• Tidak ada hasil yang ditemukan

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PADA FORGET ME NOT CAFÉ SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPUASAN PELANGGAN PADA FORGET ME NOT CAFÉ SURABAYA."

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana Ilmu Administrasi Bisnis pada FISIP UPN “Veteran” Jawa Timur

Oleh :

ANDRI DWI PRASTYO 0742010015

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

(2)

Disusun Oleh : ANDRI DWI PRASTYO

0742010015

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi Menyetujui,

Pembimbing Utama

Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si NIP. 195507181983022001

Mengetahui, DEKAN

(3)

dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Variabel-variabel yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Pelanggan pada Forget Me Not Café Surabaya “.

Penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M. Si, sebagai dosen pembimbing utama yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan pengarahan serta

dorongan sejak awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini juga tidak lepas dari bantuan berbagai pihak

sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si sebagai dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Sadjudi, Drs, SE, M.Si. Alm. sebagai ketua program studi Ilmu

Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Nurhadi, Drs, M.Si. sebagai sekertaris program studi Ilmu

Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

(4)

5. Kedua orang tua yang tercinta, kakak dan semua tersayang yang tidak

dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan baik materiil

maupun spiritual.

6. Teman-teman angkatan 2007 yang telah membantu dan memberikan

dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun.Terima kasih.

Surabaya, Mei 2011

(5)

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAKSI ... xv

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 6

Manfaat Penelitian ... 7

BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Landasan Teori ... 8

2.1.1 Pemasaran ... 8

2.1.1.1 Pengertian Pemasaran ... 8

(6)

2.1.2.3 Klasifikasi Jasa ... 12

2.1.2.4 Macam-macam Jasa ... 13

2.1.3 Kualitas Pelayanan ... 14

2.1.3.1 Pengertian Kualitas Pelayanan ... 14

2.1.3.2 Kriteria Kualitas Pelayanan/Jasa ... 15

2.1.3.3 Dimensi Kualitas Pelayanan (SERVQUAL) ... 17

2.1.4 Produk ... 19

2.1.4.1 Pengertian Produk ... 19

2.1.4.2 Tingkatan Produk ... 20

2.1.4.3 Klasifikasi Produk ... 21

2.1.4.4 Kualitas Produk ... 23

2.1.5 Harga ... 26

2.1.5.1 Pengertian Harga ... 26

2.1.5.2 Konsep Harga ... 26

2.1.5.3 Tujuan Penentuan Harga ... 27

2.1.5.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penentuan Harga jasa ... 29

2.1.5.5 Perumusan Strategi Penentuan Harga ... 29

(7)

2.1.6.4 Pengukur Kepuasan Pelanggan ... 35

2.1.7 Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kepuasan Pelanggan ... 36

2.1.7.1 Pelayanan Berpengaruh Terhadap Kepuasan Pelanggan ... 36

2.1.7.2 Produk Berpengaruh Terhadap Kepuasan Pelanggan ... 37

2.1.7.3 Harga Berpengaruh Terhadap Kepuasan Pelanggan ... 38

2.1.8 Restoran ... 39

2.1.8.1 Pengertian restoran ... 39

2.1.8.2 Pramusaji ... 40

2.2 Kerangka Berpikir ... 41

2.3 Hipotesis ... 43

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN ... 44

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 44

3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 47

3.2.1 Populasi ... 47

(8)

3.3.2 Sumber Data ... 50

3.3.3 Metode Pengumpulan Data ... 50

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 51

3.4.1 Teknik Analisis ... 51

3.4.1.1 Uji Validitas ... 51

3.4.1.2 Uji Realibilitas ... 52

3.4.1.3 Analisis Pengujian Asumsi Klasik ... 53

3.4.1.4 Teknik Analisis Linier Berganda ... 55

3.4.2 Pengujian Hipotesis... 56

3.4.2.1 Pengujian Secara Simultan (Uji F) ... 56

3.4.2.2 Pengujian Secara Parsial (Uji T) ... 58

BAB IV : ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 61

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 61

4.1.1 Sejarah Singkat perusahaan ... 61

4.1.2 Lokasi Forget Me Not Café ... 61

4.1.3 Visi dan Misi Forget Me Not Café ... 62

4.1.4 Struktur Organisasi pada Forget Me Not Café ... 62

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 72

(9)

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 82

4.4 Hasil Uji Asumsi Klasik ... 82

4.4.1 Uji Normalitas ... 82

4.4.2 Multikolinieritas ... 84

4.4.3 Heterokedastisitas ... 85

4.4.4 Uji Autokorelasi ... 85

4.5 Analisis Data ... 86

4.5.1 Analisis Koefisien Korelasi Koefisien Determinasi ... 88

4.5.2 Pengujian Hipotesis ... 89

4.5.3 Koefisien Korelasi Parsial ... 95

4.6 Pembahasan ... 96

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ... 99

5.1 Kesimpulan ... 99

5.2 Saran ... 100

DAFTAR PUSTAKA ... 101

(10)

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Forget Me Not Café Surabaya ... 63

Gambar 4.2 Uji Heterokedastisitas ... 85

Gambar 4.3 Daerah Penerimaan H0 dan Penolakan H0 Uji F ... 90

Gambar 4.4 Kriteria Daerah Penerimaan Atau Penolakan Variabel X1 ... 92

Gambar 4.5 Kriteria Daerah Penerimaan Atau Penolakan Variabel X2 ... 93

(11)

Tabel 4.2 Deskripsi Usia ... 74

Tabel 4.3 Deskripsi Pekerjaan ... 74

Tabel 4.4 Deskripsi Pendidikan ... 75

Tabel 4.5 Hasil Tanggapan Responden Terhadap Variabel Kualitas Pelayanan (X1) ... 76

Tabel 4.6 Hasil Tanggapan Responden Terhadap Variabel Kualitas Produk (X2) ... 78

Tabel 4.7 Hasil Tanggapan Responden Terhadap Harga (X3) ... 79

Tabel 4.8 HasilTanggapan Responden Terhadap Variabel Kepuasan Pelanggan di Forget Me Not Café Surabaya surabaya (Y) ... 80

Tabel 4.9 Uji Validitas ... 81

Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas ... 82

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Model ... 83

Tabel 4.12 Nilai Variance Inflation Variabel Bebas ... 84

Tabel 4.13 Nilai Durbin Watson ... 86

Tabel 4.14 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ... 87

Tabel 4.15 Koefisien Korelasi Dan Koefisien Determinasi ... 88

Tabel 4.16 Hasil Perhitungan Uji F ... 89

(12)
(13)

Lampiran 2. Jawaban Responden

Lampiran 3. Deskriptif Karakteristik Responden

Lampiran 4. Uji Validitas

Lampiran 5. Uji Reliabilitas

Lampiran 6. Uji Asumsi Klasik

(14)

Andri Dwi Prastyo

ABSTRAKSI

Forget Me Not Café Surabaya adalah salah satu perusahaan yang bergerak dibidang makanan dan minuman. Forget Me Not Café berusaha menawarkan sesuatu yang khas dan diharapkan dapat menjaring konsumen lebih banyak lagi. Dengan berupaya mempertahankan pelayanan yang memadai ataupun meningkatkan pelayanannya. Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang jasa Forget me Not café harus sangat memperhatikan kualitas pelayanan, kualitas produk dan harga untuk mencapai kepuasan konsumen. Adapun tujuan dalam penenlitian ini adalah Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara simultan variabel-variabel (kualitas pelayanan, kualitas produk dan harga) terhadap kepuasan pelanggan Forget me Not Café Surabaya, dan tujuan yang kedua adalah Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara parsial variabel-variabel (kualitas pelayanan, kualitas produk dan harga) terhadap kepuasan pelanggan pada Forget Me NotCafé Surabaya.

Variabel dalam penelitaian ini adalah kualitas pelayanan, kualitas produk, harga dan kepuasan pelanggan dengan sampel penelitian konsumen Forget Me Not Café Surabaya yang datang lebih dari satu kali dan berumur 17 tahun keatas. Untuk menjawab perumusan dan hipotesis penelitian, teknik analisis yang digunakan adalah Regresi Linier Berganda.

Hasil pengujian secara simultan menyimpulkan bahwa semua variabel bebas (kualitas pelayanan (X1), kualitas produk (X2) dan harga (X3)) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat Y (kepuasan pelanggan). Hasil pengujian secara parsial menyimpulkan bahwa a) variabel kualitas pelayanan (X1) mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan (Y), b) variabel kualitas produk (X2) mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepuasaan pelanggan (Y), c) variabel harga (X3) mempunyai pengaruh signifikan terhadap kepuasaan pelanggan (Y).

(15)

1.1Latar Belakang Masalah

Pada perusahaan jasa, pelayanan merupakan strategi perusahaan untuk

merebut pangsa pasar dalam menghadapi persaingan dengan memberikan

pelayanan yang terbaik dan berkualitas untuk memuaskan konsumen.

Konsumen akan mendapat kepuasan apabila persepsi akan suatu produk atau

jasa sama atau lebih dari yang diharapkan yang salah satunya adalah dari

pelayanan yang diberikan oleh penyedia jasa. Salah satu perusahaan jasa yang

berkembang saat ini adalah bisnis restoran.

Tetapi yang menjadi permasalahan pada perusahaan di bidang restoran

yaitu kurangnya memperhatikan kepuasan pelanggan. Padahal kepuasan

pelanggan menjadi faktor utama bisnis restoran agar tetap berkembang di

pasaran.

Restoran adalah salah satu usaha yang bergerak di bidang makanan

dan jasa. Selain menjual produk makanan dan minuman (tangibles), Restoran

juga menjual jasa (intangibles). Karena jasa/pelayanan juga sangat berperan

penting dalam usaha restoran. Bila ditinjau dari sudut pandang perusahaan,

salah satu cara efektif melakukan diferensiasi dan positioning unik adalah

(16)

berdampak strategik pada strategi bersaing perusahaan. Sebagai contoh bisnis

utama restoran bergeser dari sekedar menyediakan menu hidangan (makanan

dan minuman) untuk dijual, menjadi usaha melayani dan memuaskan rasa

lapar para pelanggan dengan disertai usaha menyediakan suasana yang

nyaman bagi mereka dalam menyantap makanan hidangan. Karena itu

beberapa restoran menawarkan sejumlah daya tarik khusus bagi para

pengunjungnya, seperti hiburan music live, kuis interaktif dan sejenisnya.

Kualitas jasa/pelayanan pada restoran adalah sebagai faktor penunjang

yang sangat penting. Dengan adanya kualitas jasa yang bagus, pelanggan akan

merasa puas. Terdapat lima dimensi kualitas jasa, yaitu : realibilitas

(reliability), daya tanggap (responsiveness), jaminan (assurance), empati

(empathy) dan bukti fisik (tangibles). Lima dimensi kualitas jasa ini harus

diterapkan pada setiap perusahaan jasa (hospitality industries). Yang bertujuan

untuk meningkatkan kualitas jasa/pelayanan. Pelayanan merupakan salah satu

komponen yang sangat penting, jika ke lima dimensi tersebut tidak terpenuhi

maka akan menyebabkan ketidakpuasan pelanggan. Komponen-komponen

tersebut adalah kebersihan, ketepatan pelayanan, daya tanggap pelayan kepada

pelanggan, pengetahuan, kesopanan dan perhatian kepada pelanggan.

Selain jasa/pelayanan hal lain yang harus diperhatikan yaitu kualitas

produk. Kualitas produk juga tidak kalah pentingnya dengan pelayanan.

Dalam konteks kualitas produk (barang dan jasa) dan kepuasan pelanggan,

telah dicapai consensus bahwa harapan pelanggan (customer expectation)

(17)

kualitas maupun kepuasan. Kualitas produk juga dijadikan acuan para

pelanggan untuk memilih restoran. Jika suatu restoran mempunyai kualitas

produk yang bagus, maka secara tidak langsung akan menarik perhatiaan para

pelanggan. Semua pelanggan mempunyai harapan yang sama yaitu

mendapatkan kualitas produk yang bagus, Sehingga dapat merasakan

kepuasan akan produk tersebut. Pada perusahaan restoran kualitas produk

yang utama yaitu rasa makanan dan minuman serta tampilan yang menarik

secara tidak langsung akan menggugah selera makan para pelanggan. Selain

itu kebersihan makanan dan minuman juga harus diperhatikan, agar produk

yang dihasilkan akan sempurna dan sesuai dengan keinginan pelanggan.

Faktor lain yang mempengaruhi kepuasan pelanggan yaitu harga.

Penetapan harga yang diberikan apakah sudah sesuai dengan harapan

pelanggan. Jika harga yang diberikan kepada pelanggan sudah sesuai maka

akan tercipta kepuasan. Setiap restoran harusnya memberikan kemudahaan

kepada pelanggan dalam proses pembayaran. Restoran harus menyediakan

pembayaran secara tunai atau pembayaran dengan kartu kredit. Dengan

kemudahan pembayaran yang diberikan oleh pihak restoran pelanggan akan

merasa puas.

Jika beberapa faktor tersebut di atas terpenuhi, maka akan tercipta

kepuasan pelanggan. Karena kepuasan pelanggan telah menjadi konsep sentral

dalam wacana bisnis dan manajemen. Kepuasan pelanggan merupakan

respons (emosional atau kognitif), respons tersebut menyangkut fokus tertentu

(18)

terjadi pada waktu tertentu (setelah konsumsi, setelah pemilihan produk/jasa,

berdasarkan pengalaman akumulatif dan lain-lain). Secara singkat, kepuasan

pelanggan terdiri atas tiga komponen : respon menyangkut fokus tertentu

yang ditentukan pada waktu tertentu.

Dari ketiga faktor di atas jika tidak terpenuhi akan mengakibatkan

pelanggan tidak puas dan pelanggan akan komplain. Untuk mengantisipasi hal

tersebut pihak restoran harus benar-benar memperhatikan kualitas pelayanan,

kualitas produk dan harga. Agar faktor-faktor tersebut dapat berjalan pihak

perusahaan harus sering memberikana pelatihan terhadap pelayan.

Dari sekian banyak pilihan restoran yang ada, banyak hal yang menjadi

bahan pertimbangan konsumen untuk sampai pada keputusan memilih

restoran tertentu. Untuk itu pihak manajemen restoran berusaha untuk

memenuhi semua kriteria yang menjadi bahan pertimbangan konsumen, baik

produknya sendiri maupun jasa pelayanannya, sehingga dapat memberikan

kepuasan bagi konsumennya. Karena jika hal tersebut diabaikan, maka akan

terjadi kesenjangan antara keinginan (harapan) konsumen dengan pelayanan

yang ada di restoran.

Disini penulis menjadikan Forget Me Not Café sebagai obyek

penelitiannya. Karena Forget Me Not café adalah salah satu perusahaan yang

bergerak dibidang makanan dan minuman. Forget Me not café berusaha

menawarkan sesuatu yang khas dan diharapkan dapat menjaring konsumen

(19)

memadai ataupun meningkatkan pelayanannya. Setelah konsumen menerima

pelayanan yang diberikan perusahaan membandingkan dengan apa yang

diharapkan. Jika pelayanan yang diberikan sesuai atau lebih dari apa yang

diharapakan konsumen, maka mereka akan puas, apabila konsumen merasa

puas maka konsumen akan kembali untuk membeli ulang dan menjadi

pelanggan tetap.

Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang jasa Forget Me Not Café

Surabaya harus sangat memperhatikan kualitas pelayanan, kualitas produk dan

harga untuk mencapai kepuasan pelanggan. Pada Forget Me Not Café

Surabaya produk yang dijual yaitu berupa produk makanan western seperti

pasta, sandwich dan steak.

Kualitas pelayanan, kualitas produk dan harga adalah variabel-variabel

yang mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan, dan saling berhubungan

antara satu dengan yang lainnya. Untuk menciptakan kepuasan pelanggan ke

tiga variabel tersebut harus benar-benar diperhatikan.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis tertarik untuk

melakukan penelitian di Forget Me Not Café Surabaya dengan mengambil

judul “Variabel-variabel Yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan

(20)

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka

permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat pengaruh secara simultan kualitas pelayanan, kualitas

produk dan harga terhadap kepuasan pelanggan pada Forget Me Not Café

Surabaya?

2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial kualitas pelayanan, kualitas

produk dan harga terhadap kepuasan pelanggan pada Forget Me Not Café

Surabaya?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara simultan kualitas

pelayanan, kualitas produk dan harga terhadap kepuasan pelanggan pada

Forget Me Not Café Surabaya.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara parsial kualitas

pelayanan, kualitas produk dan harga terhadap kepuasan pelanggan pada

(21)

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Manfaat Teoritis.

Hasil penelitian ini daiharapkan dapat memberikan bukti secara empiris

mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap manajemen pemasaran

terutama mengenai kepuasan pelanggan serta variabel-variabel yang yang

berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai informasi dan bahan masukan ide serta gagasan pemikiran

atau saran-saran dalam menentukan kebijakan pelayanan jasa yang

diharapkan dapat meningkatkan hasil penjualan dimasa yang akan

datang.

b. Dapat dijadikan sebagai masukan untuk mengembangkan wawasan

ilmiahnya serta bahan pertimbangan bagi penelitian-penelitian dalam

(22)

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pemasaran

2.1.1.1 Pengertian Pemasaran

Persaingan dalam dunia bisnis sering terjadi dan semakin ketat.

Setiap perusahaan mempunyai cara sendiri untuk memasarkan produknya.

Setiap perusahaan menetapkan strategi pemasaran yang dapat memberikan

kepuasan kepada konsumen. Pemasaran adalah salah satu aktivitas yang

penting bagi perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup

perusahaan. Tetapi banyak orang yang menduga pemasaran hanya

penjualan, periklanan saja, namun sesungguhnya aktivitas tersebut hanya

merupakan sebagian kecil dari aktivitas pemasaran yang lebih besar.

Menurut Tjiptono (2005:2) Pemasaran terdiri atas semua aktivitas

yang dirancang untuk menghasilkan dan memfasilitasi setiap pertukaran

yang dimaksudkan untuk memuaskan kebutuhan atau keinginan

konsumen.

Menurut Alma (2007:2) Pemasaran yaitu suatu proses dalam

(23)

penjualan, mendistribusikan ke konsumen akhir, dengan keuntungan

sebagai imbalannya.

Kotler (2001:18) Pemasaran adalah proses social dan manajerial

dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan

dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai satu

sama lain.

Semua definisi diatas tentang pemasaran sebenarnya memiliki

kesamaan dan tidaklah bertentangan satu sama lainnya. Justru setiap

rumusan tersebut saling melengkapi.

2.1.1.2 Konsep Pemasaran

Pada umumnya setiap perusahaan menganut salah satu konsep atau

filosofi pemasaran, yaitu falsafah atau anggapan yang diyakini perusahaan

sebagai dasar dari setiap kegiatannya dalam memuaskan kebutuhan dan

keinginan konsumen. Menurut Tjiptono (2005:3) konsep pemasaran

terbagi menjadi lima, yaitu :

1. Konsep produksi

Pemasar yang berpegang pada konsep ini berorientasi pada proses

produksi/operasi (internal). Asumsi yang diyakini adalah konsumen

hanya akan membeli produk-produk yang murah dan gampang

(24)

2. Konsep produk

Dalam konsep ini, pemasar beranggapan bahwa konsumen lebih

menghendaki produk-produk yang memilikikualitas, kinerja, fitur

(features), atau penampilan superior.

3. Konsep penjualan

Konsep ini merupakan konsep yang berorientasi pada tingkat

penjualan (internal), dimana pemasar beranggapan bahwa konsumen

harus dipengaruhi (bila perlu, dibujuk) agar pemjualan meningkat.

4. Konsep pemasaran

Konsep pemasaran berorientasi pada pelanggan (lingkungan

eksternal), dengan anggapan bahwa konsumen hanya akan bersedia

membeli produk-produk yang mampu memenuhi kebutuhan dan

keinginannya serta memberikan kepuasan.

5. Konsep pemasaran sosial

Pemasar yang menganut konsep ini, beranggapan bahwa konsumen

hanya bersedia membeli produk-produk yang mampu memuaskan

kebutuhan dan keinginannya serta berkontribusi pada kesejahteraan

(25)

2.1.2 Jasa

2.1.2.1 Pengertian Jasa

Tjiptono (2005:16) jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang

dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya

bersifat intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan

kepemilikan sesuatu.

Alma (2007:243) jasa adalah suatu kegiatan ekonomi yang

outputnya bukan produk dikonsumsi bersamaan dengan waktu produksi

dan memberikan nilai tambah (seperti kenikmatan, hiburan, santai, sehat)

bersifat tidak berwujud.

Walaupun demikian, produk jasa berhubungan dengan produk fisik

maupun tidak. Maksudnya ada produk jasa murni seperti (konsultan

psikologi, konsultan hokum, dan konsultan keuangan), ada pula jasa yang

membutuhkan produk fisik sebagai persyaratan utama (misal kapal laut

dalam sarana transportasi air, pesawat sebagai sarana transportasi udara,

kereta api, bus sebagai saran transportasi darat). Dalam praktek tidaklah

mudah membedakan barang dan jasa, karena sering pembelian barang

dibarengi dengan unsur jasa atau pelayanan, ataupun sebaliknya. Suatu

jasa sering diperluas dengan cara memasukakan atau memambahkan

(26)

2.1.2.2 Karakteristik Jasa

Pendapat Tjiptono (2005:18), jasa memiliki sejumlah karakteristik

unik yang membedakan dari barang dan berdampak pada cara

memasarkannya.

Karakteristik tersebut adalah :

1. Intangibility (tidak berwujud)

Bila barang merupakan suatu objek, alat, atau benda, jika jasa adalah

perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja atau usaha.

2. Inseparability (tidak dapat dipisahkan)

Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi,

sedangakan jasa pada umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian

diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama.

3. Variability (variabilitas)

Jasa bersifat sangat variable karena merupakan non standardized out

put. Artinya banyak variasi bentuk kualitas, dan jenis, tergantung

kepada siapa, kapan, dan di mana jasa tersebut diproduksi

2.1.2.3 Klasifikasi Jasa

Klasifikasi jasa menurut Tjiptono (2005:23), jasa diklasifikasikan

sebagai berikut :

1. Berdasarkan sifat tindakanya.

(27)

3. Berdasarkan tingkat customization dan kemampuan mempertahankan

standar konstan dalam penyampaian jasa.

4. Berdasarkan sifat permintaan dan penawaran jasa

5. Berdasarkan metode penyampaian jasa

2.1.2.4 Macam-macam Jasa

Menurut Alma (2007:246) macam-macam jasa dikelompokkan

menjadi lima kelompok, yaitu :

1. Personalized Service (layanan personal)

Jasa ini sangat bersifat personal, yang tidak dapat dipisahkan dari

orang yang menghasilkan jasa tersebut.

2. Financial Service (layanan keuangan)

Financial Service terdiri dari banking service (bank), insurance service

(asuransi) dan investment securities (lembaga penanaman modal).

3. Public Utility and Transportation Service (utilitas publik dan jasa

transportasi).

Perusahaan public utility mempunyai monopoli secara alamiah

misalnya perusahaan listrik dan air minum. Sedangkan dalam

Transportation Service ialah meliputi : angkutan kereta api, kendaraan

umum dan pesawat udara. Pelayanan disini ditujukan untuk angkutan

(28)

4. Entertainment (hiburan)

Orang yang mempunyai usaha ini bisa memperoleh pendapatan yang

besar karena mereka bisa mempengaruhi masyarakat melalui

advertising. Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah usaha

dibidang olahraga, bioskop, gedung-gedung pertunjukan dan

usaha-usaha dibidang lainnya.

5. Hotel Service (layanan hotel)

Hotel bukan merupakan suatu obyek pariwisata melainkan merupakan

salah satu sarana dalam bidang kepariwisataan, maka dalam hal ini

hotel perlu mengadakan kegiatan bersama tempat-tempat rekreasi,

hiburan, travel biro, agar dapat menjadi daya tarik dari daerah yang

bersangkutan.

2.1.3 Kualitas Pelayanan

2.1.3.1 Pengertian Kualitas Pelayanan

Pelayanan/jasa bersifat intangible dan lebih merupakan proses

yang dialami pelanggan secara subjektif, dimana aktifitas produksi dan

konsumsi berlangsung pada saat bersamaan. Menurut Tjiptono (2005:260)

kualitas pelayanan/jasa adalah merupakan tingkat keunggulan (excellence)

yang diharapakan dan pengendalian atas keunggulan tersebut untuk

(29)

utama yang mempengaruhi kualitas pelayanan/jasa yakni, jasa yang

diharapkan (expected service) dan jasa yang dipersepsikan (perceived

service).

2.1.3.2 Kriteria Kualitas Pelayanan/jasa

Menurut Tjiptono (2005:261) kriteria kualitas Pelayanan/jasa

terbagi menjadi enam kriteria, yaitu :

1. Professionalism and Skills (Profesionalisme dan Keterampilan).

Pelanggan mendapati bahwa penyedia jasa, karyawan, sistem

operasional dan sumber daya fisik, memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah mereka

secara professional (outcome-related criteria).

2. Attitudes and Behavior (Sikap dan Perilaku).

Pelanggan merasa bahwa karyawan jasa (customer contact personnel)

menaruh perhatian besar pada mereka dan berusaha membantu

memecahkan masalah mereka secara spontan dan ramah

(process-related criteria).

3. Accessibility and Flexibility (Aksesibilitas dan Fleksibilitas).

Pelanggan merasa bahwa penyedia jasa, lokasi, jam operasi, karyawan

(30)

rupa sehingga pelanggan dapat mengakses jasa tersebut dengan

mudah. Selain itu, juga dirancang dengan maksud agar dapat

menyesuaikan permintaan dan keinginan pelanggan secara luwes

(process-related criteria).

4. Reliability and Trustworthiness (Keandalan dan Kepercayaan).

Pelanggan memahami bahwa apapun yang terjadi atau telah

disepakati, mereka bisa mengandalkan penyedia jasa beserta

karyawan dan sistemnya.dalam memenuhi janji dan melakukan segala

sesuatu dengan mengutamakan kepentingan pelanggan

(process-related criteria).

5. Recovery (Pemulihan).

Pelanggan menyadari bahwa bila terjadi kesalahan atau sesuatu yang

tidak diharapkan dan tidak dapat diprediksi,maka penyedia jasa akan

segera mengambil tindakan untuk mengendalikan situasi dan mencari

solusi yang tepat (process-related criteria).

6. Reputation and Credibility (Reputasi dan Kredibilitas).

Pelanggan meyakini bahwa operasi dari penyedia jasa dapat dipercaya

dan memberikan nilai/imbalan yang sepadan dengan biaya yang

(31)

2.1.3.3 Dimensi Kualitas Pelayanan (SERVQUAL)

Dalam rangka menghasilkan suatu pelayanan yang berkualitas,

perusahaan diharapkan dapat mengukur pelayanan yang telah diberikan

kepada pelanggannya melalui skala pengukuran. Salah satu pendekatan

kualitas jasa yang banyak dijadikan acuan dalam riset pemasaran adalah

model SERVQUAL (Service Quality). Menurut Lupiyoadi (2008:181)

SERVQUAL dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama, yaitu

persepsi pelanggan atas layanan yang nyata mereka terima (perceived

service) dengan layanan yang sesungguhnya diharapkan (expected

service).

Menurut Lupiyoadi (2008:182) SERVQUAL (Service Quality)

memiliki lima dimensi, yaitu :

1. Berwujud (tangible), yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam

menunjukan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan

kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan yang dapat

diandalkan keadaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari

pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini meliputi fasilitas

fisik (gedung, gudang, dan lain-lain), perlengkapan dan peralatan yang

digunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya.

2. Keandalan (reliability), yaitu kemampuan perusahaan untuk

memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat

(32)

berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan

tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi.

3. Ketanggapan (responsiveness), yaitu suatu kebijakan untuk membantu

dan memberikan pelayanan yang cepat (responsive) dan tepat kepada

pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan

konsumen menunggu persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan.

4. Jaminan dan kepastian (assurance), yaitu pengetahuan, kesopanan,

dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa

percaya rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Hal ini

meliputi beberapa komponen antara lain komunikasi

(communication), kredibilitas (credibility), keamanan (security),

kompetensi (competence) dan sopan santun (courtesy).

5. Empati (empathy), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat

individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan

berupaya memahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan

diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan,

memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu

(33)

2.1.4 Produk

2.1.4.1 Pengertian Produk

Setiap orang berusaha memuasakan kebutuhan dan keinginan

mereka dengan produk. Pengertian produk ada beberapa batasan baik itu

produk nyata (tangible) dan produk tidak nyata (intangible).

Produk adalah segalah sesuatu baik berupa benda maupun jasa

yang ditawarkan perusahaan yang dapat memuaskan kebutuhan dan

keinginan dari pemakainya.

Menurut Kotler yang di kutip Alma (2007:139) produk adalah

segalah sesuatu yang dapat ditawarkan dipasar untuk memuaskan

kebutuhan dan keinginan konsumen. Produk terdiri dari atas barang, jasa,

pengalaman, events, orang, tempat, kepemilikan, organisasi, informasi dan

ide.

Menurut Stanton yang dikutip Alma (2007: 139) yang dikatakan

produk ialah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud,

termasuk didalamnya masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama baik

took yang menjual (pengecer), dan pelayanan pabrik serta pelayanan

pengecer, yang diterima pembeli guna memuaskan keinginannya.

Jadi produk itu bukan hanya berbentuk sesuatu yang berwujud saja,

(34)

tidak berwujudseperti pelayanan jasa. Semua diperuntukkan bagi

pemuasaan kebutuhan dan keinginan (need and wants) dari konsumen.

2.1.4.2 Tingkatan Produk

Menurut Alma (2007:140) produk daibagi menjadi lima tingkatan,

yaitu :

1. Core benefit

Yaitu keuntungan yang mendasar dari sesuatu yang dibeli oleh

konsumen. Aspek mendasar ini harus bisa dipenuhi secara baik oleh

produsen, seperti orang mau menginap dihotel, agar ia dapat tidur dan

istirahat secara memuaskan, orang masuk restoran, ingin makan enak

dan memuaskan.

2. Basic product

Sekarang core benefit dirubah menjadi basic product. Oleh sebab itu

kamar tidur hotel diberi perlengkapan, tempat tidur, kamar mandi,

handuk, dan sebagainya.

3. Expected product

Konsumen mempunyai suatu harapan terhadap barang dan jasa yang

(35)

bersih, tempat tidur bersih, handuk fresh dan bersih, ada lampu baca,

dan sebagainya.

4. Augmented product

Yaitu ada sesuatu nilai tambah yang diluar apa yang dibayangkan oleh

konsumen, misalnya dikamar ada TV dengan remote control, memilik

berbagai saluran, layanan prima dan sebagainya.

5. Potential product

Yaitu mencari nilai tambah produk yang lainuntuk masa depan.

Produsen harus mencari tambahan nilai lain, yang dapat memuaskan

langganannya, dan dapat disajikan sebagai surprise bagi langganan.

Dari hal-hal tersebut dapat dinyatakan bahwa suatu produk lebih

dari sekedar kumpulan manfaat kompleks yang memuaskan kebutuhan

mereka. Hal inilah yang membuat perusahaan-perusahaan mencari

cara-cara baru untuk memuaskan pelanggannya serta membedakan

penawarannya diantara pesaing perusahaan tersebut.

2.1.4.3 Klasifikasi Produk

Kalangan pemasar, telah mengklasifikasikan produk berdasarkan

(36)

produk berdasarkan wujud dan masa pakainya dapat dikelompokkan

menjadi tiga bagian :

1. Bahan tidak tahan lama (nondurable goods).

Merupakan barang berwujud yang biasanya habis dikonsumsi dalam

satu atau beberapa kali penggunaan. Misal pasta gigi, minuman

ringan, sabun, garam. Barang ini dikonsumsidengan cepat dan sering

dibeli.

2. Barang tahan lama (durable goods).

Merupakan barang berwujud yang biasanya dapat digunakan

berkali-kali. Misalnya lemari es, TV, mobil, pakaian.

3. Jasa (service).

Merupakan kegiatan manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk

dujual. Misalnya salon kecantikan, bengkel perbaikan mobil,

kursus-kursus. Karena jasa merupakan barang yang tidak berwujud, tidak

dapat dipisahkan, bervariasi, tidak dapat disimpan dan tidak tahan

lama, maka pada umumnya lebih banyak pengawasan kualitas, tingkat

kepercayaan dan kesesuaian.

Barang dan jasa merupakan dua hal yang berbeda (menurut

sifatnya) tetapi jasa termasuk produk, dilihat dari klasifikasinya.

Dalam perusahaan yang memproduksi jasa lebih menekankan pada

(37)

berupa barang cenderung kurang memperhatikan kualitas

pelayanannya, tetapi lebih menekankan pada kualitas produknya.

2.1.4.4 Kualitas produk

Produk yang berkualitas memang akan lebih atraktif bagi

pelanggan, produk berkualitas mempunyai aspek penting lain, yaitu :

1. Pelanggan yang membeli produk berdasarkan kualitas, umumnya dia

mempunyai loyalitas produk yang besar disbanding dengan pelanggan

yang membeli berdasarkan orientasi harga. Normalnya, pelanggan

yang berbasis kualitas akan akan selalu menggunakn produk tersebut

sampai saat produk tersebut membuat pelanggan merasa tidak puas

karena adanya produk lain yang lebih berkualitas.

2. Memproduksi barang berkualitas tidak secara otomatis lebih mahal

dengan memproduksi produk berkualitas rendah. Banyak perusahaan

menemukan (discovery)bahwa memproduksi produk yang berkualitas

tidak harus berharga mahal. Mengapa? Fakta menunjukkan, bahwa

cara (methods) berproduksi untuk menghasilkan produk bermutu

tinggi secara simultan meningkatkan produktivitas.

3. Menjual barang tidak berkualitas, kemungkinan akan banyak

(38)

biaya untuk memperbaikinya (after sales service) menjadi sangat

besar, selain memperoleh citra tidak baik.

Jadi berdasarkan ketiga alasan atau hal diatas, memproduksi

produk berkualitas tinggi lebih banyak akan member keuntungan

dibandingkan dengan memproduksi barang yang berkualitas rendah.

Konsumen bersedia membayar dengan harga mahal, asalkan

mereka memperoleh kepuasan. Artinya mereka bersedia membeli suatu

barang dengan harga yang masuk akal, tetapi kualitas barang baik. Jadi

definisi kualitas suatu produk adalah keadaan fisik, fungsi dan sifat suatu

produk yang bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan

konsumen dengan memuaskan sesuai nilai uang yang dikeluarkan.

Kualitas suatu barang atau jasa yang dibeli konsumen, berhubungan

dengan kepuasan konsumen yang menggunakan barang atau jasa

bersangkutan. Bila puas maka kualitasnya baik. Tetapi bila tidak puas

maka kualitasnya jelek.

Secara umum dimensi spesifikasi kualitas suatu produk dapat

dibagi sebagai berikut :

a. Kinerja (performance)

Kinerja suatu produk harus dicantumkan beberapa karakteristik

(39)

b. Keistimewaan (types of features)

Produk bermutu yang mempunyai keistimewaan harus dibandingkan

dengan produk lain.

c. Kepercayaan dan waktu (reliability and durability)

Produk yang bermutu baik adalah produk yang mempunyai kinerja

yang konsisiten baik dalam batas-batas perawatan normal.

d. Mudah dirawat dan diperbaiki (maintainability and serviceability)

Produk yang bermutu harus pula memenuhi kemudahan untuk

diperbaiki dan dirawat. Dimensi ini merupakan ukuran mudahnya

dirawat sehingga barang tersebut dapat beroperasi secara baik.

e. Sifat khas (sensory characteristic)

Setiap produk mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda

dengan produk-produk yang lainnya.

f. Penampilam dan citra etis

Dimensi lain dari produk yang bermutu adalah persepsi konsumen

(40)

2.1.5 Harga

2.1.5.1 Pengertian Harga

Menurut Alma (2007:169) value adalah nilai suatu produk untuk

ditukarkan dengan produk lain. Nilai ini dapat dilihat dalam situasi barter

yaitu pertukaran antara barang dengan barang. Sekarang ini ekonomi kita

tidak melakukan barter lagi, akan tetapi sudah menggunakan uang sebagai

ukuran yang disebut harga. Jadi harga (price) adalah nilai suatu barang

yang dinyatakan dengan uang.

Menurut Tjiptono (2005:179) harga merupakan pernyataan nilai

dari suatu produk (a statement of value). Nilai adalah rasio atau

perbandingan antara persepsi terhadap manfaat (perceived benefits)

dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk.

2.1.5.2 Konsep Harga

Menurut Tjiptono (2005:178) dalam konteks pemasaran jasa,

secara sederhana istilah harga dapat diartikan sebagai jumlah uang (satuan

moneter) dan/atau aspek lain (nonmoneter) yang mengandung

utilitas/kegunaan tertentu yang diperlukan untuk mendapatkan suatu jasa.

Utilitas merupakan atribut atau faktor yang berpotensi memuaskan

kebutuhan dan keinginan tertentu. Secara garis besar terdapat lima jenis

(41)

1. Utilitas bentuk (form utility), berhubungan dengan proses

produksi/konversi, yaitu perubahan fisik atau kimiawi yang membuat

suatu produk menjadi lebih bernilai.

2. Utilitas tempat (place utility), terbentuk jika produk tersedia di

lokasi-lokasi tempat konsumen ingin membelinya.

3. Utilitas waktu (time utility), tercipta apabila suatu produk tersedia saat

dibutuhkan oleh para pelanggan potensial.

4. Utilitas informasi (information utility), tercipta dengan jalan

menginformasikan calon pembeli mengenai keberadaan suatu produk

dan tempat penjualannya, maka produk bersangkutan belum ada

nilainya.

5. Utilitas kepemilikan (possession/ownership utility), tercipta jika

terjadi transfer kepemilikan atau hak milik atas suatu produk dari

produsen ke konsumen. Dengan kata lain, utilitas ini terbentuk kalau

ada transaksi pembelian produk.

2.1.5.3 Tujuan Penentuan Harga

Menurut Lupiyoadi (2008:100) metode penentuan harga dimulai

dengan pertimbangan atas tujuan penentuan harga itu sendiri. Adapun

(42)

1. Bertahan

Bertahan merupakan usaha untuk tidak melakukan

tindakan-tindakanyang meningkatkan laba ketika perusahaan sedang

mengalami kondisi pasar yang tidak menguntungkan. Usaha ini

dilakukan demi kelangsungan hidup perusahaan.

2. Memaksimalkan Laba

Penentuan harga bertujuan untuk memaksimalkan laba dalam periode

tertentu.

3. Memaksimalkan penjualan

Penentuan harga bertujuan untuk membangun pangsa pasar dengan

melakukan penjualan pada harga awal yang merugikan.

4. Gengsi/prestise

Tujuan penentuan harga disini adalah untuk memosisikan jasa

perusahaan tersebut sebagai jasa yang eksklusif.

5. Pengembalian atas investasi (ROI)

Tujuan penentuan harga didasarkan atas pencapaian pengembalian

(43)

2.1.5.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penentuan Harga Jasa

Menurut Lupiyoadi (2008:100) adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi atau perlu dipertimbangkan dalam penentuan harga jasa

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Elastisitas permintaan.

2. Struktur biaya.

3. Persaingan.

4. Positioning dari jasa yang ditawarkan.

5. Sasaran yang ingin dicapai perusahaan.

6. Siklus hidip jasa.

7. Sumber daya yang digunakan.

8. Kondisi ekonomi.

2.1.5.5 Perumusan Strategi Penentuan Harga

Menurut Lupiyoadi (2008:102) Ada beberapa pertanyaan yang

perlu diperhatikan sebelum perusahaan menentukan harga jasa. Pertanyaan

(44)

1. Seberapa besar harusnya jasa dihargai?

a. Biaya-biaya apa saja yang ingin ditutup oleh perusahaan?

b. Seberapa sensitifkah pelanggan terhadap perubahan harga?

c. Berapa harga yang ditetapkan oleh pesaing?

2. Apa yang seharusnya dijadikan dasar dasar dalam penentuan harga?

a. Pelaksanaan terhadap tugas yang spesifik.

b. Hak atau izin masuk kedalam fasilitas layanan jasa.

c. Skala unit waktu (jam, minggu, bulan, tahun).

d. Presentase komisi dari nilai transaksi.

e. Sumber daya fisik yang dikonsumsi.

f. Ruang lingkup geografis yang dicakup.

g. Berat atau ukuran objek yang diberikan pelayanan.

3. Siapa yang seharusnya menerima atau menagih pembayaran dari

konsumen?

a. Perusahaan penyedia jasa layanan.

b. Perantara (seperti : agen wisata, agen tiket, peritel dan sebagainya).

c. Bagaimana sistem kompensasi untuk perantara atas tugasnya ini

(45)

4. Dimana seharusnya pembayaran dilakukan?

a. Di lokasi tempat layanan jasa tersebut berlangsung.

b. Sebuah outlet ritel yang nyaman atau perantara dibidang keuangan

(contoh : bank).

c. Kediaman si pembeli jasa (dengan surat ataupun telpon).

5. Kapan seharusnya pembayaran dilakukan?

a. Sebelum atau sesudah terjadinya transaksi layanan jasa tersebut.

b. Pada pagi, siang, sore atau malam hari.

c. Pada hari yang manakah dalam seminggu.

6. Bagaimana seharusnya cara pembayaran dilakukan?

a. Tunai.

b. Menggunakan bukti (contoh : materai).

c. Kartu kredit.

d. Cek.

e. Electronic funds transfer (transfer dana elektronik).

f. Voucher.

(46)

7. Bagaimana seharusnya penentuan harga dikomunikasikan kepada

pasar sasaran?

a. Melalui media komunikasi apa (iklan, electronic display, tenaga

penjualan, tenaga customer service)?

b. Pesan apa yang dikandung (bagaimana penekanannya terhadap

harga)?

2.1.6 Kepuasan Pelanggan

2.1.6.1 Pengertian Kepuasan Pelanggan

Menurut Tjiptono dan Candra (2005:195) kepuasan pelanggan

merupakan respons (emosional atau kognitif), respons tersebut

menyangkut fokus tertentu (ekspektasi, produk, pengalaman konsumsi dan

seterusnya) dan respons terjadi pada waktu tertentu (setelah konsumsi,

setelah pemilihan produk/jasa, berdasarkan pengalaman akumulatif, dan

lain-lain). Secara singkat, kepuasan pelanggan terdiri atas tiga kompenen :

respons menyangkut fokus tertentu yang ditentukan pada waktu tertentu.

Pengertian kepuasan menurut Oliver (2001), seperti yang telah

dikutip oleh Chandra dan Tjiptono (2005:196), yaitu penilaian bahwa fitur

produk atau jasa itu sendiri, memberikan tingkat pemenuhan berkaitan

dengan konsumsi yang menyenangkan, termasuk under-fulfillment dan

(47)

Dari dua definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa jika

produk atau jasa memenuhi harapan konsumen dengan prestasi yang

diberikan, maka konsumen akan merasakan kepuasan. Sebaliknya jika

harapan jauh dari prestasi yang diharapkan, konsumen akan merasakan

ketidak puasan.

2.1.6.2 Model Kepuasan Pelanggan

Pada dasarnya tujuan sebuah bisnis adalah menciptakan para

pelanggan yang puas. Menurut Tjiptono dan Candra (2005:199) secara

garis besar riset-riset kepuasan pelanggan didasarkan pada tiga teori

utama, yaitu :

1. Contrast theory, berasumsi bahwa konsumen akan membandingkan

kinerja produk aktual dengan ekspektasi pra-pembelian.

2. Assimilation theory, menyatakan bahwa evaluasi purnabeli merupakan

fungsi positif dari ekspektasi konsumen pra-pembelian.

3. Assimilation-contrast theory, berpegangan bahwa terjadinya efek

asimilasi (assimilation effect) atau efek kontras (contrast effect)

merupakan fungsi dari tingkat kesenjangan antara kinerja yang yang

(48)

2.1.6.3 Strategi Kepuasan Pelanggan

Menurut Tjiptono (2000:25), ada beberapa strategi yang dapat

digunakan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, antara lain :

a. Relationship Marketing (hubungan pemasaran)

Dalam strategi ini, hubungan transaksi antara penyedia jasa dan

pelanggan berkelanjutan, tidak berakhir setelah penjualan selesai dan

diharapkan dapat terjadi bisnis ulangan.

b. Strategy Superior Customer Service (strategi pelayanan pelanggan)

Perusahaan menawarkan pelayanan yang lebih unggul dari pada

pesaing. Dengan demikian berarti perusahaan akan membutuhkan

harga yang lebih tinggi kepada konsumen, tetapi ada pula konsumen

yang rela asal mendapatkan pelayanan yang memuaskan.

c. Strategy Unconditional Guarantees (strategi tanpa syarat dalam

penjaminan / pinjaman)

Berentikan komitmen untuk memberikan kepuasan kepada konsumen

yang pada gilirannya akan menjadi sumber dinamisme penyempurnaan

kualitas jasa dan kinerja perusahaan serta meningkatkan motivasi

karyawan untuk bekerja lebih baik.

d. Strategi Penanganan Keluhan yang Efektif

Penanganan keluhan yang baik memberikan peluang untuk mengubah

(49)

2.1.6.4 Pengukuran Kepuasan Pelanggan

Untuk mengukur dan memantau kepuasan, menurut Kotler

(2000:38), terdapat empat metode yang dapat digunakan, yaitu :

a. Complaint and Suggestion System (sistem keluhan dan saran)

Banyak perusahaan yang berhubungan dengan kepuasan konsumen

membuka kotak saran dan menerima keluhan-keluhan yang dievaluasi

konsumen.

Saran-saran tersebut dapat juga disampaikan melalui kartu komentar,

customer hotline. Informasi ini dapat memberikan ide-ide dan

masukan kepada perusahaan yang memungkinkan perusahaan

mengantisipasi dan cepat tanggap terhadap kritik dan saran tersebut.

b. Customer Satisfaction Surveys (survei kepuasan konsumen)

Tingkat keluhan yang disampaikan oleh konsumen tidak bisa

disimpulkan secara umum untuk mengukur kepuasan konsumen pada

umumnya. Umumnya penelitian mengenai keputusan konsumen

dilakukan dengan survei, melalui pos, telepon, atau wawancara

pribadi. Ada juga perusahaan yang mengirimkan angket-angket kepada

orang-orang tertentu.

c. Ghost Shopping (pembelian bayangan)

Perusahaan dapat membayar orang-orang tertentu untuk bertindak

sebagai pembelian potensial yang melaporkan temuan mereka tentang

kekuatan dan kelemahan yang mereka alami dalam membeli produk

(50)

Manajer juga harus turun ke lapangan, melihat situasi penjualan

perusahaan dan pesaing, dimana mereka tidak dikenal dan mengalami

sendiri secara langsung perlakuan yang mereka terima sebagai

pelanggan.

d. Lost Customer Analysis

Perusahaan-perusahaan yang kehilangan pelanggan mencoba

menghubungi pelanggan tersebut. Mereka dibujuk untuk

menggunakan kembali produk perusahaan tersebut. Perusahaan juga

menanyakan alasan mengapa mereka pindah atau beralih ke

perusahaan lain. Dari kontak semacam ini akan diperoleh informasi

dan akan memperbaiki kinerja perusahaan sendiri agar tidak ada lagi

pelanggan yang beralih, dengan cara meningkatkan kepuasan

pelanggan tersebut.

2.1.7 Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kepuasan Pelanggan

2.1.7.1 Pelayanan Berpengaruh Terhadap Kepuasan Pelanggan

Pelayanan sifatnya memberikan bantuan bagi konsumen yang

membutuhkan suatu informasi mengenai suatu produk yang diberi.

Menurut Kotler (1997:49) dalam membangun kepuasan konsumen

dapat melalui kualitas pelayanan dimana kualitas merupakan keseluruhan

cirri serta sifat dari suatu produk atau pelayanan yang dapat berpengaruh

pada kemampuan untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau yang

(51)

sesuatu yang diperlukan pelanggan secara konstan didalam memberikan

solusi terbaik kepada pelanggan.

Sehingga dapat membuat kesan yang baik, maka perusahaan

tersebut dapat mempengaruhi atau merangsang pembeli atau konsumen

untuk melakukan pembelian kepada perusahaan tersebut. Dan dengan

pelayanan yang baik dapat menimbulkan suatu tingkat kepuasan yang

tinggi dalam diri konsumen yang berakibat konsumen akan terus

berhubungan dan setia menggunakan produk yang ditawarkan.

2.1.7.2 Produk Berpengaruh Terhadap Kepuasan Pelanggan

Menurut Kotler (1997:29) produk sesuatu yang dapat ditawarkan

ke pasar untuk mendaptkan perhatian, untuk dibeli atau dikonsumsi yang

dapat memnuhi suatu keinginan atau kebutuhan sehingga dapat

menimbulkan suatu nilai lebih pada diri konsumennya.

Pengembangan produk atau jasa yang ditawarkan mengharuskan

perusahaan menetapkan manfaat-manfaat apa yang akan diberikan oleh

produk yang ditawarkan untuk menciptakan suatu keputusan untuk

membeli maka manfaat-manfaat yang ingin ditawarkan atas produk

tersebut hendaknya dipenuhi oleh atribut produk. Jadi untuk menarik

perhatian konsumen untuk membeli maka produk tidak hanya

penampilannya yang diperhatikan, tetapi juga hendaknya ia merupakan

produk yang simple, aman tidak mahal, sederhana dan ekonomis serta

(52)

kepuasan pada diri konsumen sehingga memutuskan untuk mencoba

menggunakan atau memiliki produk yang ditawarkan.

2.1.7.3 Harga Berpengaruh Terhadap Kepuasan Pelanggan

Menut Kotler (1997:34) untuk menilai kepuasan pelanggan maka

harga dapat dijadikan suatu nilai untuk menukur kepuasan pelanggan,

dimana sebagai contoh harga yang ditetapkan hendaknya dapat bersaing

dengan produk pesaingnya dimana semakin rendah harga yang diberikan

kepada pelanggan maka akan semakin tinggi pula nilai kepuasan yang

akan diterima oleh pelanggan serta akan semakin tinggi insentif bagi

pelanggan untuk membeli suatu produk.

Oleh karena itu pengusaha perlu memikirkan tentang harga jual

produknya secara tepat karena harga yang tidak tepat akan berakibat tidak

menarik para pembeli dan dapat menimbulkan ketidak puasaan para

pembeli untuk membeli barang atau jasa tersebut. Seseorang akan berani

membayar suatu produk dengan harga yang mahal apabila dia merasa puas

dengan produk yang ditawarkan karena sesuai dengan yang diharapkan

dimana produk yang akan dibelinya memiliki kualitas yang baik.

Sebaliknya apabila seseorang itu menilai suatu produk itu rendah maka dia

tidak akan bersedia untuk membayar atau membeli produkitu dengan

(53)

2.1.8 Restoran

2.1.8.1 Pengertian Restoran

Restoran merupakan jasa pangan, yaitu tempat dimana dijual

makanan dan minuman. Untuk memperoleh makanan atau minuman itu,

maka yang membutuhkannya harus datang ketempat dimana restoran di

operasikan.

Faktor lain yang harus diperhatikan untuk menjaga kelangsungan

usaha restoran yang berkesinambungan adalah faktor 7-Gs, yaitu :

1. Good Location

Lokasi yang strategis dan sangat akses

2. Good Parking Facilities

Lokasi parkir luas dan aman

3. Good Atmosphere

Lokasi nyaman dan menyenangkan

4. Good Reputation

Memiliki nama baik dan tenar

5. Good food and taste

Makanan baik dan segar serta memiliki cita rasa yang enak

6. Good Service

Adanya pelayanan yang professional

7. Good Skilled of service Personnel

Petugas yang memiliki wawasan dan keterampilan yang tinggi, efisien

(54)

2.1.8.2 Pramusaji

Pramusaji adalah orang yang bertugas atau bekerja dibidang

penyajian makanan dan minuman. Istilah pramusaji dimaksudkan sebagai

pengganti perkataan waiter/waitress dari bahasa inggris.

Menurut Sugiarto (1996), pramusaji adalah karyawan restoran atau

room service yang mempunyai tugas dan tanggung jawab memberikan

pelayanan akan kebutuhan makan dan minum bagi tamu hotel.

Pekerjaan dalam bidang pelayanan makanan dan minuman

merupakan kegiatan yang berantai dan saling berkaitan. Kejujuran, ramah

tamah, serta smiling appereance merupakan sikap yang harus ditunjukkan

oleh setiap pramusaji.

Dalam pelayanannya, pramusaji memiliki 4 fungsi, yaitu :

1. Sebaagai pemandu selera

Pramusaji menuntun tamu untuk mendapatkan kembali selera

makannya. Karena kadang kala ada tamu yang bingung akan makanan

dan minuman yang akan dipesannya. Dalam hal ini, tugas pramusaji

lah yang menawarkannya.

2. Sebagai penyaji hidangan

Pramusaji dituntut untuk melayani penyajian makanan dan minuman

kepada para tamu, sesuai dengan standarisasi yang dimiliki oleh hotel

itu sendiri. Yang dapat membuat tamu merasa puas dan nyaman

(55)

3. Sebagai duta perusahaan

Pramusaji dalam hal ini mewakili perusahaan untuk menerima,

melayani dan memberikan perhatiannya kepada tamu yang datang.

Reputasi perusahaan sangat didukung oleh pramusaji yang telah

memilki sikap dan kepribadian yang baik sehingga secara keseluruhan

pramusaji merupakan duta dari perusahaan itu.

4. Sebagai seorang wiraniaga

Pramusaji selalu menjaga kekayaan perusahaan, efisien dan efektif.

Pramusaji juga harus bias memperhatikan pelanggannya dan

mendatangkan langganan baru bagi perusahaan itu.

2.2 Kerangka Berpikir

Pada dasarnya perusahaan yang bergerak dibidang makanan dan

minuman ingin mencari pelanggan yang sebanyak-banyaknya, serta ingin

menciptakan kepuasan kepada pelanggan. Terciptanya kepuasan

pelanggan disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut adalah

sebagai alasan pelanggan untuk tetap menggunakan/mendatangi

restoran/café tersebut. Adapun faktor-faktor tersebut adalah : kualitas

pelayanan, kualitas produk dan harga.

Kualitas pelayanan adalah salah satu faktor yang menunjang

kepuasan pelanggan. Kualiatas pelayanan meliputi tempat, keandalan,

daya tanggap, jaminan dan empati. Dengan adanya kualitas pelayanan

(56)

Kualitas produk yang bermutu menjadi penunjang kepuasan

pelanggan. Tersedianya produk yang bermutu tinggi dan sesuai dengan

keinginan pelanggan. Hal tersebut dikarenakan kualitas produk yang

terdiri dari rasa, tampilan makanan dan minuman serta kebersihan.

Menjadi alasan pelanggan untuk tetap datang untuk menikmati produk

tersebut.

Harga merupakan salah satu faktor penting bagi seseorang untuk

memutuskan membeli produk atau menggunakan jasa tersebut. Penetapan

harga yang diberikan serta memberikan kemudahan atas pembayaran

adalah faktor yang penunjang kepuasan pelanggan.

Berdasarkan uraian diatas, jelas bahwa faktor kualitas pelayanan,

kualitas produk dan harga mempengaruhi kepuasan pelanggan pada Forget

Me Not Café Surabaya. Hubungan ini dapat dilihat pada gambar dibawah

ini :

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Kualitas

Pelayanan (X1)

Kualitas

Produk (X2)

Harga (X3)

(57)

2.3 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian yang diajukan

maka, dapat dirumuskan hipotesis berikut :

a. Terdapat pengaruh yang nyata kualitas pelayanan, kualitas produk dan

harga secara simultan terhadap kepuasan pelanggan pada Forget Me

Not Café Surabaya.

b. Terdapat pengaruh yang nyata kualitas pelayanan, kualitas produk dan

harga secara parsial terhadap kepuasan pelanggan pada Forget Me Not

(58)

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel yang dipakai dalam penelitian ini adalah kualitas

pelayanan (X1), kualitas produk (X2) dan harga (X3) sebagai variabel bebas

(independen). Dan kepuasan pelanggan (Y) sebagai variabel terikat

(dependen). Definisi operasional variabel-variabel tersebut adalah sebagai

berikut :

a. Kualitas Pelayanan (X1)

Kualitas pelayanan adalah pelayanan yang diberikan kepada

pelanggan Forget Me Not Café Surabaya. Dimana peneliti

menggunakan dimensi kualitas pelayanan (SERVQUAL) yang diantara

nya : berwujud (tangible), keandalan (realibility), ketanggapan

(responsiveness), jaminan dan kepastian (assurance) dan empati

empathy). Adapun indikator dalam variabel kualitas pelayanan (X1),

yaitu :

1. Suasana, kebersihan dan tempat yang diberikan Forget Me Not

Cafe Surabaya.

2. Ketepatan pelayanan yang diberikan Forget Me Not Café

(59)

3. Daya tanggap pelayan kepada pelanggan Forget Me Not Café

Surabaya.

4. Pengetahuan, kesopanan dan kemampuan pelayan kepada

pelanggan Forget Me Not Café Surabaya.

5. Perhatian pelayan kepada pelanggan Forget Me Not Café

Surabaya.

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert, dengan

menggunakan skor sebagai berikut :

Sangat setuju = 5

Kualitas produk adalah produk yang bermutu baik makanan atau

minuman yang dijual pada Forget Me Not Café Surabaya, kualitas

produk tersebut meliputi rasa, tampilan dan kebersihan. Dan indikator

yang terdapat pada variabel kulitas produk (X2), yaitu :

1. Rasa makanan.

2. Rasa minuman.

3. Tampilan makanan.

4. Tampilan minuman.

(60)

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert, dengan

menggunakan skor sebagai berikut :

Sangat setuju = 5

Setuju = 4

Ragu-ragu = 3

Tidak setuju = 2

Sangat tidak setuju = 1

c. Harga (X3)

Harga adalah sejumlah uang yang dikeluarkan oleh konsumen untuk

ditukarkan/mendapatkan barang dan jasa pada Forget Me Not Café

Surabaya. Indikator yang dipakai dalam variabel Harga (X3) adalah

sbagai berikut :

1. Penetapan Harga

2. Cara Pembayaran

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert, dengan

menggunakan skor sebagai berikut :

Sangat setuju = 5

Setuju = 4

Ragu-ragu = 3

Tidak setuju = 2

(61)

d. Kepuasan Pelanggan (Y)

Kepuasan pelanggan adalah perasaan yang diharapkan/dinginkan

pelanggan pada Forget Me Not Café Surabaya. Indikator variabel

Kepuasan pelanggan (Y) adalah sebagai berikut :

1. Harapan pelanggan.

2. Ketanggapan terhadap keluhan pelanggan.

3. Kenyamanan yang diberikan Forget Me Not café Surabaya.

Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert, dengan

menggunakan skor sebagai berikut :

Sangat setuju = 5

Setuju = 4

Ragu-ragu = 3

Tidak setuju = 2

Sangat tidak setuju = 1

3.2 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

3.2.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2008:115) populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya.

Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan

(62)

pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh

karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

Pada penelitian ini populasinya belum diketahui (unknown

population). Adapun populasinya adalah pelanggan yang datang lebih dari

satu kali dan yang sudah pernah menikmati makan atau minum pada

Forget Me Not Café dan berusia 17 tahun keatas.

3.2.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2008:116) Sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dan yang sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pelanggan yang datang lebih

dari satu kali dan yang sudah pernah menikmati makan atau minum pada

Forget Me Not Café dan berusia 17 tahun keatas.

Untuk menentukan jumlah sampel yang tidak diketahui

populasinya (unknown population) dengan tingkat kepercayaan 95%

(Riduwan, 2004:66), maka digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

n = jumlah sampel

Z

α

= derajat koefisien = 1,96 (karena α = 0,05, maka Z0,05 = 1,96)

= standart deviasi = 0,25

(63)

Maka :

= 96,04 = 97 responden

Jadi, jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 97

responden (dibulatkan). Untuk hasil yang representatif maka peneliti

mengambil sampel 100 responden.

3.2.3 Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel adalah menentukan sampel yang akan

digunakan dalam penelitian. Dalam penenlitian ini menggunakan

purposive sampling yang termasuk dalam non probality sampling.

Menurut Sugiyono (2008:122) purposive sampling adalah teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (umumnya disesuaikan

dengan tujuan dan masalah penelitian). Elemen populasi yang dipilih

sebagai sampel dibatasi pada elemen-elemen yang dapat memberikan

informasi berdasarkan pertimbangan tersebut.

ditentukan berdasarkan kriteria dan pertimbangan-pertimbangan

(64)

2011, berusia 17 tahun keatas dengan tujuan untuk lebih memudahkan

dalam menjawab pertanyaan yang ada dalam kuesioner.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

3.3.1 Jenis Data

Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data primer. Data

primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian

dengan menyebarkan kuesioner (daftar pertanyaan) untuk mendapatkan

informasi yang dapat digunakan sebagai penunjang keberhasilan dari suatu

penelitian.

3.3.2 Sumber Data

Semua data penelitian ini diperoleh dari pelanggan Forget Me Not

Café Surabaya yang datang lebih dari satu kali, yang mengisi/menjawab

kuesioner (daftar pertanyaan) yang telah disediakan. Penelitian akan

dilaksanakan pada bulan Maret 2011.

3.3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data penenlitian bertujuan untuk mendapatkan

informasi sebagai penunjang keberhasilan dari suatu penenlitian, maka di

dalam penelitian ini penulis dalam mengumpulkan data menggunakan

kuesioner (angket). Menurut Sugiyono (2008:199) kuesioner (angket)

(65)

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya.

3.4 Teknik Analisis dan Pengujian Hipotesis

3.4.1 Teknik Analisis

3.4.1.1Uji Validitas

Yang dimaksud dengan validitas adalah suatu derajat ketepatan alat

ukur penenlitian tentang isi sebenarnya yang diukur. Analisis validitas

bertujuan untuk menguji apakah tiap butir pertanyaan benar-benar sahih,

analisis ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item

dengan skor total item. Dalam hal ini koefisien korelasi yang nilai

signifikansinya lebih kecil dari 5% (level of significance) menunjukkan

bahwa item-item tersebut sudah sebagai pembentuk indikator. Adapun

persamaan rumus yang digunakan adalah :

n

XY

– (

X

)(

Y

)

{

n

X

2

-(

X

)

2

}{

n

Y

2

-(

Y

)

2

}

(Singarimbun 2006:137)

Keterangan :

r = koefisien korelasi

X = tanggapan responden setiap pertanyaan

Y = total tanggapan responden

(66)

n = jumlah responden

3.4.1.2Uji Realibilitas

Adalah suatu uji yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukuran dapat dipercaya atau dapat di andalkan. Suatu pengukuran

adalah reliabel ( andal ) sepanjang pengukuran tersebut menghasilkan

hasil-hasil yang konsisten. Apabila suatu alat ukur ( kuesioner ) dipakai

untuk mengukur gejala yang sama dan hasil yang diperoleh relative

konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel. Dengan kata lain,

reliabilitas menunjukkan konsisten suatu alat pengukur di dalam mengukur

gejala-gejala yang sama. Untuk menguji reliabulitas suatu instrumen dapat

digunakan alpha croanbach. Masing-masing variabel dalam penelitian ini

dihitung koefisien alpha croanbach-nya. Suatu konstruk atau variabel

dapat dikatakan reliabel jika nilai alpha croanbach lebih besar dari 0,6 (

Nunally yang dikutip oleh Imam Ghozali 2001 : 133 ). Adapun rumus

yang digunakan untuk mengetahui uji reliabilitas adalah sebagai berikut :

= ( Syaifudin Azwar 2001 : 78 )

Keterangan :

(67)

Sj² = Varians belahan

SX = Varian skor tes

3.4.1.3Analisis Pengujian Asumsi Klasik

Menurut Sulaiman (2004 : 87) pengujian ini dimaksudkan untuk

mendeteksi ada tidaknya multilinearitas, heteroskedastisitas, autokorelasi,

linearitas dan normalitas dalam hasil estimasi, karena apabila terjadi

penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut, uji F dan uji T yang

dilakukan selanjutnya tidak valid dan secara statistik dapat mengancaukan

kesimpulan yang diperoleh untuk itu dilakukan uji asumsinya. Tujuan

utama pengguna uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan koefisien

regresi yang terbaik linier dan tidak bias (BLUE : Best Linier Unbiased

Estimator).

1. Multikolinearitas.

Multikolinearitas berate ada hubungan yang pasti diantara

beberapa atau semua variabel indenpenden dari model regresi. Adapun

cara pendekatanya adalah jika multikolinearitas tinggi, seseorang

mungkin memperoleh R² yang tinggi tetapi tidak satupun atau sangat

sedikit koefisien yang ditaksir yang signifikan atau penting secara

statistik.

Untuk mengetahui tidak ada gejala multikolinearitas dapat

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ..........................................................................
Table 4.18 Nilai Koefisien Korelasi Parsial  ......................................................
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Gambar 4.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel 4.12 hasil uji hipotesis kedua ini menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,393 dimana nilainya lebih besar dari 0,05 sehingga hipotesis kedua dalam

Secara simultan variabel Penataan Organisasi telah berpengaruh secara signifikan terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Kesehatan Kota Banjar, dalam hal ini variabel Penataan

Material cangkul lokal memiliki nilai kekerasan yang rendah yaitu 132 HV dibanding dengan cangkul impor Cina sebesar 235,6 HV, hal ini dapat terjadi karena temperatur

Pengakuan pendapatan (revenue) dikemukan di dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009:23) adalah Pendapatan diakui dalam laporan rugi laba kalau kenaikan manfaat

Tingginya pertambahan panjang pada perlakuan A dengan pemberian pakan dari jenis udang mengikuti dari pertambahan berat dimana, ikan kakap sangat menyukai pakan

Tidak seperti Penang dan Rumah Sakit luar negeri lainnya justru lebih fokus kepada pada sistem pelayanan yang bersifat Consumer Orineted, hal ini dilakukan untuk menarik para

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan penyertaan yang telah diberikan kepada penulis, sehingga dapat tersusun skripsi ini dengan judul “ Pengaruh Jenis