manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Teoritis

Sebagai tambahan ilmu pengetahuan khusunya di bidang bimbingan konseling

2. Manfaat Praktis a. Bagi Informan

Membantu memahami tentang gangguan insomnia yang terjadi pada dirinya beserta dampaknya bagi perilaku dan belajarnya serta strategi yang bisa ditempuh untuk mengatasi gangguan insomnia agar perilaku dan belajarnya tetap terkendali.

b. Bagi Peneliti

(25)

c. Bagi Mahasiswa

(26)

BAB II KAJIAN TEORI

A.Perilaku Belajar

1. Pengertian Belajar

Menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu proses

perubahan, yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dan interaksi dengan

lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan

tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar merupakan suatu

proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010: 2).

Durton dalam Muhtadi (2012: 12) mengartikan belajar adalah suatu

perubahan dalam diri individu sebagai hasil interaksi lingkungannya untuk

memenuhi kebutuhan dan menjadikannya lebih mampu melestarikan

lingkungan secara memadai. Menurut Baharuddin (2010: 13) menjelaskan

bahwa belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai

pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan

mendapatkan informasi atau menemukan.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu

proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan

sebagai hasil dari berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman

sikap, tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan

(27)

2. Pengertian Perilaku Belajar

Perilaku Belajar dapat diartikan sebagai sebuah aktivitas belajar.

Sebenarnya konsep dan pengertian belajar itu sangat beragam tergantung dari

sudut pandang setiap orang yang mengamatinya. Belajar sendiri diartikan

sebagai perubahan yang secara relatif berlangsung lama pada perilaku yang

diperoleh kemudian dari pengalaman-pengalaman (Davidoff, 1998: 178).

Perilaku atau yang disebut behavior adalah semua aktivitas yang

dilakukan manusia pada umunya. Perilaku atau yang biasa di sebut sikap

mengandung makna yang luas, menunjukkan bahwa sikap itu tidak muncul

seketika atau dibawa lahir, tetapi disusun dan dibentuk melalui pengalaman

serta memberikan pengaruh langsung kepada respons seseorang (Djali, 2013:

114).

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari

uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah

semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun

yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003: 45). Menurut

Muhibbin Syah (2008: 118) menyatakan bahwa perilaku dalam belajar dapat

diartikan sebagai sebuah aktivitas yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan,

(28)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah

semua kegiatan atau aktivitas dari manusia itu sendiri baik berupa reaksi,

tanggapan, jawaban, atau balasan yang dilakukan individu. Sedangkan,

perilaku belajar dapat diartikan sebagai sebuah aktivitas dalam belajar. Perilaku

belajar dapat juga diartikan kecenderungan perilaku seseorang tatkala ia

mempelajari hal-hal yang bersifat akademik.

3. Perwujudan Perilaku Belajar

Menurut Muhibbin Syah (2008: 118) dalam perwujudan perilaku belajar

biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-perubahan sebagai berikut:

a. Kebiasaan

Kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan respon menggunakan stimulus yang berulang, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan karena proses penyusutan inilah yang baru dan menjadi kebiasaan baru.

b. Keterampilan

Indikator tentang keterampilan perilaku belajar antara lain meminjam catatan teman apabila tidak masuk kelas karena kegiatan lain, keterampilan membuat rumus yang lebih mudah setelah mempelajarinya, keterampilan dalam hal belajar kelompok, keterampilan dalam hal membagi waktu. c. Berpikir Rasional (Kritis)

Indikator dalam berfikir rasional (kritis) antara lain meminta bantuan teman jika mengalami kesulitan, sering berdiskusi untuk memecahkan masalah dalam soal.

d. Sikap (Attitude)

Kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Indikator dalam sikap antara lain selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, lebih banyak belajar untuk persiapan ujian nasional.

e. Inhibsi

Merupakan kesanggupan siswa untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu lalu memilih atau melakukan tindakan lainnya yang lebih baik. Indikator dalam inhibsi antara lain mudah bosan dalam hal belajar sesuatu, belajar lebih giat lagi jika mendapatkan nilai yang jelek, lebih mementingkan belajar untuk ujian nasional daripada kegiatan lain. f. Tingkah Laku Afektif

(29)

Perasaan ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar oleh karena itu dimasukkan dalam perwujudan perilaku belajar. Indikator tentang tingkah laku afektif antara lain perasaan jika terlalu lama mengerjakan skripsi, perasaan tentang kesiapan menghadapi siding pendadaran, ketakutan jika tidak mampu menjawab pada saat pendadaran, konsentrasi saat mempelajari skripsi yang akan diujikan.

Menurut Rebber (1998: 110) dalam perwujudan perilaku belajar biasanya

lebih sering tampak dalam perubahan-perubahan sebagai berikut:

a. Kebiasaan

Kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang.

b. Keterampilan

Keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.

c. Berpikir Rasional dan Kritis

Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah.

d. Sikap

Sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang tertentu.

e. Inhibisi

Kemampuan siswa dalam melakukan inhibisi pada umumnya diperoleh lewat belajar.

f. Tingkah Laku Afektif

Tingkah laku afektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perwujudan

perilaku belajar ditunjukkan pada perubahan-perubahan yang meliputi

kebiasaan, keterampilan, berpikir rasional dan kritis, sikap, inhibisi, dan

tingkah laku afektif.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Belajar

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa menurut

(30)

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani, faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi 2 aspek yakni:

1) Aspek Fisiologis

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Oleh karena keadaan tonus dan jasmani sangat mempengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah menjaga pola makan yang sehat, rajin berolahraga, istirahat yang cukup.

2) Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya lebih essential itu adalah sebagai berikut: yang pertama adalah tingkat kecerdasan/ inteligensi siswa merupakan faktor yang paling penting dalam proses belajar siswa karena itu menentukan kualitas belajar siswa, kedua adalah sikap siswa, yang ketiga adalah bakat siswa, keempat minat siswa dan yang terakhir motivasi siswa.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan disekitar siswa. Faktor-faktor yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor lingkungan nonsosial dan lingkungan sosial yang meliputi lingkungan sekolah, lingkungan sosial masyarakat dan lingkungan sosial keluarga.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran. Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan perkembangan siswa. Oleh karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode.

Menurut Slameto (2010: 54), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

dapat digolongkan menjadi 2, yaitu “faktor intern faktor ekstern”: a. Faktor intern:

1) Faktor jasmani, yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh.

2) Faktor psikologis, yaitu inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.

(31)

sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan akan berkurang.

b. Faktor ekstern:

1) Faktor keluarga, meliputi cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.

2) Faktor sekolah, meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

3) Faktor masyarakat, meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku belajar seseorang meliputi faktor internal yang terdiri

dari aspek fisiologis dan psikologis, faktor ekternal meliputi lingkungan sosial,

lingkungan non sosial, dan faktor pendekatan belajar.

B.Insomnia

1. Pengertian Insomnia

Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik

kualitas maupun kuantitas. Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia inisial

atau tidak dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa

mempertahankan tidur atau sering terjaga dan insomnia terminal atau bangun

secara dini dan tidak dapat tidur kembali (Potter & Perry, 2006: 59). Untuk

menyembuhkan insomnia, maka terlebih dahulu harus dikenali penyebabnya.

Artinya, kalau disebabkan penyakit tertentu, maka untuk mengobatinya maka

penyakitnya yang harus disembuhkan terlebih dahulu (Aman Ruli, 2005: 56).

Insomnia berasal dari kata in artinya tidak dan somnus yang berarti tidur,

jadi insomnia berarti tidak tidur atau gangguan tidur. Selanjutnya dijelaskan

bahwa insomnia ada tiga macam, yaitu pertama, Initial Insomnia artinya gangguan

(32)

malam dan sulit untuk tidur lagi. Ketiga, Late Insomnia yaitu sering mengalami

gangguan tidur saat bangun pagi (Hawari, 2006: 72).

The Diagnostic and Statistical of Mental Disorder IV (DSM-IV)

mendefinisikan gangguan insomnia primer adalah keluhan tentang kesulitan

mengawali tidur dan/atau menjaga keadaan tidur atau keadaan tidur yang tidak

restoratif minimal satu bulan terakhir (Espie, 2002: 41). Menurut Espie (2002:

43), insomnia merupakan keadaan tidak dapat tidur atau terganggunya pola tidur.

Orang yang bersangkutan mungkin tidak dapat tidur, sukar untuk jatuh tidur, atau

mudah terbangun dan kemudian tidak dapat tidur lagi. Hal ini terjadi bukan karena

penderita terlalu sibuk sehingga tidak mempunyai kesempatan untuk tidur, tetapi

akibat dari gangguan jiwa terutama gangguan depresi, kelelahan, dan gejala

kecemasan yang memuncak.

Insomnia adalah ketidakmampuan atau kesulitan untuk tidur. Kesulitan tidur

ini bisa menyangkut kurun waktu (kuantitas) atau kelelapan (kualitas) tidur.

Penderita insomnia sering mengeluh tidak bisa tidur, kurang lama tidur, tidur

dengan mimpi yang menakutkan, dan merasa kesehatannya terganggu. Penderita

insomnia tidak dapat tidur pulas walaupun diberi kesempatan tidur

sebanyak-banyaknya. Pada keadaan normal, dari pemeriksaan kegiatan otak melalui

elektro-ensefalografi (EEG), sepanjang masa tidur terjadi fase-fase yang silih berganti

antara tidur sinkronik dan tidur asinkronik. Pergantian ini kira-kira setiap dua jam

sekali. Fase tidur sinkronik ditandai dengan tidur nyenyak, dengan tubuh dalam

keadaan tenang. Fase tidur asinkronik ditandai dengan kegelisahan dan

(33)

mimpi. Orang normal yang tidurnya terganggu pada fase asinkronik akan merasa

jengkel, tidak puas, dan menjadi murung (Espie, 2002: 45).

Penderita insomnia mengalami gangguan dalam masa peralihan dan kualitas

dari fase-fase tidur, terutama pada fase asinkronik. Dari penelitian ternyata bahwa

saat yang dianggap penderita sebagai terjaga di malam hari sebenarnya

merupakan fase-fase mimpi. Sebaliknya, beberapa masa tidur yang singkat

sebenarnya merupakan tidur yang sesungguhnya Insomnia dikelompokkan dalam

tiga tipe. Tipe pertama adalah penderita yang tidak dapat atau sulit tidur selama 1

sampai 3 jam pertama. Namun, karena kelelahan akhirnya tertidur juga. Tipe ini

biasanya dialami penderita usia muda yang sedang mengalami kecemasan. Tipe

kedua, dapat tidur dengan mudah dan nyenyak, namun setelah 2 sampai 3 jam

tidur terbangun. Kejadian ini bisa berlangsung berulang kali. Tipe ketiga,

penderita dapat tidur dengan mudah dan nyenyak, namun pada pagi buta dia

terbangun dan tidak dapat tidur lagi. Ini biasa dialami orang yang sedang

mengalami depresi.

Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa insomnia adalah suatu gangguan tidur

yang dialami oleh penderita dengan gejala-gejala selalu merasa letih dan lelah

sepanjang hari dan secara terus menerus (lebih dari sepuluh hari) mengalami

kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun di tengah malam dan tidak dapat

kembali tidur. Seringkali penderita terbangun lebih cepat dari yang diinginkannya

dan tidak dapat kembali tidur.

2. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Insomnia

Sebab-sebab terjadinya insomnia menurut (Joewana Satya, 2006: 45)

(34)

a. Suara atau Bunyi

Biasanya orang dapat menyesuaikan dengan suara atau bunyi sehingga tidak mengganggu tidurnya. Misalnya seseorang yang takut diserang atau dirampok, pada malam hari terbangun berkali-kali hanya suara yang halus sekalipun.

Insomnia merupakan gejala yang sering dijumpai pada mountain sickness (mabuk udara tipis), terjadi pada pendaki gunung yang lebih dari 3500 meter diatas permukaan air laut.

d. Penggunaan Bahan Yang Mengganggu Susunan Saraf Pusat

Insomnia dapat terjadi karena penggunaan bahan-bahan seperti kopi yang mengandung kafein, tembakau yang mengandung nikotin dan obat-obat pengurus badan yang mengandung anfetamin atau yang sejenis.

e. Penyakit Psikologi

Beberapa penyakit psikologi ditandai antara lain dengan adanya insomnia seperti pada gangguan afektif, gangguan neurotic, beberapa gangguan kepribadian, gangguan stress pasca-trauma dan lain-lain.

Beberapa faktor yang merupakan penyebab Insomnia (Potter, 2006: 66)

yaitu:

a. Faktor Psikologi

Stres yang berkepanjangan paling sering menjadi penyabab dari Insomnia jenis kronis, sedangkan berita-berita buruk gagal rencana dapat menjadi penyebab insomnia transient.

b. Faktor Problem Psikiatri

Depresi paling sering ditemukan. Jika bangun lebih pagi dari biasanya yang tidak diingininkan, adalah gejala paling umum dari awal depresi, Cemas, Neorosa, dan gangguan psikologi lainnya sering menjadi penyebab dari gangguan tidur.

c. Faktor Sakit Fisik

Sesak nafas pada orang yang terserang asma, sinus, flu sehingga hidung yang tersumbat dapat merupakan penyebab gangguan tidur. Selama penyebab fisik atau sakit fisik tersebut belum dapat ditanggulangi dengan baik, gangguan tidur atau sulit tidur akan dapat tetap dapat terjadi.

d. Faktor Lingkungan

(35)

e. Faktor Gaya Hidup

Alkohol, rokok, kopi, obat penurun berat badan, jam kerja yang tidak teratur, juga dapat menjadi faktor penyebab sulit tidur.

Menurut Aman (2005: 55) faktor faktor yang menyebabkan seseorang

mengalami insomnia diantaranya adalah rasa nyeri, kecemasan, ketakutan,

tekanan jiwa, dan kondisi yang tidak menunjang untuk tidur. Secara garis

besarnya, faktor-faktor penyebab insomnia yaitu:

a. Stres atau kecemasan

Didera kegelisahan yang dalam, biasanya karena memikirkan permasalahan yang sedang dihadapi.

b. Depresi

Depresi selain menyebabkan insomnia, depresi juga bisa menimbulkan keinginan untuk tidur terus sepanjang waktu karena ingin melepaskan diri dari masalah yang dihadapi. Depresi bisa menyebabkan insomnia dan sebaliknya insomnia menyebabkan depresi.

c. Kelainan-kelainan kronis

Kelainan tidur (seperti tidur apnea), diabetes, sakit ginjal, artritis, atau peyakit yang mendadak seringkali menyebabkan kesulitan tidur.

d. Efek samping pengobatan

Pengobatan untuk suatu penyakit juga dapat menjadi penyebab insomnia. e. Pola makan yang buruk

Mengonsumsi makanan berat saat sebelum tidur bisa menyulitkan untuk tertidur.

f. Kafein, Nikotin, dan Alkohol

Kafein dan nikotin adalah zat stimulan. Alkohol dapat mengacaukan pola tidur.

g. Kurang olahraga

Kurang olahraga juga dapat menjadi faktor sulit tidur yang signifikan. h. Usia lanjut (insomnia lebih sering terjadi pada orang berusia diatas 60

tahun). i. Wanita hamil

j. Riwayat depresi/penurunan

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa faktor-faktor yang

menyebabkan seseorang mengalami insomnia yaitu stress atau kecemasan,

(36)

penggunaan alcohol, kurangnya olah raga, usia lanjut, wanita hamil, faktor

lingkungan tempat tinggal, dan gaya hidup seseorang.

3. Jenis-Jenis Insomnia

Cukup banyak orang yang mengalami satu dari ketiga jenis gangguan tidur

ini (Espie, 2002: 55). Adapun uraiannya sebagai berikut:

a. Tidak Dapat Atau Sulit Masuk Tidur (Sleep Onset Insomnia)

Keadaan ini sering dijumpai pada ansietas pasien muda, ber-langsung 1 - 3

jam dan kemudian karena kelelahan tertidur juga.

b. Terbangun Tengah Malam Beberapa Kali (Sleep Maintenance Insomnia)

Pasien ini dapat masuk tidur dengan mudah tetapi setelah 2-3 jam terbangun

lagi, dan ini terulang beberapa kali dalam satu malam.

c. Terbangun Pada Waktu Pagi Yang Sangat Dini (Early Awakening Insomnia)

Pasien ini dapat tidur dengan mudah dan tidur dengan cukup nyenyak, tetapi

pagi buta sudah terbangun lalu tidak dapat tidur lagi. Keadaan ini sering

dijumpai pada keadaan depresi.

Sedangkan, menurut Erri (2002: 51) insomnia terdiri atas tiga tipe yaitu:

a. Tidak bisa masuk atau sulit masuk tidur yang disebut juga insomnia inisial

dimana keadaan ini sering dijumpai pada orang-orang muda. Berlangsung

selama 1-3 jam dan kemudian karena kelelahan ia bisa tertidur juga. Tipe

insomnia ini bisa diartikan ketidakmampuan seseorang untuk tidur.

b. Terbangun tengah malam beberapa kali, tipe insomnia ini dapat masuk tidur

(37)

kejadian ini dapat terjadi berulang kali. Tipe insomnia ini disebut jaga

intermitent insomnia.

c. Terbangun pada waktu pagi yang sangat dini disebut juga insomnia terminal,

dimana pada tipe ini dapat tidur dengan mudah dan cukup nyenyak, tetapi pada

saat dini hari sudah terbangun dan tidak dapat tidur lagi.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa macam-macam gangguan

insomnia, yaitu susah tidur (sleep onset insomnia), selalu terbangun di tengah

malam (sleep maintenance insomnia), dan selalu bangun jauh lebih cepat dari

yang diinginkan (early awakening insomnia).

4. Tanda dan Gejala Insomnia

Tanda insomnia menurut Faridah (2008: 77)diantaranya adalah:

a. Sukar untuk tidur, berbaring dalam keadaan terjaga lebih dari satu jam atau lebih sebelum dapat terlelap.

b. Tidur yang tidak nyenyak dan sering terganggu, contohnya terjaga beberapa kali pada malam hari.

c. Terangun di awal pagi dan susah untuk tidur lagi. d. Tidur yang buruk.

e. Aktifitas tidur yang terganggu karena mimpi yang tidak biasa dan mengganggu.

Gejala insomnia menurut Faridah (2008: 79)diantaranya adalah:

a. Mengantuk

(38)

Tanda dan gejala insomnia menurut Lumbantobing (2004: 37) adalah

sebagai berikut:

a. Sulit memulai tidur

b. Sulit mempertahankan keadaan tidur

c. Bangun terlalu cepat di pagi hari

d. Tidur yang tidak menyegarkan

Insomnia merupakan keadaan dimana seseorang yang tidur, mengalami

kesulitan untuk memulai tidur (jatuh tidur), sulit mempertahankan keadaan

tidur, dan bangunnya terlalu pagi. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan

bahwa tanda dan gejala terjadinya insomnia diindikasikan meliputi sulit

memulai tidur, sulit mempertahankan keadaan tidur, bangun terlalu cepat di

pagi hari, dan tidur yang tidak menyegarkan.

5. Dampak Terjadinya Insomnia

Insomnia dapat memberi efek pada kehidupan seseorang, menurut

Turana Yuda (2007: 55) antara lain:

a. Efek fisiologis

Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress, terdapat peningkatan noradrenalin serum, peningkatan ACTH dan kortisol, juga penurunan produksi melatonin.

b. Efek psikologis

Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi, irritable, kehilangan motivasi, depresi, dan sebagainya.

c. Efek fisik/somatic

Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi, dan sebagainya. d. Efek sosial

Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan keluarga.

e. Kematian

(39)

disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek angka harapan hidup atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi kemungkinan sembuh dari penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan orang normal.

Menurut Rafknowledge (2004: 60-61) insomnia dapat memberikan

dampak seperti:

a. Orang dengan insomnia lebih muda mendera depresi dibanding mereka

yang bisa tidur dengan baik.

b. Kekurangan tidur akibat insomnia memberikan kontribusi pada timbulnya

suatu penyakit, termasuk penyakit jantung.

c. Dampak mengantuk/ketiduran disiang hari dapat mengancam keselamatan

kerja, termasuk mengemudi kendaraan.

d. Tidur malam yang buruk, dapat menurunkan kemampuan dalam memenuhi

tugas harian serta kurang menikmati aktifitas hidup.

Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa orang yang

mengalami insomnia akan mudah diserang rasa depresi, menimbulkan berbagai

macam gangguan penyakit, kelelahan, dan dapat menyebabkan kematian.

Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi insomnia sebelum

terjadi dampak seperti yang diuraikan di atas diantaranya adalah

(Rafknowledge, 2004: 65):

a. Memakan makanan berprotein tinggi sebelum tidur, seperti keju atau susu.

Tripofan yang merupakan suatu asam amino dari protein yang dicerna,

dapat membantu agar mudah tidur.

(40)

c. Hindari tidur diwaktu siang atau sore hari.

d. Berusaha untuk tidur hanya apabila merasa benar-benar kantuk dan tidak

pada waktu kesadaran penuh.

e. Hindari kegiatan-kegiatan yang membangkitkan minat sebelum tidur.

f. Lakukan latihan-latihan gerak badan setiap hari, tetapi tidak menjelang

tidur.

g. Gunakan teknik-teknik pelepasan otot-otot serta meditasi sebelum berusaha

untuk tidur.

C.Karakteristik Mahasiswa 1. Pengertian Mahasiswa

Mahasiswa adalah seseorang yang sedang dalam proses menimba ilmu

ataupun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu

bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi,

institut dan universitas (Hartaji Damar, 2012: 5).

Menurut Siswoyo Dwi (2007: 121) mahasiswa dapat didefinisikan

sebagai individu yang sedang menuntut ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik

negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan

tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi,

kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis

dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat

pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip yang saling melengkapi.

Seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap perkembangan yang

(41)

perkembangan pada usia mahasiswa ini ialah pemantapan pendirian hidup

(Yusuf Syamsu, 2012: 27).

Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut

ilmu ditingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain

yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat

intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan keerencanaan dalam

bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat

yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip

yang saling melengkapi. Mahasiswa adalah manusia yang tercipta untuk selalu

berpikir yang saling melengkapi (Siswoyo, 2007: 121).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa ialah

seorang peserta didik berusia 18 sampai 25 tahun yang terdaftar dan menjalani

pendidikannnya di perguruan tinggi baik dari akademik, politeknik, sekolah

tinggi, institut dan universitas. Sedangkan dalam penelitian ini, subyek yang

digunakan ialah mahasiswa yang berusia 23 tahun dan masih tercatat sebagai

mahasiswa aktif dan tergolong pada fase dewasa awal.

2. Pengertian Mahasiswa sebagai Dewasa Awal

Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Masa remaja yang

ditandai dengan pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri

ini didapat sedikit-demi sedikit sesuai dengan umur kronologis dan mental

ege-nya. Berbagai masalah juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa

(42)

mandiri, baik dari segi ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri, dan

pandangan tentang masa depan sudah lebih realistis.

Erickson (2001: 78) mengatakan bahwa seseorang yang digolongkan

dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan hangat, dekat dan

komunikatif dengan atau tidak melibatkan kontak seksual. Bila gagal dalam

bentuk keintiman maka ia akan mengalami apa yang disebut isolasi (merasa

tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri karena berbeda dengan

orang lain).

Hurlock (1990: 31) mengatakan bahwa dewasa awal dimulai pada umur

18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun, saat perubahan-perubahan fisik dan

psikologis yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Secara

umum, mereka yang tergolong dewasa muda (young) ialah mereka yang

berusia 20-40 tahun. Menurut seorang ahli psikologi perkembangan, Santrock

(1999: 52), orang dewasa muda termasuk masa transisi, baik transisi secara

fisik (physically trantition) transisi secara intelektual (cognitive trantition),

serta transisi peran sosial (social role trantition).

Perkembangan sosial masa dewasa awal adalah puncak dari

perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah masa beralihnya

padangan egosentris menjadi sikap yang empati. Pada masa ini, penentuan

relasi sangat memegang peranan penting. Menurut Knoers dan Haditono (2001:

24) tugas perkembangan dewasa awal adalah menikah atau membangun suatu

keluarga, mengelola rumah tangga, mendidik atau mengasuh anak, memikul

(43)

kelompok sosial tertentu, dan melakukan suatu pekerjaan. Dewasa awal

merupakan masa permulaan dimana seseorang mulai menjalin hubungan secara

intim dengan lawan jenisnya. Hurlock (1993: 39) dalam hal ini telah

mengemukakan beberapa karakteristik dewasa awal dan pada salah satu intinya

dikatakan bahwa dewasa awal merupakan suatu masa penyesuaian diri dengan

cara hidup baru dan memanfaatkan kebebasan yang diperolehnya.

Dari segi fisik, masa dewasa awal adalah masa dari puncak

perkembangan fisik. Perkembangan fisik sesudah masa ini akan mengalami

degradasi sedikit-demi sedikit, mengikuti umur seseorang menjadi lebih tua.

Segi emosional, pada masa dewasa awal adalah masa dimana motivasi untuk

meraih sesuatu sangat besar yang didukung oleh kekuatan fisik yang prima.

Sehingga, ada steriotipe yang mengatakan bahwa masa remaja dan masa

dewasa awal adalah masa dimana lebih mengutamakan kekuatan fisik daripada

kekuatan rasio dalam menyelesaikan suatu masalah.

3. Ciri Perkembangan Mahasiswa Pada Tahap Dewasa Awal

Dewasa awal adalah masa kematangan fisik dan psikologis. Menurut

Mappiare (1983: 17) terdapat 7 ciri kematangan psikologi, ringkasnya sebagai

berikut:

a. Berorientasi pada tugas, bukan pada diri atau ego; minat orang matang berorientasi pada tugas-tugas yang dikerjakannya, dan tidak condong pada perasaan-perasaan diri sendri atau untuk kepentingan pribadi.

b. Tujuan-tujuan yang jelas dan kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien; seseorang yang matang melihat tujuan-tujuan yang ingin dicapainya secara jelas dan tujuan-tujuan itu dapat didefenisikannya secara cermat dan tahu mana pantas dan tidak serta bekerja secara terbimbing menuju arahnya. c. Mengendalikan perasaan pribadi; seseorang yang matang dapat menyetir

(44)

mementingkan dirinya sendiri, tetapi mempertimbangkan pula perasaan-perasaan orang lain.

d. Keobjektifan; orang matang memiliki sikap objektif yaitu berusaha mencapai keputusan dalam keadaan yang bersesuaian dengan kenyataan. e. Menerima kritik dan saran; orang matang memiliki kemauan yang realistis,

paham bahwa dirinya tidak selalu benar, sehingga terbuka terhadap kritik-kritik dan saran-saran orang lain demi peningkatan dirinya.

f. Pertanggungjawaban terhadap usaha-usaha pribadi; orang yang matang mau memberi kesempatan pada orang lain membantu usahan-usahanya untuk mencapai tujuan. Secara realistis diakuinya bahwa beberapa hal tentang usahanya tidak selalu dapat dinilainya secara sungguh-sunguh, sehingga untuk itu dia bantuan orang lain, tetapi tetap dia brtanggungjawab secara pribadi terhadap usaha-usahanya.

g. Penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru; orang matang memiliki cirri fleksibel dan dapat menempatkan diri dengan kenyataan-kenyataan yang dihadapinya dengan situasi-situasi baru.

Perguruan tinggi dapat menjadi masa penemuan intelektual dan

pertumbuhan kepribadian. Mahasiswa berubah saat merespon terhadap

kurikulum yang menawarkan wawasan dan cara berpikir baru seperti; terhadap

mahasiswa lain yang berbeda dalam soal pandangan dan nilai, terhadap kultur

mahasiswa yang berbeda dengan kultur pada umumnya, dan terhadap anggota

fakultas yang memberikan model baru. Pilihan perguruan tinggi dapat

mewakili pengejaran terhadap hasrat yang menggebu atau awal dari karir masa

depan (Papalia, 2008: 672).

Memasuki fase dewasa awal sebagai fase perkembangan, seseorang yang

telah memiliki corak dan bentuk kepribadian tersendiri. Menurut Ahmadi &

Sholeh (1991: 90) ciri-ciri kedewasaan seseorang antara lain:

a. Dapat berdiri sendiri dalam kehidupannya. Ia tidak selalu minta pertolongan

orang lain dan jika ada bantuan orang lain tetap ada pada tanggung

(45)

c. Memiliki sifat-sifat yang konstruktif terhadap masyarakat dimana ia berada.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa karakteristik mahasiswa

dewasa awal ialah berorientasi pada tugas, tujuan-tujuan yang jelas dan

kebiasaan-kebiasaan kerja yang efesien, mengendalikan perasaan pribadi,

keobjektifan, menerima kritik dan saran, pertanggungjawaban terhadap

usaha-usaha pribadi, penyesuaian yang realistis terhadap situasi-situasi baru.

Mahasiswa dewasa awal mulai memiliki intelektualitas yang tinggi dan

kecerdasan berpikir yang matang untuk masa depannya, memiliki kebebasan

emosional untuk memiliki pergaulan dan menentukan kepribadiannya.

Mahasiswa dewasa awal juga ingin meningkatkan prestasi dikampus, memiliki

tanggung jawab dan kemandirian dalam menyelesaikan tugas-tugas kuliah,

serta mulai memikirkan nilai dan norma-norma di lingkungan kampus maupun

di lingkungan masyarakat dimana dia berada.

4. Jenis-Jenis Masalah Mahasiswa

Masalah masalah yang dialami mahasiswa sangat beragam. Menurut

Ahmadi & Sholeh (1991: 109) menemukan adanya lima kategori permasalahan

menonjol yang dihadapi mahasiswa adalah: (1) kekhawatiran memperoleh nilai

yang rendah dalam ujian ataupun tugas-tugas, (2) kelemahan memahami bakat

dan pekerjaan yang akan dimasuki, (3) rendah diri atau kurang percaya diri, (4)

ceroboh atau kurang hati-hati, (5) kurang mampu berhemat atau kemampuan

keuangan yang tidak mencukupi, baik untuk keperluan sehari-hari atau

(46)

keagamaan dan atau khawatir tidak mampu menghindari larangan yang

ditentukan oleh agama.

Winkel (1997: 44 – 49) menyebutkan ada beberapa permasalahan yang dihadapi mahasiswa, antara lain: (1) penyesuaian dengan lingkungan, (2) stress

menghadapi ujian, (3) malas belajar, (4) ketidakmampuan belajar yang

spesifik, (5) kehilangan teman baik, (6) pengalaman kegagalan, (7)

peraturan-peraturan sekolah/lembaga yang dirasa memberatkan, (8) tekanan dan ambisi

orang tua, (9) hubungan antara mahasiswa dengan dosennya, dengan teman

seangkatan, sepondokan dan sebagainya.

Prayitno (1999: 238) mengidentifikasi 330 masalah yang digolongkan ke

dalam sebelas kelompok masalah, yaitu kelompok masalah yang berkenaan

dengan: (1) perkembangan jasmani dan kesehatan, (2) keuangan, keadaan

lingkungan, dan pekerjaan, (3) kegiatan sosial dan reaksi, (4) hubungan

muda-mudi, pacaran dan perkawinan, (5) hubungan sosial kejiwaan, (6) keadaan

pribadi kejiwaan, (7) moral dan agama, (8) keadaan rumah dan keluarga, (9)

masa depan pendidikan dan pekerjaan, (10) penyesuaian terhadap tugas-tugas

sekolah, (11) kurikulum sekolah.

Masalah-masalah tersebut apabila tidak bisa diatasi dengan baik maka

dapat menimbulkan stress. Stres tidak dapat dipisahkan dari setiap aspek

kehidupan. Stres dapat dialami oleh siapa saja dan memiliki implikasi negatif

jika berakumulasi dalam kehidupan individu tanpa solusi yang tepat.

Akumulasi stres merupakan akibat dari ketidakmampuan individu dalam

(47)

Walaupun demikian, stres yang optimal akan menghasilkan tantangan dan

motivasi untuk maju bagi individu (Spangenberg & Theron, 1998: 65).

Mahasiswa, dalam kegiatannya, juga tidak terlepas dari stres. Stresor atau

penyebab stres pada mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan akademiknya,

terutama dari tuntutan eksternal dan tuntutan dari harapannya sendiri. Tuntutan

eksternal dapat bersumber dari tugas-tugas kuliah, beban pelajaran, tuntutan

orang tua untuk berhasil di kuliahnya, dan penyesuaian sosial di lingkungan

kampusnya. Tuntutan ini juga termasuk kompetensi perkuliahan dan

meningkatnya kompleksitas materi perkuliahan yang semakin lama semakin

sulit. Tuntutan dari harapan mahasiswa dapat bersumber dari kemampuan

mahasiswa dalam mengikuti pelajaran (Heiman & Kariv, 2005: 66).

Stres yang tidak mampu dikendalikan dan diatasi oleh individu akan

memunculkan dampak negatif. Pada mahasiswa, dampak negatif secara

kognitif antara lain sulit berkonsentrasi, sulit mengingat pelajaran, dan sulit

memahami pelajaran. Dampak negatif secara emosional antara lain sulit

memotivasi diri, munculnya perasaan cemas, sedih, kemarahan, frustrasi, dan

efek negatif lainnya. Dampak negatif secara fisiologis antara lain gangguan

kesehatan, daya tahan tubuh yang menurun terhadap penyakit, sering pusing,

badan terasa lesu, lemah, dan insomnia. Dampak perilaku yang muncul antara

lain menunda-nunda penyelesaian tugas kuliah, malas kuliah, penyalahgunaan

obat dan alkohol, terlibat dalam kegiatan mencari kesenangan yang

(48)

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah-masalah

yang dialami mahasiswa sangat beragam. Secara umum masalah-masalah itu

dapat dikelompokkan kedalam beberapa masalah utama seperti: masalah

kesehatan jasmani, ekonomi, kondisi sosial ekonomi, keluarga, kondisi

kejiwaan, masalah lingkungan, hubungan dalam pergaulan, masalah akademis.

Masalah masalah tersebut akan mempengaruhi prestasi akademik yang akan

diperoleh mahasiswa jika tidak segera ditemukan solusi penyelesaian masalah

tersebut.

5. Tanggungjawab Mahasiswa

Sebagai mahasiswa yang menempuh pendidikan yang tinggi, para

mahasiswa harus belajar bagaimana bersikap, bertingkah laku yang baik dan

benar. Mahasiswa harus pandai memilah-milah mana yang baik dan mana yang

buruk. Karena setiap keputusan yang akan diambil akan menentukan

pandangan masyarakat terhadap mahasiswa itu sendiri. Semua itu dilakukan

supaya para mahasiswa belajar bagaimana menjadi manusia yang lebih beradab

dan bertanggung jawab. Berikut adalah macam-macam tanggungjawab

mahasiswa menurut Prayitno (1999: 245) diantaranya adalah:

a. Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri

Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi.

b. Tanggung Jawab Terhadap Keluarga

Sebagai mahasiswa yang masih meminta orang tua untuk membiayai pendidikan kita, maka mahasiswa haruslah bersungguh-sungguh menjalani kuliahnya. Berikan hasil terbaik dan tunjukkan pada orang tua bahwa para mahasiswa mampu menjadi seperti yang orang tua harapkan.

c. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat

(49)

pada kehidupan bermasyarakat. Sebagai mahasiswa diharapkan dapat menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, mampu menjadi contoh, panutan, dan mampu berbaur dengan masyarakat sekitar.

d. Tanggung Jawab Kepada Bangsa/Negara

Sebagai makhluk sosial yang bernegara dan berbangsa sudah sepatutnya para mahasiswa menjalankan peraturan, norma, dan hukum yang berlaku di negaranya. Salah satunya dapat dilakukan dengan cara belajar giat demi mengejar cita-cita yang bisa membanggakan diri sendiri, orang tua, Bangsa dan Negara.

e. Tanggung Jawab Terhadap Tuhan

Peraturan agama tidak memandang status sosial, ras, atau sebagainya. Sebagai seorang mahasiswa dituntut untuk senantiasa bertanggungjawab secara agama kepada Tuhan salah satunya dengan cara berbuat baik, menolong sesama, bersikap dan berbuat baik kepada sesama.

Uraian di atas dapat dijelaskan bahwa tanggungjawab seorang individu

sebagai mahasiswa meliputi tanggung jawab terhadap diri sendiri, tanggung

jawab terhadap keluarga, tanggung jawab terhadap masyarakat, tanggung

jawab kepada bangsa/negara, dan tanggung jawab terhadap tuhan.

D. Keterkaitan Insomnia Dengan Perilaku Belajar Mahasiswa

Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada

perguruan tinggi (Prayitno, 1999: 241). Mahasiswa dalam tahap

perkembangannya digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal, yaitu

usia 18-21 tahun dan 22-24 tahun. Pada usia tersebut mahasiswa mengalami

masa peralihan dari remaja akhir ke dewasa awal. Salah satu penyebab

terjadinya insomnia adalah stress akibat berbagai macam permasalahan

diantaranya adalah kekhawatiran memperoleh nilai yang rendah dalam ujian

ataupun tugas-tugas, kelemahan memahami bakat dan pekerjaan yang akan

dimasuki, rendah diri atau kurang percaya diri, ceroboh atau kurang hati-hati,

kurang mampu berhemat atau kemampuan keuangan yang tidak mencukupi,

(50)

Kesulitan tidur pada mahasiswa adalah keadaan saat individu merasakan

kesulitan tidur, tidur tidak tenang, kesulitan menahan tidur, sering terbangun

dipertengahan malam, dan seringnya terbangun diawal yang berlangsung

beberapa hari atau beberapa minggu. Hal ini disebabkan bahwa peserta didik

dengan usia 18-21 tahun dan 22-24 tahun yang aktif kuliah dan sedang

menyelesaikan berbagai macam tugas, mengalami stress yang berlebih

sehingga berujung pada insomnia.

Banyak orang tidak tahu bahwa kurang tidur selama satu atau dua jam

menyebabkan seseorang sulit untuk belajar. Kesulitan berkonsentrasi muncul

di antara mahasiswa yang mengantuk. Kurang tidur berkali-kali menunjukkan

dampak yang negatif terhadap suasana hati, kemampuan kognitif, dan fungsi

motorik dalam kaitannya dengan kecendrungan peningkatan tidur dan tidak

stabilnya keadaan tidur. Efek kurangnya tidur terhadap kemampuan kognitif

diantaranya adalah respon yang lambat, ingatan jangka pendek dan

kemampuan kerja daya ingat menurun, serta penurunan belajar (keahlian) tugas

kognitif (Espie, 2002: 55). Jadi, dapat dimungkinkan apabila kekurangan tidur

akibat insomnia dapat mempengaruhi aktivitas belajar seseorang.

E.Bidang Garapan Bimbingan dan Konseling

Bidang garapan bimbingan dan konseling adalah tingkah laku klien yang

perlu biubah untuk dikembangkan apabila hendak mengatasi masalah-masalah

yang dihadapinya atau ingin mencapai tujuan-tujuan yang dikehendaki (Hallen,

(51)

mengembangkan bakat, minat, dan keterampilan siswa, serta untuk mengatasi

kesulitan belajar perlu adanya penerapan dalam berbagai bidang.

Bimbingan dan Konseling merupakan proses bantuan atau pertolongan

yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui

pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar

konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan

masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. Atau proses

pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari pembimbing

(konselor) kepada konseli (mahasiswa) melalui pertemuan tatap muka atau

hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap masalah konseli

sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri, mampu menerima dirinya

sendiri sesuai dengan potensinya, dan mampu memecahkan sendiri masalan

yang dihadapinya (Baraja Abu Bakar, 2006: 61).

Menurut Tohirin (2007: 82) bidang-bidang garapan bimbingan dan

konseling meliputi empat bidang yaitu:

1. Bidang Bimbingan Pribadi

Bimbingan pribadi (personal guidance) adalah suatu bimbingan untuk

membantu individu mengatasi masalah-masalah yang bersifat pribadi.

Dalam bidang bimbingan pribadi, pelayanan bimbingan dan konseling

membantu siswa menemukan dan mengembangkan pribadi yang beriman

dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, mantap dan mandiri serta

sehat jasmani dan rohani. Bidang bimbingan pribadi ini dapat dirinci

(52)

a. Penanaman dan pemantapan sikap dan kebiasaan serta pengembangan

wawasan dalam beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Penanaman dan pemantapan pemahaman tentang kekuatan diri dan

pengembangannya untuk kegiatan-kegiatan yang kreatif, produktif, baik

dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk peranan di masa depan.

c. Pengenalan dan pemantapan pemahaman tentang bakat dan minat pribadi

serta penyaluran dan pengembangannya melalui kegiatan-kegiatan yang

kreatif dan produktif.

d. Pengenalan dan pemantapan pemahaman tentang kelemahan diri dan

usaha-usaha penanggulangannya.

e. Pemantapan kemampuan mengambil keputusan.

f. Pengembangan kemampuan mengarahkan diri sesuai dengan keputusan

yang telah diambilnya.

g. Pemantapan dalam perencanaan dan penyelenggaraan hidup sehat, baik

secara rohaniah maupun jasmaniah.

2. Bidang Bimbingan Sosial

Bimbingan sosial adalah suatu bimbingan atau bantuan dalam

menghadapi dan memecahkan masalah-masalah social seperti pergaulan,

penyelesaian masalah konflik, penyesuaian diri dan sebagainya. Bimbingan

social juga bermakna suatu bimbingan atau bantuan dari pembimbing

kepada individu agar dapat mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi

dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik. Dalam bidang

(53)

membantu peserta didik mengenal dan berhubungan dengan lingkungan

sosialnya yang dilandasi budi pekerti, tanggung jawab kemasyarakatan dan

kenegaraan. Bidang ini dirinci menjadi pokok-pokok berikut:

a. Pengembangan dan pemantapan kemampuan berkomunikasi baik melalui

ragam lisan maupun tulisan secara efektif.

b. Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan sosial,

baik di rumah, di sekolahan maupun di masyarakat dengan menjunjung

tinggi tata karma, sopan santun serta nilai-nilai agama, adat, peraturan

dan kebiasaan yang berlaku.

c. Pengembangan dan pemantapan hubungan yang dinamis, harmonis dan

produktif dengan teman sebaya, baik di sekolah yang sama, di sekolah

lain, di luar sekolah maupun dimasyarakat pada umumnya.

d. Pengenalan, pemahaman dan pemantapan tentang peraturan, kondisi dan

tuntutan sekolah, rumah dan lingkungan serta upaya dan kesadaran untuk

melaksanakannya secara dinamis dan bertanggug jawab.

e. Pemantapan kemampuan menerima dan mengemukakan pendapat serta

beragumentasi secara dinamis, kreatif dan produktif.

f. Orientasi tentang hidup berkeluarga.

3. Bidang Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar atau bimbingan akademik adalah suatu bantuan

dari pembimbing kepada individu (siswa) dalam hal menemukan cara

belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam

(54)

tuntutan-tuntutan belajar di institute pendidikan. Berdasarkan pengertian di atas,

bimbingan belajar bisa bermakna suatu bantuan dari pembimbing kepada

terbimbing (siswa) dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah

belajar. Dalam bidang bimbingan belajar, pelayanan bimbingan dan

konseling membantu peserta didik untuk menumbuhkan dan

mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai

pengetahuan dan keterampilan sejalan dengan perkembangan ilmu

pengetahuan, teknologi dan kesenian serta mempersiapkan peserta didik

untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi atau untuk terjun

ke lapangan pekerjaan tertentu. Bidang bimbingan ini memuat pokok-pokok

materi berikut:

a. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar untuk mencari informasi dari

berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan narasumber lainnya,

mengembangkan keterampilan belajar, mengerjakan tugas-tugas

pelajaran, dan menjalani program penilaian hasil belajar.

b. Pengembangan dan pemantapan disiplin belajar dan berlatih, baik secara

mandiri maupun kelompok.

c. Pemantapan menguasai materi program belajar di sekolah sesuai dengan

perkembangan ilmu, teknologi dan kesenian.

d. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, social dan

budaya yang ada di sekolah, lingkungan sekitar dan masyarakat untuk

pengembangan pengetahuan dan kemampuan serta pengembangan

(55)

e. Orientasi dan informasi tentang pendidikan yang lebih tinggi, pendidikan

tambahan.

4. Bidang Bimbingan Karier

Bimbingan karier merupakan bantuan dalam mempersiapkan diri

menghadapi dunia pekerjaan, pemilihan lapangan pekerjaan atau jabatan

(profesi) tertentu serta membekali diri agar siap memangku jabatan tersebut

dalam menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan dari lapangan pekerjaaan

yang telah dimasuki. Dari pengertian di atas, bimbingan karier bisa

bermakna suatu bantuan dari pembimbing kepada terbimbing (siswa) dalam

menghadapi dan memecahkan masalah-masalah karier. Dalam bidang

bimbingan karier ini, pelayanan bimbingan dan konseling ditujukan untuk

mengenal potensi diri, mengembangkan dan memantapkan pilihan karier.

Bidang ini memuat pokok-pokok berikut:

a. Pengenalan terhadap dunia kerja dan usaha untuk memperoleh

penghasilan serta untuk memenuhi kebutuhan hidup.

b. Pengenalan dan pemantapan pemahaman diri berkenaan dengan

kecenderungan karier yang hendak dikembangkan.

c. Pengembangan dan pemantapan informasi tentang kondisi tuntunan

dunia kerja, jenis-jenis pekerjaan tertentu, serta latihan kerja sesuai

dengan pilihan karier.

d. Pemantapan cita-cita karier sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan,

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir
Tabel 1. Pedoman Observasi
Tabel 3. Pedoman Wawancara Informan
gambar berikut (Sugiyono, 2010: 246).
+5

Referensi

Dokumen terkait

Ya kan kadang memang kita orang toraja kadang dipaksakan menurut saya, saya sudah tidak mengikuti jadi saya tidak pernah artinya dipaksakan oleh adat toh, kalo yang

IO Saya akui bahwa saya memang membutuhkan pengetahuan yang banyak untuk menata perasaan dalam diri saya agar dapat menjalani masa menopause dengan baik. I I Saat menopause

Ya kan kadang memang kita orang toraja kadang dipaksakan menurut saya, saya sudah tidak mengikuti jadi saya tidak pernah artinya dipaksakan oleh adat toh, kalo yang

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa meningkatnya stress kuliah seorang mahasiswa akuntansi dipengaruhi oleh kecerdasan emosional (yang terdiri

.524 ** 14 Saya mencoba berbagai metode/cara belajar selama kuliah online .492 ** 15 Saya tidak menerima feedback (penilaian dan masukan) dari dosen .418 ** 16 Kuliah

1) Alhamdulillah saya S1 mba. Kuliahnya dulu di karang di IAIN Raden Intan sekarang sudah jadi UIN RIL. Saya kuliah jurusan Bahasa Arab. Jadi awalnya jurusannya

Mahasiswa perantau dalam menjalankan hubungan pacaran tidak lepas dari hasil wawancara dengan informen yang fokus tentang penelitian ini yaitu “saya menjalankan pacaran

Ada sih, karna kan ee, kalo di sana itu malah justru beban kerjanya yang jadi membuat saya stress, hanya kalo di sana , kalo dari anaknya sendiri ndak. Jadi saya yho, yho harus