• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI - SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PERKERASAN JALAN BETON

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR KONSTRUKSI - SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN PERKERASAN JALAN BETON"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

SEKTOR KONSTRUKSI - SUB SEKTOR SIPIL JABATAN KERJA PELAKSANA LAPANGAN

PERKERASAN JALAN BETON

KODE UNIT KOMPETENSI

SPL.KS21.225.00

BUKU INFORMASI

2011

MELAKSANAKAN PENGENDALIAN MUTU DAN WAKTU DALAM PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

B A D A N P E M B I N A A N K O N S T R U K S I

PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI

(2)

Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi untuk jabatan kerja Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton ini dibuat sesuai dengan ketentuan dalam Surat Perjanjian Kerja Konsultansi No.

10/KONTRAK/PPK/Kt/2011, tanggal 14 Juni 2011 yang telah ditanda tangani oleh Pihak Kesatu Pejabat Pembuat Komitmen Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi, Badan Pembinaan Konstruksi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Pihak Kedua Direktur Utama PT Binatama Wirawredha Konsultan.

Dalam penyusunan Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi jabatan kerja Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton ini adalah agar tercapai penyusunan materi latih di bidang perkerasan jalan beton dalam upaya mendukung kelancaran pelatihan berbasis kompetensi. Selain itu penyusunan Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi menuangkan hasil identifikasi silabus, strategi pencapaian tujuan pelatihan dan pembelajaran dalam formal Kurikulum Pelatihan Berbasis Kompetensi yang terdiri dari Buku Kerja, Buku Informasi dan Buku Penilaian.

Demikian Modul Pelatihan Berbasis Kompetensi untuk Jabatan Kerja Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton kami susun sesuai dengan ketentuan Permen No. 14/PRT/M/2009 dan Kerangka Acuan Kerja (KAK) yang diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tahapan- tahapan kegiatan yang telah dilaksanakan.

Kepala Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi

Dr. Ir. Andreas Suhono, M.Sc.

NIP : 110033451

(3)

Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

i

BAB I

PENGANTAR

1

1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi 1

1.2 Penjelasan Materi Pelatihan 1

1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini (RCC) 2

1.4 Pengertian-Pengertian Istilah 3

BAB II

STANDAR KOMPETENSI

4

2.1 Peta Paket Pelatihan 4

2.2 Pengertian Unit Standar 4

2.3 Unit Kompetensi yang dipelajari 4

2.3.1 Judul Unit 4

2.3.2 Kode Unit 4

2.3.3 Deskripsi Unit 5

2.3.4 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja 5

2.3.5 Batasan Variabel 6

2.3.6 Panduan Penilaian 6

2.3.7 Kompetensi Kunci 7

BAB III

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

8

3.1

Strategi Pelatihan 8

3.2

Metode Pelatihan 8

BAB IV

PENGENDALIAN MUTU DAN WAKTU DALAM PELAKSANAAN PERKERASAN

JALAN BETON

10

4.1 Umum

10

4.1.1 Urutan Pelaksanaan Pekerjaan 10

4.1.2 Jadwal Waktu Pelaksanaan 10

4.1.3 Percepatan Pekerjaan 10

4.1.4 Pengendalian Mutu 11

4.2 Penyusunan Urutan Pelaksanaan Pekerjaan

11

(4)

4.2.1 Penyusunan Urutan Pembuatan Sambungan 12 4.2.2 Penyusunan Urutan Pengecoran, Penghamparan, Pemadatan dan

Penyelesaian Akhir Permukaan Beton 14

4.2.3 Penyusunan Urutan Penyelesaian, Pengujian Kerataan Permukaan,

Perawatan dan Perlindungan Beton 15

4.3 Penyiapan Jadwal Waktu Pelaksanaan

18

4.3.1 Perhitungan Jadwal Waktu Pelaksanaan 18

4.3.2 Penyiapan Jadwal Waktu Pelaksanaan 19

4.3.3 Penyiapan Kurva-S 23

4.4 Percepatan Pekerjaan

26

4.4.1 Evaluasi Penyebab Keterlambatan 26

4.4.2 Rencana Penanggulangan Keterlambatan 27

4.4.3 Rencana Jadwal Waktu Uji Coba kemampuan 28

4.4.4. Pelaksanaan Uji Coba Kemampuan 29

4.5 Pengendalian Mutu

29

4.5.1 Pengendalian Pembuatan Sambungan 33

4.5.2 Pengendalian Pengecoran, Penghamparan, Pemadatan dan

Penyelesaian Akhir Beton 42

4.5.3 Pengendalian Penyelesaian Permukaan dan Pengujian Kerataan Permukaan, Perawatan dan Perlindungan Beton

46

4.5.4 Pembuatan Catatan Pengendalian Mutu dan Waktu 51

BAB V

SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI

55

5.1 Sumber Daya Manusia 55

5.1.1 Pelatih (Instruktur) 55

5.1.2 Penilai 59

5.1.3 Peserta Pelatihan 59

5.1.4 Teman Kerja/Sesama Teman pelatihan 59

5.2 Sumber-Sumber Perpustakaan 59

5.3 Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan 59

LAMPIRAN 61

(5)

Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

BAB I PENGANTAR

1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi

1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi

Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan yang memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan di tempat kerja agar dapat melakukan pekerjaan dengan kompeten.

1.1.2 Arti menjadi kompeten di tempat kerja

Jika anda kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka anda memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah disetujui.

1.2 Penjelasan Materi Pelatihan 1.2.1 Desain materi pelatihan

Materi Pelatihan didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan Pelatihan Individual/Mandiri :

1. Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang pelatih di kelas.

2. Pelatihan Individual/Mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta dengan bela jar sendiri menggunakan modul-modul yang diperlukan dengan bantuan pelatih (siswa aktif).

1.2.2 Isi materi pelatihan 1. Buku informasi

Buku Informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta pelatihan.

Materi pelatihan yang ditulis dalam Buku Informasi ini telah disusun sesuai dengan cakupan 4 Elemen Kompetensi dan 14 Kriteria Unjuk Kerja untuk unit kompetensi dengan kode unit SPL.KS21.225.00 Elemen-elemen Kompetensi dan Kriteria-kriteria Unjuk Kerja tersebut diuraikan dalam 4 Sub Bab yaitu

1) Pengertian Umum,

2) Penyusunan Urutan Pelaksanaan Pekerjaan, 3) Penyiapan Jadwal Waktu Pelaksanaan, 4) Percepatan Pekerjaan, dan

5) Pengendalian Mutu

Selain itu, sebelum penulisan Bab IV, Buku Informasi ini dilengkapi dengan 3 Bab yang mendahuluinya yaitu berturut-turut Kata Pengantar, Standar Kompetensi, dan Strategi dan Metode Pelatihan. Kemudian setelah penulisan Bab IV selesai, Buku Informasi diselesaikan dengan Bab V Sumber-sumber Yang Diperlukan Untuk Mencapai Kompetensi, yang menguraikan Sumber Daya Manusia, Sumber Perpustakaan, dan Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan. Dengan substansi-substansi yang dicakup dalam Buku Informasi tersebut diharapkan pelatih maupun peserta pelatihan mendapatkan informasi yang cukup untuk mencapai maksud dan tujuan pelatihan.

(6)

2. Buku kerja

Buku Kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap pertanyaan dan kegiatan praktek baik dalam pelatihan klasikal maupun pelatihan individual /mandiri.

Buku diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:

1) Kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk mempelajari dan memahami informasi.

2) Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memantau pencapaian keterampilan peserta pelatihan .

3) Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam melaksanakan praktek kerja.

3. Buku penilaian

Buku Penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi:

1) Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai pernyataan keterampilan.

2) Metode-metode yang disarankan adalah proses penilaian keterampilan peserta pelatihan.

3) Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai keterampilan.

4) Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja.

5) Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek.

6) Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

1.2.3 Pelaksanaan materi pelatihan

1. Pada pelatihan klasikal pelatih akan:

1) Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan sebagai sumber pelatihan.

2) Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.

3) Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam penyelenggaraan pelatihan.

4) Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban/tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja.

2. Pada pelatihan individual/mandiri peserta pelatihan akan:

1) Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan.

2) Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja.

3) Memberikan jawaban pada Buku Kerja.

4) Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja.

5) Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih.

1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini / Recognition of Current Competency (RCC)

Apakah yang dimaksud dengan Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency) ?

Jika anda telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk seluruh elemen kompetensi dari suatu unit kompetensi tertentu, anda dapat mengajukan pengakuan kompetensi

(7)

Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

terkini (RCC). Berarti anda tidak akan dipersyaratkan untuk belajar kembali agar dapat diakui telah memiliki kompetensi pada unit kompetensi dimaksud.

Anda mungkin telah memiliki pengetahuan dan keterampilan, karena anda telah:

1.3.1 Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan dan keterampilan yang sama,

1.3.2 Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama, atau

1.3.3 Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan keterampilan yang sama.

1.4 Pengertian-Pengertian Istilah Profesi

Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta ketrampilan / keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan, pelatihan dan pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan.

Standardisasi

Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu standar tertentu.

Penilaian / Uji Kompetensi

Penilaian / Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) serta keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan.

Pelatihan

Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuik mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus pada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.

Sertifikat Lulus Pelatihan

Sertifikat Lulus Pelatihan adalah pengakuan tertulis kepada Peserta Pelatihan yang telah mengikuti Pelatihan Berbasis Kompetensi, yang dinilai memperoleh nilai hasil pelatihan sama atau melebihi standar batas lulus yang disyaratkan dalam pelatihan dimaksud.

Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan seseorang untuk menunukkan aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan serta penerapan dari ketiga aspek tersebut di tempat kerja untuk mencapai unjuk kerja yang ditetapkan.

Standar Kompetensi

Standar Kompetensi adalah standar yang ditampilkan dalam istilah-istilahhasil serta memiliki format standar yang terdiri dari judul unit, deskripsi unit, elemen kompetensi, kriteria unjuk kerja, ruang lingkup serta pedoman bukti.

Sertifikat Kompetensi

Sertifikat Kompetensi adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada seseorang yang dinyatakan kompeten, yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi Profesi.

(8)

Sertifikasi Kompetensi

Sertifikasi Kompetensi adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi melalui proses penilaian/uji kompetensi.

(9)

Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

BAB II

STANDAR KOMPETENSI

2.1 Peta Paket Pelatihan

Untuk mempelajari materi latihan ini perlu membaca dan memahami ketentuan- ketentuan atau peraturan perundang-undangan yang antara lain berkaitan dengan:

1. Pelaksanaan Konstruksi Bangunan Pengaman Pantai untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan.

2. Keselamatan dan Keselamatan Kerja.

2.2 Pengertian Unit Standar Standar Kompetensi?

Standar Kompetensi menentukan:

Pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai kompetensi.

Standar yang diperlukan untuik mendemonstrasikan kompetensi.

Kondisi dimana kompetensi dicapai.

Yang akan anda dipelajari dari Unit Kompetensi ini

Anda akan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan dipersyaratkan untuk “menerapkan prosedur-prosedur mutu”.

Lama unit kompetensi ini dapat diselesaikan

Pada sistem pelatihan berdasarkan kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam keterampilan tertentu.

Banyak kesempatan yang anda miliki untuk mencapai kompetensi

Jika anda belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama, Pelatih anda akan mengatur rencana pelatihan dengan anda. Rencana ini akan memberikan anda kesempatan kembali untuk meningkatkan level kompetensi anda sesuai dengan level yang diperlukan. Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 kali.

2.3 Unit Kompetensi yang dipelajari

Dalam sistem pelatihan, standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta pelatihan untuk dapat:

1. Mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan oleh peserta pelatihan.

2. Mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan oleh peserta pelatihan.

3. Memeriksa kemajuan peserta pelatihan.

4. Meyakinkan bahwa semua elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.

2.3.1 Judul unit

Melaksanakan Pengendalian Mutu dan Waktu Dalam Pelaksanaan Perkerasan Jalan Beton 2.3.2 Kode unit

SPL.KS21.225.00

(10)

2.3.3 Deskripsi unit

Unit Kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan untuk dapat melaksanakan pengendalian mutu dan waktu dalam pelaksanaan perkerasan jalan beton

2.3.4 Elemen kompetensi dan kriteria unjuk kerja

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menyusun urutan pelaksanaan pekerjaan

1.1 Urutan pemasangan sambungan memanjang dan sambungan melintang untuk pekerjaan perkerasan jalan beton disusun

1.2 Urutan pelaksanaan pengecoran, penghamparan, pemadatan dan penyelesaian akhir beton untuk pekerjaan perkerasan jalan beton disusun

1.3 Urutan pelaksanaan penyelesaian permukaan dan pengujian kerataan permukaan jalan beton, perawatan dan perlindungan beton serta pemenuhan terhadap toleransi sesuai spesifikasi teknis. disusun

2. Menghitung waktu

pelaksanaan pekerjaan untuk setiap jenis pekerjaan dan menyiapkan jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan

2.1. Kebutuhan waktu pelaksanaan pekerjaan untuk setiap jenis pekerjaan dihitung

2.2. Jadwal waktu pelaksanaan untuk setiap jenis pekerjaan disiapkan

2.3. Kuva-S sebagai jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton disiapkan

3. Melaksanakan percepatan pekerjaan jika terjadi keterlambatan di lapangan

3.1. Data pekerjaan yang diduga menjadi penyebab

keterlambatan di lapangan dikumpulkan dan dianalisis 3.2. Data dan rencana penanggulangan keterlambatan

pekerjaan diajukan ke forum Show Cause Meeting 3.3. Rencana jadwal rinci pelaksanaan uji coba kemampuan

sebagaimana ditentukan dalam Show Cause Meeting dibuat sesuai kesepakatan

3.4. Uji coba kemampuan untuk memastikan kemajuan pelaksanaan kontrak dilaksanakan sesuai jadwal pelaksanaan yang disepakati

4. Melaksanakan pengendalian mutu pekerjaan di lapangan dengan berpedoman pada spesifikasi teknis yang digunakan

4.1. Pemasangan sambungan memanjang dan sambungan melintang untuk pekerjaan perkerasan jalan beton dikendalikan

4.2. Pelaksanaan pengecoran, penghamparan, pemadatan dan penyelesaian akhir beton untuk

pekerjaan perkerasan jalan beton dikendalikan 4.3. Pelaksanaan penyelesaian permukaan dan pengujian

kerataan permukaan jalan beton, perawatan dan

perlindungan beton serta pemenuhan terhadap toleransi sesuai spesifikasi dikendalikan

(11)

Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

4.4. Catatan pengendalian mutu dan waktu dalam pelaksanaan perkerasan jalan beton dibuat sesuai format dan prosedur SOP

2.3.5 Batasan variabel

1.

Kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja secara mandiri.

2.

Unit ini berlaku untuk semua kegiatan pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton.

3.

Peralatan uji mutu dan peralatan penganmbilan benda uji tersedia.

4.

Tugas yang harus dilakukan meliputi: kemampuan menyusun urutan pekerjaan, menghitung waktu pelaksanaan pekerjaan, melaksanakan percepatan pelaksanaan pekerjaan, dan kemampuan melaksanakan pengendalian mutu.

5.

Peraturan Perundang-undangan tentang Jalan tersedia.

6.

Peraturan Perundang-undangan tentang Jasa Konstruksi tersedia.

7.

Peraturan Perundang-undangan tentang Keselamatan Kerja tersedia.

8.

Standar Nasional Indonesia terkait dengan pekerjaan perkerasan jalan betron tersedia.

.

2.3.6. Panduan Penilaian

1. Pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku untuk mendemonstrasikan kompetensi ini terdiri dari :

1) Kemampuan menyusun urutan pelaksanaan pekerjaan, kemampuan menghitung waktu pelaksanaan pekerjaan untuk setiap jenis pekerjaan dan menyiapkan jadwal waktu pelaksanaan, melaksanakan percepatan waktu pelaksanaan pekerjaan, melaksanakan pengendalian mutu pekerjaan di lapangan, keterampilan berinteraksi di tempat kerja, menerapkan UUJK di tempat kerja, dan menerapkan etika progesi dalam melaksanakan pekerjaan,

2) Penerapan butir a. tersebut di atas untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton.

3) Cermat, teliti, tekun, obyektif, dan konsisten dalam menerapkan ketentuan Undang- undang Jasa Konstruksi untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton

2. Konteks penilaian

1) Unit kompetensi ini dapat dinilai di dalam atau di luar tempat kerja yang menyangkut pengetahuan teori.

2) Penilaian harus mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap/perilaku.

3) Unit kompetensi ini harus didukung oleh serangkaian metode untuk menilai pengetahuan dan keterampilan penunjang yang ditetapkan melalui Materi Uji Kompetensi (MUK).

3. Aspek penting penilaian

1) Kemampuan dan kecermatan dalam menerapkan ketentuan keteknikan untuk pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton.

2) Kemampuan dan kecermatan dalam menerapkan ketentuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Unit ini mendukung kinerja efektif unit kompetensi yang diperlukan dalam Pelaksanaan Lapangan Perekerasan Jalan Beton yang terkait dengan :

1) Penerapan ketentuan keteknikan.

(12)

2) Penerapan ketentuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja.

2.3.7. Kompetensi kunci

No. Kompetensi Tingkat

1. Mengumpulkan, menganalisa, dan mengorganisasikan

informasi 2

2. Mengkomunikasikan informasi dan ide – ide 2

3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 2 4. Bekerja sama dengan orang lain dan kelompok 2 5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 2

6. Memecahkan masalah 2

7. Menggunakan teknologi 3

(13)

Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

BAB III

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1 Strategi Pelatihan

Belajar dalam suatu sistem ”Berdasarkan Kompetensi” berbeda dengan yang sedang diajarkan di kelas oleh pelatih. Pada sistem ini anda akan bertanggung jawab terhadap belajar anda sendiri, artinya bahwa anda perlu merencanakan belajar anda dengan pelatih dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

3.1.1 Persiapan / perencanaan

1. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar anda.

2. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.

3. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah anda miliki.

4. Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan anda.

3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran

1. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat pada tahap belajar.

2. Merevisi dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan pengetahuan anda.

3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktek

1. Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang yang telah berpengalaman lainnya.

2. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang konsep sulit yang anda temukan.

3.1.4 Implementasi

1. Menerapkan pelatihan kerja yang aman.

2. Mengamati indikator kemajuan personal melalui kegiatan praktek.

3. Mempraktekkan keterampilan baru yang telah anda peroleh.

3.1.5 Penilaian

Melaksanakan tugas penilaian untk penyelesaian belajar anda.

3.2. Metode pelatihan

Terdapat 3 (tiga) prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.

3.2.1 Belajar secara mandiri

Belajar secara mandiri membolehkan anda untuk belajar secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, anda disarankan untuk menemui pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.

(14)

3.2.2 Belajar berkelompok

Belajar berkelompok memungkinkan peserta untuk datang bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat kerja.

3.2.3 Belajar terstruktur

Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu.

(15)

Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

BAB IV

PENGENDALIAN MUTU DAN WAKTU PELAKSANAAN PERKERASAN JALAN BETON

4.1 Umum

Materi Pelatihan ini mencakup pengendalian mutu dan waktu pelaksanaan dalam pelaksanaan pekerjaan perkerasan jalan beton, dibatasi pada 4 (empat) elemen kompetensi yang telah ditentukan dalam SKKNI Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton, yaitu :

1. Menyusun urutan pelaksanaan pekerjaan

2. Menghitung waktu pelaksanaan pekerjaan untuk setiap jenis pekerjaan dan menyiapkan jadwal waktu pelaksanaan pekerjaan

3. Melaksanakan percepatan pekerjaan jika terjadi keterlambatan di lapangan

4. Melaksanakan pengendalian mutu pekerjaan di lapangan dengan berpedoman pada spesifikasi teknis yang digunakan

Dengan demikian substansi jasa konstruksi yang diambil untuk materi Pelatihan ini adalah yang terkait dengan ketiga elemen kompetensi dimaksud.

4.1.1 Urutan pelaksanaan pekerjaan

Pekerjaan perkerasan jalan beton dilaksanakan dengan urutan pelaksanaan sebagai berikut:

1. Penyiapan tanah dasar dan lapis pondasi 2. Penyiapan pembetonan

3. Pembetonan

4. Pembuatan sambungan 4.1.2 Jadwal waktu pelaksanaan

Jadwal pelaksanaan dimaksudkan sebagai dasar bagi semua pihak penyelenggara proyek termasuk pengguna jasa, kontraktor dan konsultan untuk :

1. Memantau kemajuan pekerjaan kontraktor di lapangan 2. Menjadi rujukan bagi pembayaran eskalasi / de-eskalasi harga 3. Mendukung pengalokasian anggaran biaya

4. Mempertimbangkan permintaan tambahan biaya sebagai akibat dari perubahan pe- kerjaan

5. Mendukung permintaan perpanjangan waktu pelaksanaan konstruksi Garis besar jadwal pelaksanaan dipersiapkan oleh kontraktor sebagai bagian dari dokumen kontrak pelaksanaan dengan mempertimbangkan 3 aspek yaitu aspek perencanaan, aspek analisa dan aspek pemilihan jenis/cara penjadwalan.

4.1.3 Percepatan pekerjaan

Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan adalah kondisi pelaksanaan di mana realisasi pekerjaan fisik lebih lambat dari rencana pekerjaan fisik. Jika keterlambatan pelaksanaan mencapai batasan kritis sebagaimana ditentukan oleh kontrak, maka sebenarnya penyedia jasa dalam posisi tidak stabil. Jika terbukti penyedia jasa tidak mampu menunjukkan prestasi yang memadai untuk upaya pengatasan keterlambatan, maka penyedia jasa akan berada pada pilihan-pilihan bahwa pekerjaan harus dilakukan upaya penyelesaiaan yang saling menguntungkan para pihak atau bahkan pemutusan

(16)

kontrak. Oleh karena itu apabila penyedia jasa mulai memasuki “wilayah terlambat dalam pelaksanaan” maka penyedia jasa harus segera mengevaluasi kemampuannya, mencari penyebabnya, dan mencari jalan keluar untuk keluar dari keterlambatan. Jika penyebab keterlambatan adalah karena kesalahan pengguna jasa, penyedia jasa harus segera mengajukan perpanjangan waktu kepada pengguna jasa dan tidak terkena denda keterlambatan.

Perpanjangan waktu pelaksanaan dapat diberikan oleh pengguna jasa kepada penyedia jasa apabila terjadi peristiwa kompensasi atau adanya perubahan-perubahan pekerjaan yang tidak memungkinkan bagi penyedia jasa untuk menyelesaikan rencana tanggal penyelesaian sesuai dengan jadwal yang direncanakan semula.

4.1.4 Pengendalian mutu

Pengendalian mutu merupakan upaya untuk mewujudkan salah satu dari 4 (empat) sasaran utama manajemen proyek yaitu tepat mutu, tepat biaya, tepat waktu dan tertib administrasi. Pengendalian mutu didefinisikan sebagai suatu upaya pengawasan dan tindak turun tangan terhadap pelaksanaan pekerjaan konstruksi (jalan dan jembatan) agar memenuhi persyaratan-persyaratan teknis yang telah ditetapkan di dalam dokumen kontrak.

Untuk mewujudkan mutu hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknis sebagaimana dipersyaratkan dalam dokumen kontrak pada pelaksanaan pekerjaan jalan harus dilakukan 3 (tiga) tahap pengendalian, yaitu :

1. Pengendalian mutu bahan baku (tanah, pasir, batu kali dan sebagainya)

2. Pengendalian mutu bahan olahan (agregat sub base, agregat base, aspal, semen, adukan aspal beton, adukan beton semen dan sebagainya).

3. Pengendalian mutu hasil pekerjaan (subgrade yang telah dipadatkan, lapis pondasi bawah, lapis pondasi atas, lapis permukaan jalan, tiang pancang beton yang telah terpasang, beton struktur dan sebagainya). Pengertian pengendalian hasil pekerjaan di sini adalah pengendalian mutu terhadap jenis pekerjaan menurut item pekerjaan di dalam dokumen kontrak yang dilaksanakan oleh kontraktor.

4.2. Penyusunan Urutan Pelaksanaan Pekerjaan

Pekerjaan perkerasan jalan beton dilaksanakan dengan urutan pelaksanaan sebagai berikut:

1. Penyiapan tanah dasar dan lapis pondasi

Pelat beton semen mempunyai sifat yang cukup kaku serta dapat menyebarkan beban pada bidang yang luas dan menghasilkan tegangan yang rendah pada lapisan-lapisan di

bawahnya.

Lapis pondasi bawah pada perkerasan beton semen adalah bukan merupakan bagian utama yang memikul beban, tetapi merupakan bagian yang berfungsi sebagai berikut :

1) Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar.

2) Mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan dan tepi-tepi pelat.

3) Memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada pelat.

4) Sebagai perkerasan lantai kerja selama pelaksanaan.

Penyiapan tanah dasar dan atau lapis pondasi mencakup pekerjaan pembersihan,

pengupasan, pembongkaran, penggalian dan penimbunan, atau pelaksanaan lapis pondasi dengan atau tanpa bahan pengikat, sesuai dengan spesifikasi yang diteapkan dalam kontrak.

(17)

Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

2. Penyiapan pembetonan

Sebelum memulai pekerjaan beton, setelah terselesaikannya pekerjaan penyiapan tanah dasar, pekerjaan persiapan selanjutnya adalah:

1) Pemasangan acuan perkerasan beton semen, yang berguna untuk mempermudah pe- laksanaan penghamparan beton.

2) Pemasangan ruji (dowel), yakni sepotong baja polos lurus yang dipasang pada setiap jenis sambungan melintang dengan maksud sebagai sistem penyalur beban, sehingga pelat yang berdampingan dapat bekerja sama tanpa terjadi perbedaan penurunan yang berarti, batang pengikat dan tulangan pelat,

3) Pemasangan tulangan, yang ditempatkan pada kedudukan yang kokoh sehingga tidak bergerak saat beton dihampar.

3. Pembetonan

Pekerjaan pembetonan meliputi kegiatan-kegiatan:

1) Penentuan proporsi campuran beton semen.

2) Pengadukan beton semen.

3) Pengangkutan adukan beton.

4) Pengecoran, penghamparan, dan pemadatan.

5) Pembentukan tekstur permukaan.

6) Perlindungan dan perawatan.

7) Pembukaan acuan.

4. Pembuatan sambungan Jenis sambungan meliputi:

1) Sambungan lidah alur (key ways joint), yakni jenis sambungan pelaksanaan memanjang dimana sebagai sistem penyalur bebannya digunakan hubungan lidah alur sedangkan untuk memegang pergerakan pelat ke arah horizontal digunakan batang pengikat.

2) Sambungan muai (expansion joint), yakni jenis sambungan melintang yang dibuat untuk membebaskan tegangan pada perkerasan beton dengan cara menyediakan ruangan un- tuk pemuaian.

3) Sambungan pelaksanaan (construction joint), yakni jenis sambungan melintang atau memanjang yang dibuat untuk memisahkan bagian-bagian yang dicor/dihampar pada saat yang berbeda, ditempatkan di antara beton hasil penghamparan lama dengan be- ton hasil penghamparan baru.

4) Sambungan tidak sejalur (mismatched joint), yakni suatu pola sambungan, di mana sam- bungan di antara pelat-pelat yang berdekatan tidak berada dalam satu garis (jalur).

5) Sambungan susut (contraction joint), yakni jenis sambungan melintang yang dibuat den- gan maksud untuk mengendalikan retak susut beton, serta membatasi pengaruh tegan- gan lenting yang timbul pada pelat akibat pengaruh perubahan temperatur dan kelem- baban.

4.2.1 Penyusunan urutan pembuatan sambungan

Pembuatan sambungan dapat dilaksanakan saat beton masih plastis atau dengan melakukan penggergajian untuk pengendalian retak.

1.

Sambungan dengan penggergajian melintang

(18)

Penggergajian sambungan susut melintang dan memanjang harus dimulai secepat mungkin setelah beton mengeras dan dijamin tidak terjadi pelepasan butir, umumnya 4 jam – 8 jam, tergantung dari hasil uji coba lapangan.

Semua sambungan susut harus digergaji sebelum retak-retak yang tidak dikehendaki terjadi, jika diperlukan pelaksanaan penggergajian, harus dilakukan terus menerus siang malam tanpa memperhatikan cuaca.

Penggergajian dapat dilakukan lebih awal guna menghindari retak acak.

Penggergajian pada sambungan susut melintang harus dihentikan bilamana retak sudah terjadi dekat dengan lokasi sambungan. Umumnya penggergajian sambungan susut harus berurutan pada lajur-lajur yang berurutan.

Bilamana sambungan akan diberi lapis penutup, bagian atas celah dilebarkan dan dilaksanakan secepat-cepatnya tujuh hari setelah penggergajian awal.

Pelebaran sambungan pelaksanaan memanjang harus dilakukan secepat-cepatnya tujuh hari setelah penghamparan.

Sesegera mungkin setelah penggergajian, celah-celah dari sambungan harus dibersihkan dengan menyemprotkan air bersih dan segera ditutup sementara dengan bahan yang telah direncanakan.

2.

Sambungan susut melintang basah

Sambungan susut melintang basah dilakukan dengan memasukkan lembaran plastik dengan cara menekan batang berbentuk “T” ke dalam beton yang masih plastis.

Sambungan susut melintang basah harus diberi penutup.

3.

Penutup sambungan

Permukaan sambungan harus bersih dan bebas dari bahan-bahan lain yang akan melemahkan ikatan dengan bahan penutup. Kerusakan pada permukan sambungan seperti lepasnya agregat, masuknya material luar yang akan menghalangi pergerakan bebas ketika penutup sambungan ditekan perlu diperbaiki.

Lalu-lintas tidak diperbolehkan lewat pada lajur perkerasan sebelum sambungan diberi bahan penutup permanen atau sementara.

4.

Pemasangan penutup sambungan siap pakai

Celah sampai kedalaman dimana penutup sambungan akan dipasang harus dibersihkan. Celah harus dikeringkan dan dibersihkan dengan menggunakan kompresor. Sebelum pemasangan lapis penutup, jika ada kerusakan harus diperbaiki terlebih dahulu.

Sisi-sisi bahan penutup harus diberi lapis pelumas rekat dan dimasukkan ke dalam sambungan dengan cara ditekan menggunakan roler yang tidak akan merusak bahan sambungan pada saat pemasangan. Bahan sambungan harus rata, agar tepat masuk ke dalam celah.

5.

Pemasangan penutup sambungan dengan pasta dingin

Sebelum sambungan ditutup, celah sambungan harus dilebarkan sesuai dengan ukuran yang diinginkan dan dibersihkan dengan semprotan air yang kuat. Sesaat sebelum pemasangan penutup sambungan, celah sambungan harus dikeringkan dengan menggunakan kompresor.

(19)

Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Bilamana resap ikat diperlukan, maka bisa dilakukan dengan kuas atau penyemprot.

Untuk sambungan perkerasan beton pada proyek yang besar penggunaan penyemprot lebih cocok.

Hampir semua bahan resap ikat memerlukan waktu untuk mengering sebelum penutup sambungan dipasang. Setelah pembersihan akhir dan pemberian resap ikat pada sambungan, bahan anti lekat harus dipasang sesuai kedalaman yang cukup untuk memudahkan pemasangan penutup sambungan.

Setelah sambungan diisi dengan bahan penutup, harus diperiksa untuk memastikan tidak terdapat rongga udara, ikatan yang baik serta berpenampilan yang seragam dan rapi.

4.2.2 Penyusunan urutan pengecoran, penghamparan, pemadatan dan penyelesaian akhir permukaan beton

1. Pengecoran

Pengecoran beton harus dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi segregasi.

Apabila dalam pengecoran digunakan mesin pengaduk di tempat, penuangan adukan beton dapat dilakukan menggunakan baket (bucket) dan talang. Untuk beton tanpa tulangan adukan beton dapat dituangkan di atas permukaan yang telah disiapkan di depan mesin penghampar. Harus diusahakan agar penumpahan adukan beton dari satu adukan ke adukan berikutnya berlangsung secara berkesinambungan sebelum terjadi pengikatan akhir (final setting).

Bila pelaksanaan perkerasan dilakukan pada cuaca panas dan bila temperatur beton basah (fresh concrete) di atas 240 C, pencegahan penguapan harus dilakukan. Air harus dilindungi dari panas sinar matahari, dengan cara melakukan pengecatan tanki air dengan warna putih dan mengubur pipa penyaluran atau dengan cara lain yang sesuai. Temperatur agregat kasar diturunkan dengan menyemprotkan air.

Kehilangan kadar air yang cepat dari permukaan perkerasan akan menghasilkan kekakuan yang lebih awal dan mengurangi waktu yang tersedia untuk menyelesaikan pekerjaan akhir. Dalam keadaan seperti ini tidak diperbolehkan menambahkan air ke permukaan pelat. Pada kondisi yang sangat terpaksa berkurangnya kadar air bisa diimbangi dengan melakukan pengkabutan.

2. Penghamparan

Penghamparan beton semen dapat dilakukan dengan dua metoda:

1) Metoda menerus.

Pada metoda ini beton dicor secara menerus. Sambungan-sambungan melintang dapat dibuat ketika beton masih basah atau dengan cara digergaji sebelum retak susut terjadi.

2) Metoda panel-berselang.

Pada metoda ini beton dicor dengan sistem panel-panel berselang. Panel-panel yang kosong di antara panel-panel yang sudah dicor, pengecorannya dikerjakan setelah 4 – 7 hari berikutnya.

Pada pekerjaan besar harus disediakan penghampar jenis dayung (paddle) atau ulir (auger), atau ban berjalan, maupun jenis wadah (hopper) dan ulir, kecuali apabila digunakan penghampar acuan gelincir. Pada mesin penghampar acuan

(20)

gelincir, peralatan penghampar biasanya sudah menyatu. Semua peralatan harus dioperasikan secara seksama. Pada pekerjaan yang lebih kecil, penghamparan dapat dilakukan dengan cara manual.

Beton harus dihampar dengan ketebalan yang sesuai dengan tipe dan kapasitas alat pemadat.

Apabila perkerasan beton menggunakan tulangan, pemasangan tulangan harus diperkuat oleh dudukan kemudian beton dicor dan dipadatkan dari atas.

3. Pemadatan

Pemadatan beton dapat dilakukan dengan dua metoda:

1) Pemadatan dengan tangan (hand tamping)

Alat ini biasanya digunakan untuk pekerjaan-pekerjaan kecil. Alat ini dapat dibuat dari balok kayu berukuran 22,5 x 7,5 mm2 dengan panjang sesuai lebar jalur yang dicor. Bagian bawah tepi balok kayu diperkuat dengan pelat besi tebal 5 mm.

Untuk memadatkan beton, mula-mula alat ini dipasang mendatar di atas permukaan beton, kemudian diangkat dan dijatuhkan secara berulang-ulang.

Setelah pemadatan selesai, alat ini bisa sekaligus dipakai untuk meratakan dan merapikan permukaan beton.

2) Pemadatan dengan getaran yang dioperasikan dengan tangan (Hand-operated vibrating beam).

Alat ini berupa balok yang bertumpu di atas acuan-acuan samping. Kepadatan beton dicapai dengan menggetarkan satu unit balok penggetar yang dioperasikan secara manual.

Sebagai tambahan untuk pemadatan bagian-bagian tepi atau sudut, dapat digunakan alat pemadat yang dibenamkan ke dalam beton (immersion vibrator).

Pemadatan beton harus dihentikan sebelum terjadi bliding (bleeding) pada permukaan beton, dan harus sudah selesai sebelum pengikatan awal terjadi.

Untuk daerah di sekitar ruji dan dudukan, pada tepi-tepi dan sudut-sudut sekitar fasilitas drainase, dan pada pelat-pelat tidak beraturan, pada jalan masuk dan persimpangan, diperlukan penanganan khusus untuk mencapai kepadatan yang baik.

4.2.3 Penyusunan urutan penyelesaian, pengujian kerataan permukaan, perawatan dan perlindungan beton

1. Penyelesaian akhir perkerasan beton semen

Setelah beton dipadatkan, permukaan beton harus diratakan dan dirapihkan dengan alat perata.

Beton yang masih dalam keadaan plastis diberi tekstur untuk memberikan kekesatan permukaan.

Permukaan yang kasar bisa dicapai dengan beberapa cara seperti:

1) Penarikan burlap (sejenis karung goni)

Tekstur yang dibuat dengan cara penarikan burlap cocok untuk jalan dengan kecepatan lalu lintas rendah.

Cara ini dilakukan dengan menarik lembar burlap pada arah memanjang permukaan perkerasan. Sebagai contoh burlap yang terdiri dari 4 lapis dan berat

(21)

Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

sekitar 340 gr/m2 dapat menghasilkan tekstur dengan kedalaman sekitar 1,5 mm. Biasanya untuk mendapatkan tekstur permukaan yang memuaskan diperlukan penarikan burlap sebanyak dua kali, di mana penarikan pertama untuk pembuatan tekstur awal dan yang berikutnya untuk pembuatan tekstur permukaan akhir.

Burlap harus dijaga agar selalu lembab dan bersih sepanjang hari.

2) Penyapu/penyikat melintang

Penyapu/penyikat cocok untuk jalan dengan kecepatan lalu-lintas yang rendah maupun yang tinggi di daerah yang peka terhadap kebisingan. Penyikat bisa dikerjakan dengan cara manual atau mekanis yang akan menghasilkan tekstur permukaan yang seragam sampai kedalamam 1,5 mm seperti diperlihatkan pada Gambar 6a.

Penyikatan biasanya dilakukan dalam arah melintang.

Sikat harus terbuat dari kawat kaku dan lebar sikat tidak boleh kurang dari 45 cm. Sikat harus terdiri dari dua baris dengan jarak 2 cm dari sumbu ke sumbu, masing-masing baris terdiri dari beberapa ikatan kawat dengan jarak antar ikatan 1 cm, yang setiap ikatan terdiri dari 14 kawat. Letak ikatan kawat harus dipasang secara zigzag. Panjang kawat 10 cm dan harus diganti apabila panjangnya menjadi 9 cm.

3) Pembuatan alur-dalam pada arah melintang

Pembuatan alur harus didahului oleh penarikan karung goni, yang terakhir diikuti pembuatan alur dengan sisir kawat. Ukuran penampang kawat 0,6 mm x 3 mm dengan panjang 12,5 cm dan jarak antar kawat 2 cm dalam arah memanjang serta 2,5 cm untuk arah melintang yang dipasang secara acak.

Lakukan penggoresan sampai kedalaman alur mencapai 3 mm – 6 mm. Untuk mendapatkan alur yang lurus dan dilaksanakan secara manual, penggoresan harus dilakukan dengan bantuan mistar pelurus (straightedge).

2. Pengujian kerataan

Setelah pelepaan selesai dan kelebihan air dibuang, semetara beton masih lembek, bagian-bagian yang melesak harus segera diisi dengan beton baru, ditempa,

dikonsolidasi dan dilakukan penyelesaian lagi. Daerah yang menonjol/berlebih harus dipotong dan dilakukan penyelesaian lagi. Sampbungan harus diperiksa kerataannya lagi. Permukaan harus terus diperiksa dan dibetulkan sampai tidak ada lagi

perbedaan tinggi pada permukaan dan perkerasan beton sesuai dengan kelandaian dan tampang melintang yang ditentukan.

Perbedaan tinggi permukaan menurut pengujian mal datar (straightedge) tidak boleh melebihi toleransi yang ditentukan dalam Spesifikasi.

Pengujian dengan mal datar 3 meter dilakukan saat beton mengeras dengan ketentuan:

1) Daerah yang menunjukkan ketinggian lebih dari 3 mm tetapi tidak lebih dari 12,5 mm sepanjang 3 meter harus ditandai dan segera diturunkan dengan alat gerinda sehingga ketidak-rataan permukaan tidak lebih dari 3 mm.

2) Bila penyimpangan penampang melintang lebih dari 12,5 mm, lapisan beton harus dibongkar. Bagian yang dibongkar tidak boleh kurang dari 3 meter atau kurang dari lebar jalur yang harus dibongkar.

(22)

3. Perlindungan

Setelah beton dicor dan dipadatkan, hingga berumur beberapa hari, beton harus dilindungi terhadap kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan.

1) Pencegahan retak susut plastis.

Retak susut plastis adalah retak yang terjadi pada permukaan beton basah dan pada saat masih plastis.

Penyebab utama dari retak tipe ini adalah pengeringan permukaan beton yang terlalu cepat yang dipengaruhi oleh kelembaban relatif, temperatur beton dan udara serta kecepatan angin.

Tingkat penguapan akan sangat tinggi bila kelembaban relatif kecil, temperatur beton lebih tinggi dari temperatur udara, dan bila angin bertiup pada permukaan beton. Bilamana terjadi kombinasi panas, cuaca kering dan angin yang kencang akan mengakibatkan hilangnya kelembaban yang lebih cepat dibandingkan dengan pengisian kembali rongga oleh proses aliran air.

Pengeringan yang cepat juga terjadi pada cuaca dingin, jika temperatur beton pada saat pengecoran adalah lebih tinggi dari pada temperatur udara.

Jika laju penguapan air lebih dari 1,0 kg/m2 per jam, pencegahan harus dilakukan untuk menghindari terjadinya retak susut plastis.

Prosedur untuk meminimalkan retak akibat susut plastis :

(1) buat pelindung angin untuk mengurangi pengaruh angin dan atau sinar ma- tahari terhadap permukaan beton semen

(2) kendalikan perbedaan temperatur yang berlebihan antara beton dan udara baik cuaca panas maupun dingin

(3) hindari keterlambatan penyelesaian akhir setelah pengecoran beton

(4) rencanakan waktu antara pengecoran dan permulaan perawatan dengan memperhatikan prosedur pelaksanaan, apabila terjadi keterlambatan, lin- dungi beton dengan penutup sementara

(5) lindungi beton selama beberapa jam pertama setelah pengecoran dan pem- buatan tekstur permukaan untuk meminimalkan penguapan

2) Perlindungan terhadap hujan

Untuk melindungi beton belum berusia 12 jam, harus ditutup dengan bahan se- perti plastik, terpal atau bahan lain yang sesuai.

3) Perlindungan terhadap kerusakan permukaan.

Perkerasan harus dilindungi terhadap lalu-lintas umum dan proyek, dengan pe- masangan rambu lalu-lintas, penerangan lampu, penghalang, dan lain seba- gainya.

4. Perawatan

Perawatan perlu dilakukan dengan seksama karena sangat menentukan mutu akhir beton.

Setelah pelaksanaan akhir dan pengteksturan seluruh permukaan beton harus dira- wat.

(23)

Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Perawatan dapat dilakukan dengan cara:

1) Penyemprotan bahan larutan yang sesuai, seperti pigmen putih (white- pigmented), bahan dasar resin (resin-based) atau bahan dasar karet klorinat (chlorinated-rubber-base), selaput kompon. Bidang-bidang tepi perkerasan ha- rus segera dilapisi paling lambat 60 menit setelah acuan dibongkar. Apabila pada masa perawatan terjadi kerusakan lapisan perawatan, maka lapisan perawatan tersebut harus segera diperbaiki.

2) Dengan lembaran plastik putih dapat dilakukan bilamana perawatan dengan se- laput kompon tidak memungkinkan. Penempatan lembaran plastik putih harus dilaksanakan pada saat permukaan beton masih basah. Jika permukaan terlihat kering sebelum beton mengeras, harus dibasahi dengan cara pengkabutan sebelum lembaran plastik tersebut dipasang. Sambungan lembaran penutup harus dipasang tumpang tindih selebar 50 cm dan harus dibebani sedemikian rupa sehingga tetap lekat dengan permukaan perkerasan beton. Lembaran penutup harus dilebihkan pada tepi perkerasan beton dengan lebar yang cukup sehingga dapat menutup sisi samping dari permukaan pelat beton setelah acuan samping dibuka. Lembaran tersebut hendaknya masih berada pada tempatnya selama waktu perawatan.

3) Penggunaan karung goni yang lembab untuk menutup permukaan beton dapat dipergunakan, lembar penutup harus diletakkan sedemikian rupa sehingga me- nempel pada permukaan beton, tetapi tidak boleh diletakkan sebelum beton cukup mengeras guna mencegah pelekatan. Penutup harus dipertahankan da- lam keadaan basah dan pada tempatnya selama minimal 7 hari.

4.3 Penyiapan jadwal waktu pelaksanaan

Jadwal pelaksanaan dimaksudkan sebagai dasar bagi (atau para pejabat terkait di atasnya), semua pihak dalam pelaksanaan konstruksi untuk :

1.

Memantau kemajuan pekerjaan kontraktor di lapangan.

2.

Menjadi rujukan bagi pembayaran eskalasi/de-eskalasi harga.

3.

Mendukung pengalokasian anggaran biaya.

4.

Mempertimbangkan permintaan tambahan biaya sebagai akibat dari perubahan pekerjaan.

5.

Mendukung permintaan perpanjangan waktu pelaksanaan konstruksi.

Garis besar jadwal pelaksanaan dipersiapkan oleh kontraktor sebagai bagian dari pengajuan penawaran pada waktu pelelangan dengan mempertimbangkan 3 aspek yaitu aspek perencanaan, aspek analisa dan aspek pemilihan jenis/cara penjadwalan.

4.3.1 Perhitungan jadwal waktu pelaksanaan

Untuk dapat menyiapkan jadwal waktu pelaksanana (construction schedule), maka ditinjau dari aspek perencanaan perlu dilakukan penyiapan tatacara kerja yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut :

1.

Melakukan penelaahan awal dokumen kontrak

2.

Melakukan penelitian lapangan secara rinci untuk menguji lokasi,sumber daya yang tersedia dan menentukan tingkat kesulitan yang terkait pada pekerjaan yang akn dilaksanakan

3.

Melakukan pengkajian Daftar Kuantitas secara rinci

4.

Melakukan pengkajian Gambar Rencana secara rinci

(24)

5.

Menguji Spesifikasi

6.

Menguji Syarat-syarat Kontrak

7.

Menganalisa pekerjaan yang diperlukan untuk setiap kegiatan

8.

Menentukan urutan pekerjaan

9.

Menentukan biaya proyek

Langkah-langkah di atas kemudian ditindaklanjuti dengan membuat analisa terhadap hal-hal berikut :

1. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap kegiatan 2. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh kegiatan 3. Urutan setiap kegiatan

4. Metoda kerja yang diperlukan untuk menyelesaikan setiap kegiatan 5. Sumber daya yang diperlukan

6. Resiko yang terkait

7. Biaya sebenarnya untuk menyelesaikan setiap kegiatan 8. Nilai pekerjaan yang diselesaikan.

Setelah menyelesaikan analisa di atas, kontraktor perlu membuat beberapa jadwal dasar sebagai jadwal perencanaan kerja, yang nantinya di dalam pelaksanaan konstruksi biasanya memerlukan perubahan-perubahan disesuaikan dengan kondisi lapangan : 1. Jadwal kegiatan, yang menentukan secara jelas kerangka waktu untuk setiap jenis

pekerjaan.

2. Jadwal sumber daya, yang menentukan secara jelas rencana ketersediaan tenaga kerja, peralatan dan bahan.

3. Jadwal kemajuan keuangan – Kurva S, yang menentukan secara jelas rencana kemajuan pekerjaan dan keuangan proyek.

4. Jadwal cash flow keuangan, yang menentukan keadaan pemasukan dan pengeluaran uang.

Ada beberapa jenis jadwal yang dapat dipergunakan, tergantung kepada kebutuhan proyek antara lain sebagai berikut :

1. Metoda Lintasan Kritis (Critical Path Method/CPM)

2. Diagram Balok – asli dan terkait (Bar Charts – basic and linked)

3. Jadwal Kemajuan Keuangan – Kurva S (Financial Progress Schedule – S Curve) 4.3.2 Penyiapan jadwal waktu pelaksanaan

1. Metoda lintasan kritis (critical path method/CPM)

Metoda Lintasan Kritis (Critical Path Method/CPM) adalah suatu jenis jadwal atau network planning “durasi” kapan suatu kegiatan paling awal dapat dikerjakan dan kapan waktu paling akhir yang dapat digunakan untuk menyajikan jadwal

pelaksanaan dalam urutan-urutan kegiatan maupun ketergantungan satu kegiatan dengan kegiatan lain, yang dilengkapi dengan rencana dari kegiatan tersebut harus dikerjakan, agar seluruh kegiatan yang merupakan komponen dari suatu pekerjaan dapat dikendalikan dari awal sampai akhir.

Di dalam network planning yang merupakan jaringan lintasan kegiatan yang saling tergantung satu sama lain tersebut bisa terdapat satu atau lebih lintasan kritis yang menggambarkan bahwa kegiatan pada lintasan kritis tersebut harus diawali

(25)

Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

dan diakhiri tepat waktu, sebab apabila meleset pelaksanaannya akan menunda penyelesaian proyek.

Berikut adalah penjelasan lebih rinci tentang penggunaan Critical Path Method untuk keperluan menyiapkan suatu Network Planning :

A (14) = Kegiatan dengan kode A memerlukan durasi 14 hari untuk menyelesaikannya

Kegiatan yang penyelesainnya memerlukan waktu (duration) tertentu

Kegiatan di lintasan kritis (critical path)

Kegiatan semu, dummy, bukan kegiatan tapi dianggap sebagai kegiatan yang tidak membutuhkan waktu

Contoh sederhana Network Planning di atas menggambarkan ada 6 kegiatan yaitu kegiatan A, B, C, D, E, dan F dengan durasi masing-masing kegiatan serta saling ketergantungannya sebagai tersebut dalam tabel di bawah. Dalam tabel di bawah juga digambarkan perhitungan untuk menentukan lintasan kritis, yang di dalam Network Planning digambarkan sebagai kegiatan yang menghubungkan antarevent yang mempunyai EET = LET, yaitu kegiatan B, E dan F.

= Event NE = No. of Event EET = Earliest Event Time LET = Latest Event Time

0 1 0

15 3 15

50 5 50 33

4 33 14

2 17

B(15)

A(14) D(16)

E(18)

F(17)

C(0)

Start

Finish

EET NE

LET

LET

(26)

Dari lintasan kritis B, E, dan F di atas dapat dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

1) Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan kegiatan-kegiatan di lintasan kritis tidak boleh dilampaui sebab apabila dilampaui akan mengakibatkan tertundanya penyelesian pekerjaan.

2) Controlling secara ketat harus dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan di lintasan kritis agar penyelesaian pekerjaan tidak tertunda.

3) Sementara kelonggaran waktu yang terdapat pada kegiatan lain (dalam kasus di atas adalah kegiatan A dan D) dapat dipertimbangkan untuk dimanfaatkan (tenaga, peralatan, bahan, dan barangkali juga biaya) bagi percepatan penyelesaian kegiatan B, E, dan F.

Permasalahan yang sering dihadapi adalah bagaimana dengan manajemen penyelenggaraan proyek jalan dan jembatan, apakah memerlukan network planning berupa Critical Path Method seperti di atas? Perlu diketahui bahwa proyek jalan dan jembatan terdiri dari proyek-proyek tahunan dan proyek-proyek

“multi year”. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa jarang ada pelaku proyek jalan dan jembatan yang memanfaatkan Critical Path Method sebagai salah satu cara untuk mengendalikan pelaksanaan proyek, namun fakta menunjukkan bahwa cukup banyak proyek-proyek jalan dan jembatan yang tidak selesai tepat waktu (memerlukan perpanjangan waktu pelaksanaan konstruksi) baik pada proyek- proyek tahunan maupun multi year. Penyebabnya bisa bermacam-macam, mulai dari ketidakmampuan kontraktor di lapangan sampai ketidakjelasan kemampuan pemberi pekerjaan menyediakan alokasi dana yang diperlukan untuk membiayai proyek sebagai akibat dari berbagai perubahan di sektor ekonomi.

Terlepas dari penyebab-penyebab yang mempengaruhi jadwal penyelesaian proyek, nampaknya perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1) Dalam merencanakan construction schedule suatu proyek, kontraktor perlu secara tajam mencari, dari sejumlah kegiatan yang akan dilakukan dalam rangka menyelesaikan proyek, kegiatan-kegiatan mana yang potensial menjadi kritis. Jika telah ditemukan jenis kegiatan di maksud, maka kontraktor perlu

Data Perhitungan Untuk Menetapkan Lintasan Kritis Kegiatan Event EET + Durasi pada Event No.

Kegiatan Durasi Yang No. Terendah Tertinggi EET LET

(Hari) Mendahului (Hari) (Hari) (Hari) (Hari)

1 - - 0 0

A 14 Tidak ada - - - -

B 15 Tidak ada - - - -

2 0+14=14 0+14=14 14 33-16=17

C 0 A - - - -

D 16 A - - - -

3 0+15=15 0+15=15 15 33-18=15

E 18 B dan C - - - -

4 14+16=30 15+18=33 33 50-17=33

F 17 D dan E - - - -

Selesai 5 30+17=47 33+17=50 50 50

(27)

Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

merinci kegiatan-kegiatan tersebut ke dalam sub-sub kegiatan dan dari sub-sub kegiatan ini kemudian dapat dibuat network planning berupa Critical Path Method.

2) Untuk proyek-proyek yang dikategorikan sebagai proyek crash program, barangkali pilihan paling baik adalah dengan menambahkan Critical Path Method yang menggambarkan network planning dari sejak mulai sampai berakhirnya proyek, selain Bar Chart dan Jadwal Progres Keuangan – S Curve.

Bisa jadi jika dibuat Critical Path Method untuk proyek crash program, setiap lintasan yang tergambar akan berupa lintasan kritis. Jika terjadi demikian maka kegiatan yang berupa lintasan kritis tersebut perlu diurai lagi menjadi sub-sub kegiatan sehingga akan diketahui sub-sub kegiatan mana yang memberikan kontribusi kritis bagi suatu kegiatan.

Penggunaan Critical Network Planning (CPM)

Dalam pelaksanaan proyek konstruksi, pengendalian waktu pelaksanaan merupakan aspek penting dalam menjamin penyelesaian proyek sesuai dengan yang direncanakan. Bagi kepentingan pemilik proyek, pengendalian ini terkait dengan ketepatan pencapaian sasaran proyek agar hasilnya dapat dimanfaatkan bagi kepentingan pemilik proyek, terlebih lagi apabila proyek tersebut menyangkut kepentingan masyarakat, maka keterlambatan penyelesaian proyek akan berdampak kerugian terhadap masyarakat banyak abik secara ekonomi maupun sosial.

Bagi kepentingan kontraktor, pengendalian waktu pelaksanaan terkait langsung dengan penggunaan sumber daya terutama sumber daya manusia dan alat.

Pengendalian waktu, mutu dan biaya harus dilakukan secara terpadu karena ketiga aspek tersebut saling mempengaruhi.

Dalam rangka kepentingan pengendalian atas waktu dan biaya tersebut, maka penggunaan CPM sebagai alat pengendalian proyek sangat bermanfaat seperti:

(1) Pada hari evaluasi, dapat dibuat daftar sisa waktu untuk setiap kegiatan, dan berdasarkan daftar sisa waktu setiap kegiatan tersebut dapat dibuat ja- ringan kerja (network) evaluasi yang memberikan informasi total durasi yang akan terjadi., yang kemudian diperbandingkan dengan jaringan kerja rencana. Apabila ternyata total durasinya melebihi total durasi rencana, maka cara mengejar keterlambatan yang terjadi adalah mempercepat sisa kegiatan yang terletak di lint6asan kritis. Apabila kegiatan yang terletak pa- da jalur kritis lebih dari satu, maka harus dipilih kegiatan mana yang akan dipercepat, dengn pertimbangan biaya yang terkecil.

(2) Bagi penanggung jawab proyek, CPM ini sangat bermanfaat untuk penilaian atas usulan pertambahan waktu yang disampaikan oleh kontraktor, teruta- ma terkait dengan pemberian pekerjaan tambah. Berdasarkan jaringan kerja yang direncanakan, pemeberian pekerjaan tambah tersebut akan dilihat

3 4

3c

3 b 3a

3 4

(28)

apakah terjadi pada kegiatan pada lintasan kritis atau bukan, atau apakh dengan adanya pekerjaan tambah yang memerlukan waktu tambahan ter- sebut akan mengubah lintasan kritisnya dan menambah durasi totalnya.

2. Diagram balok (bar charts)

Bar Charts atau diagram balok merupakan diagram yang paling sederhana, menggambarkan hubungan antara kegiatan dengan waktu. Ada 2 type yang dikenal yaitu basic chart dan linked chart.

Basic chart menggambarkan bar chart untuk masing-masing kegiatan yang berdiri sendiri, sedangkan linked chart menggambarkan bar chart untuk masing-masing kegiatan yang dimulainya tergantung pada selesainya kegiatan lain.

Pada linked chart secara sederhana dinampakkan adanya ketergantungan suatu kegiatan dengan kegiatan lain meskipun tidak sejelas Critical Path Method. Jika hanya mengandalkan basic chart, kita tidak akan pernah mengetahui kegiatan atau sub kegiatan mana yang posisinya berada pada lintasan kritis, yang mengharuskan kita untuk memberikan prioritas utama dalam ketepatan waktu pelaksanaannya karena keterlambatan pelaksanaan akan menunda penyelesaian proyek.

Pada halaman selanjutnya digambarkan contoh bar chart dari proyek peningkatan jalan, hanya diambil resumenya saja, tidak dirinci dalam sub-sub kegiatan yang menggambarkan jenis-jenis kegiatan yang ada di dalam items pekerjaan.

Bar chart yang dibuat untuk proyek-proyek jalan biasanya dilengkapi dengan no.

pay item sesuai dengan yang ada di dalam kontrak, nama kegiatan atau deskripsi kegiatan menurut no. pay item, kuantitas pekerjaan menurut no. pay item dan waktu pelaksanaan untuk masing-masing pay item. Di dalam contoh tidak digambarkan bar chart lengkap berdasarkan pay item akan tetapi hanya digambarkan resume berdasarkan kelompok-kelompok pay item.

4.3.3 Penyiapan kurva-S

Financial Progress Schedule – S Curve merupakan suatu jadwal pelaksanaan bulanan (monthly construction schedule) yang menggambarkan rencana dan realisasi pelaksanaan pekerjaan bulanan kumulatif dinyatakan dalam % terhadap total biaya proyek, selama construction period yaitu sejak Tanggal Mulai Kerja (Commencement of Works/COW) sampai dengan Tanggal Penyelesaian Pekerjaan (Completion Date). Kurva ini merupakan alat pengendali baik bagi kontraktor, konsultan pengawas maupun pemilik pekerjaan (Pinbagpro, Pinpro atau para atasan Pinpro terkait). Oleh karena Kurva-S itu menyangkut informasi pekerjaan yang berkaitan dengan pembayaran prestasi pekerjaan maka di dalam Kurva-S tercatat :

1.

No. item pembayaran (pay item),

2.

Deskripsi item pembayaran (pay item),

3.

Nama section yang berisi sejumlah item pembayaran (pay item),

4.

Kuantitas masing-masing item pembayaran (pay item),

5.

Harga satuan masin-masing item pembayaran (pay item),

6.

Total harga dari masing-masing item pembayaran (pay item),

7.

Rincian kebutuhan biaya bulanan masing-masing item pembayaran (pay item) dinyatakan dalam prosen terhadap total biaya konstruksi

Dari total % rencana pelaksanaan pekerjaan setiap bulan, dapat dihitung jumlah % ku- mulatif rencana pelaksanaan pekerjaan tiap bulan mulai dari Tanggal Mulai Kerja s/d

(29)

Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

Tanggal Penyelsaian Pekerjaan. Kurva yang menghubungkan % kumulatif rencana pelak- sanaan pekerjaan tiap bulan inilah yang disebut Kurva S karena pada umumnya untuk suatu rencana pelaksanaan yang normatif, kurva tersebut biasanya berbentuk huruf S.

Dengan cara yang sama, sesuai dengan realisasi pelaksanaan di lapangan dibuat kurva yang menghubungkan realisasi bulanan di maksud sebagai alat pengendali.

(30)
(31)

Pelaksana Lapangan Perkerasan Jalan Beton SPL.KS21.225.00

4.4 Percepatan Pekerjaan

Untuk mencapai “target tepat waktu”, harus dilakukan pengendalian waktu oleh para pihak terkait, baik yang berada pada posisi pengguna jasa, penyedia jasa maupun konsultan pengawas sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing.

Adapun faktor-faktor yang mempunyai kontribusi yang signifikan dalam pengendalian waktu adalah sebagai berikut :

1.

Penyerahan lapangan.

2.

Surat perintah mulai kerja.

3. Rapat persiapan pelaksanaan (pre construction meeting/PCM).

4.

Pemeriksaan bersama (mutual check) dan peninjauan ulang desain (review design).

5. Penyiapan request dan penutup request.

6.

Rapat-rapat koordinasi pelaksanaan.

7. Rapat pembuktian (show cause meeting).

8.

Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan.

9.

Perpanjangan waktu pelaksanaan.

10.

Percepatan penyelesaian pekerjaan.

11.

Klaim dan peringatan dini.

12.

Serah terima pekerjaan.

Apabila pengguna jasa menginginkan penyedia jasa menyelesaikan pekerjaan sebelum rencana tanggal penyelesaian, maka direksi pekerjaan menerima usulan biaya yang diajukan oleh penye- dia jasa untuk mempercepat penyelesaian tersebut. Bila pengguna jasa dapat menyetujui usulan tersebut, maka rencana tanggal penyelesaian disesuaikan dan disahkan bersama oleh pengguna jasa dan penyedia jasa.

Jika pengguna jasa dapat menerima usulan biaya untuk percepatan pekerjaan yang diajukan oleh penyedia jasa, maka usulan tersebut dimasukkan dalam harga kontrak dan diperlakukan sebagai perintah perubahan.

4.4.1 Evaluasi penyebab keterlambatan pekerjaan

Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan adalah kondisi pelaksanaan dimana realisasi pekerjaan fisik < rencana pekerjaan fisik. Jika keterlambatan pelaksanaan mencapai batasan kritis sebagaimana ditentukan oleh kontrak, maka sebenarnya penyedia jasa dalam posisi tidak stabil karena sudah berada di ambang harus mengikuti show cause meeting. Jika terbukti penyedia jasa tidak mampu menunjukkan prestasi yang memenuhi persyaratan dalam uji coba maka penyedia jasa akan berada pada pilihan- pilihan bahwa pekerjaan harus diserahkan kepada penyedia jasa lain dalam format kesepakatan tiga pihak atau bahkan pemutusan kontrak. Oleh karena itu apabila penyedia jasa mulai memasuki “wilayah terlambat dalam pelaksanaan” maka penyedia jasa harus segera mengevaluasi kemampuannya, mencari penyebabnya, dan mencari jalan keluar untuk keluar dari keterlambatan. Jika penyebab keterlambatan adalah karena kesalahan pengguna jasa, penyedia jasa harus segera mengajukan perpanjangan waktu kepada pengguna jasa agar tidak terkena rapat pembuktian (show cause meeting) dan tidak terkena denda keterlambatan.

Jika kemajuan pelaksanaan yang dicapai oleh penyedia jasa masih termasuk kategori terlambat terhadap rencana tanggal penyelesaian, namun di luar kategori kontrak kritis, kontraktor masih terkena kewajiban membayar denda keterlambatan.

Penyedia jasa wajib membayar denda keterlambatan kepada pengguna jasa berdasarkan besaran untuk setiap hari kalender yang tercantum dalam dokumen

(32)

kontrak untuk setiap hari keterlambatan sejak rencana tanggal penyelesaian. Pengguna jasa dapat memotong denda keterlambatan tersebut dari pembayaran-pembayaran kepada penyedia jasa. Pembayaran denda keterlambatan tidak mempengaruhi kewajiban-kewajiban penyedia jasa.

Apabila rencana tanggal penyelesaian diundurkan setelah denda keterlambatan dibayarkan, maka direksi pekerjaan wajib melakukan koreksi atas kelebihan pembayaran denda keterlambatan dengan menyesuaikan sertifikat pembayaran berikutnya. Penyedia jasa harus mendapatkan pembayaran bunga dari pembayaran lebih, terhitung dari hari pembayaran kembali dengan sejumlah nilai tertentu yang telah disahkan oleh direksi pekerjaan dalam waktu tertentu (misalnya 28 hari) terhitung sejak tanggal disahkannya sertifikat pembayaran oleh direksi pekerjaan.

Apabila penyedia jasa terlambat melaksanakan pekerjaan sesuai jadwal, maka pengguna jasa harus memberikan peringatan secara tertulis atau dikenakan ketentuan pasal kontrak kritis sesuai ketentuan dokumen kontrak.

Apabila keterlambatan pelaksanaan pekerjaan disebabkan oleh pengguna jasa, maka dikenakan ketentuan pasal kompensasi sesuai ketentuan dokumen kontrak.

Apabila keterlambatan pelaksanaan pekerjaan disebabkan oleh keadaan kahar, maka butir-butir tersebut di atas tidak diberlakukan.

4.4.2 Rencana penanggulangan keterlambatan

Kriteria penilaian terhadap pelaksanaan pekerjaan diambil dari batasan kontrak kritis menurut ketentuan kontrak di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum sebagai berikut:

Batasan Kontrak Kritis

PERIODE RENCANA FISIK BATASAN KRITIS

I 0% - 70% Jika terjadi keterlambatan pekerjaan > 10%

II 70% - 100%

Jika terjadi keterlambatan pekerjaan > 5%, atau

Jika terjadi keterlambatan < 5% dan penyelesaian pekerjaan akan melampaui tahun anggaran

1. Rapat pembuktian (show case meeting/scm)

Dalam pelaksanaan pekerjaan mengalami keterlambatan sesuai batasan kontrak kri- tis tersebut di atas, maka guna menangani kontrak kritis tersebut, pengguna jasa wajib mengadakan rapat pembuktian atau show cause meeting (SCM)

Show cause meeting (SCM) atau rapat pembuktian adalah pertemuan antara peng- guna jasa, direksi pekerjaan, direksi teknis dan penyedia jasa, di mana penyedia jasa diminta membuktikan prospek kemampuannya untuk menyelesaikan pekerjaan konstruksi sesuai dengan dokumen kontrak, dilihat dari segi manajemen, peralatan dan keuangan.

SCM ini dilakukan dengan tujuan untuk melakukan pengendalian pekerjaan kon- struksi sehubungan dengan keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh penyedia jasa.

1) Rapat pembuktian (show cause meeting/SCM) dilakukan sebagai berikut:

Referensi

Dokumen terkait

7) Mandor tidak bertanggung jawab dalam hal hasil pengujian kepadatan perkerasan jalan, kecuali pemadatan dilakukan oleh pekerja. 8) Koordinasi antara mandor dengan

a) Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis dipadatkan denga peralatan pemadat yang memadai dan disetujui Direksi Pekerjaan sampai

Pada saat penghamparan jalur kedua lapisan bawah, lebar mesin penghampar haruslah disetel kembali untuk keperluan ofset sambungan yang telah ditetapkan

Untuk pekerjaan mobilisasi bahan, seorang Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bronjong bertanggung jawab atas, kuantitas dan kualitas barang masuk dan pendistribusian. Mobilisasi bahan

dilaksanakan dengan benar dengan waktu yang telah ditentukan ?.. Mampu mengawasi penempatan material di lapangan untuk penghamparan. Mampu melakukan koordinasi dengan operator

a) Mampu melakukan komunikasi dengan operator alat. b) Mampu melakukan koordinasi dengan operator alat. c) Mampu mengidentifikasi jenis alat penghamparan yang dibutuhkan. d) Harus

 Data hasil pengukuran stake out posisi titik-titik center line jalan pada tanah dasar (yang telah dipadatkan) yang akan difungsikan sebagai badan jalan untuk memikul subbase

Dalam menyusun jadwal harian perlu dipertimbangkan masukan-masukan sumber daya : tenaga, bahan, alat, lokasi kerja, uang, hari dan iklim.. • Jenis dan jumlah alat. Kondisi