• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

50 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Tergantung : Alienasi

2. Variabel Bebas : Pola Asuh Orangtua 3. Variabel Mediator : Konsep Diri

B. Definisi Operasional 1. Alienasi

Alienasi merupakan suatu kondisi dari seseorang yang merasa dirinya terasing dari pergaulan di lingkungan sosial dan ketidakmampuan dalam memenuhi keinginan pribadi karena dikendalikan oleh kekuatan yang ada di luar dirinya, sehingga individu merasa tidak berdaya dan tidak berarti, memiliki rasa tidak cocok dengan kelompok lingkungannya, dan cenderung menurunkan partisipasi dalam kehidupan sosial. Alienasi dalam penelitian ini diukur menggunakan skala alienasi yang disusun berdasarkan lima aspek alienasi yang dikemukakan oleh Seeman (dalam Katz, 1978), yaitu: a) powerlessness (ketidakberdayaan) yang dikaitkan dengan perilaku yang pesimis dan tidak percaya terhadap diri sendiri, b) meaninglessness (ketidakberartian) yang diartikan sebagai perilaku seseorang yang kurang mampu memahami makna hidup dan hikmah dari setiap peristiwa yang

(2)

dialami, c) normlessness (ketidakbernormaan) yang digambarkan sebagai perilaku yang anti sosial, tidak peka terhadap lingkungan, serta melanggar norma dalam masyarakat, d) social isolation (isolasi sosial) yang dikaitkan dengan perasaan tidak diterima dalam masyarakat, merasa sendiri dan kesepian, serta merasa terpisah dari kelompok, dan e) self-estrangement (keterasingan diri) yang dikaitkan dengan harga diri yang negatif, serta memandang bahwa hal yang terjadi ditentukan oleh kekuatan di luar diri.

Skala alienasi diadaptasi dari skala milik Ningrum (2012) yang terdiri atas 28 aitem pernyataan, yang terdiri atas 13 aitem pernyataan favourable dan 15 aitem pernyataan unfavourable. Reliabilitas dari skala ini adalah sebesar 0,872. Semakin tinggi skor yang diperoleh menyatakan responden mengalami tingkat alienasi semakin tinggi, dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh menyatakan respondn mengalami tingkat alienasi semakin rendah.

2. Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh merupakan suatu proses interaksi antara orang tua dan anak, yang meliputi kegiatan seperti memelihara, melindungi, dan mengarahkan tingkah laku anak selama masa perkembangan anak tersebut dimana cara pengasuhan ini akan mempengaruhi anak sepanjang hidupnya. Pola asuh orangtua akan menimbulkan perubahan perkembangan bagi setiap individu yang terlibat dengan proses tersebut. Pola asuh orangtua dalam penelitian ini diukur menggunakan skala pola asuh orang tua yang mengacu pada pendapat Baumrind (dalam Desmita, 2012) yang meliputi pola asuh authoritarian

(3)

(otoriter), pola asuh authoritative (demokratis), dan pola asuh permissive (permisif).

Pola asuh authoritarian (otoriter) dikaitkan dengan perilaku orangtua yang memaksa anak, menginginkan anak untuk mematuhi aturan orangtua, tidak memberi kebebasan berpendapat pada anak, memberi tekanan dan menuntut anan, serta memberikan hukuman pada anak. Pola asuh authoritative (demokratis) diartikan dengan perilaku orangtua yang memberi arahan dan penjelasan yang logis serta disiplin pada anak, menghargai pendapat anak, serta memberikan aturan yang tegas namun tidak membatasi anak. Pola asuh permissive (permisif) dikaitkan dengan peran antara orantua dan anak cenderung tidak dibatasi atau sama, tidak memiliki aturan yang tegas dan jelas, membiarkan anak, serta lebih banyak mendengarkan keinginan.

Skala pola asuh orangtua diadaptasi dari skala Buri (1991) yang telah diterjemahkan oleh Nurfadhilah (2014) dengan 30 aitem favourable yang dinyatakan valid dengan koefisien aitem > 1,96 pada uji Confirmatory Factor Analysis (CFA). Penentuan pola asuh authoritarian (otoriter), pola asuh authoritative (demokratis), dan pola asuh permissive (permisif) dengan menggunakan perbandingan nilai rata-rata ketiga pola asuh tersebut. Nilai yang paling tinggi menunjukkan gaya pola asuh yang paling dominan yang diterapkan oleh orangtua.

3. Konsep Diri

Konsep diri merupakan gambaran seseorang atau persepsi seseorang tentang dirinya sendiri yang didapat melalui pengalaman berinteraksi dengan

(4)

diri sendiri, orang lain dan lingkunganya. Gambaran mengenai dirinya tersebut nantinya akan menentukan tingkah laku seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Konsep diri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Individu yang memiliki konsep diri positif akan memandang diri sendiri dengan pandangan positif, sehingga membuat cara memandang orang lain menjadi positif. Sebaliknya, individu yang memiliki konsep diri negatif akan memandang diri sendiri dengan pandangan yang negatif, sehingga membuat cara memandang orang lain menjadi negatif.

Konsep diri dalam penelitian ini diukur menggunakan skala konsep diri yang disusun berdasarkan aspek konsep diri menurut Berzonsky (1981), yaitu: 1) Aspek fisik (physical self), 2) aspek psikis (psychological self), 3) aspek sosial (social self), 4) aspek moral (moral self).

Aspek fisik dikaitkan dengan cara individu menerima kelebihan dan kekurangan fisik yang dimiliki. Aspek psikis diartikan sebagai pikiran, perasaan, dan sikap yang positif terhadap diri sendiri. Aspek sosial merupakan kemampuan dalam penyesuaian diri dan penyesuaian sosial. Aspek moral meliputi prinsip-prinsip moral dalam diri individu.

Skala konsep diri diadaptasi dari skala konsep diri milik Susilowati (2011) yang terdiri atas 13 aitem pernyataan favourable dan 17 aitem pernyataan unfavourable dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,887 dan validitas berkisar dari 0,257 sampai 0,548.

Semakin tinggi skor yang diperoleh menyatakan semakin positif konsep diri yang dimiliki responden, dan sebaliknya semakin rendah skor

(5)

yang diperoleh menyatakan semakin negatif konsep diri yang dimiliki responden. Konsep diri dalam penelitian ini dijadikan variabel mediator atau disebut juga variabel intervening. Variabel intervening merupakan variabel antara atau mediating yang berfungsi untuk memediasi hubungan antara varibel bebas dengan variabel terikat (Ghozali, 2006).

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah suatu kelompok responden yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian (Azwar, 2010). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta angkatan 2015 yang berjumlah 364 orang. Alasan penentuan populasi tersebut karena mahasiswa 2015 merupakan mahasiswa yang baru saja mengalami perpisahan dengan orang-orang terdekat di rumah dikarenakan merantau untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.

2. Sampel

Gay dan Diehl (1992) mengungkapkan bahwa, sampel haruslah sebesar-besarnya. Lebih jelasnya Gay dan Diehl menjelaskan bahwa, ukuran sampel yang dapat diterima akan sangat bergantung pada jenis penelitiannya.

Penelitian yang bersifat korelasional sampel minimumnya 30 subjek. Azwar (2010) menyatakan bahwa, semakin besar sampel maka akan semakin representatif.

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi penelitian,

(6)

dengan kriteria mahasiswa yang berasal dari luar Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, aktif mengikuti perkuliahan, tinggal di kos-kosan atau asrama, belum pernah menetap di Jawa Tengah atau Daerah Istimewa Yogyakarta sebelum masuk kuliah, dan belum pernah tinggal berpisah dengan orangtua.

Dari karakteristik di atas didapatkan sejumlah 181 mahasiswa S1 Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang memenuhi kriteria berasal dari luar Jawa Tengah dan Yogyakarta.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan atas ciri atau persyaratan tertentu (Hadi, 2004), sehingga dalam penelitian ini persyaratan sampel yang diperlukan yaitu mahasiswa strata-1 angkatan 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dan sesuai dengan ciri-ciri yang sudah ditetapkan (purposive).

D. Metode Pengumpulan Data

Alat ukur yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari tiga skala, yaitu skala alienasi, skala pola asuh orangtua, dan skala konsep diri. Alat ukur tersebut digunakan untuk menghasilkan data yang relevan dengan tujuan penelitian. Skala yang digunakan dalam penelitian ini berpedoman terhadap skala psikologis model Likert sehingga terdapat empat pilihan jawaban, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju

(7)

(STS). Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode try out terpakai dengan alasan sampel yang sulit ditemui. Kelebihan dari try out terpakai ini adalah dapat diterapkan pada jumlah subjek yang terbatas, sehingga penulis tidak perlu mengadakan try out terlebih dahulu dan hasil try out dipakai menjadi data penelitian.

Alienasi dalam penelitian ini diukur menggunakan skala alienasi diri.

Skala alienasi diri dalam penelitian ini menggunakan skala psikologis model Likert. Skala alienasi diadaptasi dari skala yang disusun oleh Ningrum (2012) berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Seeman (dalam Katz, 1978), yaitu: a) powerlessness (ketidakberdayaan), b) meaninglessness (ketidakberartian) c) normlessness (ketidakbernormaan), d) social isolation (isolasi sosial) dan e) self- estrangement (keterasingan diri).

Skala alienasi terdiri atas 28 aitem pernyataan, yang terdiri atas 13 aitem pernyataan favourable dan 15 aitem pernyataan unfavourable. Skala ini memiliki empat alternatif jawaban dengan cara penilaian skala sebagai berikut:

Tabel 1

Distribusi Skor Skala Alienasi

Kategori Jawaban Favourable Unfavourable

SS (Sangat Sesuai) 4 1

S (Sesuai) 3 2

TS (Tidak Sesuai) 2 3

STS (Sangat Tidak Sesuai) 1 4

(8)

Adapun blueprint skala alienasi adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Blue print Skala Alienasi

Aspek Indikator Perilaku Nomor Aitem

Jumlah Fav. Unfav.

Powerlessness

Tidak percaya pada

kemampuannya sendiri dan merasa pesimis

- 7, 21 2

Meaningless

a. Tidak memiliki pemahaman tentang peristiwa hidup yang dialami

22 15 2

b. Tidak menemukan makna intrinsik dalam berbagai

aktivitas

1, 16 23 3

Normlessness

a. Penolakan terhadap norma- norma yang berlaku di lingkungan sebagai standar dalam bertingkah laku

8, 24 17 3

b. Ketidakpekaan dan bersikap

anti sosial 2 9, 25 3

Social Isolation

a. Perasaan kesendirian,

penolakan, dan keterpisahan dari kelompok

10, 26 3 3

b. Persepsi subjektif bahwa, tidak memiliki kedekatan dengan orang-orang di sekitarnya

4, 18 11, 27 4

Self-

estrangement

a. Merasa bahwa, segala perilaku yang dilakukan bukan atas keinginannya sendiri

12 19 2

b. Memiliki keyakinan bahwa, keadaan pada dirinya

ditentukan oleh kekuasaan di luar dirinya

5 13, 28 3

c. Memiliki harga diri yang

negatif 14 6, 20 3

F 13 15 28

(9)

Pola asuh orangtua dalam penelitian ini diukur menggunakan skala pola asuh orangtua. Skala pola asuh orangtua dalam penelitian ini menggunakan skala psikologis model Likert. Skala pola asuh orangtua dalam penelitian ini merupakan skala baku yang berasal dari teori tiga faktor milik Baumrind (dalam Desmita, 2012) yang meliputi pola asuh authoritarian (otoriter), pola asuh authoritative (demokratis), dan pola asuh permissive (permisif) yang dikembangkan oleh Buri (1991).

Skala tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Nurfadhilah (2014) yang terdiri dari 30 aitem pernyataan favourable. Skala ini memiliki empat alternatif jawaban dengan cara penilaian skala sebagai berikut:

Tabel 3

Distribusi Skor Skala Pola Asuh Orangtua Kategori Jawaban Favourable

SS (Sangat Sesuai) 4

S (Sesuai) 3

TS (Tidak Sesuai) 2

STS (Sangat Tidak Sesuai) 1

Adapun blueprint skala pola asuh orangtua adalah sebagai berikut:

Tabel 4

Blue print Skala Pola Asuh Orang Tua

Aspek Indikator No. Aitem Jumlah

Pola asuh authoritarian

a. Memaksa mengikuti pendapat orangtua 2, 16, 25 3 b. Memiliki keinginan agar anak

mematuhi aturan orangtua tanpa syarat 3, 26 2 c. Tidak mengijinkan anak untuk

berbicara atau mengutarakan perasaannya

7 1

d. Memberikan tekanan agar anak 9 1

(10)

berperilaku sebagaimana mestinya

BERSAMBUNG e. Menuntut agar anak menghargai penuh

posisi dan kekuasaan orangtua 12, 29 2 f. Menghukum jika anak melanggar aturan 18 1 Pola asuh

authoritative

a. Memberikan arahan dengan penjelasan

yang logis dan disiplin 8, 15, 23, 27 4 b. Menetapkan harapan dan menghargai

pendapat serta sudut pandang anak saat membuat keputusan

11, 20, 30 3 c. Menetapkan aturan yang tegas dan

disertai penjelasan namun tidak mebatasi anak

4, 5, 22 3 Pola asuh

permissive

a. Peran anak dan orangtua sama, tidak

dibatasi 1, 17 2

b. Tidak memiliki aturan yang tegas, jelas,

dan konsisten 10, 28 2

c. Membiarkan anak untuk membuat

aturan sendiri 6, 13, 19, 24 4

d. Lebih banyak mendengarkan keinginan anak, tidak merasa bertanggung jawab dalam memberikan arahan

14, 21 2

JUMLAH 30

Konsep diri dalam penelitian ini diukur menggunakan skala konsep diri.

Skala konsep diri dalam penelitian ini menggunakan skala psikologis model Likert. Skala konsep diri diadaptasi dari skala yang disusun oleh Susilowati (2011) berdasarkan aspek konsep diri menurut Berzonsky (1981), yaitu: 1) Aspek fisik (physical self), 2) aspek psikis (psychological self), 3) aspek sosial (social self), 4) aspek moral (moral self).

Skala konsep diri terdiri atas 30 aitem pernyataan, yang terdiri atas 13 aitem pernyataan favourable dan 17 aitem pernyataan unfavourable. Skala ini memiliki empat alternatif jawaban dengan cara penilaian skala sebagai berikut:

(11)

Tabel 5

Distribusi Skor Skala Konsep Diri

Kategori Jawaban Favourable Unfavourable

SS (Sangat Sesuai) 4 1

S (Sesuai) 3 2

TS (Tidak Sesuai) 2 3

STS (Sangat Tidak Sesuai) 1 4

Adapun blueprint skala konsep diri adalah sebagai berikut:

Tabel 6

Blue print Skala Konsep Diri

Aspek Indikator Perilaku Nomor Aitem

Jumlah Fav. Unfav.

Fisik Menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki

1, 9, 17, 24, 28

5, 13, 20

8 Psikis Memiliki pikiran, perasaan dan

sikap yang positif terhadap diri sendiri

2, 10, 18 6, 14, 21,

25 7

Sosial Mampu menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial

3, 11 7, 15, 22,

26, 28 7

Moral Memiliki prinsip moral 4, 12, 19 8, 16, 23,

27, 30 8

F 13 17 30

E. Teknik Analisis Data 1. Uji Validitas

Alat ukur dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat tersebut dapat untuk mengukur secara tepat terhadap sesuatu yang diukur (Azwar, 2010). Salah satu cara yang sederhana untuk melihat apakah validitas isi telah terpenuhi adalah dengan melihat apakah butir-butir dalam skala telah ditulis sesuai dengan blue print-nya, yaitu telah sesuai dengan batasan kawasan ukur

(12)

yang telah ditetapkan semula dan memeriksa apakah tiap-tiap butir telah sesuai dengan indikator perilaku yang akan diungkap (Azwar, 2010).

Pengujian validitas awal dapat menggunakan analisis rasional yang dilakukan oleh professional judgement, yaitu pembimbing sebagai pihak yang berkompeten untuk menganalisis skala tersebut.

Prosedur pengujian validitas selanjutnya adalah dengan melakukan seleksi aitem berdasarkan daya diskriminasinya. Azwar (2010) menjelaskan bahwa, indeks daya diskriminasi aitem merupakan pola indikator keselarasan atau konsistensi antara fungsi aitem dengan fungsi skala secara keseluruhan yang dikenal dengan istilah konsistensi aitem total. Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan dengan teknik korelasi product moment Spearman-Pearson.

Daya diskriminasi aitem akan semakin tinggi apabila didapatkan nilai koefisien korelasi antara skor aitem dengan skor skala yang semakin tinggi pula, yaitu semakin mendekati 1,00. Apabila koefisien korelasi rendah mendekati nol berarti fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya bedanya tidak baik. Apabila koefisien korelasi yang dimaksud memiliki nilai negatif artinya terdapat cacat serius pada aitem yang bersangkutan. Guna mempermudah perhitungan, maka digunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 18.0 for windows.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 2010). Hal tersebut

(13)

berarti bahwa, data yang terkumpul berdasarkan alat ukur memiliki kesamaan dengan data faktual yang sesuai dengan responden. Uji reliabilitas dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menghitung koefisien Alfa Cronbach pada tiap-tiap instrumen suatu variabel. Apabila nilai koefisien reliabilitas alfa

> 0,7 berarti bahwa, reliabilitas mencukupi (sufficient reliability). Guna mempermudah perhitungan, maka digunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 18.0 for windows.

3. Uji Hipotesis

Uji hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini untuk menguji pengaruh variabel intervening adalah menggunakan metode analisis jalur (path analysis). Analisis jalur merupakan perluasan dari analisis regresi linier yang bertujuan untuk menganalisis adanya variabel intervening (mediator) yang menghubungkan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah konsep diri. Analisis jalur akan membantu dalam melihat besarnya koefisien secara langsung dan tidak langsung dari variabel terikat terhadap variabel bebas, dengan memperhatikan besarnya koefisien, sehingga bisa di bandingkan besarnya pengaruh secara langsung dan tidak langsung (Ghozali, dalam Sunjoyo, 2013). Berdasarkan nilai koefisien tersebut, akan di ketahui variabel mana yang memberikan pengaruh terbesar dari pengaruh terkecil terhadap variabel terikat. Model analisis jalur dengan variabel mediator adalah:

(14)

Bagan 2

Model Analisis Jalur Variabel Mediator

Berdasarkan bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa, dapat berpengaruh langsung terhadap Y ( ) dan berpengaruh secara tidak langsung melalui ( ) sebagai variabel mediator, kemudian ke Y ( ) (Ghozali, dalam Sunjoyo, dkk, 2013).

Adapun model persamaan regresi yang akan dihasilkan adalah sebagai berikut:

i. (regresi berganda) ii. (regresi sederhana)

Standardize coefficients pada persamaan nomor i akan memberikan nilai dan , sedangkan persamaan nomor ii akan memberikan nilai . Besarnya pengaruh langsung dan tidak langsung ditunjukkan sebagai berikut:

i. Pengaruh langsung ke Y = ii. Pengaruh melalui =

iii. Total pengaruh (korelasi – Y) = ( ) Keterangan:

= nilai standardize coefficient X2

(Mediator)

Y

𝜌

𝜌

e2

e1

r

X1

𝜌

(15)

= tingkat kesalahan, diperoleh dari rumus √ (Ghozali, dalam Sunjoyo, 2013)

Sedangkan analisis untuk menguji hubungan antar variabelnya digunakan analisis korelasi pearson. Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam analisis dua prediktor adalah uji asumsi yang meliputi uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik, yaitu:

a. Uji Asumsi Dasar

1) Uji normalitas, digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak. Data yang berdistribusi normal adalah jika signifikansinya lebih besar dari 0,05. Pengujian normalitas ini dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov-Smirnov.

2) Uji linearitas, bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas dan variabel tergantung mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Apabila signifikansi kurang dari 0,05 maka dua variabel dapat dikatakan linear.

b. Uji Asumsi Klasik 1) Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Syarat yang harus dipenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya heteroskedastisitas.

2) Uji otokorelasi

Pengujian otokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi di antara residual pada satu data pengamatan dengan

(16)

pengamatan lain. Syarat dapat dipenuhinya model regresi adalah tidak ada otokorelasi.

Apabila asumsi dasar telah terpenuhi dan terbebas dari asumsi klasik tersebut di atas, maka dalam penelitian ini dapat menggunakan analisis regresi linear berganda dengan analisis jalur. Analisis jalur digunakan untuk mengetahui korelasi antara pola asuh orang tua dengan alienasi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan konsep diri sebagai variabel mediator. Guna mempermudah perhitungan, maka digunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 18.0 for windows.

Referensi

Dokumen terkait

Kemandirian pada remaja yang berstatus sebagai anak tunggal akan diungkap dengan menggunakan skala kemandirian yang disusun berdasarkan aspek- aspek kemandirian yang dikemukakan

Dalam penelitian ini, perilaku konsumtif diukur menggunakan skala yang disusun berdasarkan tiga aspek tersebut yang terdiri dari 30 butir dengan 4 pilihan

Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala empati yang dimodifikasi dari skala yang disusun oleh Davis (1980) dan modul bermain peran..

Motivasi berprestasi diukur dengan menggunakan skala yang dibuat berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Asnawi (dalam Hartaji, 2011) yaitu mengambil tanggung

Skala tipe kepribadian The Big Five Personality disusun berdasarkan hasil penelitian Costa dan McCrae yaitu neuroticism berlawanan dengan Emotional stability yang

Skala Internet Addiction Test (IAT) dalam penelitian ini disusun dengan menggunakan modifikasi dari skala yang disusun oleh Krisnawati (2009) berdasarkan

Skala kontrol diri yang digunakan oleh peneliti ini diadaptasi dari penelitian Judistira dan Wijaya (2017) yang mengacu pada aspek-aspek yang diungkapkan oleh

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala Pada skala motivasi ini, aspek-aspeknya disusun berdasarkan keadaan termotivasi dalam diri