RATIO TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN
OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Manajemen
Oleh :
M. REEZA PRAMADIKA 0712010141 / FE / EM
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penyusun sehingga skripsi yang berjudul
“ANALISIS PENGARUH CURRENT RATIO, LEVERAGE DAN
DIVIDEN PAY OUT RATIO TERHADAP PRICE EARNING RATIO PADA PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA” telah terselesaikan dengan baik. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Pada kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bimbingan, dukungan, petunjuk serta bantuan baik spirituil maupun materiil, khususnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, SE,MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, sekaligus selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan saran, nasehat serta bantuan bimbingan skripsi kepada peneliti sehingga peneliti bisa menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik.
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak dan Ibu serta Kakak tercinta Anugerah Karina Surya Negara, SH, penulis menyampaikan terima kasih banyak atas doa dan dukungan baik secara spiritual maupun materiil yang tidak mungkin penulis uraikan dengan kata-kata.
6. Kakak angkatku tersayang Nur Cholifah, SE, dan Lia Wijayanti, SE, atas bantuan dan dukungannya serta tempat berkeluh kesah.
7. Keluarga besar Beswan Djarum dan Djarum Bakti Pendidikan yang telah memberikan semangat kebersamaan, dengan segala ide kreatifnya dan dukungan bagi penulis.
8. Teman-teman kos yang selalu membuat suasana lebih bewarna.
9. Hernani Maryulianti atas semua dukungan, doa, semangat dan pengertiannya yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik..
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Halaman
DAFTAR ISI ………... i
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ………... . 1
1.2 Perumusan Masalah ………... . 8
1.3 Tujuan Penelitian ……….. . 9
1.4 Manfaat Penelitian ……….... . 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ……… 11
2.2 Landasan Teori ……….. 12
2.2.1. Pengertian Pasar Modal... ……… 12
2.2.2.1 Peranan Pasar Modal... ………... 13
2.2.2.2 Fungsi Pasar Modal…...………... 13
2.2.2.3 Manfaat Pasar Modal ... 14
2.2.2. Pengertian Manajemen Keuangan………... 15
2.2.2.1 Bentuk Laporan Keuangan... 16
2.2.3. Investasi di Pasar Modal ………... 18
2.2.4. Penilaian Harga Saham ………... . 19
2.2.5. Price Earning Ratio ……….. . 20
2.2.5.1 Pengertian Price Earning Ratio ……….. 20
2.2.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) ………... . 22
2.2.6. Pengertian Variabel Bebas ... . 23
2.2.6.1 Pengertian Current Ratio ... 23
2.2.6.2 Pengertian Leverage ... 24
Ratio.. ……. 28
2.3 Kerangka Konseptual………... 29
2.4 Hipotesis ………... . 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Definisi operasional dan Pengukuran Variabel ………... 31
3.2 Teknik Penentuan Sampel………... . 33
3.2.1 Populasi………... . 33
3.2.2 Sampel………... 33
3.3. Teknik Pengumpulan Data……….. . 35
3.3.1 Jenis Data………. . 35
3.3.2 Sumber Data……….. 35
3.3.3 Pengumpulan Data………. 35
3.4 Teknik Analisa dan Uji Hipotesis... 36
3.4.1. Regresi Linier Berganda ... 36
3.4.2 Uji Asumsi Klasik ... 37
3.4.3 Uji Hipotesis ……… 42
3.4.3.1 Uji Simultan (Uji F) ………. . 42
3.4.3.2 Uji Parsial (Uji t) ………. . 43
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ……….. 47
4.1.1 Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia ……….. . 47
4.1.2 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia (BEI) ……….. . 48
4.1.3 Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) …………... 50
4.3.3 Dividen Payout Ratio (X3) ………..……. . 66
4.3.4 Price Earning Ratio (Y) ………. 67
4.1 Analisis Dan Pengujian Hipotesis ………... . 68
4.3.1 Uji Normalitas ………... . 68
4.3.2 Uji Outlier... 69
4.3.3 Uji Asumsi Klasik………... 70
4.3.4 Analisis Regresi Linier Berganda ………... 75
4.3.5. Koefisien Determinansi (R2)... 76
4.3.6 Uji t ... 77
4.4 Pembahasan ………... 79
4.4.1 Pengaruh Current Ratio Terhadap Price Earnung Ratio ... . 80
4.4.2 Pengaruh Leverage Terhadap Price Earnung Ratio ……….. 81
4.4.3 Pengaruh Dividen Payout Ratio Terhadap Price Earning Ratio……… 82
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ………... . 84
5.2. Saran ………... . 84
DAFTAR PUSTAKA
Tabel 1. Nilai Price Earning Ratio Perusahaan Otomotif yang Go Publik
di Bursa Efek Indonesia…... 7
Tabel 2. Sampel Perusahaan Otomotif Yang Membayar Dividen Pay Out Ratio dalam periode tahun 2005 – 2008 di Bursa Efefk Indonesia… 34
Tabel 3. Current Ratio (X1) Perusahaan Otomotif yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 – 2008…... 62
Tabel 4. Leverage (X2) Perusahaan Otomotif yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 – 2008……… 63
Tabel 5. Dividen Pay Out Ratio (X3) Perusahaan Otomotif yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 – 2008……… 64
Tabel 6. Price Earning Ratio (Y) Perusahaan Otomotif yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 – 2008……..………… 66
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas………... 67
Tabel 8. Hasil Nilai Mahalanobis Distance……… 68
Tabel 9. Hasil Uji Multikolinieritas………. 69
Tabel 10. Hasil Uji Heteroskedastisitas………... 70
Tabel 11. Hasil Durbin – Watson………. 72
Tabel 12. Koefisien Regresi Linear Berganda.,………... 73
Gambar 1. Kerangka Konseptual... 37
Gambar 2. Statistik d Durbin – Watson... 47
Lampiran 1 : Tabulasi Data Keuangan
PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO PUBLIK DI BURSA
EFEK INDONESIA
Oleh :
M. REEZA PRAMADIKA
Abstraksi
Dengan semakin ketatnya persaingan bisnis antar perusahaan, perusahaan berupaya menjadi yang terbaik dari perusahaan lain. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan menunjukkan semakin bagus prospek perusahaan dimasa yang akan datang. Para investor tentunya akan berminat menanamkan investasinya kepada perusahaan yang prospek kedepannya menjanjikan keuntungan, terutama perusahaan yang besar. Dapat dilihat dari seberapa besar laba yang diperoleh perusahaan, kemudian dengan memperkirakan apakah perusahaan tersebut mampu melunasi kewajiban jangka pendeknya serta penggunaan leverage yang baik dan Price Earning Ratio banyak digunakan investor untuk menentukan apakah investasi modal yang dilakukannya menguntungkan atau merugikan. Atas dasar fenomena tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk meneliti mengenai pengaruh Current Ratio, Leverage dan Dividen Payout Ratio terhadap Price Earning Ratio pada perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode Probability Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel, maka jumlah sampel perusahaan otomotif yang memenuhi kriteria sebanyak 10 perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari data laporan keuangan periode 2005-2008 yang diambil dari Bursa Efek Indonesia. Sedangkan untuk pengujian data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan asumsi klasik menggunakan program SPSS.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Prestasi perusahaan yang semakin meningkat atau semakin baik
dengan sendirinya akan meningkatkan kepercayaan pihak luar dan akan
mempermudah perusahaan untuk memperoleh dana atau tambahan modal
melalui go public dengan menjual sahamnya kepada masyarakat. Dengan
semakin ketatnya persaingan bisnis antar perusahaan maka perusahaan akan
berupaya menjadi lebih baik dari perusahaan lain, terutama untuk perusahaan
yang memproduksi barang sejenis.
Kehadiran pasar modal bagi perusahaan merupakan alternatif pilihan
sumber dana (khususnya jangka panjang). Hal ini berarti keputusan
pembelanjaan dapat menjadi semakin bervariasi. Bagi investor, pasar modal
merupakan wahana yang dapat dimanfaatkan untuk menginvestasikan
dananya dan dapat juga menambah pilihan investasi sehingga kesempatan
untuk mengoptimalkan keuntungan investasi semakin besar. Tujuan dari
pasar modal itu sendiri adalah (Bambang Riyanto, 1994), 1) mempercepat
proses pemerataan pendapatan masyarakat melalui kepemilikan
saham-saham perusahaan swasta, 2) meningkatkan penghimpunan dana masyarakat
untuk digunakan secara produktif dalam pembiayaan pembangunan nasional.
Pasar modal dapat diidentifikasikan sebagai pasar untuk berbagai
dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh
pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta ( Jogiyanto,
2000).
Price Earnings Ratio (PER) merupakan ukuran yang paling banyak
digunakan untuk menentukan apakah investasi modal yang dilakukannya
menguntungkan atau merugikan. Price Earning Ratio (PER) mempunyai
kelebihan antara lain karena kemudahan dan kepraktisan, serta adanya standar
yang memudahkan pemodal untuk melakukan perbandingan penilaian
terhadap perusahaan lain pada industri yang sama. Hal ini menyebabkan para
investor lebih mempertimbangkan Price Earning Ratio (PER) untuk
digunakan dalam membantu mengidentifikasikan harga saham. Price Earning
Ratio (PER) menunjukkan seberapa besar para investor bersedia dibayar
untuk setiap keuntungan yang dilaporkan perusahaan sehingga merupakan
salah satu alat untuk mengukur kinerja perusahaan. Para manajer keuangan
akan senang jika saham perusahaannya dijual dengan Price Earning Ratio
(PER) yang tinggi. Ini mengidentikasikan bahwa perusahaan mempunyai
peluang pertumbuhan yang baik, yang berarti pendapatannya relatif aman dan
sejalan dengan rendahnya tingkat kapitalisasi.
Dalam penelitian ini, saham kelompok perusahaan otomotif lebih
banyak menarik minat para investor karena perusahaan otomotif merupakan
salah satu usaha yang tidak pernah mati akan kebutuhan transportasi yang
merupakan kebutuhan pokok manusia. Tingkat pemakaian masyarakat akan
komplek dan meningkat. Adapun alasan dipilihnya kelompok perusahaan
otomotif sebagai objek penelitian karena perusahaan otomotif adalah
perusahaan yang memiliki karakteristik industri yang produknya selalu
dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari – hari, selain itu banyak
diantara perusahaan otomotif telah tercatat dalam waktu yang relatif lama dan
cukup dikenal luas dengan kinerja yang cukup baik.
Dampak krisis global, yang dilakukan oleh perusahaan pada umumnya
melakukan efisiensi dan menahan diri untuk ekspansi. Ini bukan hanya karena
menurunnya tingkat daya beli masyarakat akibat krisis. Melainkan juga
ancaman krisis likuiditas juga sempat di alami kalangan perbankan. Industri
otomotif yang pembiayaan penjualannya sangat mengandalkan perbankan pun
harus ikut kena getahnya. Sehingga banyak cabang perusahaan-perusahaan itu
ditutup dan terjadi pemutusan hubungan kerja besar-besaran.
Krisis ekonomi global berdampak terhadap kemerosotan industri
otomotif termasuk yang paling luar biasa. Antara lain ditandai kasus
kebangkrutan sejumlah perusahaan otomotif besar, seperti General Motor
(GM), Ford, dan Chrysler atau yang lebih dikenal The Big Three,
mengakibatkan selama 2008, industri otomotif AS hanya mampu menjual
mobil sebanyak 13,2 juta unit atau menurun 18 persen dibandingkan 2007
yang mampu menjual sebanyak 16,1 juta unit mobil. Meskipun krisis global
mengancam prospek ekonomi dalam negeri, namun hal itu tampaknya tidak
berlaku bagi produk otomotif di Indonesia. Pada 2008, volume penjualan
mencapai 434.473 unit. Pada 2007, pertumbuhan penjualan mobil di Indonesia
mencapai 35,9 persen dibandingkan 2006, yang merupakan pertumbuhan
tertinggi di Asia, lebih tinggi sekalipun dengan Cina dan India. Dengan kata
lain, di balik kebangkrutan industri otomotif global, sesungguhnya terdapat
blessing bagi peningkatan aktivitas investasi, khususnya sektor otomotif di
Indonesia. (http://localhost//ProspekIndustriotomotif REPUBLIKA, Jumat, 29
Mei 2009).
Dalam rangka peningkatan pertumbuhan perusahaan dan menjaga
kelangsungan hidup usahanya dalam persaingan bisnis yang ketat,
perusahaan lebih cenderung untuk menahan sebagian besar keuntungannya
untuk dijadikan modal dengan maksud perusahaan mempunyai kesempatan
investasi yang paling menarik sehingga tingkat keuntungan juga akan dapat
dicapai secara maksimal.
Price Earning Ratio menunjukkan perbandingan antara harga saham di
pasar perdana atau harga perdana yang ditawarkan dibandingkan dengan
pendapatan yang diterima. PER yang tinggi menunjukkan ekspetasi investor
tentang prestasi perusahaan dimasa yang akan datang cukup tinggi
(Fakhruddin dan Hadianto, 2001: 66).
Menurut Husnan (1994:279), bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi PER adalah pertumbuhan dividen (yang berarti juga laba).
Sedangkan Dividen Payout Ratio sendiri mempunyai arti yaitu bagian dari
laba perusahaan yang dibayarkan sebagai dividen. Faktor ini mempunyai
menentukan besarnya dividen yang diterima oleh pemilik saham, di mana
besarnya dividen ini secara positif dapat mempengaruhi harga suatu saham
terutama pada pasar modal yang didominasi oleh investor yang berorientasi
pada pendapatan dividen. Dengan demikian apabila faktor-faktor lain yang
mempengaruhi PER konstan, semakin tinggi Dividen Payout Ratio, maka
semakin tinggi PER.
Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001 : 59) Rasio Likuiditas adalah
rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansial jangka pendek. Artinya jika kewajiban-kewajiban finansial jangka
pendek jatuh tempo mampukah pihak perusahaan mengatasi hal tersebut.
Current Rasio adalah rasio untuk menghitung berapa kemampuan perusahaan
dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar yang tersedia. Semakin
tinggi rasio ini berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Sedangkan menurut Karnadi
(1997), Likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan melunasi seluruh
kewajiban jangka pendeknya. Dengan semakin meningkatnya Current Ratio
perusahaan ada kemungkinan akan meningkatkan harga saham perusahaan
tersebut yang akan mempengaruhi PER. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh signifikan antara Current Ratio perusahaan terhadap
PER.
Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001: 59), Rasio Leverage atau rasio
utang adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh aktiva
dalam penelitiannya, menjelaskan bahwa salah satu faktor yang mampu
menjelaskan PER pada industri tertentu adalah Leverage (debt to equity ratio)
perusahaan. Suryaputi dan Astuti (2001) menurut Hansen dan Crutchley
(1990) menyatakan bahwa rata-rata harga saham terpengaruh saat perusahaan
mengumumkan penerbitan surat berharga yang baru. Terdapat bukti yang
mengidentifikasikan bahwa terjadi penurunan harga saham secara signifikan
selama pengumuman dari pembelanjaan modal yang baru atau utang yang
dapat dipertukarkan (convertible debt). Penawaran utang secara terbuka atau
saham preferen menghasilkan reaksi saham yang negatif tetapi signifikan..
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan
antara Leverage (debt to equity ratio) perusahaan terhadap PER.
Menurut Sartono (2001 : 249), perusahaan besar yang sudah
well-established akan lebih mudah memperoleh modal di pasar modal dibanding
dengan perusahaan kecil karena kemudahan akses tersebut berarti perusahaan
besar memiliki fleksibilitas yang lebih besar pula.
Oleh karena itu menjadi tujuan utama bagi investor untuk mengetahui
faktor-faktor yang mempengaruhi Price Earning Ratio, sehingga dapat
memutuskan investasi saham mana yang akan dipilih atau bagaimana
diversifikasi investasi yang tepat sekaligus menguntungkan.
Ada 10 Perusahaan Otomotif yang go publik dan terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Dalam setiap perusahaan otomotif yang nantinya akan berimbas
pada berfluktuasinya penjualan. Fluktuasinya penjualan berpengaruh juga
laporan keuangan masing-masing perusahaan yang terdaftar dalam Bursa Efek
Indonesia yang dapat ditunjukkan dalam bentuk tabel sebagai berikut :
Tabel 1 : Nilai Price Earning Ratio Perusahaan Otomotif yang Go Publik di
Bursa Efek Indonesia.
Sumber : Indonesia Capital Market Directory 2005-2008 (Bursa Efek Indonesia)
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa Price Earning Ratio pada
perusahaan-perusahaan otomotif memang mengalami fluktuasi (cenderung
turun) karena pada tahun penelitian perusahaan-perusahaan otomotif terkena
imbas dari krisis ekonomi yang melanda dunia bisnis pada umumnya sehingga
menyebabkan hasil yang dicapai oleh perusahaan-perusahaan otomotif
menurun dan berakibat pada tidak stabilnya harga saham perusahaan. Ini
tentunya akan membuat investor tidak mendapatkan apa yang diinginkannya
yaitu tingkat keuntungan atau tingkat return yang tinggi dari dana yang
dikeluarkan oleh para investor. Padahal seorang investor yang berinvestasi
selalu menginginkan keuntungan yang optimal dari investasi yang
seharusnya dapat memaksimalkan keuntungannya karena adanya tingkat
perekonomian di Indonesia mulai membaik dan daya beli masyarakat juga
naik, ini bisa dilihat dari semakin banyaknya penggunaan kendaran bermotor
di Indonesia. Dengan memaksimalkan tingkat keuntungan maka perusahaan
akan dapat memberikan return yang tinggi kepada para pemegang saham atau
investor.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik mengangkat topik tersebut
kedalam penelitian dengan judul ”PENGARUH CURRENT RATIO,
LEVERAGE DAN DIVIDEN PAYOUT RATIO TERHADAP PRICE
EARNING RATIO PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG GO
PUBLIK DI BURSA EFEK INDONESIA”.
1.2 Perumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan yang
akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah current ratio berpengaruh terhadap Price Earning Ratio pada
perusahaan otomotif yang go public di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah leverage berpengaruh terhadap Price Earning Ratio pada
perusahaan otomotif yangt go public di Bursa Efek Indonesia?
3. Apakah dividen payout ratio berpengaruh terhadap Price Earning
Ratio pada perusahaan otomotif yangt go public di Bursa Efek
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dan manfaat ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh current ratio terhadap Price Earning
Ratio pada perusahaan otomotif yang go publik di Bursa Efek
Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap Price Earning
Ratio pada perusahaan otomotif yang go publik di Bursa Efek
Indonesia.
3. Untuk mengetahui pengaruh dividen payout ratio terhadap Price
Earning Ratio pada perusahaan otomotif yang go publik di Bursa
Efek Indonesia
1.4. Manfaat Penelitian.
Dengan adanya latar belakang yang telah diuraikan, permasalahan
serta tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, manfaat yang
dapat diambil adalah sebagai berikut :
1. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang dapat
digunakan oleh para investor dalam melakukan penelitian terhadap
saham yang akan diteliti.
2. Dapat digunakan sebagai langkah awal bagi peneliti dalam
membandingkan dan mempraktekkan ilmu yang telah didapatkan
3. Dapat digunakan bagi para akademisi sebagai tambahan
literatur yang membantu didalam perkembangan ilmu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu.
Penelitian yang pernah dilakukan mengenai Price Earning Ratio ini
antara lain :
1. Halim (2005), penelitian dengan judul “Pengaruh Likuiditas, Leverage,
dan Dividen terhadap Price Earning Ratio pada industri manufaktur di
Bursa Efek Jakarta”. Dalam penelitian ini sample yang digunakan adalah
purposive sampling dan pengujian dilakukan dengan menggunakan
analisa multiple regression. Berdasarkan analisis dan pembahasan dari
penelitian Halim (2005) menunjukkan bahwa dalam penelitian tersebut
didapatkan hasil dimana pada tahun 2001 semua variabel independen,
yaitu current ratio (CR), dept to equity ratio (DER), dan deviden payout
ratio (DPR) berpengaruh positif (Signifikan) terhadap PER, sedangkan
pada tahun 2002 hanya deviden payout ratio (DPR) yang berpengaruh
positif (signifikan) terhadap PER.
2. Suryaputri dan Astuti (2003), penelitian dengan judul “Pengaruh Faktor
Leverage, Divident Payout, Size, Earning Growth and Country Risk
Terhadap Price Earning Ratio (Studi pada perusahaan industri
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama 1995-1999)”,
Permasalahan yang dikemukakan adalah : Apakah Faktor Leverage,
signifikan terhadap Price Earning Ratio. Sampel yang digunakan adalah
metode purposive sampling dan pengujian dilakukan dengan
menggunakan analisa multiple regression.
Pada jurnal penelitian tersebut diperoleh dari hasil analisis maka
dapat disimpulkan hanya variabel Leverage, variabel Dividend Payout,
variabel Size dan variabel Country Risk yang berpengaruh signifikan
terhadap Price Earning Ratio sedangkan variabel Earning Growth tidak
signifikan.
3. Menurut Whitbeck-kisor (1963) didalam Husnan (1994: 309) bahwa tiga
variabel yang mempengaruhi PER, yaitu :
1. Tingkat Pertumbuhan Laba
2. Divident Payout Rate
3. Deviasi Standar Tingkat pertumbuhan Laba
Persamaan yang berhasil mereka susun adalah
PER = 8,2 + 1,5 (Tingkat Pertumbuhan Laba) + 0,067 (Divident Payout
Rate) - 0,2 (Deviasi Standar Tingkat Pertumbuhan laba)
Variabel (1) dan (2) diharapkan mempunyai hubungan yang positif
terhadap PER (artinya semakin tinggi varibel-variabel tersebut
semakin tinggi PER) sedangkan varibel (3) diharapkan mempunyai
hubungan yang negatif (artinya semakin tinggi variabel ini
semakin rendah PER).
a. Tingkat pertumbuhan laba sebagai salah satu faktor mempengaruhi
sendirinya akan meningkatkan PER. Selain itu tingkat
pertumbuhan laba dapat menentukan apakah PER telah berada
pada potensi dibeli atau dilakukan short selling (suatu cara yang
digunakan dalam penjualan saham di mana investor/trader
meminjam dana (on margin) untuk menjual saham (yang belum
dimiliki) dengan harga tinggi dengan harapan akan membeli
kembali dan mengembalikan pijaman saham ke pialangnya pada
saat saham turun.)
b. Divident Payout Rate adalah proporsi laba yang dibagikan sebagai
dividen. Apabila dividend payout rate sebesar 40%, maka dari
setiap Rp. 100 laba yang diperoleh, Rp. 40 dibagikan sebagai
dividen.
c. Deviasi Standar Tingkat pertumbuhan Laba merupakan ukuran
sebaran statistik yang paling lazim. Singkatnya, ia mengukur
bagaimana nilai-nilai data tersebar.
2.2. Landasan Teori.
2.2.1. Pengertian Pasar Modal.
Pasar modal adalah tempat terjadinya transaksi asset keuangan
jangka panjang atau Long Term Financial Assets. Pasar modal
memungkinkan terpenuhinya kebutuhan dana jangka panjang untuk
investasi jangka panjang dalam bentuk bangunan, peralatan dan sarana
diperjualbelikan di pasar modal adalah obligasi, saham preferen dan
saham biasa.
Menurut Sunariyah (2004 :5), Pasar Modal adalah tempat
pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga. Di
tempat inilah para pelaku pasar yaitu individu-individu atau badan usaha
yang mempunyai kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi
dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten.
2.2.1.1. Peranan Pasar Modal
Peranan pasar modal ditinjau dari aspek mikro yaitu dilihat dari sisi
kepentingan para pelaku pasar modal adalah (Sunariyah,2003:7):
1) Sebagai fasilitas melakukan interaksi antara pembeli dan penjual
untuk menentukan harga saham atau surat beharga yang
diperjualbelikan.
2) Pasar modal memberi kesempatan kepada para pemodal untuk
menentukan hasil (return) yang diharapkan.
3) Pasar modal memberi kesempatan kepada investor untuk menjual
kembali saham yang dimiliki atau surat berharga lainnya.
4) Pasar modal menciptakan kepada masyarakat untuk berpartisipasi
dalam perkembangan suatu perekonomian.
2.2.1.2. Fungsi Pasar Modal
Fungsi dari pasar modal / bursa efek (Sartono,2001: 23) adalah :
A. Menciptakan pasar secara terus menerus bagi efek yang ditawarkan
B. Menciptakan harga yang wajar bagi efek yang bersangkutan melalui
mekanisme pasar.
C. Membantu pembelajaran (pemenuhan dana) dunia usaha melalui
penghimpunan dana masyarakat.
D. Menghimpun proses perluasan partisipasi masyarakat dalam
kepemilikan saham-saham perusahaan.
2.2.1.3. Manfaat Pasar Modal
Menurut Anoraga dan Pakarti (2001: 12) manfaat pasar modal adalah :
a). Manfaat Pasar Modal bagi emiten/perusahaan adalah :
1. Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar.
2. Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana
selesai.
3. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra
perusahaan.
4. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.
5. Cash Flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga
nominal perusahaan.
6. Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko
tinggi.
7. Tidak ada beban finansial.
8. Jangka waktu penggunaan dana tidak terbatas.
10.Profesionalisme dalam manajemen meningkat.
b). Manfaat Pasar modal bagi Investor / Pemodal adalah :
1. Nilai investasi berkembang mengikuti harga saham yang mencapai
capital gain.
2. Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki atau memegang
saham dan bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi
pemegang obligasi.
3. Mempunyai hak suara dalam RUPS (Rapat Umum Pemegang
Saham) bagi pemegang saham, mempunyai hak suara dalam
RUPO (Rapat Umum Pemegang Obligasi) bila diadakan bagi
pemegang obligasi.
4. Dapat dengan mudah mengganti instrument investasi, misal dari
saham A ke saham B sehingga dapat meningkatkan keuntungan
atau mengurangi resiko.
c). Manfaat Pasar Modal bagi Lembaga Penunjang adalah :
1. Menuju ke arah professional didalam memberikan pelayanannya
sesuai dengan bidang tugas masing-masing.
2. Sebagai pembentuk harga dalam bursa pararel.
3. Semakin memberi variasi pada jenis lembaga penunjang.
4. Likuiditas efek semakin tinggi.
d). Manfaat Pasar Modal bagi Pemerintah adalah :
1. Mendorong laju pembangunan.
3. Pencipta lapangan kerja.
4. Mengurangi anggaran bagi BUMN (Badan Usaha Milik Negara).
2.2.2. Pengertian Manajemen Keuangan
Menurut Husnan (2004: 4), manajemen keuangan menyangkut
kegiatan perencanaan, analisis dan pengendalian kegiatan keuangan.
Mereka yang melaksanakan kegiatan tersebut sering disebut manajer
keuangan.
Meskipun demikian, kegiatan keuangan tidaklah terbatas dilakukan
oleh mereka yang menduduki jabatan seperti Direktur Keuangan, Manajer
Keuangan, Kepala Bagian Keuangan dan sebagainya, mungkin sekali
melakukan kegiatan keuangan. Sebagai misal, keputusan untuk
memperluas kapasitas pabrik, menghasilkan produk baru jelas akan
dibicarakan dan diputuskan oleh berbagai direktur, tidak terbatas hanya
oleh Direktur Keuangan. Banyak keputusan yang harus diambil oleh
manajer keuangan dan berbagai kegiatan yang harus dijalankan mereka.
Meskipun demikian kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua kegiatan utama, yaitu kegiatan menggunakan dana
(allocation of funds) dan mencari pendanaan (raising of funds). Dua
kegiatan utama (atau fungsi) tersebut disebut sebagai fungsi keuangan.
Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat
diartikan semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan
usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara
efisien (Sutrisno, 2001:3).
2.2.2.1. Bentuk Laporan Keuangan
A. Neraca
Laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari
suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Tujuan neraca adalah untuk
menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu tanggal
tertentu, biasanya pada waktu dimana buku-buku ditutup dan ditentukan
sisanya pada suatu akhir tahun fiscal atau tahun kalender, sehingga neraca
sering disebut dengan Balance Sheet. (Munawir,2002:13)
Bentuk Neraca :
1. Skontro
Dimana semua aktiva tercantum sebelah kiri atau debet dan hutang
sebelah kanan atau kredit.
2. Vertical
Dalam bentuk ini semua aktiva nampak dibagian atas yang selanjutnya
diikuti dengan hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan
modal.
3. Bentuk neraca yang disesuaikan dengan kedudukan atau posisi
keuangan perusahaan. (Munawir, 2002:20).
Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001: 58), salah satu teknik
dalam Analisis Laporan Keungan adalah Analisis Rasio Keuangan.
Analisis rasio ini dibagi dlam lima macam dan dijelaskan masing-masing
sebagai berikut:
1. Rasio Likuiditas.
Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban financial jangka pendek. Rasio-rasio Likuditas antara lain:
a. Current Ratio adalah Rasio untuk menghitung berapa kemampuan
perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva lancar
yang tersedia.
Total Aktiva Lancar Current Ratio =
Total Hutang Lancar
Menurut Weston and Copeland (1994:226), Current Ratio dapat
dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Aktiva
lancar terdiri dari kas, surat berharga, piutang dagang dan persediaan.
Kewajiban lancar terdiri dari hutang dagang, wesel bayar jangka pendek,
hutang jangka panjang dan akan jatuh tempo, pajak penghasilan yang
terhutang. Semakin tinggi rasio lancar, semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya.
Rasio lancar dijadikan sebagai indikator bahan pertimbangan bagi
investor dalam menilai kinerja suatu perusahaan dan hal ini akan
b. Cash Ratio adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek dengan uang kas yang
tersedia dan efek yang segera diuangkan.
Kas + Efek Cash Ratio =
Utang lancer
c. Quick Ratio adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendek dengan aktiva yang
lebih likuid atau mudah dicairkan.
Aktiva Lancar - Persediaan Quik Ratio =
Utang Lancar
2. Rasio Leverage.
Rasio ini menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai atau
difinansir oleh pihak luar atau dengan kata lain financial leverage
menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasi
perusahaan. Rasio-rasio Leverage (utang) antara lain.
a. Debt Ratio adalah rasio yang mengukur sejumlah aktiva perusahaan
yang dibiayai oleh hutang atau modal yang berasal dari kreditur.
Total Hutang Debt Ratio =
Menurut Fakhruddin dan Hadianto (2001: 59), Rasio Leverage atau
rasio utang adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh
aktiva perusahaan dibiayai utang atau oleh pihak luar. Rasio ini
menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai atau difinansir oleh pihak
luar atau dengan kata lain finansial leverage menunjukkan proporsi atas
penggunaan utang untuk membiayai investasi perusahaan.
b. Debt to Equity Ratio adalah rasio utang yang diukur dari
perbandingan utang dengan ekuitas (modal sendiri).
Total Hutang Debt to Equity Ratio =
Total Modal sendiri
c. Time Interest Earned Ratio adalah rasio yang menunjukkan
hubungan antara laba sebelum bunga dan pajak dengan beban bunga
utang jangka panjang.
Laba Operasi Time Interest Earned Ratio =
Beban Bunga per Tahun
d. Fixed Charge Coverage Ratio adalah ratio yang mengukur berapa
besar kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya
termasuk pembayara dividen saham preferen bunga, angsuran
pinjaman dan sewa.
EBIT + Bunga + Pembayaran Sewa Fixed Charge Coverage Ratio =
e. Debt Service Coverage adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok
pinjaman.
Laba Sebelum Bunga dan Pajak Debt Service Coverage =
(Bunga + Sewa + (Angsuran pokok pinjaman/1-tarif pajak))
3. Rasio Aktivitas.
Analisis keuangan berkepentingan dengan rasio ini, yaitu untuk
mengetahui seberapa besar efisiensi investasi pada berbagai aktiva.
Artinya sejauh mana sumber daya organisasi telah dimanfaatkan secara
optimal. Rasio-rasio Aktivtas antara lain :
a. Periode Pengumpulan Piutang adalah rasio yang menunjukkan
rata-rata hari yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi
kas.
Piutang x 360 Periode Pengumpulan Piutang =
Penjualan Kredit
b. Perputaran Piutang adalah rasio untuk menghitung berapa kali
dana yang tertanam dalam piutang perusahaan berputar dalam
setahun.
Penjualan Kredit Perputaran Piutang =
c. Perputaran Persediaan, pada perusahaan yang perputaran
persediaannya yang makin tinggi menunjukkan makin efisien,
tetapi perputaran yang terlalu tinggi juga tidak berarti.
Harga Pokok Penjualan Perputaran Persediaan =
Rata-rata Persediaan
d. Perputaran Aktiva Tetap adalah rasio yang menunjukkan
bagaimana perusahaan menggunakan aktiva tetapnya seperti
gedung kendaraan, mesin-mesin, perlengkapan kantor.
Penjualan Perputaran Total Aktiva =
Total Aktiva
4. Rasio Profitabilitas.
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba
dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal
sendiri. Rasio-rasio Profitabilitas antara lain :
a. Gross Profit Margin adalah rasio yang mengukur tingkat laba
kotor dibandingkan dengan volume penjualan.
Laba Kotor Gross Profit Margin =
Penjualan
b. Operating Profit Margin adalah rasio mengukur tingkat laba
Laba Operasi Operating Profit Margin =
Penjualan
c. NetProfit Margin adalah rasio yang mengukur laba bersih sesudah
pajak dibandingkan dengan volume penjualan.
Laba Setelah Pajak Net Profit Margin =
Penjualan
d. Return On Investment (ROI) atau Return On Assets adalah rasio
yang menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari
aktiva yang dipergunakan.
Laba Setelah Pajak Return On Investment (ROI) =
Total Aktiva
e. Return on Equity atau Return On Net Worth adalah rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia
bagi pemegang saham perusahaan.
Laba Setelah Pajak Return on Equity =
Modal Sendiri
f. Earning Power adalah rasio yang tinggi rendahnya memberikan
indikasi seberapa jauh efisiensi penggunaan modal, dan turun
Laba Setelah Pajak Earning Power =
Total Aktiva
5. Rasio Saham.
Rasio ini menunjukkan bagian dari laba perusahaan, dividend dan
modal yang dibagikan kepada setiap saham. Rasio-rasio saham biasa
antara lain :
a. Price Earning Ratio adalah rasio yang menunjukkan perbandingan
antara harga saham di pasar perdana atau harag perdana yang
ditawarkan dibandingkan dengan pendapatan yang diterima.
Harga perLembar Saham Price Earning Ratio=
Earning perLembar Saham
Menurut Sawir (2005:21), Price Earning Ratio adalah apa yang
investor bayar untuk aliran earnings. Atau dilihat dari kebalikannya
adalah apa yang investor dapatkan (peroleh) dari investasi tersebut.
Investor dalam pasar modal yang sudah maju menggunakan Price
Earning Ratio untuk mengukur apakah suatu saham underpriced atau
overpriced. Menurut Halim (2003:23), Price Earning Ratio sering
digunakan analis saham untuk menilai harga saham
b. Earning Per Share adalah rasio yang mengukur besarnya laba yang
Laba Bersih setelah Pajak – Pembayaran Dividen Saham Preferen
Earning Ratio Share=
Jumlah Saham Biasa yang Beredar
c. Dividen Per Share adalah rasio yang menunjukkan seluruh
pembayaran dividen dalam angka per saham.
Dividen yang Dibayarkan Dividen Per Share =
Jumlah Saham Biasa yang Beredar
d. Dividen Yield adalah rasio yang menunjukkan tingkat penghasilan
berjalan yang diperoleh dari investasi saham perusahaan.
Dividen yang Dibayarkan per Saham Dividen Yield =
Harga Pasar per Saham
e. Payout Ratio adalah rasio yang menunjukkan besarnya laba yang
dibayarkan kepada pemegang saham dalam benruk dividen.
Dividen per Saham Payout Ratio =
Earning per Share
Dividen menurut Ross (1995) adalah sebagai pembayaran kepada
pemilik perusahaan yang diambil dari keuntungan perusahaan, baik
menurut Anwar (1999:394) merupakan presentase jumlah yang
dibayarkan dari laba bersih usaha.
f. Nilai Buku Per Saham adalah rasio yang menunjukkan nilai buku
perusahaan yaitu total aktiva dikurangi dengan total utang (modal)
yang dihitung untuk setiap saham.
Modal Nilai Buku Per Saham =
Jumlah Saham Biasa yang beredar
g. Price to Book Value adalah rasio yang menunjukkan apakah harga
saham (harga pasar) diperdagangkan di atas atau di bawah nilai
buku saham tersebut.
Harga Pasar Saham Biasa Price to Book Value =
Nilai Buku per Saham
C. Laporan Rugi Laba
Merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan,
biaya, rugi laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode
tertentu. (Munawir, 2002:26)
Bentuk Laporan Rugi Laba :
1. Bentuk Single Step yaitu dengan menggabungkan semua penghasilan
sehingga untuk menghitung rugi laba bersih hanya memerlukan satu
langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan.
2. Bentuk Multiple Step yaitu bentuk ini dilakukan pengelompokan yang
lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum.
2.2.3. Investasi di Pasar Modal
Investasi adalah penawaran modal untuk satu atau lebih aktiva yang
dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan
keuntungan di masa-masa yang akan datang. Keputusan penanaman modal
tersebut dapat dilakukan oleh individu atau suatu entitas yang mempunyai
kelebihan dana (Sunariyah,2003 : 4)
Investasi merupakan suatu tindakan melepaskan dana saat sekarang
dengan harapan untuk dapat menghasilkan arus dana masa datang dengan
jumlah yang lebih besar dari dana dilepaskan pada saat investasi awal
(Moeljadi, 2006 : 121)
Investasi menurut Jogianto (2000 : 5), merupakan penundaan
konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama
periode tertentu. Pengertian investasi yang lebih luas membutuhkan
kesempatan produksi yang efisien untuk mengubah satu unit konsumsi
mendatang. Dengan demikian investasi dapat didefinisikan sebagai
penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang
Di dalam investasi ada dua potensi keuntungan dari investasi bursa
efek, yaitu berupa keuntungan yang diperoleh perusahaan yang dibagikan
kepada pemegang saham (dividen) dan jika investor menjual sahamnya di
atas harga belinya. Dividen perusahaan sangat berkaitan dengan
performance perusahaan, sedangkan capital gain tidak begitu dipengaruhi
oleh perusahaan. Unsur spekulasi sangat berperan dalam jual beli saham,
jika harga jual saham di bawah harga beli (capital lost), sedangkan
deviden tidak bisa negatif (Anoraga dan Pakarti, 2003 : 81).
Menurut Usman dkk (1990 : 144), setiap pemodal memiliki tujuan
tertentu yang ingin dicapainya melalui keputusan investasi yang diambil.
Secara umum tertentu saja motif investasi adalah : memperoleh
keuntungan, namun dikaitkan dengan karakteristik instrument di pasar
modal pada dasarnya ada 5 sasaran yang ingin di capai oleh pemodal,
antara lain :
1. keamanan
2. pendapatan
3. pertumbuhan
4. fasilitas pajak
5. spekulasi
2.2.4. Penilaian Harga Saham
Tinggi rendahnya harga saham benar-benar merupakan penilaian
adalah kondisi (performance) perusahaan dan faktor penawaran dan
permintaan saham serta kemampuan dalam menganalisis efek.
Dalam analisis fundamental laporan keuangan perusahaan
memegang peranan penting dengan mengevaluasi laporan keuangan, akan
mengetahui perkembangan dan kondisi keuangan perusahaan. Hal ini
dikemukakan oleh Husnan (1994:285) yang menyebutkan bahwa ada dua
pendekatan dalam analisis investasi yang umumnya digunakan dalam
melakukan penilaian saham ,yaitu :
1. Analisis Teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga
saham di waktu yang lalu. Pemikiran yang mendasari analisis ini
adalah bahwa harga saham yang mencerminkan informasi yang
relevan, bahwa informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan
harga di waktu yang lalu dan karenanya perubahan harga saham
akan mempunyai pola tertentu.
2. Analisis Fundamental mencoba memperkirakan harga saham di
masa yang akan datang dengan mengestimate nilai faktor – faktor
fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa yang akan
datang dan menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut
sehingga diperoleh taksiran harga saham.
Ada dua pendekatan fundamental yang umumnya digunakan dalam
melakukan penilaian saham, yaitu dengan pendekatan nilai sekarang
(Present Value Approach) dan pendekatan PER (P/E ratio approach)
2.2.5. Pengaruh Current Ratio terhadap Price Earning Ratio.
Current Ratio adalah rasio yang mengukur seberapa jauh aktiva
perusahaan bisa dipakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Ratio
lancar dihitung dengan membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar.
Rasio lancar merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk
mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Oleh
karena itu rasio tersebut menunjukkan seberapa jauh tuntutan kreditur
jangka pendek dan dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang
tunai dengan periode yang sama dengan jatuh tempo hutang.
Menurut Weston dan Copeland (1995 : 244),semakin tinggi resiko
semakin tinggi faktor diskonto dan semakin rendah Price Earning Ratio.
Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan semakin tinggi Price
Earning Ratio.
Menurut Beaver, et al (1970), Farrely, et al (1982), Capstaff (1992)
didalam Abdurahim, berpendapat jika Current Ratio tinggi pada current
asset yang besarnya tetap, berarti liabilitasnya kecil. Demikian juga
sebaliknya pada current liabilities yang tetap, maka jumlah asset yang
dimiliki semakin besar. Dengan demikian semakin tinggi Current Ratio
berarti semakin kecil resiko yang akan ditanggung oleh para investor, bila
tingkat resiko kecil maka Price Earning Ratio akan meningkat.
Menurut Karnadi (1997) dalam Halim (2005), berpendapat
Likuiditas diartikan sebagai kemampuan perusahaan melunasi seluruh
(current ratio) perusahaan ada kemungkinan akan meningkatkan harga
saham perusahaan tersebut yang akan mempengaruhi PER.
Dari uraian diatas dan teori-teori yang ada dapat disimpulkan
bahwa Current Ratio berpengaruh positif terhadap Price Earning Ratio.
Hal ini didukung oleh Halim (2005) yang juga menyimpulkan bahwa
terdapat pengaruh signifikan antara Current Ratio perusahaan terhadap
PER.
2.2.6. Pengaruh Leverage terhadap Price Earning Ratio.
Menurut Helfert (1996:97), Penggunaan hutang yang berhasil akan
meningkatkan pendapatan pemilik perusahan karena pengembalian dari
dana ini melebihi bunga yang harus dibayar dan menjadi hak pemilik yang
berarti meningkatkan ekuitas pemilik. Menurut Sartono (2001:87) P/E
ratio akan meningkat dengan peningkatan ROE, hal ini disebabkan karena
ROE yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk berkembang lebih
baik.
Menurut Fuller dan Farrel (1987:365) dalam Setiawan (2005),
Leverage dinyatakan dapat berpengaruh positif terhadap Price Earning
Ratio dikarenakan bahwa leverage merupakan salah satu elemen yang
menentukan tingkat pertumbuhan laba perusahaan. Dalam analisis Du
Pont menyatakan bahwa Leverage tinggi berpeluang akan memperbesar
Return On Equity (ROE), sehingga akan meningkatkan tingkat
sedangkan faktor-faktor lain dianggap konstan maka dapat mengakibatkan
Price Earning Ratio meningkat.
2.2.7. Pengaruh Dividen Payout Ratio terhadap Price Earning Ratio.
DPR adalah presentase dari pendapatan yang akan dibayar kepada
pemegang saham sebagai “cash divideno” . Bila DPR mengalami
kenaikan, PER akan mengalami kenaikan, dan PER akan turun jika DPR
mengalami penurunan. Menurut Litner ( 1956 ) dalam Halim (2005)
membuktikan bahwa para manajer cenderung untuk mengubah pembagian
dividen terutama untuk menanggapi perubahan yang tidak terantisipasi
dan berfluktuasinya laba perusahaan (PER). Penelitian Marsh and Merton
(1987) dalam Suryaputri dan Astuti (2003) mendukung teori Litner yang
menyatakan bahwa laba yang permanen dapat mengukur nilai interistik
perusahaan, dimana nilai interistik sama dengan nilai sekarang ( present
value) dari arus kas yang diharapkan tersedia di masa datang oleh para
pemegang saham saat ini. Dengan meningkatnya Price Earning Ratio
salah satunya dipengaruhi oleh Dividen Payout Ratio, bila Divident
Payout Ratio meningkat atau besar akan meningkatkan Price Earning
Ratio juga. Sebaliknya bila Dividen Payout Ratio kecil atau menurun
2.3 Kerangka Konseptual.
Gambar 1. Kerangka Konseptual.
2.4. Hipotesis.
Berdasarkan perumusan masalah dan landasan teori yang telah
dikemukakan,maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Current Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap Price Earning
Ratio.
2. Current Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap Price Earning
Ratio.
3. Dividen Payout Ratio berpengaruh positif signifikan terhadap Price
Earning Ratio.
Current Ratio ( X1 )
Debt to Equity Ratio ( X2 )
Dividend Payout Ratio ( X3 )
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Definisi operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
variabel terikat dan variabel bebas. Price Earning Ratio (PER) sebagai
variabel terikat (Y), sedangkan variabel bebasnya adalah Current ratio (X1),
Leverage (X2) dan Dividen Payout Ratio (X3).
Definisi operasional setiap variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut :
1. Price Earning ratio ( Y ) adalah Rasio atau perbandingan antara harga
saham terhadap earning perusahaan (Tandelilin,2001: 192)
Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang
digunakan adalah kali (x)
Rumus :
arg
H aPerLembarSaham
PER
EarningPerLembarSaham
=
Keterangan :
PER : Price Earning Ratio
Laba bersih setelah pajak
EPS =
2. Current Ratio ( X1 ) adalah rasio untuk menghitung berapa
kemampuan perusahaan dalam membayar utang lancar dengan aktiva
lancar yang tersedia. (Fakhruddin dan Hadianto,2001: 59)
Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang
digunakan adalah kali (x).
Rumus :
Total Aktiva Lancar Current Ratio =
Total Hutang Lancar
3. Leverage ( X2 ) adalah rasio yang mengukur sejauh mana perusahaan
dibiayai oleh utang atau dibiayai oleh pihak luar (Fakhruddin dan
Hadianto,2001: 61)
Skala pengukurannya adalah rasio dan satuan pengukuran yang
digunakan adalah kali (x).
Rumus : Total Hutang
Leverage = Total Aktiva
4. Dividen Payout Ratio ( X3 ) adalah persentase laba bersih yang
dibayarkan sebagai deviden (Brigham & Houston, 1998 : 109).
Dimana persentasenya adalah
Dividen per saham DPR =
3.2. Teknik Penentuan Sampel.
3.2.1. Populasi.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu. (Sugiyono,
2004:90)
Dalam penelitian ini populasi yang dijadikan obyek adalah
perusahaan Otomotif yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
sampai saat ini adalah sebanyak 19 perusahaan.
3.2.2. Sampel.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. (Sugiyono, 2004:91). Dalam penelitian ini teknik
sampel yang digunakan adalah Non Probability Sampling dengan
menggunakan metode Purposive Sampling yaitu bahwa pengambilan sampel
berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu, dengan kriteria sebagai
berikut :
• Perusahaan yang telah mempublikasikan laporan keuangannya secara
kontinyu selama 4 periode, tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 di
Bursa efek Indonesia.
• Perusahaan yang membayar Dividen Payout secara kontinyu minimal
2 tahun dalam periode tahun 2005 sampai tahun 2008 di Bursa Efek
Adapun kesepuluh perusahan otomotif yang ditentukan sebagai
sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 2 : Sampel Perusahaan Otomotif Yang Membayar Dividen
Payout Ratio dalam periode tahun 2005 – 2008 di Bursa Efefk
Indonesia.
No Nama Perusahaan Dividen Pay Out Ratio
2005 2006 2007 2008
1. PT. Astra Internasional Tbk. 32.64 31.63 0 0
2. PT. Astra Otoparts Tbk. 27.64 16.40 0 0
3. PT. Gajah Tunggal Tbk. 4.57 138 9 0
4. PT. Goodyear Indonesia Tbk. 136 138 9 0
5. PT. Hexindo Adiperkasa Tbk. 39.52 36.22 31.15 0
6. PT. Indo Kordsa Tbk. 15.06 29.49 72.42 59.35
7. PT. Intraco Penta Tbk. 14.52 0 0 37.66
8. PT. Multistrada Arah Sarana Tbk. 17.51 2.11 20.95 0
9. PT. Tunas Ridean Tbk. 18.57 33.29 40.42 95.63
10. PT. United Tractor Tbk. 29.82 26.05 28.65 27.51
Sumber: Indonesia Capital Market Directory 2005-2008 (Bursa Efek Indonesia)
3.3. Teknik Pengumpulan Data.
3.3.1. Jenis Data.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder, yaitu data
yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak lain. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan perusahaan otomotif yang go
3.3.2. Sumber Data.
Dalam penelitian ini data bersumber dari PT. BURSA EFEK
INDONESIA (BEI) berupa laporan keuangan yang terangkum dalam
Indonesia Capital Market Directory (ICMD) perusahaan otomotif yang telah
dipilih sebagai sampel penelitian.
3.3.3. Pengumpulan Data.
Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan oleh peneliti,
maka metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
dokumentasi yaiu pengumpulan data dengan cara menggunakan dan
mempelajari catatan perusahaan yang berkaitan. Pengumpulan data historis
perusahaan yang telah didokumentasikan dan masih berlaku saat ini,
kemudian dilakukan rekapitulasi sesuai dengan kebutuhan penelitian ini.
Dokumentasi ini digunakan untuk mengetahui aktivitas
perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3.4. Teknik Analisa dan Uji Hipotesis
3.4.1. Regresi Linier Berganda
Teknik analisa yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier
Berganda. Dikarenakan dalam analisis pemilihan regresi linier berganda
dapat menerangkan ketergantungan satu variabel terikat (Y) yaitu Price
Earning Ratio dengan satu atau lebih variabel bebas (X), yang meliputi tiga
Maka kaitan antara variabel penelitian dapat digunakan model
sebagai berikut :
Y = β0 + β1 X1 + β2 X2+ β3X3 +
ε
Keterangan :
Y : PER.
Β0 : kostanta ( intercept ).
β1,β2,β3 : koefisien regresi parsial ( slope ).
X1 : Current Ratio.
X2 : Leverage.
X3 : Dividen Payout Ratio.
ε
: Kesalahan Acak.3.4.2 Uji Asumsi Klasik.
Persamaan regresi tersebut diatas harus bersifat BLUE
(Best,Linier,Unbiased,Estimator) artinya pengambilan keputusan melalui uji
F tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus
dipenuhi tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi, yaitu :
1. Tidak boleh ada multikoloniaritas
2. Tidak boleh ada heteroskedastisitas
3. Tidak boleh ada autokorelasi
Apabila salah satu dari tiga asumsi dasar tersebut dilanggar maka
persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE sehingga
pengambilan keputusan melalui uji t menjadi bias (Gujarati, 1995:153)
Menurut Sumodiningrat (2002: 115) sifat blue dapat dijelaskan
1. Best : Pentingnya sifat ini bila diterapkan uji signifikan baku
terhadap α dan ß.
2. Linier : Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penaksiran.
3. Unbiased : Nilai jumlah sampel sangat besar penaksir parameter
diperoleh dari sampel besar kira-kira lebih mendekati nilai
parameter sebenarnya.
4. Estimate : e diharapkan sekecil mungkin..
Yang diasumsikan tidak terjadi pengaruh antara variabel bebas atau
regresi bersifat BLUE (Best, Linier, Unbiased, Estimator) artinya koefisien
regresi pada persamaan tersebut betul-betul linier dan tidak bias atau tidak
terjadi penyimpangan-penyimpangan persamaan, seperti:
A. Multikolinearitas
Tepatnya istilah multikolinearitas berkenaan dengan terdapatnya
lebih dari satu hubungan linier pasti dan istilah kolinearitas berkenaan
dengan terdapatnya satu hubungan linier (Gujarati,1995: 157)
Menurut Widarjono (2003:131), mengemukakan bahwa
multikolinearitas berarti adanya hubungan linier antara variabel
independen di dalam regresi linier berganda dalam suatu persamaan.
Multikolinearitas merupakan korelasi variabel independen dalam regresi
berganda.
Deteksi adanya Multikolinearitas :
Jika VIF melebihi angka 10, maka variabel tersebut
mengindikasikan adanya multikolinearitas.
b. Nilai Eigenvalue mendekati 0 dan Condition Index melebihi angka
15 (Nachrowi dan Usman,2006: 100)
B. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan varian dari residual atau error yang
tidak konstan atau berubah-ubah. Model regresi yang baik tidak
mempunyai Heteroskedastisitas (Nachrowi dan Usman,2006: 109)
Deteksi adanya Heteroskedastisitas :
Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan
variabel X. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi
rank spearman.
Menurut Gujarati (1995: 188) rumus rank spearman adalah :
Σ di2
rs = 1 – 6
N(N2 – 1)
Keterangan :
di = Perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke-i
N = Banyaknya data
Menurut Gujarati (1995:177), mendeteksi adanya heteroskedastisitas
adalah sebagai berikut :
a. Nilai probabilitas > 0.05 berarti bebas dari heteroskedastisitas
C. Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota serangkaian
observasi yang diurutkan menurut waktu.
Prosedur untuk menguji autokorelasi yang sebenarnya dapat
dijelaskan lebih baik dengan bantuan gambar dibawah ini, yang
menunjukkan batas d adalah 0 dan 4.
Gambar 2. Statistik d Durbin – Watson, (Gujarati,1995: 216)
Menolak Ho Daerah Daerah Menolak
Bukti auto Keragu- Keragu- H*o Bukti
korelasi raguan raguan auto kore- positif lasi negatif
Menerima Ho atau H*o atau kedua-duanya
0 dL dU 2 4-dU 4-dL 4 d
Mekanisme tes Durbin-Watson adalah sebagai berikut, dengan
mengasumsikan bahwa asumsi yang mendasari tes dipenuhi :
a. Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel yang menjelaskan
tertentu dapatkan nilai kritis dL dan du.
b. Jika hipotesis Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi positif, maka jika
d < dL : menolak Ho
d > du : tidak menolak Ho
c. Jika hipotesis nol Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi korelasi
negatif, maka jika
d > 4 – dL : menolak Ho
d < 4 – du : tidak menolak Ho
4 – du < d < 4 – dL : pengujian tidak meyakinkan
d. Jika Ho adalah dua-ujung, yaitu bahwa tidak ada serial autokorelasi baik
positif ataupun negatif, maka jika
d < dL : menolak Ho
d > 4 – dL : menolak Ho
du < d < 4 – du : tidak menolak Ho
dL < d < du
atau pengujian tidak meyakinkan
4 – du < d < 4 – dL
Seperti langkah tadi menunjukkan, kelemahan besar dari tes d adalah
bahwa jika d tadi jatuh dalam daerah yang meragukan atau daerah
ketidaktahuan, orang tidak dapat menyimpulkan apakah autokorelasi ada
atau tidak ada. Dalam kasus ini orang bisa mungkin terpaksa melakukan tes
lain (beberapa diantaranya diberikan dalam bentuk soal latihan) atau
mendapatkan data tambahan data atau sampel yang berbeda. Harus juga
diperhatikan bahwa banyaknya observasi minimum yang diperlukan
sehubungan dengan tabel Durbin Watson adalah 15. Alasannya adalah
sulit untuk bisa menarik kesimpulan yang pasti (definitif) mengenai
autokorelasi dengan memeriksa residual yang ditaksir.
3.4.3. Uji Hipotesis
3.4.3.1. Uji Simultan (Uji F)
Analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh secara simultan
antara variabel independen terhadap variabel dependen, dengan prosedur
sebagai berikut :
1. H0 : β1 = β2 = ...= βk = 0
Artinya secara simultan variabel bebas tidak mempunyai pengaruh
terhadap variabel terikat
H1 : minimal ada 1 βi≠ 0, i = 1,2,...,k
Artinya secara simultan variabel bebas mempunyai pengaruh
terhadap variabel terikat
2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan sebesar α = 0,10
(10%) dengan derajat bebas [n-k], dimana n : jumlah pengamatan,
dam k : jumlah variabel
3. Dengan F hitung sebesar
k = jumlah variabel
n = jumlah sampel.
4. Kriteria pengujian sebagai berikut
a. Jika Signifikan > 0,10 maka Ho di tolak dan Hi diterima (berarti
secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terkait).
b. Jika Signifikan < 0,10 maka Ho di terima dan Hi ditolak (berarti
secara simultan variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel
terkait).
3.4.3.2. Uji Parsial (Uji t)
Uji t adalah uji yang digunakan untuk melihat pengaruh
masing-masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat
(Widarjono,2005:58).
Hipotesis dirumuskan sebagai berikut :
1. H0 = βi = 0, i = 1,2,…,k
Artinya secara parsial varibel bebas tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat.
H1 = βi = β2≠ 0
Artinya secara parsial varibel bebas ada pengaruh terhadap variabel
terikat.
2. Menentukan Level of Significant = 10% dengan derajat bebas = ( n-k ),
3. thitung = βi
Se ( βi )
thitung = t hasil perhitungan
Dimana: βi = koefisien regresi
Se(βi) = Standar error.
4. Kriteria pengujian sebagai berikut:
1. Apabila tingkat signifikan > 0,10 maka Ho ditolak dan Hi
diterima, berarti ada pengaruh antara variabel bebas dengan
variabel terikat.
2. Apabila tingkat signifikan < 0,10 maka Ho diterima dan Hi
ditolak, artinya tidak ada pengaruh antara variabel bebas
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Sejarah Singkat Pasar Modal
Sejarah pasar modal di Indonesia mengungkapkan bahwa di Indonesia
pernah di bentuk suatu perserikatan perdagangan Uang dan Efek yaitu pada
tanggal 11 Januari 1952 atau tiga belas tahun setelah dibentuknya
perserikatan yang sama di kota Jakarta (1912). Kemudian pada tahun 1927
dibentuk Bursa – bursa efek di tiga kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta,
Semarang dan Surabaya.
Pada masa revolusi kemerdekaan kegiatan perdagangan efek di
bursa-bursa efek tersebut praktis berhenti karena situasi politik saat itu.
Setelah proklamasi Kemerdekaan Indonesia tepatnya tahun 1951 pemerintah
memberlakukan Undang-Undang Darurat No. 15 tahun 1952 tentang Bursa
Efek.
Pada tanggal 10 Agustus 1990 berdasarkan keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 52 tahun 1976, Pasar Modal di Indonesia dari tahun
1977 sampai tahun 1987 relatif kurang memberikan hasil seperti yang di
harapkan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada
perusahaan-perusahaan yang menarik dana dari pasar modal. Tersedat–
sedatnya perkembangan pasar modal selama itu disebabkan oleh beberapa
ketat, adanya batasan fliktuasi harga saham dan campur tangan pemerintah
pasar perdana.
Untuk mengatasi permasalahan yang menghambat perkembangan
pasar modal tersebut diatas, pemerintah mengluarkan serangkaian deregulasi
yang berkaiatn dengan perkembangan pasar modal yaitu paket Kebijaksanaan
Desember (Pakdes 1987), Paket Kebijaksanaan Oktober 1988(Pakto 1988),
Paket Kebijaksanaan Desember 1988 ( Pakdes 1988).
4.1.2. Sejarah Singkat PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI )
Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan mulai
menjalankan pasar saham di Indonesia , sebuah awal pertumbuhan baru
setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke – 19. Pada tahun 1912,
dengan bantuan Kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di Indonesia didirikan
Batavia, pusat pemerintah colonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat
ini.
Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan
kemudian dibuka lagi pada tahun 1952. Selain Bursa Batavia, pemerintah
colonial juga mengkeuangkan bursa paralel di Surabaya dan Semarang.
Namun kegiatan Bursa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan
oleh tentara Jepang di Batavia
Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan
kemerdekaan , bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan
saham dan obligasi yang Dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti
Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani
oleh Badan Pelaksanaan Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru di
bawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi
pasar sahampun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar
financial dan sector swasta.Puncak perkembangannya pada tahun 1990.
Pada tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek
Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal ( BAPEPAM).
Tahun 1955 adalah tahun Bursa Efek Indonesia memasuki babak
baru. Pada tanggal 22 Mei 1995 Bursa Efek Indonesia meluncurkan
Jakarta Automated Trading System(JATS), sebuah system perdagangan
otomotisasi yang menggantikan system perdagangan manual. System baru
ini ndapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih
besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan
dibanding system perdagangan manual.
Pada Juli 2000, Bursa Efek Indonesia menerapkan perdagangan
tanpa warkat ( Scripless Trading ) dengan tujuan untuk meningkatkan
likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan
saham dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi.
Pada tahun 2002, Bursa Efek Indonesia mulai menerapkan
perdagangan jarak jauh ( Remote Trading) sebagai upaya meningkatkan