• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (Tgt) Dan Aktivitas Setting Lingkungan Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran IPA Kelas VI SD Negeri 002 Rambah Kabupaten Rokan Hulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (Tgt) Dan Aktivitas Setting Lingkungan Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran IPA Kelas VI SD Negeri 002 Rambah Kabupaten Rokan Hulu"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KELAS VI SD NEGERI 002 RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPETEAM

GAMES TOURNAMENT(TGT) DAN AKTIVITAS SETTING LINGKUNGAN

TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPA KELAS VI SD NEGERI 002 RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU

Hj. Darmawati1) 1

SD Negeri 02 Rambah Kabupaten Rokan Hulu ABSTRACT

The research aims studying the Influence of Cooperative Learning Model of Team Games Tournament (TGT) Type and Environmental Activity Setting to Students Learning Outcomes in Science Subjects. This experiment research was conducted in SD Negeri 002 Rambah on the First Semester in the academic year 2014-2015. This research involved grade VI which students of VIC as experimental class and VIA grade students as a control class. It is a random sampling. This research uses quasi-experimenta model with 2 x 2 factorial designs. The result of the research of the Influence of Cooperative Learning Model of Team Games Tournament (TGT) Type and Environmental Activity Setting To Students Learning Outcomes in Science Subjects shows: (1) The differences in learning outcome of students in science subject taught by using Cooperative Learning model Team Games Tournament (TGT) and conventional learning model. (2) The difference between the results of students learning in science subject that have a high environmental setting activities taught by Cooperative Learning model Team Games Tournament (TGT) to the learning outcome of students who have a high environmental setting activities taught by conventional learning model.(3) The differences in learning outcome of students in science subject that have a low environmental setting activities taught by Cooperative Learning model Team Games Tournament (TGT) to the learning outcomes of students who have lower environmental setting activities that are taught by the conventional learning model. (4) The interaction between learning model and the activity of environmental settings, the results of student learning in science. Therefore, it can be concluded that teaching and learning process using cooperative learning model and environment activity setting have significant influace on the students learning outcomes in science subject.

Keywords: Team Games Tournament (TGT), Environmental Activity Setting, learning outcomes

PENDAHULUAN

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA dapat dijadikan sebagai wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut di dalam

Proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Proses dan perkembangan belajar anak sekolah dasar memiliki kecenderungan beranjak dari hal-hal yang kongkret, memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu kebutuhan, terpadu dan melalui proses manifulatif. Belajar adalah suatu proses yang aktif, kontruktif, dan berorientasi pada tujuan

(2)

KELAS VI SD NEGERI 002 RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU aktifitas mental peserta didik. Ketika

siswa belajar banyak hal yang mempengaruhi hasil belajar mereka salah satu diantaranya lingkungan alam. Lingkungan alam sangat berperan penting dalam menentukan latar belkang siswa. Lingkungan yang terjadi pada alam dianggap sebagai laboratorium yang sangat besar dalam pendidikan karena berinteraksi dengan alam dapat memberikan kesadaran dan pemahaman yang tinggi terhadap kemandirian siswa. Lingkungan sosial dalam pendidikan merupakan sumber utama dalam membentuk dan merubah prilaku siswa karena berinteraksi dengan manusia dapat saling meniru sikap secara langsung yang merubah kepribadian peserta didik karena hal tersebut merupakan salah satu kebutuhan sosial dalam kehidupan sehari-hari dalam membentuk pengalaman siswa

Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA tidak tercapai. Faktor tersebut antara lain faktor internal dan faktor eksternal siswa. Faktor internal meliputi intlegensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa. Sedangkan salah satu faktor eksternal ialah peran guru. Sebagai pengelola pembelajaran, guru harus mampu mengorganisasi dan menggali potensi-potensi yang ada pada diri siswa agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Agar tujuan yang diinginkan dalam proses pembelajaran IPA tercapai maka harus dilakukan suatu usaha, supaya apa yang diharapkan dapat terwujud dengan baik. Usaha yang dilakukan untuk menciptakan pemahaman dan pengertian yang diharapkan terhadap materi pembelajaran, guru harus kreatif menciptakan suasana pembelajaran yang menarik simpati siswa, juga harus mampu memotivasi siswa dengan melaksanakan aktivitas tertentu dan terarah.

Berdasarkan pengalaman penulis sehari-hari selama mengajar di SD 002 Rambah sejak tahun 2001 sampai tahun 2014 aktivitas dan hasil belajar siswa masih rendah. Hasil belajar kognitif yang diperoleh siswa pada umumnya tidak mencapai KKM yang ditetapkan oleh SD 002 Rambah yaitu 76 (tujuh puluh enam). Hasil belajar yang diperoleh siswa dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai Rata-Rata Ketuntasan Ujian Semester Ganjil Pelajaran IPA Kelas VI SDN 002 Rambah Tahun Pelajaran 2013/2014

Tuntas Tidak tuntas Ke las Jum lah siswa Nilai rata-rata Jumlah Siswa % Jumlah Siswa % VIA 24 75,33 16 66,67 8 33,33 VIB 23 76,67 17 73,91 6 26,09 VIC 24 74,13 14 58,33 10 41,67 VI 71 75,38 47 66,19 24 33,80

Sumber data: Guru IPA SD 002 Rambah

Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa hasil belajar siswa kelas VI tahun pelajaran 2013/2014 rata-rata yang diperoleh yaitu 75,38. Kalau dilihat dari rata-rata tidak terlalu jauh di bawah KKM yaitu 76. Tetapi kalau kita lihat dari segi ketuntasan, siswa yang tuntas baru 66,19 % dan siswa yang tidak tuntas masih ada 33,80%. Ini menunjukkan bahwa sebenarnya proses pembelajaran belum seperti yang diharapkan karena masih banyak siswa yang tidak tuntas dan rerata nilai juga masih di bawah KKM.

Pembelajaran IPA di kelas VI SD 002 Rambah umumnya menerapkan pembe-lajaran yang berpusat pada guru, walaupun telah digunakan alat bantu seperti penjelasan dengan menggunakan LCD, tetapi masih kurang melibatkan siswa, belum ada variasi model, metode, media belajar, dan pendekatan lainnya. Pembelajaran konvensional dengan selalu menerapkan metode ceramah dan tanya jawab ini, membuat siswa cepat bosan dan kurang mau memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh guru.

(3)

KELAS VI SD NEGERI 002 RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU Permasalahan tidak tercapainya

Kriteria Ketuntasan Minimal pada pelajaran IPA ini, salah satunya disebabkan strategi pembelajaran yang kurang bervariasi dan kurang melibatkan siswa. Agar siswa bisa mudah memahami materi pelajaran terutama IPA, seharusnya dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus dapat menggunakan strategi pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa agar dapat berpartisipasi aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Untuk mengatasi permasalahan siswa dalam proses pembelajaran, guru menerapkan pembelajaran diskusi kelompok dengan menggunakan model pembelajaran tipe TGT. Dengan penyaj-ian materi ajar IPA menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe TGT yang dalam penyajiannya bekerja dalam team dan diakhiri dengan per-mainan game, diharapkan dapat mena-rik perhatian siswa sehingga siswa dapat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan hasil belajar siswa baik.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dipilih karena pembelajaran ini melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan dan penguatan yang memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks selain menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat serta keterlibatan belajar. Selain itu juga pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT selain menambah kegembiraan bagi siswa karena permainan, juga unggul dalam membantu siswa mema hami konsep-konsep sulit. Pembelajaran kooperatif juga memberikan efek terhadap sikap perbedaan antar-individu baik ras maupun ragam budaya.

Pembelajaran kooperatif model TGT adalah salah satu tipe model pembelajaran yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status siswa melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan. TGT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5-6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, suku, dan ras yang berbeda (Slavin, 2009 :14).

Sumiati dan Asra (2007:151-153) mengklasifikasikan sumber belajar menjadi 6, yaitu :

a. Pesan (Message), yaitu informasi atau materi pembelajaran berupa ide, fakta, atau data yang akan disampaikan oleh guru atau yang dipelajari oleh siswa. b. Manusia (People), yaitu orang yang

secara langsung menyampaikan pesan kepada orang lain, biasanya tanpa menggunakan alat perantara

c. Teknik (Technic), cara, langkah-langkah, atau aktivitas untuk menyampaikan pesan belajar.

d. Bahan (Materials), yaitu bahan yang membawa pesan belajar untuk di sajikan, seperti buku paket atau modul yang berisikan materi pelajaran.

e. Alat/Perlengkapan (Tool/Equipment) atau yang biasa disebut dengan perangkat keras (hardware). Alat ini untuk menyajikan sumber belajar dalam bentuk perangkat lunak (software)

f. Lingkungan (setting), yaitu situasi, ruangan atau tempat disampaikannya

(4)

KELAS VI SD NEGERI 002 RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU ruang perpustakaan, ruang

laboratorium, museum, halaman sekolah, kebun raya, kebun binatang, dan sebagainya. Lingkungan ini bukan berupa fisik saja, melainkan juga non fisik seperti udara, cuaca, penerangan, bahkan keadaan seseorang berupa rasa senang, gembira, nyaman dan sebagainya.

Penelitian ini menggunakan sumber belajar yang keenam yaitu Lingkungan (setting) kategori yang kedua yaitu sumber belajar yang dimanfaatkan (by utilization) yaitu sumber belajar yang tidak secara khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran namun dapat ditemukan, dipilih dan dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran. Dalam hal ini yang digunakan yaitu lingkungan sekolah.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian

quasi eksperimen yang menggunakan dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan mengguna kan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI SD Negeri 002 Rambah Kabupaten Rokan Hulu Tahun Pelajaran 2014/2015, yang terdiri dari 3 kelas dengan jumlah siswa 6

Sampel dipilih dengan cara

Purposive Random Sampling. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok yaitu kelas eksperimen kelas VIC yang berjumlah 23 orang dan kelas control kelas VIA yang berjumlah 23 orang.

Prosedur penelitian sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan

Pada tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: menentukan jadwal penelitian. menentukan sampel yang terdiri dari kelas eksperimen dan kelas control,

menetapkan materi pelajaran yaitu materi jenis perkembangbiakan tumbuhan, merancang perangkat pembelajaran, menyusun lembar Kerja Siswa (LKS), membentuk kelompok belajar, memper-siapkan soal untuk permainan game. 2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan diawali dengan pelaksanaan pengambilan nilai aktivitas setting lingkungan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan cara menugaskan siswa ke lingkungan sekolah untuk mencatat pada LKS paling sedikit 50 macam tanaman diantara 70 macam tanaman disekitar sekolah, yang terdiri dari nama tumbuhan, cara perkembang biakannya serta manfaatnya bagi manusia dan hewan.

3. Tahap Akhir

Kegiatan ini diakhiri dengan reorganisasi data, analisis data dan penarikan kesimpulan untuk dilaporkan.

Instrumen penelitian untuk mengetahui data tentang hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA, penulis menggunakan alat pengumpulan data berupa tes hasil belajar yaitu soal tes objektif atau pilihan ganda. Sebelum soal tes dipakai, terlebih dahulu diujicobakan pada kelas VIB.

Analisis terhadap uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui dan memilih, butir-butir soal yang valid dan reliabel, sehingga memenuhi kriteria untuk dijadikan sebagai instrumen pengumpul data.

Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis rata-rata. Adapun langkah-langkah dalam analisis data ini meliputi (1) Membuat deskripsi data, (2) Melakukan pengujian prasyarat analisis yang terdiri dari uji normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors dan uji homogenitas dengan uji Bartlett (3) Melakukan pengujian hipotesis penelitian yaitu uji hipotesis 1, 2, 3 dengan uji t dan hipotesis 4 dengan Analisis Variansi (anava) dua Arah.

(5)

KELAS VI SD NEGERI 002 RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 2 Hasil Belajar Siswa dalam Mata

Pelajaran IPA yang Diajar dengan

Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe TGT (A1) dan Model

Pembelajaran Konvensional

Deskripsi Nilai Eksperimen Kontrol

N 23 23 X Max 100 90 X Min 63 60 Mean 82,17 75,51 Sd 10,47 9,08 Varian 109,68 82,43

Data hasil belajar kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT diperoleh informasi sebagai berikut: Skor tertinggi 100, skor terendah 63, rerata skor 82,17, simpangan baku 10,47 dan varian 109,68, dan hasil belajar kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional diperoleh informasi sebagai berikut: tertinggi 90, skor terendah 60, rerata skor 75,51, simpangan baku 9,08 dan varian 82,43.

Tabel 3 Hasil Belajar Siswa dalam Mata

Pelajaran IPA yang Mempunyai

Aktivitas Setting Lingkungan Tinggi yang Diajar dengan Model Pembela-jaran Kooperatif Tipe TGT dan Model Pembelajaran Konvensional

Deskripsi Nilai Eksperimen Kontrol

N 11 12 X Max 100 90 X Min 67 60 Mean 85,45 78,08 Sd 9,92 9,43 Varian 98,38 88,99

Data hasil belajar siswa dalam pelajaran IPA yang mempunyai aktivitas setting lingkungan tinggi dengan model pembelajaran tipe TGT diperoleh informasi sebagai berikut: skor tertinggi 100, skor terendah 67, rerata skor 85,45, simpa-ngan baku 9,92 dan varian 98,38 dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA yang mempunyai aktivitas setting lingkungan tinggi yang diajar dengan model pembelajaran konvensional skor tertinggi 90, skor terendah 60, rerata skor 78,08,

Tabel 4 Hasil Belajar Siswa dalam Mata

Pelajaran IPA yang Mempunyai

Aktivitas Setting Lingkungan Tinggi yang Diajar dengan Model

Pembela-jaran Kooperatif Tipe TGT dan

Model Pembelajaran Konvensional

Deskripsi Nilai Eksperimen Kontrol

N 12 11 X Max 97 87 X Min 63 60 Mean 79,17 72,82 Sd 10,62 9,45 Varian 112,88 89,36

Data hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA yang mempunyai Aktivitas setting lingkungan rendah yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT diperoleh informasi bahwa skor tertinggi 97, skor terendah 63, rerata skor 79,17, simpangan baku 10,62 dan varian 112,88 dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA yang mempunyai aktivitas setting lingkungan rendah yang diajar dengan model pembelajaran konvensional skor tertinggi 87, skor terendah 60, rerata skor 72,82, simpangan baku 9,45 dan varian 89,36.

Pengujian Persyaratan Uji Normalitas

Tabel 5 Rangkuman Hasil Uji Normalitas

Kelompok N Lo Lt Kesimpulan A1 23 0,0032 0,180 Normal A2 23 0,0357 0,180 Normal A1B1 11 -0,0330 0,249 Normal A2B1 12 0,1485 0,242 Normal A1B2 12 0,0135 0,242 Normal A2B2 11 0,0417 0,249 Normal

Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas kelompok rancangan penelitian di atas ditemukan bahwa harga Lobservasi (Lo) yang diperoleh lebih kecil dari harga Ltabel (Lt) pada taraf nyata 0,05. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua kelompok data pada penelitian ini diambil dari populasi yang berdistribusi normal sehingga dapat digunakan untuk pengujian hipotesis penelitian.

(6)

KELAS VI SD NEGERI 002 RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU Uji Homogenitas

Dari homogenitas dapat dilihat bahwa varians aktivitas setting lingkungan dan hasil belajar kelompok siswa adalah homogen, karena Fhitung < Ftabel (0,175<7,815) pada taraf signifikan alpha 0,05.

Pengujian Hipotesis

Tabel 6 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Pertama

Model

Pembelajaran Mean N thitung Α Ltabel

Kooperatif TGT 82,17 23

Konvesional 75,51 23

2,304 0,05 1,687

Berdasarkan Tabel dapat dilihat bahwa thitung(2,304) > ttabel(1,687) α 0,05 dan dk = 44, yang berarti tolak H0. Dapat disimpulkan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dari pada siswa yang diajar dengan model kompensional. Perbedaan ini signifikan

dengan α = 0,05 dimana ttabel = 1,687 dan thitung2,304, jadi thitung > ttabel(2,304 > 1,687).

Tabel 7 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis kedua

Model

Pembelajaran Mean N thitung Α ttabel

Kooperatif TGT Aktivitas setting Lingkungan tinggi 85,45 11 Konvesional Aktivitas setting Lingkungan tinggi 78,08 12 1,83 0,05 1,72

Pada tabel 7 dapat dilihat bahwa thitung(1,83) > ttabel (1,72)α 0,05 dan dk = 21 yang berarti tolak H0Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA yang mempunyai aktivitas setting lingkungan tinggi yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi daripada siswa yang mempunyai aktivitas setting lingkungan tinggi yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Perbedaan ini signifikan

dengan α = 0,05 dan dk = 21 dimana

ttabel= 1,721 dan thitung 1,829, jadi thitung> ttabel(1,829 > 1,72).

Tabel 8 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis ketiga

Model

Pembelajaran Mean N thitung Α ttabel

Kooperatif TGT Aktivitas setting Lingkungan Rendah 79,17 12 Konvesional Aktivitas setting Lingkungan Rendah 72,82 11 1,510 0,05 1,721

Pada tabel 8 dapat dilihat bahwa thitung (1,510) < ttabel (1,721) α 0,05 dan dk = 21, yang berarti terima H0. Dapat disimpulkan hasil belajar siswa dalam pelajaran IPA yang mempunyai aktivitas setting lingkungan rendah yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak lebih tinggi daripada hasil belajar siswa dalam pelajaran IPA yang mempunyai aktivitas setting lingkungan rendah yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Perbedaan

ini tidak signifikan dengan α = 0,05 dan

dk = 21 dimana ttabel = 1,721 dan thitung 1,510, jadi thitung < ttabel (1,510 < 1,721).

Tetapi dalam α 0,08 signifikan. thitung 1,510 > ttabel 1,482.

Tabel 9 Ringkasan Perhitungan Uji Hipotesis 4 Signifi kansi (0,05) Sumb er Va rian (SV) Jumlah Kuadrat (JK) Deraj at Be bas (db) Kuadrat Rerata (KR) Fhit Ftab Antar Baris 502,26086 1 502,26086 5,231 4,0 7 Antar Kolom 345,1304348 1 345,13043 48 0,085 6 4,0 7 Intera ksi 40,87911726 1 40,879117 26 0,426 4,0 7 Dalam 4032,835859 42 96,019901 39 - -Total 4921,10627 106 45 - -

(7)

-KELAS VI SD NEGERI 002 RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU Hipotesis keempat dianalisis

dengan perhitungan anava pada taraf

signifikansi atau α = 5% yang dapat

dilihat pada tabel 29, dimana interaksi A×B diperoleh Fhitung= 0,426 dan Ftabel= 4,07, hal ini berarti Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima. Dengan diterimanya H0, berarti bahwa efek faktor pendekatan pembelajaran terhadap hasil belajar tidak tergatung pada faktor aktivitas setting lingkungan. Maka dapat disimpulkan tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dalam mempengaruhi hasil belajar siswa kelas VI SD Negeri 002 Rambah, sehingga hipotesis penelitian diterima.

Pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih baik hasilnya dari pada hasil belajar dengan model pembelajaran konvensional. Suatu pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk saling terpacu memahami materi yang telah disajikan oleh guru, sehingga siswa mampu membuat dan sekaligus dapat menjawab soal-soal turnamen yang diberikan, sehingga tertanam bagi siswa untuk menunjukkan kemampuan yang lebih dan menjadikan dirinya menjadi yang terbaik. Selain merasa termotivasi pembelajaran ini juga melatih siswa untuk bertanggung jawab terhadap tugas yang dipercayakan kepadanya, Karena siswa tidak hanya mendengarkan informasi dari guru, akan tetapi juga melihat apa yang dijelaskan oleh teman-temannya dan guru. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Trianto (2009:90), bahwa model pembelajaran kooperatif siswa bekerjasama tipe TGT yaitu model pembelajaran dimana siswa dikelompok-kan diberidikelompok-kan latihan menjawab kuis-kuis melalui game, selama bekerjasama dalam kelompok tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru.

Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA yang mempunyai aktivias

eksperimen, lebih tinggi secara signifikan dari hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA yang mempunyai aktivitas setting lingkungan tinggi kelas kontrol. Hal ini disebabkan pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT siswa dituntut untuk lebih aktif dan kreatif, adanya interaksi dan kerjasama yang baik antara siswa dengan siswa dengan dan siswa dengan guru. Siswa yang memiliki kemampuan lebih aktif membantu temannya dalam memecahkan masalah yang dihadapi, sehingga siswa yang memiliki kemampuan rendah termotivasi untuk lebih aktif dalam belajar. Sedangkan pada model pembelajaran konvensional guru tidak memberikan kesempatan yang banyak kepada siswa untuk berinteraksi oleh guru. Hal ini menyebabkan siswa kurang bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Rusman (2012:209) yakni model pembelajaran kooperatif dikembangkan guna mencapai hasil belajar kompetensi akademik. Model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Siswa pada kelompok bawah maupun atas bekerjasama menyelesaikan tugas-tugas akademik, siswa kelompok atas menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah.

Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA yang mempunyai aktivitas setting lingkungan rendah yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak berbeda secara signifikan daripada siswa yang mempunyai aktivitas setting lingkungan rendah yang diajar dengan model pembelajaran konven-sional. Hal ini terlihat dari pengolahan data akhir di atas dapat dilihat jika thitung< ttabel (harga ttabel dapat dilihat pada nilai persentil distribusi t yaitu 1,510 < 1,721) dengan demikian H0 diterima, maka H1 ditolak. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamalik (2009:90) bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan

(8)

KELAS VI SD NEGERI 002 RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU siswa untuk belajar. Pembelajaran

menitikberatkan pada aktivitas siswa dimana siswa belajar sambil bekerja. Dengan bekerja siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan keteram-pilan serta prilaku lainnya. Dari pengamatan penulis pada waktu pembelajaran siswa yang mempunyai aktivitas setting lingkungan rendah cendrung bersikap pasif dan kurang aktif dalam berdiskusi. Hal ini di duga karena siswa yang mempunyai aktivitas setting lingkungan rendah ini kurang percaya diri untuk mengungkapkan pendapatnya. Hal ini sesuai juga dengan pendapat Rusman (2011:111) keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran sangat tergantung dari pemanfaatan potensi yang dimiliki oleh siswa itu sendiri. Keaktifan siswa dalam menjalani proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Sardiman (2014:97) dalam kegiatan belajar, siswa harus aktif berbuat, dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik.

Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan aktivitas setting lingkungan terhadap hasil belajar siswa, karena model pembelajaran koopratif tipe TGT lebih unggul bila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional baik secara keseluruhan dan untuk kelompok siswa yang mempunyai yang mempunyai aktivitas setting lingkungan tinggi. Namun bagi siswa yang memiliki aktivitas setting lingkungan rendah model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak sesuai. Karena pada model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini dituntut keaktifan siswa untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Penelitian ini sesuai dengan pendapat Isjoni (2010:74), bahwa TGT merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan

interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.

SIMPULAN

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari hasil analisis data yang telah dikemukakan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT secara keseluruhan lebih tinggi dari hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

2. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA yang mempunyai aktivitas setting lingkungan tinggi yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dari hasil belajar siswa dengan aktivitas setting lingkungan tinggi yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

3. Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA yang mempunyai aktivitas setting lingkungan rendah yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT tidak lebih tinggi dari hasil belajar siswa dengan aktivitas setting lingkungan tinggi yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran konvensional.

4. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dan aktivitas setting lingkungan terhadap hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPA. DAFTAR RUJUKAN

Abbas, Abdul Kholiq dan Sastra Adiwijaya. 2002. Kamus Lengkap Biologi. Surabaya: Permata Indah Arikunto, Suharsimi 2013. Dasar-Dasar

Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Akasara

(9)

KELAS VI SD NEGERI 002 RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU Daryanto. 2013. Inovasi Pembelajaran

Efektif. Bandung: Yrama Widya Departemen Pendidikan Nasional. 2006.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: BSNP

Dimyati, M. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, S.B., 2008. Strategi Belajar Mengajar.Jakarta: Rineka Cipta Eggan, Paul dan Don Kauchak. 2012.

Strategi dan Model Pembelajaran. Jakarta: Indeks.

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Husamah. 2013. Outdoor Learning.

Jakarta. Prestasi Pustaka Raya. Isjoni. 2010. Pembelajaran Kooperatif

Meningkatkan Kecerdasan Komu nikasi Antar Peserta Didik.

Yogyakarta : Pustaka Belajar Irianto, Agus. 2012. Statistik. Jakarta:

Kencana.

Lie, Anita.2008. Cooperative Learning. Jakarta. Grasindo.

Maryam, Siti R. 2012 Metode Ceramah dalam pembelajaran (Metode Konvensional) (Online), (http://www.rofayuliaazhar.com/2 012/06/metode-ceramah-dalam pembelajaran.html/, diakses 13 April 2015)

Megawati. 2010. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournamen Terhadap Hasil Belajar Bahasa Inggris Siswa SMA Negri 2 Siak Hulu Kabupaten Kampar. Tesis

tidak diterbitkan. Padang: UNP Mukhtar dan Iskandar. 2012. Desain

Pembelajaran Bebasis TIK. Jakarta: Refrensi

Nasution. 2011. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar & Mengajar. Jakarta. Bumi Akasara. Nurhidayah, Siti. 2013. Penerapan

Model Pembelajaran Kooeratif

(TGT) Untuk Meningkatkan Aktivitas, Sikap, Ilmiah, dan Hasil Belajar Biologi Pada Siswa Kelas XII IPA1 di SMA 2 Siak Hulu Kabupaten Kampar. Tesis tidak diterbitkan. Padang: UNP

Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.

Riduwan. 2013. Dasar-dasar statistika.

Bandung: Alfabet

Rusman. 2013. Model-Model Pembela-jaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rohman, M dan Sofan Amri. 2013.

Strategi dan Desain Pengem bangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Sadiman, A.S., dkk. 2012. Media

Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Sanjaya, Wina. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses. Jakarta: Kencana.

Sardiman. 2014. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Slavin. 2009. Cooperative Learning.

Bandung : Nusa Media Bandung _____. 2010. Cooperative Learning.

Bandung : Nusa Media Bandung Sudjana. 2005. Metode Statistik

Penelitian Suatu Pengantar. Bandung: Tarsito

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta

Sumiati dan Asra. 2007. Metode Pembelajaran. Bandung. Wacana Prima.

Supriatni Nani. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament Berbasis Multimedia untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VI SDN 04 Tenayan Raya Pekanbaru Tahun Pelajaran 2011/2012. . Tesistidak diterbitkan.

(10)

KELAS VI SD NEGERI 002 RAMBAH KABUPATEN ROKAN HULU Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi

Pembelajaran Teori & Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Sutikno, Sobry M. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Prospect Trianto. 2009. Mendesain Model

Pembelajaran Inovatif-Progresif.

Jakarta. Kencana

_____. 2012. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif.

Jakarta. Kencana

Zainal. 2007. Penerapan Team Games

Tournament (TGT) Dalam

Pembelajaran IPS Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VI SD Negri Kelompok Rendah Di Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar. Tesis tidak diterbitkan. Padang: UNP.

Gambar

Tabel 7 Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis kedua

Referensi

Dokumen terkait

Seberapa besar hasil peningkatan motivasi belajar siswa berdasarkan penerapan model pembelajaran Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada pembelajaran

Visi Poros Maritim Dunia yang dicanangkan pemerintah sejak tahun 2014 membutuhkan dukungan pemangku kepentingan terkait, termasuk Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Sarana

Human error atau kesalahan manusia kerap sering terjadi pada penyusunan data-data, pencatatan transaksi, pembuatan laporan dan pekerjaan yang masih mengandalkan teknologi manual.

Kelompok eksperimen terdiri dari 26 ibu hamil dengan intervensi pemberian Short Message Service dengan Gili- SMS® yang diberikan 3 kali yang berisi pengingat untuk

INSIDEN INFEKSI SALURAN KEMIH BERDASARKAN HITUNG LEUKOSIT PADA WANITA HAMIL TRIMESTER III PERIODE SEPTEMBER-OKTOBER 2015 DI RUMAH SAKIT

Ya dia itu sering sih ya cerita tentang aktifitas dia di sekolah, kayak pulang dia cerita “ma aku ngajinya belum lolos” ya saya kasih tahu “ya ndak papa kak, yang

(1) Dalam hal penyelenggara jaringan telekomunikasi dan atau penyelenggara jasa telekomunikasi belum dapat menyediakan akses di daerah tertentu, maka penyelenggara

Pembahasan tentang proses pembangunan tidak dapat dan tidak boleh jauh dari besar dan mendesaknya berbagai masalah yang mengancam masyarakat