Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
LAKSMIATI MARTHA CAHYANA NPM: 1311070120
Jurusan: Pendidikan Islam Anak Usia Dini
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI MEDIA PAPAN FLANEL DI TAMAN KANAK-KANAK KASIH BUNDA
KAMPUNG KALIPAPAN KECAMATAN NEGERI AGUNG KABUPATEN WAY KANAN
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh:
LAKSMIATI MARTHA CAHYANA NPM: 1311070120
Jurusan: Pendidikan Islam Anak Usia Dini
Pembimbing I : Dr. Hj. Eti Hadiati, M.Pd Pembimbing II : Syafrimen, M.Ed., Ph.D
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
ABSTRAK
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI MEDIA PAPAN FLANEL DI TAMAN KANAK-KANAK KASIH BUNDA
KAMPUNG KALIPAPAN KECAMATAN NEGERI AGUNG KABUPATEN WAY KANAN
Oleh:
LAKSMIATI MARTHA CAHYANA
Kemampuan Kognitif adalah kemampuan dalam proses berpikir yang berpacu pada kegiatan mental. Salah satu media yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif adalah media papan flanel. Media Papan Flanel adalah media papan datar yang dilapisi oleh kain berbulu/ kain flanel yang diatasnya diletakkan potongan-potongan kata, huruf, angka, gambar maupun simbol untuk mempermudah proses pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimanakah upaya guru dalam mengembangkan kemampuan kognitif anak melalui media papan flanel di Taman Kanak-kanak Kasih Bunda Kampung Kalipapan Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang melibatkan satu orang guru. Data dikumpulkan melalui wawancara, observasi dan dokumen analisis. Data dianalisis secara kualitatif dengan menggunakan cara reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya guru dalam mengembangkan kemampuan kognitif melalui media papan flanel adalah sebagai berikut: (i) Memilih tema dan kegiatan yang akan dilakukan, (ii) Memilih dan menyiapkan item papan flanel yang sesuai, (iii) Mengatur letak atau posisi papan flanel agar terlihat jelas oleh anak, dan (iv) Mencontohkan kegiatan yang akan dilakukan serta memberikan kesempatan pada anak untuk mencoba. Ini menunjukkan bahwa keempat cara mengembangkan kognitif anak melalui media papan flanel dapat diterapkan pada anak usia dini.
MOTTO
Artinya: “apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi;
dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.” (Q.S Al-Jumu’ah: 10)1
1
PERSEMBAHAN
Teriring rasa tulus, ikhlas, dan syukur kepada Allah SWT, kupersembahkan
karya yang sederhana ini sebagai tanda bakti dan cintaku kepada orang yang selalu
memberi mana dalam hidupku, terutama untuk:
1. Ayahanda Sutisna dan Ibunda Ermawati yang tercinta, yang telah mengasuh,
merawat, mendidik dan membesarkanku dengan kasih sayang, serta dalam
setiap sujud tahajudnya selalu mendoakan keberhasilanku.
2. Kakakku Larasati Citra Cahyana serta adik-adikku Lestari Sukma Apriliana,
Lutfia Novi Rahmawati dan Ridho Farhan Adrori yang selalu membantu,
memberi motivasi, dan semangat serta turut mendoakan keberhasilanku.
3. Almamaterku Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri
Raden Intan Lampung yang telah mendewasakan dalam berpikir dan
bertindak.
4. Teman-teman seperjuangan jurusan PIAUD angkatan 2013, khususnya
Awallya Septiana Putri, Komaria, Ida Nurhasanah, Nur Fadilah, Dian
Apriyana yang selalu memberikan semangat dan bersama kalian ku maknai
RIWAYAT HIDUP
Laksmiati Martha Cahyana, lahir di Kampung Kalipapan pada tangggal 17
Maret 1996. Penulis merupakan putri kedua dari lima bersaudara buah hati pasangan
Ayahanda Sutisna dengan Ibunda Ermawati.
Sebelum masuk jenjang perguruan tinggi, penulis mengawali pendidikan di :
1. Taman Kanak-kanak IKI PTPN 7 Unit Tulung Buyut selesai pada tahun 2001
2. Sekolah Dasar Negeri 2 Kalipapan selesai pada tahun 2007
3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Negeri Agung selesai pada tahun 2010
4. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Negeri Agung selesai pada tahun 2013
5. Universitas Islam Negeri Raden intan Bandar Lampung, penulis mengambil
pogram S1 di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Islam
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah yang tidak terkira penulis ucapkan kehadirat Allah
SWT, karena dengan limpahan karunia, taufik serta hidayah-Nya lah skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
Rasulullah SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya akan kekurangan
dan keterbatasan ilmu pengetahuan, namun, atas bimbingan dari berbagai pihak ,
semua kesulitan dan hambatan bisa teratasi oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan UIN Raden intan Lampung yang telah memberikan kemudahan
dalam berbagai hal sehingga penulisan skripsi ini berjalan dengan baik.
2. Ibu Dr. Hj. Meriyati, M.Pd., selaku ketua jurusan PIAUD Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan yang telah memberi berbagai pengarahan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Dr. Hj. Eti Hadiati, M.Pd., sebagai dosen peembimbing I dan Syafrimen,
M.Ed.,Ph.D, sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan
dan pengarahan demi terselesainya skripsi ini.
4. Bapak/Ibu dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang telah ikhlas
penulis dan juga para staf KASUBAG yang telah banyak membantu untuk
terselesaikannya skripsi ini.
5. Seluruh Staff Perpustakaan UIN Raden Intan Lampung dan Perepustakaan
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung yang telah
melayani pinjaman sumber referensi buku dalam menyelsaikan skripsi ini.
6. Ibu Ermawati, S.Pd.I., selaku kepala Taman Kanak-kana Kasih Bunda
Kampung Kalipapan Kecamatan Negeri Agung kabupaten Way Kanan.
7. Serta berbagai pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang telah
ikut serta memberikan bantuan baik materi maupun moril.
Semoga bantuan dan amal mereka akan memperoleh pahala yang berlipat ganda dari
Allah SWT. Selanjutnya dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari akan adanya
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun sangatlah penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
diri penulis pribadi dan berguna bagi bangsa dan agama.
Bandar Lampung, 28Maret 2018 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
ABSTRAK ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
RIWAYAT HIDUP ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 12
C. Batasan Masalah... 13
D. Rumusan Masalah ... 13
E. Tujuan Penelitian ... 13
F. Manfaat Penelitian ... 14
BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Kognitif 1. Pengertian Kemampuan Kognitif ... 15
2. Tahap Perkembangan Kognitif ... 18
3. Karakteristik Perkembangan Kognitif... 19
4. Pentingnya Perkembangan Kognitif ... 20
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif ... 21
B. Media 1. Pengertian Media ... 23
2. Jenis-jenis Media ... 25
3. Prinsip-prinsip Media ... 26
4. Fungsi dan Manfaat Media... 27
C. Papan Flanel 1. Pengertian Papan Flanel ... 29
2. Kegunaan Media Papan Flanel... 31
D. Mengembangkan Kemampuan Kognitif melalui Media Papan Flanel ... 33
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 38
B. Jenis Penelitian ... 39
C. Subjek/Sumber Data... 41
D. Lokasi Penelitian ... 41
E. Teknik Pengumpulan Data ... 41
F. Instrument Penelitian ... 45
G. Teknik Analisis Data ... 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 48
B. Pembahasan ... 55
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN PENUTUP A. Kesimpulan ... 59
B. Saran ... 60
C. Penutup ... 61
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Indikator Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-5 tahun ... 4
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Profil Taman Kanak-kanak Kasih Bunda Kampung Kalipapan
Lampiran2 Kisi-kisi observasi Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak di Taman Kanak-kanak Kasih Bunda Kampung Kalipapan Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan.
Lampiran 3 Hasil Observasi Akhir Perkembangan Kemampuan Kognitif Anak melalui Media Papan Flanel di Taman Kanak-kanak Kasih Bunda Kampung Kalipapan Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan.
Lampiran 4 Lembar Observasi Guru dalam Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak di di Taman Kanak-kanak Kasih Bunda Kampung Kalipapan Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan.
Lampiran 5 Kisi-kisi Observasi Langkah-langkah penggunaan Media Papan Flanel di di Taman Kanak-kanak Kasih Bunda Kampung Kalipapan Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan.
Lampiran 6 Kerangka wawancara dengan guru di Taman Kanak-kanak Kasih Bunda Kampung Kalipapan Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan.
Lampiran 7 Hasil Wawancara dengan Guru elompok A di di Taman Kanak-kanak Kasih Bunda Kampung Kalipapan Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan.
Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) TK Kasih Bunda Lampiran 8 Dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
Anak Usia Dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan
dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan dikatakan sebagai lompatan
perkembangan.2 Setiap anak di dunia memiliki berbagai kecerdasan dalam tingkat
dan indikator yang berbeda-beda. Hal ini menunjukkan bahwa semua anak pada
hakikatnya adalah cerdas. Kajian tentang anak selalu menarik sehingga memunculkan
berbagai pandangan hakikat seorang anak yang sebenarnya. Bahkan, dalam
Al-Qur-an Allah telah menyerukAl-Qur-an tentAl-Qur-ang Al-Qur-anak, seperti dalam Surat Al-Kahf ayat 46 yAl-Qur-ang
berbunyi sebagi berikut:
Artinya: “harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.” 3 (Q.S Al-Kahfi :46)
Dari ayat Al-Qur’an di atas maka dapat disimpulkan bahwa anak merupakan
anugerah dan juga tiitipan dari Allah SWT. Namun tergantung kepada orang tua dan
juga lingkungannya bagaimana cara mereka dalam mendidiknya.
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
2
Mulyasa, Manajemen PAUD, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya), h. 20.
3
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.4
Sementara itu National Association for the Education of Young Children
(NAEYC) membagi anak usia dini menjadi 0-3 tahun, 3-5 tahun, dan 6-8 tahun
dimana pada masa ini anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
cepat dalam berbagai aspek. Oleh sebab itu, proses pembelajaran yang diberikan
sebagai suatu upaya pembinaan bagi anak usia dini harus disesuai dengan
karakteristik setiap tahapan perkembangan anak.5
Usia 0-6 tahun merupakan masa dimana informasi yang diterima anak akan
dianggap dan disimpan dalam otak. Masa ini juga sering disebut dengan golden age.
Masa ini datang sekali dan tidak dapat diulang lagi dan sangat menentukan untuk
mengembangkan kualitas manusia selanjutnya. Benyamin S. Blom, mengemukakan
bahwa perkembangan intelektual anak terjadi sangat pesat pada tahun-tahun
kehidupan anak. Sekitar 50% variabilitas kecerdasan terjadi ketika anak berusia 4
tahu, peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun dan 20% sisanya pada
pertengahan atau akhir dasawarsa kedua.6
Mengingat masa usia dini merupakan masa yang sangat potensial untuk
dikembangkan berbagai potensinya, maka pada masa ini saat yang tepat bagi anak
4
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 Tentang Standar Pendidikan AnakUsiaDini, h. 3.
5
Soegeng Santoso, Dasar-dasar Pendidikan TK, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), h. 1.3.
6
untuk memperoleh stimulasi pendidikan. Stimulasi pendidikan ini diharapkan akan
dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangan anak seperti aspek
perkembangan moral-agama, fisikmotorik, sosial-emosional, bahasa, termasuk aspek
perkembangan kognitif.7
Perkembangan kognitif adalah masa proses berpikir, termasuk mengingat,
berpikir kritis yang mendasar, mulai dari anak-anak, pemuda hingga dewasa. Ada
beberapa cara yang dilakukan dalam perkembangan kognitif, salah satunya dengan
cara bermain. Hal ini dapat membantu anak dalam perkembangan intelegensi dan
ingatan, kemudian pemikiran masa lalu, sekarang dan masa depan.8
Perkembangan kognitif sangat diperlukan untuk pengembangan kemampuan
kognitif. Misalnya mengelompokkan, mengenal bilangan, mengenal bentuk geometri,
mengenal ukuran, mengenal konsep ruang, mengenal konsep waktu, mengenal
berbagai pola, dan lain-lain yang bisa diterapkan dalam kehidupannya sehari-hari.9
Piaget menyatakan bahwa anak secara aktif membangun pemahamannya
mengenai dunia dan melalui empat tahap perkembangan kognitif. Setiap tahap
7
Siska Nopayana, Deti Rostika, Helmi Ismail, 2015, Upaya Meningkatkan Pemahaman KonsepBilangan Beserta Lambang Bilangan Pada Anak Melalui Media Papan Flanel Modifikasi, Antologi UPI, Volume, Nomor, Juni, h. 4.
8
Saghir Ahmad, Abid Hussain Ch, Ayesha Batool, Khadiha Sittar, Misbah Malik, 2016, Play
and Cognitive Development Formal Operational Perspektif of Piaget’s Theory, Journal of Education and Practice, Vol. 07, No. 28, h. 72.
9
memiliki kaitan dengan usia dan mengandung cara berpikir tertentu, cara yang
berbeda dalam memahami dunia.10 Tahap-tahapnnya adalah sebagai berikut:
a. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun), Pada tahap ini bayi menggunakan
kemampuan perasaan dan motor untuk memahami dunia. Berawal dari refleks
dan berakhir dengan kombinasi kompleks dari kemampuan sensorimotor.11
b. Tahap Praoprasional (2-7 tahun), pada tahap ini anak-anak mulai melukiskan
dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. mereka membentuk konsep yang
stabil dan mulai bernalar.pada saat bersamaan, dunia kognitif anak didominasi
oleh egosentrisme dan keyakinan magis.12
c. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun), Pada tahap ini anak dapat
melakukan operasi yang melibatkan objek-objek dan juga dapat bernalar
secara logis sejauh hal itu di teterapkan dengan contoh-contoh yang spesifik
atau konkret.
d. Tahap Operasional Formal (11- Dewasa), dalam tahap ini individu melampaui
pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak dan lebih logis,
dalam aspek memecahkan masalah, mereka dapat bekerja secara lebih
sistematis dengan mengembangkan hipotesis mengenai mengapa sesuatu itu
terjadi seperti itu kemudian menguji hipotesis tersebut.13
10
John W Santrock, Live Span Development-Perkembangan Masa Hidup, terj. Benedictine Wisdyasinta,(Jakarta: Erlangga, 2016), h. 27-28.
11
Yuliani Nurani Sujiono, dkk, Metode Pengembangan Kognitif, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), h. 3.7.
12
Ibid, Santrock, h. 248.
13
Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa perkembangan kognitif anak usia 4-5
tahun berada dalam tahap praoperasional (2-7 tahun). Periode ini ditandai dengan
berkembangnya kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili sesuatu yang lain
dengan menggunakan simbol-simbol.14 Pada tahap ini anak belajar menggunakan dan
mempresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih
bersifat egosentris, dan dapat menglasifikasikan suatu objek dengan satu ciri.15
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 137 tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini di lingkup perkembangan kognitif untuk anak usia 4-6 tahun terdiri atas: 1) belajar dan pemecahan masalah, mencakup kemampuan memecahkanmasalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari dengan cara fleksibel dan diterima sosial serta menerapkan pengetahuan atau pengalaman dalam konteks yang baru; 2) berpikir logis, mencakup berbagai perbedaan, klasifikasi, pola, berinisiatif, berencana, dan mengenal sebab-akibat; 3) berpikir simbolik, mencakup kemampuan menngenal, menyebutkan, menggunakan konsep bilangan, mengenal huruf, serta mampu mempresentasikan berbagai benda dan imajinasinya dalam bentuk gambar.
Tabel 1
Indikator Pencapaian Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun
No. Lingkup
Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
1 Belajar dan
Pemecahan Masalah
1. Mengenal benda berdasarkan fungsi (pisau untuk memotong, pensil untuk menulis)
2. Menggunakan benda-benda sebagai permainan
simbolik (kursi sebagai mobil)
3. Mengenal konsep sederhana dalam kehidupan sehari-hari (gerimis, hujan, gelap, terang, temaram, dsb)
14
Masitoh, Dkk, Strategi Pembelajaran TK, (Jakarta: Universitas Terbuak, 2011), h. 2.13.
15
4. Mengetahui konsep banyak dan sedikit
5. Mengkreasikan sesuatu sesuai dengan idenya sendiri yang terkait dengan berbagai pemecahan masalah 6. Mengamati benda dan gejala dengan rasa ingin tahu 7. Mengenal pola kegiatan dan menyadari pentingnya
waktu
8. Memahami posisi/kedudukan dalam keluarga, ruang,
lingkungan sosial (misal: sebagai peserta
didik/anak/teman)
2 Berfikir Logis 1. Mengklasifikasikan benda berdasarkan fungsi, bentuk
atau warna atau ukuran
2. Mengenal gejala sebab-akibat yang terkait dengan dirinya
3. Mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sama atau kelompok yang sejenis atau kelompok yang berpasangan dengan 2 variasi
4. Mengenal pola (misal, AB-AB dan ABC-ABC) dan mengulanginya
5. Mengurutkan benda berdasarkan 5 seriasi ukuran atau warna
3 Berfikir Simbolik 1. Membilang banyak benda satu sampai sepuluh
2. Mengenal konsep bilangan
3. Mengenal lambang bilangan
4. Mengenal lambang huruf
Sumber: Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Pendiddikan Anak Usia Dini.
Adapun beberapa kemampuan perkembangan yang ada dalam kognitif anak
usia 4-5 tahun menurut Piaget adalah sebagai berikut, perkembangan kognitif
pra-operasional: menggunakan simbol, memahami identitas, memahami sebab akibat
mampu mengklasifikasi, memahami angka, empati dan teori pikiran.16
Tabel 2
Kemajuan kognitif sepanjang kanak-kanak awal
16
No. Kemajuan Nilai Penting
1 Menggunakan simbol Anak tidak harus berada dalam kontak sensorikmotorik dengan objek, orang, atau peristiwa untuk memikirkan hal tersebut. Anak dapat membayangkan objek atau orang
tersebut memiliki sifat yang bebeda dengan yang sebenarnya.
2 Memahami identitas Anak memahami bahwa perubahan dipermukaan tidak mengubah karakteer alamiah sesuatu.
3 Memahami
sebab-akibat
Anak memahami bahwa peristiwa memiliki sebab.
4 Mampu mengklasifikasi Anak mengorganisir objek, orang, dan peristiwa kedalam kategori yang memiliki makna.
5 Memahami angka Anak dapat menghitung dan bekerja dengan angka.
6 Empati Anak menjadi lebih mampu membayangkan apa yang dirasakan orang lain.
7 Teori pikiran Anak menjadi lebih sadar akan aktivitas mental dan fungsi pikiran
Sumber: Diane E. Papalia, Et All dalam buku Human Development (Psikologi Perkembangan) Ed. 9
Dalam membangun pengetahuan pada anak tidak terlepas dari peran guru.
Peran guru yang diharapkan adalah guru yang mampu membangun pengetahuan pada
anak dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya pada anak untuk bereksplorasi,
sehingga anak mampu membangun pengetahuan dari apa yang dilakukannya.17
Guru sebagai komponen yang bertanggung jawab dalam proses dan misi
pendidikan. Sejak awal guru harus mampu berperan sebagai pelaku pendidikan, yaitu
sebagai observator, motivator, fasilitator sekaligus sebagai evaluator dalam proses
17
pembelajaran. Efektivitas dan mutu dalam pembelajaran haruslah mencapai tujuan
pendidikan sebagaimana yang telah ditetapkan.18
Guru merupakan motor dalam melaksanakan pembelajaran di Taman
Kanak-kanak. Kepiawaian guru memilih dan menggunakan strategi pembelajaran akan
sangat menentukan keberhasilan belajar anak. Guru harus mampu memilih dan
menggunakan strategi yang memungkinkan anak belajar dan berkembang,
menyenangkan bagi anak, dapat melibatkan seluruh inderanya, sehingga belajar anak
menjadi bermakna.19
Guru hendaknya memiliki pemahaman yang baik tentang alat permainan yang
digunakan untuk pembelajaran, karena alat permainan ini selain untuk memenuhi
naluri bermain anak juga sebagai sumber belajar yang sangat diperlukan untuk
mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak.20 Oleh karena itu, guru harus
memilih strategi dan media pembelajaran yang tepat sehingga dapat memberikan
pengalaman belajar yang menarik dan mengesankan bagi anak.
Yuliani Nurani berpendapat bahwa kedudukan seorang guru dalam
mengembangkan media untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak memang
sangat strategis dan menentukan. Strategis karena guru akan menentukan kedalaman
18
Mukthar Latif, dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi, (Jakarta: Kencana, 2013), h. 5.
19
Masitoh, dkk, Strategi Pembelajaran TK, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), h. 5.19.
20
dan keluasan penggunaan media. Menentukan karena gurulah yang memilah dan
memilih bahan ajar yang akan disajikan kepada anak dalam bentuk media.21
Briggs berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala alat fisik yang
dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Sedangkan menurut
Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) media adalah
bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.
Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dililhat, didengar dan dibaca.22
Menurut Mukthar Latif, jika dikaitkan dengan pendidikan anak usia dini
media pembelajaran berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan bahan (software) dan
alat (hardware) untuk bermain yang membuat AUD mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan menentukan sikap.23
Dalam kaitannya dengan pengembangan kognitif anak, media apapun yang
akan digunakan dalam proses belajar mengajar di taman kanak-kanak adalah untuk
belajar sambil bermain. Penggunaaan media yang menyentuh aspek kogitif juga harus
mampu mengimbangi aspek afeksi. Keseimbangan antara apek afektif dan kognitif
sangat penting bagi perkembangan jiwa anak. Media yang digunakan dalam
pengembangan kognitif anak usia dini pada dasarnnya merupakan media yang tidak
21
Ibid.,Yuliani Nurani S, Dkk., h. 8.1.
22
Arief S. Sadiman, Dkk, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatanya, (Depok: Rajawali, 2012), h. 6.
23
berbahaya, menyenangkan dan bisa membantu guru menghubungkan satu hal dengan
hal lainnya.24
Menurut Yuliani Nurani Sujiono, syarat-syarat media yang digunakan dalam
pengembangkan kognitif yaitu: menarik/ menyenangkan baik warna maupun bentuk,
tumpul (tidak tajam) bentuknya, ukuran disesuaikan anak usia TK, tidak
membahayakan anak, dan dapat dimanipulasi.25
Menurut oleh Munadi, papan flanel adalah media grafis yang efektif sekali
untuk menyajikan pesan-pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula.26 Papan flanel
memuat potongan karakter cerita, objek, huruf, dan angka. potongan karakter dan
objek dari sebuah cerita digunakan pada papan flanel untuk menggambarkan sebuah
cerita saat menceritakan atau menceritakannya kembali. Selain itu, potongan itu
digunakan dalam mengajarkan tentang (1) bentuk, ukuran, dan warna; (2)
korespondensi simbol suara-suara dan (3) angka dan konsep bilangan sederhana.27
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Siska
Nopayana, Deti Rostika, Helmi Ismail, Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep
Bilangan Beserta Lambang Bilangan Pada Anak Melalui Media Papan Flanel
Modifikasi, ternyata sebagian anak masih terlihat bingung dan mengalami kesulitan
24
Yuliani Nurani Sujiono., h. 8.9.
25
Ibid., h. 8.13
26
Siska Nopayana, Deti Rostika, Helmi Ismail, 2015, Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Beserta Lambang Bilangan Pada Anak Melalui Media Papan Flanel Modifikasi, Antologi UPI Volume, Nomor, Juni, h. 4-5.
27
dalam memahami konsep bilangan beserta lambang bilangan. Anak-anak cenderung
diam bahkan menjawab dengan lama ketika ditanyai sejumlah benda dengan lambang
bilangannya. Hal ini disebabkan oleh media yang digunakan guru kurang bervariatif
dan kurang menarik bagi anak khususnya untuk mengajarkan anak dalam memahami
konsep bilangan beserta lambangnya.28
Berdasarkan observasi awal yang penulis lakukan di Taman Kanak-kanak
Kasih Bunda Kampung Kalipapan upaya guru dalam mengembangkan kemampuan
kognitif anak melalui media papan flanel sudah dilakukan tetapi masih belum mampu
mengembangkan kemampuan kognitif anak dengan baik. Hal tersebut disebabkan
karena anak kurang memperhatikan dan memahami informasi yang disampaikan oleh
guru. Sehingga indikator pencapaian perkembangan kognitif yang diharapkan masih
belum berkembang dengan baik.29
Berdasarkan hasil prasurvey yang dilakukan peneliti, di TK Kasih Bunda
Kampung Kalipapan guru belum mampu mengembangkan kemampuan kognitif anak
secara keseluruhan. Hal ini terlihat pada saat guru mengajak anak menghitung jumlah
gambar sebagian anak ada yang belum mengetahui lambang bilangannya, anak masih
belum memahami konsep bilangan, bentuk atau warna atau ukuran.30 Berdasarkan
paparan diatas maka peneliti menggunakan media papan flanel berbentuk gambar,
28
Siska Nopayana, Deti Rostika, Helmi Ismail,2015, Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Bilangan Beserta Lambang Bilangan Pada Anak Melalui Media Papan Flanel Modifikasi Antologi UPI Volume, Nomor, Juni, h. 4.
29
Observasi, di kelompok A Taman Kanak-kanak Kasih Bunda Kampung Kalipapan Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan, 18 Juli 2017.
30
angka, huruf dan bentuk lain untuk mengatasi permasalahan dalam perkembangan
kognitif dengan menggunakan media papan flanel.
Berdasarkan paparan diatas, maka peneliti mengambil judul
“Mengembangkan Kemampuan Kognitif melalui Media Papan Flanel di Taman
Kanak-kanak Kasih Bunda Kampung Kalipapan Kecamatan Negeri agung Kabupaten
Way Kanan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasikan
masalah sebagai berikut:
1. Adanya perbedaan kecerdasan pada setiap anak.
2. Anak kurang memperhatikan dan memahami informasi yang disampaikan
oleh guru.
3. Sebagian anak masih mengalami kesulitan dalam memahami konsep bilangan
beserta lambang bilangan anak masih belum memahami konsep bilangan,
bentuk atau warna atau ukuran.
4. Pengunaan media papan flanel sudah dilakukan, tetapi masih belum mampu
mengembangkan kemampuan kognitif anak dengan baik.
Agar penelitian ini berjalan efektif maka perlu adanya pembatasan dalam
permasalahan agar tidak terlalu meluas. Pembatasan masalah dalam penelitian ini
yaitu mengenai penerapan media Papan Flanel untuk mengembangkan Kemampuan
Kognitif pada anak usia dini, dengan subjek yang akan diteliti adalah satu orang guru
kelompok A di Taman Kanak-kanak Kasih Bunda Kampung Kalipapan Kecamatan
Negeri Agung Kabupaten Way Kanan, yang diselenggarakan pada semester ganjil
Tahun Ajaran 2017/2018.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Upaya Guru dalam
Mengembangkan Kemampuan Kognitif Melalui Media Papan Flanel di Taman
Kanak-Kanak Kasih Bunda Kampung Kalipapan Kecamatan Negeri Agung
Kabupaten Way Kanan?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat bagaimana upaya guru dalam
mengembangkan kemampuan kognitif anak melalui media Papan Flanel di Taman
Kanak-kanak Kasih Bunda Kampung Kalipapan Kecamatan Negeri Agung
Kabupaten Way Kanan.
1. Secara Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi
masukan serta referensi pembaca ataupun peneliti selanjutnya tentang
mengembangkan kemampuan kognitif anak terutama melalui media Papan Flanel
pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini.
2. Secara Praktis
Setelah diadakan penelitian di Tman Kanak-kanak Kasih Bunda Kampung
Kalipapan Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan secara praktis
diharapkan dapat bermanfaat untuk:
a. Guru: Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pendidik/guru untuk
dapat secara optimal membantu mengembangkan kemampuan kognitif anak
melalui media papan flanel.
b. Anak: diharapkan kemampuan kognitif anak dapat berkembang secara
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kemampuan Kognitif
1. Pengertian Kemampuan Kognitif
Menurut Woolfolk yang dikutip oleh Daniati, kognitif merupakan
kemampuan untuk memperoleh dan menggunakan pengetahuan dalam rangka
memecahkan masalah dan beradaptasi dengan lingkungan.31 Sedangkan menurut
krause, Bochner, dan Duchnese, perkembangan kognitif adalah kemampuan
seseorang dalam berpikir, mempertimbangkan, memahami dan mengingat
tentang segala hal disekitar kita yang melibatkan proses mental seperti menyerap,
mengorganisasi dan mencerna segala informasi.32
Menurut ,Thurstone kognitif merupakan penjelmaan dari kemampuan
primer, yaitu kemampuan berbahasa (verbal comprehension), mengingat
(memory), nalar atau berpikir logis (reasoning), pemahaman ruang (spatial
factor), bilangan (numerical ability), menggunakan kata-kata (word fluency),
serta mengamati dengan cepat dan cermat ( perceptual speed).33
Menurut Henmon, kognitif dan pengetahuan disebut intelegensi. Menurut
Alfred Binet, terdapat tiga aspek kemampuan dalam intelegensi yaitu: 1)
31
Rahma Daniati, Peningkatan Kemampuan Kognitif Anak Melalui Permainan Flanel Es Krim , jurnal Spektrum PLS, Vol. 1 No. 1 April 2013 h. 239
32
Salmiati Nurbaity, dan Desy Mulia Sari, Upaya Guru Dalam Membimbing Perkembangan Kognitif Ana Usia Dini (Suatu penelitian di Taman kanak-kanak islam terpadu Ar-Rahmah kota Banda Aceh) , journal ISSN 2355-102X, Vol. III No. 1 maret 2016, h. 45.
33
konsentrasi, kemampuan memusatkan kepada suatu masalah yang harus
dipecahkan, 2) adaptasi, penyesuaian terhadap masalah yang dihadapinya atau
fleksibel dalam menghadapi masalah, dan 3) bersikap kritis.34
Menurut Kurniasih, kemampuan kognitif mencakup kemampuan
mengidentifikasi, mengelompokkan, mengurutkan, menngamati, membedakan,
meramalkan, menentukan hubungan sebab akibat, membandingkan dan menarik
kesimpulan.35 Kemampuan kognitif adalah konstruksi yang menggambarkan
mental atau otak seseorang dan kemampuan mental itu meliputi banyak
kemampuan perencanaaan, pemecahan masalah, pemikiran abstrak, belajar cepat
dan belajar dari pengalaman.36
Kemampuan kognitif merupakan salah satu bidang pengembangan yang
ada di TK. Pengemabangan kemampuan ini diarahkan agar anak mampu
menyelesaikan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-harinya,
mengembangkan daya ciptanya dan mengenal kondisi-kondisi yang terjadi di
lingkungan sekitarnya. Menurut Chaplin kemampuan konigtif adalah suatu
proses berfikir, daya menghubungkan, kemampuan menilai, dan
mempertimbangkan.37
34
Ibid., h. 1.14.
35
Ibid., h. 14.
36
Eleanor Sautele, John Hattie, Daniel N. Arifin, Personality, 2015, Resielence, Self-Regulation, an Cognitive Ability, Revelant to Teacher Selection, journal of teacher education, vol. 40, h, 57
37
Menurut Depdikbud, kemampuan kognitif adalah pengemabangan
kemampuan dasar yang telah dimiliki anak secara ilmiah, misalnya
meningkatkan kemampuan anak dari berpikir secara konkret kepada berpikir
secara abstrak. Pada dasarnya kemampuan kognitif sangat penting ditingkatkan
agar anak mampu melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca
inderanya. Proses kognisi meliputi berbagai aspek, seperti persepsi, ingatan,
pikiran, simbol, penalaran,dan pemecahan masalah.38
Kemampuan kognitif adalah kemampuan yang dimiliki seesorang dalam
memecahkan suatu masalah melalui proses berpikir, menghubungkan, menilai,
serta mempertimbangkan dalam menyesuaikan diri untuk mencapai tujuan.
Kemampuan kognitif diarahkan agar anak mampu mengembangkan daya
persepsinya berdasarkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakan, sehingga anak
akan memiliki pemahaman yang utuh dan komprehensif. Selain itu, anak juga
diarahkan agar mampu memahami simbol-simbol yang tersebar di dunia sekitar,
seperti simbol bilangan.39
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
kognitif adalah kemampuan dasar yang telah dimiliki seseorang dalam proses
berpikir yang mengacu pada kegiatan mental yang mencakup: berpikir,
mengingat persepsi, penalaran, dan pemecahan masalah.
38
Ni Putu Erna Hartati, I Nyoman Wirya, Didith Pramunditya Ambara, 2014,Penerapan Metode Bermain Berbantuan Media MagnetUntuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak Di TkSanta Maria, Jurnal Pg-Paud Universitas Pendidikan Ganesha Vol.2 No. 1, h. 2.
39
2. Tahap Perkembangan Kognitif
Piaget berpendapat bahwa ada empat tahapan dalam perkembangan
kognitif, yaitu:
a. Tahap sensorimotor, berlangsung mulai dari lahir hingga usia 2 tahun.
Dalam tahap ini bayi membangun pemahaman mengenai dunianya dengan
mengordinasikan pengalaman-pengalaman sensoris dengan
tindakan-tindakan fisik dan motorik.
b. Tahap praoperasional, berlangsung kurang lebih dari usia 2 hingga 7
tahun. Dalam tahap ini anak mulai melukiskan dunianya dengan kata-kata
dan gambar-gambar, melampaui hubungan sederhana antara informasi
sensoris dan tindakan fisik.
c. Tahap operasi konkret, berlangsung kurang lebih dari usia 7 hingga 11
tahun. Dalam tahap ini anak dapat melakukan operasi yang melibatkan
objek-objek dan juga dapat bernalar secara logis, sejauh hal itu diterapkan
dengan contoh-contoh yang spesifik atau konkret.
d. Tahap operasi formal, berlangsung antara usia 11 hingga 25 tahun dan
terus berlangsung hingga masa dewasa. Dalam tahap ini, individu
melampaui pengalaman-pengalaman konkret dan berpikir secara abstrak
dan lebih logis.40
40
3. Karakteristik Perkembangan Kognitif
Menurut Piaget, anak usia TK berada pada tahapan pra-operasional
dimana anak belum menguasai mental secara logis. Periode ini ditandai dengan
berkembangnya kemampuan menggunakan sesuatu untuk mewakili sesuatu yang
lain dengan menggunakan simbol-simbol. Melalui kemapuan tersebut anak
mampu berimajinasi atau berfantasi tentang berbagai hal.
Sependapat dengan pendapat diatas Yusuf mengemukakan bahwa
perkembangan kognitif anak masa prasekolah adalah sebagai berikut:
a. Mampu berpikir dengan menggunakan simbol.
b. Berpikirnya masih dibatasi oleh persepsi. Mereka meyakini apa yang
dilihatnya dan berfokus pada satu dimensi terhadap satu objek dalam
waktu yang sama. Cara berpikir mereka bersifat memusat.
c. Berpikir masih kaku.
d. Anak sudah mulai mengerti dasar-dasar mengelompokkan sesuatu atas
dasar satu dimensi, seperti kesamaan warna, bentuk, dan ukuran.41
Adapun beberapa kemampuan perkembangan yang ada dalam kognitif
anak usia 4-5 tahun menurut Piaget adalah sebagai berikut, perkembangan
kognitif pra-operasional: menggunakan simbol, memahami identitas, memahami
sebab akibat mampu mengklasifikasi, memahami angka, empati dan teori
41
pikiran.42 Pada penelitian ini peneliti memfokuskan pada indikator menurut
piaget, karena terdapat beberapa indikator yang sesuai dengan permasalahan
yang ada, yaitu: mampu mengklasifikasikan dan memahami angka.
4. Pentingnya Pengembangan Kognitif
Piaget menyatakan bahwa, pentingnya guru meningkatkan kemampuan
kognitif pada anak sebagai berikut:
a. Agar anak mampu mengembangkan daya persepsinya berdasarkan apa
yang ia lihat, dengar dan rasakan sehingga anak akan memiliki
pemahaman yang utuh dan komprehensif.
b. Agar anak mampu melatih ingatannya terhadap semua peristiwa dan
kejadian yang pernah dialaminya.
c. Agar anak mampu mengembangkan pemikiran-pemikirannya dalam
rangka menghubungkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
d. Agar anak memahami berbagai simbol-simbol yang tersebar didunia
sekitarnya.
e. Agar anak mampu melakukan panalaran-penalaran baik yang terjadi
secara proses alamiah (spontan) ataupun melalui proses ilmiah
(percobaan).
42
f. Agar anak mampu memecahkan persoalan hidup yang dihadapinya
sehingga pada akhirnya akan menjadi individu yang mampu menolong
dirinya sendiri.43
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Faktor Hereditas/Keturunan
Teori hereditas atau nativisme pertama kali dipelopori oleh seorang ahli
fisafat Schopenhauer. Dia berpendapat bahwa manusia lahir sudah
membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi
lingkungan. Berdasarkan teorinya, taraf intelegensi sudah ditentukan sejak
anak dilahirkan, sejak faktor lingkungan tak berarti pengaruhnya.
b. Faktor Lingkungan
Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh John Locke. Dia
berpendapat bahwa manusia dilahirkan sebenarnya suci atau tabularasa.
Menurut pendapatnya, perkembangan manusia sangatlah ditentukan oleh
lingkungannya. Berdasarkan pendapat John Locke tersebut perkembangan
taraf intelegensi sangatlah ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan
yang diperolehnyadari lingkungan hidupnya.
43
c. Kematangan
Tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan telah matang jika ia
telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Kematangan berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kalender).
d. Pembentukan
Pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan intelegensi. Pembentukan dapat dibedakan
menjadi pembentukan sengaja (sekolah/formal) dan pembentukan tidak
sengaja (pengaruh alam sekitar/informal).
e. Minat dan Bakat
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu. Apa yang menarik minat seseorang
mendorongnya untuk berbuat lebih giat dan lebih baik lagi. Sedangkan
bakat diartikan sebagai kemampuan bawaan, sebagai potensi yang masih
perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
f. Kebebasan
Kebebasan, yaitu kebebasan manusia berpikir divergen (menyebar) yang
berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode tertentu dalam
memecahkan masalah-masalah, juga bebas dalam memilih masalah sesuai
dengan kebutuhannya.44
44
B. Media
1. Pengertian Media
Menurut Sadiman Arief S dkk, media adalah perantara atau pengantar
pesan dari pengirim ke penerima pesan. Sadiman menyatakan kata media berasal
dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara
harfiah berarti perantara atau pengantar.45 Terkait dengan pembelajaran, media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari
pengirim pesan kepada penerima pesan sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan dan perhatian anak didik untuk tercapainya tujuan pendidikan.46
Sedangkan menurut Gagne menyatakan bahwa media adalah berbagai
jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk
belajar. Sehingga media pembelajaran adalah alat bantu dalam kegiatan belajar
mengajar yang dapat merangsang minat dan membangkitkan motivasi anak didik
dalam mengikuti proses pembelajaran.47
Briggs berpendapat bahwa media pembelajaran adalah segala alat fisik
yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Sedangkan
menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA)
Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta
45
Ni Wayan Misiyanti, Desak Putu Parmiti, I Nyoman WiryA. 2014, Penerapan Metode Demonstrasi Berbantuan Media Konkret Melalui Kegiatan Kolase Untuk Meningkatkan Perkembangan Motorik Halus. Jurnal Pg-Paud Universitas Pendidikan Ganesha. Vol. 2 No 1, h. 3
46
Nurbiana Dhieni, dkk, 2011, Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta: Universitas Terbuka, h 10.3.
47
peralatannya. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan
dibaca.48
Menurut Mukthar Latif, jika dikaitkan dengan pendidikan anak usia dini
media pembelajaran berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan bahan (software)
dan alat (hardware) untuk bermain yang membuat AUD mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan menentukan sikap.49
Dari beberapa pendapat diatas, penulis menyimpulkan bahwa media
adalah alat atau perantara untuk menyampaikan pesan dari pengirim pesan
(pendidik) kepada penerima pesan (peserta didik) sehingga anak mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan dan menentukan sikap serta dapat
merangsang minat dan memotivasi siswa dalam pembelajaran.
Menurut Hamalik, pemakaian media pembelajaran dapat membangkitkan
keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan
kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap
siswa.50 Tujuan penggunaan media juga untuk mempermudah guru
48
Arief S. Sadiman, Dkk, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatanya, (Depok: Rajawali, 2012), h. 6.
49
Mukhtar Latif, dkk,Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini Teori dan Aplikasi,(Jakarta: Kencana, 2013), h. 152.
50
menyampaikan informasi kepada anak didiknya. Sehingga proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik.51
2. Jenis-jenis Media
Ada tiga jenis media yang biasa dipakai dalam kegiatan pembelajaran,
diantaranya:
a. Media visual/media grafis adalah media yang hanya dapat dilihat. Media
visual terdiri atas media yang dapat diproyeksikan (projected visual) dan
media yang tidak dapat diproyeksikan (non-projected visual). Beberapa
contoh media grafis yang digunakan sebagai media pembelajran
diantaranya gambar/ foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun,
poster, peta/globe, papan flannel, dan papan bulletin.
b. Media audio berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang
disampaikan dituangkan kedalam lambing-lambang auditif, baik verbal
(lisan) maupun nonverbal. Ada beberapa jenis media yang dapat
dikelompokkan dalam media audio yaitu radio, alat perekam pita
magnetik, piringan hitam, dan laboratorium bahasa.52
c. Media Audiovisual, media ini merupakan kombinasi dari media audio dan
media visual atau biasa disebut dengan media pandang-dengar. Contoh
51
Nurhidayah, I Nyoman Wirya, Putu Rahayu Ujianti, 2016, Penerapan Metode Bercerita Berbantuan MediaPapan Flanel Untuk Meningkatkan KemampuanBerbicara Di TK Kamila Singaraja,Jurnal PAUDUniversitas Pendidikan Ganesha Vol. 4 No. 2, h 5.
52
dari media audio-visual ini diantaranya program televisi/video
pendidikan/intruksional, program slide suara, dan sebagainya.53
3. Prinsip-prinsip Media Pembelajaran
Dalam pembuatan media pembelajaran ada beberapa prinsip yang harus
diperhatikan:
a. Media pembelajran yang dibuat hendaknya multiguna. Maksutnya adalah
bahwa media tersebut dapat digunakan untguk pengembangan berbagai
aspek perkembangan anak.
b. Bahan mudah didapat dilingkungan sekitar lembaga PAUD dan murah
atau bisa dibuat dari bahan bekas/sisa.
c. Tidak menggunakan bahan yang berbahaya bagi anak.
d. Dapat menimbulkan kreatifitas, dapat dimainkan sehingga menambah
kesenangan bagi anak, menimbulkan daya khayal dan imajinasi serta
dapat digunakan untuk bereksperimen dan berekplorasi.
e. Sesuai dengan tujuan dan fungsi sarana.
f. Dapat digunakan secara individual, kelompok, dan klasikal.
g. Dibuat sesuai dengan tingkat perkembangan anak.54
53
Badru Zaman, Dkk, Media dan Sumber Belajar TK, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2012), h. 4.21.
54
4. Fungsi dan Manfaat Media
Menurut Degeng, secara garis besar fungsi media adalah: (1) menghindari
terjadinya verbalisme, (2) membangkitkan minat/ motivasi, (3) menarik perhatian
peserta didik, (4) mengatasi keterbatasan; ruang, waktu, dan ukuran, (5)
mengaktifkan peserta didik dalam kegiatan belajar, dan (6) mengefektifkan
pemberian rangsangan untuk belajar.55
Menurut Badru Zaman, Media pembelajaran berfungsi mempercepat
proses belajar. Hal ini mengandung arti bahwa dengan media pembelajaran anak
dapat menangkap tujuan dari bahan ajar lebih mudah dan lebih cepat. Media
pembelajaran juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.56
Selain terdapat banyak fungsi, banyak manfaat yang diperoleh dengan
memanfaatkan media dalam pembelajaran yaitu:
a. Pesan/informasi pembelajaran dapat disampaikan dengan lebih jelas,
menarik, konkret dan tidak hanya dalam bentuk kata-kata tertulis atau
lisan belaka (verbalistis).
b. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indra.
c. Meningkatkan sikap aktif siswa dalam belajar.
d. Menimbulkan kegairahan dan motivasi dalam belajar.
55
Ali Mudlofir dan Evi Fatimatur R,Desain Pembelajaran Inovatif dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), h. 128.
56
e. Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan
lingkungan dan kenyataan.
f. Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan
minatnya.
g. Memberikan perangsang, pengalaman, dan persepsi yang sama bagi
siswa.57
Sudjana dan Rivai mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam
proses belajar siswa yaitu:
a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai
tujuan pembelajaran.
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tida semata-mata komunikasi
verbal.
d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,
melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.58
57
Badru Zaman dan Cucu Eliyawati, Media Pembelajaran Anak Usia Dini, (Bandung: UPI, 2010), h. 4.
58
C. Papan Flanel
1. Pengertian Papan Flanel
Papan flannel adalah media grafis yang efektif sekali untuk menyajikan
pesan-pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula. Papan berlapis kain flannel ini
dapat dilipat sehingga praktis. Gambar gambar yang akan disajikan dapat
dipasang dan dicopot dengan mudah sehingga dapat dipakai berkali-kali. Selain
gambar, dikelas-kelas permulaan sekolah dasar atau taman kanak-kanak, papan
flannel ini dipakai pula untuk menempelkan huruf dan angka-angka.59
Menurut Sudjana dan Rivai, Media papan flanel adalah suatu papan yang
dilapisi oleh kain flanel atau kain berbulu dimana nantinya pada papan tersebut
diletakkan potongan gambar- gambar atau simbol lain. Sedangkan menurut
Ibrahim dkk, media papan flanel adalah suatu papan yang dilapisi kain flanel atau
kain yang berbulu dimana padanya diletakkan potongan gambar-gambar atau
simbol lain.60
Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana, media papan adalah
media pelajaran dengan papan sebagai bahan baku utamanya yang dapat
dirancang secara memanjang maupun secara melebar. Kemudian papan flanel
adalah papan yang dilapisi kain flanel untuk melekatkan sesuatu diatasnya,
misalnya dalam kegiatan membaca permulaan, papan flanel dipakai untuk
59
Arief S. Sadiman, Dkk, Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatanya,(Depok: Rajawali, 2012), h. 48.
60
menempelkan huruf, kata, kalimat sederhana yang sudah dilapisi potongan kertas
amplas sehingga dapat memudahkan proses pembelajaran.61
Papan flanel biasanya terdiri dari pelat datar yang sepotong kain flanel,
lembut, atau bahan lain yang aman. Objek yang akan ditampilkan juga telah
diletakkan punggungnya sepotong bahan seperti flanel, bahan alternatif lain yang
enak atau yang sesuai. Item yang akan ditampilkan dapat dilampirkan ke papan
tampilan hanya dengan menempatkannya di papan tulis, di lokasi manapun, dan
dengan lembut menggosok item yang ditampilkan.62
Papan flannel adalah papan yang berlapis kain flannel, sehingga gambar
yang akan disajikan dapat dipasang, dilipat dan dilepas dengan mudah dan dapat
dipakai berkali-kali.63 Media papan flanel terdiri dari dua bagian yang meliputi:
(1) papan flanel, berfungsi sebagai alas dasar tempat meletakkan item-item
flanel, (2) items flanel, yang berfungsi sebagai alat penyampai berbentuk simbol
dan gambar.64
Berdasarkan paparan diatas, dapat penulis simpulkan bahwa media papan
flanel adalah media papan datar yang dilapisi oleh kain flannel yang di atasnya di
61
Ria Anggraeni, 2015, upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Penggunaan Media Papan Flanel Pada Anak, Jurnal Pendidikan Guru Paud Edisi 5 Tahun Ke-4, h. 4.
62
Gates, 1997, United States Patent [45] Sept. 6, 1977v
63
Komang Rahma Noviani, I Nyoman Wirya, Didith Pramunditya Ambara, 2014, Penerapan Metode Demonstrasi BerbantuanMedia Papan Flannel Untuk MeningkatkanKemampuan Bahasa Pada Anak,Jurnal PG-PAUDUniversitas Pendidikan Ganesha Vol. 2 No 1, h 4.
64Dharma Patria, Tomas Iriyanto, 2014,Penggunaan Media Papan Flanel Untuk
letakkan potongan-potongan kata, huruf, angka, gambar maupun simbol untuk
mempermudah proses pembelajaran.
2. Kegunaan Papan Flanel
Mulyani Sumantri dan Johar Permana kegunaan papan flanel antara lain:
a. Memvisualisasikan suatu gagasan melalui penempatan huruf-huruf,
gambar-gambar, warna-warna, dan simbol-simbol lainnya.
b. Sebagai arena permainan untuk melatih keberanian dan keterampilan
peserta didik dalam memilih bahan tempel yang cocok.
c. Menyalurkan bakat dan minat peserta didik dalam menggambar, mewarnai,
membuat karya tulis, dan lain-lain.65
Sedangkan menurut Yuliani Nurani Sujiono, kegunaan dari papan flanel
adalah:
a. memperkenalkan konsep bilangan.
b. menanamkan pengertian tentang banyak, sedikit, sama banyak.
c. alat untuk menanamkan pengertian penambahan dan pengurangan.
d. latihan membilang.
e. mengenalkan lambang bilangan.
f. bercerita dengan papan flanel.66
65
Ria Anggraeni, 2015, Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca PermulaanMelalui Penggunaan Media Papan Flanel Pada Anak, Jurnal Pendidikan Guru PAUD Edisi 5 Tahun ke-4, h. 4.
66
Maka berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media papan
flannel mempunyai banyak kegunaan terutama untuk mengembangkan kognitif
anak khususnya dalam pengenalan konsep bilangan, angka, pengukuran dan
penjumlahan.
3. Kelebihan dan Kelemahan Media Papan Flanel
Menurut Musfiqon, flannel board adalah media grafis yang efektif untuk
menyajikan pesan-pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula.67 Sedangkan
menurut Sulistyo karakteristik papan flanel yaitu pembuatan dan pemakaian
mudah, ukuran dapat kecil, sedang, atau besar, dapat di-bawa atau digantung di
dinding, bahan-bahan dapat digunakan berkali-kali serta bahan mudah di dapat.68
Menurut Zaman berpendapat bahwa, keunggulan media papan flannel
yaitu :
a. karena kesederhanaan papan flannel sehingga dapat dibuat sendiri oleh guru,
b. dapat dipersiapkan terlebih dahulu dengan teliti sesuai tema yang akan disampaikan,
c. dapat memusatkan perhatian dan konsentrasi anak terhadap suatu masalah yang dibicarakan,
d. dapat menghemat waktu pembelajaran karena segala sesuatu dapat dipersiapkan dan peserta didik dapat melihat sendiri secara langsung, e. menarik karena berupa kain flannel yang berbentuk-bentuk sesuai isi
cerita,
f. anak dapat langsung melihat objek nyata dan dapat diamati dengan langsung. Sehingga penggunaan media papan flannel dapat membantu anak dalam memahami alur cerita yang dapat membantu fantasi dan imajinasi serta keaktifan belajar anak, sehingga dapat membantu guru
67
Musfiqon, Pengembangan Media Dan Sumber Pembelajaran, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012), h. 87.
68
untuk menyampaikan pesan atau kegiatan pembelajaran kepada anak untuk mencapai tujuan pembelajaran.69
Namun setiap kelebihan pasti ada kekurangannya, untuk kekurangannya
dari papan flannel adalah Sulistyo, Sunarmi & Widodo, kekurangan dari papan
flannel adalah memerlukan keterampilan dan ketekunan, mudah rusak apabila
tidak dipelihara dengan baik.70 Kelemahan media papan flanel sebenarnya tidak
terlalu pada peralatan fisiknya, tetapi lebih banyak pada kurangnya persiapan dan
kurangnya keterampilan guru dalam menggunakannya.71
D. Mengembangkan Kemampuan Kognitif Melalui Media Papan Flanel
Menurut Yuliani Nurani Sujiono, syarat-syarat media yang digunakan dalam
mengembangkan kognitif yaitu: menarik atau menyenangkan baik warna maupun
bentuk, tumpul, tidak tajam bentuknya, ukurannya disesuaikan anak usia TK, tidak
membahayakan anak dan dapat dimanipulasi.72
Media papan flanel dipilih karena item yang digunakan memiliki warna yang
menarik, dapat dilihat, disentuh, serta mudah ditempel dan dilepas. Penggunaan
papan flanel dapat membuat pembelajaran yang disajikan lebih efisien dan menarik
perhatian anak sehingga anak dapat termotivasi untuk mengikuti pembelajaran
69
Ni Made Dwi Wulandari, Ida Bagus Surya Manuaba, I Komang Ngurah Wiyasa, 2016, Penerapan Model Picture And Picture BerbantuanPapan Flannel Untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak Kelompok B2,Jurnal Pg-Paud Universitas Pendidikan Ganesha, Vol.4, No. 1, h. 5.
70
Sulistyo, E.T, Sunarmi,& Widodo, J,Media Pendidikan Dan Pembelajaran Kelas,(Surakarta: UNS Press, 2011), h. 27.
71
Dharma Patria, Tomas Iriyanto, 2014, Penggunaan Media Papan Flanel Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mengenal Bilangan 1 Sampai 10 Siswa Kelas I SDLB,Jurnal P3LB, Volume 1, Nomor 2, Desember, h. 133.
72
penjumlahan. Melalui penggunaan media papan flanel maka anak akan memperoleh
informasi tentang simbol-simbol dalam penjumlahan yakni angka dan tanda yang
digunakan. Anak juga belajar dengan gambar yang disajikan di atas angka sehingga
belajar dengan gambar sebelum menuju ke simbol abstrak berupa angka (lambang
bilangan).73
Yuliani Nurani Sujiono, berpendapat bahwa media papan flanel merupakan
salah satu media yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan kognitif
dalam hal mengenalkan konsep bilangan, menanamkan pengertian banyak, sedikit,
sama banyak, menanamkan pengertian penambahan dan pengurangan, latihan
membilang, serta mengenalkan lambang bilangan.74
Sependapat dengan pendapat diatas, Khadijah menjelaskan bahwa media
papan flanel merupakan salah satu media yang dapat digunakan dalam kegiatan
bermain sambil belajar dalam pendidikan anak usia dini untuk mengembangkan
kemampuan kognitif anak dalam memperkenalkan konsep bilangan serta bercerita
dengan menggunakan papan flanel.75
Menurut Ani Tri Astuti, penggunaan papan flanel ini mendukung anak untuk
meningkatkan kemampuan kognitifnya dengan melihat, mengamati gambar, serta
berpartisipasi dalam menggunakan media. Anak juga memahami konsep penjumlahan
dan mendorong anak untuk berpikir, bukan hanya sekedar ingatan. Berdasarkan hasil
73
Ani Tri Astuti , 2016, Peningkatan Kemampuan Penjumlahan Menggunakan Media Papan Flanel Pada Anak Kelompok B1 Tk Aba Gading Lumbung , Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 7 Tahun Ke-5, h.830.
74
Ibid, Yuliani Nurani Sujiono., h. 8.33.
75
penelitian yang dilakukakannya di TK ABA Gading Lumbung, menunjukkan bahwa
penggunaan papan flanel dapat meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam
penjumlahan yang meliputi anak dapat mengenal lambang angka 1-10, menyebutkan
angka 1-10 dan menjumlahkan angka 1-10.76
Menurut penelitian yang dilakukan Putri dan Elisabeth pada anak kelompok A
di TK Rukun Lestari Kecamatan Karang Pilang Kota Surabaya, menunjukkan bahwa
media papan flanel berpengaruh terhadap kemampuan kognitif anak dalam mengenal
lambang bilangan. Dengan adanya simbol (lambang bilangan) serta gambar yang ada
di media papan flanel dapat mempermudah anak usia 4-5 tahun dalam menyebutkan
bilangan 1-10, menunjuk lambang bilangan 1-10 serta memasangkan lambang
bilangan dengan benda 1-10 dengan menggunakan media papan flanel.77
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa media papan flanel
merupakan media yang dapat mengembangkan kemampuan kognitif anak usia dini
terutama dalam memperkenalkan konsep bilangan, lambang bilangan, pengukuran,
dan penjumlahan.
Menurut Badru Zaman, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
penggunaan media dapat dipersiapkan dengan baik, yaitu:
1. pelajari materi atau bahan ajar yang akan disampaikan.
76
Ani tri Astuti, Peningkatan Kemampuan Penjumlahan Menggunakan Media Papan Flanel Pada Anak Kelompok B1 TK ABA Gading Lumbung, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Edisi 7 Tahun ke-5 2016, h. 834.
77
2. Siapkan peralatan yang diperlukan untuk menggunakan media yang
dimaksut.
3. Tetapkan apakah media akan digunakan secara individual atau kelompok.
4. Atur setting agar anak dapat melihat/ mendengar pesan-pesan
pembelajaran dengan baik.78
Menurut Ibrahim dkk, petunjuk dalam menggunakan Papan Flanel terbagi menjadi delapan tahap yaitu:
1. Letakkan papan flanel setengah garis mata anak, agar anak dapat melihat dengan jelas.
2. Items hendaknya dibuat cukup besar untuk dapat dilihat murid yang duduk di belakang.
3. Jangan terlalu banyak menempel items pada saat pembelajaraaan pembelajaran, agar tidak membingungkan murid.
4. Letakkan item yang penting saja dan letakkan secara sitematis.
5. Siapkan item-item itu sebelum pelajaran dalam urutan yang teratur, sesuai dengan urutan sajian yang akan di berikan.
6. Cobakan item itu satu-persatu, agar segera dapat diketahui apakah items dapat menempel dengan baik.
7. Warna alas papan flanel hendaknya warna muda dengan items menggunakan warna tua agar terjadi kontras yang setinggi-tingginya.
8. Sebaiknya papan sedikit dicondongkan kebelakang dan pada waktu menempelkan items hendaknya sedikit ditekan dan geser kebawah agar menempel dengan kokoh.79
Menurut Sukiman, langkah-langkah dan cara penggunaan papan flanel dalam proses pembelajaran yaitu sebagai brerikut:
1. Gambar yang telah diberikan kain flanel disiapkan terlebih dahulu.
2. Siapkan papan flanel dan gantungan papan flanel tersebut di depan kelas atau pada bagian yang mudah terlihat oleh pembelajar.
78
Badru Zaman, Dkk, Media dan Sumber Belajar TK, (Tangeeerang Selatan: Universitas Terbuka, 2012), h. 5.17.
79Dharma Patria, Tomas Iriyanto, 2014, Penggunaan Media Papan Flanel Untuk
3. Ketika guru akan menerangkan bahan pelajaran dengan menggunakan gambar, maka gambar dapat ditempelkan pada papan flanel yang telah dilapisi kain flanel.
Adapun langkah-langkah persiapan yang harus diperhatikan dalam penggunaan papan flanel yaitu sebagai berikut:
a) Persiapan diri: tentukan pokok pembelajaran yang disesuaikan dengan flanelgraft/papan flanel.
b) Siapkan peralatan: siapkan gambar-gambar juga perekat yang terdapat pada bagian belakang.
c) Siapkan tempat penyajian: papan harus ada ditengah-tengah peserta didik dan dapat dilihat dari semua arah.
d) Siapkan peserta didik, karena ukuran flanelgraft atau papan flanel tidak terlalu besar maka cocok untuk digunakan pada kelompok kecil.80
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah
penggunaan media papan flanel adalah sebagai berikut:
a. Menentukan pokok pembelajaran atau tema yang disesuaikan dengan papan
flanel.
b. Memilih item dan menyiapkan item papan flanel sesuai dengan tema.
c. Mengatur letak atau posisi papan flanel agar dapat terlihat dengan jelas.
d. Mengatur posisi duduk peserta didik.
e. Menerangkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan papan flanel.
80
BAB III
METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian
Secara umum metode penelitian dapat diartikan sebagai kegiatan yang secara
sistematis, direncanakan oleh para peneliti untuk memecahkan permasalahan
yang hidup dan berguna bagi masyarakat maupun peneliti sendiri.81 Karena fokus
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran di lapangan tentang
mengembangkan kemampuan kognitif anak melalui media papan flanel di Taman
Kanak-kanak Kasih Bunda Kampung Kalipapan Kecamatan Negeri Agung
Kabupaten Way Kanan maka peneliti ini menggpunakan penelitian kualitatif
deskriptif.
Menurut Suharsimi Arikunto, penelitian kualitatif disebut dengan penelitian
yang apa adanya dalam situasi normal yang tidak memanipulasi keadaan atau
kondisi.82 Sedangkan deskriftif adalah upaya menginterprestasikan kondisi yang
sekarang atau terjadi dengan kata lain untuk memperoleh informasi mengenai
keadaan saat ini.83
Penelitian kualitatif deskriftif merupakan penelitian yang menjawab
pertanyaan apa dengan penjelasan yang lebih terperinci mengenai gejala seperti
yang dimaksudkan dalam suatu permasalahan penelitian yang bersangkutan.
81
Sukardi, metodologi penelitian pendidikan (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), h. 17
82
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian,(Jakarta, Renika Cipta, 2002), h 117
83
Selain itu, pengertian deskriptif adalah upaya menginterprestasikan kondisi yang
terjadi dengan tujuan memperoleh informasi mengenai objek penelitian.84
Selain pendapat diatas, menurut Sukmadinata dasar penelitan kualitatif adalah
konstruktivisme ya