• Tidak ada hasil yang ditemukan

03 RKS Teknis RKS Teknis RKS Teknis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "03 RKS Teknis RKS Teknis RKS Teknis"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT

DINAS OLAHRAGA DAN PEMUDA

J a l a n D r . R a j i m a n N o . 6 A , B a n d u n g

R E N C A N A K E R J A D A N S Y A R A T

( R K S )

T E K N I S

untuk Pengadaan

PEMBANGUNAN LANJUTAN GEDUNG LAGA SATRIA

KEGIATAN

PEMBANGUNAN LANJUTAN SENTRA PEMBINAAN

OLAHRAGA TERPADU

(SPOrT) JABAR ARCAMANIK

Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Provinsi Jawa Barat DINAS OLAHRAGA DAN PEMUDA PROVINSI JAWA BARAT

(2)

Daftar Isi

BAB VI. SYARAT – SYARAT UMUM PEKERJAAN

Pasal 1 Lingkup Pekerjaan Pasal 2 Memulai Kerja Pasal 3 Mobilisasi

Pasal 4 Papan Nama Proyek

Pasal 5 Kuasa Kontraktor dilapangan Pasal 6 Rencana Kerja

Pasal 7 Los Pengawas, Los Kerja, Gudang Bahan & lain-lain Pasal 8 Kesejahteraan dan Keselamatan Kerja

Pasal 9 Tenaga dan Sarana Kerja Pasal 10 Persyaratan dan Standarisasi

Pasal 11 Laporan Harian, Mingguan dan Bulanan Pasal 12 Penjelasan RKS dan Gambar

Pasal 13 Tanggung Jawab Kontraktor

Pasal 14 Ketentuan dan Syarat – Syarat Bahan Pasal 15 Pemeriksaan Bahan - Bahan

Pasal 16 Supplier dan Sub Kontraktor Pasal 17 Pembersihan Tempat Kerja Pasal 18 Drainase / Saluran

Pasal 19 Pengukuran Kondisi Tapak dan Penentuan Peil

Pasal 20 Pemasangan Patok Ukur dan Papan Bangunan (Bouwplank) Pasal 21 Pemeriksaan Hasil Pekerjaan

BAB VII. SPESIFIKASI TEKNIS PEKERJAAN

Pasal 1 Umum

Pasal 2 Pembersihan Lokasi Pekerjaan Pasal 3 Pelindungan Instalasi Eksisting

(3)

Pasal 4 Pekerjaan Tanah

Pasal 5 Pekerjaan Pondasi dan Beton Strukur Pasal 6 Pekerjaan Beton Strukur ( SIPIL ) Pasal 7 Pekerjaan Beton Non Struktural Pasal 8 Pekerjaan Pasangan

Pasal 9 Pekerjaan Adukan dan Campuran Pasal 10 Pekerjaan Plesteran

Pasal 11 Pekerjaan Pasangan Keramik Pasal 12 Pekerjaan Kusen Pintu Jendela Pasal 13 Pekerjaan Daun Pintu dan Jendela Pasal 14 Pekerjaan Perlengkapan Pintu & jendela Pasal 15 Pekerjaan Kaca

Pasal 16 Pekerjaan Saniter

Pasal 17 Pekerjaan Langit – langit Pasal 18 Pekerjaan Pengecatan

Pasal 19 Pekerjaan Atap dan Penutup atap Pasal 20 Pekerjaan Ground Reservoar

Pasal 21 Pekerjaan Spesifikasi Teknis Plambing/Sanitasi Pasal 22 Pekerjaan Spesifikasi Teknis Elektrikal

Pasal 23 Pekerjaan Spesifikasi Instalasi Listrik

Pasal 24 Pekerjaan Spesifikasi Teknis Penangkal Petir Pasal 25 Pekerjaan Spesifikasi Teknis Tata Suara Pasal 26 Pekerjaan Spesifikasi Teknis Fire Alarm

Pasal 27 Pekerjaan Spesifikasi Teknis Telepon dan Data Pasal 28 Pekerjaan Spesifikasi Teknis Tata Udara

Pasal 29 Pekerjaan Pembersihan,Pembongkaran dan pengamanan Setelah Pembangunan

BAB III. KESELAMATAN DAN KESESEHATAN KERJA (K3) KONSTRUKSI

Pasal.1 Pemahaman K3 Pasal.2 Lingkup Pekerjaan Pasal.3 Potensi Bahaya

(4)

Pasal.4 Identifikasi Bahaya & Risiko Pasal.5 Smk3

Pasal.6 Peralatan K3 Pasal.7 Evaluasi Pasal.8 Kebutuhan K3

(5)

BAB.I

SYARAT-SYARAT UMUM PEKERJAAN

PERSIAPAN PELAKSANAAN

Pada dasarnya untuk dapat memahami dan menghayati dengan sebaik-baiknya seluruh seluk beluk pekerjaan ini, Kontraktor diwajibkan mempelajari secara seksama seluruh Gambar Kerja serta Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis seperti yang akan diuraikan dalam dokumen ini.

Apabila terdapat ketidakjelasan, perbedaan-perbedaan dan atau kesimpangsiuran informasi di dalam pelaksanaan, Kontraktor diwajibkan mengadakan pertemuan dengan Konsultan Pengawas dan Direksi untuk mendapat kejelasan pelaksanaan.

Pasal 1

LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan ini harus dilaksanakan oleh Kontraktor meliputi bagian-bagian pekerjaan yang dinyatakan dalam Gambar Kerja serta dokumen Rencana Kerja dan Syarat-syarat Teknis ini.

1.1. LINGKUP PEKERJAAN :

Pekerjaan Peningkatan Fasilitas Gedung Laga Tangkas, yang akan dilaksanakan sesuai dengan rencana dalam gambar dokumen perencanaan dan gambar kerja, antara lain :

 Pekerjaan peningkatan fungsi fasilitas bangunan gedung

 Pekerjaan peningkatan Infrastruktur (Elektrikal Mekanikal Plumbing)  Pekerjaan Lain - lain

Pekerjaan yang tidak tercantum dalam Lingkup diatas sudah termasuk dalam jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan sesuai gambar rencana kerja.gunan Tata LaksanaBanan Asramangunan PercekatercantGambar Kerja.

1.2. PEKERJAAN PERSIAPAN

Meliputi : Pengukuran, Bongkaran , mobilisasi peralatan, bahan/material, pengadaan air dan listrik untuk bekerja dan tenaga kerja.

Pasal 2 MEMULAI KERJA

Selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah tanggal Penunjukan dan Perintah Kerja Pelaksanaan Pekerjaan (SPK), Pihak Kontraktor harus sudah memulai melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan.

(6)

Dan apabila setelah 1 (satu) minggu Kontraktor/Pemborong yang ditetapkan belum melaksanakan pembangunan fisik secara nyata di lapangan, maka akan diberlakukan ketentuan yang telah dibuat oleh Panitia Lelang.

Pasal 3 MOBILISASI

Mobilisasi yang dimaksud adalah mencakup hal-hal sebagai berikut :

3.1. Transportasi peralatan konstruksi yang berdasarkan daftar alat-alat konstruksi yang diajukan bersama penawaran, dari tempat pembongkarannya ke lokasi dimana alat itu akan digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini. Pembuatan kantor Kontraktor, gudang dan lain-lain di lokasi proyek untuk keperluan pekerjaan.

3.3. Dengan selalu disertai ijin Konsultan Pengawas, Kontraktor/Pemborong dapat membuat berbagai perubahan, pengurangan dan/atau penambahan terhadap alat-alat konstruksi dan instalasinya.

3.4. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari dari pemberitahuan memulai kerja, Kontraktor/Pemborong harus menyerahkan program mobilisasi kepada Konsultan Pengawas untuk disetujui.

Pasal 4

PAPAN NAMA KEGIATAN

Kontraktor/Pemborong harus memasang Papan Nama kegiatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku atas biaya Kontraktor/Pemborong.

Pasal 5

KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN

5.1. Di lapangan pekerjaan, Kontraktor/Pemborong ‘wajib’ menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau biasa disebut ‘Pelaksana’ yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari Kontraktor/Pemborong, berpendidikan minimal Sipil/Arsitek Ahli Madya dengan pengalaman minimum 6 (enam) tahun.Sesuai dengan Dokumen Pengadaan.

5.2. Dengan adanya ‘Pelaksana’ tidak berarti bahwa Kontraktor/Pemborong lepas tanggung jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.

5.3. Kontraktor/Pemborong wajib memberi tahu secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan Pengawas, nama dan jabatan ‘Pelaksana’ untuk mendapat persetujuan.

(7)

5.4. Bila dikemudian hari menurut pendapat Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan Pengawas bahwa ‘Pelaksana’ dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada Kontraktor/Pemborong secara tertulis untuk mengganti ‘Pelaksana’.

5.5. Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan, Kontraktor/Pemborong harus sudah menunjuk ‘Pelaksana’ yang baru atau Kontraktor/Pemborong sendiri (penanggung jawab/Direktur Perusahaan) yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan.

Pasal 6 RENCANA KERJA

6.1. Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor/Pemborong ‘wajib’ membuat Rencana Kerja Pelaksanaan dari bagian-bagian pekerjaan berupa Bar-Chart dan S-Curve Bahan dan Tenaga.

6.2. Rencana Kerja tersebut harus sudah mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas, paling lambat dalam waktu 8 (delapan) hari kalender setelah Surat Keputusan Penunjukan (SPK) diterima Kontraktor/Pemborong. Rencana Kerja yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas akan disahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

6.3. Kontraktor/Pemborong wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada Konsultan Pengawas untuk diberikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen dan Perencana.

6.4. Kontraktor/Pemborong harus melaksanakan pekerjaan pembangunan sesuai dengan Rencana Kerja tersebut di atas.

6.5. Konsultan Pengawas akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor/Pemborong berdasarkan Rencana Kerja tersebut.

Pasal 7

LOS PENGAWAS, LOS KERJA, GUDANG BAHAN, DAN LAIN-LAIN

7.1.1. Direksikeet (los pengawas).

Kepada Kontraktor/Pemborong harus menyediakan DireksiKeet (Los Pengawas) untuk keperluan Pengawas Lapangan dan Personalia Proyek dari bahan semipermanen atau sesuai dengan Kebutuhan rencana Pekerjaan. untuk tiap lokasi dengan menggunakan bahan-bahan sebagai berikut: lantai diplester, dinding tripleks/papan/asbes, rangka bangunan dari bahan kayu

(8)

kelas III, atap dari bahan penutup Atap, pintu dari bahan papan kayu kelas III, dilengkapi dengan kursi, meja, serta alat-alat kantor yang diperlukan. Apabila diijinkan oleh pemilik pekerjaan, Kontraktor dapat memanfaatkan sementara ruangan pada area bangunan yang tidak digunakan bila ada , yang akan ditentukan oleh Pengawas.

7.2. Kantor Kontraktor, los kerja dan gudang bahan.

Kontraktor/Pemborong atas biaya sendiri berkewajiban membuat kantor Kontraktor di lapangan, los kerja untuk para pekerja dan gudang bahan yang dapat dikunci untuk menyimpan barang-barang, pada tempat yang akan ditentukan oleh Pengawas Lapangan/Personalia Proyek.

7.3. Kontraktor/Pemborong berkewajiban menjaga kebersihan los pengawas serta inventarisnya.

7.4. Pagar Proyek.

Untuk keamanan lapangan kerja, bila dianggap perlu Direksi/Pemilik dapat memerintahkan kepada Kontraktor, untuk memagari sekelilingnya sehingga aman. Biaya untuk keperluan ini akan dimasukan didalam penawaran Kontraktor/Pemborong.

Kontraktor wajib menjamin keamanan bagi pekerja dan orang yang berada disekitar lokasi pekerjaan dari kemungkinan terjadinya kecelakaan.

a. Untuk pekerjaan bangunan di luar ruangan:

Tinggi Pagar Proyek minimum 1,80 m dari permukaan tanah dengan bahan dari seng gelombang BJLS 32 dicat, kolom setempat dari rangka kayu Borneo ukuran 5/7, memenuhi persyaratan kekuatan, atau sesuai dengan peraturan Pemerintah Daerah setempat.

b. Bila pekerjaan yang dilakukan di ketinggian, misalnya atap, talang dan sebagainya, maka perlu dipasang jaring pengaman.

c. Untuk pekerjaan di dalam ruangan

Area pekerjaan wajib ditutup dan dipagari dengan bahan yang menutupi dari terpaparnya kotoran /debu juga pandangan ke arah kegiatan lokasi pekerjaan. Tinggi minimal 2 m dari permukaan lantai kerja, atau dengan bahan yang menutupi dari lantai hingga permukaan plafon.

Untuk semua kondisi pemagaran juga wajib dipasang peringatan yang sesuai.

7.5. Kantor Kontraktor, gudang bahan, los-los kerja dan los lainnya yang dibuat dan dibiayai oleh Kontraktor/Pemborong, setelah selesai pelaksanaan

(9)

pembangunan/pekerjaan tersebut, harus segera dibongkar/dibersihkan oleh pihak Kontraktor, dan bahan-bahan bekasnya menjadi milik Kontraktor.

7.6. Direksikeet dan pagar Pengaman (butir 1 & 4 di atas) yang dibuat oleh Kontraktor/Pemborong, setelah selesai pelaksanaan pembangunan/pekerjaan tersebut, harus segera dibongkar/dibersihkan oleh pihak Kontraktor, dan bahan-bahan bekasnya menjadi milik Kontraktor.

Pasal 8

KESEJAHTERAAN DAN KESELAMATAN PEKERJA

8.1. Kontraktor/Pemborong berkewajiban menyediakan air minum yang bersih, sehat dan cukup di tempat pekerjaan untuk para pekerja.

8.2. Kontraktor/Pemborong berkewajiban menyediakan kotak PPPK ditempat pekerjaan.

8.3. Berkwajiban menyediakan alat K3 dan Melaksanakan manajemen K3,Keselamatan dan kesehatan kerja ( K3 ) serta asuransi

- Setiap Pembangunan Bangunan Gedung Negara harus memenuhi persyaratan K3 sesuai yang di tetapkan dalam surat keputusan bersama menteri Tenaga Kerja dan Menteri Pekerjaan Umum nomor :

Kep.174/MEN/1986 dan 104/KPTS/1986 tentang Keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat satuan kerja Konstruksi, dan atau peraturan penggantinya.

- Ketentuan asuransi Pembangunan Bangunan Gedung Negara sesuai dengan peraturan perundang – undangan.

8.4. Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, kontraktor bertanggung-jawab atas keselamatan dan keamanan pekerjaan SM K3, bahan dan peralatan teknis serta konstruksi yang diserahkan Pejabat Pembuat Komitmen, Apabila terjadi kerusakan-kerusakan, maka kontraktor harus bertanggung jawab untuk memperbaikinya.

8.5. Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor/Pemborong segera memberitahukan kepada Konsultan Pengawas dan mengambil tindakan yang perlu untuk keselamatan korban kecelakaan itu.

8.6. Penyediaan Alat Pemadam Kebakaran :

Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor apabila diperlukan wajib menyediakan tabung alat pemadam kebakaran (Fire Extinguisher) lengkap dengan isinya, dengan jumlah sekurang-kurangnya 4 (empat) buah tabung. Masing-masing tabung berkapasitas 15 Kg.

8.7. Sesuai dengan Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Tenaga Kerja No. 30/KPTS/1984 dan Kep-07/Men/1984 tanggal 27 Januari 1984 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 bagi Tenaga Kerja Borongan Harian Lepas pada Kontraktor Induk maupun Sub Kontraktor yang melaksanakan Proyek-proyek Departemen Pekerjaan Umum, pihak Kontraktor/Pemborong yang sedang melaksanakan

(10)

pembangunan/pekerjaan agar ikut serta dalam program ASTEK dan memberitahukan secara tertulis kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

Pasal 9

TENAGA DAN SARANA KERJA

Kontraktor/Pemborong harus menyediakan tenaga kerja yang ahli, bahan-bahan, peralatan berikut alat bantu lainnya untuk melaksanakan bagian-bagian pekerjaan serta mengadakan pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan-bahan, alat-alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan sempurna sampai dengan diserahterimakannya pekerjaan tersebut kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

9.1. Menyediakan Sarana Jalan Masuk Proyek

Akses yang berhubungan dengan kegiatan pekerjaan tidak boleh mengganggu secara total atau secara langsung kegiatan di sekitar bangunan, ataupun di dalam bangunan bila kondisi gedung sudah beroperasi dan ada kegiatan di dalamnya, dikarenakan agar:

a. terwujudnya bangunan gedung yang mempunyai akses yang layak,aman dan nyaman ke dalam bangunan dan fasilitas serta layanan di dalamnya.

b. terwujudnya upaya melindungi penghuni dari kesakitan atau luka saat evakuasi pada keadaan darurat

c. tersedianya aksesbilitasi bagi penyandang cacat, khusus untuk bangunan fasilitas umum dan sosial.

9.2. Tenaga kerja /tenaga ahli

Tenaga Kerja dan Tenaga Ahli yang memadai dan berpengalaman dengan jenis dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan.

9.3. Peralatan bekerja.

Menyediakan alat-alat bantu, seperti mesin las, alat-alat bor, alat-alat pengangkat dan pengangkut serta peralatan-peralatan lain yang benar-benar diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan ini.

9.4. Bahan-bahan bangunan

Menyediakan bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan serta pengiriman material harus tepat waktu sesuai pekerjaan yang akan dilaksanakan.

9.5. Penyediaan air dan daya listrik untuk bekerja.

a. Air untuk bekerja harus disediakan oleh Kontraktor dengan membuat sumur pompa di area pekerjaan atau disuplay dari luar.

b. Air harus bersih, bebas dari bau, bebas dari lumpur, minyak dan bahan kimia lainnya yang merusak. Penyediaan air harus sesuai dengan petunjuk dan persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi.

c. Kontraktor harus membuat bak penampung air untuk bekerja yang senantiasa terisi penuh dengan kapasitas 3,5 M3.

(11)

d. Listrik untuk bekerja harus disediakan Kontraktor dan diperoleh dari sambungan sementara PLN setempat selama masa pembangunan. Penggunaan Diesel untuk pembangkit tenaga listrik hanya diperkenankan untuk penggunaan sementara atas petunjuk pengawas.

Pasal 10

PERSYARATAN DAN STANDARISASI

10.1. Persyaratan pelaksanaan.

Untuk menghindari klaim dari ‘User’/Proyek dikemudian hari maka Kontraktor harus betul-betul ‘memperhatikan’ semua pelaksanaan pekerjaan dengan memperhitungkan ‘ukuran jadi (finished)’ sesuai persyaratan ukuran pada gambar kerja dan penjelasan RKS. Kontraktor wajib melaksanakan semua pekerjaan dengan mengikuti petunjuk dan syarat pekerjaan, peraturan persyaratan pemakaian bahan bangunan yang dipergunakan sesuai dengan Rencana kerja dan Syarat-Syarat Teknis dan petunjuk yang diberikan oleh Konsultan Pengawas.

Sebelum melaksanakan setiap pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib memperhatikan dan melakukan koordinasi kerja dengan pekerjaan lain yang menyangkut pekerjaan Struktur, Arsitektur, Mekanikal, Elektrikal, Plumbing/Sanitasi dan mendapat ijin tertulis dari Konsultan Pengawas.

Untuk menjamin mutu dan kelancaran pekerjaan Kontraktor harus menyediakan :

- Site manager/Pelaksana sebagai penanggung jawab lapangan yang terampil dan ahli dibidangnya selama pelaksanaan pekerjaan dan selama masa pemeliharaan guna memenuhi kewajiban menurut kontrak.

- Buku harian untuk :

 Kunjungan tamu-tamu yang ada hubungannya dengan proyek.

 Mencatat semua petunjuk-petunjuk, keputusan-keputusan dan detail dari pekerjaan.

- Alat-alat yang senantiasa tersedia di proyek adalah :  1 (satu) kamera.

 1 (satu) alat ukur schuifmat.

 1 (satu) alat ukur panjang 50 m, 5 m.  1 (satu) mistar waterpass panjang 120 cm. 10.2. Standard yang dipergunakan.

(12)

Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Normalisasi Indonesia, Standard Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya dengan pekerjaan antara lain :

 PUBI-1982 : Peraturan Bahan Bangunan di Indonesia  NI-3 PMI PUBB 1970

: Peraturan Umum Bahan Bangunan di Indonesia  NI-8 : Peraturan Semen Portland Indonesia

 NI-10 : Bata Merah sebagai Bahan Bangunan  PPI-1979 : Pedoman Plumbing Indonesia

 PUIL-1977 : Peraturan Umum Instalasi Listrik

 PPBI-1984 : Peraturan Perencanaan Bangunan Baja di Indonesia  SII : Standard Industri Indonesia

 SK SNI T-15-1991-03 (PBI – 1991)

: Peraturan Beton Bertulang Indonesia  AVWI : Peraturan Umum Instalasi Air.

Serta :

 Peraturan Pembebanan Indonesia untuk gedung 1981

 Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan tentang keselamatan tenaga kerja yang dikeluarkan oleh Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia

 Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 02/KPTS/1985 tentang penanggulangan bahaya kebakaran.

Jika tidak terdapat di dalam Peraturan/Standard/Normalisasi tersebut di atas, maka berlaku Peraturan/Standard/Normalisasi Internasional ataupun dari negara asal produsen bahan/material/komponen yang bersangkutan.

Selain ketentuan-ketentuan yang tersebut, berlaku pula dalam ketentuan ini :

 Dokumen Lelang yang sudah disyahkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (Gambar Kerja, RKS, BQ, Aanwijzing dan Surat Perjanjian Kontrak).  Shop Drawing yang dibuat oleh Kontraktor dan sudah disetujui/disahkan

oleh Pejabat Pembuat Komitmen dan Konsultan Pengawas.

Pasal 11

LAPORAN HARIAN, MINGGUAN DAN BULANAN

11.1. Pelaksana lapangan setiap hari harus membuat Laporan Harian mengenai segala hal yang berhubungan dengan pelaksanaan pembangunan/pekerjaan, baik teknis maupun Administrasi.

(13)

11.2. Dalam pembuatan Laporan tersebut, pihak Kontraktor/Pemborong harus memberikan data-data yang diperlukan menurut data keadaan sebenarnya.

11.3. Pengawas Lapangan juga harus membuat Laporan mingguan dan Laporan bulanan secara rutin.

11.4. Laporan-laporan tersebut di atas, harus diserahkan kepada Kuasa Pengguna Anggaran untuk bahan monitoring.

Pasal 12

PENJELASAN RKS & GAMBAR

12.1. Bila gambar tidak sesuai dengan Rencana kerja dan Syarat-syarat (RKS), maka yang mengikat/berlaku adalah RKS.

12.2. Harus juga disadari bahwa revisi-revisi pada alignment, loksasi, seksi (bagian) dan detail gambar mungkin akan dilakukan didalam waktu pelaksanaan kerja. Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan sesuai dengan maksud gambar dan spesifikasinya, dan tidak boleh mencari keuntungan dari kesalahan atau kelalaian dalam gambar atau dari ketidaksesuaian antara gambar dan spesifikasinya. Setiap deviasi dari karakter yang tidak dijelaskan dalam gambar dan sepsifikasi atau gambar kerja yang mungkin diperlukan oleh keadaan darurat konstruksi atau lain-lainnya, akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan disahkan secara tertulis.

12.3. Konsultan Pengawas akan memberikan instruksi berkenaan dengan penafsiran yang semestinya untuk memenuhi ketentuan gambar dan spesifikasinya.

12.4. Ukuran

12.4.1. Pada dasarnya semua ukuran utama yang tertera dalam Gambar Kerja dan Gambar Pelengkap meliputi ukuran dari :

As – as Luar – luar Dalam – dalam Luar – dalam

12.4.2. Ukuran-ukuran yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam

(14)

12.4.3. Khusus ukuran-ukuran dalam Gambar Kerja Arsitektur pada dasarnya adalah ukuran jadi seperti dalam keadaan selesai (“finished”).

12.4.4. Bila ada keraguan mengenai ukuran, Kontraktor wajib melaporkan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas yang selanjutnya akan memberikan keputusan ukuran mana yang akan dipakai dan dijadikan pegangan.

12.4.5. Bila ukuran sudah tertera dalam gambar atau dapat dihitung, maka pengukuran skala tidak boleh dipergunakan kecuali bila sudah disetujui Konsultan Pengawas.

Setiap deviasi dari gambar karena kondisi lapangan yang tak terduga akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas dan disyahkan secara tertulis.

Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran-ukuran yang tercantum di dalam Gambar Pelaksanaan tanpa sepengetahuan konsultan pengawas/Direksi teknis, dan apabila terjadi kesalahan akibat kelalaian kontraktor dalam berkoordinasi dengan konsultan pengawas/Direksi teknis maka menjadi tanggung jawab Kontraktor baik dari segi biaya maupun waktu.

12.5. Perbedaan gambar

12.5.1. Bila suatu gambar tidak cocok dengan gambar yang lain dalam satu disiplin kerja, maka gambar yang mempunyai skala yang lebih besar yang mengikat/berlaku.

12.5.2. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sipil/Struktur, maka Kontraktor wajib melaporkannya kepada Konsultan Pengawas yang akan memutuskannya setelah berkonsultasi dengan Perencana.

12.5.3. Bila ada perbedaan antara gambar kerja Arsitektur dengan Sanitasi, Elektrikal/ Listrik dan Mekanikal, maka yang dipakai sebagai pegangan adalah ukuran fungsional dalam gambar kerja Arsitektur.

12.5.4. Mengingat setiap kesalahan maupun ketidaktelitian di dalam pelaksanaan satu bagian pekerjaan akan selalu mempengaruhi bagian pekerjaan lainnya, maka di dalam hal terdapat ketidak-jelasan, kesimpang-siuran, perbedaan-perbedaan dan ataupun ketidak-sesuaian dan keragu-raguan diantara setiap Gambar Kerja, Kontraktor diwajibkan melaporkan kepada Konsultan Pengawas dan Direksi teknis secara tertulis, dan mengadakan pertemuan

(15)

dengan Konsultan Pengawas/Direksi teknis dan Konsultan Perencana, untuk mendapat keputusan gambar mana yang akan dijadikan pegangan.

12.5.5. Ketentuan tersebut di atas tidak dapat dijadikan alasan oleh Kontraktor untuk memperpanjang / meng-“klaim” biaya maupun waktu pelaksanaan.

12.6. Istilah - Istilah yang digunakan berdasarkan pada masing-masing disiplin adalah sebagai berikut

ST : Struktur, Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan

Perhitungan Konstruksi, Bahan Konstruksi Utama dan Spesifikasinya, Dimensionering kolom, Balok dan tebal Lantai.

AR : Arsitektur,Mencakup hal-hal yang berhubungan dengan

perencanaan dan perancangan bangunan secara menyeluruh dari semua disiplin-disiplin kerja yang ada baik teknis maupun estetika.

EL : Elektrikal, yang ada hubungannya dengan Sistem Penyediaan

Daya Listrik dan Penerangan.

MEP : Mekanikal,yang ada hubungannya dengan Sistem Air Bersih

Air Kotor – Drainase, Sistem Pemadam Kebakaran, Sistem Instalasi Diesel – Generator Set, dan Sistem Pengkondisian Udara.

12.7. Shop drawing

Shop drawing merupakan gambar detail pelaksanaan di lapangan yang harus dibuat oleh Kontraktor berdasarkan Gambar Dokumen Kontrak yang telah disesuaikan dengan keadaan lapangan.

Kontraktor wajib membuat shop drawing untuk detail khusus yang belum tercakup lengkap dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun yang diminta oleh Konsultan Pengawas.

dalam shop drawing ini harus jelas dicantumkan dan digambarkan semua data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh dari semua bahan, keterangan produk, cara pemasangan dan atau spesifikasi/persyaratan khusus sesuai dengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara lengkap di dalam Gambar Kerja/Dokumen Kontrak maupun di dalam Buku ini.

Kontraktor wajib mengajukan shop drawing tersebut kepada Konsultan Pengawas untuk mendapat persetujuan tertulis.

(16)

Semua gambar yang dipersiapkan oleh Kontraktor dan diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk diminta persetujuannya harus sesuai dengan format standar dari proyek dan harus digambar pada kertas kalkir yang dapat direproduksi.

12.8. Perubahan, penambahan, pengurangan pekerjaan dan pembuatan “as-built drawing”.

12.8.1. Tata cara pelaksanaan dan penilaian perubahan, penambahan dan pengurangan pekerjaan disesuaikan dengan Dokumen Kontrak.

12.8.2. Setelah Pekerjaan selesai dan diserah-terimakan, Kontraktor berkewajiban membuat gambar-gambar yang telah dikerjakan/dibangun oleh kontraktor (As-Built Drawing). Biaya untuk penggambaran “As-Built Drawing”, sepenuhnya menjadi tanggungan kontraktor.

Pasal 13

TANGGUNG – JAWAB KONTRAKTOR

13.1. Kontraktor harus bertanggung-jawab penuh atas kualitas pekerjaan sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam RKS dan Gambar Kerja.

13.2. Kehadiran Tim Teknis ( Bantuan Teknis dari Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kabupaten Kuningan ) Konsultan Pengawas selaku wakil Pejabat Pembuat Komitmen untuk melihat, mengawasi, menegur, atau memberi instruksi tidak mengurangi tanggung jawab penuh tersebut di atas.

13.3. Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan lingkungan yang timbul akibat pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor berkewajiban memperbaiki kerusakan tersebut dengan biaya Kontraktor sendiri.

13.4. Bilamana terjadi gangguan yang dapat mempengaruhi pelaksanan pekerjaan, maka Kontraktor berkewajiban memberikan saran-saran perbaikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen melalui Konsultan Pengawas.

Apabila hal ini tidak dilakukan, Kontraktor bertanggung-jawab atas kerusakan yang timbul.

13.5. Kontraktor bertanggung-jawab atas keselamatan tenaga kerja yang dikerahkan dalam pelaksanaan pekerjaan.

13.6. Segala biaya yang timbul akibat kelalaian Kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan menjadi tangung-jawab Kontraktor.

(17)

13.7. Selama pembangunan berlangsung, Kontraktor harus menjaga keamanan bahan/material, barang milik Proyek, Konsultan Pengawas dan milik Pihak Ketiga yang ada di lapangan, maupun bangunan yang dilaksanakannya sampai tahap serah terima.

Bila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah disetujui, baik yang telah dipasang maupun belum; adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak akan diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah.

13.8. Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung-jawab atas akibatnya, baik yang berupa barang-barang maupun keselamatan jiwa.

13.9. Apabila pekerjaan telah selesai, Kontraktor harus segera mengangkut bahan bongkaran dan sisa-sisa bahan bangunan yang sudah tidak dipergunakan lagi keluar lokasi pekerjaan.

Segala pembiayaannya menjadi tanggungan Kontraktor.

Pasal 14

KETENTUAN & SYARAT BAHAN-BAHAN

14.1. Sepanjang tidak ada ketetapan lain dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) ini maupun dalam berita Acara Penjelasan Pekerjaan, bahan-bahan yang akan dipergunakan maupun syarat-syarat pelaksanaan harus memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam A.V. dan Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI th. 1982), Standar Industri Indonesia (SII) untuk bahan termaksud, serta ketentuan-ketentuan dan syarat bahan-bahan lainnya yang berlaku di Indonesia. Seluruh barang material yang dibutuhkan dalam menyelesaikan pekerjaan, seperti material, peralatan dan alat lainnya, harus dalam kondisi baru dan dengan kualitas terbaik untuk tujuan yang dimaksudkan.

14.2. Merk pembuatan bahan/material & komponen jadi.

14.2.1. Kecuali bila ditentukan lain dalam kontrak ini, semua merk pembuatan atau merk dagang dalam Rencana Kerja dan Syarat-Syarat Teknis ini dimaksudkan sebagai dasar perbandingan kualitas/setara dan tidak diartikan sebagai suatu yang mengikat. Setiap keterangan mengenai peralatan, material, barang atau proses, dalam bentuk nama dagang, buatan atau nomor katalog harus dianggap sebagai penentu standard atau kualitas dan tidak boleh ditafsirkan sebagai upaya membatasi persaingan; dan Kontraktor harus dengan sendirinya menggunakan peralatan, material, barang atau proses, yang atas penilaian Konsultan Pengawas dan Perencana, sesuai dengan keterangan itu. Seluruh

(18)

material patent itu harus dipergunakan sesuai dengan instruksi pabrik yang membuatnya.

14.2.2. Bahan/material dan komponen jadi yang dipasang/dipakai harus sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar dan RKS, memenuhi standard spesifikasi bahan tersebut, mengikuti peraturan persyaratan bahan bangunan yang berlaku.

14.2.3. Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak untuk menunjuk tenaga ahli yang ditunjuk oleh pabrik dan atau Supplier yang bersangkutan tersebut sebagai pelaksana.

Dalam hal ini, Kontraktor tidak berhak mengajukan claim sebagai pekerjaan tambah.

14.2.4. Disyaratkan bahwa satu merk pembuatan atau merk dagang hanya diperkenankan untuk setiap jenis bahan yang boleh dipakai dalam pekerjaan ini.

14.2.5. Penggunaan bahan produk lain yang setaraf dengan apa yang dipersyaratkan harus disertai test dari Laboratorium lokal/dalam negeri baik kualitas, ketahanan serta kekuatannya dan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas secara tertulis dan diketahui oleh Konsultan Perencana.

Apabila diperlukan biaya untuk test Laboratorium, maka biaya tersebut harus ditanggung oleh Kontraktor tanpa dapat mengajukan sebagai biaya tambah.

14.3. Kontraktor/Pelaksana terlebih dahulu harus memberikan contoh-contoh semua bahan-bahan yang diperlukan untuk bangunan tersebut kepada Konsultan Pengawas/Direksi dan Perencana untuk mendapatkan persetujuan secara tertulis sebelum semua bahan-bahan tersebut didatangkan/dipakai.

Contoh bahan tersebut yang harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan Perencana adalah sebanyak empat (4) buah dari satu bahan yang ditentukan untuk menetapkan “standard of appearance” dan disimpan di ruang Direksi. Paling lambat waktu penyerahan contoh bahan adalah dua (2) minggu sebelum jadwal pelaksanaan.

14.4. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur dan produk yang dipilih, akan diinformasikan kepada Kontraktor selama tidak lebih dari tujuh (7) hari kalender setelah penyerahan contoh bahan tersebut.

(19)

Penyimpanan dan pemeliharaan bahan harus sesuai persyaratan pabrik yang bersangkutan, dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.

14.5.1. Material harus disimpan sedemikian rupa untuk menjaga kualitas dan kesesuaiannya untuk pekerjaan. Material harus diletakkan di atas permukaan yang bersih, keras dan bila diminta harus ditutupi. Material harus disimpan sedemikian rupa agar memudahkan pemeriksaan.

14.5.2. Tempat penyimpanan barang harus dibersihkan (clearing) dan diratakan (levelling) menurut petunjuk Konsultan Pengawas.

14.5.3. Bagian tengah tempat penyimpanan barang harus ditinggikan dan miring kesamping sesuai dengan ketentuan, sehingga memberikan drainasi/pematusan dari kandungan air/cairan yang berlebihan. Material harus disusun sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan pemisahan bahan (segregation), agar timbunan tidak berbentuk kerucut, dan menjaga gradasi serta mengatur kadar air. Penyimpanan agregat kasar harus ditimbun dan diangkat/dibongkar lapis demi lapis dengan tebal lapisan tidak lebih dari satu meter. Tinggi tempat penyimpanan tidak lebih dari lima meter.

Pasal 15

PEMERIKSAAN BAHAN-BAHAN

15.1. Bahan-bahan yang didatangkan/dipekerjakan harus sesuai dengan contoh-contoh yang telah disetujui Konsultan Pengawas seperti yang diatur dalam Pasal 14 di atas.

15.2. Bahan-bahan yang tidak memenuhi syarat-syarat atau kualitas jelek yang dinyatakan afkir/ditolak oleh Konsultan Pengawas harus segera dikeluarkan dari lapangan bangunan selambat-lambatnya dalam tempo 3 X 24 jam dan tidak boleh dipergunakan.

15.3. Apabila sesudah bahan-bahan tersebut dinyatakan ditolak oleh Pengawas/Direksi/Perencana dan ternyata masih dipergunakan oleh Pelaksana, maka Konsultan Pengawas/Perencana berhak memerintahkan pembongkaran kembali kepada kontraktor yang mana segala kerugian yang diakibatkan oleh pembongkaran tersebut menjadi tanggungan Kontraktor

(20)

sepenuhnya disamping pihak kontraktor tetap dikenakan denda sebesar 1 o/oo (satu permil) dari harga borongan.

15.4. Jika terdapat perselisihan dalam pelaksanaan tentang pemeriksaan kualitas dari bahan-bahan tersebut, maka Kontraktor harus dan memeriksakannya ke Laboratorium balai Penelitian Bahan-Bahan Pemerintah untuk diuji dan hasil pengujian tersebut disampaikan kepada Pengawas/Direksi/Perencana secara tertulis.Segala biaya pemeriksaan ditanggung oleh Kontraktor.

15.5. Sebelum ada kepastian dari laboratorium tersebut di atas tentang baik atau tidaknya kualitas dari bahan-bahan tersebut. Pelaksana tidak diperkenankan melanjutkan pekerjaan-pekerjaan yang menggunakan bahan-bahan tersebut di atas.

15.6. Bila diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus memberikan penjelasan lengkap tertulis mengenai tempat asal diperolehnya material dan tempat pekerjaan yang akan dilaksanakan.

Pasal 16

SUPPLIER & SUB KONTRAKTOR

16.1. Jika Kontraktor menunjuk supplier dan atau Kontraktor Bawahan (Sub-Kontraktor) didalam hal pengadaan material dan pemasangannya, maka Kontraktor ‘wajib’ memberitahukan terlebih dahulu kepada Konsultan Pengawas dan Direksi untuk mendapatkan persetujuan.

16.2. Supplier wajib hadir mendampingi Konsultan Pengawas di Lapangan untuk pekerjaan khusus dimana pelaksanaan dan pemasangan bahan tersebut perlu persyaratan khusus sesuai instruksi pabrik.

Pasal 17

PEMBERSIHAN TEMPAT KERJA

17.1. Pekerjaan ini mencakup pembersihan, pembongkaran, pembuangan lapisan tanah permukaan, dan pembuangan serta pembersihan tumbuh-tumbuhan dan puing-puing di dalam daerah kerja, kecuali benda-benda yang telah ditentukan harus tetap di tempatnya atau yang harus dipindahkan sesuai dengan ketentuan pasal-pasal yang lain dari spesifikasi ini.

Pekerjaan ini mencakup juga perlindungan/penjagaan tumbuhan dan benda-benda yang ditentukan harus tetap berada di tempatnya dari kerusakan atau cacat.

17.2. Segala obyek yang berada di muka tanah dan semua pohon, tonggak, kayu busuk, tunggul, akar, serpihan, tumbuhan lainnya, sampah dan

(21)

rintangan-rintangan lainnya yang muncul, yang tidak diperuntukan berada di sana, harus dibersihkan dan/atau dibongkar, dan di buang bila perlu. Pada daerah galian, segala tunggul dan akar harus di buang dari daerah sampai kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm di bawah elevasi lubang galian sesuai Gambar Kerja.

Lubang-lubang akibat pembongkaran harus diurug dengan material yang memadai dan dipadatkan sampai 90% dari kepadatan kering maksimum sesuai AASHTO T 99.

Pasal 18

DRAINASE / SALURAN

18.1. Pembuatan drainase / saluran tapak sementara.

Dengan mempertimbangkan keadaan topografi / kontur tanah yang ada di tapak, Kontraktor wajib membuat saluran air sementara yang berfungsi untuk pembuangan air yang ada untuk menjaga agar lahan konstruksi tetap kering.

Arah aliran ditujukan ke daerah permukaan yang terendah yang ada di tapak atau ke saluran yang sudah ada di lingkungan daerah pembangunan. Ketentuan tersebut harus dilaksanakan tanpa ada pembayaran tambahan.

18.2. Pemeliharaan drainase yang sudah ada (bilamana di area kerjanya terdapat saluran drainase yang terkena dampak/pengaruh oleh pekerjaan) Kontraktor harus memelihara drainase yang memasuki, melintasi atau berhhubungan dengan tempat kerja.

Kewajiban ini mencakup, bila diminta oleh Konsultan Pengawas pembersihan saluran-saluran, parit dan pipa-pipa menuju hulu dan hilir sampai sejauh 100 meter di luar batas daerah konstruksi dan daerah milik jalan (right-of way).

Ketentuan tersebut harus dilaksanakan tanpa ada pembayaran tambahan.

18.3. Lokasi dan perlindungan utilitas.

18.3.1. Sebelum memulai pekerjaan konstruksi, Kontraktor/Pemborong harus melakukan survey untuk mengetahui detail lokasi segala utilitas yang akan kena pengaruh oleh pekerjaan. Hasil survey harus dicatat dalam format rencana sesuai dengan petunjuk Konsultan Pengawas, dan patok permukaan (surface pegs) pada tempat kerja yang menunjukkan lokasi seluruh utilitas yang berada di bawah tanah, harus sudah ditancapkan.Patok-patok itu harus tetap terpancang selama berlakunya kontrak.

(22)

18.3.2. Bila Kontraktor akan melaksanakan pekerjaan sementara atau permanen pada daerah sekitar utilitas itu, Kontraktor harus mempergunakan metoda konstruksi yang memadai, menyediakan peralatan perlindungan yang semestinya, tanpa ada pembayaran tambahan, dalam rangka mencegah kerusakan pada utilitas itu. Segala kerusakan pada utilitas yang disebabkan langsung atau tidak langsung oleh pekerjaan Kontraktor dianggap sebagai tanggung jawab dari Kontraktor.

Pasal 19

PENGUKURAN KONDISI TAPAK DAN PENENTUAN PEIL

19.1. Pekerjaan pengukuran kondisi tapak

19.1.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor diwajibkan melakukan pengukuran kondisi “existing” tapak terhadap posisi rencana bangunan. Hasil pengukuran harus diserahkan kepada Direksi / Konsultan Pengawas dan Konsultan Perencana.

19.1.2. Ketidak-cocokan yang terjadi antara Gambar Kerja dan keadaan yang sebenarnya di lapangan, harus segera dilaporkan ke Konsultan Pengawas dan Perencana untuk diminta keputusannya.

19.1.3. Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudutnya dilakukan dengan alat-alat waterpass/theodolit.

19.1.4. Pengukuran sudut siku-siku dengan prisma atau benang secara azas segitiga Phytagoras hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Perencana.

19.1.5. Personil dan peralatan survey harus meliputi dan tidak hanya terbatas pada :

a. Personil :

 1 orang surveyor ahli  1 orang pekerja surveyor

b. Peralatan Pengukuran (Survey) :  Wild ROS Theodolite (360 derajat);  Wild TO Theodolite (360 derajat);  Wild NAK levels;

 Pita meteran baja dengan panjang 50 m;  Steel measuring rod (4 m);

(23)

 Patok-patok survey, dan macam-macam alat yang diperlukan dalam survey.

Semua peralatan pengukuran harus disediakan lengkap (bila

diminta) termasuk tripod, dll. Atas tanggungan biaya sendiri,

Kontraktor harus mengadakan survey dan pengukuran tambahan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan, seperti patok kemiringan (slopes stakes), temporang grade stakes, dan lain-lain. Setiap tanda yang dibuat oleh Konsultan Pengawas ataupun oleh Kontraktor harus dijaga baik-baik, bila terganggu atau rusak harus segera diperbaiki oleh Kontraktor atas tanggungan biaya sendiri. Setiap jenis pekerjaan, dari bagian apapun, tidak boleh dikerjakan sebelum persiapannya (setting out) disetujui oleh Pengawas.

19.1.6. Kontraktor harus mengajukan tiga salinan (copy) penampang melintang (cross section) kepada Konsultan Pengawas yang akan mengesahkan salah satu salinan atau merevisinya, kemudian mengembalikan kepada Kontraktor.

Bila Konsultan Pengawas perlu mengadakan perubahan/revisi, Kontraktor harus mengajukan lagi salinan cross section untuk persetujuan di atas.

Cross section dari Kontraktor harus digambar di atas kertas kalkir untuk memungkinkan reporduksi. bila cross section itu akhirnya disetujui, maka kontraktor harus menyerahkan gambar kalkir asli dan tiga lembar hasil reproduksinya kepada Pejabat Pembuat Komitmen.

19.2. Pekerjaan penentuan peil

Pekerjaan penentuan peil + 0.00 (finishing Arsitektur) adalah permukaan lantai finshing ruangan lantai dasar (Hall) bangunan seperti tertera dalam gambar kerja yaitu + 0.00 cm pada lantai dasar Bangunan .

Selanjutnya peil + 0.00 ini ditandai dengan patok ukur yang ditentukan di lapangan dan disetujui oleh Konsultan Pengawas.

Diambil dari muka tanah setinggi 60 cm untuk bangunan Kantor .

Pasal 20

PEMASANGAN PATOK UKUR

DAN PAPAN BANGUNAN (‘BOUWPLANK’)

20.1. Patok ukur

20.1.1. Kontraktor harus membuat patok-patok untuk membentuk garis-garis sesuai dengan gambar, dan harus memperoleh persetujuan Konsultan Pengawas sebelum memulai pekerjaan. Bila dianggap perlu Konsultan Pengawas dapat merevisi garis-garis / kemiringan dan meminta Kontraktor untuk membetulkan patok-patok.

(24)

Kontraktor harus mengajukan pemberitahuan mengenai rencana pematokan atau penentuan permukaan (level) dari bagian pekerjaan tertentu, tidak kurang dari 48 (empat puluh delapan) jam, agar susunan patok itu dapat diperiksa.

20.1.2. Patok ukur dibuat dari bahan beton bertulang secukupnya, berpenampang 15x15 cm, tertancap kuat ke dalam tanah sedalam

100 cm dengan bagian yang muncul di atas muka tanah cukup

untuk memberikan indikasi peil + 0.00 sesuai Gambar Kerja, dan di atasnya ditambahkan pipa besi untuk mencantumkan patokan ketinggian di atas peil + 0.00.

20.1.3. Jumlah patok ukur yang harus dibuat oleh Kontraktor minimal 2

(dua) buah, dan lokasi penanamannya sesuai petunjuk dan

persetujuan Konsultan Pengawas; sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu atau terganggu selama pelaksanaan pembangunan berlangsung.

20.1.4. Patok ukur adalah permanen, tidak dapat diubah, harus diberi tanda yang jelas, dan dijaga keutuhannya sampai pelaksanaan pembangunan selesai dan ada instruksi dari Konsultan Pengawas untuk dibongkar.

20.2. Bowplank Papan bangunan

20.2.1. Papan bangunan (bouwplank) dibuat dari kayu Borneo dengan ukuran tebal 3 cm dan lebar 15 cm, lurus dan diserut rata pada sisi sebelah atasnya.

20.2.2. Papan bangunan dipasang pada patok kayu 5/7 yang jarak satu sama lain adalah 1.50 m; tertancap di tanah sehingga tidak dapat digerak-gerakkan atau diubah.

20.2.3. Papan bangunan dipasang sejarak 2.00 m dari as pondasi terluar atau sesuai dengan keadaan setempat.

20.2.4. Tinggi sisi atas papan bangunan harus sama dengan lainnya dan atau rata waterpass, kecuali dikehendaki lain oleh Konsultan Pengawas.

20.2.5. Setelah selesai pemasangan papan bangunan, Kontraktor harus melaporkan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.

20.2.6. Kontraktor harus menjaga dan memelihara keutuhan dan ketepatan letak papan bangunan ini sampai tidak diperlukan lagi.

Pasal 21

PEMERIKSAAN HASIL PEKERJAAN

21.1. Ijin memasuki tempat kerja

Direksi dan Konsultan Pengawas atau setiap petugas yang diberi kuasa olehnya, setiap waktu dapat memasuki tempat pekerjaan, atau semua

(25)

bengkel dan tempat-tempat dimana pekerjaan sedang dikerjakan/dipersiapkan atau dimana bahan/barang dibuat.

21.2. Pemeriksaan Pekerjaan

21.2.1. Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan Kontraktor, tetapi karena bahan/material ataupun komponen jadi, maupun mutu pekerjaannya sendiri ditolak oleh Konsultan Pengawas/Direksi harus segera dihentikan dan selanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor dalam waktu yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

21.2.2. Tidak ada pekerjaan yang boleh ditutup atau menjadi tidak terlihat sebelum mendapatkan persetujuan pengawas dan Kontraktor harus memberikan kesempatan sepenuhnya kepada pengawas ahli untuk memeriksa dan mengukur pekerjaan yang akan ditutup dan tidak terlihat.

21.2.3. Kontraktor harus melaporkan kepada pengawas kapan setiap pekerjaan sudah siap atau diperkirakan akan siap diperiksa.

21.2.4. Bila permohonan pemeriksaan pekerjaan itu dalam waktu 2 x 24 jam (dihitung dari jam diterimanya surat permohonan pemeriksaan, tidak terhitung hari libur/hari Raya) tidak dipenuhi/ditanggapi oleh Konsultan Pengawas/Direksi, maka Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telah disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi.

21.2.5. Bila Kontraktor melalaikan perintah, Konsultan Pengawas/Direksi berhak menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya untuk diperbaiki.

21.2.6. Biaya pembongkaran dan pemasangan/perbaikan kembali menjadi tanggungan Kontraktor, tidak dapat di “klaim” sebagai biaya pekerjaan tambah maupun alasan untuk perpanjangan waktu pelaksanaan.

21.3. Kemajuan Pekerjaan

21.3.1. Seluruh bahan, peralatan konstruksi dan tenaga kerja yang harus disediakan oleh kontraktor demikian pula metode/cara pelaksanaan pekerjaan harus diselenggarakan sedemikian rupa, sehingga diterima oleh konsultan Pengawas.

21.3.2. Apabila laju kemajuan pekerjaan atau bagian pekerjaan pada suatu waktu menurut penilaian Konsultan Pengawas telah terlambat, untuk menjamin penyelesaian pada waktu yang telah ditentukan atau pada waktu yang diperpanjang maka pengawas harus

(26)

memberikan petunjuk secara tertulis langkah-langkah yang perlu diambil guna melancarkan laju pekerjaan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.

21.4. Perintah untuk pelaksanaan (foreman).

Bila Kontraktor atau petugas lapangannya tidak berada di tempat kerja di mana Konsultan Pengawas bermaksud untuk memberikan petunjuk atau perintah, maka petunjuk atau perintah itu harus dituruti dan dilaksanakan oleh semua petugas Pelaksana atau petugas yang ditunjuk oleh Kontraktor untuk menangani pekerjaan itu.

21.5. Toleransi

Seluruh pekerjaan yang dilaksanakan dalam kontrak ini harus dikerjakan sesuai dengan toleransi yang diberikan dalam Spesifikasi, dan toleransi lainnya yang ditetapkan pada bagian lainnya.

(27)

BAB.II

SYARAT-SYARAT TEKNIS PEKERJAAN

Pasal 1 U M U M

1.1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan Tenaga, bahan-bahan, peralatan dan alat bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan renovasi yang meliputi :

PEKERJAAN Pembangunan Gedung Graha Gymnasium : 1.1.1 Pekerjaan Pembangunan Gedung Graha Gymnasium

I.Pekerjaan yang dimaksud meliputi : I. Pekerjaan Persiapan dan Sarana Kerja II. Pekerjaan Galian,Urugan dan Lantai Kerja III. Pekerjaan Struktur

- Pekerjaan Pondasi Setempat,kolom Sloof - Pekerjaan Podasi Batu belah

- Pekerjaan Struktur tangga tribun

- Pekerjaan Struktur Balok & Kolom Kolam Busa - Pekerjaan Struktur dinding beton Kolam Busa

IV.Pekerjaan Arsitektur

- Pekerjaan Pasangan dan Plesteran Lantai I - Pekerjaan Lantai Parket dan Plint Lantai Arena - Pekerjaan Panel penutup Kolam busa

- Pekerjaan Kusen Pintu,Jendela dan BV - Pekerjaan dinding partisi

- Pekerjaan Plafond - Pekerjaan Sanitair - Pekerjaan Pengecatan - Pekerjaan pagar tribun

V.Pekerjaan Elektrikal dan Mekanikal

-Pekerjaan Perapihan Kabel di area tribun barat Dan Kabel Tray tambahan

-Pekerjaan Instalasi Penerangan tambahan - Pekerjaan Instalasi AC

- Pekerjaan sistem Audio

Semua penjelasan mengenai Pekerjaan tersebut diatas akan dijelaskan dalam point – point penjelasan termasuk segala jenis peralatan, bahan dan teknis pekerjaan .

(28)

Semua pekerjaan yang termasuk dalam ruang lingkup Pekerjaan yang tidak dijelaskan dalam RKS akan dijelaskan kemudian dalam Risalah aanwitzing dan pihak Kontraktor harus melaksanakannya sesuai gambar kerja. Penjelasan mengenai Pekerjaan tersebut diatas akan dijelaskan dalam point – point penjelasan termasuk segala jenis peralatan , bahan dan teknis pekerjaan .

1.2. PERSIAPAN PELAKSANAAN

1.2.1. Sebelum pelaksanaan pekerjaan , Kontraktor harus mempelajari dengan seksama Gambar Kerja. Kontraktor harus sudah memperhitungkan segala kondisi di lapangan yang meliputi semua bangunan dan tidak terbatas pada bangunan existing.

1.2.2. Kontraktor harus mengamankan/melindungi hasil paket pekerjaan sebelumnya maupun yang sedang berjalan, bahan/komponen/instalasi existing yang dipertahankan; agar tidak rusak atau cacat.

1.2.3. Rencana pengamanan, baik berupa penyangga, penopang, atau konstruksi khusus sebagai penahan atau pelindung bagian yang tidak dibongkar, harus dilaporkan kepada Konsultan Pengawas terlebih dahulu untuk mendapat persetujuan.

Pasal 2

PEMBERSIHAN LOKASI PEKERJAAN

2.1. Sebelum pekerjaan dimulai lokasi yang akan dilaksanakan harus terlebih dahulu dibersihkan dari berbagai macam kotoran , sampah, puing – puing dan segala sesuatu yang akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan .

2.2. Barang yang tidak digunakan lagi harus dikeluarkan dari lokasi Tapak/Site konstruksi dan dikumpulkan di tempat/lokasi tertentu yang ditunjukkan Konsultan Pengawas/ Direksi.

Pasal 3

PERLINDUNGAN INSTALASI EXISTING

3.1. Pekerjaan ini adalah perlindungan untuk semua instalasi existing yang berada di dalam Tapak/Site konstruksi dan dinyatakan oleh Konsultan Perencana/Pengawas masih berfungsi dan akan digunakan lagi. Untuk instalasi existing tersebut di atas, kontraktor harus menjaga dan memeliharanya dari gangguan/cacat.

(29)

3.2. Apabila karena satu dan lain sebab sehingga jalur instalasi existing yang masih berfungsi harus dipindah, maka Kontraktor harus melakukan pekerjaan ini sesuai dengan petunjuk dari Konsultan Pengawas/Direksi.

Pasal 4

PEKERJAAN TANAH

1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan yang dimaksud meliputi penyediaan Tenaga, peralatan dan alat bantu lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tanah yang meliputi :

- Pekerjaan galian tanah Poer,Sloof ,pondasi batu belah dan diding masiv

-Pekerjaan galian tanah pondasi batu belah dan pondasi tangga - Pekerjaan Urugan Pasir t=5 cm bawah poer

- Pekerjaan Urugan Pasir t=5 cm bawah sloof

- Pekerjaan Urugan Pasir t=5 cm bawah pond batu belah - Pekerjaan Urugan Pasir t=5 cm bawah lantai I dan II - Pekerjaan Urugan Pasir t=1 cm dinding masiv - Pekerjaan Urugan Pasir t=5cm rabat beton - Pekerjaan Urugan tanah bekas galian

Apabila ada Pekerjaan tanah yang tidak tercantum dalam lingkup pekerjaan diatas kontraktor dapat melihat penjelasan yang lebih detail pada gambar kerja.

2 PERSIAPAN PELAKSANAAN

Sebelum pekerjaan dimulai lokasi yang akan dilaksanakan harus terlebih dahulu diteliti, diukur kembali dan bersihkan dari berbagai macam kotoran , sampah, puing – puing dan segala sesuatu yang akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan .

Barang yang tidak digunakan lagi harus dikeluarkan dari lokasi Tapak/Site konstruksi dan dikumpulkan di tempat/lokasi tertentu yang ditunjukkan Konsultan Pengawas/ Direksi.

3. PERSYARATAN PELAKSANAAN

3.1. Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan posisi , bentuk dan ukuran pokok dari pekerjaan galian dan Urugan, agar didapat hasil kerja yang efektif dan efisien maka kepada pihak Kontraktor diharuskan untuk melaksanakannya sesuai dengan

(30)

yang tercantum dalam Gambar Kerja.dan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari pengawas lapangan.

3.2. Untuk Pekerjaan Galian tanah pondasi Poer dilaksanakan dengan tinggi 80 cm dari tanah asal. Pekerjaan ini dilaksanakan agar didapat kondisi dan permukaan tanah yang rata, baik, bersih dari kotoran dan sampah.

3.3. Tanah sisa dari Galian harus dibawa keluar lokasi pekerjaan dan disimpan ditempat yang telah ditentukan oleh konsultan pengawas.

3.4. Pada pekerjaan Galian Ukuran tinggi, panjang dan lebar galian harus sesuai dengan gambar kerja, karena setiap Pekerjaan galian akan berbeda – beda pada setiap Pekerjaan.

3.5. Tanah bekas galian dapat dipergunakan kembali untuk urugan pada galian yang sudah dilaksanakan tersebut diatas apabila sudah disetujui oleh konsultan pengawas.

3.6. Urugan pasir dibawah lantai dilaksanakan dengan tinggi urugan 5

cm.dari permukaan tanah yang sudah dilaksanakan urugan tanah

untuk peninggian lantai.

3.7. Semua pekerjaan galian dan urugan harus sesuai dengan gambar kerja dan disetujui terlebih dahulu oleh pengawas lapangan.

PEKERJAAN BETON STRUKTUR ( SIPIL ) 1. Lingkup Pekerjaan

Yang termasuk Lingkup pekerjaan ini meliputi :

pekerjaan beton lainnya seperti tercantum dalam gambar kerja.

1.Ukuran dan Mutu Beton

Beton yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini harus mempunyai ukuran dan mutu karateristik sebagai berikut :

a.Pekerjaan Pondasi Poer,Plat Setempat,Sloof dan Dinding Masiv  Pondasi Poer P1 ( 1.4x08x0,5 ), mutu beton K – 300

 Pondasi Poer P2 ( 1.4x08x0,5 ), mutu beton K – 300  Pondasi Poer P3 ( 1.4x08x0,5 ), mutu beton K – 300  Pondasi Poer P4 ( 1.4x08x0,5 ), mutu beton K – 300  Pondasi Plat Setempat untuk Tangga mutu beton K – 300  Sloof Beton S1 20/30 , mutu beton K – 300

(31)

 Sloof Beton S2 15/30 , mutu beton K – 225  Kolom Stump P4 70/70,mutu beton K - 300  Kolom Beton K1 dia 50 cm, mutu beton K – 300  Kolom Beton K2 HB 300.300.10.12

 Kolom Beton K3 dia 60 cm, mutu beton K – 300  Kolom Beton K4 dia 50 cm, mutu beton K – 300  Selimut beton Kolom HB dia.50 cm K2 K – 225  Segment WF 600.300.12.20

 Mur baud dia.19 mm

 Balok B5 25/30 , mutu beton K – 300  Balok B6 20/30 , mutu beton K – 300 PEKERJAAN PLAT BETON

b.Pekerjaan lantai I

 Besi Tulangan dia.10 mm 1 Layer untuk plat lantai area latihan

 Cor beton t=12 cm,Readymix, mutu beton K–225 untuk plat lantai area latihan

 Plat tangga dan bordes t=15 cm , mutu beton K – 300  Plat canopi beton atas kusen t=10 cmlebar 30 cm K–225 c.Pekerjaan lantai II

 Plat lantai t=15 cm untuk tribun K – 300 konvensional  Plat lantai t=12 cm untuk km/wc K – 300 konvensional  Kolom Beton K4 35/35, mutu beton K – 300

 Kolom Beton K7 15/40, mutu beton K – 300

 Pekerjaan Plat Lantai 2 t=12 cm , mutu beton K – 300  Pekerjaan Plat Lantai 1 t=12 cm , mutu beton K – 300  Plat lantai Bondex t=0,75 sek.Flexideck

Pekerjaan lainnya yang termasuk dalam lingkup pekerjaan beton struktur seperti tercantum dalam gambar kerja.

1.2 Adukan Beton

- Adukan beton yang dipergunakan untuk pekerjaan beton struktur menggunakan mutu beton K – 175 , K –225 dan K – 300 ready mix. Pekerjaan struktur ini.

1.3 Tulangan

Mutu baja tulangan yang dipergunakan untuk seluruh struktur bangunan ini adalah sebagai berikut :

 Mutu baja tulangan s/d diameter 10 mm adalah BJTP U-24  Mutu baja tulangan s/d diameter 19 mm adalah BJTP U-32

(32)

1.4 Cetakan (Bekisting)

Bekisting untuk seluruh struktur bangunan ini memakai Multipleks 9 mm pada rencana plat lantai menggunakan Plat Bondek T=0,75 lebar 1 m, kecuali Pekerjaan plat lantai km/wc menggunakan pengecoran convensional. Pada pekerjaan Bekisting dari multiplex harus diperkuat

dengan rangka kayu, untuk mendapatkan kekuatan dan kekakuan yang sempurna, atau dari bahan lain yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.

1.5 Bonding Agent

Dipergunakan pada elemen-elemen beton yang harus disambungkan/dicor secara terputus, untuk mendapatkan sistem struktur yang kokoh sesuai dengan desain dan perhitungannya.

Bonding Agent yang digunakan adalah produk lokal berkwalitas baik atau yang setaraf Lemkra TG 301 dicampur dengan air dan semen. Cara pemakaiannya harus sesuai petunjuk pabrik.

1.6 Admixture

Admixture dipergunakan apabila keadaan memaksa untuk mempercepat pengerasan beton. Bahan admixture yang dipakai adalah produk lokal berkwalitas baik atau yang setaraf, dengan takaran 0,8% dari berat semen. Takaran yang lain dapat digunakan untuk mendapatkan kekuatan maksimal dengan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

2 Persyaratan Bahan Beton

2.1 Bahan Semen

a. Persyaratan Umum.

1) Semua semen harus Cement Portland yang disesuaikan dengan persyaratan dalam Peraturan Portland Cement Indonesia NI-8 atau ASTM C-150 Type 1 atau standard Inggris BS 12.

2) Mutu semen yang memenuhi syarat & dapat dipakai adalah yang memenuhi persyaratan NI-8.

Pemilihan salah satu merk semen adalah mengikat dan dipakai untuk seluruh pekerjaan.

3) Penyimpanan semen sebelum digunakan harus terlindung dari pengaruh cuaca sepanjang waktu dan peletakannya harus terangkat dari lantai untuk menghindari kelembaban.

(33)

Konsultan Pengawas dapat memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada setiap waktu sebelum dipergunakan. Kontraktor harus bersedia untuk memberi bantuan yang dibutuhkan oleh Konsultan Pengawas untuk pengambilan contoh-contoh tersebut. Semen yang tidak dapat diterima sesuai pemeriksaan oleh Konsultan Pengawas, harus tidak dipergunakan atau diafkir.

Jika semen yang dinyatakan tidak memenuhi syarat tersebut telah dipergunakan untuk beton, maka Konsultan Pengawas dapat memerintahkan untuk membongkar beton tersebut dan diganti dengan memakai semen yang telah disetujui atas beban Kontraktor. Kontraktor harus menyediakan semua semen-semen dan beton yang dibutuhkan untuk pemeriksaan atas biaya kontraktor.

c. Tempat Penyimpanan

Kontraktor harus menyediakan tempat penyimpanan yang sesuai untuk semen, dan setiap saat harus terlindung dengan cermat terhadap kelembaban udara.

2.2 Bahan Pasir

a. Jenis pasir yang dipakai untuk pekerjaan beton ini adalah Pasir alam yaitu pasir yang dihasilkan dari sungai atau pasir alam lain yang didapat dengan persetujuan konsultan Pengawas/Direksi teknis.

b. Pasir harus halus, bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan kecil dan lunak dari tanah liat, mika dan hal-hal yang merugikan substansi yang merusak, jumlah prosentase dari segala macam substansi yang merugikan, beratnya tidak boleh lebih dari 5% berat pasir.

c. Pasir harus mempunyai ‘modulus kehalusan butir’ antara 2 sampai 3 atau jika diselidiki dengan saringan standard harus sesuai dengan standard Indonesia untuk beton atau dengan ketentuan sebagai berikut :

Saringan No. Persentase satuan timbangan tertinggal disaringan 4 8 16 30 50 100 PAN 0 – 15 6 – 15 10 – 25 10 – 30 15 – 35 12 – 20 3 – 7

(34)

a. Agregat kasar harus didapat dari sumber yang telah disetujui.

Ini dapat berupa kerikil sebagai hasil disintegrasi alami dari batu-batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu.

b. Gradasi

1) Agregat kasar harus bergradasi baik dengan ukuran butir berada antara 5 mm, sampai 25 mm dan harus memenuhi syarat-syarat berikut :

 Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 6% berat

 Sisa di atas ayakan 4 mm, harus berkisar antara 90% dan 98% berat

 Selisih antara sisa-sisa komulatif di atas dua ayakan yang berurutan, adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat harus menyesuaikan dengan semua ketentuan-ketentuan yang terdapat di NI-2 PBI-1971.

2) Agregat kasar harus sesuai dengan spesifikasi ini dan jika diperiksa oleh Konsultan Pengawas ternyata tidak sesuai dengan ketentuan gradasi, maka Kontraktor harus menyaring kembali atau mengolah kembali bahannya atas bebannya sendiri, untuk menghasilkan agregat yang dapat disetujui Konsultan Pengawas.

2.4 Bahan Air

Air yang dipakai untuk semua pekerjaan beton, spesi/mortar dan spesi injeksi harus bebas dari lumpur, minyak, asam, bahan organik basah, garam dan kotoran-kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. Air tersebut harus diuji di Laboratorium pengujian yang ditetapkan oleh Konsultan Pengawas untuk menetapkan sesuai tidaknya dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam PBI-1971 untuk bahan campuran beton.

3 Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan Beton

3.1 Kelas dan Mutu Beton

a. Kelas dan mutu dari beton harus sesuai dengan standar Beton Indonesia NI-2 PBI-1971. Bilamana tidak ditentukan kuat tekan dari beton adalah selalu kekuatan tekan hancur dari contoh kubus yang bersisi 15 (1 0,06) cm diuji pada umur 28 hari.

b. Kriteria untuk menentukan mutu beton adalah persyaratan bahwa hasil pengujian benda-benda uji harus memberikan ‘bk’ (kekuatan tekan beton karakteristik) yang lebih besar dari yang ditentukan di dalam tabel 4.2.1 PBI. 1971.

(35)

3.2 Komposisi Campuran Beton.

a. Beton harus dibentuk dari semen portland, pasir, kerikil, dan air seperti yang ditentukan sebelumnya. Bahan beton dicampur dalam perbandingan yang sesuai dan diaduk dengan baik sampai pada kekentalan yang tepat.

b. Untuk mendapatkan mutu beton yang sesuai dengan yang ditentukan dalam spesifikasi ini, harus dipakai “campuran yang direncanakan” (designed mix).

c. Ukuran maksimal dari agregat kasar dalam beton untuk bagian-bagian dari pekerjaan tidak boleh melampaui ukuran yang ditetapkan dalam persyaratan bahan beton, ukuran mana ditetapkan sepraktis mungkin sehingga tercapai pengecoran yang tepat dan memuaskan.

d. Perbandingan antara bahan-bahan pembentuk beton yang dipakai untuk berbagai mutu, harus ditetapkan dari waktu ke waktu selama berjalannya pekerjaan, demikian juga pemeriksaan terhadap agregat dan beton yang dihasilkan.

e. Kekentalan (konsistensi) adukan beton untuk bagian-bagian konstruksi beton, harus disesuaikan dengan jenis konstruksi yang bersangkutan, cara pengangkutan adukan beton dan cara pemadatannya. Kekentalan adukan beton antara lain ditentukan oleh faktor air semen.

f. Agar dihasilkan suatu konstruksi beton yang sesuai dengan yang direncanakan, maka faktor air semen ditentukan sebagai berikut :

 Faktor air semen untuk pondasi sloof, poer, maksimum 0,60.  Faktor air semen untuk kolom balok, plat lantai, tangga, dinding

beton dan listplank maksimum 0,60.

 Faktor air semen untuk konstruksi pelat atap Canopy, dan tempat-tempat basah lainnya maksimum 0,55.

g. Untuk lebih mempermudah dalam pengerjaan beton, dan dapat dihasilkan suatu mutu sesuai dengan yang direncanakan, maka untuk konstruksi beton dengan faktor air semen maksimum 0,55 harus memakai Plasticizer sebagai bahan additive. Pemakaian merk dari bahan additive tersebut harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas/Direksi.

h. Pengujian beton akan dilakukan oleh Konsultan Pengawas atas biaya Kontraktor. Perbandingan campuran beton harus diubah jika perlu untuk tujuan penghematan yang dikehendaki, workability, kepadatan,

(36)

kekedapan, awet atau kekuatan dan kontraktor tidak berhak atas claim yang disebabkan perubahan yang demikian.

3.3 Pengujian Konsistensi Beton dan Benda-Benda Uji Beton.

Semua pengujian harus sesuai dengan NI-2 PBI-1971. Konsultan Pengawas berhak untuk menuntut nilai slump yang lebih kecil bila hal tersebut dapat dilaksanakan dan akan menghasilkan beton berkualitas lebih tinggi atau alasan penghematan.

Kekuatan tekan dari beton harus ditetapkan oleh Konsultan Pengawas melalui pengujian biasa dengan kubus 15 x 15 x 15 cm dibuat dan diuji sesuai dengan NI-2 PBI-1971.

Pengujian slump akan diadakan oleh Konsultan Pengawas sesuai NI-2 PBI-1971.

Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang diperlukan untuk mengerjakan contoh-contoh pemeriksaan yang representatif.

3.4 Baja Tulangan

a.Baja beton harus dipasang dengan teliti sesuai dengan gambar rencana.

Untuk menempatkan tulangan tetap tepat ditempatnya maka tulangan harus diikat kuat dengan kawat beton (bendraat) dengan bantalan blok-blok beton cetak (beton decking) atau kursi-kursi besi/cakar ayam perenggang.

b. Jarak bersih terkecil antara batang yang paralel apabila tidak ditentukan dalam gambar rencana, minimal harus 1,2 kali ukuran terbesar dari agregat kasar dan harus memberikan kesempatan masuknya alat penggetar beton.

3.5 Selimut Beton.

Penempatan besi beton di dalam cetakan tidak boleh menyinggung dinding atau dasar cetakan, serta harus mempunyai jarak tetap untuk setiap bagian-bagian konstruksi.

Apabila tidak ditentukan di dalam gambar rencana, maka tebal selimut beton untuk satu sisi pada masing-masing konstruksi adalah sebagai berikut :

a. Kolom = 3 cm

(37)

Jika diperlukan untuk menyambung tulangan pada tempat-tempat lain dari yang ditunjukan pada gambar-gambar, bentuk dari sambungan harus disetujui oleh Konsultan Pengawas. Overlap pada sambungan-sambungan tulangan harus minimal 1/4 panjang bentangan , kecuali jika ditetapkan secara pasti di dalam gambar rencana dan harus mendapat persetujuan Konsultan Pengawas.

3.7 Mengaduk

Bahan-bahan untuk adukan beton site mix mutu beton K-175 harus dicampur dan diaduk dalam mesin pengaduk beton yaitu ‘batch mixer’. Konsultan Pengawas berwenang untuk menambah waktu pengadukan jika pemasukan bahan dan cara pengadukan gagal untuk mendapatkan hasil adukan dengan susunan kekentalan dan warna yang merata/seragam dalam komposisi dan konsistensi dari adukan ke adukan, kecuali bila diminta adanya perubahan dalam komposisi atau konsisitensi. Air harus dituang lebih dahulu selama pekerjaan penyempurnaan.

3.8 Suhu

Suhu beton sewaktu dituang tidak boleh dari 320 C dan tidak kurang dari 4,50C.

Bila suhu dari beton yang dituang berada antara 270 C dan 320 C, beton harus diaduk ditempat pekerjaan untuk kemudian langsung dicor.

3.9 Rencana Cetakan

Cetakan harus sesuai dengan bentuk, dan ukuran yang ditentukan dalam gambar rencana.

Bahan yang dipakai untuk cetakan harus mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas sebelum pembuatan cetakan dimulai, tetapi persetujuan yang demikian tidak akan mengurangi tanggung jawab Kontraktor terhadap keserasian bentuk maupun terhadap perlunya perbaikan kerusakan-kerusakan, yang mungkin dapat timbul waktu pemakaian.

Sewaktu-waktu Konsultan Pengawas dapat mengafkir sesuatu bagian dari bentuk yang tidak dapat diterima dalam segi apapun dan Kontraktor harus dengan segera mengambil bentuk yang diafkir dan menggantinya atas bebannya sendiri.

3.10 Konstruksi Cetakan

a. Semua cetakan harus betul-betul diteliti, kuat dan aman pada kedudukannya sehingga dapat dicegah pengembangan atau terjadi perubahan bentuk selama dan sesudah pengecoran beton.

(38)

Alat-alat dan teknis pelaksanaan yang digunakan harus sesuai dan tepat untuk membuka cetakan-cetakan tanpa merusak permukaan beton yang telah selesai dicor dan memenuhi usia beton untuk dibongkar.

Sebelum beton dicor, permukaan dari cetakan-cetakan harus dilaburi minyak yang biasa dipergunakan untuk pekerjaan itu, yang mencegah secara efektif lekatnya beton pada cetakan dan akan memudahkan melepas cetakan beton.

Minyak tersebut dipakai hanya setelah disetujui Konsultan Pengawas. Penggunaan minyak cetakan harus hati-hati untuk mencegah kontak dengan besi beton dan mengakibatkan kurangnya daya lekat.

c. Penyangga cetakan (steiger) harus bertumpu pada pondasi yang baik dan kuat sehingga tidak akan ada kemungkinan penurunan cetakan selama pelaksanaan.

3.11 Pengecoran

a. Sebelum dilaksanakan pengecoran pihak kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan surat permohonan pengecoran kepada Konsultan Pengawas 3 hari sebelum dilaksanakan pengecoran.

b. Beton tidak boleh dicor sebelum semua pekerjaan cetakan, ukuran dan letak baja tulangan beton sesuai dengan gambar pelaksanaan, pemasangan sparing-sparing instalasi, penyokong, pengikatan dan lain-lainnya selesai dikerjakan. Sebelum pengecoran dimulai permukaan-permukaan yang berhubungan dengan pengecoran harus sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas.

c. Permukaan-permukaan beton yang telah dicor lebih dahulu, dimana akan dicor beton baru, harus bersih dan lembab ketika dicor dengan beton baru.

Pada sambungan pengecoran ini harus dipakai perekat beton yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Pembersihan harus berupa pembuangan semua kotoran, pembuangan beton-beton yang mengelupas atau rusak, atau bahan-bahan asing yang menutupinya. Semua genangan air harus dibuang dari permukaan beton lama tersebut sebelum beton baru dicor.

d. Perlu diperhatikan letak/jarak/sudut untuk setiap penghentian pengecoran yang akan masih berlanjut, terhadap sistem struktur/penulangan yang ada.

(39)

e. Pengecoran beton tidak boleh dijatuhkan lebih tinggi dari 2 meter, semua penuangan beton harus selalu lapis-perlapis horizontal dan tebalnya tidak lebih dari dimensi yang sudah ditentukan .

Konsultan Pengawas mempunyai hak untuk mengurangi tebal tersebut apabila pengecoran tidak memenuhi spesifikasi ini yang sudah ditentukan.

f. Setiap lapisan beton harus dipadatkan sampai sepadat mungkin, sehingga bebas dari kantong-kantong kerikil, dan menutup rapat-rapat semua permukaan dari cetakan dan material yang diletakkan.

g. Pengecoran dapat dilaksanakan apabila Konsultan Pengawas serta Pihak Kontraktor ada di tempat kerja dan telah menyetujui pelaksanaan pengecoran serta persiapan pengecoran betul-betul telah memadai.

h. Dalam pemadatan setiap lapisan dari beton, kepala alat penggetar (vibrator) harus dapat menembus dan menggetarkan kembali beton pada bagian atas dari lapisan yang terletak di bawah. Lamanya penggetaran tidak boleh menyebabkan terpisahnya bahan beton dengan airnya. Semua beton harus dipadatkan dengan alat penggetar type immerson yang dioprasikan dengan kecepatan paling sedikit 3.000 putaran per menit ketika dibenamkan dalam beton.

i. Konsultan Pengawas berhak menolak persiapan/mobilisasi alat berat yang telah ada dilapangan apabila pekerjaan pengecoran belum disetujui dan segala biaya yang telah dikeluarkan menjadi tanggungan pihak kontraktor.

3.12 Waktu dan Cara-cara Pembukaan Cetakan

a. Waktu dan cara pembukaan dan pemindahan cetakan harus mengikuti petunjuk Konsultan Pengawas. Pekerjaan ini harus dikerjakan dengan hati-hati untuk menghindarkan kerusakan pada beton. Beton yang masih muda/lunak tidak diijinkan untuk dibebani. Segera sesudah cetakan-cetakan dibuka, permukaan beton harus diperiksa dengan teliti dan permukaan yang tidak beraturan harus segera diperbaiki sampai disetujui Konsultan Pengawas.

b. Umumnya, diperlukan waktu minimum dua hari sebelum cetakan-cetakan dibuka untuk dinding-dinding yang tidak bermuatan dan cetakan-cetakan samping lainnya, tujuh hari untuk dinding-dinding pemikul dan saluran-saluran, 28 hari untuk balok-balok, plat lantai, plat atap, tangga dan kolom.

(40)

Walaupun demikian sebagai pedoman dalam keadaan cuaca normal adalah sebagai berikut :

Struktur

Pengerasan Normal :

Pelat lantai atau dak atap 28 hari Balok 28 hari

3.13 Perawatan (Curing)

a. Semua beton harus dirawat (cured) dengan air seperti ditentukan di bawah ini atau disemprot dengan Curing Agent ANTISOLS merek SIKA bila dimungkinkan . Konsultan Pengawas berhak menentukan cara perawatan bagaimana yang harus digunakan pada bagian-bagian pekerjaan.

b. Permukaan beton yang terbuka harus dilindungi terhadap sinar matahari yang langsung minimal selama 3 hari sesudah pengecoran. Perlindungan semacam itu dilakukan dengan menutupi permukaan beton dengan deklit atau karung bekas yang dibasahi dan harus dilaksanakan segera setelah pengecoran dilaksanakan.

c. Perawatan beton setelah tiga hari, yaitu dengan melakukan penggenangan dengan air pada permukaan beton paling sedikit selama 14 hari terus menerus. Perawatan semacam ini bisa dilakukan dengan penyiraman secara mekanis atau dengan pipa yang berlubang-lubang atau dengancara lain yang disetujui Konsultan Pengawas sehingga selama masa tersebut permukaan beton selalu dalam keadaan basah. Air yang digunakan dalam perawatan (curing) harus memenuhi persyaratan spesifikasi air untuk campuran beton.

3.14 Perlindungan (Protection)

Kontraktor harus melindungi semua beton terhadap kerusakan-kerusakan sebelum penerimaan terakhir oleh Konsultan Pengawas.

3.15 Perbaikan Permukaan Beton

a. Jika sesudah pembukaan cetakan ada permukaan beton yang tidak sesuai dengan yang direncanakan, atau tidak tercetak menurut gambar atau diluar garis permukaan, atau ternyata ada permukaan yang rusak, hal itu dianggap sebagai tidak sesuai dengan spesifikasi ini dan harus dibuang dan diganti oleh Kontraktor atas bebannya sendiri. Kecuali bila Konsultan Pengawas memberikan izinnya untuk menambal tempat yang

Gambar

Tabel 1.1. IDENTIFIKASI TINGKAT KEPARAHAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN LANJUTAN SPOrT JABAR ARCAMANIK T.A
TABEL 1.2. TABEL PENETAPAN RESIKO K3 KONSTRUKSI PEKERJAAN PEMBANGUNAN LANJUTAN SPOrT JABAR ARCAMANIK T.A
Tabel 1. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko, Skala Prioritas, Pengendalian Risiko K3, dan Penanggung Jawab
Tabel 2. Penyusunan Sasaran dan Program K3 Nama Perusahaan:...............................

Referensi

Dokumen terkait

Bahan-bahan untuk pekerjaan pasangan harus disimpan dengan cara-cara yang disetujui Direksi atau Konsultan Pengawas, untuk menghindarkan dari segala hal yang dapat

Usulan Teknis dinyatakan memenuhi syarat (lulus) apabila mendapat nilai minimal 70 (tujuh puluh), peserta yang dinyatakan lulus akan dilanjutkan pada proses penilaian penawaran

a) Kontraktor harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan

Untuk semua yang belum terdapat dalam gambar kerja/RKS, baik karena  penyimpangan, perubahan atas perintah Pemberi Tugas/Tim Teknis/Konsultan Pengawas/maupun

Konsultan Pengawas berhak menyuruh ganti bagian-bagian konstruksi atau profil alumunium yang menurut pendapatnya telah menjadi rusak karena terkena plesteran, adukan beton dan

a) Kontraktor harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan pelaksanaan pekerjaan

- Sebelum dikerjakan, semua bahan harus ditunjukkan kepada Konsultan Pengawas beserta ketentuan / persyaratan jaminan pabrik untuk mendapatkan persetujuannya. Bahan yang

f) Sesudah pekerjaan-pekerjaan tersebut selesai diperiksa, Kontraktor harus meminta persetujuan Konsultan Pengawas untuk melanjutkan pekerjaannya. g) Sebelum pemasangan lantai