• Tidak ada hasil yang ditemukan

MIGRASI ORANG PAKPAK SUAK SIMSIM KE DESA KUTABULUH, DAIRI SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MIGRASI ORANG PAKPAK SUAK SIMSIM KE DESA KUTABULUH, DAIRI SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

MIGRASI ORANG PAKPAK SUAK SIMSIM KE DESA KUTABULUH, DAIRI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Mendapatkan Gelar Sarjana Sosial Dalam Bidang Antropologi

Oleh:

Ahmad M P Berutu 130905039

PROGRAM STUDI ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020

(2)
(3)
(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

MIGRASI ORANG PAKPAK SUAK SIMSIM KE DESA KUTABULUH, DAIRI

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakaan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, September 2020 Penulis

Ahmad M.P. Berutu

(5)

ABSTRAK

AHMAD MUCHRO PRADATEN BERUTU, 130905039 (2019). Judul Skripsi:

MIGRASI ORANG PAKPAK SUAK SIMSIM KE DESA KUTABULUH, DAIRI.

Desa Kutabuluh merupakan salah satu dari 19 (sembilan belas) desa yang ada di Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara , Negara Kesatuan Republik Indonesia. Desa Kutabuluh merupakan salah satu desa tempat tujuan para pemigran dari daerah Simsim atau sekarang dikenal sebagai Kabupaten Pakpak Bharat.

Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan apa motif dari orang-orang Suku Bangsa Pakpak melakukan migrasi ke daerah lain. Bagaimana proses dan strategi migrasi yang dilakukan, hingga bagaimana mereka menjalin hubungan sosial dengan penduduk tempat mereka bermigrasi.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode etnografi. Metode ini merupakan suatu teknik pelukisan suatu bangsa yang dianggap unik dan belum pernah diketahui sebelumnya. Tujuan dari metode ini adalah untuk memahami kehidupan budaya suatu suku bangsa berdasarkan sudut pandang suku bangsa tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan cara mendengar, melihat, berbicara, berfikir dan bertindak sesuai dengan keadaan suku bangsa tersebut. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif yang bersifat deskriptif. Menjelaskan dan menggambarkan makna dari suatu proses fenomena gejala sosial yang ada pada suatu suku bangsa.

Untuk mempermudah peneliti dalam melakukan tugas, maka peneliti melakukan penelitian lapangan (field research), observasi dan wawancara mendalam.

Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa perilaku migrasi yang dilakukan oleh orang-orang suku bangsa Pakpak didukung oleh dua faktor yaitu;

yang pertama adalah Faktor Pendorong, merupakan alasan yang terjadi di daerah asal dapat berupa bencana alam, keadaan ekonomi bahkan hingga keadaan sosial budayana. Kedua, Faktor penarik merupakan alasan yansg didapat karena ketertarikan dengan daerah lain seperti keadaan tanah yang lebih baik, pembukaan jalan yang menghubungkan tiap daerah hingga perubahan cara untuk mendapatkan penghasilan.

Kepergian orang-orang suku bangsa Pakpak dari daerah asalnya ke daerah yang baru lambat laun akan mempengaruhi keadaan orang Pakpak itu sendiri.

Perubahan Marga, percampuran budaya, percampuran bahasa hingga hilangnya identitas budaya dari seseorang dapat saja terjadi di daerah perantauan.

Kata-kata kuci: Migrasi, Migran Suku Bangsa Pakpak, Strategi Migrasi, Hubungan Sosial dan Identitas Budaya

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Allah SWT, karena atas segala rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Migrasi Orang Pakpak Suak Simsim ke Desa Kutabuluh, Dairi”. Dalam proses penyusunan skripsi ini tentu saja tidak selalu berjalan dengan mulus dan lancar seperti yang diharapkan, terkadang ada saja kendala yang penulis alami selama proses penulisan skripsi ini. Kendala tersebut tidak sedikit yang menyebabkan penulis merasa putus asa, tidak semangat, tidak konsentrasi dan menyedihkan tentunya. Namun disisi lain ada hal-hal yang menyenangkan yang selalu datang mengobati kesedihan itu. Semua rasa itu bercampur jadi satu di dalam hati penulis, sehingga menjadi suatu pelajaran dan penambah pengalaman yang tak ternilai harganya dimasa-masa perkuliahan penulis. Hal yang terpenting dalam hidup penulis adalah berserah diri kepada Tuhan Allah SWT yang memberikan segalanya dalam kehidupan penulis.

Penulis menyadari bahwasanya dalam banyak hal telah melibatkan berbagai pihak dalam proses penulisan skripsi ini hingga selesai. Ucapan terima kasih serta harapan akan mendapat balasan yang serupa penulis doakan kepada semua pihak yang telah meluangkan waktu, pemikiran, motivasi maupun materi hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semua hal yang diberikan tidak akan pernah penulis lupakan.

Rasa terima kasih yang mendalam juga penulis ucapkan kepada kedua orang tua penulis. Kepada bapak tersayang Amri Berutu dan ibu tercinta Rosinta Manik yang telah merawat dan membimbing penulis dari kecil hingga besar. Terima kasih juga kepada kakak-kakak penulis Nafra Berutu dan Lestari Berutu dan adik-adik

(7)

penulis Irfansyah Berutu, Nurhasyami Berutu, Netti Berutu dan Kasavana Berutu atas segala doa, dukungan materi ataupun non-materi, canda tawa dan macam-macam bantuan lainnya dalam penyelesaiaan skripsi ini.

Penulis juga menyampaikan rasa terimakasih kepada bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Atas semua fasilitas dan kemudahan yang diperoleh selama menjadi mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska selaku Ketua Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara dan Bapak Drs. Agustrisno, MSP selaku Sekertaris Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas, Sumatera Utara yang juga pembimbing akademik penulis.

Terima kasih kepada Bapak Drs. Lister Berutu, Ma selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah memberikan banyak ilmu, waktu dan perhatian kepada saya mulai dari awal pemilihan judul hingga penyelesaian skripsi ini. Selanjutnya terima kasih kepada seluruh Dosen Antropologi Sosial yang telah memberikan ilmu dan didikan yang luar biasa kepada penulis selama menjadi Mahasiswa di Antropologi Sosial yaitu Pak Nurman Achmad, Pak Yance, Pak Hamdani, Bang Wan, Ibu Tjut Syahrani, Ibu Nita, Ibu Sabariah, Ibu Rita dan alm. Pak Ermansyah. Tidak lupa juga kepada Kak Nurhayati dan Kak Sri, selaku staf administrasi Departemen Antorpologi Sosial yang juga telah berbaik hati membantu saya dalam menyelesaikan urusan administrasi penyelesaian skripsi ini.

(8)

Terima kasih juga saya ucapkan kepada “The Jombs” yang telah menjadi sahabat-sahabat saya selama perkuliahan, Siwajarman Zalukhu, Ucok Pargaulan Lubis, Angga Pratama, Dewantara Bangun, Aria Mardiani Syahfitri, Ike Santri Hutabarat dan Desi Suprapti. Pengalaman, canda tawa dan kebersamaan kita selama ini akan menjadi kenangan manis yang tak akan terlupakan. Semoga pertemanan kita akan berlanjut sampai seterusnya. Dan tak lupa juga saya ucapkan terimakasih kepada kerabat Antropologi Sosial stambuk 2013 yang banyak memberi pengalaman selama masa perkuliahan.

Saya menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saya menerima saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan hasil tulisan skripsi ini. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Antropologi Sosial dan dapat diterapkan oleh semua lembaga pendidikan di Indonesia.

Terima kasih banyak saya ucapkan kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, dukungan dan motivasi kepada saya, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Jasa-jasa dan kebaikan kalian semua akan saya kenang selamanya.

Semoga Allah SWT selalu memberikan perlindungan kepada kita semua. Amin Medan, September 2020

Penulis

Ahmad M.P. Berutu

(9)

RIWAYAT SINGKAT PENULIS

Ahmad Muchro Pradaten Berutu, lahir pada tanggal 10 Juni 1995 di Siberku, Kecamatan Sitellu Tali Urang Jehe, Kabupaten Pakpak Bharat, Provinsi Sumatera Utara. Anak ketiga dari pasangan Amri Berutu dan Rosinta Manik.

Menyelesaikan Sekolah Dasar di SD Negeri 034823 Kutabuluh, Kabupaten Dairi pada tahun 2007. Pada tahun 2007-2010 melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Kutabuluh, Kabupaten Dairi. Pada tahun 2010-2013 melanjutkan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Kutabuluh, Kabupaten Dairi. Kemudian pada tahun 2013 diterima masuk Perguruan Tinggi Negeri Universitas Sumatera Utara dengan Jurusan Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Alamat email yang bisa dihubungi ahmadberutu330@gmail.com. Prestasi yang pernah diperoleh dan kegitan yang pernah diikuti selama menjalankan pendidikan di Perguruan Tonggi Negeri Universitas Sumatera Utara sebagai berikut:

 Peserta dalam kegiatan Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) yang

diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara pada bulan Agustus 2013.

 Peserta dalam Kegiatan INISIASI yang diselenggarakan oleh Antropologi Sosial pada bulan Oktober 2013 di Parapat.

 Anggota Ikatan dongan Sabutuha (INSAN) Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara pada tahun 2013.

 Peserta Seminar Pelatihan Menulis Kreatif Fiksi dan Advertising yang diselenggarakan oleh Departemen Antropologi pada tahun 2014.

(10)

 Peserta Seminar Dinamika Politik Kaum Muda yang diselenggarakan oleh Departemen Antropologi Sosial pada tahun 2014.

 Peserta Seminar Nasional Islam & Stigma Teroris yang diselenggarakan oleh Departemen Antropologi Sosial pada tahun 2015.

 Peserta dalam acara Training Of Fasilitators (TOF) angkatan ke-VII yang

diselenggarakan oleh Departemen Antropologi Sosial di Hotel Candi pada tahun 2015.

 Panitia Pelaksanan Penyambutan Mahasiswa baru di Bumi Perkemahan Sibolangit pada tahun 2015.

 Peserta Praktek Kerja Lapangan-Tinggal Bersama Masyarakat (PKL-

TBM) yang diselenggarakan oleh Departemen Antropologi Sosial pada tahun 2016.

 Peserta Funwalk Antropologi Sosial pada tahun 2017.

 Peserta Festival Antropologi Sosial pada tahun 2017.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur panulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dan segala perlengkapan lainnya dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Antropologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Untuk memenuhi syarat tersebut penulis telah menyusun sebuah skripsi dengan judul Migrasi Orang Pakpak Suak Simsim ke Desa Kutabuluh, Dairi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan kenapa orang-orang dari Suak Simsim dan dari daerah lainnya melakukan migrasi ke daerah Kutabuluh dan juga kenapa harus ke daerah Kutabuluh, bagaimana proses adaptasi berlangsung dan apa saja yang dilakukan para pemigran kepada daerah asalnya. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggambarkan realita yang ada di lapangan, melakukan aktifitas sehari-hari, melakukan interaksi dan mempelajari bagaimana hubungan sosial masyarakat terbangun. Ketika seseorang melakukan migrasi atau perpindahan ke suatu tempat yang baru, maka tanpa disadari ia akan mengalami suatu perubahan.

Dengan perubahan yang terjadi tersebut maka akan menyebabkan interaksi dan hubungan sosial yang sudah terjalin selama ini pun akan ikut berubah.

Pada tulisan ini, penulis juga membuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran seperti pedoman wawancara, serta gambar-gambar dilokasi penelitian. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, materi dan pengalaman penulis. Sehingga penulis dengan

(12)

senang hati menerima kritik, saran, maupun sumbangan pemikiran agar terciptanya suatu skripsi yang baik dan berguna bagi masyarakat. Semoga skripsi ini bermanfaat memberikan kontribusi demi kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, September 2020 Penulis

Ahmad M.P. Berutu

(13)

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PERSETUJUAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS...i

ABSTRAK...ii

UCAPAN TERIMA KASIH...iii

RIWAYAT SINGKAT PENULIS...vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI...x

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR FOTO DAN GAMBAR...xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...1

1.2. Tinjau Pustaka...9

1.2.1. Konsep Migrasi...9

1.2.2. Proses Migrasi...12

1.2.3. Adaptasi Budaya...14

1.2.4. Defenisi Kebudayaan...16

1.2.5. Masyarakat...18

1.3. Rumusan Masalah...20

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian...21

1.5. Metode Penelitian...22

1.5.1. Studi Kepustakaan...24

1.5.2. Observasi...24

1.5.3. Wawancara...25

BAB II. GAMBARAN UMUM DESA KUTABULUH 2.1. Desa Kutabuluh...27

2.1.1. Letak Geografis Desa Kutabuluh...27

2.1.2. Keadaan Penduduk ...31

2.1.3. Mata Pencaharian...36

2.1.4. Sistem Kepercayaan...38

2.1.5. Daya Tarik Desa Kutabuluh...42

BAB III. MIGRASI ORANG PAKPAK SUAK SIMSIM KE DESA KUTABULUH 3.1. Suku Bangsa Pakpak Suak Simsim...45

3.2. Proses dan Sejarah Migrasi Orang Pakpak Suak Simsim ke Desa Kutabuluh...52

3.3. Faktor Pendorong Daerah Asal...55

3.3.1. Faktor Alam...56

3.3.2. Faktor Ekonomi...58

(14)

3.3.3. Faktor Sosial dan Budaya...61

3.4. Faktor Penarik Daerah Tujuan ...63

3.4.1. Tersedianya Lahan yang Subur dan Mengahasilkan...63

3.4.2. Pekerjaan yang Lebih Baik...64

3.4.3. Faktor Kekerabatan...66

3.4.4. Pembukaan Jaringan Jalan...67

BAB IV. KEBERADAAN ORANG PAKPAK SUAK SIMSIM DI DESA KUTABULUH 4.1. Interaksi Sosial Migran Pakpak Suak Simsim...69

4.1.1. Interaksi Dengan Suku Bangsa Karo (Penduduk Dominan)...70

4.1.2. Interksi dengan Sesama Suku Bangsa Pakpak...74

4.1.3. Interaksi dengan Suku Bangsa Pendatang Lainnya...76

4.2. Strategi Adaptasi Suku Bangsa Pakpak di Kutabuluh...77

4.3. Pengaruh Orang Pakpak Terhadap Kehidupan Masyarakat Kutabuluh...79

4.3.1. Pengaruh Terhadap Bahasa ...79

4.3.2. Perubahan Identitas Diri Pemigran Pakpak...82

BAB V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan...85

5.2. Saran...88

DAFTAR PUSTAKA...89 DATA INFORMAN

LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Daftar Sumber Daya Alam Desa Kutabuluh ...30

Tabel 2 : Banyaknya Penduduk Berdasarkan Agama yang di Anut ...39

Tabel 3 : Sarana Rumah Ibadah ...40

Tabel 4 : Daftar Marga-marga Suku Bangsa Pakpak ...47

TAbel 5: Persamaan Marga Pakpak ke Marga Karo………...71

(16)

DAFTAR FOTO DAN GAMBAR

Gambar 1. Peta Desa Kutabuluh...………..………....28

Gambar 2. Suasana Lebaran...41

Gambar 3. Tari Adat Pakpak di Kutabuluh...51

Gambar 4. Gendang Guro-guro Aron di Kutabuluh...74

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perpindahan penduduk atau lebih dikenal dengan istilah migrasi biasanya diartikan sebagai suatu pergerakan berpindah, baik yang dilakukan oleh perorangan maupun kelompok dan biasanya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan. Sumber daya alam dan sumber daya manusia disetiap daerah di muka bumi ini tentunya sangat berbeda-beda, sehingga menyebabkan manusia melakukan pergerakan berpindah dari suatu wilayah ke wilayah yang lainnya dengan tujuan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Di indonesia, perpindahan penduduk atau migrasi sudah bagaikan tradisi yang memang dilakukan sejak jaman manusia purba, yaitu hidup berpindah-pindah atau

“nomaden”. Hidup berpindah-pindah dilakukan untuk menjaga keberlangsungan hidup. Perpindahan (migrasi) para pendatang dapat dikatakan sebagai gerak pindah dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud mencari nafkah atau menetap (Nazief chatif, 1995:1). Oleh sebab itu, banyak orang melakukan perjalanan keluar daerahnya dengan tujuan awalnya adalah untuk mencari pekerjaan, namun pada akhirnya malah menetap dan menjadi warga dan menetap di daerah yang dituju.

Perpindahan atau migrasi terjadi karena kamauan sendiri, terpaksa, diatur atau tidak diatur, berkelompok atau sendiri-sendiri, karena bencana alam, keadaan politik, keadaan ekonomi atau berbagai hal lainnya. Walau dalam berbagai keputusan untuk bermigrasi terdapat banyak dorongan, namun yang dianggap paling mempengaruhi

(18)

orang-orang untuk melakukan perpindahan adalah keadaan ekonomi. Faktor psikologi sosial mengambil bagian pada saat tindakan pengambilan keputusan yang penting bagi diri mereka yang melakukan migrasi maupun keluarganya. Melakukan migrasi merupakan suatu keputusan yang penting, karena dapat merubah jalan hidup seseorang atau juga kelompok dan keturunan mereka secara fundamental (Singarimbun,1979 dalam Naim, 1979).

Migrasi dilakukan untuk mendapatkan kesempatan mengembangkan diri di daerah yang lain, dimana jika di daerah asal kesempatan tersebut dianggap terbatas, baik itu dipengaruhi oleh faktor alam maupun faktor infrastruktur yang masih minim.

Pembangunan yang berbeda antara desa dan kota, kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, kesempatan untuk memperoleh pekerjaan yang lebih memadai, membuat keinginan penduduk untuk melakukan migrasi sangat tinggi.

Migrasi dilakukan dengan melewati batas administrasi suatu daerah atau wilayah dengan tujuan untuk mempertahankan atau memperbaiki kehidupan, baik itu untuk dirinya maupun untuk keluarga atau kelompoknya (Rusli, 1995). Pada umumnya kegiatan migrasi ini disebut sebagai kegiatan merantau, dimana seseorang melakukan perjalanan ke tempat yang jauh dan belum pernah di kunjungi sebelumnya. Namun, persebaran yang dilakukan pada setiap daerah di muka bumi ini tidaklah merata pada tiap daerah, karena persebaran dilakukan juga berdasarkan sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Hal inilah yang menyebabkan perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lainnya terjadi tanpa adanya pembatasan.

(19)

Guy Standing (1987:37) berpendapat bahwa suatu proses dimana migran berpindah ke tempat tujuan yang telah mereka ketahui dan mereka hubungi, atau yang telah mereka dengar dengan secara tidak langsung melalui sanak saudara dan teman. Membuat para migran yang sebelumnya enggan untuk meninggalkan kampung halamannya menjadi lebih berani untuk bepergian. Memiliki tujuan yang jelas tentu saja merupakan suatu keuntungan bagi kita yang ingin bepergian dan menetap di tempat yang tidak kita ketahui. Karena adanya sanak saudara di daerah yang kita datangi membuat kehawatiran calon pemigran menjadi sirna dan yang ada tinggal optimisme untuk merubah hidup.

Masyarakat dengan etnik tertentu yang melakukan migrasi ke suatu tempat akan membawa kebudayaannya dan akan mengalami proses belajar tentang budaya yang berbeda, sehingga akan terjadi adaptasi dan menerima kebudayaan penduduk asli dan kadang bisa juga terjadi yang sebaliknya. Para pemigran akan melakukan berbagai strategi agar dapat beradaptasi di daerah tujuan guna mempertahankan kehidupan dan kelangsungan pekerjaanya. Strategi adaptasi dilakukan meliputi proses penyesuaian terhadap lingkungan sosial yang baru dan strategi adaptasi untuk mempertahankan atau memperbesar kondisi ekonomi (Sjahrir, 1995).

Sarana jalan yang sudah ada sejak jaman sebelum Kemerdekaan dan mencapai hingga ke daerah-daerah pelosok memudahkan orang-orang untuk berinteraksi ke dunia luar (Koentjaraningrat, 1988:94). Dengan adanya sarana jalan mempermudah orang-orang yang hendak bepergian ke tempat yang jauh tanpa rasa khawatir lagi.

(20)

David Lucas (1985:109) mengemukan bahwa arus migrasi dalam negeri menunjukkan bahwa penduduk pindah dari wilayah yang dirasakan kurang menguntungkan dan keadaan ekonomi merupakan sebab utama terjadinya migrasi dan pada umumnya penduduk bermigrasi dari wilayah yang miskin ke daerah yang lebih kaya.

Desa Kutabuluh merupakan salah satu tempat yang banyak didatangi para migran dari berbagai daerah. Hal ini terjadi karena desa Kutabuluh merupakan desa yang didirikan oleh orang-orang yang dulunya juga merupakan para pemigran. Desa Kutabuluh secara administratif terletak di Kecamatan Tanah Pinem, Kabupaten Dairi.

Secara pengakuan adat dari masyarakat Suku Bangsa Pakpak, daerah tersebut masih merupakan daerah administratif Suku Bangsa Pakpak atau tepatnya merupakan wilayah dari Suak Keppas. Namun penduduk dominan di Desa Kutabuluh merupakan orang-orang dari Suku Bangsa Karo dan biasanya juga di anggap sebagai wilayah Suku Bangsa Karo. Oleh karena itu penelitian ini penulis anggap menarik, karena Suku Bangsa Pakpak yang di anggap sebagai pendatang di daerah wilayah adat mereka sendiri.

Naim (1984:9) menyatakan dalam hasil penelitianya, bahwa ada beberapa kelompok masyarakat yang mempunyai mobilitas perpindahan yang cukup tinggi seperti Suku Bangsa Minangkabau, Suku Bangsa Banjar, Suku Bangsa Bugis dan Suku Bangsa Batak. Kutabuluh merupakan desa yang multi etnis, penduduk yang menghuni Desa Kutabuluh berasal dari berbagai daerah, ada yang berasal dari Samosir yang merupakan Suku Bangsa Toba, Suku Bangsa Jawa, Suku Bangsa Melayu, Suku Bangsa Aceh, Suku Bangsa Pakpak, Suku Bangsa Nias dan lain

(21)

sebagainya. Namun pada penulisan ini penulis akan lebih mengkhususkan penjelasan tentang migran Suku Bangsa Pakpak dari Suak Simsim.

Menurut O.H.S Purba, Elvis F. Purba (1997:98) bahwa keinginan tinggal di desa dan hidup sebagai seorang petani semakin lama semakin merosot, sedangkan kecenderungan mencari pekerjaan di luar sektor pertanian di daerah lain semakin tinggi. Oleh karena itu, orang-orang Pakpak yang tinggal di daerah Pakpak yang pada umumnya bermata pencaharian sebagai petani atau pedagang berusaha untuk keluar dari desanya untuk mencari pekerjaan yang baru, mengembangkan kemampuan yang dimiliki dan menjalanani kehidupan yang baru. Bekerja di daerah yang lain dengan pendapatan yang lebih menjanjikan merupakan pilihan yang terbaik bagi masyarakat pakpak.

Masyarakat pakpak yang berada di Kutabuluh, merupakan orang-orang yang merantau untuk mencari pekerjaan dan mencari pengalaman baru di daerah yang baru bagi mereka. Keinginan untuk memperbaiki keadaan diri dalam hal ekonomi dan keadaan mendorong masyarakat pakpak untuk melakukan migrasi ke daerah yang lain. Mendapatkan pendidikan yang lebih baik, pekerjaan yang menjanjikan dan finansial yang terjamin, merupakan hal-hal yang ingin di capai di perantauan.

Masyarakat Suku Bangsa Pakpak Suak Simsim bermigrasi ke desa Kutabuluh dan melakukan adaptasi dengan masyarakat setempat yang berbeda-beda etnis. Dari migrasi yang dilakukan tersebut, masyarakat Suku Bangsa Pakpak Suak Simsim juga membawa kebudayaan dari daerah asal mereka. Dimana kebudayaan merupakan hasil suatu karya yang diciptakan oleh masyarakat yang dapat dipelajari dan diwariskan

(22)

kepada generasi seterusnya secara turun temurun. Kebudayaan dipandang sebagai nilai-nilai yang diyakini oleh masyarakat dan di hayati dalam setiap perilaku manusia. Oleh karena itu, keseluruhan sistem gagasan, tindakan, hasil karya dalam hidup manusia dijadikan milik sendiri dengan belajar (Koentjaraningrat, 2000:180).

Keinginan manusia untuk berpindah terjadi dikarenakan adanya dorongan pada diri mereka untuk merantau (Junus, 1983:238). Hal ini menjelaskan bagaimana awalnya masyarakat Suku Bangsa Pakpak tersebar di berbagai daerah di Indonesia.

Tidak semua orang Pakpak berdiam diri saja di lebbuh mereka, namun mereka juga melakukan perjalanan meninggalkan kampung halaman dan menetap di daerah yang baru. Sebagian tinggal di tanoh Pakpak dan menjadi penjaga kampung (lebbuh).

Sebagian orang pergi merantau ke daerah yang lain dan tetap menjalankan tradisi Pakpak dan ada juga yang membentuk komunitas yang baru, mereka mengetahui nenek moyang mereka merupakan orang Pakpak namun mereka sudah menjadi merga yang lain dan di suku yang lain juga.

Suku Bangsa Pakpak merupakan kelompok etnis di Indonesia yang menggunakan Bahasa Pakpak dan menjunjung tinggi Adat Pakpak. Wilayah yang ditempati oleh Suku Bangsa Pakpak tersebut secara administratif tersebar di dua Provinsi dan beberapa Kabupaten, yang biasa disebut dengan Suak. Wilayah etnis Pakpak berdasarkan batas administratif terbagi atas lima Suak yaitu: Suak Simsim terletak di Kabupaten Pakpak Bharat, Suak Keppas dan Suak Pegagan berada di wilayah Kabupaten Dairi, Suak Kelasen menduduki wilayah Humbang Hasundutan (Humbahas) dan Kabupaten Tapanuli Tengah khususnya di Kecamatan Barus, dan

(23)

Suak Boang yang bermukim di Kabupaten Singkil dan Kota Sibulusalam, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

Masyarakat Pakpak adalah masyarakat yang menghargai adat istiadat, walaupun ada beberapa orang yang tidak menghargai hal tersebut. Pada zaman yang telah modern ini pun masyarakat Suku Bangsa Pakpak tetap melakukan tradisi leluhurnya, seperti kegiatan upacara adat yang dapat di lihat pada kehidupan sehari- hari. Upacara adat seperti, upacara pernikahan, menanda tahun (salah satu jenis upacara yang berkaitan dengan proses perladangan yang biasanya di lakukan sekitar bulan mei atau juni setiap tahunnya), merre nakan merasa (menyuguhkan makanan yang lezat kepada ibu yang sedang hamil), dll.

Masyarakat pakpak merupakan penganut sistem patrilineal, dimana laki-laki atau seorang ayah merupakan kepala keluarga dan garis keturunannya di ambil dari marga ayah. Sistem perkawinan berdasarkan eksogami atau dalam artian perkawinan yang dilakukan dengan dengan cara calon suami mengambil istri atau sebaliknya dari luar klannya masing–masing. Dimana jika perkawinan di lakukan dengan sesama klan, maka orang tersebut akan di berikan sanksi berupa pengusiran dari kampung atau lebbuh. Bahasa yang di gunakan adalah bahasa pakpak. Unsur-unsur kebudayaan yang seperti ini masih tetap di pertahankan oleh masyarakat Pakpak di perantauan, walaupun berada di daerah yang etniknya di anggap sebagai minoritas.

Seiring berjalannya waktu, masyarakat Suku Bangsa Pakpak juga mengalami perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Perubahan sosial akan mendorong perubahan kebudayaan kedalam bentuk yang lebih konkrit dan visual. Dampak

(24)

perubahan sosial ini mengakibatkan adanya nilai-nilai tradisi dalam masyarakat yang terkikis bahkan dapat hilang terlupakan. Pada masyarakat Suku Bangsa Pakpak yang berada dan menetap di desa Kutabuluh juga mengalami perubahan dalam aspek kehidupan dan kebudayannya.

Koentjaraningrat (2000:294), menjelaskana bahwa unsur-unsur kebudayaan meliputi bahasa, organisasi, sistem pengetahuan, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi dan kesenian. Oleh orang- orang Pakpak, unsur-unsur tersebut juga di bawa hingga ke perantauan dan masih dilakukan hingga sekarang. Hal-hal seperti sistem garis keturunan, kesenian, tari- tarian, upacara perkawinan dan upacara kematian merupakan beberapa unsur kebudayaan yang masih tetap di lakukan oleh masyarakat pakpak ditempat perantauan.

Melihat realita dan fakta yang ada, maka menarik untuk dikaji tentang

“MIGRASI ORANG PAKPAK SUAK SIMSIM KE DESA KUTABULUH, DAIRI”. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya migrasi, proses adaptasi di daerah tujuan dan bagaimana proses interaksi sosial yang terjadi pada migran dalam usaha untuk bertahan dan berhasil didaerah tujuan migrasi. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat bagaimana proses migrasi pada masyarakat dapat terjadi.

(25)

1.2. Tinjau Pustaka 1.2.1. Konsep Migrasi

Perpindahan penduduk atau lebih dikenal dengan istilah migrasi biasanya diartikan sebagai suatu pergerakan berpindah penduduk. Migrasi dapat dilakukan oleh perorangan maupun perkelompok dan biasanya bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan. Sumber daya alam dan sumber daya manusia disetiap daerah tentunya sangat berbeda-beda, sehingga menyebabkan masyarakat melakukan migrasi ke daerah lain yang dianggap lebih baik dari daerah asalnya.

Melakukan migrasi akan selalu berkaitan dengan usaha yang dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan dalam hidupnya, baik itu secara ekonomi, sosial, budaya hingga politik. Dari penjelasan tersebut, Muta’ali (2015:11) mengemukakan bahwa migrasi adalah suatu perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan melampaui batas politik atau negara ataupun batas administratif atau batas bagian dalam suatu negara.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa migrasi adalah perpindahan penduduk yang terjadi dari suatu tempat ke tempat yang lainnya baik itu antar negara maupun antar wilayah dengan tujuan untuk menetap di daerah yang ditujukan.

Ada berbagai alasan bagi masyarakat untuk melakukan suatu perjalanan berpindah atau migrasi. Didalam kegiatan migrasi tersebut selalu ada kekuatan yang mempengaruhi setiap orang untuk menentukan sikap yang harus diambil. Seseorang akan tetap tinggal di daerah asal atau melakukan perpindahan itu tergantung pada sikap yang akan diambil oleh masyarakat. Menurut Mitchel dalam Mantra (2013:184- 185), bahwasanya ada beberapa kekuatan (forces) yang menyebabkan orang-orang

(26)

terikat pada daerah asal, dan ada juga kekuatan yang mendorong orang-orang untuk meninggalkan daerah asal. Kekuatan yang mengikat orang-orang untuk tinggal di daerah asal disebut dengan kekuatan sentripental (centripental forces), adapun beberapa penyebabnya adalah terikat tanah warisan, menunggu orang tua yang sudah lanjut usia dan daerah asal merupakan tanah kelahiran nenek moyangnya sehingga tidak ada niatan untuk meninggalkan kampung halaman. Sebaliknya kekuatan yang mendorong seseorang untuk meninggalkan daerah asal disebut dengan kekuatan sentrifugal (centrifugal forces), dan yang mendorong seseorang untuk meninggalkan daerah asalnya karena terbatasnya lapangan pekerjaan dan terbatasnya berbagai fasilitas yang diperlukan untuk menunjang kehidupan masyarakat. Apakah seseorang akan tetap tinggal di daerah asal ataukah pergi meninggalkan daerah asal untuk menetap di daerah lain tergantung pada keseimbangan antara dua kekuatan tersebut.

Migrasi secara sederhana diartikan sebagai suatu perpindahan yang dilakukan oleh penduduk dari suatu tempat menuju tempat yang lainnya. Pergerakan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah yang lain untuk berpindah tempat tinggal secara menetap atau hanya sementara waktu saja dan melampaui batas politik atau batas administratif suatu negara inilah yang dinamakan dengan migrasi. Sri Edi Swasono dan Masri Singarimbun (1985:275) menyebutkan bahwa migrasi merupakan salah satu komponen perubahan dan pertumbuhan penduduk atau dapat juga diartikan sebagai suatu perpindahan penduduk dengan tujuan menetap dari satu tempat ke tempat yang lain melampaui batas politik/negara atau batas administratif bagian dalam suatu negara.

(27)

Di dalam perpindahan penduduk selalu akan berkaitan dengan tempat atau wilayah, waktu terjadinya migrasi baik itu saat masuk maupun keluar dari sebuah wilayah. Dari suatu tempat mulai dari lingkup administratif terkecil seperti RT/RW, desa maupun lingkup yang lebih luas seperti wilayah negara. Juga dari segi waktu, mulai dari satu hari sampai waktu yang cukup lama. Sehubungan dengan hal tersebut menurut Hutabarat (1985:36-37) migrasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain:

1. Migrasi internasional yang meliputi Emigrasi, yaitu keluarnya penduduk dari suatu negara dan imigrasi yaitu masuknya penduduk kedalam suatu negara negara.

2. Migrasi internal (intern migration) yakni perpindahan penduduk yang terjadi antar wilayah di suatu negara, misalnya antar provinsi, antar kota, antar desa dan lain sebagainya.

3. Migrasi masuk (in-migration) adalah masuknya penduduk dari daerah administratif lain ke dalam suatu negara di dalam negara yang sama.

4. Migrasi keluar (out migration) adalah keluarnya penduduk dari suatu daerah ke daerah yang lainnya dalam negara yang sama.

5. Migrasi semasa hidup (life time migration) adalah mereka yang bertempat tinggal diluar daerah asal kelahiran ketika dilakukan sensus atau survey penduduk.

6. Migrasi pulang (return migration/circular migration) adalah migrasi yang sesudah bermigrasi ke tempat lain di luar daerah asal kemudian pindah kembali ke tempat asal dimana bermula.

(28)

7. Urbanisasi merupakan suatu proses untuk mejadi kawasan perkotaan, migrasi masuk kota, atau pengupayaan dari pertanian menjadi industri dan perubahan pola perilaku manusia.

8. Transmigrasi (Transmigration), yaitu pemindahan penduduk dari satu daerah untuk menetap ke daerah lain yang ditetapkan di dalam suatu wilayah guna kepentingan pembangunan negara atau karena alasan lain yang dipandang perlu oleh pemerintah.

Keinginan masyarakat untuk mendapatkan daerah baru sebagai tempat tinggal selanjutnya termasuk sama dengan apa yang dikemukakan oleh Evereet Lee dalam bukunya yang berjudul Suatu Teori Migrasi (1976:275), bahwa migrasi adalah perubahan tempat tinggal yang permanen. Perpindahan yang permanen yaitu gerakan yang dilakukan oleh migran dengan tujuan menetap dalam waktu yang cukup lama atau bahkan menetap di suatu daerah hingga akhir hidupnya.Migran yang melakukan perpindahan ini setelah berada di daerah baru tidak berkeinginan untuk kembali lagi ke daerah asalnya. Hal ini terjadi karena keinginan migran untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik sudah terpenuhi, seperti memiliki tanah, rumah dan dapat menyekolahkan anak-anaknya. Sebagai contoh, orang-orang Suku Bangsa Pakpak Suak Simsim yang melakukan perpindahan ke daerah Kutabuluh kini telah banyak hidup menetap dan dianggap menjadi warga tetap dan ber-KTP desa Kutabuluh.

1.2.2. Proses Migrasi

Muhidin (2003), menyatakan bahwa suku-suku Indonesia yang terkenal sangat mobile adalah Suku Bangsa Minangkabau dan Batak di Sumatera, Suku

(29)

Bangsa Bugis di Sulawesi, Suku Bangsa Banjar di Kalimantan serta Suku Bangsa Madura di Jawa. Namun terdapat perbedaan yang cukup substansial mengenai motif yang menjadi latar belakang perilaku migrasi masing-masing suku tersebut. Untuk itu, studi mengenai pola migrasi setiap suku bangsa tersebut harus difokuskan pada sistem sosial yang berlaku di dalam setiap suku, serta karakteristik sifat individunya.

Migrasi yang saat ini terjadi lebih cenderung menjadi migrasi internal, dimana suku- suku bermigrasi dari satu wilayah asal ke wilayah lain yang masih dalam satu wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dilakukan agar para pemigran tidak merasa sulit untuk kembali ke daerah asalnya ketika ia ingin kembali untuk berkunjung.

Orang-orang Suku Bangsa Pakpak biasanya melakukan migrasi menuju tempat yang dianggap dekat dengan kampung halamannya. Hal ini dilakukan dengan maksud jika berada di daerah perantauan tidak menguntungkan maka mereka dapat dengan mudah kembali ke daerah asalnya. Persamaan bahasa dan adat istiadat yang ada di suatu daerah tujuan para pemigran Pakpak juga merupakan satu faktor penting bagi orang-orang Pakpak untuk melakukan migrasi. Persamaan bahasa dapat mempermudah seorang pendatang untuk melakukan adaptasi dan jika adat istiadat yang dilakukan tidak terlalu berbeda maka orang-orang Pakpak akan dengan senang hati untuk mengikutinya.

Orang-orang Suku Bangsa Pakpak yang melakukan migrasi menuju daerah yang sangat jauh biasanya akan sulit untuk kembali ke daerah asalnya. Mereka akan kembali ke kampung halamannya hanya jika mereka berhasil diperantauan. Namun ada juga orang-orang yang pergi merantau tidak kembali lagi ke kampung

(30)

halamannya dikarenakan jarak yang sangat jauh atau bahkan hingga melupakan daerah asalnya. Tak jarang kita jumpai orang-orang Pakpak yang tidak tahu dimana lebbuh dari marganya sendiri, hal ini terjadi karena memang orang tuanya tidak mengajari anak-anaknya tentang budaya nenek moyangnya.

1.2.3. Adaptasi Budaya

Adapatasi budaya terdiri dari dua kata yang masing-masing memiliki makna, yaitu kata adaptasi dan budaya. Adaptasi adalah kemampuan mahluk hidup dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru agar dapat tetap hidup dengan baik, adaptasi juga dapat diartikan sebagai cara–cara yang dipakai oleh perantau untuk mengatasi rintangan-rintangan yang akan mereka hadapi dan untuk memperoleh keseimbangan-keseimbangan positif dengan kondisi latar belakang perantau (Usman Pelly, 1998:83). Sedangkan kata budaya atau yang lebih sering kita dengan dengan kata kebudayaan adalah segala daya dan kegiatan manusia untuk mengelola dan mengubah alam (Koentjaraningrat, 1965:77).

Menurut Giliin dan Gillin (1954) dalam Soekanto (1990), ada dua macam proses sosial yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu proses sosial asosiatif dan proses sosial disosiatif. Proses sosial assosiatif merupakan suatu proses sosial yang pada realitas sosial anggota masyarakatnya dalam keadaan harmonis dan saling bekerjasama, proses sosial terbagi kedalam tiga bentuk, yaitu:

1. Akulturasi diartikan sebagai proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kelompok budaya tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing, sehingga lambat

(31)

laun diterima dalam kebudayaannya sendiri tanpa menghilangkan kepribadian kebudayaan itu.

2. Akomodasi adalah suatu keadaan keseimbangan atau usaha-usaha mengakhiri pertikaian secara permanen atau sementara diantara pihak- pihak yang berkonflik. Sebagai hasil interaksi sosial, akomodasi menunjuk pada suatu keadaan dimana terdapat keseimbangan baru setelah pihak-pihak yang berkonflik berbaikan kembali.

3. Asimilasi adalah proses sosial yang ditandai dengan usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat diantara individu maupun kelompok manusia. Apabila orang-orang melakukan asimilasi kedalam suatu kelompok masyarakat, maka tidak lagi membedakan dirinya dengan kelompok tersebut yang mengakibatkan mereka dianggap sebagai orang asing.

Proses disosiatif merupakan suatu proses sosial yang di dalam kehidupan sehari-hari anggota masyarakatnya selalu bersaing, oleh karena itu proses sosial ini dibagi atas dua bentuk yaitu:

1. Persaingan adalah suatu proses sosial dimana dua atau lebih orang berjuang dan bersaing satu sama lainnya untuk memiliki atau memnpergunakan barang-barang yang berbentuk material atau bukan material. Didalam persaingan tidak ada unsur ancaman dan kekerasan, tidak ada intrik dan rasa saling curiga. Masing-masing pesaing memiliki pemikiran tersendiri, aseperti halnya perlombaan renang dimana biasanya setiap peserta memiliki jalurnya tersendiri.

(32)

2. Kontravensi adalah bentuk persaingan dan konflik. Dalam kontravensi ada unsur intrik maupun fitnah. Kontravensi dintandai dengan gejala- gejala ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rancana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan atau kebencian terhadap pribadi seseorang.

Manusia dikatakan sebagai makluk sosial yang dinamis seringkali tidak dapat menghindari keadaan yang memaksa mereka untuk memasuki sebuah lingkungan atau budaya yang baru, serta berkomunikasi dengan orang-orang dari lingkungan baru tersebut. Padahal untuk memasuki dan memahami lingkungan dari budaya yang baru bukanlah hal yang mudah. Banyak kendala dan hambatan yang akan timbul dalam proses adaptasi yang terjadi. Dalam proses awal terjadi adaptasi sosial budaya, tentunya akan dihadapi beberapa hambatan-hambatan yang memang sangat wajar dialami. Hal ini terjadi karena penyesuaian diri itu tidak hanya terjadi dengan sendirinya tetapi harus melalui beberapa proses. Adapun beberapa contoh hambatan yang akan dihadapi adalah dari segi cara makan, bahasa, interaksi sosial, fasilitas umum dan aturan-aturan hidup yang berlaku hingga tradisi yang ada.

1.2.4. Defenisi Kebudayaan

Kata “kebudayaan” berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi (budi dan akal) yang dapat diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan akal dan budi manusia (van der peet, 1951).

Demikianlah budaya adalah daya dan budi yang berupa cipta, karsa dan rasa sedangkan kebudayaan itu merupakan hasil dari cipta, karsa dan rasa itu

(33)

(Djojodigoeno, 1958:24-27). Dalam istilah antropologi budaya perbedaan tersebut ditiadakan. Kata budaya dalam antropologi hanya dipakai sebagai suatu singkatan saja dari kebudayaan yang artinya sama.

Kata culture merupakan kata asing yang sama artinya dengan kebudayaan.

Berasal dari kata Latin colere yang berarti mengolah atau mengerjakan. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Koenjaraningrat, 2009:146).

Dalam ilmu antropologi kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Hal ini berarti bahwa hampir semua tindakan manusia adalah kebudayaan, karena hanya sedikit tindakan manusia dalam kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, yaitu hanya beberapa tindakan naluri, refleks atau bahkan kelakuan yang membabi buta.

J.J. Honingman dalam bukunya yang berjudul The World of Man (1959:11- 12) membedakan tiga gejala kebudayaan, yaitu:

1. Ideas, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya. Wujud ini sifatnya abstrak dan tidak dapat diraba, karena berada dalam pikiran manusia yang berupa hasil pemikirannya.

Ide dan gagasan menjadi jiwa dalam kehidupan bermasyarakat atau lebih sederhananya dikatakan sebagai adat-istiadat.

2. Activities, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud ini dikatakan sebagai

(34)

sistem sosial yang berasal dari tindakan manusia sendiri. Sistem ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, berhubungan dan bergaul satu sama lainnya. Sebagai rangkaian aktivitas manusia dalam masyarakat, sistem sosial itu bersifat konkret dan terjadi pada kehidupan kita setia hari, bisa difoto dan juga didokumentasikan.

3. Artifacts, yaitu kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud ini disebut sebagai kebudayaan fisik. Berupa seluruh fisik, aktivitas dan karya senua manusia dalam masyarakat. Sifat paling konkretnya berupa benda-benda yang dapat diraba, dilihat dan difoto.

Ketiga wujud kebudayaan ini dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat tentu tidak terpisahkan satu samalainnya. Kebudayaan adalah adat-istiadat yang mengatur dan memberi arah kepada manusia. Baik pikiran-pikiran dan ide-ide maupun tindakan karya manusia pasti akan menghasilkan benda-benda kebudayaan.

Oleh karena itu, semua karya yang dihasilkan berdasarkan ide-ide dan pikiran manusia dianggap sebagai kebudayaan.

1.2.5. Masyarakat

Masyarakat adalah istilah lain untuk kesatuan khusus yang merupakan unsur- unsur dari masyrakat, yaitu: kategori sosial, golongan sosial, komunitas, kelompok dan perkumpulan. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata Latin socius, yang berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari akar kata Arab syaraka yang berarti “ikut serta atau berpartisipasi”.

(35)

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana agar warganya dapat saling berinteraksi. Adanya prasarana untuk berinteraksi membuat warga dari suatu kelompok manusia menjadi lebih mudah untuk berinteraksi. Sebaliknya jika hanya ada satu potensi untuk berinteraksi belum berarti bahwa orang-orang dari suatu kesatuan akan benar-benar berinteraksi. Suatu suku bangsa, misalnya suku bangsa Bali, mempunyai potensi untuk berinteraksi, yaitu dengan bahasa Bali. Namun adanya potensi itu saja tidak akan menyebabkan semua orang Bali tanpa alasan mengembangkan aktivitas yang menyebabkan suatu interaksi secara intensif diantara semua orang Bali tadi.

Perlu kita ketahui bahwa tidak semua kesatuan manusia yang berkumpul atau berinteraksi itu merupakan masyarakat, karena suatu masyarakat harus mempunyai suatu ikatan lain yang khusus agar dikatakan sebagai masyarakat. Seperti halnya sekumpulan orang yang mengelilingi tukang sayur belum dapat dikatakan bermasyarakat, karena mereka tidak punya ikatan yang khusus kecuali untuk membeli sayuran. Malah sebaliknya, untuk sekumpulan manusia yang berkumpul tersebut dipakai istilah kerumunan atau dalam bahasa Inggris dikenal dengna istilah crowd (Geertz, 1973:412-453).

Ikatan yang membuat suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupan dalam batas kesatuan tersebut. Pola yang khas tersebut harus bersifat mantap dan kontiniu dengan kata lain pola khas tersebut harus sudah menjadi adat-istiadat yang khas.

Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem

(36)

adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oeh suatu rasa identitas bersama.

J.L. Gillin dan J.P. Gillin dalam buku mereka yang berjudul Cultural Sociology (1954: hlm. 139) merumuskan bahwa masyarakat atau society adalah “...

the largest grouping in which common customs, traditions, attitudes and feelings of unity are operative”. Unsur grouping dalam defenisi tersebut menyerupai unsur kesatuan hidup dan defenisi kita, unsur common customs dan traditions adalah unsur adat-istiadat dan kontinuitas dalam defenisi kita, serta unsur common attitudes and feelings of unity sama dengan unsur identitas bersama. Suatu tambahan dalam defenisi Gillian adalah unsur the largest yang berarti terbesar. Konsep tersebut dapat ditetapkan pada konsep masyarakat suatu bangsa atau negara yang lain.

1.3. Rumusan Masalah

Mengacu kepada latar belakang yang telah dijelaskan, maka sangat penting dibuat suatu perumusan mengenai masalah yang hendak diteliti sebagai landasan utama dalam sebuah penelitian dan substansi dari suatu penulisan. Mengenai orang Pakpak Simsim yang masih belum banyak dikaji atau dipopulerkan dalam bentuk tulisan, sehingga informasi mengenai permasalah migrasi ini masih kurang diketahui oleh masyarakat umum. Untuk mempermudah penulisan ini agar dapat mencapai hasil penenelitian yang objektif maka dibuat rumusan masalah tentang migrasi Suku Bangsa Pakpak Suak Simsim Ke daerah Kutabuluh, Dairi.

Melalui data yang diperoleh, penulis memusatkan permasalahan dalam penelitian adalah sebagai berikut:

(37)

1. Apa yang menjadi latar belakang orang-orang Suku Bangsa Pakpak Simsim melakukan migrasi ke Desa Kutabuluh?

2. Bagaimana proses adaptasi sosial yang dilakukan oleh orang Pakpak Simsim di Kutabuluh selama ini?

3. Bagaimana hubungan para pemigran dengan daerah asal?

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Merujuk dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menjelaskan apa sebenarnya yang melatar belakangi Orang-orang Suku Bangsa Pakpak Suak Simsim sehingga bersedia melakukan migrasi ke desa Kutabuluh.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses dan strategi yang digunakan oleh pemigran Pakpak Suak Simsim dalam upaya untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya, yaitu desa Kutabuluh.

3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan yang terjalan antara para pemigran dengan daerah asal yang ditinggalkan.

Sementara itu manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan literatur bagi pembaca atau peneliti yang mempunyai minat dan kajian ilmu yang sama sebagai sarana untuk menambah pengalaman dan pemahaman yang lebih seksama mengenai migrasi dan proses terjadinya migrasi pada Suku Bangsa Pakpak.

(38)

2. Memberikan gambaran yang nyata tentang proses interaksi sosial migran Suku Bangsa Pakpak Simsim di Kutabuluh.

3. Menjadi masukan bagi semua pihak yang terkait dalam rangka pemahaman interaksi sosial migran dalam rangka pengembangan toleransi di dalam kehidupan bermasyarakat untuk menjadi lebih baik dan harmonis.

4. Menjadi masukan bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan pengelolaan migrasi di Indonesia, khususnya masyarakat Sumatera Utara.

5. Sebagai literatur untuk bertahan hidup dan kerjasama di daerah orang lain yang masih asing bagi kita dan dapat di terapkan di dalam kehidupan sehari-hari.

6. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi asal informasi bagi setiap orang atau masyarakat yang ingin mengetahui tentang sejarah Migrasi Suku Bangsa Pakpak Simsim.

7. Sebagai referensi bagi pihak yang ingin melakukan penelitian dengan topik yang sama ataupun penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.

1.5. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah yang digunakan untuk mengumpulkan data yang diperlukan secara valid atau yang sebenarnya. Dengan tujuan agar dapat dikembangkan, dibuktikan dan ditemukannya suatu ilmu pengetahuan yang pada gilirannya dapat digunakan pada masa yang akan mendatang. Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menggunakan metode etnografi.

(39)

Etnografi atau ethnography berarti pelukisan tentang bangsa-bangsa. Istilah ini banyak dipakai di Eropa Barat untuk menyebutkan bahan keterangan yang termaktub dalam karangan-karangan tentang masyarakat dan kebudayaan suku bangsa diluar Eropa, serta segala metode untuk mengumpulkan dan mengumumkan bahan yang diperoleh. Tujuan utama aktifitas etnografi adalah untuk memahami pandangan hidup dari sudut pandang penduduk asli. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Malinowski (1992:25), etnografi adalah memahami pandangan penduduk asli melalui sudut pandang mereka sendiri. Oleh karena itu penelitian etnografi harus dilakukan dengan belajar mengenai dunia orang lain dengan cara melihat, mendengar, berbicara, berfikir dan bertindak dengan cara yang berbeda-beda. Tidak hanya mempelajari suatu masyarakat, namun para etnograf juga belajar dari masyarakat tersebut.

Mengingat masalah penelitian ini ialah mengenai migrasi Suku Pakpak Simsim, maka penelitian ini juga akan dilakukan dengan metode penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu data akan menjelaskan atau menggambarkan makna atau proses-proses suatu fenomena atau gejala sosial suatu masyarakat yang diteliti (Koentjaranigrat, 1981:30). Hal ini senada dengan pengertian penelitian etnografi menurut James Spraedly dalam bukunya Metode etnografi yang menyatakan bahwa etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan suatu kebudayaan masyarakat yang bertujuan untuk memahami pandangan hidup suatu kelompok berdasarkan pandangan kelompok asli tersebut.

Untuk mendeskripsikan secara rinci mengenai Migrasi Suku Bangsa Pakpak Simsim di Kutabuluh, maka peneliti akan melakukan penelitian lapangan (field

(40)

research) sebagai cara untuk memperoleh data-data primer. Disamping itu, data sekunder juga peneliti butuhkan dalam melengkapi data-data yang sudah diperoleh sebelumnya dari buku-buku, artikel ataupun tulisan-tulisan yang berkaitan dengan masalah penelitian.

1.5.1. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh penulis untuk mengumpulkan informasi dan data dari permasalah yang ingin dicaritahu. Teknik ini dilakukan untuk menemukan sumber bacaan pada buku, artikel, jurnal atau skripsi yang telah ditulis sebelumnya oleh para penulis lainnya. Hal ini dilakukan guna melengkapi bahan penulisan dari data yang telah diperoleh melalui informan saat melakukan wawancara. Data yang diperoleh dari kepustakaan akan digunakan sebagai data pendukung oleh penulis dalam menyelesaikan tulisannya. Diawali dari bahan bacaan tersebut yang berfungsi sebagai bekal penulis, maka penulis berangkat untuk mengumpulkan data langsung dari informan yang telah dipilih. Ketika telah melakukan wawancara dengan informan, penulis juga perlu membaca buku sebagai bahan refrensi untuk melengkapi tulisan penulis.

1.5.2. Observasi

Observasi atau pengamatan dilakukan dengan mengamati aktivitas dan gejala- gejala sosial yang terdapat di masyarakat. Metode pengamatan ini dilakukan dengan cara mengamati secara langsung aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Suku Bangsa Pakpak dan juga Suku Bangsa lainnya yang bertempat tinggal di desa Kutabuluh. Pengamatan terhadap adaptasi yang dilakukan oleh pemigran Pakpak di

(41)

desa Kutabuluh melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan masyarakat, seperti pesta pernikahan, pesta kematian, arisan dan kegiatan lainnya.

Kegiatan ini dilakukan untuk melihat interaksi sosial antara pemigran dengan penduduk asli di daerah Desa Kutabuluh. Bagaimana para pemigran orang Pakpak yang memiliki kebudayaan yang berbeda dengan penduduk asli dapat berbaur dan mengikuti setiap kegiatan budaya yang tentu saja berbeda dengan kebudayaan yang dimilikinya. Pada tahap ini juga penulis mencari tahu apakah orang-orang pendatang akan mengganti marga yang dimilikinya ketika ia datang ke daerah tersebut dengan marga lain atau malah tetap mempertahankan marga yang dimiliki dan juga mempertahankan identitas budaya yang dimilikinya. Pada tahap observasi, penulis juga mengamati bagaimana perlakuan penduduk terhadap para pemigran yang mengambil marga lokal dengan pemigran yang tidak mengambil marga lokal.

Apakah diperlakukan secara berbeda atau dilakukan dengan biasa-biasa saja.

1.5.3. Wawancara

Teknik wawancara dilakukan untuk memperoleh data yang tersirat dalam aktivitas masyarakat yang tidak nampak oleh peneliti dengan cara observasi, maka peneliti juga menggunakan teknik wawancara tersebut. Teknik Wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah teknik wawancara mendalam. Teknik ini digunakan supaya pembicaraan yang dilakukan tidak melenceng kemana-mana. Oleh karena itu penulis juga menyiapkan pedoman untuk melakukan wawancara (interview guide).

Interview guide atau pedoman wawancara disusun terlebih dahulu oleh penulis sebelum melakukan wawancara. Adapun isinya harus berkenaan tentang apa saja

(42)

yang akan dipertanyakan seputaran permasalahan yang ingin dicari tahu, dengan hal ini diharapkan wawancara menjadi lebih fokus dan tidak merembet kemana-mana.

Teknik ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai permasalah yang akan diteliti. Penulis menggunakan instrumen wawancara untuk merekam dan mencatat hasil wawancara dengan informan, seperti halnya tape recorder atau alat perekam dan catatan lapangan (field note). Dengan adanya alat tersebut, penulis terbantu dalam hal mengingat kata demi kata yang disampaikan oleh informan.

Dalam penelitian ini penulis memilih sepuluh informan inti, ada yang merupakan tokoh masyarakat, kepala desa, keluarga pendiri desa dan para pemigran Suku Bangsa Pakpak. Para pemigran yang pertama kali melakukan migrasi ke Desa Kutabuluh pada saat ini sudah tidak ada lagi, namun informasi dapat dicari melalui anak-anaknya atau keturunannya yang mengetahui tentang desa Kutabuluh. Penulis juga mewawancarai anak dari orang yang dianggap sebgai pendiri kampung tersebut, yaitu bapak Kata Bujur Pinem dan bapak Rajin Pinem. Beberapa penduduk Suku Bangsa Karo yang ada di desa Kutabuluh juga menjadi informan yaitu bapak Ramban Pinem dan bapak Sukat Sembiring. Perangkat desa seperti Kepala Desa Kutabuluh pada saat ini, yaitu bapak Sastra Pinem dan Sekretaris desa yaitu bapak Joni Pinem juga menjadi informan penulis, bahkan dengan bantuan beliau penulis dapat melengkapi data penulis berdasarkan catatan penduduk yang mendiami Desa Kutabuluh. Untuk para pemigran, penulis mendapatkan informasi dari bapak Akkim Manik, Bapak Amri Berutu, Ibu Rosinta Manik dan ibu Nurhayati br Sitakar.

Gambar

Foto 1. Peta Desa Kutabuluh
Foto 2. Suasana Lebaran
Foto 3. Acara Tari Pakpak di Kutabuluh
Gambar 4. Kerja Tahun Gendang Guro-guro Aron, 2019
+2

Referensi

Dokumen terkait

26 Agung Tri Haryanta, Kamus Antropologi, (Surakarya: Aksara Snergi Media, 2013) h.. kebudayaan dan setiap daerah memiliki kebudayaanya tersendiri. Kata lokal bisa digunakan

Karena kasih- Mu yang begitu besar dan karena berkat penyertaanMu didalam hidupku hingga akhirnya sekarang dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: “Strategi Adptasi

Sistem pakar ini akan menampilkan pilihan gejala, dimana setiap pilihan gejala akan membawa kepada pilihan gejala selanjutnya sampai mendapatkan hasil kesimpulan penyakit

Ukuran daerah berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan pemerintah daerah, karena hasil penelitian ini memberikan arti bahwa ketika pemerintah daerah meningkatkan

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Keterampilan proses sains siswa menggunakan pendekatan sains teknologi masyarakat termasuk dalam kategori sedang dengan

Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi dengan judul “SISTEM INFORMASI PENGADUAN MASYARAKAT di KANTOR DAPM KASOMALANG BERBASIS WEBSITE” adalah benar-benar karya

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sikap hidup masyarakat Jawa yang ditemukan dalam novel Suti karya Sapardi Djoko Damono meliuti; (1) sikap nrima (menerima) yang

“PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, WORD OF MOUTH (WOM), DAN HARGA TERHADAP NIAT PEMBELIAN DI SHOPEE.COM PADA UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA”.. Adalah benar-benar karya