Ratna Dhevi F, 2013
REKONSTRUKSI DESAIN PEMBELAJARAN ELEKTROKIMIA
MENGGUNAKAN KONTEKS KERIS MELALUI ANALISIS
METAPEDADIDAKTIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Kimia
Oleh:
Ratna Dhevi F
0809114
Jurusan Pendidikan Kimia
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung
Ratna Dhevi F, 2013
REKONSTRUKSI DESAIN PEMBELAJARAN ELEKTROKIMIA
MENGGUNAKAN KONTEKS KERIS MELALUI ANALISIS
METAPEDADIDAKTIK
Oleh Ratna Dhevi F
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Ratna Dhevi F 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
November 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Ratna Dhevi F, 2013
REKONSTRUKSI DESAIN PEMBELAJARAN ELEKTROKIMIA MENGGUNAKAN KONTEKS KERIS MELALUI ANALISIS
METAPEDADIDAKTIK Oleh:
Ratna Dhevi F 0809114
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Dr . Hernani, M. Si. NIP. 196711091991012001
Pembimbing II
Dr. rer. nat. H. Ahmad Mudzakir, M.Si. NIP. 196611211991031002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
i
Ratna Dhevi F, 2013
ABSTRAK
v Ratna Dhevi F, 2013
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 5
E. Manfaat Penelitian ... 6
F. Penjelasan Istilah ... 6
BAB II TINJAUAN TEORI A. Literasi Sains ... 8
B. Desain Pembelajaran Berbasis Literasi Sains ... 14
C. Metapedadidaktik ... 18
D. Tinjauan Materi ... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian... 35
B. Prosedur Penelitian... 36
C. Subjek Penelitian ... 38
D. Instrumen Penelitian... 38
E. Prosedur Pengumpulan Data ... 40
vi Ratna Dhevi F, 2013
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Kelemahan Desain Pembelajaran Berdasarkan Analisis
Metapedadidaktik ... 44
1. Tahap Kontak (Contact Phase) ... 44
2. Tahap Kuriositi (Curiosity Phase) ... 48
3. Tahap Elaborasi (Elaboration Phase) ... 49
4. Tahap Pengambilan Keputusan (Decision Making Phase) ... 59
5. Tahap Nexus (Nexus Phase) ... 62
B. Kelemahan Desain Pembelajaran Berdasarkan Pencapaian Kemampuan Literasi Sains Siswa ... 65
1. Pencapaian Semua Aspek Literasi Sains Siswa ... 66
2. Pencapaian Setiap Aspek Literasi Sains Siswa ... 67
C. Upaya Perbaikan Desain Pembelajaran ... 77
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 86
B. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 88
LAMPIRAN ... 89
vii Ratna Dhevi F, 2013
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Kisi-kisi Item Tes pada Setiap Aspek
Tabel 3.2. Pola Analisis Metapedadidaktik dalam Lembar Observasi
Tabel 3.3. Pola Analisis Metapedadidaktik terhadap Hasil Deskripsi Keterlaksanaan Lembar Observasi
Tabel 3.4. Klasifikasi Nilai Gain Ternormalisasi
Tabel 4.1. Deskripsi Pola Metapedadidaktik yang Tercipta pada Tahap Apersepsi
Tabel 4.2. Deskripsi Pola Metapedadidaktik yang Tercipta pada Tahap Kontak Tabel 4.3. Deskripsi Pola Metapedadidaktik yang Tercipta pada Tahap
Kuriositi
Tabel 4.4. Temuan Kelemahan pada Tahap Elaborasi
Tabel 4.5. Deskripsi Pola Metapedadidaktik yang Tercipta pada Tahap Elaborasi 3
Tabel 4.6. Deskripsi Pola Metapedadidaktik yang Tercipta pada Tahap Elaborasi 4
Tabel 4.7. Deskripsi Pola Metapedadidaktik yang Tercipta pada Tahap Elaborasi 6
Tabel 4.8. Deskripsi Pola Metapedadidaktik yang Tercipta pada Tahap Elaborasi 9
Tabel 4.9. Temuan Kelemahan pada Tahap Pengambilan Keputusan
Tabel 4.10. Deskripsi Pola Metapedadidaktik yang Tercipta pada Tahap Pengambilan Keputusan (Decission Making)
Tabel 4.11. Temuan Kelemahan pada Tahap Nexus
Tabel 4.12. Deskripsi Pola Metapedadidaktik yang Tercipta pada Tahap Nexus Tabel 4.13. Temuan Kelemahan Berdasarkan Pencapaian Kemampuan Literasi
Sains Siswa
viii Ratna Dhevi F, 2013
Tabel 4.15. Pemetaan Hasil Pretes dan Postes Setiap Siswa pada Aspek Konteks Tabel 4.16. Pemetaan Hasil Pretes dan Postes Setiap Siswa pada Aspek Proses Tabel 4.17. Pemetaan Hasil Pretes dan Postes Setiap Siswa pada Aspek Sikap Tabel 4.18. Temuan Penelitian dan Strategi Perbaikan
ix Ratna Dhevi F, 2013
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Model Skematik Pembagian Literasi Sains Gambar 2.2. Segitiga Didaktis yang Dimodifikasi
Gambar 2.3. Metapedadidaktik Dilihat dari Sisi ADP, HD, dan HP Gambar 2.4. Alur Berfikir Guru dalam Metapedadidaktik
Gambar 2.5. Proses Pembuatan Keris Gambar 2.6. Kristal Warangan As2S3 Gambar 2.7. Mekanisme Korosi
Gambar 2.8. Sel Elektrolisis untuk Pelapisan Keris Gambar 3.1. Metode Pengumpulan Data
Gambar 3.2. Alur Penelitian
Gambar 4.1. Grafik Perbandingan Presentase Rerata Hasil Pretes dan Postes Serta Kenaikan Tingkat Literasi Sains Siswa pada Semua Aspek
Gambar 4.2. Grafik Perbandingan Presentase Rerata Hasil Pretes dan Postes Serta Kenaikan Tingkat Literasi Sains Siswa pada Aspek Konten
Gambar 4.3. Grafik Perbandingan Presentase Rerata Hasil Pretes dan Postes Serta Kenaikan Tingkat Literasi Sains Siswa pada Aspek Konteks
Gambar 4.4. Grafik Perbandingan Presentase Rerata Hasil Pretes dan Postes Serta Kenaikan Tingkat Literasi Sains Siswa pada Aspek Proses
x Ratna Dhevi F, 2013
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1. Hasil Validasi Kesesuaian SK, KD, Konteks, Konten, Proses dan Indikator
Lampiran 1.2. Hasil Validasi Kesesuaian Indikator dengan Soal Lampiran 1.3. Hasil Validasi Lembar Observasi
Lampiran 1.4. Analisis dan Hasil Lembar Observasi Lampiran 1.5. Tabel Hasil Perolehan Pretes Siswa Lampiran 1.6. Tabel Hasil Perolehan Postes Siswa
Lampiran 1.7. Tabel Hasil Analisa Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Siswa
Lampiran 2.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 dan Perangkat Setelah Rekonstruksi
Lampiran 2.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 dan Perangkat Setelah Rekonstruksi
Lampiran 2.3. Antisipasi Didaktis Pedagogis Setelah Rekonstruksi
Lampiran 3.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 dan Perangkat Sebelum Rekonstruksi
Lampiran 3.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 dan Perangkat Sebelum Rekonstruksi
1
Ratna Dhevi F, 2013
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam standar proses pendidikan, pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa, artinya sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran. Asumsi filosofis pendidikan mengatakan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha sadar untuk mengembangkan manusia menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial maupun moral. Dalam pandangan psikologi modern belajar bukan hanya sekedar menghafal sejumlah fakta atau informasi, akan tetapi peristiwa mental dan proses berpengalaman.
Peristiwa mental pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Terkait dengan hal tersebut, pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya guru untuk membantu siswa melakukan kegiatan belajar yang bertujuan untuk terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan siswa. Isi kegiatan belajar adalah bahan belajar yang bersumber pada kurikulum suatu program pendidikan. Proses kegiatan belajar adalah langkah-langkah atau tahapan yang dilalui guru dan siswa dalam pembelajaran (Isjoni, 2010).
Langkah-langkah desain pembelajaran biasanya diramu dalam desain pembelajaran yang tentunya tidak terlepas dari perencanaan pembelajaran atau yang dalam kenyataannya diwujudkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pembelajaran adalah proses yang bertujuan dan melibatkan proses kerjasama antara guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran guru dan siswa perlu untuk bekerjasama secara harmonis. Guru perlu merencanakan apa yang harus dilakukan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal, disamping guru juga harus merencanakan apa yang sebaiknya diperankannya sebagai pengelola pembelajaran (Sanjaya, 2011).
2
Ratna Dhevi F, 2013
perencanaan yang matang dari seorang guru. Pembelajaran akan efektif dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang tepat dengan perencanaan yang matang untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Proses perencanaan pembelajaran atau suatu desain pembelajaran memerlukan suatu pemikiran yang matang, sehingga akan berfungsi sebagai pedoman dalam mencapai tujuan pendidikan (Sanjaya, 2011).
Proses untuk mencapai tujuan pendidikan melibatkan hubungan guru, siswa dan materi yang diramu dalam dalam desain pembelajaran. Dalam kenyataannya desain pembelajaran yang dituangkan dalam RPP seringkali melupakan hubungan timbal balik diantara guru dan siswa, yang seharusnya dapat menunjukkan kemungkinan-kemungkinan respon siswa. Kurangnya antisipasi didaktis yang tercermin dalam perencanaan pembelajaran, dapat berdampak kurang optimalnya proses belajar bagi masing-masing siswa. Hal tersebut antara lain disebabkan sebagian respon siswa atas situasi didaktik yang dikembangkan di luar jangkauan pemikiran guru atau tidak tereksplorasi sehingga keragaman kesulitan belajar yang muncul tidak direspon guru secara tepat atau tidak direspon sama sekali yang akibatnya proses belajar tidak terjadi (Suryadi, 2011).
Mewujudkan tujuan pendidikan sebagai upaya meningkatkan kualitas individu dengan mengembangkan segala potensi individu salah satunya dapat dicapai dengan pembelajaran sains bermakna di sekolah. Pembelajaran sains diharapkan mampu meningkatkan kompetensi afektif, kognitif, dan psikomotor. Agar pembelajaran sains dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mengembangkan potensi diri manusia, maka perlu diciptakan pembelajaran sains yang membuat peserta didik dapat mengaplikasikan ilmu yang didapatnya dalam menghadapi masalah di kehidupan sehari-hari. Dalam kata lain, melalui pembelajaran sains siswa memiliki literasi sains yaitu mampu untuk mengaitkan dan menggunakan konsep sains dalam kehidupan sehari-hari (Asniar, 2011).
3
Ratna Dhevi F, 2013
matematika (mathematic literacy), dan sains (scientific literacy) yang dimotori oleh organisasi tingkat internasional OECD (Organization for Economic Co-Operation and Development). Studi penilaian literasi sains PISA di Indonesia menunjukkan hasil yang nampak tidak sepadan dengan peran penting sains (Firman, 2007). Studi terakhir PISA pada tahun 2009, menempatkan Indonesia berada pada urutan ke-57 pada kemampuan sains dari 65 negara. Skor literasi yang dicapai sebesar 383, dengan rerata skor dari Negara anggota OECD adalah 501 (OECD, 2010). Skor ini adalah skor terendah yang dicapai, dimana sebelumnya skor literasi sains siswa Indonesia berturut-turut adalah 393, 395, 395 untuk tahun 2000, 2003 dan 2006 (Ekohariadi, 2009).
Hasil pencapaian skor literasi tersebut menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains siswa Indonesia masih rendah yaitu masih pada pangkal awal dalam tingkatan literasi. Siswa dalam tingkatan pangkal awal literasi hanya mampu mencapai skor 400 poin. Siswa dengan perolehan skor sekitar 400 poin diduga baru mampu mengingat konsep-konsep IPA atau sains berdasarkan fakta yang sederhana, misalnya menamai suatu fakta ilmiah, mengenal istilah ilmiah, mengetahui rumus-rumus sederhana, dan menggunakannya untuk mengevaluasi atau menarik kesimpulan (Hayat dan Suhendra, 2010).
4
Ratna Dhevi F, 2013
Keris merupakan salah satu dari sekian banyak kearifan lokal yang dimiliki oleh Indonesia. Keris telah disahkan sebagai warisan budaya asli Indonesia oleh UNESCO pada tanggal 25 November 2005. Di Indonesia, khususnya pulau Jawa, keris bukan hanya sekedar senjata, tetapi juga merupakan sebuah warisan leluhur yang perlu dijaga dengan sangat hati-hati. Untuk keperluan merawat keris dilakukan penjamasan atau prosesi pemandian keris yang dilaksanakan secara rutin.
Proses penjamasan atau pemandian keris ini bila ditinjau dari sudut pandang sains sangat berkaitan dengan sifat material utama keris. Material utama keris adalah besi yang merupakan logam yang sangat mudah mengalami korosi. Dalam standar isi mata pelajaran kimia untuk siswa SMA, salah satu pokok materinya adalah elektrokimia. Konten elektrokimia berkaitan erat dengan konteks keris terutama pada tradisi penjamasannya. Materi pokok elektrokimia dipandang relevan dengan kriteria pemilihan konsep sains menurut PISA.
Desain pembelajaran yang telah disusun berupa desain pembelajaran kimia yang mengacu pada desain pembelajaran Science Technology Literacy (STL) berbasis kearifan lokal dengan konteks keris. Desain pembelajaran dirancang dengan pendekatan konsep dan pendekatan proses dengan mengangkat isu budaya
sosioscientific penjamasan keris sebagai konteks utama. Pembelajaran kontekstual ini diharapkan dapat meningkatkan literasi sains siswa sesuai dengan yang dikemukakan Hoolbrok (2005). Konteks yang diambil pula telah sesuai dengan kriteria konteks menurut Hoolbrok (2005). Pemilihan konteks yang dekat dengan kehidupan sehari-hari diharapkan dapat menyadarkan siswa bahwa pelajaran kimia ada dalam kehidupan mereka sehari-hari, bukanlah suatu pelajaran yang terpisah dari kehidupan mereka.
5
Ratna Dhevi F, 2013
memperbaikinya, maka perlu dilakukan rekonstruksi terhadap desain pembelajaran melalui analisis metapedadidaktik.
Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suci Rizki N. A. pada tahun 2011. Hasil penelitian tersebut adalah desain pembelajaran STL dengan konteks keris, karakteristik desain dan pendapat guru mengenai desain pembelajaran tersebut (Rizki, 2011). Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka peneliti mengambil judul penelitian “rekonstruksi desain pembelajaran elektrokimia menggunakan konteks keris melalui analisis metapedadidaktik”.
B. Perumusan Masalah
Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimana keterlaksanaan dan efektifitas desain pembelajaran elektrokimia menggunakan konteks keris?”. Permasalahan tersebut diuraikan menjadi sub-sub masalah berikut.
1. Apa kelemahan-kelemahan dari pengimplementasian desain pembelajaran yang telah dikembangkan sebelumnya berdasarkan analisis metapedadidaktik?
2. Apa kelemahan desain pembelajaran ditinjau dari capaian literasi sains siswa? 3. Bagaimana hasil rekonstruksi desain pembelajaran elektrokimia
menggunakan pola hubungan siswa, guru dan materi?
C. Pembatasan Masalah
Rekonstruksi desain pembelajaran dibatasi pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat beserta lampiran RPP yaitu Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Antisipasi Didaktis Pendagogis (ADP) yang telah dibuat.
D. Tujuan Penelitian
6
Ratna Dhevi F, 2013
1. Informasi tentang kelemahan desain pembelajaran elektrokimia sebelum direkonstruksi berdasarkan analisis metapedadidaktik.
2. Informasi tentang kelemahan desain pembelajaran elektrokimia sebelum direkonstruksi berdasarkan analisis ketercapaian kemampuan literasi sains siswa.
3. Desain pembelajaran elektrokimia menggunakan konteks keris hasil rekonstruksi.
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1. Guru
Desain pembelajaran yang dikembangkan diharapkan dapat digunakan sebagai desain pembelajaran alternatif untuk mengembangkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir, dan karakter siswa.
2. Lembaga Pendidikan Terkait
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.
3. Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan, masukan dan bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian dengan materi pokok yang berbeda.
F. Penjelasan Istilah
Untuk menghindari perbedaan penafsiran mengenai sejumlah istilah yang ada di penelitian ini, maka peneliti perlu menjelaskan istilah berikut :
1. Desain Pembelajaran
7
Ratna Dhevi F, 2013
respon siswa terhadap situasi yang tercipta) untuk mencapai kompetensi yang diharapkan (Suryadi, 2010).
2. Literasi Sains
Literasi sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan untuk mengidentifikasi isu-isu ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti ilmiah dalam rangka proses untuk memahami alam (OECD, 2010).
3. Metapedadidaktik
35
Ratna Dhevi F, 2013
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan mixmethod yang memuat aspek kuantitatif dan kualitatif. Metode yang digunakan yaitu metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R and D) dan pre-experiment tipe one group pre-test post-test design. Metode R and D adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2011). Produk berupa desain pembelajaran telah dihasilkan pada penelitian sebelumnya yang dilaksanakan oleh Rizky (2011) mengenai desain pembelajaran elektrokimia menggunakan konteks keris. Pada penelitian sebelumnya, R and D telah sampai pada tahap define dan
desain. Tahap selanjutnya adalah implementasi dan develop yang dilaksanakan pada penelitian ini. Validasi ahli menyatakan bahwa desain pembelajaran yang dikembangkan tersebut telah sesuai dengan aspek konten, konteks dan proses yang ditetapkan oleh PISA dan standar isi pendidikan yang berlaku di Indonesia. Selain validasi ahli, tanggapan guru-guru kimia mengkategorikan baik untuk desain pembelajaran ini dan layak untuk diimplementasikan. Pelaksanaan implementasi produk bertujuan untuk mengetahui efektifitas dan kelemahan produk penelitian. Dengan kata lain, pada penelitian ini R and D dilaksanakan pada tahap implementasi dan develop. Hasil utama dari penelitian ini adalah desain pembelajaran yang telah diimplementasikan dan direkonstruksi.
Metode penelitian pre-experiment tipe one group pre-test post-test design
36
Ratna Dhevi F, 2013
mengajar termasuk interaksi guru, siswa dan materi diamati menggunakan lembar observasi untuk kemudian dianalisis dengan teknik metapedadidaktik. Diakhir implementasi dilaksanakan postest untuk mengetahui efektifitas pembelajaran terhadap kemampuan siswa sekaligus mengukur tingkat literasi sains siswa. Gambaran umum metode pengambilan data dapat diilustrasikan pada gambar 3.1 berikut.
Kelas Metode Pengumpulan Data
XII
Gambar 3.1. Metode Pengumpulan Data
B. Prosedur Penelitian
Alur penelitian yang dilaksanakan selama peneltian ini disajikan pada gambar 3.2. berikut.
Pretest Implementasi
dan perlakukan Postest
Desain pembelajaran yang telah ada Pembuatan instrumen
Pretest Instrumen
Validasi Implementasi Pembelajaran
Observasi
Postest
Pengumpulan Data
Analisis Data dan pembahasan Analisis
Metapedadidaktik
Penarikan Kesimpulan Rekonstruksi Desain
37
Ratna Dhevi F, 2013
Gambar 3.2 Alur Penelitian
Alur penelitian tersebut dijelaskan dalam prosedur penelitian berikut ini: 1. Pembuatan Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang dibuat berupa instrumen tes dan nontes. Instrumen tes berupa soal pilihan ganda yang mencakup soal aspek pengetahuan sains dan sikap sains. Sedangkan instrumen nontes berupa lembar observasi. Setelah dilakukan penyusunan instrumen dilaksanakan validasi instrumen kemudian revisi. Hasil validasi dapat dilihat pada Lampiran 1.
2. Implementasi Pembelajaran
Implementasi pembelajaran dilakukan dengan menggunakan RPP dan perangkat pembelajaran yang telah dihasilkan pada desain pembelajaran sebelumnya. Selama implementasi pembelajaran dilaksanakan pengambilan data menggunakan lembar observasi guna mengetahui keterlaksanaan desain pembelajaran untuk digunakan sebagai bahan analisis dan rekonstruksi desain. Sebelum dilaksanakan implementasi desain pembelajaran, dilakukan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Begitu pula di akhir pembelajaran dilaksanakan postest untuk mengetahui kemampuan siswa setelah implementasi.
3. Analisis Data dan Pembahasan
Data yang didapatkan selama penelitian/ implementasi diolah untuk kemudian dianalisis menggunakan analisis metapedadidaktik. Data hasil penelitian berupa deskripsi pola keterlaksanaan metapedadidaktik dan pencapaian
kemampuan literasi sains siswa.
4. Penarikan Kesimpulan dan Rekonstruksi Desain Pembelajaran
38
Ratna Dhevi F, 2013 C. Subjek Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada subjek penelitian berupa desain pembelajaran yang direkonstruksi berdasarkan hasil uji coba terbatas. Uji coba tersebut dilaksanakan oleh 12 orang siswa di salah satu SMA swasta di Subang sebagai objek penelitian yang diberikan perlakuan dengan pembelajaran menggunakan desain pembelajaran sebelum rekonstruksi. Siswa yang menjadi objek penelitian mengikuti seluruh rangkaian penelitian mulai dari pretest, implementasi hingga postest. Semua siswa tersebut telah menerima materi redoks di kelas X dan XII serta telah menerima materi elektrokimia dengan metode penyampaian konvensional tanpa menggunakan konteks keris.
D. Instrumen Penelitian
Secara umum instrumen penelitian yang digunakan berupa instrumen tes dan non tes.
1. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. (Arikunto, 2006). Tes yang dilakukan berupa pretest (kemampuan awal) dan postest (kemampuan akhir). Instrumen tes berupa soal literasi sains pilihan ganda meliputi soal pengetahuan sains dan sikap sains yang mengacu pada aspek-aspek sains PISA. Instrumen soal tes dibuat dengan tujuan untuk mengukur tingkat kemampuan literasi sains siswa sekaligus digunakan untuk alat analisis keefektifan kegiatan pembelajaran yang tertuang dalam desain pembelajaran. Sebelum digunakan, instrumen tes yang telah disusun divalidasi terlebih dahulu oleh validator. Adapun kisi-kisi tes dalam setiap aspek literasi sains ditunjukkan pada tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1. Kisi-Kisi Item Tes Pada Setiap Aspek
39
Ratna Dhevi F, 2013
Aspek Kisi-Kisi Nomor Soal
Konten
Potensial reduksi standar 1,2,3,4
Sel volta 5,6,7
Korosi logam 9,10,12,15
Sel elektrolisis 20,22,23,25,26
Hukum faraday 24,27,28,29,30
Konteks
Logam-logam penyusun keris 1,2,3,4
Pencucian senjata keris 5,6,7
Penyimpanan senjata keris 9,10,12
Penjamasan keris 15
Teknologi elektroplating 20,22,23,24,25,29,30
Pemurnian tembaga 26,27,28
Proses
Menafsirkan bukti ilmiah dan menarik
kesimpulan 1,2,9
Mengiidentifikasi deskripsi, penjelasan
dan prediksi yang tepat 3,6,20,21,23
Mengidentifikasi kata kunci untuk
mencari informasi ilmiah 4,12,25
Menerapkan ilmu pengetahuan dalam
situasi tertentu 5,22,24,27,28,29,30
Menyadari masalah yang mungkin untuk
diselidiki secara ilmiah 7,15,26
Menjelaskan atau menafsirkan fenomena
ilmiah dan memprediksi perubahan 10
2. Non-tes
40
Ratna Dhevi F, 2013
kegiatan guru, siswa, interaksi antara siswa dan guru, serta interaksi keduanya dengan materi.
Seluruh tahapan dalam pembelajaran STL diamati menggunakan lembar observasi. Dalam setiap pertemuan digunakan sebuah lembar observasi. Lembar observasi yang digunakan dibuat berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Antisipasi Didakstis Pendagogis (ADP) yang termuat dalam desain pembelajaran sebelumnya. RPP disusun sebagai suatu rangkaian kegiatan didaktis (interaksi antara siswa dengan materi) dan ADP berupa langkah-langkah antisipasi pendagogis guru atas prediksi respon siswa terhadap semua situasi didaktis. Hasil lembar observasi berupa deskripsi pelaksanaan pembelajaran.
E. Prosedur Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Data dalam penelitian ini terdiri atas data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa ketercapaian kemampuan siswa atas indikator-indikator yang telah ditetapkan termasuk di dalamnya ketercapaian kemampuan literasi sains siswa. Data kualitatif berupa deskripsi pelaksanaan implementasi desain yang dimuat dalam deskripsi keterlaksanaan pola metapedadidaktik.
2. Sumber Data
Kemampuan awal dan kemampuan akhir siswa didapatkan dari instrumen tes. Deskripsi keterlaksanaan implementasi di dapatkan dari lembar observasi.
3. Teknik Pengambilan Data
41
Ratna Dhevi F, 2013
pembelajaran menggunakan deskripsi hasil lembar observasi. Semua analisis dilaksanakan melalui analisis metapedadidaktik sehingga menghasilkan kelemahan-kelemahan desain pembelajaran sebelumnya. Rekonstruksi desain pembelajaran dilakukan berdasarkan hasil kesimpulan penelitian dan hasil analisis.
F. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dilaksanakan berdasarkan data yang diperoleh. Data yang diperoleh berupa deskripsi lembar observasi, hasil pretest, dan hasil
postest.
a. Analisis Lembar Observasi
Data yang didapatkan pada lembar observasi berupa deskripsi keterlaksanaan kegiatan pembelajaran. Hasil analisis digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama dan ketiga. Analisis data dilaksanakan dengan analisis metapedadidaktik. Analisis metapedadidaktik dilaksanakan dengan melihat pola interaksi materi, guru dan siswa. Setiap siswa dianalisis dalam setiap tahapan pembelajaran untuk kemudian dibandingkan antara sikap selama mengikuti pembelajaran dengan hasil tesnya. Analisis setiap tahap pembelajaran juga dibandingkan dengan ketercapaian keseluruhan siswa dalam hasil tes yang relevan dengan tahap pembelajaran tersebut. Pola analisis metapedadidaktik yang dibuat disesuaikan dengan pola metapedadidaktik yang dikemukakan oleh Suryadi (2011). Berikut adalah format pola analisis metapedadidaktik yang dituangkan dalam lembar observasi dan dilaksanakan dalam penelitian ini.
Tabel 3.1. Format Pola Analisis Metapedadidaktik dalam Lembar Observasi Kegiatan
42
Ratna Dhevi F, 2013
siswa merupakan prediksi berbagai kemungkinan tanggapan siswa terhadap situasi didaktis yang diciptakan. Respon siswa ini menggambarkan pola hubungan siswa-materi dan siswa-guru dari segi siswa. Sedangkan antisipasi guru adalah tanggapan atau tindakan yang harus dilaksanakan guru dalam menghadapi berbagai respon siswa. Antisipasi guru yang dituangkan dalam Antisipasi Didaktis Pedagogis ini memperlihatkan pola hubungan guru-materi dan guru-siswa dari segi guru. Ketiganya dihubungkan dalam deskripsi keterlaksanaan sebagai analisis terhadap situasi didaktis dan pedagogis yang tercipta. Tabel 3.3. berikut adalah format pola analisis metapedadidaktik terhadap hasil deskripsi keterlaksanaan lembar observasi.
Tabel. 3.3. Format Pola Analisis Metapedadidaktik terhadap Hasil Deskripsi Keterlaksanaan Lembar Observasi
Situasi Didaktis yang Direncanakan
Respon Siswa Antisipasi Guru Situasi Didaktis Baru yang Tercipta
b. Analisis hasil tes
Analisis data yang dilakukan berupa analisis pretest dan postest. Hasil analisis digunakan untuk menjawab rumusan masalah kedua dan ketiga. Pengolahan data skor mentah pretest dan postest soal pilihan ganda dilakukan dengan memberi skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Hasil tes digunakan untuk mengetahui tingkat penguasaan literasi sains siswa dengan perhitungan gain ternormalisasi <g>. Tingkat penguasaan literasi sains siswa dinyatakan pada setiap aspek literasi sainsnya yaitu konten, konteks dan proses serta dinyatakan pula tingkat penguasaan literasi sains secara keseluruhan. Perhitungan gain ternormalisasi dinyatakan dalam rumusan berikut ini:
43
Ratna Dhevi F, 2013
Tabel 3.2. Klasifikasi nilai gain ternormalisasi
Nilai <g> Interpretasi
g ≥ 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g < 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
86 Ratna Dhevi F, 2013
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil analisis metapedadidaktik ditemukan sembilan kelemahan desain pembelajaran yaitu (1) tidak terprediksinya respon siswa pada beberapa tahapan pembelajaran, (2) setiap awal pembelajaran tidak ditekankan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (3) siswa tidak ditekankan untuk membaca materi yang disediakan, (4) kesalahan dan kurang lengkapnya data pada LKS sel volta, (5) hubungan antara konten dan konteks tidak terlihat di RPP, (6) tidak ada petunjuk tatacara penggunaan LKS eksperimen, (7) penggunaan LKS di setiap pertemuan menggunakan metode yang sama, (8) kurangnya aktivitas siswa pada tahap elaborasi 10 dan 11 pada konten sel elektrolisis dan hukum faraday, dan (9) pertanyaan kuriositi tidak ditekankan untuk dijawab dan dikaitkan pada setiap tahap pembelajaran terutama di awal dan akhir pertemuan.
2. Berdasarkan pencapaian literasi sains siswa ditemukan empat kelemahan yang mendukung temuan yang berdasarkan hasil analisis metapedadidaktik. Empat temuan tersebut adalah (1) pada aspek konten sel elektrolisis, N-gainnya bernilai negatif dan tafsiran pencapaian kemampuannya tergolong rendah, (2) pencapaian kemampuan literasi sains pada konteks logam-logam penyusun keris dan teknologi elektroplating tergolong rendah, (3) Terdapat penurunan kemampuan literasi sains pada aspek proses mengidentifikasi deskripsi, penjelasan dan prediksi yang tepat, dan (4) Tidak ada peningkatan kemampuan literasi sains pada aspek proses menjelaskan atau menafsirkan fenomena ilmiah dan memprediksi perubahan.
87
Ratna Dhevi F, 2013
Rekontruksi Desain Pembelajaran Elektrokimia Menggunakan Konteks Keris Melalui Analisis menggunakan LKS yang lebih beragam, dan pengubahan format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang digunakan agar lebih dapat dimengerti.
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, terdapat beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya atau penelitian sejenis lainnya, yaitu:
1. Implementasi hendaknya dilakukan dengan sampel yang lebih banyak dan acak sehingga hasil yang di dapat benar-benar desain pembelajaran yang dapat digunakan dalam berbagai kondisi dan karakteristik siswa.
88 Ratna Dhevi F, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, C., Karim Suryadi., dan Tri Karyono. (2009). Etnopedagogi: Landasan Praktik Pendidikan Guru. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Asniar. (2011). Efektifitas Software Pembelajaran IPA Terpadu Model Conected Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa Kelas VIII Pada Tema Rokok dan Kesehatan. Tesis Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan. Chang, R. (2004). Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti. Jakarta: Erlangga.
De Jong, O. (2006). Context-Based Chemical Education: How to Improve it?. Sweden: Karlstad University.
Ekohariadi. (2009). Faktor – faktor yang mempengaruhi literasi sains siswa Indonesia berusia 15 tahun. Jurnal Pendidikan Dasar. 10, 28-41.
Firman, H. (2007). Analisis Literasi Sains Berdasarkan Hasil PISA Nasional Tahun 2006. Jakarta: Puspendik
Hake, Richard R. (1998). Interactive-engagement versus traditional methods: A six-thousandstudent survey of mechanics test data for introductory physics courses. Am. J. Phys. 66, 64-74
Harsrinuksmo, B. (2003). Ensiklopedia Keris. Jakarta: Gramedia.
Hayat, B dan Suhendra Y. (2010). Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Holbrook, J. (2005). Making Chemistry Teaching Relevant. Chemical Education International. 6(1), 1-12.
Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif. Bandung: Raneka
Munthe, B. (2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani. Murcia, K. (2006). An Evidence Based Framework for Developing Scientific
Literacy. Proseeding Western Australian Institude for Educational Research Forum 2006.
89
Ratna Dhevi F, 2013
Development of Basic Chemical Concepts. Makalah Simposium Internasional IPN-UYSEG Oktober 2002, Kiel Jerman.
OECD. (2010). PISA 2009 Assesment Framework: Key Competencies in Reading, Mathematics, and Science.OECD.
OECD. (2010). PISA 2009 Result: Executive Summary. OECD Poedjiadi, A. (2010). Sains Teknologi Masyarakat. Bandung: Rosda
Rizky, S. (2011). Desain Pembelajaran Elektrokimia Menggunakan Konteks Keris Sebagai Kearifan Lokal Indonesia Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMA. Skripsi Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan. Rustaman. (2004). Ringkasan Eksekutif: Analisis PISA Bidang Literasi Sains.
Jakarta: Puspendik.
Sanjaya, W. (2011). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sartini. (2004). Menggali Kearifan Lokal Nusantara Sebuah Kajian Filsafati. Dalam Jurnal Filsafat [Online], Jilid 37, Nomor 2:111-120. Tersedia: http://desaingrafisindonesia.wordpress.com/2009/02.
Shwartz.Y., Ben-Zevi, R., Hofsein, A.(2006). The Use of Scientific Literacy Taxonomy for asesing The development of Chemical Literacy among High-School Student. The Royal Society of Chemistry
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sunarya, Y. (2009). Mudah dan Aktif Belajar Kimia Kelas XII. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Suryadi, D. (2010). Menciptakan Proses Belajar Aktif: Kajian dari Sudut Pandang Teori Belajar dan Teori Didaktik, Handout Seminar. Bandung: tidak diterbitkan.
Suryadi, D. (2011). Metapedadidaktik dan Didactical Desain Research (DDR): Sintesis Hasil Pemikiran Berdasarkan Leson Study, dalam Teori, Paradigma, Prinsip, dan Pendekatan Pembelajaran MIPA dalam Konteks Indonesia. Bandung: FPMIPA UPI.