• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian profil disolusi kurkumin dalam kapsul kunyit (Curcuma longa L.) yang beredar di pasaran.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian profil disolusi kurkumin dalam kapsul kunyit (Curcuma longa L.) yang beredar di pasaran."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM KAPSUL KUNYIT (Curcuma longa L.) YANG BEREDAR DI PASARAN

Richardus Yudistira

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia

ABSTRAK

Kurkumin merupakan senyawa polifenol lipofilik yang memiliki banyak aktifitas farmakologis namun termasuk dalam Biopharmaceutical Classification System (BCS) kelas II, sehingga laju disolusi obat menjadi rate limiting step dari bioavailabilitasnya. Di pasaran, telah bermunculan beragam produk kapsul ekstrak kunyit (Curcuma longa L.) dengan menjadikan kurkumin sebagai komponen andalan. Walaupun demikian, profil disolusi kurkumin dari produk tersebut belum pernah dikaji secara mendalam. Tujuan dari penelitian ini ialah memberikan kajian profil disolusi kurkumin dari produk kapsul ekstrak kunyit yang beredar di pasaran, khususnya di Indonesia sebagai upaya evaluatif dan konstruktif bagi obat tradisional Indonesia.

Sampel yang digunakan ialah produk kapsul kunyit yang telah teregistrasi di badan POM. Uji disolusi dilakukan dengan menggunakan alat uji disolusi tipe dayung (USP Apparatus II) dalam kurun waktu hingga 120 menit, kemudian kadar kurkumin terdisolusi diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Profil disolusi diamati dengan melihat nilai kurkumin terdisolusi (Q) serta efisiensi disolusi (DE).

Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan antara semua produk dari segi kandungan kurkumin, waktu hancur, serta disolusi efisiensi (p value < 0,05). Perbedaan tersebut memberikan dampak yang besar, terutama terhadap laju disolusi. Interpretasi nilai Q menunjukkan bahwa produk yang telah beredar belum mampu mengikuti kompendial dalam hal uji disolusi. Hal ini menunjukkan urgensi atas suatu standarisasi sehingga profil disolusi kurkumin dari produk tersebut akan semakin membaik, serta variasi antar produk dapat ditekan seminimal mungkin.

(2)

ABSTRACT

Curcumin is a leading polyphenolic compound that has numerous pharmacological activities. Unfortunately, it is also classified as the member of Biopharmaceutical Classification System (BCS) class II, which its bioavailability is limited by its dissolution rate. Several turmeric capsule brands are widely accessible to public. However, there is no review on dissolution profile provided for those products. The aim of this study is to collect the dissolution profile data from the products, as the way to perceive the quality.

Badan POM- registered products were used as the sample. Dissolution test was employed using USP dissolution apparatus type II, afterwards the curcumin content was measured by UV-Visible Spectrophotometer. The dissolution profiles were denoted as dissolved curcumin (Q) and dissolution efficiency (DE).

The result showed significant differences of drug load, disintegration time, and dissolution efficiency among the products (p value < 0,05) and these all affected the dissolution rate. Q value interpreted a message that tested products are still unable to fulfill the compendials requirements on dissolution test. These findings are enough to provide evidence about urgencies of standardisation to maintain the dissolution profile of curcumin, also minimizing the variances.

(3)

KAJIAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM KAPSUL KUNYIT (Curcuma longa L.) YANG BEREDAR DI PASARAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Richardus Yudistira

NIM : 138114121

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

i

HALAMAN JUDUL

KAJIAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM KAPSUL KUNYIT (Curcuma longa L.) YANG BEREDAR DI PASARAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Richardus Yudistira

NIM : 138114121

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Life is about waiting for right moment to act. Relax.

You are not too early, also not too late.

You are in your

own time zone!”

-Anonim-

“Kobarkan apimu, sukseskan tugasmu,

REVOLUSI PENEBUSAN”

-Mars Van Lith-

“To BE BEAUTIFUL means to BE YOURSELF.

You don’t need to be accepted by others.

You need to ACCEPT YOURSELF”

-Bindi Irwin-

Karya ini kupersembahkan untuk Allah,

untuk negaraku, Indonesia

(10)

vii PRAKATA

Pertama-tama, penulis menghaturkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan kasih, cinta, rahmat, dan berkat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “KAJIAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM KAPSUL KUNYIT (Curcuma longa L.) YANG

BEREDAR DI PASARAN” sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar

Sarjana Farmasi (S.Farm.) dari Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Pada kesempatan ini pula, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang membantu penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada :

1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

2. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt., sebagai dosen pembimbing utama atas perhatian dan waktu yang diluangkan untuk berbagi ilmu, masukan, bimbingan, nasihat, motivasi, serta pembiayaan riset Kajian Profil Disolusi Kurkumin dalam Kapsul Kunyit (Curcuma longa L.) yang Beredar di Pasaran.

3. Ibu Prof. Dr. Sri Noegrohati, Apt., sebagai dosen penguji skripsi yang memberikan sumbangan pemikiran, saran, dan koreksi yang membangun untuk penelitian ini.

4. Ibu Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt., sebagai dosen penguji skripsi yang memberikan sumbangan pemikiran, saran, dan koreksi yang membangun untuk penelitian ini

5. Ibu Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt., sebagai dosen pembimbing akademik penulis atas pendampingan, dukungan, serta motivasi selama berproses di fakultas.

6. Bapak Musrifin, Mas Bima Windura, Bapak Parlan, Bapak Wagiran, dan Mas Yusuf, sebagai laboran atas bantuan dan pengarahan yang diberikan selama berproses di laboratorium selama penelitian berlangsung.

7. Papa, Mama, Anne, Alda, dan Nadine yang tidak kenal lelah memberikan motivasi, suntikan semangat, serta menjadi harapan dan tempat untuk berbagi cerita bagi penulis, serta keluarga mbah Thomas dan mendiang mbah Hadi.

(11)

viii

9. Bapak Ipang, Bapak Jusuf Samodra, dan Ibu Esti Wahyuni yang menjadi orang tua kedua atas inspirasi, arahan, serta nasihat bagi penulis selama menyelesaikan studi.

10.Sahabat-sahabat penulis: Dio, Fendy, Shita yang setia menjadi teman sukses bersama. Untuk teman-teman FSM C 2013, FST 2013, mancing mania ,dan freaks yang mengisi hari-hari saya selama di bangku kuliah. Juga untuk Ko Hendy, Ci Adis, Ci Kath, Mas Putra, Mas Yos, yang menginspirasi penulis untuk berkarya selama ini.

11.Serta semua pihak yang membantu penulis selama ini.

Penulis sadar bahwa masih ada beberapa hal yang kurang dari skripsi ini, sehingga penulis memohon maaf atas kesalahan dan kekeliruan yang ada. Penulis menyambut dengan baik kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk berkarya lebih baik di kemudian hari. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih manfaat bagi semua pihak.

Yogyakarta, 1 Juni 2017

(12)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

PENDAHULUAN ... 01

METODE PENELITIAN ... 02

Bahan Penelitian ... 02

Alat Penelitian ... 02

Pemilihan Sampel ... 03

Verifikasi Metode Analisis ... 03

Penentuan Kadar Kurkumin dalam Sampel ... 04

Uji Keseragaman Sediaan ... 04

Uji Disolusi ... 04

Pengukuran Kadar Kurkumin Terdisolusi ... 05

Interpretasi Hasil Disolusi ... 05

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 05

Verifikasi Metode ... 06

Uji Penentuan Kadar Kurkumin dalam Sampel ... 08

(13)

x

Uji Disolusi ... 10

KESIMPULAN ... 14

SARAN ... 14

DAFTAR PUSTAKA ... 15

LAMPIRAN ... 17

(14)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel I. Perhitungan Parameter Akurasi dan Presisi ... 08

(15)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik kurva baku kurkumin dalam medium disolusi (a); dan

dalam metanol (b) ... 07

Gambar 2. Grafik presentase kurkumin terdisolusi terhadap waktu ... 11

Gambar 3. Grafik rata-rata nilai DE120 pada tiap sampel ... 12

Gambar 4. Grafik rata-rata waktu hancur pada tiap sampel... 12

(16)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data verifikasi metode ... 17

Lampiran 2. Data uji penentuan kadar kurkumin dalam sampel ... 30

Lampiran 3. Data uji keseragaman kandungan tiap sampel ... 32

Lampiran 4. Data hasil uji waktu hancur ... 33

Lampiran 5. Data hasil uji disolusi ... 35

Lampiran 6. Data interpretasi hasil disolusi ... 37

Lampiran 7. Uji Statistik DE120 ketiga sampel ... 39

(17)

xiv

KAJIAN PROFIL DISOLUSI KURKUMIN DALAM KAPSUL KUNYIT (Curcuma longa L.) YANG BEREDAR DI PASARAN

Richardus Yudistira

Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia

ABSTRAK

Kurkumin merupakan senyawa polifenol lipofilik yang memiliki banyak aktifitas farmakologis namun termasuk dalam Biopharmaceutical Classification System (BCS) kelas II, sehingga laju disolusi obat menjadi rate limiting step dari bioavailabilitasnya. Di pasaran, telah bermunculan beragam produk kapsul ekstrak kunyit (Curcuma longa L.) dengan menjadikan kurkumin sebagai komponen andalan. Walaupun demikian, profil disolusi kurkumin dari produk tersebut belum pernah dikaji secara mendalam. Tujuan dari penelitian ini ialah memberikan kajian profil disolusi kurkumin dari produk kapsul ekstrak kunyit yang beredar di pasaran, khususnya di Indonesia sebagai upaya evaluatif dan konstruktif bagi obat tradisional Indonesia.

Sampel yang digunakan ialah produk kapsul kunyit yang telah teregistrasi di badan POM. Uji disolusi dilakukan dengan menggunakan alat uji disolusi tipe dayung (USP Apparatus II) dalam kurun waktu hingga 120 menit, kemudian kadar kurkumin terdisolusi diukur dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Profil disolusi diamati dengan melihat nilai kurkumin terdisolusi (Q) serta efisiensi disolusi (DE).

Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan antara semua produk dari segi kandungan kurkumin, waktu hancur, serta disolusi efisiensi (p value < 0,05). Perbedaan tersebut memberikan dampak yang besar, terutama terhadap laju disolusi. Interpretasi nilai Q menunjukkan bahwa produk yang telah beredar belum mampu mengikuti kompendial dalam hal uji disolusi. Hal ini menunjukkan urgensi atas suatu standarisasi sehingga profil disolusi kurkumin dari produk tersebut akan semakin membaik, serta variasi antar produk dapat ditekan seminimal mungkin.

(18)

xv ABSTRACT

Curcumin is a leading polyphenolic compound that has numerous pharmacological activities. Unfortunately, it is also classified as the member of Biopharmaceutical Classification System (BCS) class II, which its bioavailability is limited by its dissolution rate. Several turmeric capsule brands are widely accessible to public. However, there is no review on dissolution profile provided for those products. The aim of this study is to collect the dissolution profile data from the products, as the way to perceive the quality.

Badan POM- registered products were used as the sample. Dissolution test was employed using USP dissolution apparatus type II, afterwards the curcumin content was measured by UV-Visible Spectrophotometer. The dissolution profiles were denoted as dissolved curcumin (Q) and dissolution efficiency (DE).

The result showed significant differences of drug load, disintegration time, and dissolution efficiency among the products (p value < 0,05) and these all affected the dissolution rate. Q value interpreted a message that tested products are still unable to fulfill the compendials requirements on dissolution test. These findings are enough to provide evidence about urgencies of standardisation to maintain the dissolution profile of curcumin, also minimizing the variances.

(19)

1

PENDAHULUAN

Kunyit (Curcuma longa L.) adalah tanaman herba rhizoma dari keluarga

Zingiberaceae, yang banyak tumbuh di wilayah Asia, termasuk Indonesia.

Tanaman ini secara luas dimanfaatkan sebagai bumbu masakan, pewarna alami,

jamu dan obat (Agoes, 2010). Salah satu kandungan aktif dari tanaman kunyit

ialah kurkuminoid, yang terdiri atas kurkumin (77%), demetoksikurkumin (17%),

dan bisdemetoksikurkumin (6%). Dari ketiga senyawa tersebut, kurkumin

merupakan komponen utama serta memiliki aktifitas paling tinggi (Anand et al.,

2007). Kurkumin adalah senyawa polifenol lipofilik yang memiliki berbagai

macam aktivitas farmakologis sebagai antiproliferatif, agen kemopreventif, agen

anti-inflamasi, agen antirematik, agen terapetik dalam penyembuhan luka, dan

lainnya sehingga kurkumin dijuluki sebagai curecumin (Goel et al., 2008).

Kurkumin memiliki permeabilitas yang tinggi, ditunjukkan dengan nilai

log P antara 2,56 hingga 3,29 (Grynkiewicz and Ślifirski, 2012), namun

kelarutannya dalam air rendah yaitu 1,34 ± 0,02 mg.L-1 (Carvalho et al. 2015)

sehingga diklasifikasikan dalam Biopharmaceutical Classification System (BCS)

kelas II. Bagi zat aktif yang tergolong dalam BCS kelas II, laju disolusi obat

merupakan rate limiting step dari bioavailibilitasnya (Food and Drug

Administration, 2015).

Uji disolusi merupakan bagian penting dari pengembangan produk dan

menjadi pendukung sebelum uji bioekivalensi. Profil disolusi yang merupakan

luaran dari uji disolusi diharapkan mampu memberikan informasi terkait studi

bioavailabilitas-bioekivalensi sebagai suatu spesifikasi dalam penjaminan mutu,

terutama untuk menjamin konsistensi dan mendeteksi masalah potensial dalam

bioavailabilitas (Meher et al., 2012). Interpretasi hasil dilakukan dengan melihat

persentase zat aktif terdisolusi dengan melihat ketentuan nilai persentase

kurkumin terdisolusi (nilai Q) sesuai dengan ketentuan masing-masing monograf

di farmakope. Akan tetapi, kurkumin belum tercantum dalam monograf

(20)

2

Di pasaran, telah beredar beragam produk ekstrak kunyit, salah satunya

dalam bentuk kapsul yang telah memiliki nomor registrasi dari Badan Pengawas

Obat dan Makanan (Badan POM). Dibandingkan dengan tablet, kapsul memiliki

keunggulan dari segi kenyamanan pasien dalam menutupi rasa, efisiensi

penggunaan eksipien maupun sebagai alternatif bentuk sediaan untuk bahan yang

memiliki kompresibilitas yang buruk (Galloway, 2012).

Perbedaan formulasi kapsul kunyit dapat menyebabkan perbedaan

kualitas antar produk dalam hal pelepasan kurkumin di dalam tubuh. Maka,

pemastian kualitas kapsul kunyit yang beredar di pasaran yang sampai ke tangan

konsumen dalam hal profil pelepasan obat dalam tubuh yang tercermin dari profil

disolusi merupakan suatu hal penting. Hingga saat ini, kajian profil disolusi

produk kapsul ekstrak kunyit belum tersedia. Padahal dengan adanya kajian profil

disolusi akan memberikan gambaran kualitas dari produk yang saat ini telah ada

di pasaran khususnya dari segi pelepasan obat dalam cairan tubuh, serta

membantu pemerintah dalam melakukan standarisasi obat tradisional. Maka dari

itu, penelitian ini digunakan untuk mengetahui disolusi kurkumin dari produk

kapsul ekstrak kunyit yang beredar di pasaran dan memberikan suatu kajian profil

disolusi dari produk tersebut.

METODE PENELITIAN Bahan Penelitian

Baku pembanding kerja kurkumin (diisolasi oleh Dr.rer.nat. Yosi Bayu

Murti, M.Si., Apt.), Produk kapsul ekstrak kunyit yang telah memiliki nomor

registrasi Badan POM (identitas produk disembunyikan dan diberi kode), metanol

pro analisis (Merck), akuades, sodium lauryl sulphate (SLS) (Merck) dan dapar

fosfat (Merck).

Alat Penelitian

Alat-alat gelas (Pyrex Iwaki Glass®), timbangan analitik (Mettler

Toledo), alat uji disolusi tipe dayung (Tianjin Guoming Medical Center RC-6D

(21)

3

pH 3310 Set 2), mikropipet (Socorex), alat sentrifugasi (Gemmy Industrial Corp.

PLC-05), tabung sentrifugasi, dan spektrofotometer Vis (Shimadzu

UV-1800).

Pemilihan Sampel

Sampel yang digunakan ialah produk kapsul ekstrak kunyit yang telah

beredar di pasaran sejumlah 3 produk (diperoleh dari toko obat dan melalui

pembelian secara online). Sampel yang menjadi kelompok inklusi ialah sampel

yang memiliki nomor registrasi Badan POM dan masih dalam nomor batch yang

sama. Sampel kemudian diberi kode huruf.

Verifikasi Metode Analisis

Dalam penelitian ini, validasi parsial dilakukan berdasarkan parameter

yang sesuai untuk melakukan verifikasi metode analisis yang digunakan. Kurva

baku yang digunakan ada 2 jenis, yaitu kurva baku kurkumin dalam metanol, serta

kurva baku kurkumin dalam medium disolusi.

1. Pembuatan kurva baku kurkumin dalam metanol dan penetapan parameter linearitas

Sebanyak 6 seri konsentrasi kurkumin dalam rentang konsentrasi

0,532-5,318 µg/ml digunakan dalam pembuatan kurva baku. Kemudian

dilakukan pengukuran serapan pada panjang gelombang 425 nm dengan

replikasi sebanyak 3 kali. Nilai serapan terhadap konsentrasi kurkumin

dihitung dengan menggunakan regresi linear dan menghasilkan kurva baku.

Linearitas kurva ditetapkan dengan analisis regresi least square linear dari

kurva baku.

2. Pembuatan kurva baku kurkumin dalam medium disolusi serta penetapan parameter validasi

Sebanyak 14 seri konsentrasi dengan rentang konsentrasi 0,011-6,458

(22)

4

diukur pada panjang gelombang 431 nm dengan replikasi sebanyak 3 kali.

Nilai serapan yang diperoleh dihitung dengan menggunakan regresi linear,

yang akan menghasilkan persamaan kurva baku kurkumin. Nilai linearitas akan

diperoleh dari analisis regresi least square linear kurva baku.

Parameter akurasi dan presisi diperoleh dengan metode spiked placebo

dengan 3 seri konsentrasi yang berbeda (0,538; 3,229; dan 5,382 µg/ml), dan

diukur pada panjang gelombang 431 nm. Kemudian dilakukan replikasi

sebanyak tiga kali. Nilai serapan kemudian dimasukkan dalam persamaan

kurva baku untuk mendapatkan kadar kurkumin. Parameter akurasi tercermin

dari nilai persen perolehan kembali, sedangkan parameter presisi didapatkan

dengan menghitung koefisien variasi.

Penentuan Kadar Kurkumin dalam Sampel

Penentuan kadar kurkumin dalam sampel dilakukan melalui uji drug load

pada 6 unit sediaan. Untuk masing-masing kapsul, 25 mg isi sampel dilarutkan

dalam metanol sebanyak 25 ml. Kemudian dilihat absorbansinya pada panjang

gelombang 425 nm. Nilai absorbansi kemudian dimasukkan dalam dengan

persamaan regresi linear kurva baku dalam pelarut metanol untuk mendapatkan

kadar kurkumin.

Uji Keseragaman Sediaan

Uji keragaman bobot dilakukan menurut Farmakope Indonesia Edisi V

(2013) dengan menimbang isi dari 10 unit sediaan satu per satu, kemudian

dilanjutkan dengan uji keseragaman kandungan dengan melarutkan

masing-masing 25 mg isi kapsul ke dalam 25 ml metanol, kemudian dianalisis dengan

spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang 425 nm dan dihitung

dengan persamaan regresi linear kurva baku kurkumin dalam pelarut metanol.

Uji Disolusi

Uji disolusi sampel dilakukan untuk melihat karakteristik pelepasan

(23)

5

ialah larutan penyangga fosfat pH 6,0 dengan penambahan 0,5% SLS. Sebanyak

900 ml medium disolusi dimasukkan ke dalam bejana, kemudian dilakukan

pengkondisian suhu hingga mencapai suhu 37±0,5oC. Sampel kapsul yang telah

dipasang pemberat kemudian dimasukkan ke dalam medium disolusi dan uji

dilakukan dengan kecepatan putar dayung pada 75 rpm. Sebanyak 5 ml sampel

diambil di titik yang sama pada menit ke 15, 30, 45, 60, 90, dan 120, disertai

dengan penggantian medium disolusi baru dengan suhu yang sama sebanyak 5 ml.

Pengujian disolusi dilakukan terhadap 6 unit sediaan untuk masing-masing produk

sampel.

Pengukuran Kadar Kurkumin Terdisolusi

Larutan sampel kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 6000 rpm

selama 5 menit untuk meminimalisasi gangguan pengukuran absorbansi oleh

endapan. Larutan kemudian diukur dengan menggunakan Spektrofotometer

UV-Vis pada panjang gelombang 431 nm. Nilai absorbansi yang didapat kemudian

dimasukkan dalam persamaan regresi linier kurva baku kurkumin dalam medium

disolusi sehingga didapatkan kadar kurkumin dalam sampel.

Interpretasi Hasil Disolusi

Interpretasi hasil disolusi dilihat dari persentase kurkumin terdisolusi (Q).

Oleh karena belum tercantumnya kurkumin dalam monografi, maka kriteria

penerimaan ditetapkan sesuai dengan yang tercantum pada Farmakope Indonesia

Edisi V dengan nilai Q yang ditetapkan ialah 75% pada menit ke 60 (Q60 = 75%).

Selain itu, dilakukan penghitungan nilai efisiensi disolusi (DE). Uji statistik

dilakukan dengan menggunakan program Real Statistic Ms. Excel pada taraf

kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil disolusi kurkumin dari

kapsul ekstrak kunyit yang beredar di pasaran sebagai upaya pemastian kualitas

(24)

6

ini, dimana ketiga produk tersebut telah memiliki nomor registrasi Badan POM.

Ketiga produk tersebut kemudian diberi penandaan sebagai sampel A, sampel B,

dan sampel C. Sampel B mencantumkan komposisi 100 mg kurkumin tiap 500 mg

ekstrak kunyit, atau dengan kata lain memiliki drug load sekitar 20 persen.

Sementara pada sampel A dan sampel C, kandungan kurkumin tidak dicantumkan

pada label.

Verifikasi Metode

Penelitian ini berdasarkan pada metode analisis kurkumin menggunakan

spektrofotometri UV-Vis yang dikembangkan dan divalidasi oleh Sharma et al

(2012).

1. Optimasi panjang gelombang maksimum

Optimasi panjang gelombang maksimum bertujuan untuk menentukan

panjang gelombang yang menghasilkan nilai absorbansi yang maksimum.

Dilakukan pengujian panjang gelombang maksimum pada dua pelarut yang

berbeda, yaitu metanol dan medium disolusi. Penetapan dilakukan pada tiga

tingkat konsentrasi. Dalam pengujian optimasi panjang gelombang, didapati

bahwa panjang gelombang maksimun untuk pengukuran analit dalam pelarut

metanol maupun medium disolusi menunjukkan perbedaan, yaitu 425 nm dan

431 nm secara berurutan. Adanya perbedaan panjang gelombang maksimum

untuk kurkumin pada kedua pelarut berdampak pada persamaan regresi linear

dalam pelarutnya. Hal ini terlihat pada slope yang dihasilkan yang

menunjukkan perbedaan yang signifikan (p value<0,05) ketika diuji secara

statistik.

2. Penetapan parameter linearitas

Linearitas merupakan kemampuan dari suatu prosedur untuk

memberikan hasil yang proporsional terhadap konsentrasi sampel. Parameter

linearitas mampu menunjukkan hubungan linear antara konsentrasi dan hasil

pengukuran pengujian (Kementerian Kesehatan RI, 2013). Dalam uji, 6 seri

konsentrasi baku kurkumin dalam rentang 0,532-5,318 µg/ml (dalam metanol)

(25)

7

medium disolusi ) digunakan dalam pembuatan kurva baku. Persamaan regresi

linear menghasilkan nilai r >0,998 untuk kurva baku kurkumin dalam metanol

maupun medium disolusi (gambar 1). Nilai tersebut memenuhi persyaratan dari

AOAC (2016) yang menyatakan nilai r yang ideal ialah >0,99.

(a)

(b)

Gambar 1. Grafik kurva baku kurkumin dalam medium disolusi (a); dan dalam metanol (b)

3. Penetapan parameter akurasi dan presisi

y = 0.1307x + 0.0015

Kurva Baku Kurkumin dalam Medium Disolusi

y = 0.1591x - 0.006

(26)

8

Akurasi merupakan ukuran ketelitian suatu metode analisis atau

kedekatan antara nilai yang didapat dengan nilai sebenarnya, yang biasanya

diukur sebagai perolehan kembali analit dari metode spiking. Sedangkan presisi

merupakan ukuran keterulangan metode analisis, biasanya ditunjukkan sebagai

simpangan baku relatif dari sampel. (Gandjar and Rohman, 2012). Baik akurasi

maupun presisi memiliki tolak ukur pengukuran setidaknya 9 kali penetapan

kadar dengan 3 tingkat konsentrasi (ICH, 1996).

Hasil perhitungan yang tertera pada tabel I menunjukkan bahwa nilai

perolehan kembali berkisar antara 98,84 % hingga 108,26 %. Nilai perolehan

kembali ini masuk dalam rentang yang dipersyaratkan oleh Association of

Official Analytical Chemist (AOAC) yaitu sebesar 80-110%. Dengan demikian,

metode yang dilakukan sudah akurat. Tingkat presisi dilihat dari nilai koefisien

variansi (CV). Nilai CV yang didapatkan untuk ketiga tingkatan konsentrasi

ialah sebesar 0,83 % hingga 2,42 %. Nilai ini memenuhi persyaratan yang

ditetapkan sebesar 11% (AOAC, 2016). Dari hasil perhitungan parameter

linearitas, akurasi, dan presisi, metode yang dilakukan sudah valid sehingga

dapat digunakan dalam penelitian ini.

Tabel I. Perhitungan Parameter Akurasi dan Presisi (n=3)

(27)

9

Uji Penentuan Kadar Kurkumin dalam Sampel

Uji penentuan kadar kurkumin dalam sampel (uji drug load) bertujuan

untuk mengetahui kandungan kurkumin sebenarnya dari sampel produk. Dari

ketiga sampel, sampel B telah mencantumkan kandungan kurkumin pada setiap

kapsulnya, yaitu 20 persen (100 mg kurkumin tiap 500 mg). Sementara sampel A

dan C belum mencantumkan kandungan kurkomin pada tiap kapsul. Hasil uji

kadar kurkumin yang telah dilakukan tercantum pada tabel II.

Tabel II. Hasil Uji Drug Load pada Sampel Uji(x±SD)

Uji n Sampel A

Hasil menunjukkan bahwa rata-rata kadar kurkumin pada sampel A,B,C

secara berurutan ialah 2,72 persen; 12,83 persen; dan 3,16 persen, dengan nilai

simpangan baku kurang dari 2 persen. Kandungan kurkumin sampel B yang

diperoleh sekitar 7 persen lebih kecil dari yang tercantum pada label. Perbedaan

antara klaim pada label dengan saat pengujian menunjukkan adanya kehilangan

kurkumin selama proses produksi hingga distribusi kepada konsumen, maupun

kandungan kurkumin yang bervariasi pada ekstrak kunyit.

Uji Keseragaman Sediaan

Uji keseragaman sediaan bertujuan untuk melihat konsistensi bobot atau

kandungan zat aktif pada tiap unit sediaan. Unit sediaan yang baik hendaknya

memiliki kandungan zat aktif yang mendekati kadar yang tercantum pada etiket

dan memiliki rentang variasi yang sempit (Kementerian Kesehatan RI, 2013).

Oleh karena ketiga produk memiliki kandungan kurkumin <25 % atau <25 mg,

maka dalam Farmakope Indonesia edisi V uji keseragaman kandungan merupakan

uji yang dipersyaratkan untuk melihat keseragaman sediaan. Dalam penelitian ini,

uji keseragaman kandungan dilakukan pada 10 unit sediaan. Hasil uji dapat dilihat

(28)

10

Dari ketiga sampel, hanya sampel B saja yang dapat dihitung nilai

penerimaannya oleh karena mencantumkan kandungan kurkumin pada etiket.

Nilai Penerimaan dihitung sesuai dengan ketentuan yang tercantum pada

Farmakope Indonesia Edisi V (2013). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai

penerimaan sampel B ialah 33,884. Nilai tersebut melebihi ketentuan maksimum

nilai penerimaan pada tahap pertama (NP=15).

Uji Disolusi

Tujuan dari uji disolusi ialah untuk mengetahui jumlah zat aktif yang

terlarut dalam medium pada rentang waktu tertentu. Uji disolusi paska produksi

mampu memberikan jaminan absorbsi obat, terutama untuk obat dalam kategori

BCS kelas II secara in vivo (Fudholi, 2013). Dalam penelitian ini, uji dilakukan

pada ketiga produk dengan menggunakan alat uji disolusi tipe dayung (USP

apparatus II). Medium yang digunakan ialah larutan penyangga fosfat pH 6,0

dengan penambahan 0,5% SLS. Wang et al. (1997) melakukan studi terkait

pengaruh nilai derajat keasaman (pH) terhadap stabilitas kurkumin, dan didapati

bahwa kurkumin stabil dalam kondisi pH 6,0. Pemilihan medium didasarkan pada

stabilitas dan kelarutan kurkumin. Untuk obat dengan kelarutan dalam air yang

rendah, penambahan surfaktan diperkenankan untuk meningkatkan kelarutannya

(British Pharmacopoeia Commission Office, 2011).

Uji disolusi dilakukan hingga menit ke 120, disertai dengan pengambilan

cuplikan pada waktu yang telah ditentukan. Gambar 2 menunjukkan bahwa

sampel C memiliki profil disolusi yang paling baik, kemudian diikuti dengan

sampel A dan sampel B. Dengan nilai Q60 yang dipersyaratkan sebesar 75%,

semua sampel belum lulus uji disolusi tahap S1 sesuai persyaratan pada

Farmakope Indonesia edisi V.

Interpretasi uji disolusi lain yang dapat dilakukan ialah dengan

menghitung Dissolution Efficiency (DE), yang merupakan perbandingan luas

daerah yang berada di bawah kurva dengan luas segiempat seratus persen zat aktif

pada saat tertentu. Penggunaan DE memberikan banyak keuntungan. Selain

(29)

11

menggambarkan hasil yang identik dengan penggambaran data secara in vivo.

Jika ingin membandingkan hasil disolusi antar sampel, maka digunakan nilai DE

pada waktu yang sama (Fudholi, 2013). Pada penelitian ini, digunakan nilai DE

pada menit ke 120 (DE120). Perhitungan nilai DE120 dapat dilihat pada gambar 3.

Kemudian uji statistik dilakukan untuk mengetahui signifikansi perbedaan nilai

DE dari ketiga sampel. Hasil uji statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan

(p value < 0,05).

Nilai Q60 yang belum memenuhi ketentuan kompendial serta perbedaan

nilai DE120 yang signifikan dari ketiga sampel diduga erat kaitannya dengan waktu

hancur dari kapsul. Uji waktu hancur lalu dilakukan pada 6 unit sediaan dalam

medium disolusi. Hasil uji waktu hancur pada masing-masing sampel, seperti

yang tertera pada gambar 4 menunjukkan perbedaan yang signifikan melalui uji

Kruskall-Wallis (p value < 0,05). Ada pola urutan yang sama antara sampel yang

paling cepat hancur dalam medium dengan sampel dengan nilai DE120 yang paling

besar. Perbedaan waktu hancur turut memberikan variasi yang besar dari

pengujian disolusi. Perbedaan ini diduga disebabkan karena perbedaan tipe

cangkang kapsul yang digunakan. Pengujian waktu hancur pada kapsul kosong

yang digunakan untuk ketiga sampel sediaan juga dilakukan pada 6 cangkang

kapsul untuk memastikan variasi nilai Q60 serta DE120. Hasil pengujian

menunjukkan variasi waktu hancur yang besar seperti pada gambar 5, yang

berkorelasi linear dengan waktu hancur sediaan.

-20.00

Kurva rata-rata persen terdisolusi/Q (%) vs waktu (menit)

(30)

12

Gambar 2. Grafik persentase kurkumin terdisolusi sampel terhadap waktu (n=6)

Gambar 3. Grafik rata-rata nilai DE120 pada tiap sampel (n=6)

Gambar 4. Grafik rata-rata waktu hancur pada tiap sampel (n=6)

55.44

Grafik Rata-Rata Nilai DE120 pada Tiap Sampel

7.4

(31)

13

Gambar 5. Grafik rata-rata waktu hancur pada kapsul kosong (n=6)

El-Malah et al (2007) dalam penelitiannya membandingkan dua tipe

cangkang kapsul keras yang saat ini paling sering digunakan, yaitu kapsul gelatin

dan kapsul HPMC dan menemukan bahwa dalam dapar fosfat kapsul HPMC

memiliki waktu hancur yang lebih lama dibandingkan dengan kapsul gelatin. Hal

ini dikarenakan terjadinya peristiwa salting out dari polimer HPMC oleh ion

anorganik dalam medium, salah satunya ialah ion fosfat.

Selain karena adanya perbedaan waktu hancur, perbedaan nilai DE120

dapat disebabkan adanya perbedaan drug load dari ketiga sampel uji. Dalam

penelitian ini, hasil uji drug load hampir serupa dengan DE120. Dalam penelitian,

sampel A yang merupakan sampel dengan drug load terkecil, justru mempunyai

nilai DE120 yang lebih kecil daripada sampel C. Dalam pengujian statistik dengan

uji Kruskall-Wallis, nilai drug load antara sampel A dan sampel C tidak berbeda

signifikan (p value >0,05). Semakin kecil nilai drug load menunjukkan bahwa

semakin banyak drug carrier yang melingkupi partikel obat. Dengan drug carrier

0.0

(32)

14

hidrofilik yang dominan, akan muncul efek pelarutan pada lapisan difusi dan

mendorong terjadinya pembasahan partikel obat yang lebih kuat sehingga akan

turut meningkatkan laju disolusi (Chiou and Riegelman, 1971). Penelitian

Srinarong et al. (2010) mendukung hal tersebut dimana terjadi tren penurunan

kecepatan disolusi seiring peningkatan drug load dari obat yang termasuk dalam

golongan BCS kelas II. Faktor lain yang berpengaruh terhadap disolusi bisa

berasal dari kondisi penyimpanan sediaan selama di pasaran, yang menjadi

variabel tidak terkendali dalam penelitian ini.

Tidak dicantumkannya drug carrier yang digunakan dalam formulasi

pada ketiga sampel merupakan kelemahan tersendiri untuk memastikan terjadinya

perbedaan lebih lanjut akibat zat pembawa. Melihat bahwa variasi profil disolusi

dari kapsul ekstrak kunyit yang beredar di pasaran sangatlah besar, maka menjadi

suatu keharusan bagi industri obat tradisional terkait untuk melakukan standarisasi

dari bahan baku sampai sediaan untuk menjamin kualitas produk, serta bagi

pemerintah untuk membuat monograf tentang kurkumin dan kapsul ekstrak kunyit

sebagai dukungan untuk memajukan obat tradisional Indonesia.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan profil disolusi kurkumin serta waktu hancur yang

signifikan dari produk kapsul ekstrak kunyit yang beredar di pasaran (p value

<0,05). Interpretasi dengan nilai Q memperlihatkan bahwa beberapa produk masih

belum mampu mengikuti ketentuan dalam Farmakope Indonesia edisi V. Hal ini

menunjukkan bahwa kualitas produk tersebut masih membutuhkan banyak

perbaikan agar sesuai dengan aturan pada kompendial. Penelitian ini

menunjukkan adanya suatu urgensi dilakukannya standarisasi produk kapsul

ekstrak kunyit yang beredar di pasaran maupun pembuatan monograf tentang

kurkumin dan kapsul ekstrak kunyit di Indonesia.

(33)

15

Untuk penelitian selanjutnya, pengkajian kualitas terhadap produk kapsul

ekstrak kunyit lainnya yang beredar di pasaran akan memberikan gambaran lebih

luas tentang kualitas produk kapsul ekstrak kunyit di Indonesia. Selain itu, dapat

dilakukan pengkajian terhadap bentuk sediaan lain seperti tablet dan sirup ekstrak

kunyit.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A., 2010. Tanaman Obat Indonesia Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.

Anand, P., Kunnumakkara, A.B., Newman, R.A., and Aggarwal, B.B., 2007.

Bioavailability of Curcumin: Problems and Promises. Molecular Pharmaceutics,

4 (6), 807–818.

AOAC, 2016. AOAC – Guidelines for Standard Method Performance Requirement.

Journal of AOAC International and Official Method of Analysis, 9.

British Pharmacopoeia Commission Office, 2011. British Pharmacopoeia 2011

Volume V. London: The Stationery Office.

Carvalho, D.D.M., Takeuchi, K.P., Geraldine, R.M., Moura, C.J. De, and Torres,

M.C.L., 2015. Production, Solubility and Antioxidant Activity of Curcumin

Nanosuspension. Food Science and Technology, 35 (1), 115–119.

Chiou, W.L., and Riegelman, S.,1971. Pharmaceutical Applications of Solid

Dispersion Systems. Journal of Pharmaceutical Sciences, 60 (9), 1281-1301.

El-Malah, Y., Nazzal, S., and Bottom, C.B., 2007. Hard Gelatin and Hypromellose

(HPMC) Capsules: Estimation of Rupture Time by Real-Time Dissolution

Spectroscopy. Drug Development and Industrial Pharmacy, 33, 27-34.

Food and Drug Administration, 2015. Waiver of In Vivo Bioavailability and

Bioequivalence Studies for Immediate-Release Solid Oral Dosage Forms Based

on a Biopharmaceutics Classification System Guidance for Industry.

Fudholi, A., 2013. Disolusi & Pelepasan Obat in vitro. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar,4-5,31,41-81,137-143.

Galloway, M., 2012. Capsule Consideration. Pacific Nutritional (Online),

(34)

16

Gandjar, I.G. and Rohman, A., 2012. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka

Pelajar, 465-476.

Goel, A., Kunnumakkara, A.B., and Aggarwal, B.B., 2008. Curcumin as „“ Curecumin

”‟: From kitchen to clinic. Biochemical Pharmacology, 75, 787–809.

Grynkiewicz, G. and Ślifirski, P., 2012. Curcumin and Curcuminoids in Quest for Medicinal Status. ACTA ABP Biochimica Polonica, 59 (2), 201–2012.

Kementerian Kesehatan RI, 2013. Farmakope Indonesia Edisi V 2013. V. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI.

Meher, P.S., Neeraj, S., and Neeraj, J., 2012. Dissolution Specifications, Dissolution

Profiling and Dissolution Profiles Comparison Methods. International journal of

Research Technology, 2 (4S), 297–305.

ICH, 1996. ICH Q2 (R1) – Validation of Analytical Procedures. International

Conference on Harmonisation.

Sharma, K., Agrawal, S.S., and Monica, G., 2012. Development and Validation of UV

Spectrophotometric Method for the Estimation of Curcumin in Bulk Drug and

Pharmaceutical Dosage Form. International Journal of Drug Development and

Research., 4 (2), 375-380.

Srinarong, P., Kouwen, S., Visser, M.R., Hinrichs, W.L.J., and Frijlink, H.W., 2010.

Effect of Drug-carrier Interaction on the Dissolution Behaviour of Solid

Dispersion Tablets. Pharmaceutical Development and Technology., 15 (5),

460-468

Wang, Y.J., et al., 1997. Stability of Curcumin in Buffer Solutions and

Characterization its degradation products. Journal of Pharmaceutical and

(35)

17 LAMPIRAN

(36)

18

(37)

19

(38)

20

Gambar 3. Grafik spektrum absorbansi maksimum baku kurkumin pada konsentrasi 3,2292 ppm dalam medium disolusi

(39)

21

(40)

22

(41)

23

(42)

24

(43)

25 2. Data perhitungan parameter linearitas

Gambar 1. Kurva baku kurkumin dalam metanol

Gambar 2. Hasil pengolahan data linearitas kurva baku kurkumin dalam metanol y = 0.1591x - 0.006

R² = 0.9973

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1

0 2 4 6

A

bsorbansi

Konsentrasi (µg/mL)

(44)

26

Gambar 3. Kurva baku kurkumin dalam medium disolusi

Gambar 4. Hasil pengolahan data linearitas kurva baku kurkumin dalam medium disolusi

Rumus uji statistik perbandingan signifikansi perbedaan slope

(45)

27

(46)

28 3. Data perhitungan parameter akurasi

Parameter akurasi diperoleh dengan menghitung nilai perolehan kembali (%

recovery)

Tabel I. Hasil perhitungan parameter akurasi

(47)

29 4. Data perhitungan parameter presisi

Parameter presisi dihitung dengan koefisien variasi (CV)

Tabel II. Hasil perhitungan parameter presisi

(48)

30

Lampiran 2. Data uji penentuan kadar kurkumin dalam sampel

Tabel I. Hasil perhitungan uji penentuan kadar kurkumin dalam sampel Sampel

(n=6) Sampel A Sampel B Sampel C

2,52 11,66 3,08

2,67 11,03 3,07

2,60 11,74 3,16

3,44 14,30 3,27

2,70 14,55 3,19

2,38 13,70 3,16

x±SD (%) 2,72±0,37 12,83±1,53 3,16±0,07

(49)

31

(50)

32

Lampiran 3. Data uji keseragaman kandungan tiap sampel Tabel I. Hasil uji keseragaman kandungan ketiga sampel

Sampel

Perhitungan Nilai Penerimaan Sampel B

x = 13,72% >> 68,6% dari kadar pada etiket >> X = 68,6 %

| | Keterangan :

M = Nilai rujukan, jika X < 98,5%, maka M=98,5%

k = Konstanta penerimaan, jika n=10 maka k=2,4

s = Simpangan baku/SD

| |

Nilai maksimum yang diperkenankan ialah 15,0 sehingga sampel B tidak

(51)

33 Lampiran 4. Data hasil uji waktu hancur

Tabel I. Hasil uji waktu hancur ketiga sampel Sampel

(n=6)

Sampel A (menit)

Sampel B (menit)

Sampel C (menit) 4,7 7,3 2,4

6,1 8,8 2,6

6,5 9,2 3,1

6,6 16,2 3,1

8,4 18,5 3,5

12,0 19,2 3,7

x±SD (menit) 7,4±2,6 13,2±5,4 3,1±0,5

(52)

34

(53)

35 Lampiran 5. Data hasil uji disolusi

Tabel I. Contoh hasil penimbangan isi kapsul sampel C

berat

Tabel II. Contoh hasil perhitungan nilai Q data uji disolusi sampel C

(54)

36

Gambar 1. Grafik hubungan antara jumlah kurkumin terdisolusi dengan waktu

0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00

0 20 40 60 80 100 120

% T

er

d

is

o

lu

si

waktu (menit)

Kurva rata-rata % terdisolusi vs waktu (menit)

(55)

37 Lampiran 6. Data interpretasi hasil disolusi

Tabel I. Tabel penerimaan hasil disolusi dengan nilai Q menurut Farmakope Indonesia

yang lebih kecil dari Q -15%

S3 12 Rata-rata dari 24 unit (S1 + S2 + S3) ≥ Q, tidak lebih dari 2

unit sediaan yang lebih kecil dari Q-15%, dan tidak satu

unitpun yang lebih kecil dari Q-25%

Tabel II. Data persentase kurkumin terdisolusi pada menit ke 60

(56)

38 Perhitungan AUC (Area Under Curve) didapatkan dengan metode trapezoid.

Perhitungan nilai disolusi efisiensi menggunakan rumus sebagai berikut :

(

)

DEt = Disolusi Efisiensi pada saat t

ydt = Luas di bawah kurva zat aktif terlarut pada saat t

y100t = Luas segi empat 100% zat aktif terlarut dalam medium untuk waktu t (Fudholi, 2013)

Tabel III. Contoh data perhitungan AUC dan DE sampel C

Menit Rep I Rep II Rep III AUC 1 AUC 2 AUC 3 DE 1 DE 2 DE 3 Rata2 DE SD

0 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

15 68.65 80.14 65.99 514.87 601.05 494.94 34.32 40.07 33.00 39.09 4.36

30 76.29 81.99 77.25 1087.05 1215.95 1074.31 53.40 60.57 52.31 60.02 5.84

45 80.93 92.45 73.03 1179.18 1308.24 1127.08 61.80 69.45 59.92 68.40 6.09

60 87.21 97.37 76.69 1261.07 1423.60 1122.86 67.37 75.81 63.65 73.35 6.25

90 89.12 100.14 78.09 2644.96 2962.57 2321.70 74.30 83.46 68.23 79.70 6.95

(57)

39

Gambar 1. Contoh uji statistik Shapiro Wilk DE120 pada sampel A, B, dan C

(58)

40

LAMPIRAN FOTO

Lampiran 8. Foto uji disolusi sampel produk kapsul ekstrak kunyit

Gambar 1. Sampel produk kapsul ekstrak kunyit yang digunakan

(59)

41

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Kajian Profil Disolusi Kurkumin dalam Kapsul Kunyit (Curcuma longa L.) yang beredar di pasaran” memiliki nama lengkap Richardus Yudistira yang akrab dipanggil Richard. Penulis lahir di Palembang, 9 September 1995 dan merupakan anak pertama dari 4 bersaudara dari pasangan Antonius Widi Nugroho dan Yuliana Giyatmi.

Pendidikan formal yang telah ditempuh yaitu : TK Xaverius 9 Palembang (2000-2001), SD Xaverius 9 Palembang (2001-2003), SD Xaverius 1 Palembang (2003-2007), SMP Xaverius 1 Palembang (2007-2010), SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan (2010-2013), sebelum melanjutkan pendidikan tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma. Selama kuliah, penulis merupakan aktivis organisasi kemahasiswaan. Penulis pernah menjadi Koordinator Divisi Penelitian dan Pengembangan Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma (BEMF Farmasi USD) periode 2014/2015, kemudian dipercaya menjadi Student Exchange Officer (SEO) dari International

Pharmaceutical Students’ Federation (IPSF) untuk BEMF Farmasi USD pada periode

2015/2016, dan menjadi Wakil Gubernur bidang Eksternal BEMF Farmasi USD periode 2016. Dalam bidang penelitian, penulis dan tim berhasil memperoleh dana hibah DIKTI

dalam penelitian “Pemanfaatan Limbah Kulit Udang Windu (Peneaus monodon) sebagai

Bahan Baku Pembuatan Gel Kitosan Gel Anti Luka” pada tahun 2015. Penulis juga sering

Gambar

Tabel II. Hasil Uji Drug Load pada Sampel Uji ...........................................
Gambar 1. Grafik kurva baku kurkumin dalam medium disolusi (a); dan
Gambar 1. Grafik kurva baku kurkumin dalam medium disolusi (a);
Tabel I. Perhitungan Parameter Akurasi dan Presisi (n=3)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa jumlah kadar natrium benzoat dalam kecap manis bermerk yang beredar di Pasaran dan untuk mengetahui apakah dalam

Dari hasil uji dapat dilihat bahwa pengawet Benzalkonium Klorida 0.01% dalam obat tetes mata Nafazo lin Hidroklorida yang beredar di pasaran adalah efektif menurunkan

Pemberian ekstrak kunyit dapat menurunkan inflamasi pada reaksi alergi, ditandai dengan rerata jumlah eosinofil di jaringan peribronkhial paru pada kelompok

Bahan pembersih gigi tiruan yang beredar di pasaran berasal dari bahan kimia buatan yang diketahui mempunyai efek samping. Oleh karena itu, pemanfaatan tanaman

Telah dilakukan penelitian tentang Profil Laju Disolusi Invitro Bahan Aktif Loratadine dari Kapsul “X” Sustained Release Sebelum digerus, digerus dan digerus serta dibagi.

Dalam penelitian ini, akan diteliti seberapa besar pengaruh proporsi drug load terhadap disolusi kurkumin pada dispersi padat isolat ekstrak rimpang kunyit - HPMC E-5 yang

Dari penelitian yang dilakukan akan diperoleh data dan informasi kadar logam berat Merkuri (Hg) pada sediaan krim pemutih yang beredar di pasaran sekitar kota Makassar

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dari minyak daun cengkeh (syzygium aromaticum) yang beredar di pasaran memenuhi persyaratan yang ditetapkan