• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM MAGISTER AGRIBISNIS PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017 SAHLAN KAJIAN MOBILITAS TENAGA KERJA DARI SEKTOR PERTANIAN KE SEKTOR NON PERTANIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROGRAM MAGISTER AGRIBISNIS PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017 SAHLAN KAJIAN MOBILITAS TENAGA KERJA DARI SEKTOR PERTANIAN KE SEKTOR NON PERTANIAN"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN MOBILITAS TENAGA KERJA DARI SEKTOR PERTANIAN KE SEKTOR NON PERTANIAN

(KASUS PETANI DI KECAMATAN ULU ERE KABUPATEN BANTAENG)

THE MAN POWER MOBILITY FROM AGRICULTURAL SECTOR TO NON-AGRICULTURE AT ULU ERE DISTRICT, BANTAENG

REGENCY

SAHLAN

PROGRAM MAGISTER AGRIBISNIS PASCA SARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2017

(2)

KAJIAN MOBILITAS TENAGA KERJA DARI SEKTOR PERTANIAN KE SEKTOR NON PERTANIAN

( KASUS PETANI DI KECAMATAN ULU ERE KABUPATEN BANTAENG)

THE MAN POWER MOBILITY FROM AGRICULTURAL SECTOR TO NON- AGRICULTURE AT ULU ERE DISTRICT, BANTAENG REGENCY

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Magister Program Studi

Agribisnis

Disusun dan Diajukan Oleh

SAHLAN

Kepada

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

(3)

TESIS

KAJIAN MOBILITAS TENAGA KERJA DARI SEKTOR PERTANIAN KE SEKTOR NON PERTANIAN

( KASUS PETANI DI KECAMATAN ULU ERE KABUPATEN BANTAENG)

Disusun dan Diajukan oleh

SAHLAN

Nomor Pokok P1000215002

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Akhir Magister Pada Tanggal 20 November 2017

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Menyetujui, Komisi Penasehat,

Dr.Madris,DPS.,SE.,M.Si Dr.Andi Adri Arief,S.Pi.,M.S.i Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pasca Sarjana Agribisnis, Universitas Hasanuddin,

Dr.Ir.Mahyuddin,M.Si Prof.Dr.Muhammad Ali,.S,E,.M.S

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : S A H L A N

NIM : P1000215002

Program Studi : Agribisnis

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar , 2017

Yang menyatakan

S A H LA N

(5)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul “Kajian Mobilitas Tenaga Kerja Dari Sektor Pertanian Ke Sektor Non Pertanian ( Kasus Petani Di Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng)” yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi dalam berbagai tugas akhir pada program studi Agribisnis di Sekolah Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr.Madris,DPS.,SE.,M.Si dan Dr.Andi Adri Arief,S.Pi.,M.S.i selaku ketua dan anggota komisi penasehat serta tim dosen penguji Prof.Dr.Ir.Didi Rukmana,MS, Dr.Nursini,SE,MA dan Dr.Ir.Mahyuddin,M.Si yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan tulisan ini.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :

 Seluruh keluarga terutama kepada kedua orang tua dan istri yang

tercinta atas segala do’a dan dorongan semangat yang selalu diberikan.

 Seluruh Dosen dan Civitas Akademik Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar dan sahabat- sahabat yang telah

(6)

memberikan bantuan dan perhatian selama penulis menempuh studi di Program Agribisnis Universitas Hasanuddin.

 Saudara seperjuangan Agribisnis Angkatan 2015 yang telah bersama- sama menuntut ilmu dan mengukir cerita sejarah selama ini.

 Teman-teman Forum Mahasiswa dan Alumni (FMA) Sekolah

Pascasarjana Universitas Hasanuddin yang telah memberikan dukungan dan perhatian selama penulis menempuh studi di Program Agribisnis Universitas Hasanuddin.

Sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan, penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada para pembaca, karena penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan tesis ini.

Penulis juga mengarapkan masukan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan penulisan ini dan semoga bermanfaat bagi kita semua. Amin .

Makassar, November 2017

S A H L A N

(7)

ABSTRAK

SAHLAN. Kajian Mobilitas Tenaga Kerja Dari Sektor Pertanian Kesektor Non Pertanian Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng (dibimbing oleh Madris dan Andi Adri Arief).

Penelitian ini bertujuan (1) Menganalisis pengaruh Pendapatan Sektor pertanian (2) Menganalisis pengaruh Luas lahan (3) Menganalisis pengaruh

jumlah tanggungan keluarga dan (4) Menganalisis pengaruh umur terhadap Sektor pertanian ke sektor non pertanian di kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bantaeng secara sengaja (purposive), yaitu dengan pertimbangan bahwa didaerah tersebut merupakan wilayah yang mempunyai para petani yang melakukan mobilitas tenaga kerja tinggi yang diambil dari desa yang mewakili Kecamatan Ulu Ere yaitu Desa Bonto Tallasa dan Bonto Daeng yang masih dalam lingkup pedesaan di Kabupaten Bantaeng.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa:(1) pendapatan berpengaruh positif signifikan diperoleh nilai sig lebih kecil (<) dari 0,05 (0,000 < 0,05), (2) Luas lahan berpengaruh positif tidak signifikan sebesar 0,014 dengan tingkat signifikan sebesar 0,014 (0,014 > 0,05), (3) Jumlah Tanggungan keluarga berpengaruh positif dan tidak signifikan diperoleh nilai sig lebih besar (>) dari 0,005 (0,956 > 0,05) ,(4) Umur berpengaruh positif namun tidak signifikan dengan nilai (>)0,05 dari (0,768> 0,005) terhadap Mobilitas tenaga kerja dari sektor pertanian kesektor non pertanian di kecematan Ulu ere Kabupaten Bantaeng.

Kata Kunci : Pendapatan, Luas Lahan, Jumlah Tanggungan Keluarga, Umur Dan Mobilitas Tenaga Kerja .

(8)

Abstract

SAHLAN. The Man Power Mobility From Agricultural Sector To Non-

Agriculture At Ulu Ere District, Bantaeng Regency (supervised by Madris and Andi Adri Arief).

The research aimed tho investigate and analyze: (1) the influence of the manpower mobility income at Ulu ere district,Bantaeng (2)the effect of land size,( 3) the impact of the number dependent families on the manpower mobility at Ulu ere district.(4) the age the manpower mobility at Ulu ere district,Bantaeng Regency.

This research was conducted using the purposive technique and direct selection with the consideration that the area was the area having the farmers with the high mobility. They were taken from the village representing Ulu Ere district namely Bonto Tallasa and Bonto Daeng village, they were still the rural areals at Bantaeng Regency.

The reseach result indicates that: (1).the income has the positive and significant effect and the smaller sig value (<) that 0,05 (0,000< 0,05)is obtained,(2). The Land size has the positive and in significant influence with value of 0,014 with the significant level of 0,014 (0,014> 0,05), (3) .The number of the dependent familied has the bigger sig value (>) that 0,005 (0,956 >0,05, (4). The has the Age positive but insignificant with the value of (>) 0.05 that (0,768> 0,005) on the manpower mobility from the agriculture sector to the non-agriculture sector at Uluere district , Bantaeng regency.

Keywords: Income, Land Size, Number Of Dependents Families,Age, Man Power Mobility

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACK... viii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 10

A . Mobilitas Tenaga Kerja ... 10

B. Tenaga Kerja ... 21

C. Sektor Pertanian ... 25

D. Problematika Sektor Pertanian ... 29

E. Peneliti Terdahulu ... 39

F. . Kerangka Konseptual ... 41

G. Hipotesis ... 43

BAB III. METODE PENELITIAN … ... 44

A. Rancangan Penelitian ... 44

(10)

B. Waktu dan Tepat Penelitian ... 44

C. Populasi dan Teknik Sampel ... 45

D. Jenis Data ... 49

E. Teknik Pengumpulan Data ... 50

F. Metode Analisis Data... 51

G. Definisi Operasional Variabel ... 60

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 61

A. Deskripsi Daerah Penelitian ... 61

B. Profil Desa Bonto Tallasa ... 63

C. Profil Desa Bonto Daeng ... 67

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 71

A. Karakteristik Responden ... 71

B. Proses Keputusan Mobilitas Tenaga Kerja dari Sektor Pertanian Ke Sektor Non Pertanian ... 78

BAB VI PENUTUP ... 88

A. Simpulan ... 88

B. Saran ... 88 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman 1. Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Ulu Ere Kabupaten

Bantaeng ... 4

2. Jumlah Produksi Tanaman Pangan Di Kabupaten Bantaeng ... 5

3. Luas Lahan Garapan Wilayah Menurut Kecematan Dan Desa /Kelurahan 5 4. Laju Perkembangan Profesi Petani ... 6

5. Penentuan Pampel ... 39

6. Produksi Tanaman Holtikultura Di Kecematan Ulu Ere ... 52

7. Jumlah Penduduk Kecematan Ulu ere Kabupaten Bantaeng ... 53

8. Laju Pertumbuhan Profesi Petani Desa Bonto Tallasa ... 55

9. Mata Pencaharian Penduduk Desa Bonto Tallasa... 56

10. Pekerjaan Pokok Kepala Keluarga Desa Bonto Daeng ... 57

11. Laju Pertumbuhan Profesi Petani Desa Bonto Daeng ... 58

12. Jumlah Penduduk Desa Bonto Daeng ... 59

13. Karakteristik Petani Berdasarkan Umur Responden di Kecematan Ulu ere Kabupaten Bantaeng ... 62

14. Tingkat pendidikan ... 63

15. Pekerjaan Utama Petani ... 64

16. Pendapatan Petani Perbulan ... 65

(12)

17. Skema Mobilitas Tenaga Kerja berdasarkan tingkat pendapatan dari sektor pertanian kesektor non pertanian di Kecematan Ulu ere

Kabupaten Bantaeng ... 66 18. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 67 19. Hasil Analisis Regresi Logistik Terhadap Mobilitas Tenaga Kerja dari

Sektor Pertanian ke Sektor Non Pertanian ... 70

(13)

DAFTAR GAMBAR

No Teks Halaman 1. Kerangka Konseptual Mobilitas Tenaga Kerja Dari Sektor Pertanian

Kesektor Non Pertanian di Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng……… ……… 34

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan struktur perekonomian dewasa ini turut mempengaruhi struktur tenaga kerja sektor pertanian. Kontribusi sektor pertanian yang semakin berkurang dan peranan sektor industri dan jasa yang makin meningkat telah mengubah pandangan masyarakat untuk tidak memilih sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian. Kondisi pertanian di pedesaan akhir-akhir ini mengalami perubahan terutama dalam produktivitas tenaga kerja. Penyusutan luas lahan pertanian sangat berpengaruh terhadap penurunan produksi dan penyerapan tenaga kerja. Luas lahan yang sempit ini menyebabkan pendapatan keluarga semakin berkurang dari usahatani, dan mendorong petani untuk mengambil keputusan bekerja di sektor lain.

Dalam rangka pelaksanaan pembangunan jangka panjang pemerintah menitik beratkan pada pembangunan dibidang ekonomi dengan sasaran utama mencapai keseimbangan antara pertanian dan industri. Agar pembangunan dapat dicapai maka pembangunan itu harus dilakukan secara bersama-sama oleh masyarakat dan pemerintah. Masyarakat merupakan komponen utama pembangunan, sedangkan pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengarahkan dan membimbing agar cita-cita nasional dapat dicapai. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh masyarakat

(15)

harus dapat dukungan dari pemerintah.

Indonesia sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, laju pertumbuhan penduduk masih tinggi dan ini menjadi permasalahan dimasa yang akan datang. Keadaan ini menyebabkan besarnya jumlah penduduk, struktur penduduk usia muda, dan tingkat pengangguran tinggi, serta penyebaran penduduk yang tidak sesuai dengan sumberdaya alamnya.

Pertumbuhan penduduk yang sangat besar tersebut akan membuat struktur kependudukan bertumpu pada usia muda. Struktur penduduk usia muda memberikan gambaran besarnya angka beban ketergantungan yang tinggi.

Dampak yang wajar dari struktur yang perkembangan dari laju pertumbuhan usia muda adalah melimpahnya penduduk memasuki angkatan kerja. Sementara itu keterbatasan kesempatan kerja untuk menampung jumlah angkatan kerja yang besar mengakibatkan terjadinya tingkat pengangguran yang tinggi. Olehnya Seiring dengan meningkatnya pengangguran yang memasuki angkatan kerja tersebut, jumlah angkatan kerja yang memasuki sektor kerja formal semakin meningkat. Hampir dapat dipastikan bahwa gejala peningkatan jumlah pengangguran cendurung diikuti dengan pekerja yang bekerja disektorin formal.

Masalah pertambahan penduduk bukanlah hanya sekedar masalah jumlahnya saja. Ini merupakan problema kesejahteraan umat manusia dan pembangunan. Pertumbuhan penduduk yang cepat dapat mempunyai konsekuensi - konsekuensi yang serius bagi kehidupan manusia diseluruh

(16)

dunia (Todaro,2000). Seperti yang telah kita ketahui bahwa faktor jumlah penduduk dapat menjadi faktor penghambat bagi pembangunan umumnya dan bagi ketenaga kerjaan pada khususnya. Dari sebuah gambaran tentang masalah tenaga kerja dipedesaan, sering dikemukakan bahwa angka pertambahan penduduk yang tinggi menyebabkan berlimpahnya tenaga kerja, sehingga sektor pertanian menjadi kekuatan besar dalam mengelolah segala aspek dari tenaga kerja. Meskipun sektor pertanian dalam menampung daya tenaga kerja yang mengalami perubahan yang signifikan, hal ini dikarenakan semakin berkurangnya lahan pertanian.

Adapun potensi Sumber Daya Alam di Kecematan Ulu Ere yang menjadi salah ciri khas tersendiri yakni pertanian dimana sebagaian besar diperuntuhkan untuk perkebunan, Sawah, karena di kecematan Ulu Ere memliki tanah yang banyak mengandung unsur hara dan baik bercocok tanam sayur- sayuran seperti tanaman sayuran sawi, kol,wortel,dan lain- lainya. Dikarenakan Hampir semua masyarakat di Kecamatan Ulu Ere memiliki perkebunan, baik yang dimiliki secara pribadi maupun menyewa lahan perkebunan orang lain. Masyarakat memanfaatkan perkebunan sebagai mata pencaharian serta tempat untuk menghasilkan kebutuhan pokok mereka. Perkebunan di Ulu Ere tumbuh dengan subur karena di dukung oleh suhu yang baik untuk tanaman. Kemudian kecematan Ulu Ere merupakan wilayah pedesaan dengan kondisi dataran tinggi/pegunungan, mata pengcaharian utama penduduknya adalah bertani/berkebun dengan

(17)

komoditas unggulannya.

Kecematan Ulu Ere merupakan wilayah Pertanian, maka sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani, selengkapnya sebagai berikut :

Tabel 1. Mata Pencaharian penduduk Kecamatan UluEre Kabupaten Bantaeng tahun 2016.

Jenis Mata Pengcaharian Jumlah (orang) % Petani

Pedagang PNS Buruh

Supir Angkutan

Usaha Rumah Tangga Lain – lainnya

5876 1165 512 211 96 435 625

65,80 13,10 5,70 2,40 1,10 4,90 7,00

Jumlah 8920 100,00

Sumber Data : BPS Kecematan Uluere, 2016

Tabel 1, menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk Kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng mayoritas petani. Hal ini membuktikan dengan adanya data yang terlihat angka yang paling tertinggi adalah masyarakat yang mata pencahariannya petani. namun pada dasarnya sebagian juga petani berprofesi berbeda.

Pengembangan wilayah dikabupaten bantaeng terlihat beberapa produksi tanaman pangan sebagai bentuk pengembangan sumberdaya pertanian. Namun produksi pertanian beberapa tahun terakhir mengalami penurunan yang sangat signifikan.

(18)

Tabel 2. Jumlah Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Bantaeng, 2011-2015

Jenis Tanaman Pangan

Produksi (Ton)

2011 2012 2013 2014 2015

Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

Padi 90.371 89.984 98.125 94.134 79.149

Jagung 177.464 165.925 163.805 177.470 148.703

Kacang Kedelai 365 599 418 144 18.708

Kacang Tanah 773 1.088 964 711 176

Kacang Hijau 103 153 195 96 10

Ubi Kayu 828 1.061 841 512 946

Ubi Jalar 991 1.219 407 581 11.015

Total 210.895 260.029 264.755 273.648 258.707

Sumber : BPS Kab.Bantaeng, 2015

Tabel 2, menunjukkan bahwa jumlah produksi tanaman pangan di Kabupaten Bantaeng tahun 2011-2015 ternyata mengalami penurunan yang sangat signifikan, hal ini terlihat bahwa sektor pertanian tidak mampu menjadi penunjang utama kepada masyarakat petani sebagai kebutuhan pokok petani.

Salah satu penunjang pembangunan pertanian adalah adanya garapan luas lahan yang cukup untuk usaha taninya. Kepemilikan luas lahan mendorong peningkatan produktivitas dalam mengembangkan usaha tani.

(19)

Tabel 3. Luas Lahan Garapan Wilayah menurut Kecamatan dan Desa/

Kelurahan Kabupaten Bantaeng 2015.

Kecamatan Desa/Kelurahan

Status Luas Presentase Terhadap Luas

(D/K) (km2) Kecamatan Kabupaten

Uluere 67,29 17

Bonto Rannu D 4,72 7,01 1,19

Bonto Tallasa D 7,04 10,46 1,78

Bonto Tangnga D 6,85 10,18 1,73

Bonto Daeng D 10,31 15,32 2,60

Bonto Marannu D 19,20 28,53 4,85

Bonto Lojong D 19,17 28,49 4,84

Sumber : Badan Pertanahan Kabupaten Bantaeng, 2015

Berdasarkan pada tabel 3, diketahui bahwa Kecematan Ulu Ere menunjukkan persediaan tanah garap yang luas, namun pada akhirnya semakin menyempit atau terbatas sebagai akibat banyaknya lahan-lahan pertanian yang dijual untuk pemukiman penduduk dan sebagainya. Luas lahan yang semakin sempit tersebut menjadi tidak ekonomis dalam berproduksi,sehingga hasil yang didapat sedikit. Hal ini mengakibatkan pendapatan petani berkurang, sehingga mengakibatkan banyaknya tenaga kerja yang beralih pekerjaan kesektor non pertanian untuk mendapatkan pendapatan yang tinggi guna memenuhi kebutuhan mereka.

(20)

Tabel 4 : Laju Pertumbuhan Profesi Petani Desa Bonto Tallasa dan Desa Bonto Daeng Tahun 2015-2016

Nama Desa Jumlah Petani 2015 2016 Desa Bonto Tallasa 779 703

Desa Bonto Daeng 604 547

Jumlah 1.383 1.250

Sumber : Desa BT. Tallasa,Desa BT.Daeng, 2016

Tabel 4. menunjukkan bahwa, melemahnya penyerapan tenaga kerja terhadap sektor pertanian, menandakan adanya perubahan struktur perekonomian dari sektor pertanian kesektor non pertanian. Salah satu penyebab pergeseran ini adalah perkembangan teknologi-teknologi yang dapat mengganti tenaga kerja, seperti penggunaan tenaga ternak, tenaga traktor, dan mekanisasi pemeliharaan tanaman. Selain itu tingkat pendidikan juga berpengaruh terhadap beralihnya seseorang untuk bekerja kesektor non pertanian. Pada umumnya seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi lebih mampu untuk memilih berbagai alternatif pekerjaan di sektor formal yang dianggap menyenangkan dan lebih menguntungkan serta mereka lebih mampu untuk mengelola suatu usaha sehingga mereka dapat memperoleh imbalan yang layak.

Tingkat pendidikan dalam hal ini dipakai sebagai salah satu alat ukur kualitas tenaga kerja. Hal ini diperkuat dengan pernyataan (Kasryno,1996) mengatakan bahwa terjadinya peningkatan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian sebesar 1,2 persen pertahun sedangkan peningkatan tenaga kerja

(21)

secara keseluruhan sebesar 3,4 persen pertahun, sehingga dengan demikian terlihat adanya penyerapan tenaga kerja sektor pertanian lebih kecil disbandingkan dengan pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja.

Semakin sempitnya kesempatan kerja di sector pertanian kini mulai menyadari tentang pentingnya sektor non pertanian sebagai salah satu alternatif untuk dapat meningkatkan kesejahteraan sekelompok besar masyarakat pedesaan, khususnya kelompok buruh tani dan petani sempit.

Fajri (2009), berpendapat bahwa dipedesaan yang rata-rata penduduknya juga sebagai petani, akan tetapi pekerjaan diluar sektor pertanian sudah mulai menjadi harapan untuk penyerapan tenaga kerja yang terus meningkat sehingga yang menjadi acuan dari faktor-faktor tersebut adalah pemilikan luas lahan, pendapatan, umur, dan pendidikan, status kawin, pengelolaan kerja.

Hal ini menjadi pertimbangan masyarakat petani yang melakukan mobilitas disebabkan petani yang sebelum melakukan mobilitas ternyata terjadi perselesihan pendapatan, sehingga berdampak pada tahapan baik dalam pengelolaannya maupun pasca produksi dalam agribisnis, sebab petani yang tetap dalam hal ini berprofesi tenaga kerja petani maupun yang melakukan mobilitas memberikan pengaruh dalam sistem agribisnis dan mengakibatkan tidak stabilnya system yang sudah ada dalam agribisnis.

Potensi disektor pertanian belum mampu memberikan Ketersediaan kebutuhan sebagian masyarakat dengan harapan dapat meningkatkan

(22)

penghasilan, Sehingga akan ada kekhawatiran mobilitas kerja yang berkaitan dengan tenaga kerja sektor pertanian sesuai dengan pernyataan (Suryana, 2008) bahwa mobilitas tenaga kerja terjadi dari sektor pertania kesektor non pertanian karena tidak adanya tempat berpijak tenaga kerja di sektor pertanian, yang diduga disebabkan oleh jenuhnya penggunaan tenaga kerja disektor pertanian dan adanya kesempatan ekonomi yang didapat dimanfaatkan karena didukung dengan asset dan keterampilan untuk bergerak disektor non pertanian ditengah masyarakat yang akan banyaknya mobilitas tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian, akibatnya system agribisnis tidak akan berjalan baik sebab semua aktivitas yang mengacu pada kegiataan penyediaan sampai dengan pasca produksi akan terhambatnya, alhasil akan berdampak pada perolehan keuntungan.

Dengan demikian agribisnis merupakan usaha pertanian yang mendukung baik dari sektor hulu maupun hilir hal ini dimaksudkan mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan yang mampu memberikan perolehan yang menguntungkan dengan berbagai pengolahan baik dari aspek budidaya, pascapanen, proses pengolahan hingga tahap pemasaran.

Atas dasar pemikiran tersebut, maka dipandang perlu untuk melakukan kajian tentang : Mobilitas Tenaga Kerja Dari Sektor Pertanian Ke Sektor Non Pertanian”

(23)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka masalah pokok yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah pendapatan berpengaruh terhadap mobilitas tenaga kerja Sektor pertanian ke sektor non pertanian di kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng ?

2. Apakah luas lahan berpengaruh terhadap sektor pertanian ke sektor non pertanian di kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng ?

3. Apakah Jumlah tanggungan Keluarga berpengaruh terhadap Sektor pertanian ke sektor non pertanian di kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng ?

4. Apakah umur berpengaruh terhadap Sektor pertanian ke sektor non pertanian di kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Menganalisis pengaruh pendapatan pektor pertanian ke sektor non pertanian di kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng .

2. Menganalisis pengaruh luas lahan sektor pertanian ke sektor non pertanian di kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.

(24)

3. Menganalisis pengaruh jumlah tanggungan keluarga Sektor pertanian ke sektor non pertanian di kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.

4. Menganalisis pengaruh umur terhadap Sektor pertanian ke sektor non pertanian di kecamatan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan latar belakang, permasalahan dan tujuan penelitian ini, maka kegunaan yang diharapkan dalam penelitian yaitu :

1. Penelitian digunakan sebagai salah satu referensi bagi mahasiswa dan peneliti berikutnya khususnya dalam hal mobilitas tenaga kerja .

2. Sebagai salah satu bahan masukan terhadap pemerintah daerah untuk mengambil kebijakan dalam mengatasi mobilitas tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian di kecematan ulu ere kabupaten bantaeng.

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada umumnya mobilitas merupakan perubahan yang mampu bergerak antar lokasi atau antar kegunaan yang berbeda, diantaranya sumber daya alam (SDA), tenaga kerja dan modal. Dalam artian sebagai perubahan pekerjaan tenaga kerja petani dapat diukur dengan berubahnya alokasi jam kerja sebagai petani ke non tani. Dimana jika petani yang mengunakan waktu untuk bekerja lebih banyak proporsinya sebagai non tani sekarang, dibanding sebelumnya, maka dikategorikan melakukan mobilitas pekerjaan yang diberi nilai satu (1), sebaliknya jika seorang petani yang tetap maka diberi nilai nol (0).

A. Mobilitas Tenaga Kerja

Mobilitas tenaga kerja yaitu pendapatan yang hilang dari suatu mata pencaharian yang ditinggalkan sehubungan dengan adanya perpindahan mata pencaharian atau melakukan mobilitas atau perubahan lapangan pekerjaan individu dibandingkan dengan matapencahariannya sendiri pada saat berbeda (Jaffe dan Carleton, 1997). Hal ini diperkuat dengan konsep mobilitas kerja menurut (Khal, 1995) adalah dengan membagi mata pencaharian masyarakat menjadi beberapa kelompok kegiatan ekonomi meliputi :

1. Tenaga ahli

2. Pemilik, pengelola dan pegawai: ( petani ;bukan petani )

(26)

3. Juru tulis, pedagang dan sejenisnya 4. Tenaga kerja terdidik dan mandor

5. Tenaga kerja tidak terlatih : buruh tani, buruh non tani

Hiza Gustiyanto (2005) dalam kajian ekonomi vol. IV No. 1/2005 dengan judul “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas Ulang Alik di Desa Lumpatan Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyumas (Studi Kasus Keluarga Petani)”, diperoleh bahwa faktor yang dominan mempengaruhi mobilitas ulang alik di desa Lumpatan yaitu : penghasilan mempunyai pengaruh positip, pendidikan berpengaruh negatip dan juga luas lahan pertanian untuk status perkawinan dan jenis kelamin berpengaruh tidak nyata. Model ini yang terkenal dengan model pembangunan yang pertama kali memperhatikan proses perpindahan tenaga kerja dari desa ke kota adalah Model Dua Sektor dari Sir W. Arthur Lewis. Kemudian dikembangkan oleh Gustaf Ranis dan John Fei pada tahun 1961, sehingga teori ini dikenal dengan Teori Lewis Fei Ranis.

Mantra (2003:172) mengatakan bahwa mobilitas penduduk dapat dibedakan menjadi dua yaitu mobilitas penduduk vertikal dan mobilitas penduduk horizontal. Mobilitas penduduk vertikal sering disebut dengan perubahan status, dan salah satu contohnya adalah perubahan status pekerjaan. Seseorang yang bermula bekerja di sektor pertanian berpindah pada sektor non pertanian. Sedangkan mobilitas pendu-duk horizontal, atau sering disebut dengan mobilitas penduduk geografis adalah gerak penduduk

(27)

yang melintasi batas wilayah menuju ke wilayah lain dalam periode waktu tertentu.

Menurut Arifin (2001), tenaga kerja merupakan faktor produksi yang bersifat homogen dalam suatu negara, namun bersifat heterogen (tidak identik) antar negara. Rencana pembangunan memuat kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh sektor atau sub sektor ekonomi. Setiap rencana pembangunan sekaligus mencerminkan kebutuhan tenaga kerja terdidik dari masing-masing jenis dan tingkatan pendidikan. Keberhasilan suatu rencana pembangunan sangat tergantung pada kemampuan menyediakan tenaga kerja yang dapat melaksanakannya. Beberapa faktor pendorong mobilitas tenaga kerja seperti terungkap di muka, dapat pula ditentukan oleh perubahan-perubahan dalam beberapa subsistem lain dalam masyarakat. Oleh karena itu, mobillitas tenaga kerja seyogyanya dianalisis sebagai mata rantai dalam proses perubahan sebagai faktor penentu atau sebagai akibat. Sesungguhnya, mobilitas tenaga kerja dapat dipandang sebagai bagian intergral dan kondisi yang penting sekali dari proses perubahan sosial dan perkembangan ekonomi.

Dalam hal ini, mobilitas tenaga kerja dan redistribusi merupakan komponen-komponen penting dalam evolusi masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern. Dalam perspektif yang lebih luas, mobilitas tenaga kerja dan perubahan sosial atau perkembangan ekonomi itu, sebaiknya diperlakukan sebagai suatu rangkaian proses yang saling mempengaruhi, di

(28)

mana perubahan-perubahan yang diakibatkan mobilitas tenaga kerja dapat merangsang perubahan sosial dan pertumbuhan ekonomi yang pada gilirannya dapat merangsang mobilitas tenaga kerja lebih lanjut.

Hubungan antara mobilitas tenaga kerja dan kegiatan-kegiatan pembangunan pedesaan adalah kompleks dan saling mempengaruhi.

Beberapa kegiatan pembangunan tertentu mempunyai dampak yang mempercepat terjadinya mobilitas tenaga kerja, dan sebaliknya ada pula yang cenderung memperlambat terjadinya mobilitas. Karena dampak dari kegiatan-kegiatan pembangunan saling berlawanan itu terhadap mobilitas tenaga kerja masih transparan, maka generalisasi umum sukar dibuat. Untuk itu diperlukan analisis yang terpisah dari kedua kegiatan pembanguan (mempercepat dan memperlambat) yang memberikan dampak berbeda terhadap mobilitas tenaga kerja.

Dalam kaitan dengan kegiatan pembangunan pedesaan atau pembangunan regional dan nasional, mobilitas tenaga kerja dapat dipandang sebagai peubah terpengaruh (akibat) dan selanjutnya dapat pula menjadi peubah pengaruh (penyebab) bagi beragam kegiatan pembangunan. Paling tidak sebagi perubah antara, yang memperlancar kegitan pembangunan pedesaan. Dampak perilaku mobilitas terhadap kehidupan sosial, ekonomi dan kultural bukan hanya terjadi atau menimpa pelaku (movers), tetapi lebih khusus lagi bagi keluarga, komunitas dan daerah asal. Bahkan terhadap daerah tujuan pun (apabila bergerak keluar desa) perlu mendapat perhatian

(29)

karena keberadaan gejala mobilitas penduduk/tenaga kerja sebagai suatu sistem merupakan konsekuensi dari hubungan ketergantungan antara daerah asal dan daerah tujuan.

Menurut Hugo (2005), dampak gerak penduduk tergantung pada sifat atau bentuknya (permanen atau sementara) dan situasi sosial, ekonomi, serta politik di mana gejala itu terjadi. Di samping itu, tergantung pula pada jumlah yang terlibat, lamanya tidak ada, pengaruh ketidakadaan dan kemungkinan kembali, baik bagi movers maupun daerah asalnya. Hal-hal tersebut berkaitan dengan kemungkinan terjadinya arus pertukaran uang, barang, ide, informasi dan sikap-sikap yang sangat penting bagi pembangunan pedesaan dan terjadinya perubahan sosial ekonomi menuju masyarakat yang lebih maju.

Secara administratif termasuk daerah atau wilayah bermuking terlihat bahwa dampak mobilitas tenaga kerja antar sektor pekerjaan terhadap kehidupan sosial ekonomi memperlihatkan sisi positif dan negatif. Pada sisi positif, perilaku mobilitas baik di lingkungan wilayah desa maupun bergerak keluar lingkungan mereka, telah banyak menyokong jumlah penawaran tenaga kerja yang terbatas di pedesaan. Peluang kerja yang tercipta dan atau yang terpaksa diciptakan, tidak lain adalah untuk melangsungkan perekonomian. Pada sisi ini, masyarakat mampu secara aktif membuka peluang usaha baru atau meneruskan peluang usaha yang telah ada menjadi satu basis perekonomian penting bagi dirinya sendiri. Dengan kata lain,

(30)

mobilitas tenaga kerja dapat berperan positif dalam menyeimbangkan keterbatasan daya dukung lahan pertanian dengan peluang sektor ekonomi lain bagi warga.

Mobilitas tenaga kerja tampaknya juga mempunyai sisi negatif.

Kecenderungan warga, khususnya tenaga kerja yang melaukan migrasi keluar daerah, terutama ke kota-kota besar menjadi tidak terkendali. Secara implisit, migrasi tenaga kerja ke kota besar akan membawa pengaruh cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Terlihat lahan pertanian yang menyebabkan pemilikan lahan pertanian rata-rata sempit sehingga mengakibatkan tingkat pendapatan rendah. Adanya tekanan penduduk pedesaan khususnya di daerah pertanian, yang berupa ketidakseimbangan antara pertumbuhan penduduk dengan pemilikan lahan menyebabkan peluang bekerja dipedesaan sangat terbatas, salah satu respon penduduk adalah melakukan mobilitas antar sektor. Menurut Saleh (1990:18) bahwa faktor yang mendorong penduduk untuk meninggalkan desa antara lain karena penghasilan di desa relatif rendah, serta tidak memiliki lahan pertanian yang memadai.

Potensi sumber daya manusia yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk membangun perekonomian desa akan berkurang dan bahkan mungkin menghilang. Sementara itu, kehadiran tenaga kerja dari wilayah perdesaan ke kota-kota besar secara tidak langsung pula akan membawa dampak kehidupan sosial. Terlepas dari semua kenyataan perubahan perilaku sosial

(31)

tenaga kerja di daerah yang diamati, mobilitas tenaga kerja antar sektor pekerjaan di perdesaan tampaknya terjadi karena implikasi logis dari keterbatasan sektor pertanian untuk dapat menampung penawaran jumlah tenaga kerja di satu sisi, dan pertumbuhan ekonomi perkotaan yang semakin meningkat di sisi lain.

Dampaknya terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat, pada masa sekarang ini sedang dalam masa transisi dari kehidupan pertanian subsistem menuju dunia industri modern. Sektor-sektor pekerjaan yang dilakukan warga masyarakat. Salah satu dampak negarif dari mobilitas tenaga kerja, khususnya yang migrasi keluar desa, atau migrasi desa-kota, adalah berkurangnya tenaga-tenaga kerja produktif dan kebanyakan dari jenis kelamin laki-laki. Berkurangnya tenaga kerja ini mengakibatkan pergeseran pola peranan anggora-anggora rumah tangga, yang tercermin dari meningkatnya peranan ganda wanita dalam rangka pencarian nafkah untuk meningkatkan pendapatan rumah tangga. Beberapa implikasi timbul sehubungan dengan dampak mobilitas tenaga kerja, diantaranya bahwa mobilitas tersebut selalu melibatkan perubahan-perubahan dalam beberapa subsistem lain dalam masyarakat. Oleh karena itu, mobilitas tenaga kerja hendaknya dilihat sebagai bagian integral dalam proses perubahan sosial ekonomi.

Mobilitas tenaga kerja dapat mengakibatkan perubahan pendapatan, dan perubahan pendapatan dapat menyebabkan mobilitas tenaga kerja.

(32)

Mobilitas tenaga kerja dapat mengakibatkan perubahan-perubahan dalam kedudukan sosial seseorang, dan orang tersebut mungkin melakukan mobilitas karena perubahan-perubahan dalam kedudukan sosialnya.

Demikian pula, komponen-komponen perubahan sosial dan ekonomi lainnya dalam hubungannya dengan mobilitas tenaga kerja.

Implikasinya lainnya, bahwa bukan hanya daerah perdesaan yang mengalami perubahan karena adanya hubungan pelaku mobilitas, tetapi struktur dan nilai-nilai juga mengalami perubahan. Sebagian besar pelaku mobilitas bekerja di sektor informal dengan lapangan pekerjaan antara lain : bidang jasa, bidang pertukangan, bidang penjualan, bidang pengangkutan sebagai operator seperti tukang becak dan tukang gerobak, serta buruh harian. Masuk ke sektor informal sangat mudah, karena usaha di sektor ini tidak membutuhkan modal (uang dan fisik) yang besar, tidak meminta keterampilan yang tinggi, dapat menggunakan bahan setempat, dan permintaan yang selalu ada akan barang dan jasa yang dihasilkan sektor informal bahwa sifat sektor informal yang tidak membutuhkan modal besar, yang dapat menggunakan bahan setempat dan tidak membutuhkan keterampilan tinggi ini, relatif tidak sensitif terhadap gejolak perekonomian.

Beberapa kasus mengungkapkan bahwa sektor informal merupakan tumpuan bagi tenaga kerja yang tidak berhasil memasuki lapangan pekerjaan dengan penghasilan layak di sektor formal. Struktur pasaran tenaga kerja di sektor informal sangat berbeda dengan di sektor formal. Pasaran tenaga

(33)

kerja dalam sektor formal sendiri memiliki ciri tenaga bergaji yang melakukan tugas pekerjaan permanen, diorganisasi dengan resmi, dilindungi dan tercatat dalam statistik ekonomi. Sedangkan di sektor informal, cirinya yang menonjol adalah adanya hubungan kerja tanpa perjanjian atau kontrak tertulis. Sektor informal pada pokoknya merupakan sumber lapangan kerja sendiri yang kadang-kadang melibatkan tenaga seluruh anggota rumah tangga.

B. Tenaga Kerja

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tenaga kerja artinya kegiatan melakukan sesuatu. Sumber daya manusia (human resource) adalah tenaga kerja yang mampu bekerja melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang mempunyai nilai ekonomis dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat. Tenaga kerja (man power) adalah semua penduduk dalam usia kerja (working age population), yakni (15-64) tahun.

Todaro (2005 :142) menyatakan bahwa banyaknya tenaga kerja berarti banyaknya produktivitas tenaga kerja, sedangkan banyaknya populasi secara keseluruhan meningkatkan jumlah pasar-pasar yang potensial di dalam negri. Kekayaan suatu negara terletak dalam pendapatan nasionalnya.

Pendapatan nasional setiap masyarakat selalu persis sama dengan nilai tukar dari keseluruhan produksi tahunan dari industri, ini berarti kekayaan suatu negara terletak dalam produktifitas tenaga kerjanya. Kegiatan

(34)

perencanaan tenaga kerja daerah yang selama ini di lakukan pada umumnya baru menjangkau tingkat provinsi, sehingga dinilai sudah kurang realistis karena tidak mampu menyentuh pihak yang mempunyai kewenangan memadai dalam pembangunan daerah.Karena itu menempatkan kabupten/kota sebagai obyek dan subyek dalam perencanaan tenaga kerja daerah ini sudah sangat tepat. Selain itu, pendekatan dan metodologi yang digunakan, khususnya dalam penghitungan persediaan dan kebutuhan tenaga kerja masih tergolong konvensional dan manual.

Tenaga kerja merupakan penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Secara garis besar penduduk suatu negara dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja.

Menurut Payaman Siamanjuntak (2002) tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.

Secara praksis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurut dia hanya dibedakan oleh batas umur. Jadi yang dimaksud dengan tenaga kerja yaitu individu yang sedang mencari atau sudah melakukan pekerjaan yang menghasilkan barang atau jasa yang sudah memenuhi persyaratan ataupun

(35)

batasan usia yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang yang bertujuan untuk memperoleh hasil atau upah untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Klasifikasi adalah penyusunan bersistem atau berkelompok menurut standar yang di tentukan. Maka, klasifikasi tenaga kerja adalah pengelompokan akan ketenaga kerjaan yang sudah tersusun berdasarkan kriteria yang sudah di tentukan. Yaitu:

a. Berdasarkan penduduknya

1. Tenaga kerja adalah seluruh jumlah penduduk yang dianggap dapat bekerja dan sanggup bekerja jika tidak ada permintaan kerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja, mereka yang dikelompokkan sebagai tenaga kerja yaitu mereka yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 64 tahun.

2. Bukan tenaga kerja adalah mereka yang dianggap tidak mampu dan tidak mau bekerja, meskipun ada permintaan bekerja. Menurut Undang-Undang Tenaga Kerja No. 13 Tahun 2003, mereka adalah penduduk di luar usia, yaitu mereka yang berusia di bawah 15 tahun dan berusia di atas 64 tahun.

b. Berdasarkan batas kerja

1. Angkatan kerja adalah penduduk usia produktif yang berusia 15-64 tahun yang sudah mempunyai pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, maupun yang sedang aktif mencari pekerjaan.

(36)

2. Bukan angkatan kerja adalah mereka yang berumur 10 tahun ke atas yang kegiatannya hanya bersekolah, mengurus rumah tangga dan sebagainya. Contoh kelompok ini adalah: anak sekolah dan mahasiswa, para ibu rumah tangga dan orang cacat, dan para pengangguran sukarela.

Berdasarkan kualitasnya

1. Tenaga kerja terdidik adalah tenaga kerja yang memiliki suatu keahlian atau kemahiran dalam bidang tertentu dengan cara sekolah atau pendidikan formal dan non formal.

2. Tenaga kerja terlatih adalah tenaga kerjayang memiliki keahlian dalam bidang tertentu dengan melalui pengalaman kerja. Tenaga kerja terampil ini dibutuhkan latihan secara berulang-ulang sehingga mampu menguasai pekerjaan tersebut.

3. Tenaga kerja tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja.

C. Sektor Pertanian

Sektor pertanian hingga kini masih menjadi sumber mata pencaharian utama sebagian besar penduduk Indonesia, pola perkembangan sektor pertanian Indonesia ditempuh melalui 3 kemungkinan pola atau jalur : Jalur kapitalistik, yakni melalui pengembangan usaha tani-usaha tani berskala besar dan melibatkan satuan-satuan yang berskala kecil, Jalur sosialistik,

(37)

yakni melalui pembentukan usaha tani kolektif berskala besar yang diprakarsai oleh negara dan jalur koprasi semi kapitalistik yakni melalui pembinaan usaha tani – usaha tani kecil padat modal yang digalang dalam suatu koperasi nasional di bawah pengelolaan negara.

Hasyim dan Zakaria (2002) menyatakan bahwa masyarakat petani merupakan komponen yang sangat penting mengingat jumlahnya sangat banyak dan umumnya bergerak dibidang usahatani (on farm). Tanpa adanya petani, maka agribisnis tidaklah mungkin berkembang dan tentu saja produk- produk pertanian juga tidak cukup tersedia bagi kita. Untuk meningkatkan taraf hidup petani, mereka harus berperan aktif dan tidak hanya semata-mata menanti uluran tangan pihak lain.

Salah satu teori yang menjelaskan peranan sektor pertanian dalam perekonomian adalah teori petumbuhan ekonomi model lewis tentang proses tranformasi pembangunan ekonomi di negara berkembang. Teori petumbuhan ekonomi lewis diasumsikan bahwa terdapat kelebihan jumlah tenaga kerja dan perekonomian terdiri dari sektor industry (kapitalis) dan sektor pertanian atau disebut dengan sektor subsistem.

Sektor ekonomi pertanian dicirikan dengan sektor yang memberikan tingkat produktifitas (marginal physical produck) relative lebih rendah daripada sektor industry karna jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian lebih banyak dengan tingkat keterampilan lebih rendah dibandingkan yang bekerja di sektor industri.

(38)

Menurut Kuznet (1964), sektor pertanian mampu menghasilkan surplus atau neraca pembayaran karena sumbangannya terhadap ekspor maupun pengembangan produk substitusi impor dan ekspansi sektor nonpertanian melalui penyediaan pangan dan bahan baku bagi industry pengolahan. Peranan penting pertanian antara lain adalah (1) Menyediakan kebutuhan bahan pangan yang diperlukan masyarakat untuk menjamin ketahanan pangan, (2) Menyediakan bahan baku industry, (3) Sebagai pasar potensial bagi produk-produk yang dihasilkan industry, (4) Sumber tenaga kerja dan pembentukan modal yang diperlukan bagi pembangunan sektor lain, (5) Sumber perolehan devisa, (6) Mengurangi tingkat kemiskinan dan peningkatan ketahanan pangan, (7) Menyumbang pembangunan perdesaan dan pelestarian lingkungan.

Perkembangan ekonomi yang menuntut sektor pertanian untuk memberikan konstribusi yang lebih maksimal, sehingga dalam penelitian ini yang ditinjau dari sektor pertaniannya, dimana dilihat dari kondisi kesuburan tanah yang menurut kasat mata, sangat memberikan dukungan dengan standar tingkat kesuburan yang maksimal dibandingkan dengan daerah yang lain. Pada penelitian ini dilihat dari sudut pandang tingkat tenaga kerja disektor pertanian mampu menyediakan lapangan pekerjaan disamping dengan adanya dukungan dari pemerintah daerah yang menjadi program unggulan disektor pertanian dengan meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas tanaman pangan dan pengembangan agrowisata serta lembaga

(39)

pendukung lainya yang mampu menopang kelangsungan para petani.

Sehingga berkembanglah kelompok-kelompok tani yang professional dalam meningkatkan produtifitas tenaga kerja disektor pertanian. Namun berdasarkan kondisi sumberdaya alam yang tak menentu membuat para petani jika ditinjau dari mata pencahariannya beralih kesektor industri atau non pertanian yang menjadi curahan kerja.

Hal ini dapat dilihat dengan beragamnya jenis komoditas pertanian tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan yang sudah sejak lama diusahakan sebagai sumber pangan dan pendapatan masyarakat. Keanekaragaman hayati yang didukung dengan sebaran kondisi geografis berupa dataran rendah dan tinggi, limpahan sinar matahari dan intesitas curah hujan yang hampir merata sepanjang tahun di sebagian wilayah, serta keanekaragaman jenis tanah memungkinkan di budidayakannya aneka jenis tanaman dan ternak asli daerah tropis, serta

komoditas introduksi dari daerah sub tropis secara merata sepanjang tahun.

Memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan belum dimanfaatkan secara optimal. Data dari kajian akademis yang dilaksanakan oleh direktorat jenderal pengelolaan lahan dan air, kementerian pertanian pada tahun 2006 memperlihatkan bahwa total luas daratan Indonesia adalah sebesar 192 juta ha, terbagi atas 123 juta ha (64,6 persen) merupakan kawasan budidaya dan 67 juta ha sisanya (35,4 persen) merupakan kawasan lindung. Dari total luas kawasan budidaya, yang berpotensi untuk areal

(40)

pertanian seluas 101 juta ha, meliputi lahan basah seluas 25,6 juta ha, lahan kering tanaman semusim 25,3 juta ha dan lahan kering tanaman tahunan 50,9 juta ha.

Sampai saat ini, dari areal yang berpotensi untuk pertanian tersebut, Jumlah luasan dan sebaran hutan, sungai, rawa dan danau serta curah hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun sesungguhnya merupakan potensi alamiah untuk memenuhi kebutuhan air pertanian apabila dikelola dengan baik. Dimana sektor pertaniannya telah berkembang maju, peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan menengah dan pendidikan tinggi pertanian, pengembangan program studi bidang pertanian yang mampu menarik generasi muda, serta program-program lain yang bertujuan untuk menggali potensi, minat, dan bakat generasi muda di bidang pertanian serta melahirkan generasi muda yang mempunyai sikap ilmiah, professional, kreatif, dan kepedulian sosial yang tinggi demi kemajuan pertanian Indonesia.

Optimalisasi pertanian secara menyeluruh serta menuntut pemanfaatan lahan tidur untuk pertanian yang produktif dan ramah lingkungan. Regulasi konversi lahan dengan ditetapkannya kawasan lahan abadi yang eksistensinya dilindungi oleh undang-undang. Penguatan sistem kelembagaan tani dan pendidikan kepada petani, berupa program insentif usaha tani, program perbankan pertanian, pengembangan pasar dan jaringan pemasaran yang berpihak kepada petani, serta pengembangan industrialisasi

(41)

yang berbasis pertanian/pedesaan, dan mempermudah akses-akses terhadap sumber-sumber informasi IPTEK.

D. Problematika Sektor Pertanian

Sebagian besar petani di Indonesia dikategorikan sebagai petani gurem. Dengan penguasaan asset produksi minimal dan jauh dari memadai untuk suatu usaha yang layak bagi pemenuhan pendapatan keluarga. Dari keadaan ini tercermin bahwa peningkatan kesejahteraan petani tidak akan tercapai apabila hanya mengandalkan pada hasil pertaniannya. Upaya-upaya peningkatan pendapatan petani dari usaha tani yang diusahakan perlu ditambahkan dengan pendapatan yang diperoleh dari usaha atau bekerja di luar usaha tani atau di luar sektor pertanian.

Fenomena ekspansi sektor industri mendorong terjadinya proses transformasi ekonomi dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa.

Proses transformasi ini akan berhenti manakala tingkat upah di sektor pertanian mendekati tingkat upah di sektor industri. Fenomena ini menyebabkan luas lahan pertanian produktif relatif semakin sempit karena terjadinya alih fungsi lahan dari lahan pertanian untuk kebutuhan pemukiman industry infrakstruktur jalan dll. Ledakan jumlah penduduk menyebabkan krisis terhadap tersedianya lahan pertanian karena terjadinya alih fungsi lahan yang kecendrungan semakin meningkat dari waktu ke waktu dan menimbulkan persoalaan pengangguran tersembunyi atau pengangguran tak ketara suatu keadaan yang ditimbulkan karena petani

(42)

semakin kehilangan lahan pertanian serta dalam jangka panjang krisis sektor pertanian akan menyebabkan terjadinya kemiskinan di pedesaan.

Namun yang perlu dikritisi adalah bahwa peningkatan produksi pertanian lebih banyak karena upaya intensifikasi pertanian melalui panen 2 atau 3 kali setahun dan ekstentifikasi pertanian dengan memperluas lahan pertanian sementara relative masih sedikit yang yang berkaitan dengan upaya aplikasi teknologi. Hal ini cukup merisaukan karena tekanan kebutuhan lahan yang cukup tinggi menyebabkan lahan pertanian semakin termarginalkan dan bergeser ke daerah yang tingkat produktifitasnya lebih rendah.Implikasi yang ditimbulkan dari fenomena ini adalah terjadinya penurunan dan perlambatan produksi pertanian khususnya produksi padi.

Adapun kendala yang dihadapi dalam pengembangan pertanian khususnya petani skala kecil antara lain :

1. Lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap sumber permodalan.

Salah satu factor produksi penting dalam usaha tani adalah modal.

Besar kecilnya kala usaha tani yang dilakukan tergantung dari pemilikan modal. Secara umum pemilikan modal petani masih relative kecil.Karena modal ini biasanya bersumber dari penyisihan pendapatan usaha tani sebelumnya. Untuk memodali usaha tani selanjutnya petani terpaksa memilih alternative lain. Yaitu meminjam uang pada orang lain yang lebih mampu (Pedagang) atau segala kebutuhan usaha tani diambil dulu dari toko dengan perjanjian pembayarannya setelah panen. Kondisi seperti

(43)

inilah yang menyebabkan petani sering terjerat pada system pinjaman yang secara ekonomi merugikan pihak petani.

2. Ketersidiaan lahan dan masalah kesuburan tanah

Kesuburan tanah sebagai factor produksi utama dalam pertanian.

Permasalahannya bukan saja menyangkut makin terbatasnya lahan yang dapat dimanfaatkan petani tetapi juga berkaitan dengan perubahan perilaku petani dalam berusaha tani.

3. Pengadaan dan penyaluran sarana produksi

Sarana produksi sangat dibutuhkan dalam proses produksi untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Pengadaan sarana produksi itu bukan hanya menyangkut ketersiadaannya dalam jumlah yang cukup tetapi yang lebih penting adalah jenis dan kualitasnya.

4. Terbatasnya kemampuan dalam penguasaan teknologi

Usaha pertanian merupakan suatu proses yang memerlukan jangka waktu tertentu. Dalam proses tersebut akan terakumulasi berbagai factor produksi dan sarana produksi yang merupakan factor masukan produksi yang diperlukan dalam proses tersebut untuk mendapatkan keluaran yang diinginkan.

5. Lemahnya organisasi dan manajemen usaha tani

Organisasi merupakan wadah yang sangat penting dalam masyarakat terutama kaitannya dengan penyampaian informasi (top down) dan penyaluran inspirasi para anggotanya.

(44)

6. Kurangnya kuantitas dan kualitas sumber daya manusia untuk sektor agribisnis. Petani merupakan sumber daya manusia yang memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan suatu kegiatan usaha tani karena petani merupakan pekerja dan sekaligus manajer dalam usaha tani itu sendiri.

Selain itu ada Beberapa hal yang menyebabkan pertanian kita menjadi tidak maju adalah:

1. Kurangnya penyuluhan atau distribusi ilmu terhadap petani 2. Rendahnya kualitas dan kuantitas SDM petani

3. Persaingan dengan sumber energi dan konversi lahan ke non pertanian

Dengan melihat permasalahan-permasalahan di bidang pertanian ada antisipasi dini agar ini terhindar dari rawan pangan. Hal ini sebagai peningkatan ketahanan pangan. Tujuan ini untuk memfasilitasi peningkatan dan keberlanjutan ketahanan pangan sampai tingkat rumah tangga sebagai bagian dari ketahanan nasional.

Sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional. Peranan tersebut antara lain: meningkatkan penerimaan devisa negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan kebutuhan konsumsi, bahan baku industri dalam negeri serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya kontribusi sektor

(45)

pertanian terhadap sektor agribisnis, dimana agribisnis memiliki pertumbuhan yang positif.

Pertanian sangat berperan dalam pembangunan suatu daerah dan perekonomian dengan, pertanian harapannya mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi penduduk, sebagai sumber pendapatan, sebagai sarana untuk berusaha, serta sebagai sarana untuk dapat merubah nasib ke arah yang lebih baik lagi. Peranan pertanian/agribisnis tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan ekonomi petani dengan cara pemberdayaan ekonomi kerakyatan.

Pembangunan pertanian dimasa yang akan datang tidak hanya dihadapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, namun juga dihadapkan pula pada tantangan untuk menghadapi perubahan tatanan politik di Indonesia yang mengarah pada era demokratisasi yakni tuntutan otonomi daerah dan pemberdayaan petani. Disamping itu, dihadapkan pula pada tantangan untuk mengantisipasi perubahan tatanan dunia yang mengarah pada globalisasi dunia. Oleh karena itu, pembangunan pertanian di Indonesia tidak saja dituntut untuk menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi namun juga mampu mengembangkan pertumbuhan daerah serta pemberdayaan masyarakat. Ketiga tantangan tersebut menjadi sebuah kerja keras bagi kita semua apabila menginginkan pertanian kita dapat menjadi pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan dapat menjadi motor penggerak pembangunan bangsa.

(46)

E. Penelitian Terdahulu

Hiza Gustiyanto (2005) dalam kajian ekonomi vol. IV No. 1/2005 dengan judul “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilitas Ulang Alik di Desa Lumpatan Kecamatan Sekayu Kabupaten Musi Banyumas (Studi Kasus Keluarga Petani)”, diperoleh bahwa faktor yang dominan mempengaruhi mobilitas ulang alik di desa Lumpatan yaitu : penghasilan mempunyai pengaruh positip, pendidikan berpengaruh negatif dan juga luas lahan pertanian untuk status perkawinan dan jenis kelamin berpengaruh tidak nyata.

Umi Darojah (2012). perubahan struktur ekonomi dari ekonomi pertanian ke ekonomi industri pada masyarakat desa kubangwungu kecematan ketanggungan kabupaten brebes tahun 1969-2010. Jurnal of Education Social Studies. Penelitian ini mengunakan teori perubahan struktur dan metode kualitatif. Focus kajian penelitian ini pada perubahan struktur ekonomi masyarakat yang didalamnya disebutkan sebagaimana perubahan matapencaharian masyarakat yang dahulunya bermata pencaharian petani beralih menjadi bermata perncaharian industry, yakni industry tali tambang.

Eman Sulaiman,dkk.2007. Pergeseran Mata Pencaharian Masyarakat Desa Peseurjaya Kecematan Telukjambe Timur Kabupaten Karawang.

Solusi.Vol.4.No.8.,hlm.46-47. Penelitian ini mengunakan teori pergeseran mata pencaharian dan metode deskriptip analitik. Alhasil ditemukan

(47)

persamaan terletak pada faktor-faktor mobilitas kearah dampak mobilitas sosial.

F. Kerangka Konseptual

Berdasarkan kajian Teori tesebut, maka dapat disusun kerangka konseptual dalam penelitian ini. Pengaruh yang mempengaruhi mobilitas tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian adalah (1) tingkat pendapatan, (2) Luas Lahan, (3) Jumlah Tanggungan Keluarga, (4) Umur.

(48)

Kerangka konsepual dalam penelitian ini dalam bentuk skema atau model sederhana adalah sebagai berikut

Keterangan : Hubungan Fungsional Hubungan Relasional

Gambar 1. Kerangka Konseptual Mobilitas Tenaga Kerja Dari Sektor Pertanian Ke Sektor Non Pertanian Di Kecematan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.

1. Pendapatan 2. Luas Lahan

3. Jumlah Tanggungan Keluarga

4. Umur

Mobilitas Tenaga Kerja Dari Sektor Pertanian Ke Sektor Non Pertanian

Sektor Non Pertanian Sektor

Pertanian

Pilihan Pekerjaan Individu Persepsi Terhadap

Pekerjaan Pertanian

(49)

G. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, tujuan, tinjauan pustaka, serta dasar teori yang telah diuraikan maka hipotetsis dalam penelitian adalah :

1. Diduga bahwa pendapatan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan mobilitas tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

2. Diduga luas lahan berpengaruh positif dan berbanding lurus terhadap keputusan mobilitas tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

3. Jumlah tanggungan keluarga berpengaruh positif terhadap keputusan mobilitas tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian 4. Diduga Umur berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan

mobilitas tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian

Metode penelitian ini mengunakan pendekatan deskiptif kualitatif dan kuantitatif tentang gambaran umum responden terhadap mobilitas tenaga kerja disektor pertanian ke sektor non pertanian. Hal ini dipertegas dengan pernyataan (Husein, 1997), bahwa analisis kualitatif dilakukan apabila data empiris yang diperoleh adalah data berupa kumpulan data kuantitatif.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli - Juni 2017. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara sengaja (purposive), yaitu di Kabupaten Bantaeng, dengan alasan bahwa yaitu pemilihan secara langsung dengan pertimbangan bahwa didaerah tersebut merupakan wilayah yang mempunyai para petani yang melakukan mobilitas tenaga kerja tinggi yang diambil dari desa yang mewakili Kecamatan Ulu Ere yaitu Desa Bonto Tallasa dan Bonto Daeng yang masih dalam lingkup pedesaan di Kabupaten Bantaeng.

(51)

C. Populasi dan Teknik Sampel

Populasi diartikan sebagai keseluruhan dari subjek atau objek penelitian dalam ruang lingkup dan waktu yang telah ditentukan.

(Sugiono,2006). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang melakukan mobilitas tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian atau pekerja yang pindah dan yang tidak pindah, dalam artian bahwa petani yang mengunakan alokasi jam kerjanya lebih banyak di sektor non pertanian sekarang, dibanding sebelumnya maka diberi nilai satu (1), sebaliknya jika petani tetap maka diberi nilai nol (0) di Kecematan Ulu Ere Kabupaten Bantaeng.

Menurut Ruslan (2006) sampel adalah kelompok kecil yang diamati dan merupakan bagian dari populasi sehingga sifat dan karakteristik populasi juga dimiliki oleh sampel. kemudian ditentukan secara survey yakni penelitian dimana informasi dikumpulkan dari sejumlah sampel berupa orang, pertanyaan atau kuesioner dan wawancara baik tertulis Maupun lisan (Zikmund,2000). Dari kecamatan yang telah ditetapkan sebagai kecamatan sampel yaitu Kecamatan Ulu Ere, secara sengaja kemudian diambil desa sebagai sampel yang mewakili dan menggambarkan secara keseluruhan di kecamatan tersebut. Adapun jumlah petani Desa Bonto Tallasa sebanyak 2824 orang dan Desa Bonto Daeng 1948 orang.

(52)

Cara penentuan sampel dari polulasi yang ada, digunakan rumus Slovin sebagai berikut:

Dimana :

n: jumlah sampel

N: jumlah populasi

e: batas toleransi kesalahan (11 %) sehigga diperoleh jumlah sampel

Sampel

Berdasarkan hasil perhitungan maka jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 81 orang responden. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan di 2 Desa yaitu Desa Bonto Tallasa dan Desa Bonto Daeng. Selanjutnya dihitung dengan mengunakan rumus Sugiono yaitu :

,n

Dimana : Ni = jumlah populasi pada desa ke-i N = Jumlah populasi seluruhnya Hi = Jumlah sampel pada desake-i

(53)

Tabel 5. Penentuan Sampel

Desa Perhitungan Jumlah Sampel

Desa Bonto Tallasa

48

Desa Bonto Daeng

33

Total 4772 81

Sumber : Data Primer, 2017

Tabel 5. menunjukkan bahwa di Desa Bonto Tallasa jumlah sampelnya adalah 48 orang dan di Desa Bonto Daeng dengan jumlah 33 orang. Hal ini ditentukan dengan ketentuan rumus (Sugiono,2004). Sehingga dengan ketentuan yang ada berdasarkan data pada tabel 2. kriteria tersebut dapat dikelompokkan pekerjaan utama seseorang disektor pertanian atau non pertanian memperhatikan mobilitas tenaga kerja. Responden dalam penelitian ini di peroleh dengan cara purposive sampling (pemilihan secara langsung). Adapun responden dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Pekerjaan utama disektor pertanian (Tetap ) b. Pekerjaan utama disektor Non pertanian (Pindah)

Untuk lebih jelasnya dalam penelitian ini memberikan batasan permasalahan dengan beberapa pemikiran tentang tenaga kerja sebagai berikut :

a. Apabila seseorang anggota populasi melakukan mobilitas tenaga kerja, sedangkan curahan tenaga kerjanya lebih banyak disektor non

(54)

pertanian, maka dinyatakan pekerjaan utamanya berada di sektor non pertanian

b. Apabila anggota populasi mempunyai pekerjaan khususnya sektor pertanian dan non pertanian, maka pekerjaan utamanya dicoba didekati dengan mengukur ratio pencurahan kerja disektor pertanian yang dirumuskan (Gunawan, 1997) sebagai berikut :

L : Ratio pencurahan kerja

CK : Jumlah Jam kerja yang dicurahkan untuk kegiatan produktif, dalam hal ini kegiatan di sektor pertanian diukur pada saat puncak kegiatan di sektor pertanian ( proses penanaman,

pengolahan, dan panen).

CH : Jumlah jam kerja , yaitu jumlah jam kerja potensial yakni jumlah jam kerja selama seminggu dan dianggap bekerja penuh

apabila mencurahkan kerja sebanyak 35 jam kerja perminggu.

Selanjutnya dalam penelitian ini pekerjaan seseorang sebagai berikut:

Pencurahan kerja L > 50% Pekerjaan utamanya disektor pertanian

L < 50% Pekerjaan utamanya diluar sektor pertanian.

c. Pekerjaan utama kepala keluarga secara tradisionil merupakan lapangan pekerjaan bagi anggota keluarganya, oleh karenanya apabila

(55)

terdapat perbedaan lapangan pekerjaan antara kepala rumah tangga anggota keluarganya dapat dinyatakan terjadi mobiltasi kerja anggota rumah tangga. Adapun beberpa batasan yang ditetapkan dalam mobilitasi kerja yaitu perseorangan (individu) adalah perubahan mata pencaharian individu (kepala keluarga) dibandingkan pada saat yang berbeda.

Menurut Wetik (2004) bahwa jam hari kerja meliputi :1) Lamanya seseorang mampu bekerja secara baik, Hubungan antara waktu kerja dengan waktu istirahat, jam kerja sehari meliputi pagi, siang, sore dan malam. Lamanya seseorang mampu bekerja sehari secara baik pada umumnya 6 sampai 8 jam, sisanya 16 sampai 18 jam digunakan untuk keluarga, masyarakat untuk istirahat dan lain-lain. Jadi satu minggu seseorang bisa bekerja dengan baik selama 40 sampai 50 jam, menunjang pada kelancaran produksi usaha baik individu ataupun kelompok.

D. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif, yaitu meliputi :

1. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari responden yakni, petani yang melakukan mobilitas tenaga kerja yang menjadi objek dalam penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

Dapat dilihat bahwa angka porositas terbesar terletak pada spesimen B yang merupakan hasil pengecoran dari almuniun yang menggunakan media pasir cetak dengan campuran pasir

Struktur atas mencakup perencanaan atap (kuda-kuda) dan beton bertulang ( plat lantai, tangga, balok dan kolom), sedangkan struktur bawah mencakup struktur pondasi1.

Chapter 1: Technologies of Sustainable Development in Civil Engineering, Transportation and Urban Planning.. Abstract:Motorcycle dominates traffic in Bali, particularly in urban

10 Jan 2019 Penulis diberi tugas untuk melakukan pengecekan komputer yang tidak terhubung dengan jaringan SEGOROAMARTO pada bidang Jaminan Kesehatan Daerah

Menurut hasil pengamatan dan observasi yang telah di lakukan di lapangan dari ketiga variabel tersebut (daya tarik yang dimiliki objek wisata tersebut, aksesbilitas

Hasil penelitian PATANAS 2010 tentang kegiatan transaksi lahan di pedesaan, terutama menyangkut penambahan dan pelepasan lahan menunjukkan bahwa kasus penambahan

Dengan diketahuinya kata- kata yang berkonotasi tidak baik pada siswa SMK di sekitar Terminal Wangon, maka hal ini akan menjadikan tambahan kajian prinsip kesantunan pada

Demikian Pengumuman ini dibuat untuk dapat dipergunakan