• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4. DESKRIPSI DATA DAN PEMBAHASAN"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

4.1. Gambaran Jenis – Jenis Usaha Tn. ”X”

Sesuai dengan tuntutan zaman yang semakin keras, adalah suatu kewajaran bagi seseorang bila mempunyai sumber penghasilan dari bermacam-macam jenis usaha termasuk Tn. ”X”. Penghasilan – penghasilan tersebut kemudian digabung lalu dihitung kembali untuk memperoleh besarnya pajak terutang.

4.1.1. Usaha Toko Sepatu dan Distributor Sepatu

Pekerjaan distributor dan pedagang toko sepatu adalah pekerjaan utama Tn. ”X”. Usaha distributor sepatu sebenarnya merupakan mata pencaharian orang tua Tn. ”X” dari tahun 1980. Tetapi pada tahun-tahun tersebut, Tn. ”X” hanya bekerja membantu orang tuanya dan masih tinggal bersama-sama mereka. Jadi, Tn. ”X” belum memiliki usaha tersebut sepenuhnya. Pada tahun 1994, Tn.”X” membeli sebuah toko dan mulai merintis usahanya sebagai distributor dan pedagang toko sepatu tanpa ada campur tangan dari orang tuanya. Usaha distributor dan toko sepatu ini berpusat di Makassar, Sulawesi Selatan. Distribusi grosir sepatu dilakukan ke beberapa daerah di Sulawesi. Daerah-daerah yang menjadi tujuan distribusi grosir sepatu adalah Manado, Pare-Pare, Kendari dan Palu. Tn. “X” mempunyai 3 (tiga) buah toko sepatu. Tn. “X” sudah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan semua supplier Tn. “X” juga merupakan Pengusaha Kena Pajak (PKP). Masing-masing adalah Toko1, Toko2 dan Toko3. Ketiga toko sepatu tersebut terdapat di kota Makassar, Sulawesi Selatan. Toko yang pertama kali didirikan adalah Toko1 yaitu pada tahun 1994. Sedangkan Toko2 didirikan tahun 2000 dan Toko3 didirikan tahun 2003. Jadi semua surat administrasi, dokumen, dan alamat Wajib Pajak menggunakan alamat Toko1. Tn.”X” juga mempunyai sebuah kantor untuk mengurus segala macam administrasi dan pencatatan transaksi pembelian atau penjualan yang berkaitan dengan usaha sepatunya. Kantor ini berada di lantai atas Toko1. Jadi, semua

(2)

beban yang dikeluarkan oleh kantor akan dianggap sebagai beban yang dikeluarkan oleh Toko1.

Dalam menjalankan dan mengelola usahanya, Tn. “X” dibantu oleh istri dan kedua anaknya. Jumlah keseluruhan pegawai yang bekerja pada Tn.”X” adalah berjumlah 68 orang. Karyawan Toko1 berjumlah orang, karyawan Toko2 berjumlah 11 orang, karyawan Toko3 berjumlah 16 orang. Staf gudang dan distribusi beserta penjaga gudang berjumlah 15 orang. Semua karyawan bekerja secara bergiliran sesuai dengan waktu shift yang sudah ditentukan. Staf kantor berjumlah 8 orang. Pekerjaan staf kantor hanya dilakukan sampai dengan jam 4 sore. Sedangkan petinggi staf terdiri dari 2 orang. Petinggi staf kantor merupakan kedua anak dari Tn. ”X”. Istri Tn. ”X” hanya bertugas mengawasi toko saja dan tidak termasuk dalam jumlah pegawai yang disebutkan di atas.

Struktur organisasinya sesuai dengan seluruh kegiatan usaha perdagangan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4.1. Bagan Struktur Organisasi Tn. ”X” sebagai Distribtor dan Pedagang Eceran Sepatu

Sumber : Internal Perusahaan

Direktur Tn. ”X” Petinggi Staf2 Anak II Petinggi Staf1 Anak I Staff gudang distribusi Staff Kantor Supervisor Toko3 Pegawai Gudang Penjaga Gudang Supervisor Toko2 Supervisor Toko1 Karyawan Toko3 Karyawan Toko2 Karyawan Toko1

(3)

Usaha distributor dan toko sepatu menggunakan metode pembukuan dalam mencatat semua transaksi yang terjadi. Berikut Tabel 4.1. adalah laporan laba rugi komersial untuk usaha distributor dan toko sepatu tahun 2006:

Tabel 4.1. Laporan Laba Rugi Komersial Usaha Distributor dan Toko Sepatu

Tn."X"

Toko dan Distributor Sepatu

Laporan Laba Rugi Komersial

per 31 Desember 2006 PENJUALAN Penjualan toko1 Rp 2,690,947,736 Penjualan toko2 Rp 1,952,169,683 Penjualan toko3 Rp 2,347,518,912 Penjualan dari Grosir Rp 7,144,590,777

Penjualan D/O Rp 3,540,019,641

Penjualan netto Rp 17,675,246,749

HARGA POKOK PENJUALAN

Persediaan awal, 1/1/06 Rp 4,518,213,059

Pembelian Rp 9,112,460,999

Biaya pengiriman Rp 476,832,523

Retur Pembelian Rp (217,112,483)

Barang tersedia untuk dijual Rp 13,890,394,098 Persediaan akhir, 31/12/06 Rp (2,419,560,075)

Harga Pokok Penjualan Rp 11,470,834,023

LABA KOTOR Rp 6,204,412,726 BEBAN OPERASIONAL Beban Gaji Rp 785,143,800 Beban Telepon/Faks Rp 46,221,989 Biaya Listrik Rp 84,270,816 Biaya Air Rp 6,429,967

Biaya Rutin dan Akomodasi Rp 705,967,552 Peny. Inventaris Kantor Rp 10,188,625 Peny. Bangunan Toko Rp 104,400,000 Peny. Stan Sepatu Rp 4,800,000 Peny. Gudang Rp 17,200,000

Peny. Mobil Rp 91,300,000

Peny. Sepeda Motor Rp 6,375,000

Jumlah Beban Operasional Rp 1,862,297,749

LABA BERSIH OPERASIONAL Rp 4,342,114,977

(4)

Pada akhir tahun, penghasilan dari Toko1, Toko2, dan Toko3 selalu digabung menjadi satu laporan keuangan komersial.

4.1.2. Usaha Warnet

Usaha warnet adalah objek penghasilan Tn. ”X” yang dikelola oleh anak pertama Tn.”X”. Kepemilikan usaha warnet masih mengatasnamakan Tn.”X” sebagai pemilik dan juga sebagai subjek pajak atas pajak terutang penghasilan warnet tersebut. Warnet didirikan pada tahun 2004 oleh Tn. “X” untuk dikelola anak pertamanya. Warnet ini lebih berperan sebagai game centre dengan kapasitas komputer sebanyak 50 buah komputer. Oleh karena perannya sebagai game centre, penggunaan jaringan internet sangat penting bagi usaha warnet ini. Untuk itu, anak pertama Tn.”X” menggunakan jasa langganan paket Dial-Up Speedy Telkom. Selain itu anak pertama Tn.”X” juga menggaji 2 orang pegawai untuk menjaga dan mengawasi warnet setiap harinya, 1 orang pembantu untuk membersihkan warnet sehari-hari dan seorang penjaga keamanan sekaligus merangkap sebagai tukang parkir. Hasil pendapatan parkir merupakan penghasilan mutlak milik tukang parkir. Anak pertama Tn.”X” hanya memberikan imbalan gaji untuk menjaga keamanan sekitar usaha warnetnya. Berikut Tabel 4.2 adalah laporan laba rugi komersial dari usaha warnet, yaitu:

Tabel 4.2. Laporan Laba Rugi Komersial Usaha Warnet

Tn."X"

Usaha Warnet

Laporan Laba Rugi Komersial

per 31 Desember 2006 PEREDARAN BRUTO Peredaran Bruto Rp 367,000,000 BEBAN OPERASIONAL Biaya Internet Rp 80,976,000 Biaya Pulsa Rp 1,200,000 Biaya Listrik Rp 26,400,000 Biaya Gaji Rp 29,250,000 Biaya Air Rp 720,000 Biaya Pemeliharaan Rp 2,000,000 Biaya Pajak PBB Rp 542,000 Biaya Peny. Komputer Rp 33,000,000 Biaya Peny. Perabot Rp 8,065,000 Biaya Peny. Bangunan Rp 9,440,000

Jumlah Beban Operasional Rp 191,593,000

LABA BERSIH Rp 175,407,000

(5)

Pada saat menghitung pajak penghasilan terutang, penghasilan warnet selama setahun selalu digabung dengan penghasilan lainnya yang diperoleh Tn. ”X” setiap akhir tahun.

4.1.3. Usaha Jasa Aplikasi Handphone.

Jasa aplikasi handphone adalah jasa yang menawarkan pengaplikasian

handphone berupa aplikasi ring tone, screen saver, games, MP3, dan

sebagainya. Jasa aplikasi ini menggunakan peran internet untuk men-download aplikasi-aplikasi tersebut. Jasa aplikasi handphone ini bertempat di sebuah stan pertokoan di “M Trade Center”, Makassar. Stan pertokoan ini dibeli dari tahun 2002 dan langsung disewakan pada orang lain. Harga perolehan stan tersebut adalah Rp.100.000.000,00 dan diperkirakan mempunyai masa manfaat selama 25 tahun. Pada tahun 2004, setelah masa sewa stan telah selesai, Tn. ”X” lalu mendirikan usaha jasa aplikasi handphone. Usaha jasa aplikasi handphone ini kemudian dikelola oleh anak pertama Tn. ”X”. Usaha jasa aplikasi ini masih mengatasnamakan Tn .”X” sebagai pemilik dan subjek pajak atas penghasilan yang diperoleh. Usaha jasa aplikasi handphone ini hanya menggunakan 2 orang pegawai yang bertugas untuk menjaga dan melakukan kegiatan di usaha tersebut Oleh karena alasan pribadi, usaha jasa aplikasi handphone ini hanya beroperasi hingga bulan Juli 2006. Jadi, penghasilan yang diperoleh berasal dari periode 1 Januari 2006 sampai dengan 31 Juli 2006. Sedangkan penyusutan atas stan pertokoan tersebut dihitung hingga akhir tahun 2006. Walaupun stan pertokoan ini sudah tidak menghasilkan penghasilan tetapi tetap dihitung penyusutannya karena dianggap merupakan aset aktiva tetap. Berikut Tabel 4.3 adalah laporan laba rugi komersial usaha jasa aplikasi handphone:

(6)

Tabel 4.3. Laporan Laba Rugi Komersial Usaha Jasa Aplikasi Handphone

Tn."X"

Usaha Jasa Aplikasi Handphone

Laporan Laba Rugi Komersial

per 31 Juli 2006 PEREDARAN BRUTO Peredaran Bruto Rp 96,080,000 BEBAN OPERASIONAL Biaya Internet Rp 3,500,000 Biaya Pulsa Rp 700,000 Biaya Listrik Rp 4,200,000 Biaya Gaji Rp 10,400,000 Biaya Pemeliharaan Rp 170,000 Biaya Peny. Komputer Rp 1,980,000 Biaya Peny. Perabot Rp 1,868,125 Biaya Peny. Stan Rp 4,000,000

Jumlah Beban Operasional Rp 26,818,125

LABA BERSIH Rp 69,261,875

Sumber : Internal Perusahaan

Penghasilan yang diperoleh dari jasa usaha aplikasi handphone juga digabung dengan penghasilan lain-lainnya setiap tahunnya dalam menghitung pajak penghasilan terutang akhir tahun.

4.1.4. Penyewaan Stan Pertokoan

Tn. “X” memiliki beberapa stan pertokoan di Makassar. Fungsi stan pertokoan tersebut digunakan sebagai tempat usaha jasa aplikasi handphone dan ada beberapa stan yang disewakan kepada orang lain. Terdapat 4 buah stan yang tersebar di beberapa pusat pertokoan di Makassar. Stan pertokoan tersebut adalah sebuah stan usaha jasa aplikasi handpone dan sebuah stan pertokoan bekas stan sepatu di “M Trade Center”, serta 2 buah stan pertokoan di “P Trade Center”.

Untuk tahun 2006, Tn. “X” hanya menggunakan sebuah stan untuk usaha aktifnya yaitu stan pertokoan jasa aplikasi handphone di “M Trade Center”. Sedangkan 3 buah stan pertokoan lainnya disewakan pada orang lain. Stan pertokoan yang disewakan adalah sebuah stan pertokoan bekas stan berjualan sepatu dan 2 buah stan pertokoan di “P Trade Center”. Stan pertokoan bekas stan berjualan sepatu dibeli dengan harga perolehan Rp.120.000.000,00 pada tahun 2000. Sebelumnya stan tersebut digunakan untuk berjualan sepatu kemudian lalu

(7)

ditutup dan disewakan pada tahun 2006 dengan harga sewa Rp. 15.000.000,00 pertahunnya. Oleh karena itu, Tn.”X” menyebutnya stan pertokoan sepatu. Tn. “X” merasa bahwa penghasilan yang diperoleh dari penyewaan stan sepatu ini merupakan penghasilan yang digabung dengan penghasilan sepatu karena dulunya stan ini berupa stan sepatu. Lagipula urusan administrasi penyewaan stan ini tidak didaftarkan ke badan hukum. Jadi Tn.”X” tidak membayar pajak penghasilan yang bersifat final atas penghasilan dari penyewaan stan sepatu ini padahal pajak yang dikenakan atas penyewaan stan ini bersifat final. Oleh sebab itu, penghasilan ini digabung ke dalam penghasilan penjualan sepatu toko1.

Sedangkan 2 buah stan di “P Trade Center”, Makassar dibeli pada tahun 2001 dengan harga perolehan Rp.170.000.000,00 untuk harga 2 buah stan. Stan ini tidak digunakan untuk berjualan/usaha. Tahun 2005, 2 buah stan tersebut mulai disewakan dengan harga Rp.150.000.000,00 pertahunnya. Pada tahun 2006, 2 buah stan ini kembali disewakan dengan harga yang sama. Atas penghasilan dari penyewaan 2 buah stan ini dikenakan perhitungan Pajak Penghasilan final yaitu sebesar 10 % dari penghasilan yang diperoleh. Berbeda dengan stan sepatu, Tn.”X” telah membayar pajak penghasilan final yang dikenakan atas penghasilan sewa 2 buah stan “P Trade Center”.

4.1.5. Penyewaan Rumah

Tn. “X” mempunyai beberapa rumah kosong di Makassar, yaitu rumah A, rumah B dan rumah C. Rumah – rumah kosong tersebut dimanfaatkan untuk memperoleh penghasilan yaitu dengan cara menjual dan menyewakannya. Ada 2 (dua) buah rumah yang disewakan/dikontrakkan yaitu rumah kontrakan A dan rumah kontrakan B. Kedua rumah tersebut terletak di Makassar, Sulawesi Selatan. Tn. ”X” membeli rumah A pada tahun 1995 dengan harga Rp.800.000.000,00. Tanah bernilai Rp. 475.000.000,00 dan bangunan Rp. 325.000.000,00. Pada tahun 2005 sampai sekarang, rumah A disewakan dengan harga Rp.140.000.000,00 pertahunnya. Rumah A disewakan pada orang lain yang tidak mempunyai hubungan istimewa dengan Tn.”X”. Sedangkan rumah B dibeli oleh pada tahun 1997 dengan harga perolehan Rp.700.000.000,00. Tanahnya bernilai Rp. 456.000.000,00 dan bangunannya bernilai Rp. 244.000.000,00. Pada tahun 2004,

(8)

rumah ini disewakan kepada sanak keluarga dengan harga Rp. 40.000.000,00 pertahunnya. Penghasilan atas penyewaan stan merupakan objek pajak penghasilan final. Tn. “X” membayar Pajak Penghasilan final atas penghasilan yang diperoleh dari penyewaan rumah – rumah tersebut.

4.1.6. Keuntungan atas Penjualan Rumah

Rumah kosong yang tidak disewakan pada orang lain adalah rumah C. Rumah C dibeli pada tahun 1996 dengan harga perolehan Rp. 425.000.000,00. Harga tanah adalah Rp. 258.000.000,00 dan harga bangunan adalah Rp. 167.000.000,00. (NJOP adalah Rp. 450.000.000,00). Pada awal Januari tahun 2006, rumah C dijual dengan harga Rp 480.000.000,00.

Tn. ”X” memenuhi kewajibannya dengan membayar Pajak Penghasilan final yang dikenakan. Oleh karena transaksi terjadi pada awal Januari 2006, bangunan rumah C masih disusutkan selama sebulan.

4.2. Deskripsi Data

4.2.1. Laporan Keuangan Komersial Tn.”X”

Laporan keuangan komersial disusun untuk periode 1 Januari 2006 sampai dengan 31 Desember 2006. Penghasilan dari toko sepatu dan distributor sepatu merupakan penghasilan utama Tn. “X”. Usaha warnet dan usaha jasa aplikasi handphone juga merupakan usaha aktif Tn.”X” sebelum usaha jasa aplikasi handphone ditutup pada akhir bulan Juli 2006. Ketiga penghasilan aktif milik Tn.”X” disajikan masing – masing dalam laporan keuangan komersial secara terpisah. Tetapi setiap akhir tahun, ketiga laporan keuangan komersial ini digabung menjadi satu laporan keuangan komersial. Berikut Tabel 4.4 adalah penggabungan laporan keuangan komersial ketiga usaha tersebut dalam satu laporan keuangan komersial, yaitu:

(9)

Tabel 4.4. Penggabungan Laporan Keuangan Komersial Usaha Distributor dan Toko Sepatu, Usaha Warnet dan Usaha Jasa Aplikasi Handphone

Tn."X"

Laporan Laba Rugi Komersial

per 31 Desember 2006 PENJUALAN Penjualan toko1 Rp 2,690,947,736 Penjualan toko2 Rp 1,952,169,683 Penjualan toko3 Rp 2,347,518,912

Penjualan dari Grosir Rp 7,144,590,777

Penjualan D/O Rp 3,540,019,641

Penjualan netto Rp 17,675,246,749

HARGA POKOK PENJUALAN

Persediaan awal, 1/1/06 Rp 4,518,213,059

Pembelian Rp 9,112,460,999

Biaya Pengiriman Rp 476,832,523

Retur Pembelian Rp (217,112,483)

Barang tersedia untuk dijual Rp13,890,394,098 Persediaan akhir, 31/12/06 Rp(2,419,560,075)

Harga Pokok Penjualan Rp 11,470,834,023

LABA KOTOR PENJUALAN Rp 6,204,412,726

PEREDARAN BRUTO USAHA

Peredaran Bruto Usaha Warnet Rp 367,000,000 Peredaran Bruto Jasa Aplikasi

Handphone Rp 96,080,000

Peredaran Bruto Usaha Rp 463,080,000

LABA KOTOR Rp 6,667,492,726 BEBAN OPERASIONAL Beban Gaji Rp 824,793,800 Beban Telepon/Faks Rp 48,121,989 Biaya Listrik Rp 114,870,816 Biaya Air Rp 7,149,967

Biaya Rutin dan Akomodasi Rp 793,155,552 Peny. Inventaris Kantor Rp 10,188,625 Peny. Bangunan Toko Rp 104,400,000 Peny. Stan Sepatu Rp 4,800,000

Peny. Gudang Rp 17,200,000

Peny. Mobil Rp 91,300,000

Peny. Sepeda Motor Rp 6,375,000 Peny. Komp Warnet & Jasa Aplikasi HP Rp 34,980,000 Peny. Perabot Warnet & Jasa Aplikasi

HP Rp 9,933,125

Biaya Peny. Bangunan Warnet Rp 9,440,000

Biaya Peny. Stan Rp 4,000,000

Jumlah Beban Operasional Rp 2,080,708,874

(10)

PENDAPATAN LAIN-LAIN

Pendapatan sewa stan di "PTC,

Makassar Rp 150,000,000

Pendapatan rumah kontrakan A,

Makassar Rp 140,000,000

Pendapatan rumah kontrakan B,

Makassar Rp 40,000,000

Pendapatan penjualan rumah C Rp 55,000,000

Jumlah Pendapatan Lain-Lain Rp 385,000,000

JUMLAH PENGHASILAN NETTO

DALAM NEGERI Rp 4,971,783,852 BEBAN LAIN-LAIN Peny. Rumah A Rp 13,000,000 Peny. Rumah B Rp 9,760,000 Peny, Rumah C Rp 556,667 Peny. Stan "PTC” Rp 6,800,000 Biaya Pajak PBB Rumah C Rp 472,000

Jumlah Beban Lain-Lain Rp 30,588,667

TOTAL PENGHASILAN NETTO

DALAM NEGERI Rp 4,941,195,185

Sumber : Internal Perusahaan

Dalam perhitungan laporan laba rugi, penghasilan Tn. “X” dibagi dalam

beberapa divisi usaha yaitu perdagangan penjualan dan distributor sepatu, jasa warnet, jasa aplikasi handphone, dan usaha lain – lain. Untuk memperjelas perhitungan laporan laba rugi, dibuat rincian sebagai berikut:

4.2.1.1. Penjualan

Penjualan terdiri dari penjualan toko1, toko2, toko3, distribusi ke daerah (grosir) dan penjualan D/O. Penjualan toko diakui pada saat penyerahan barang kepada pelanggan. Penjualan toko1 terdiri dari penjualan sepatu di toko1 selama setahun dan pendapatan dari penyewaan stan sepatu Tn. “X” pada tahun 2006. Stan sepatu ini dibeli oleh Tn. ”X” di salah satu pusat pertokoan “M”, Makassar pada tahun 2000 dengan nilai perolehan Rp.120.000.000,00. Stan tersebut sebelumnya digunakan untuk menjual sepatu yang kemudian ditutup. Pada tahun 2006, stan tersebut disewakan pada orang lain dengan harga sewa Rp. 15.000.000,00 per tahunnya. Sedangkan penjualan grosir adalah penjualan hasil distribusi secara grosiran ke 3 daerah di Sulawesi. Penghasilan-penghasilan tersebut langsung digabung menjadi satu penghasilan, yaitu penghasilan dari

(11)

penjualan grosir. Terdapat pula penjualan D/O yaitu penjualan yang berasal dari nota D/O yang dibayarkan terlebih dahulu sebelum pengambilan/pengiriman barang (pendapatan diterima di muka). Penjualan D/O yang terdapat pada laporan keuangan komersial sudah sepenuhnya terealisasi. Jadi tidak ada lagi pendapatan yang diterima di muka. Penjualan – penjualan tersebut masih memuat Pajak Pertambahan Nilai di dalamnya. Tn.”X” tidak menyadari hal tersebut karena kurangnya pengetahuan perpajakan yang benar. Faktur pajak yang dikeluarkan adalah faktur pajak sederhana yaitu struk dan nota penjualan.

4.2.1.2. Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan terdiri dari pembelian awal tahun 2006 dijumlah dengan pembelian dan biaya pengiriman yang terjadi selama tahun 2006 lalu kemudian dikurangi dengan retur pembelian dan persediaan akhir tahun 2006 yang tersisa. Pembelian tersebut merupakan pembelian barang dagangan selama setahun. Tn. “X” membeli barang dagangan dari supplier yang sudah dikukuhkan menjadi PKP (Pengusaha Kena Pajak). Maka dari itu, nilai pembelian sebesar Rp. 9.112.460.999,00 sudah termasuk di dalamnya PPN sebesar Rp.828.405.545,4. Beberapa daftar nama supplier Tn. “X” beserta daftar pembelian dapat dilihat dalam Tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5. Daftar Supplier Tn. “X”

Daftar Supplier Tn “X” NPWP Jumlah Pembelian

Dalam Tahun 2006

1. PT. Mitra Adi Perkasa 01.710.880.4.054.000 Rp. 2.093.495.320,00 2. PT. Polysilatex 01.677.946.4.428.000 Rp. 960.675.312,00 3. PT. Binacitra Karya Sejati 01.448.752.4.422.000 Rp. 1.943.786.211,00 4. PT. General Shoes 06.356.674.9.422.000 Rp. 945.170.510,00 5. PT. Cahaya Makmur Abadi 06.234.545.9.067.000 Rp. 32.989.230,00 6. PT. Putra Mandiri 01.385.232.4.488.000 Rp. 117.872.270,00 7. Sumber Rezki 06.411.567.9.078.000 Rp. 68.675.942,00 8. PT. Ardilles Cipta Wijaya 04.093.239.4.805.000 Rp. 2.578.930.970,00 9. Italy Shoes 06.235.342.9.422.000 Rp. 98.003.899,00

(12)

10. PT.Cipta Shoes 01.678.782.4.426.000 Rp. 272.861.335,00

Jumlah Rp. 9.112.460.999,00

Sumber : Internal Perusahaan

Sebagian besar pembelian tersebut telah dilunasi oleh Tn. “X” kecuali transaksi sebesar Rp. 3.316.622.181,00 (termasuk PPN). Biaya pengiriman adalah biaya yang ditanggung oleh Tn.”X” atas kiriman barang dari supplier. Biaya pengiriman ini dihitung selama setahun. Pengiriman dari supplier biasanya menggunakan jasa ekspedisi melalui laut dan udara. Supplier biasanya memberikan waktu 1 minggu - 2 minggu kepada Tn. ”X” untuk mengembalikan (retur) barang dagangan yang telah dikirim tersebut apabila terdapat barang yang cacat/rusak. Jadi retur pembelian disini adalah mengembalikan barang dagangan secara langsung kepada supplier dan tidak membentuk penyisihan cadangan barang yang rusak (penyisihan retur pembelian). Biaya pengiriman untuk barang-barang yang diretur ditanggung oleh supplier jadi tidak dimasukkan di dalam laporan keuangan komersial. Pos yang memuat PPN di dalamnya adalah pos pembelian dan pos retur pembelian saja.

4.2.1.3. Peredaran Bruto Usaha

Selain distributor dan pedagang toko sepatu, Tn.”X” juga mempunyai usaha lainnya yaitu usaha warnet dan usaha jasa aplikasi handphone. Usaha-usaha tersebut juga merupakan usaha aktif Tn.”X” jadi tidak digabung dalam pos pendapatan lain-lain. Warnet ini didirikan oleh Tn.”X” dan dikelola oleh anak pertamanya pada tahun 2004. Tetapi usaha warnet ini masih mengatas-namakan Tn.”X” sebagai pemilik dan digabung pendapatannya dengan Tn.”X”. Setiap tahunnya, pendapatan warnet mencapai Rp.367.000.000,00. Usaha jasa aplikasi handphone ini juga didirikan oleh Tn.”X” dan dikelola oleh anaknya yang pertama pada tahun 2004 di “M Trade Center”. Pendapatan usaha ini digabung dengan pendapatan Tn.”X”. Usaha jasa aplikasi handphone tersebut hanya beroperasi hingga bulan Juli 2006. Jadi pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 96.080.000 adalah pendapatan dari 1 Januari 2006 sampai dengan 31 Juli 2006.

(13)

4.2.1.4. Beban Operasional 1. Beban Gaji

Beban gaji merupakan gaji yang harus dibayarkan pada karyawan dari semua toko sepatu Tn.”X”, karyawan bagian gudang dan distribusi sepatu(grosir) serta karyawan dari usaha warnet dan usaha jasa aplikasi handphone. Beban gaji tersebut terdiri dari gaji pokok karyawan toko, gaji staff kantor dan petinggi staff di toko, gaji pokok dan bonus pegawai warnet dan jasa aplikasi

handphone, tunjangan makan dan minum karyawan toko berupa uang,

tunjangan THR pegawai toko dan staf yang sudah bekerja lebih dari satu tahun, pemberian bonus pada karyawan toko, staf kantor dan petinggi staf toko. Tn. ”X” tidak menanggung makan dan minum pegawai warnet dan jasa aplikasi handphone. Ketiga toko sepatu tersebut mempunyai karyawan berjumlah 43 orang termasuk di dalamnya 3 orang satpam dan 2 orang supir, staf kantor berjumlah 8 orang staf gudang dan penjaga gudang berjumlah 15 orang. Pegawai warnet bejumlah 3 orang sedangkan pegawai jasa aplikasi

handphone berjumlah 2 orang. Petinggi staf kantor merupakan kedua anak

kandung Tn.”X”. Jumlah beban gaji yang diberikan adalah beban gaji dalam periode 1 Januari 2006 - 31 Desember 2006.

Perinciannya adalah sebagai berikut:

Gaji pokok karyawan toko (40 orang) Rp. 336.000.000,00 Gaji pokok staf kantor dan gudang (13 orang) Rp. 156.000.000,00 Gaji pokok petinggi staff (2 orang) Rp. 84.000.000,00 Gaji pegawai warnet (3 orang) Rp. 25.200.000,00 Gaji pegawai jasa aplikasi HP (2 orang) Rp. 8.400.000,00

THR (toko dan kantor) Rp. 30.429.300,00

Tunjangan Makan dan Minum (toko) Rp. 140.400.000,00

Bonus pegawai warnet Rp. 4.050.000,00

Bonus pegawai jasa aplikasi handphone Rp. 2.000.000,00 Bonus toko berupa uang (selain petinggi staff kantor) Rp. 33.338.500,00 Bonus (petinggi staff kantor) Rp. 4.976.000,00 Jumlah Beban Gaji Rp. 824.793.800,00

(14)

2. Beban Telepon/Faks

Beban telepon/faks terdiri dari telepon toko1, toko2, toko3, kantor, dan gudang, uang pulsa 2 orang supir, uang pulsa untuk pegawai warnet dan usaha jasa aplikasi handphone serta telepon rumah Tn.”X”. Perinciannya selama setahun adalah sebagai berikut:

Telepon toko1 dan kantor Rp. 17.156.800,00

Telepon toko2 Rp. 8.156.649,00

Telepon toko3 Rp. 11.458.540.00

Uang pulsa supir (2 orang) Rp. 1.200.000,00 Uang pulsa pegawai warnet Rp. 1.200.000,00 Uang pulsa pegawai jasa aplikasi handphone Rp. 700.000,00

Telepon rumah Rp. 8.250.000,00

Jumlah Beban Telepon Rp. 48.121.989,00 3. Beban Listrik

Beban Listrik terdiri dari listrik toko1, toko2, toko3, kantor, warnet, stan jasa aplikasi handphone dan listrik rumah Tn. “X”. Perinciannya selama setahun adalah sebagai berikut:

Beban listrik toko1 dan kantor Rp. 30.562.496,00

Beban listrik toko2 Rp. 12.405.200,00

Beban listrik toko3 Rp. 17.594.800,00

Beban listrik warnet Rp. 26.400.000,00

Beban listrik stan aplikasi handphone Rp. 4.200.000,00 Beban listrik rumah Tn.”X” Rp. 23.708.320,00

Jumlah beban Listrik Rp. 114.870.816,00 4. Beban Air

Beban Air terdiri dari beban air PDAM toko1 dan kantor, toko2, toko3, warnet dan rumah pribadi Tn.”X”. Usaha jasa aplikasi handphone tidak membiayakan pemakaian air karena sudah disediakan oleh “M Trade Center”. Perinciannya selama setahun adalah sebagai berikut:

Beban air Toko1 dan kantor Rp. 1.893.500,00

Beban air Toko2 Rp. 756.400,00

(15)

Beban air warnet Rp. 720.000,00

Beban air rumah Tn. “X” Rp. 3.536.467,00

Jumlah beban air Rp. 7.149.967,00

5. Biaya Rutin dan Akomodasi

Biaya rutin dan akomodasi adalah biaya yang dikeluarkan sehari-hari dan juga biaya-biaya apa saja yang harus dikeluarkan dalam setahun. Biaya-biaya ini terdiri dari premi asuransi mobil sedan Tn.”X” dan anak-anaknya, premi asuransi mobil box yang digunakan di toko, biaya administrasi umum yaitu berupa buku nota dan alat-alat tulis kantor, biaya promosi yaitu biaya poster/spanduk, bahan-bahan promosi dan pembuatan kantong belanjaan, prive, biaya keamanan, sumbangan, biaya perjalanan dinas direktur, biaya perjalanan dinas wakil direktur, biaya bensin mobil sedan direktur dan anak-anaknya, biaya bensin mobil box, biaya pengangkutan, biaya pengiriman barang, biaya internet, biaya pemeliharaan dan biaya pajak. Jumlah seluruh biaya rutin dan akomodasi adalah sebesar Rp. 793.155.552,00. Perinciannya selama setahun adalah sebagai berikut:

a) Premi asuransi kendaraan terdiri dari premi asuransi sebuah mobil sedan

Toyota Altis yang dipakai oleh Tn.”X” selaku direktur, sebuah mobil sedan Honda yang dipakai oleh anak pertama Tn. “X”, dan sebuah mobil Aerio

yang dipakai oleh anak kedua Tn.”X”. Kedua anak Tn. “X” adalah petinggi staff di kantor. Selain itu juga terdapat premi asuransi untuk 2 buah mobil box bermerk Panther dan 1 mobil box besar yang dipakai untuk mengangkut dan mengirim barang dagangan di toko Tn. “X”. mobil-mobil ini merupakan aktiva tetap perusahaan Tn.”X”.

Premi asuransi mobil sedan (2 buah) Rp. 12.160.000,00 Premi asuransi mobil Aerio (1 buah) Rp. 3.800.000,00 Premi asuransi mobil box (3 buah) Rp. 10.321.040,00 Jumlah premi asuransi mobil Rp. 26.281.040,00

(16)

b) Premi asuransi jiwa direktur, istri direktur, dan ketiga anak direktur serta premi asuransi pegawai (jamsostek). Selain itu terdapat asuransi kebakaran toko1, toko2, toko3, dan gudang. Perinciannya selama setahun adalah sebagai berikut:

Premi asuransi jiwa direktur, istri, dan anak Rp. 168.989.241,00 Premi asuransi kebakaran (toko) Rp. 20.286.500,00 Premi asuransi pegawai (jamsostek) Rp. 6.099.516,00 Jumlah beban premi asuransi Rp. 195.375.257,00 c) Administrasi umum adalah barang-barang yang dipakai untuk mencatat

setiap transaksi dan seluruh kegiatan Toko1 dan kantor, Toko2, Toko3 dan gudang yang terjadi sehubungan dengan pekerjaan.

Buku nota, kertas, dll Rp. 9.414.165,00

Alat-alat tulis Rp. 6.932.400,00

Jumlah administrasi umum Rp. 16.346.565,00 d) Biaya promosi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mempromosikan

barang dagangan Tn.”X” di setiap event-event tertentu misalnya pada saat hari raya. Aksesoris promosi adalah alat yang dipakai untuk mempromosikan barang dagangan di toko, misalnya pohon natal pada saat perayaan natal. Kantong belanjaan adalah kantong yang digunakan untuk membungkus barang dagangan yang telah dibeli dan bermerk-an nama toko.

Pembuatan poster promosi Rp. 14.443.500,00

Pajak Reklame Rp. 8.957.000,00

Aksesoris promosi dan kantong belanjaan Rp. 15.877.490,00 Jumlah biaya promosi Rp. 39.277.990,00 e) Sumbangan terdiri dari sumbangan berupa beras dan sumbangan HUT RI.

Sumbangan berupa beras adalah sumbangan yang diberikan kepada masyarakat yang terkena musibah banjir. Sedangkan sumbangan HUT RI adalah sumbangan yang diberikan kepada Pak Lurah sebagai wakil masyarakat dan terdapat bukti nota iuran.

(17)

Sumbangan berupa beras Rp. 5.000.000,00

Sumbangan HUT RI Rp. 100.000,00

Jumlah sumbangan Rp. 5.100.000,00

f) Prive adalah uang yang dipakai atau diambil oleh Tn.”X” untuk keperluan pribadinya dan tidak ada hubungan dengan kegiatan usaha Tn.”X”

Prive Rp. 54.357.600,00

Jumlah prive Rp. 54.357.600,00

g) Biaya keamanan adalah biaya yang dibayarkan kepada pak Lurah atas iuran keamanan tiap bulannya. Perinciannya selama setahun adalah sebagai berikut:

Iuran keamanan Rp. 2.000.000,00

Jumlah biaya keamanan Rp. 2.000.000,00 h) Biaya pajak adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak-pajak

yang berhubungan dengan usaha Tn.”X” yaitu pajak STNK mobil sedan dan mobil box dimana mobil tersebut dipakai untuk usaha Tn.”X”, pajak pembuatan SIM sopir dan perpanjangan SIM Tn.”X” serta pajak PBB. Biaya pajak STNK mobil sedan Rp. 1.900.000,00 Biaya pajak STNK mobil box Rp. 1.300.000,00

Biaya SIM direktur Rp. 350.000,00

Biaya SIM supir Rp. 350.000,00

Biaya PBB toko1-toko3 Rp. 5.356.000,00

Biaya PBB gudang Rp. 988.000,00

Biaya PBB warnet Rp. 542.000,00

Jumlah biaya pajak Rp. 10.786.000,00 i) Biaya perjalanan dinas direktur, Tn.”X” mengunjungi pabrik-pabrik demi

menjalin keakraban dengan para vendor/supplier

Biaya tiket dan transportasi Rp. 10.000.000,00

Biaya perjamuan Rp. 15.660.000,00

Jumlah biaya perjalanan direktur Rp. 25.660.000,00 j) Biaya perjalanan dinas staf petinggi yaitu anak dari Tn.”X”. Staf petinggi

adalah orang yang biasanya mewakili Tn.”X” untuk menghadiri beberapa pertemuan dengan supplier atau vendor.

(18)

Biaya tiket dan transportasi Rp. 10.000.000,00

Biaya uang saku Rp. 8.684.000,00

Jumlah biaya perjalanan manager Rp. 18.684.000,00 k) Biaya bensin kendaraan direktur dan petinggi staf digunakan sehari-hari

untuk menjalankan aktivitas pekerjaan.

Biaya bensin mobil sedan direktur Rp. 11.600.000,00 Biaya bensin mobil sedan anak ke1 Rp. 13.450.000,00 Biaya bensin mobil Aerio anak ke2 Rp. 8.480.000,00 Jumlah biaya bensin mobil sedan Rp 33.530.000,00 l) Biaya bensin 3 buah mobil box dan 6 buah motor yang dipakai sehari-hari

untuk kegiatan dalam usaha Tn. ”X”. Motor digunakan oleh para karyawan toko dalam melaksanakan kegiatan yang behubungan dengan pekerjaan mereka misalnya mencari orderan (sales), menagih, dan sebagainya. Motor bukan merupakan fasilitas yang diberikan kepada pegawai secara pribadi tetapi hanya digunakan sehubungan dengan kegiatan usaha dan di dalam jam kerja.

Biaya bensin mobil box (3 buah) Rp. 45.000.000,00 Biaya bensin motor (6 motor) Rp. 8.640.000,00 Jumlah biaya bensin mobil box Rp. 53.640.000,00 m) Biaya pemeliharaan adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara dan

menjaga aset perusahaan yaitu mobil sedan direktur dan anaknya, mobil aerio dan mobil box supaya mobil tersebut tidak cepat rusak. Biaya ini meliputi penggantian oli atau penggantian accu dan sebagainya. Selain itu terdapat juga biaya pemeliharaan dan penggantian barang-barang dalam usaha warnet dan usaha jasa aplikasi handphone. Perlengkapan komputer yaitu mouse dan keyboard harus sering diganti terutama untuk usaha di warnet karena perlengkapan ini cepat rusak. Mouse dan keyboard tidak dianggap sebagai aktiva tetap karena umur ekonomisnya tidak tentu dan tidak lebih dari setahun. Selain itu, sifatnya yang cepat rusak. Oleh karena itu, biaya untuk mengganti perlengkapan ini dinamakan biaya pemeliharaan. Perinciannya dalam setahun adalah sebagai berikut:

(19)

Biaya pemeliharaan mobil sedan Rp. 605.600,00

Biaya pemeliharaan mobil Aerio Rp. 224.900,00

Biaya pemeliharaan mobil box (3 buah) Rp. 1.720.500,00 Biaya pemeliharaan motor (6 buah) Rp. 10.200.000,00 Biaya pemeliharaan barang warnet Rp. 2.000.000,00 Biaya pemeliharaan barang usaha jasa aplikasi hp Rp. 170.000,00 Jumlah biaya pemeliharaan mobil Rp. 14.921.000,00 n) Biaya pengiriman, adalah biaya pengiriman barang dagangan melalui

udara dan laut apabila tidak memungkinkan pihak Tn.”X” untuk mengangkut dan mengirim sendiri. Pengiriman ini biasanya dilakukan bila menempuh jarak yang jauh yaitu khusus untuk mendistribusikan barang dagangan di daerah Sulawesi lainnya. Pengiriman lebih banyak dilakukan melalui laut karena lebih murah daripada melalui udara. Kelemahan dari pengiriman melalui laut adalah waktu yang lebih lama dan keselamatan barang kiriman tidak terlalu terjamin. Pengiriman melalui udara dipilih sebagai alternatif bila cuaca sedang tidak bagus dan barang kiriman dibutuhkan lebih cepat. Pengiriman melalui udara dan laut adalah pengiriman dengan memakai jasa agen pengiriman.

Biaya pengiriman melalui laut Rp. 89.036.700,00 Biaya pengiriman melalui udara Rp. 62.763.300,00 Jumlah biaya pengiriman Rp. 151.800.000,00 o) Biaya angkutan adalah biaya yang terjadi untuk mengangkut barang dalam

kota dan daerah sekitar Makassar. Biaya angkutan meliputi biaya perjalanan di darat yaitu uang saku supir termasuk biaya akomodasi, biaya tol, biaya parkir, biaya darurat yaitu biaya untuk berjaga-jaga terhadap segala kemungkinan di jalan raya selama setahun. Dalam melakukan perjalanan darat, supir lebih sering berada di luar kota karena perjalanan yang sangat jauh. Sebesar Rp. 11.004.420,00 dari biaya ini dianggap merupakan biaya darurat dalam perjalanan yang tidak bisa dirinci dengan detail.

Biaya uang saku supir Rp. 41.437.680,00

(20)

Biaya parkir Rp. 1.500.000,00

Biaya darurat Rp. 11.004.420,00

Jumlah biaya angkutan Rp. 55.022.100,00 p) Seragam karyawan dipakai untuk mencapai keseragaman dalam bekerja di

toko maupun kantor Tn.”X”

Seragam karyawan dan kantor Rp. 5.273.000,00

Seragam satpam Rp. 625.000,00

Jumlah seragam karyawan Rp. 5.898.000,00 q) Biaya internet terdiri dari biaya langganan internet Speedy di usaha warnet

dan biaya langganan internet Speedy di usaha jasa aplikasi handphone sebelum ditutup. Internet digunakan untuk kegiatan usaha warnet sebagai jaringan game online dan usaha jasa aplikasi handphone sebagai sarana men-download aplikasi handphone. Perinciannya selama setahun adalah

Biaya internet warnet Rp. 80.976.000,00

Biaya internet jasa aplikasi handphone Rp. 3.500.000,00

Jumlah biaya internet Rp. 84.476.000,00

6. Biaya penyusutan inventaris kantor dan toko

Biaya ini adalah untuk menghitung penyusutan inventaris kantor dan toko yang terjadi dalam setahun dengan memakai metode garis lurus. Inventaris kantor adalah sebagai berikut:

a) Komputer

Terdapat 4 buah komputer kantor @Rp 3.500.000,00 diperoleh pada tanggal 2 Maret 2003 dan dihargai selama 5 tahun. Terdapat nilai sisa sebesar @Rp. 200.000,00. Penyusutan 4 buah komputer kantor dalam setahun adalah Rp. 2.640.000,00. Selain itu, terdapat komputer untuk meja kasir sebanyak 3 buah dengan harga perolehan @Rp. 4.150.000,00 pada tanggal 13 Mei 2003 dan dihargai selama 5 tahun juga. Nilai sisanya adalah @Rp. 250.000,00. Penyusutan 3 buah komputer ini dalam setahun adalah Rp. 2.340.000,00. Jadi selama setahun, seluruh penyusutan komputer berjumlah Rp. 4.980.000,00

(21)

b) Peralatan kantor

Peralatan kantor berupa meja, kursi, lemari, rak, dan sebagainya. Peralatan kantor berharga Rp. 14.125.000,00 dan dihargai selama 8 tahun. Peralatan kantor dibeli pada tahun 2001. Jadi penyusutannya setahun adalah sebesar Rp.1.765.625,00

c) Printer

Terdapat 2 buah printer merek HP dibeli pada tanggal 8 Juli 2004 dengan nilai perolehan @Rp. 560.000,00 dengan nilai sisa @Rp. 50.000,00. Penggunaan printer dihargai selama 6 tahun. Jadi nilai penyusutan 2 buah printer adalah Rp. 170.000,00

d) Mesin Absensi

Mesin absensi dibeli pada 24 Februari 2002 dengan nilai perolehan sebesar Rp.900.000,00 dan nilai sisa Rp. 150.000,00. Masa manfaat mesin absensi dinilai selama 6 tahun. Nilai penyusutan mesin absensi adalah Rp. 125.000,00

e) Air Conditioner (AC)

AC berjumlah 10 buah dengan nilai perolehan sebesar @Rp. 1.174.000,00 pada 11 Februari 2002 dengan nilai sisa @Rp 200.000,00 dan masa manfaat selama 5 tahun. Nilai penyusutan AC selama setahun adalah Rp. 1.948.000,00

f) Mesin FotoCopy

Mesin fotocopy bermerk Canon dibeli pada 18 April 2003 dengan harga Rp.7.500.000,00 dan dinilai bermanfaat selama 6 tahun. Nilai sisanya adalah Rp. 300.000,00. Penyusutannya selama setahun adalah Rp. 1.200.000,00

7. Biaya Penyusutan Bangunan Toko

Biaya penyusutan atas bangunan ini merupakan biaya penyusutan gabungan dari 3 toko sepatu yaitu toko1, toko2 dan toko3. Toko1 dibeli pada 6 November 1994 dengan harga Rp. 900.000.000,00. Bangunan Toko1 dihargai sebesar Rp. 410.000.000,00. Toko2 dibeli pada 3 April 2000 dengan harga Rp. 900.000.000,00 dan bangunannya dihargai sebesar Rp. 400.000.000,00. Dan toko3 dibeli pada 20 Agustus 2003 dengan harga perolehan sebesar Rp.

(22)

4.200.000.000,00 dengan harga bangunan sebesar Rp. 1.800.000.000,00. Masa manfaat semua bangunan tersebut dihargai selama 25 tahun. Penyusutan bangunan adalah sebesar Rp. 104.400.000,00 selama setahun.

8. Biaya Penyusutan Stan Sepatu

Biaya Penyusutan Stan Sepatu adalah Rp. 4.800.000,00. Tn. “X” membeli stan di salah satu pusat pertokoan M di Makassar pada tahun 2000 dengan nilai perolehan Rp.120.000.000,00 dan mempunyai masa manfaat selama 25 tahun. 9. Biaya Penyusutan Gudang

Gudang dibeli pada 11 Januari 1998 dengan harga perolehan Rp. 850.000.000,00 dan dihargai selama 25 tahun. Bangunannya berharga 430.000.000,00. Penyusutan dalam setahun adalah Rp. 17.200.000,00. Gudang ini digunakan untuk menyimpan persediaan barang dagangan Tn.”X”.

10. Biaya Penyusutan Mobil Box

Terdapat 3 buah mobil box yang digunakan dalam kegiatan usaha sehari-hari. Dua buah mobil box bermerk Panther dibeli secara bersamaan pada tanggal 13 Oktober 1998 dengan harga @Rp 80.000.000,00. Mobil box dihargai masa manfaatnya selama 10 tahun. Penyusutan dalam setahun untuk 2 buah mobil box Panther adalah Rp. 16.000.000,00. Terdapat juga mobil box besar yang dibeli pada tanggal 9 Januari 2003 dengan harga perolehan Rp.150.000.000,00. mobil box besar ini dihargai selama 10 tahun dan penyusutannya selama setahun adalah Rp. 15.000.000,00. Jadi jumlah penyusutan keseluruhan mobil box adalah Rp. 31.000.000,00

11. Biaya Penyusutan Mobil Sedan dan Aerio

Mobil sedan digunakan oleh Tn.”X” sebagai kendaraan sehari-hari. Mobil bermerek Toyota Altis ini diperoleh pada tanggal 8 Juli 2001 dengan harga Rp. 230.000.000,00. Mobil ini mempunyai masa manfaat selama 10 tahun. Penyusutannya selama setahun adalah Rp. 23.000.000,00. Sedangkan mobil sedan Honda yang digunakan oleh anak pertama Tn. “X” dibeli pada tanggal 17 Mei 2005 dengan harga Rp. 227.000.000,00. Jadi penyusutan mobil Honda selama setahun adalah Rp. 22.700.000,00. Mobil Aerio anak kedua dibeli oleh Tn.”X” pada akhir tahun 2002 dengan harga Rp. 146.000.000,00 dengan penyusutan selama setahun sebesar Rp. 14.600.000,00. Jumlah seluruh

(23)

penyusutan mobil direktur dan wakil direktur adalah sebesar Rp. 60.300.000,00

12. Biaya Penyusutan Sepeda Motor

Terdapat 6 (enam) buah sepeda motor yang digunakan oleh karyawan sehubungan dengan pekerjaan sehari-hari di toko Tn.”X”. Tn.”X” membeli 3 (tiga) buah motor karyawan pada 13 April 1999 dengan harga @Rp. 9.000.000,00 dan dihargai selama 8 tahun. Penyusutannya selama setahun adalah Rp. 3.375.000,00. Kemudian pada pertengahan tahun 2000, 3 buah sepeda motor dibeli dengan harga perolehan @Rp. 8.000.000,00 dan juga dihargai selama 8 tahun. Penyusutannya selama setahun adalah Rp. 3.000.000,00. Jumlah penyusutan sepeda motor selama setahun adalah Rp. 6.375.000,00

13. Biaya Penyusutan Komputer

Biaya penyusutan komputer meliputi biaya penyusutan atas 50 buah komputer dengan harga perolehan @Rp. 3.500.000,00 dan 3 buah komputer untuk usaha jasa aplikasi handphone dengan harga perolehan @Rp. 3.500.000,00 pada pada tanggal 14 Agustus 2004. Nilai sisa masing-masing adalah @Rp. 200.000,00, Komputer-komputer ini mempunyai masa manfaat selama 5 tahun. Walaupun usaha jasa aplikasi handphone ditutup pada bulan Juli 2006, tetapi komputer yang digunakan usaha jasa aplikasi handphone dialihkan ke usaha warnet. Oleh karena itu, penyusutan komputer usaha jasa aplikasi

handphone masih tetap dihitung hingga akhir tahun 2006. Penyusutan

komputer-komputer tersebut selama setahun adalah sebesar Rp. 34.980.000,00.

14. Biaya Penyusutan Perabot

Biaya penyusutan perabot meliputi penyusutan meja, kursi, lemari, rak, yang dibeli pada tahun 2004 dengan total harga perolehan untuk usaha jasa aplikasi

handphone sebesar Rp. 14.945.000,00 dan dihargai 8 tahun, sedangkan untuk

perabot warnet harga perolehannya adalah Rp. 64.520.000,00 selama 8 tahun juga. Semua perabot usaha jasa aplikasi handphone juga dialihkan ke usaha warnet pada saat usaha ini ditutup pada bulan Juli 2006. Biaya penyusutan perabot warnet adalah Rp. 8.065.000,00 dan biaya penyusutan perabot jasa

(24)

aplikasi handphone adalah sebesar Rp. 1.868.125,00. Jadi jumlah biaya penyusutan perabot adalah Rp. 9.933.125,00.

15. Biaya Penyusutan Bangunan Warnet

Biaya penyusutan bangunan warnet adalah sejumlah Rp. 9.440.000,00. Bangunan warnet dibeli dari tanggal 12 Januari 2004. Harga perolehan bangunannya adalah sebesar Rp.236.000.000,00 dan tanahnya Rp. 314.000.000,00. Bangunan dinilai masa manfaatnya selama 25 tahun.

16. Biaya Penyusutan Stan Jasa Aplikasi Handphone

Biaya penyusutan stan jasa aplikasi handphone adalah Rp. 4.000.000,00. Usaha jasa aplikasi handphone menggunakan salah satu stan di M Trade

Center sebagai sarana dalam berjualan. Harga perolehan stan tersebut adalah

Rp.100.000.000,00 dan diperkirakan mempunyai masa manfaat selama 25 tahun. Stan ini dibeli dari tanggal 14 Maret 2002 dan langsung disewakan. Stan ini mulai digunakan sebagai sarana usaha jasa aplikasi handphone sejak tahun 2004. Walaupun usaha jasa aplikasi handphone hanya beroperasi hingga bulan Juli 2006, tetapi penyusutannya dihitung hingga bulan Desember 2006 sebesar Rp. 4.000.000,00.

4.2.1.5. Pendapatan Lain – Lain:

1. Pendapatan sewa stan “P Trade Center”, Makassar.

Tn.”X” membeli 2 (dua) buah stan di “P Trade Center”, Makassar pada 10 Oktober 2001 dengan harga perolehan Rp.170.000.000,00. Tn. “X” kemudian menyewakannya dengan harga Rp.150.000.000,00 per tahunnya. Sewa sudah dimulai dari tahun 2005.

2. Pendapatan rumah kontrakan A, Makassar

Tn. “X” membeli rumah A pada tahun 1995 dengan harga Rp.800.000.000,00. Tanah bernilai Rp. 475.000.000,00 dan bangunan Rp. 325.000.000,00 Tn. “X” kemudian menggontrakkan rumah tersebut dengan harga Rp. 140.000.000,00 per tahunnya dimulai dari tahun 2005.

3. Pendapatan rumah kontrakan B, Makassar

Rumah B dibeli oleh Tn. “X” pada tahun 1997 dengan harga perolehan Rp.700.000.000,00. Tanah bernilai Rp. 456.000.000,00 dan bangunan bernilai

(25)

Rp. 244.000.000,00. Pada tahun 2004, rumah ini dikontrakkan kepada sanak keluarga dengan harga Rp. 40.000.000,00 per tahunnya.

4. Pendapatan Penjualan Rumah C

Rumah C dibeli Tn. “X” pada tahun 1996 dengan harga perolehan Rp. 425.000.000,00. Harga tanah adalah Rp. 258.000.000,00 dan harga bangunan adalah Rp. 167.000.000,00. Rumah ini kemudian dijual pada awal Januari 2006 dengan harga Rp 480.000.000,00. NJOP rumah ini adalah Rp 450.000.000,00. Keuntungan yang diperoleh atas penjualan rumah ini adalah Rp. 55.000.000,00.

4.2.1.6. Beban Lain-Lain:

1. Biaya Penyusutan Bangunan Rumah A adalah Rp. 13.000.000,00. Rumah A dibeli pada tanggal 3 November 1995 dengan harga Rp.800.000.000,00. Tanahnya bernilai Rp. 475.000.000,00 dan bangunan Rp. 325.000.000,00. masa manfaatnya adalah 25 tahun.

2. Biaya Penyusutan Bangunan Rumah B adalah Rp. 9.760.000,00. Rumah B dibeli oleh Tn. “X” pada tanggal 27 Desember 1997 dengan harga perolehan Rp.700.000.000,00. Tanah bernilai Rp. 456.000.000,00 dan bangunan bernilai Rp. 244.000.000,00.

3. Biaya Penyusutan Bangunan Rumah C adalah Rp. 556.667,00. Rumah C dibeli Tn. “X” pada tahun 1996 dengan harga perolehan Rp. 425.000.000,00. Harga tanah adalah Rp. 258.000.000,00 dan harga bangunan adalah Rp. 167.000.000,00. Penjualan rumah ini dilakukan pada awal Januari 2006, maka Tn.”X” masih menghitung penyusutan bulan Januari 2006.

4. Biaya Pajak yaitu biaya Pajak Bumi dan Bangunan atas Rumah C. Tn.”X masih membayar pajak PBB pada tahun 2006 walaupun sudah rumah C sudah terjual sebesar Rp. 472.000,00

(26)

4.2.2. Rekonsiliasi Fiskal Tn. ”X”

Tn.”X” melaporkan SPT sesuai dengan laporan keuangan fiskal yang telah dibuatnya. Tn.”X” banyak menemukan kesulitan dalam membuat laporan keuangan fiskal karena ketidaktahuan Tn.“X” tentang perpajakan. Berikut Tabel 4.6 tentang kertas kerja hasil rekonsiliasi fiskal Tn. ”X”

Tabel 4.6. Kertas Kerja Rekonsiliasi Fiskal Tn. “X” KERTAS KERJA REKONSILIASI

FISKAL OLEH Tn."X" 31 DESEMBER 2006

KETERANGAN Rp. LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL KOREKSI FISKAL LAPORAN KEUANGAN FISKAL

POSITIF NEGATIF

PENJUALAN

Penjualan toko1 Rp. 2,690,947,736 2,690,947,736

Penjualan toko2 Rp. 1,952,169,683 1,952,169,683

Penjualan toko3 Rp. 2,347,518,912 2,347,518,912

Penjualan dari Grosir Rp. 7,144,590,777 7,144,590,777

Penjualan D/O Rp. 3,540,019,641 3,540,019,641

PENJUALAN NETTO Rp. 17,675,246,749 17,675,246,749

HARGA POKOK PENJUALAN

Persediaan awal, 1/1/06 Rp. 4,518,213,059 4,518,213,059

Pembelian Rp. 9,112,460,999 9,112,460,999

Biaya pengiriman Rp. 476,832,523 476,832,523

Retur Pembelian Rp. (217,112,483) (217,112,483)

Barang tersedia untuk dijual Rp. 13,890,394,098 13,890,394,098

Persediaan akhir, 31/12/06 Rp. (2,419,560,075) (2,419,560,075)

(27)

LABA KOTOR PENJUALAN Rp. 6,204,412,726 6,204,412,726

PEREDARAN BRUTO USAHA

Peredaran Bruto Usaha Warnet Rp. 367,000,000 367,000,000

Peredaran Bruto Jasa Aplikasi Handphone

Rp.

96,080,000 96,080,000

Peredaran Bruto Usaha Rp. 463,080,000 463,080,000

LABA KOTOR Rp. 6,667,492,726 6,667,492,726 BEBAN OPERASIONAL Beban Gaji Rp. 824,793,800 824,793,800 Beban Telepon Rp. 48,121,989 8,250,000 39,871,989 Biaya Listrik Rp. 114,870,816 23,708,320 91,162,496 Biaya Air Rp. 7,149,967 3,536,467 3,613,500

Biaya Rutin dan Akomodasi Rp. 793,155,552 59,357,600 733,797,952

Peny. Inventaris Kantor Rp. 10,188,625 10,188,625

Peny. Bangunan Toko Rp. 104,400,000 104,400,000

Peny. Stan Sepatu Rp. 4,800,000 4,800,000

Peny. Gudang Rp. 17,200,000 17,200,000

Peny. Mobil Rp. 91,300,000 91,300,000

Peny. Sepeda Motor Rp. 6,375,000 6,375,000

Biaya Peny. Komputer Warnet & Jasa Aplikasi HP

Rp.

34,980,000 34,980,000

Biaya Peny. Perabot Warnet & Jasa Aplikasi HP

Rp.

9,933,125 9,933,125

Biaya Peny. Bangunan Warnet Rp. 9,440,000 9,440,000

Biaya Peny. Stan Rp. 4,000,000 4,000,000

Jumlah Beban Operasional Rp. 2,080,708,874 1,985,856,487

LABA BERSIH OPERASIONAL Rp. 4,586,783,852 4,681,636,239

(28)

PENDAPATAN LAIN-LAIN

Pendapatan sewa stan di "PTC", Mks Rp. 150,000,000 150,000,000 -

Pendapatan rumah kontrakan A, Mks

Rp.

140,000,000 140,000,000 -

Pendapatan rumah kontrakan B, Mks

Rp.

40,000,000 40,000,000 -

Pendapatan penjualan rumah Rp. 55,000,000 55,000,000 -

Jumlah Pendapatan Lain Rp. 385,000,000 -

JUMLAH PENGHASILAN DALAM NEGERI Rp. 4,971,783,852 4,681,636,239 BEBAN LAIN-LAIN Peny. Rumah A Rp. 13,000,000 13,000,000 - Peny. Rumah B Rp. 9,760,000 9,760,000 - Peny, Rumah C Rp. 556,667 556,667 - Peny. Stan "PTC" Rp. 6,800,000 6,800,000 -

Biaya Pajak PBB Rumah C Rp. 472,000 472,000

Jumlah Beban Lain Rp. 30,588,667 472,000

TOTAL PENGHASILAN NETTO DALAM NEGERI

Rp.

4,941,195,185 4,681,164,239

(29)

Dapat ditemukan banyak kekeliruan dalam laporan keuangan fiskal yang telah dibuat oleh Tn. “X”. Banyak akun-akun yang tidak dikoreksi fiskal. Hasil rekonsiliasi fiskal yang dibuat oleh Tn.”X” adalah:

4.2.2.1. Beban Operasional 1. Beban Telepon

Tn.”X” melakukan koreksi fiskal positif terhadap pos beban telepon sebesar Rp. 8.250.000,00. Koreksi ini dilakukan sehubungan dengan pengeluaran pribadi Tn. “X” yang tidak berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh Tn. “X”, yaitu biaya telepon. Rekonsiliasi fiskal atas pos ini masih kurang tepat karena masih ada elemen pos yang belum dikoreksi.

2. Biaya Listrik

Biaya listrik yang dikoreksi oleh Tn. “X” adalah biaya listrik rumah yaitu sebesar Rp. 23.078.320,00. Koreksi yang dilakukan oleh Tn.”X” ini sudah benar.

3. Biaya Air

Biaya Air dikoreksi oleh Tn.”X” sebesar Rp. 3.536.467,00 karena merupakan pengeluaran pribadi Tn.”X” dan tidak bisa menjadi pengurang penghasilan. Rekonsiliasi atas pos ini sudah benar.

4. Biaya Rutin dan akomodasi

Biaya rutin dan akomodasi yang dikoreksi oleh Tn.”X” adalah hanyalah biaya sumbangan beras yang dikeluarkan untuk menolong masyrakat kurang mampu dan biaya prive. Rekonsiliasi fiskal atas pos ini belum tepat karena masih banyak elemen pos yang belum dikoreksi karena tidak sesuai dengan Undang-Undang Pajak Pengahasilan No. 17 Tahun 2000. Rinciannya adalah sebagai berikut:

Prive Rp. 54.357.600,00

Sumbangan Rp. 5.000.000,00

(30)

4.2.2.2. Pendapatan Lain-Lain

1. Pendapatan sewa stan di “P” TC, Mks.

Pendapatan sewa stan dikoreksi negatif oleh Tn.”X” sebesar Rp. 150.000.000,00 karena Tn.”X” merasa sudah membayar pajak atas transaksi tersebut. Pajak yanag dikenakan adalah Pajak Penghasilan final. Maka ini bukan merupakan objek penghasilan pajak terutang. Hal ini sudah benar dilakukan oleh Tn.”X”.

2. Pendapatan rumah kontrakan A, Mks.

Pendapatan rumah kontrakan A, Mks juga dikoreksi fiskal negatif sebesar Rp.140.000.000,00 karena Tn.”X” juga sudah membayar pajak Pajak Penghasilan Final atas transaksi yang dilakukan. Jadi, tidak termasuk sebagai objek penghasilan penghitungan karena sifatnya yang final. Tn. “X” sudah benar dalam mengoreksi pos ini.

3. Pendapatan rumah kontrakan B, Mks.

Tn.”X” sudah benar dalam mengoreksi fiskal negatif sebesar Rp. 40.000.000,00 karena pos ini merupakan objek penghasilan Pajak Penghasilan Final. Koreksi ini sudah benar dilakukan.

4. Pendapatan atas keuntungan penjualan rumah C, Mks.

Tn.”X” sudah membayar pajak penghasilan final atas pendapatan penjualan rumah jadi pos ini dikoreksi fiskal negatif sebesar Rp. 55.000.000,00. Koreksi ini sudah benar dilakukan.

4.2.2.3. Beban Lain-Lain 1. Penyusutan rumah A

Tn.”X” mengoreksi penyusutan rumah A sebesar Rp. 13.000.000,00 karena bukan merupakan pengurang objek pajak penghitungan pajak terutang. Koreksi ini sudah benar dilakukan.

2. Penyusutan rumah B

Tn.”X” mengoreksi penyusutan rumah B sebesar Rp. 9.760.000,00 karena bukan merupakan pengurang objek pajak penghitungan pajak terutang. Koreksi ini sudah benar dilakukan.

(31)

3. Penyusutan rumah C

Tn.”X”mengoreksi penyusutan rumah C sebesar Rp. 556.667,00 karena bukan merupakan pengurang objek pajak penghitungan pajak terutang. Koreksi ini sudah benar dilakukan.

4. Penyusutan stan “PTC”, Mks

Tn.”X” melakukan koreksi fiskal positif sebesar Rp. 6.800.000,00 atas penyusutan stan “PTC” karena bukan merupakan pengurang objek penghasilan terutang karena sudah dikenakan pajak penghasilan final.

4.3. Analisa dan Pembahasan

4.3.1. Klasifikasi Objek Penghasilan

Sesuai dengan kepentingan perpajakan, semua jenis-jenis penghasilan yang diperoleh dari berbagai usaha harus dikelompokkan berdasarkan arus masuk tambahan kemampuan ekonomis pada Wajib Pajak.

Usaha Tn.”X” sebagai distributor dan pedagang toko sepatu merupakan kategori penghasilan dari usaha barang (business income) yaitu penghasilan yang diterima melalui usaha yang dilakukan secara teratur dan terus-menerus di bidang produksi dan perdagangan barang. Penghasilan ini merupakan objek pajak penghasilan tidak final dan harus dihitung berapa besar pajak penghasilan terutangnya berdasarkan tarif PPh pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000. Dasar hukumnya adalah pasal 4 ayat 1 huruf a Undang - Undang Pajak Penghasilan No. 17 tahun 2000.

Selain itu, penghasilan yang diperoleh dari usaha warnet termasuk dalam kategori penghasilan dari usaha jasa (business income), yaitu penghasilan aktif yang diterima melalui usaha yang dilakukan secara teratur dan terus menerus di bidang pemberian jasa. Berdasarkan pasal 4 ayat 1 huruf a Undang - Undang Pajak Penghasilan No. 17 tahun 2000, penghasilan yang diperoleh merupakan objek pajak penghasilan. Penghasilan ini juga bersifat tidak final dan harus digabungkan dalam penghasilan kena pajak untuk dihitung berdasarkan tarif pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan no. 17 tahun 2000.

Penghasilan yang diperoleh dari jasa aplikasi handphone adalah penghasilan yang berasal dari usaha jasa (business income), yaitu penghasilan

(32)

yang diterima melalui usaha yang dilakukan secara teratur dan terus menerus di bidang pemberian jasa. Penghasilan ini juga bersifat tidak final dan harus dihitung bersama penghasilan tidak final lainnya karena merupakan objek pajak penghasilan menurut pasal 4 ayat 1 huruf a Undang - Undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000.

Menurut perpajakan, penghasilan dari penyewaan stan dikategorikan sebagai jenis penghasilan dari modal (capital income) yaitu berupa penghasilan dari harta gerak (seperti bunga, royalti, dividen), harta tak gerak (seperti sewa rumah, tanah), atau dari harta yang dikerjakan sendiri. Penghasilan modal ini tidak bisa dikategorikan sebagai penghasilan usaha karena bukan merupakan kegiatan usaha utama Tn.”X”. Berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17 tahun 2000 pasal 4 ayat 2, objek pajak penghasilan atas penyewaan stan merupakan objek penghasilan Pajak Penghasilan yang bersifat final. Oleh karena sifatnya yang final, maka penghasilan ini tidak digabung dengan penghasilan lainnya yang pajak terutangnya dihitung dengan menggunakan tarif pasal 17 Undang-Undang Pajak Penghasilan. Dalam hal ini, Tn.”X” melakukan suatu kekeliruan dalam mengakui penghasilan sewa stan pertokoan sepatu digabung dengan penghasilan toko1. Objek pajak hasil penyewaan stan sepatu seharusnya tidak boleh digabung dan dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final bukan menjadi tidak final.

Penyewaan rumah juga termasuk sebagai penghasilan dari modal (capital

income) berupa penghasilan dari harta gerak (seperti bunga, royalti, dividen),

harta tak gerak (seperti sewa rumah, tanah), atau dari harta yang dikerjakan sendiri. Penghasilan ini juga tidak bisa dikategorikan sebagai penghasilan usaha karena bukan merupakan kegiatan usaha utama dari Tn. ”X”. Penghasilan yang diperoleh dari hasil penyewaan rumah merupakan penghasilan yang bersifat final menurut pasal 4 ayat 2 Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000. Penghasilan ini dikenakan tarif sebesar 10 (sepuluh) % dari hasil pernyewaan stan.

Jenis penghasilan yang diperoleh dari penjualan rumah termasuk dalam jenis penghasilan dari modal (capital income) berupa penghasilan dari harta gerak (seperti bunga, royalti, dividen), harta tak gerak (seperti sewa rumah, tanah), atau

(33)

dari harta yang dikerjakan sendiri. Penghasilan atas keuntungan penjualan rumah tidak selalu ada sepanjang tahun. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi, keuntungan hasil penjualan rumah merupakan objek pajak penghasilan final yang dikenakan tarif sebesar 5 (lima) % dari hasil penjualan rumah.

4.3.2. Hasil Rekonsiliasi Fiskal Menurut Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000

Laporan keuangan fiskal hendaknya dibuat sesuai dengan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku yaitu Undang-Undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000. Rekonsiliasi fiskal dibedakan menjadi rekonsiliasi fiskal positif dan rekonsiliasi fiskal negatif. Berikut Tabel 4.7 adalah hasil rekonsiliasi fiskal yang disarankan berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000:

(34)

Tabel 4.7. Kertas Kerja Rekonsiliasi Fiskal Berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000

KERTAS KERJA REKONSILIASI FISKAL 31 DESEMBER 2006

Tn."X"

Wajib pajak Orang Pribadi

KETERANGAN Rp. LAPORAN KEUANGAN KOMERSIAL KOREKSI FISKAL LAPORAN KEUANGAN FISKAL

POSITIF NEGATIF

PENJUALAN

Penjualan toko1 Rp. 2,690,947,736 258,267,967 2,432,679,760

Penjualan toko2 Rp. 1,952,169,683 177,469,971.2 1,774,699,712

Penjualan toko3 Rp. 2,347,518,912 213,410,810.2 2,134,108,102

Penjualan dari Grosir Rp. 7,144,590,777 649,508,252.5 6,495,082,525

Penjualan D/O Rp. 3,540,019,641 321,819,967.4 3,218,199,674

PENJUALAN NETTO Rp. 17,675,246,749 16,054,769,773

HARGA POKOK PENJUALAN

Persediaan awal, 1/1/06 Rp. 4,518,213,059 410,746,641.7 4,107,466,417

Pembelian Rp. 9,112,460,999 828,405,546 8,284,055.453

Biaya pengiriman Rp. 476,832,523 476,832,523

Retur Pembelian Rp. (217,112,483) (217,1112,483)

Barang tersedia untuk dijual Rp. 13,890,394,098 12,651,241,910

Persediaan akhir, 31/12/06 Rp. (2,419,560,075) 219,960,006.8 (2,199,600,068)

Harga Pokok Penjualan Rp. 11,470,834,023 10,451,641,842

LABA KOTOR PENJUALAN Rp. 6,204,412,726 5,603,127,931

(35)

PEREDARAN BRUTO USAHA

Peredaran Bruto Usaha Warnet

Rp.

367,000,000 367,000,000

Peredaran Bruto Jasa Aplikasi Handphone

Rp.

96,080,000 96,080,000

Peredaran Bruto Usaha Rp. 463,080,000 463,080,000

LABA KOTOR Rp. 6,667,492,726 6,066,207,931 BEBAN OPERASIONAL Beban Gaji Rp. 824,793,800 36,000,000 788,793,800 Beban Telepon Rp. 48,121,989 9,800,000 38,321,989 Biaya Listrik Rp. 114,870,816 23,708,320 91,162,496 Biaya Air Rp. 7,149,967 3,536,467 3,613,500

Biaya Rutin dan Akomodasi Rp. 793,155,552 288,926,061 504,229,491

Peny. Inventaris Kantor Rp. 10,188,625 2,027,000 12,215,625

Peny. Bangunan Toko Rp. 104,400,000 26,100,000 130,500,000

Peny. Stan Sepatu Rp. 4,800,000 4,800,000 -

Peny. Gudang Rp. 17,200,000 4,300,000 21,500,000

Peny. Mobil Rp. 91,300,000 5,737,500 85,562,500

Peny. Sepeda Motor Rp. 6,375,000 6,375,000

Biaya Peny. Komputer Warnet & Jasa Aplikasi HP

Rp.

34,980,000 11,395,000 46,375,000

Biaya Peny. Perabot Warnet & Jasa Aplikasi HP

Rp.

9,933,125

9,933,125

Biaya Peny. Bangunan Warnet

Rp.

9,440,000 2,360,000 11,800,000

Biaya Peny. Stan Rp. 4,000,000 1,083,333 2,916,667

Jumlah Beban Operasional Rp. 2,080,708,874 1,753,299,193

LABA BERSIH OPERASIONAL Rp. 4,586,783,852 4,313,508,738

(36)

PENDAPATAN LAIN-LAIN Pendapatan sewa stan di "PTC", Mks Rp. 150,000,000 150,000,000 -

Pendapatan rumah kontrakan A, Mks Rp. 140,000,000 140,000,000 -

Pendapatan rumah kontrakan B, Mks Rp. 40,000,000 40,000,000 -

Pendapatan penjualan rumah Rp. 55,000,000 55,000,000 -

Jumlah Pendapatan Lain Rp. 385,000,000 -

JUMLAH PENGHASILAN DALAM NEGERI Rp. 4,971,783,852 4,313,508,738 BEBAN LAIN-LAIN Peny. Rumah A Rp. 13,000,000 13,000,000 - Peny. Rumah B Rp. 9,760,000 9,760,000 - Peny, Rumah C Rp. 556,667 556,667 - Peny. Stan "PTC" Rp. 6,800,000 6,800,000 -

Biaya Pajak PBB Rumah C Rp. 472,000 472,000 -

Jumlah Beban Lain Rp. 30,588,667 -

TOTAL PENGHASILAN NETTO DALAM NEGERI

Rp.

4,941,195,185 4,313,508,738

(37)

Berdasarkan Tabel 4.7, dapat dilihat dengan jelas mana yang merupakan objek pajak penghasilan tidak final dan mana yang bersifat final. Selain itu, dapat diketahui juga biaya yang bisa menjadi pengurang penghasilan dan yang tidak bisa menjadi pengurang penghasilan. Berikut adalah penjelasan tiap pos dari hasil laporan keuangan fiskal yang telah direkonsiliasi:

1. Penjualan Toko1

Dalam penjualan Toko1 harus dikoreksi sebesar Rp.15.000.000,00 karena merupakan penghasilan yang diperoleh atas sewa stan sepatu. Penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan, yaitu persewaan stan sepatu merupakan objek Pajak Penghasilan Final yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1996 jo. Peraturan Pemerintah No.5 Tahun 2002. Penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan Final tidak boleh digabung dengan penghasilan lainnya. Oleh karena itu dibutuhkan rekonsiliasi fiskal negatif sebesar Rp. 15.000.000,00. Selain itu, penjualan Toko1 juga harus dihitung penjualan netto yang sebenarnya dengan cara mengeluarkan unsur Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di dalamnya. Penghasilan yang diperoleh atas hanya dari penjualan toko1 adalah sebesar Rp. 2.675.947.736,00. Cara mengeluarkan unsur PPN dari penjualan tersebut adalah dengan cara:

• 100/110 x (Rp. 2.675.947.736,00).

Maka akan ditemukan nilai PPN sebesar Rp. 243.267.967,00 yang harus dikoreksi fiskal negatif. Jadi untuk penjualan Toko1, koreksi fiskal negatif yang dilakukan adalah sebesar Rp. 258.267.967,00

2. Penjualan Toko2

Nilai penjualan Toko2 juga termasuk PPN di dalamnya. Maka PPN harus dikeluarkan dan dikoreksi negatif sebesar Rp.177.469.971,2. Angka ini diperoleh dengan cara :

• 100/110 x Rp. 1.952.169.683,00 3. Penjualan Toko3

PPN dalam penjualan Toko3 harus dikoreksi karena akan terjadi double

(38)

dikoreksi fiskal negatif adalah sebesar Rp. 213.410.810,2. PPN dicari dengan cara :

• 100/110 x Rp. 2.347.518.912,00 4. Penjualan Grosir

Penjualan grosir dikoreksi fiskal negatif sebesar Rp. 649.508.252.5. angka ini diperoleh dengan cara:

• 100/110 x Rp. 7.144.590.777,00 5. Penjualan D/O

Penjualan D/O juga harus dikoreksi fiskal sebesar Rp. 321.819.967,4 karena nilai PPN harus dikeluarkan dari total penjualan. PPN yang dikeluarkan diperoleh dengan cara:

• 100/110 x Rp. 3.540.019.641,00 6. Persediaan awal

Dalam persediaan awal, masih terdapat unsur PPN (pajak masukan) yaitu sebesar Rp. 410.746.641,7. Persediaan awal harus dikoreksi fiskal positif sebesar Rp. 410.746.641,7 yang diperoleh dengan cara:

• 100/110 x Rp. 4.518.213.059,00

Pos ini dikoreksi berdasarkan Peraturan Pemerintah No.138 Tahun 2000 yang menyatakan bahwa pajak masukan tidak dapat dikreditkan sesuai dengan ketentuan Pasal 9 ayat 8 Undang-Undang No. 8 tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 18 tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, kecuali:

a) Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat 8 huruf f dan huruf g Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai, sepanjang tidak dapat dibuktikan bahwa Pajak Masukan tersebut telah benar-benar dibayar.

b) Pajak Masukan berkenaan dengan pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan dalam menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat 1 Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.

(39)

7. Pembelian

Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai (Pajak Masukan) harus dikoreksi fiskal positif seluruhnya sebesar Rp. 828,405,546 karena tidak bisa menjadi pengurang penghasilan.

8. Biaya pengiriman

Biaya pengiriman merupakan biaya yang dikeluarkan dalam memperoleh barang dagangan dari supplier. Biaya ini ditanggung sepenuhnya oleh Tn. “X”. biaya pengiriman ini bisa dijadikan bagian dari harga pokok penjualan karena berdasarkan pasal 6 ayat 1 huruf a Undang – Undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000 yang menyatakan bahwa biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan termasuk biaya pembelian bahan dapat menjadi bagian pengurang atas penghasilan bruto. 9. Persediaan akhir

Persediaan akhir dalam laporan laba rugi komersial masih mengandung PPN (pajak masukan) sebesar Rp. 219.960.006,8. Berdasarkan Pasal 9 ayat 8 Undang-Undang No. 8 tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 18 tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, pajak masukan yang terkandung dalam persediaan akhir belum bisa dibuktikan telah dibayarkan. Oleh karena belum dibayarkan, maka pajak masukan dalam persediaan akhir harus dikoreksi fiskal negatif sebesar Rp. 219.960.006,8 yang diperoleh dengan cara:

• 100/110 x Rp. 2.419.560.075,00 10. Peredaran bruto usaha warnet

Penghasilan yang diperoleh dari usaha warnet merupakan penghasilan tanpa mengandung PPN. Peredaran bruto usaha warnet merupakan objek penghasilan sesuai dengan pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000. Pengenaan pajak atas peredaran bruto usaha warnet bersifat tidak final. Oleh karena itu, peredaran bruto usaha warnet harus digabung dengan penghasilan yang lain untuk menghitung pajak penghasilan terutang.

(40)

11. Peredaran bruto usaha jasa aplikasi handphone

Usaha ini juga merupakan usaha yang dikelola oleh anak pertama Tn. “X”. Berdasarkan pasal 4 ayat 1 Undang – Undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000, peredaran bruto usaha jasa aplikasi handphone merupakan objek pajak penghasilan dimana pengenaan pajaknya bersifat tidak final. Oleh karena itu, peredaran bruto usaha ini harus digabung dengan penghasilan lainnya dalam menghitung pajak penghasilan terutang.

12. Beban Gaji

Dalam pos beban gaji, terdapat biaya yang bisa dijadikan pengurang penghasilan dan juga yang tidak bisa dijadikan pengurang penghasilan. Biaya-biaya yang bisa dijadikan pengurang adalah gaji pokok karyawan toko, petinggi staf, staf kantor dan gudang, gaji pegawai warnet dan jasa aplikasi

handphone, THR, tunjangan makan dan minum pegawai, dan bonus uang

pegawai. Biaya ini bisa menjadi pengurang penghasilan bruto berdasarkan pasal 6 ayat 1 huruf a Undang - Undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000 yaitu biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan. Tetapi, atas perlakuan pajak yang dilakukan tersebut, Wajib Pajak harus memotong pajak penghasilan pasal 21 atas penghasilan yang melebihi PTKP. Penghasilan gaji yang melebihi PTKP hanyalah gaji para petinggi staf. Beban gaji petinggi staf dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan bruto (deductible) asalkan gaji tersebut dikenakan pajak penghasilan pasal 21 (taxable). Wajib Pajak juga wajib melaporkan pemotongan pajak penghasilan pasal 21 tersebut dalam SPT Formulir 1721 tahun 2006.

Dalam beban gaji tersebut terdapat beban gaji yang harus dikoreksi. Beban gaji yang harus dikoreksi adalah beban gaji petinggi staf yaitu gaji kedua anak Tn. “X” karena dalam beban tersebut terdapat jumlah tidak wajar dalam pembebanan gaji. Jumlah yang tidak wajar adalah jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang diberikan. Berdasarkan pasal 9 ayat 1 huruf f Undang-undang Pajak Penghasilan No.17 Tahun 2000, pengeluaran untuk mendapatkan, menagih dan memelihara

Gambar

Gambar 4.1. Bagan Struktur Organisasi Tn. ”X” sebagai Distribtor dan Pedagang  Eceran Sepatu
Tabel 4.1. Laporan Laba Rugi Komersial Usaha Distributor dan Toko Sepatu
Tabel 4.2. Laporan Laba Rugi Komersial Usaha Warnet
Tabel 4.3. Laporan Laba Rugi Komersial Usaha Jasa Aplikasi Handphone
+6

Referensi

Dokumen terkait

Dengan skema ini terlihat bahwa dana yang diberikan oleh pemerintah/ lembaga penaung akan membuat perpustakaan (dengan citra baru hasil kerjasama) berkembang sehingga

21 Cakrabuana (Majalengka), Gunung Sawal (Ciamis), Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP) dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Sebaran tanaman ganitri ditemukan

DAFTAR JEMAAH BERHAK LUNAS TAHAP I TAHUN 1441H/2020M PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR... ADI

Dalam Pasal 23 Undang – Undang Nomor 17 Tahun 2000 yang telah diubah menjadi Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yang mengatur pemotongan pajak

Ketentuan perpajakan untuk iuran pensiun diatur dalam ketentuan Pasal 4 ayat (3) huruf g Undang-undang Pajak Penghasilan nomor 10 tahun 1994 yang diubah menjadi nomor

bahwa dalam penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000

Kerusakan Jalan dan data Kerusakan Drainase. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari peneltian dan sumber yang sudah ada. Dalam studi ini terdapat 3 data

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan kebijakan moneter yang dilakukan oleh The Federal Reserve AS terhadap pergerakan suku bunga Bank Indonesia (BI 7 Days Repo),