FENOMENA AJAKAN BUNUH DIRI DALAM TWITTER DI JEPANG NIHON DE NO TSUITTAA NI JISATSU YUUHATSU GENSHOU
SKRIPSI
Skripsi Ini Diajukan Kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara Medan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Ujian Sarjana Dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang
Oleh:
PUTRI HIRA AULIA
140708081
PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas berkat, rahmat anugerah dan perlindungannya-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.
Penulisan skripsi yang berjudul ―FENOMENA AJAKAN BUNUH DIRI DALAM TWITTER DI JEPANG‖ ini diajukan untuk memenuhi persyaratan meraih gelar Sarjana Sastra pada Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan baik moril, materi dan ide dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih, penghargaan dan penghormatan kepada:
1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S.,Ph.D., selaku Ketua Program Sudi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Zulnaidi, S.S. M. Hum. selaku Dosen Pembimbing , yang selalu senatiasa sabar memberikan waktu dan pemikirannya dalam membimbing, mengarahkan serta memberikan saran – saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.
4. Dosen Penguji Ujian Skripsi yang telah menyediakan waktu untuk membaca dan menguji skripsi ini. Tak lupa pula penulis sampaikan kepada seluruh dosen serta staf Universitas Sumatera Utara dan pegawai di Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera
Utara yang dengan penuh kesabaran telah memberikan ilmu yang berguna bagi penulis serta dukungan dalam menyelesaian skripsi ini.
5. Kak Putri selaku staf administrasi Program Studi Sastra Jepang yang selalu mengingatkan penulis dan membantu menyelesaikan berbagai surat- menyurat dan berkas-berkas penulis.
6. Terima kasih yang tidak terhingga kepada ayahanda Hendri Masni dan ibunda Rahmawati serta adik Dara Hira Faadhilah yang selalu memberikan semangat, motivasi serta dukungan baik moril maupun materil dan selalu mendoakan sampai penulis dapat menyelesaikan studinya dan dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh teman-teman dekat Dewik, Bilbod, Makde. Tak lupa Intan, Wawan, Amad, Vanny, Amine, Aren, Vandhy sebagai teman diskusi dan lainnya, teman seperjuangan teman-teman Sastra Jepang angkatan 2014 lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, serta seluruh teman- teman KKN Batubara desa Brohol tahun 2017 yang selalu mendukung dan senantiasa memberikan dorongan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Serta kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu – persatu, yang telah memberikan bantuan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Hanya Tuhan yang dapat membalas kebaikan anda semua.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi maupun uraiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini nantinya dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis, pembaca khususnya mahasiswa/ mahasiswi Jurusan Sastra Jepang Universitas Sumatera lainnya.
Medan, Oktober 2018 Penulis,
Putri Hira Aulia
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 5
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 6
1.4.1 Tinjauan Pustaka ... 6
1.4.2 Kerangka Teori... 9
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
1.5.1 Tujuan Penelitian ... 10
1.5.2 Manfaat Penelitian ... 10
1.6 Metode Penelitian... 11
BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP FENOMENA AJAKAN BUNUH DIRI DALAM TWITTER DI JEPANG 2.1 Internet ... 12
2.1.1 Sejarah Internet ... 12
2.2 Social Media... 15
2.2.1 Pengertian Social Media ... 15
2.2.2 Karakteristik Social Media ... 17
2.2.3 Jenis-Jenis Social Media ... 23
2.2.4 Dampak Penggunaan Social Media ... 25
2.3 Twitter ... 26
2.3.1 Karakteristik Twitter ... 27
2.3.2 Komponen Twitter ... 28
2.3.3 Konten pada Twitter ... 31
2.4 Bunuh diri... 35
2.4.1 Pengertian Bunuh Diri... 35
2.4.2 Jenis-Jenis Bunuh Diri ... 37
2.4.3 Cara atau Bentuk Bunuh Diri ... 39
BAB III FENOMENA AJAKAN BUNUH DIRI DALAM TWITTER DI JEPANG 3.1 Fenomena Ajakan Bunuh Diri dalam Twitter di Jepang ... 44
3.2 Dampak Fenomena Ajakan Bunuh Diri dalam Twitter di Jepang ... 50
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ... 53
4.2 Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Jepang merupakan salah satu Negara yang terkenal dengan teknologi yang canggih, salah satunya adalah kehadiran ponsel. Kecintaan terhadap ponsel tampaknya sudah tertanam dalam budaya Jepang. Bahkan sebelum ponsel pintar ada, Jepang adalah pemimpin dalam teknologi ponsel, membuat ponsel flip super canggih di awal tahun 2000-an yang dapat mengambil gambar, mengunduh musik dan streaming televisi. Perangkat canggih ini juga dapat digunakan untuk melakukan pembayaran elektronik — fitur yang membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menjadi biasa di luar Jepang.
Fitur populer yang terus berkembang dari ponsel Jepang adalah akses Internet. Akses terhadap internet telah menjadi salah satu kebutuhan primer bagi setiap orang. Hal itu disebabkan adanya kebutuhan akan informasi, hiburan, pendidikan, dan akses pengetahuan dari belahan bumi yang berbeda. Kemajuan teknologi dan informasi serta semakin canggihnya perangkat- perangkat yang diproduksi oleh industri seperti menghadirkan ―dunia dalam genggaman‖.
Saat ini, hampir setengah dari orang Jepang menggunakan ponsel pintar untuk mengakses internet. Berdasarkan data, lebih dari 90 persen mengakses beberapa jenis social media di ponsel pintar mereka. Tentunya penggunaan social media merupakan salah satu bagian penting dari hadirnya teknologi yang canggih tersebut.
Penggunaan social media dewasa ini semakin berkembang, tentunya tidak lagi hanya untuk sekadar memenuhi lingkup pekerjaan dan pendidikan namun telah menjadi konsumsi
seluruh lapisan masyarakat. Di Jepang, pada umumnya penggunaa social media dimanfaatkan untuk saling berkomunikasi dengan orang-orang atau teman mereka yang sulit ditemui karena adanya perbedaan jarak, waktu dan kondisi yang cukup signifikan.
Lahirnya social media ini merupakan medium digital tempat realitas sosial terjadi dan ruang waktu para penggunanya berinteraksi. Nilai-nilai yang ada di masyarakat maupun komunitas juga muncul bisa dalam bentuk yang sama atau berbeda di internet. Sebagian besar masyarakat berpikir bahwa realitas yang kompleks, dinamis, berubah-ubah, dan dibangun atas dasar pengguna teknologi. Tetapi, pada sisi lain, realitas tersebut membentuk nilai-nilai, memiliki pola, terstruktur, dan memunculkan inovasi-inovasi baru sebagai jawaban dari evolusi yang terjadi di dunia virtual.
Salah satu efek yang terjadi apabila terlalu banyak menggunakan social media ialah emosi yang diungkapkan melalui social media dapat disalurkan tanpa sadar. Hal ini memungkinkan antar pengguna social media dapat merasakan emosi sama satu sama lain.
Kramer dkk (2014) menyatakan bahwa penularan emosi dapat terjadi tanpa melalui interaksi secara langsung maupun tidak langsung. Hal tersebut menjadi racun bagi masyarakat pengguna social media karena telah memberikan dorongan yang luar biasa bagi kebanyakan orang untuk melakukan berbagai tindakan baik positif atau negatif. Salah satu contoh tindakan negatif yang dapat dengan mudahnya memengaruhi pengguna social media di Jepang ialah tindakan bunuh diri. Fenomena ini lahir bukan tanpa sebab, tetapi karena adanya konten berisi seputar tindakan tersebut yang mudah diakses di social media.
Salah satu contoh kasus yang ditulis beberapa media massa baik di Jepang mau pun internasional, pada Oktober lalu, Jepang menggemparkan dunia karena adanya kasus
pembunuhan berantai yang memakan korban sebanyak 9 orang. Tersangka, Takahiro Shiraishi, yang dijuluki “Twitter killer“, memikat korbannya yang berusia antara 15 tahun sampai dengan 26 tahun melalui social media Twitter. Polisi menangkap Shiraishi saat menyelidiki hilangnya seorang wanita berusia 23 tahun, yang dilaporkan telah men-tweet keinginannya untuk bunuh diri dengan turut memasukkan tanda tagar bertuliskan ―rekrutmen bunuh diri― atau dalam bahasa Jepang 自殺募集 (jisatsu boshū). Tersangka memikat para korban dengan mengatakan kepada mereka bahwa dia dapat menjadi teman untuk melakukan tindakan bunuh diri bersama. Tetapi, pada kenyataannya setelah korban bertemu Shiraishi, mereka tidak melakukan tindakan bunuh diri bersama melainkan nyawa korban dihabisi oleh Shiraishi dan dimutilasi secara keji.
(http://www.omanobserver.om/social-media-suicide-focus-japan-twitter-killer/)
Dari kasus tersebut dapat diketahui sebuah fenomena yang hadir di kalangan masyarakat Jepang yang dikenal dengan istilah fenomena ajakan bunuh diri dalam twitter di jepang.
Fenomena ini kian marak dilihat dari banyaknya masyarakat yang memanfaatkan akun social media khususnya Twitter dengan menyebarkan konten bunuh diri hingga mencari teman untuk melakukan tindakan bunuh diri bersama.
Konten ini dapat memberikan informasi kepada individu yang ingin bunuh diri. Toru Igawa, kepala pusat pencegahan bunuh diri yang berbasis di Tokyo, mengatakan bahwa social media dapat memperburuk keadaan bagi orang muda Jepang. Ia mengatakan bahwa sebelumnya beberapa orang telah terpancing untuk bunuh diri karena mereka tidak ingin mati sendiri, namun platform bunuh diri dan social media telah mengubahnya karena dapat dengan mudah menemukan teman online untuk melakukan tindakan tersebut.
(https://www.bbc.com/indonesia/majalah-41952561)
Sebuah studi di Inggris pada tahun 2015 menemukan bahwa 20 persen orang dewasa muda yang memiliki riwayat bunuh diri telah mengunjungi halaman social media dengan konten yang berisi informasi tentang cara membunuh atau melukai diri sendiri, dibandingkan dengan orang dewasa muda yang tidak mengunjungi halaman social media tersebut
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis tertarik untuk meneliti dan memaparkan mengenai fenomena ajakan bunuh diri dengan judul “Fenomena Ajakan Bunuh Diri dalam Twitter di Jepang”.
1.2 Rumusan Masalah
Jepang adalah negara yang terkenal dengan teknologinya yang canggih. Keberadaan dan perkembangan ponsel menjadi faktor utama mengapa Jepang dikatakan seperti itu. Ponsel saat ini memiliki layanan internet sehingga lebih mudah mengakses segala sesuatu.
Dalam hal ini, internet menjadi medium sehingga dapat terhubung dengan social media.
Menjadi bagian yang penting dalam kehidupan masyarakat Jepang, social media membawa nilai positif untuk memenuhi aspek komunikasi masyarakat Jepang. Namun, ada sebagian pihak yang menyalah gunakan social media. Social media twitter sebagai salah satunya. Melalui twitter, masyarakat ini melakukan tindakan bunuh diri. Bunuh diri ini merupakan salah satu budaya yang cukup terkenal di kalangan masyarakat Jepang. Pengguna twitter dapat melakukan tindak bunuh diri dengan mencari teman untuk melakukan tujuan yang serupa, sehingga tidak melakukan tindak bunuh diri sendirian.
Oleh karena itu, penulis merumuskan masalah berdasarkan uraian latar belakang masalah dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana bentuk ujaran dalam fenomena ajakan bunuh diri dalam twitter di jepang?
2. Bagaimana bentuk-bentuk bunuh diri dalam fenomena ajakan bunuh diri dalam twitter di jepang?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan di atas, maka penulis merasa perlu akan adanya ruang lingkup pembahasan. Penulis membatasi ruang lingkup pembahasan dengan tujuan agar penelitian ini tidak menjadi luas dan tetap berfokus pada masalah yang ingin diteliti sehingga bisa memudahkan dalam menganalisa topik permasalahan yang sedang dibahas.
Di dalam penelitian ini, pembahasan akan difokuskan pada fenomena ajakan bunuh diri dalam twitter di jepang berupa analisis berdasarkan cuplikan kasus yang dikutip langsung dari halaman social media twitter dan dampak yang ditimbulkan oleh fenomena ajakan bunuh diri dalam twitter di jepang. Agar penjelasan di dalam pembahasan ini menjadi jelas dan memiliki akurasi data yang tepat dan objektif, maka penulis juga menjelaskan mengenai internet, social media, twitter dan bunuh diri.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.4.1 Tinjauan Pustaka
Menurut Semiawan (2010) tinjuan pustaka atau literature review adalah bahan yang tertulis berupa buku, jurnal yang membahas tentang topik yang hendak diteliti. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tinjauan pustaka adalah bahasan atau bahan bacaan yang terkait dengan suatu topik yang memuat uraian tentang data yang sebenarnya.
Istilah social media tersusun dari dua kata, yakni ―media‖ dan ―sosial‖. ―Media‖ diartikan sebagai alat komunikasi (Laughey, 2007). Semua definisi dari media memiliki kecenderungan yang sama yaitu sarana yang disertai oleh teknologinya. Koran merupakan representasi dari media cetak, sementara radio yang merupakan media audio dan televisi sebagai media audio- visual merupakan representasi dari media elektronik, dan internet merupakan representasi dari media online.
Sedangkan kata ―sosial‖ dalam social media secara teori semestinya didekati oleh ranah sosiologi. Fuchs (2014) mengatakan bahwa ada beberapa pertanyaan dasar ketika melihat kata sosial, misalnya terkait dengan informasi dan kesadaran. Dalam teori sosiologi disebutkan bahwa media pada dasarnya adalah sosial karena media merupakan bagian dari masyarakat dan aspek dari masyarakat yang direpresentasikan dalam bentuk perangkat teknologi yang digunakan.
Pernyataan ini menegaskan bahwa pada kenyataannya, media dan semua perangkat lunak merupakan ―sosial‖ atau dalam makna bahwa keduanya merupakan produk dari proses sosial.
Social media adalah medium di internet yang memungkinkan pengguna merepresentasikan dirinya maupun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan sosial secara virtual (Rulli Nasrullah, 2012:11). Ikatan sosial ini tentunya berkaitan dengan dinamika kehidupan masyarakat yang mengalami perkembangan sangat pesat. Akulturasi budaya dengan sentuhan teknologi informasi merupakan fenomena pendorong perubahan tersebut. Thomas L. Friedman (2007) dalam The World is Flat mengungkapkan bahwa dunia semakin rata dan setiap orang bisa mengakses apa pun dari sumber mana pun. Juga, sebagaimana diulas oleh Richard Hunter (2002) dalam World Without Secrets bahwa kehadiran social media menjadikan informasi sebagai sesuatu yang mudah dicari dan
Konten menurut KBBI adalah informasi yang tersedia melalui media atau produk elektronik. Penyampaian konten dapat dilakukan melalui berbagai medium seperti televisi, radio dan internet. Dalam hal yang lebih spesifik, konten yang ada di dalam social media disebut konten media. Konten media merupakan segala bentuk konten atau isi dalam sebuah media teknologi seperti blog, wiki forum diskusi, chatting, tweet, gambar digital, video, file audio, iklan hingga berbagai bentuk konten media lainnya yang terbentuk melalui buatan dari para pengguna sistem atau layanan online yang seringkali dilakukan lewat sebuah situs social media.
Dalam Encyclopedia Britannica, bunuh diri atau suicide didefinisikan sebagai usaha seseorang untuk mengakhiri hidupnya dengan cara suka rela atau sengaja. Kata Suicide berasal dari kata Sui yang berarti diri (self) dan kata Caedere yang berarti membunuh (to kill).
Sedangkan menurut aliran human behavior, bunuh diri ialah bentuk pelarian parah dari dunia nyata atau lari dari situasi yang tidak dapat ditolerir atau merupakan bentuk regresi ingin kembali pada keadaan nikmat, nyaman dan tentram (Kartono, 2000:143).
Social media suicide adalah sebuah fenomena yang mempengaruhi perilaku terkait bunuh diri. Peningkatan bukti adalah bahwa perilaku dari dampak social media yang digunakan dan perubahan hidup seseorang, khususnya remaja. Bunuh diri tak hanya diidentifikasikan sebagai fenomena individual, namun dipengaruhi oleh faktor sosial dan lingkungan.
Menurut Elcom dalam Juditha (2014), twitter adalah social media yang dapat memberikan update (pembaruan) berbagai informasi melalui status yang disebut sebagai tweets.
Kesederhanaan tampilan dan keringkasannya tidak membuat pengguna kesulitan dalam
mengakses berbagai informasi. Pengguna Twitter justru dapat leluasa mengakses berbagai informasi yang paling up to date.
1.4.2 Kerangka Teori
Teori menurut F.M Kerlinger (dalam Rakhmat, 2004:6) merupakan himpunan konstruk (konsep), definisi, dan preposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut.
Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan pendekatan teori Fenomenologi.
Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, Phainoai, yang berarti ‗menampak‘ dan phainomenon merujuk pada ‗yang menampak‘. Fenomenologi adalah pemikiran yang tak hanya memandang setiap sesuatu dari luarnya saja, namun juga berupaya untuk menggali makna apa yang ada dibalik gejala itu. (Campbell dalam Wirawan, 2012:133).
Agar dapat menjelaskan fenomena social media suicide ini diperlukan sebuah teori pendekatan yang sesuai dengan objek dan tujuan dari penulisan ini. Dalam hal ini, penulis menggunakan teori social media Rulli Nasrullah dan teori bunuh diri Emile Durkheim.
Social media adalah medium di internet yang memungkinkan pengguna mempresentasikan dirinya mau pun berinteraksi, bekerja sama, berbagi, berkomunikasi dengan pengguna lain, dan membentuk ikatan sosial secara virtual. (Nasrullah, 2012:11)
Ada beberapa perspektif teori yang menjelaskan mengenai bunuh diri. Salah satunya adalah teori bunuh diri milik Emile Durkheim. Menurut Durkheim, peristiwa – peristiwa bunuh diri sebenarnya merupakan kenyataan – kenyataan sosial tersendiri yang karena itu dapat dijadikan sarana penelitian dengan menghubungkannya terhadap struktur sosial dan derajat integrasi sosial dari suatu kehidupan masyarakat. (Siahaan, 1986:7)
Emile Durkheim membedakan bunuh diri menjadi empat jenis, yaitu: (Upe, 2010:99): (1) Bunuh diri altruistik; (2) Bunuh diri egoistik, (3) Bunuh diri fatalistik, dan (4) Bunuh diri anomi.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Ada pun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan fenomena ajakan bunuh diri dalam twitter di jepang.
2. Untuk mendeskripsikan dampak fenomena ajakan bunuh diri dalam twitter di jepang.
1.5.2 Manfaat Penelitian
Ada pun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi mengenai fenomena ajakan bunuh diri dalam twitter di jepang.
2. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi penelitian yang akan datang.
1.6 Metode Penelitian
Metode (method) secara harfiah berarti cara. Selain itu metode atau metodik berasal dari bahasa Greeka, metha (melalui atau melewati) dan hodos (jalan atau cara), jadi metode bisa berarti jalan atau cara yang harus di lalui untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Sukmadinata (2006) menyatakan bahwa metode deskriptif merupakan suatu bentuk metode penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu dapat berupa bentuk, aktivitas, perubahan, karakteristik, hubungan, kesamaan, dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena lainnya
Penulis juga menggunakan metode kepustakaan. Metode kepustakaan adalah studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1988:111).
Di samping itu penulis juga memperoleh data-data dari beberapa situs di internet yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Seluruh data-data yang didapat baik dari proses studi kepustakaan maupun data internet, akan dianalisa dan kemudian diinterpretasikan untuk mendapatkan hasil berupa kesimpulan.
BAB II
TINJAUAN UMUM TERHADAP FENOMENA AJAKAN BUNUH DIRI DALAM TWITTER DI JEPANG
2.1 Internet
2.1.1 Sejarah Internet
Internet berasal dari kata Interconnection Networking, yang berarti semacam jaringan yang mampu menghubungkan seseorang dengan informasi dunia dan masyarakat global (Agung, 2003: 2). Sementara menurut Reddick dan King (1996: 100), internet adalah suatu istilah yang digunakan untuk menggambarkan saling hubungan antara jaringan-jaringan komputer yang sedemikian rupa, sehingga memungkinkan komputer-komputer itu berkomunikasi satu sama lain.
Sejarah mengenai internet dijabarkan dengan cukup baik oleh Reddick dan King (1996:
107-110). Berawal pada tahun 1957, Departemen 13 Pertahanan Amerika Serikat melalui Advanced Research Projects Agency (ARPA), bertekad mengembangkan jaringan komunikasi terintegrasi yang saling menghubungkan komunitas sains dan keperluan penelitian militer.
Sehingga memungkinkan para peneliti yang tersebat di Amerika Serikat dapat dengan mudah saling bertukar file komputer dan saling berkirim surat. Hal ini dilatar belakangi oleh terjadinya perang dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet.
Pada tahun 1960 penelitian menghasilkan temuan bernama paket switching. Paket switching adalah pengiriman pesan yang dapat dipecah dalam paket-paket kecil yang masing- masing paketnya dapat melalui berbagai alternatif jalur jika salah satu jalur rusak untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Paket switching juga memungkinkan jaringan dapat digunakan secara bersamaan untuk melakukan banyak koneksi, berbeda dengan jalur telepon yang memerlukan jalur khusus untuk melakukan koneksi.
Pada tahun 1969 diluncurkan sebuah jaringan percobaan yang bernama, ARPA-net. Maka ketika ARPANET menjadi jaringan komputer nasional di Amerika Serikat pada 1969, paket switching digunakan secara menyeluruh sebagai metode komunikasinya menggantikan circuit switch (TCP) dan di tahun yang sama pula, sudah lebih dari 10 komputer yang berhasil dihubungkan satu sama lain sehingga mereka bisa saling berkomunikasi dan membentuk sebuah jaringan. Dengan protokol yang standar dan disepakati secara luas, maka jaringan lokal yang tersebar di berbagai tempat dapat saling terhubung membentuk jaringan raksasa bahkan sekarang ini menjangkau seluruh dunia. Jaringan dengan menggunakan protokol internet inilah yang sering disebut sebagai jaringan internet.
Tahun 1972, Roy Tomlinson berhasil menyempurnakan program e-mail yang ia ciptakan setahun yang lalu untuk ARPANET. Program e-mail ini begitu mudah sehingga langsung menjadi populer. Pada tahun yang sama, icon (@) juga diperkenalkan sebagai lambang penting yang menunjukkan ―at‖ atau ―pada‖.
Tahun 1973, jaringan komputer ARPANET mulai dikembangkan ke luar Amerika Serikat. Jaringan ARPANET menjadi semakin besar sejak saat itu dan mulai dikelola oleh pihak swasta pada tahun 1984, maka semakin banyak universitas tergabung dan mulailah perusahaan komersial masuk. Protokol TCP/IP menjadi protokol umum yang disepakati sehingga dapat saling berkomunikasi pada jaringan internet ini. Untuk menyeragamkan alamat di jaringan komputer yang ada, maka pada tahun 1984 diperkenalkan sistem nama domain, yang kini kita
kenal dengan DNS atau Domain Name System. Komputer yang tersambung dengan jaringan yang ada sudah melebihi 1000 komputer lebih. Pada 1987 jumlah komputer yang tersambung ke jaringan melonjak 10 kali lipat manjadi 10.000 lebih.
Pada tahun 1988 Jarko Oikarinen dari Finland menemukan dan sekaligus memperkenalkan IRC atau Internet Relay Chat. Setahun kemudian, jumlah komputer yang saling berhubungan kembali melonjak 10 kali lipat dalam setahun. Tak kurang dari 100.000 komputer kini membentuk sebuah jaringan. Pada tahun 1990, Tim Berners Lee menemukan program editor dan browser yang bisa menjelajah antara satu komputer dengan komputer yang lainnya, yang membentuk jaringan itu. Program inilah yang disebut WWW atau World Wide Web. Aplikasi World Wide Web (WWW) ini menjadi konten yang dinanti semua pengguna internet. WWW membuat semua pengguna dapat saling berbagi bermacam-macam aplikasi dan konten, serta saling mengaitkan materi-materi yang tersebar di internet. Sejak saat itu pertumbuhan pengguna internet meroket.
2.2 Social Media
2.2.1 Pengertian Social Media
Salah satu bentuk baru dalam berkomunikasi yang ditawarkan dalam dunia internet adalah social media. Dengan menggunakan media sosial dalam internet, pengguna bisa meluaskan perkataan ataupun hal yang dialami.
Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah mempunyai arti perantara atau pengantar. Media juga dapat diartikan sebagai alat atau sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan seseorang (komunikator) kepada orang lain (khalayak). Media pada umunya ―bertujuan memfasilitasi komunikasi antartempat (jarak) tanpa harus disaksikan langsung secara fisik‖ (Ludwig Suparmo, 2011:25).
Media memiliki kekuatan yang juga berkontribusi menciptakan makna dan budaya.
Kesadaran akan kekuatan media ini pada kenyataannya melihat bahwa media tidak lagi membawa konten semata, tetapi juga membawa konteks di dalamnya. Ungkapan ―the medium is the message‖ yang dipopulerkan McLuhan (McLuhan & Fiore, 2001) membawa kesadaran awal bahwa medium adalah pesan yang bisa mengubah pola komunikasi, budaya komunikasi, sampai bahasa dalam komunikasi antar manusia (Nasrullah, 2015:4).
Kata ―sosial‖ dalam social media secara teori semestinya didekati oleh ranah sosiologi.
Dalam teori sosiologi disebutkan bahwa media pada dasarnya adalah sosial karena media merupakan bagian dari masyarakat dan aspek dari masyarakat yang direpresentasikan dalam bentuk perangkat teknologi yang digunakan (Nasrullah, 2015:6). Sebagai manusia individu tidak bisa terlepas dari komunikasi dan komunitasnya. Komunikasi menjadi sarana bagi individu untuk berinteraksi dengan individu lain, sedangkan komunitas merupakan salah satu bentuk relasi
sosial yang melibatkan emosi, perasaan, dan bentuk-bentuk lainnya. Individu-individu yang ada di dalam komunitas itu tidak hanya berada dalam sebuah lingkungan. Anggota komunitas harus berkolaborasi hingga bekerja sama karena inilah karakter sosial itu sendiri (Nasrullah, 2015:7).
Menurut Wikipedia, social media adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual.
Berikut ini adalah beberapa definisi dari social media yang berasal dari berbagai literatur penelitian dalam Fuchs (2014: 35-36):
1. Mandiberg (2012) mengungkapkan social media adalah media yang mewadahi kerja sama diantara pengguna yang menghasilkan konten (user-generated content).
2. Menurut Shirky (2008), social media dan perangkat lunak sosial merupakan alat untuk meningkatkan kemampuan pengguna untuk berbagi (to share), bekerja sama (to co- operate) di antara pengguna dan melakukan tindakan secara kolektif yang semuanya berada di luar kerangka institusional maupun organisasi.
3. Evans (2008:34), mengatakan bahwa social media adalah demokratisasi informasi, mengubah orang dari pembaca konten ke penerbit konten. Hal ini merupakan pergeseran dari mekanisme siaran ke model banyak ke banyak, berakar pada percakapan antara penulis, orang, dan teman sebaya. Berdasarkan definisi tersebut diketahui unsur-unsur fundamental dari social media yaitu pertama, social media melibatkan saluran sosial yang berbeda dan online menjadi saluran utama. Kedua, social media berubah dari waktu ke waktu, artinya social media terus berkembang. Ketiga, social media adalah partisipatif.
Dari beberapa definisi tersebut penulis menyimpulkan bahwa social media adalah media yang memungkinkan penggunanya untuk saling melakukan aktivitas sosial secara virtual melalui jaringan internet.
2.2.2 Karakteristik Social Media
Ada batasan-batasan dan ciri khusus tertentu yang hanya dimiliki social media dibanding dengan media lainnya. Salah satunya adalah social media beranjak dari pemahaman bagaimana media tersebut digunakan sebagai sarana sosial di dunia virtual. Ada pun karakteristik social media, yaitu:
1. Jaringan (Network) Antarpengguna
Social Media memiliki karakter jaringan sosial.Social Media terbangun dari struktur sosial yang terbentuk di dalam jaringan atau internet (Nasrullah, 2015:16).
Karakter social media adalah membentuk jaringan di antara penggunanya. Tidak peduli apakah di dunia nyata (offline) antarpengguna itu saling kenal atau tidak, namun kehadiran social media memberikan medium bagi pengguna untuk terhubung secara mekanisme teknologi.
Jaringan yang terbentuk antarpengguna ini pada akhirnya membentuk komunitas atau masyarakat yang secara sadar maupun tidak akan memunculkan nilai-nilai yang ada di masyarakat sebagaimana ciri masyarakat dalam teori-teori sosial (Nasrullah, 2015:16-17).
2. Informasi (Information)
Informasi menjadi entitas yang penting dari social media. Di social media, informasi menjadi komoditas yang dikonsumsi oleh pengguna. Komoditas tersebut pada dasarnya merupakan komoditas yang diproduksi dan didistribusikan antarpengguna itu sendiri. Dari
kegiatan konsumsi inilah pengguna dan pengguna lain membentuk sebuah jaringan yang pada akhrinya secara sadar atau tidak bermuara pada institusi masyarakat berjejaring (network society) (Nasrullah, 2015:19).
Untuk melihat karakter informasi di social media bisa dilihat dari dua segi. Pertama, social media merupakan media yang bekerja berdasarkan informasi. Informasi menjadi landasan pengguna untuk saling berinteraksi dan membentuk masyarakat berjejaring di internet. Kedua, informasi menjadi komoditas yang ada di social media. Salah satu alasan terbentuknya jaringan di social media adalah adanya kesamaan, seperti asal daerah, kegemaran, dan identitas lain yang diunggah oleh pengguna lain. Informasi disini menjadi komoditas yang dikonsumsi antarpengguna (Nasrullah, 2015:22).
3. Arsip (Archive)
Bagi pengguna social media, arsip menjadi sebuah karakter yang menjelaskan bahwa informasi telah tersimpan dan bisa diakses kapan pun dan melalui perangkat apa pun (Nasrullah, 2015:22).
Teknologi online telah membuka kemungkinan-kemungkinan baru dari penyimpanan gambar (bergerak atau diam), suara, juga teks yang secara meningkat dapat diaskses secara massal dan dari mana pun, kondisi ini terjadi karena pengguna hanya memerlukan sedikit pengetahuan teknis untuk menggunakannya. (Gane & Beer, 2008)
Kehadiran social media memberikan akses yang luar biasa terhadap penyimpanan.
Pengguna tidak lagi terhenti pada memproduksi dan mengonsumsi informasi, tetapi juga informasi itu telah menjadi bagian dari dokumen yang tersimpan. Pengandaian sederhana yang
media tersebut, secara otomatis pengguna telah membangun ruang atau gudang data. Gudang data tersebut diisi oleh pengguna dan pintunya terbuka untuk dimasuki oleh siapa pun (Nasrullah, 2015:23).
4. Interaksi (Interactivity)
Karakter dasar dari media sosoial adalah terbentuknya jaringan antarpengguna. Jaringan ini tidak sekedar memperluas hubungan pertemanan atau pengikut (follower) di internet semata, tetapi juga harus dibangun dengan interaksi antarpengguna tersebut (Nasrullah, 2015:25).
Interaksi dalam kajian media merupakan salah satu pembeda antara media lama (old media) dengan media baru (new media). Di media baru pengguna bisa berinteraksi, baik diantara pengguna itu sendiri maupun dengan produser konten media (Nasrullah, 2015:26).
Menurut Gane & Beer (2008:97), interaksi juga bisa diartikan sebagai konsep yang menghapuskan sekat atau batasan ruang dan waktu. Interaksi di ruang virtual bisa terjadi kapan saja dan melibatkan pengguna dari berbagai wilayah.
5. Simulasi (Simulation) Sosial
Social media memiliki karakter sebagai medium berlangsungnya masyarakat (society) di dunia virtual. Social media memiliki keunikan dan pola yang dalam banyak kasus bisa berbeda dan tidak dijumpai dalam tatanan masyarakat yang real. Misalnya, pengguna social media bisa dikatakan warga negara digital (digital citizenship) yang berlandaskan keterbukaan tanpa adanya batasan-batasan (Nasrullah, 2015:28).
Jean Baudrillard dalam Simulacra and Simulations (1994) mengungkapkan gagasan simulasi bahwa kesadaran akan yang real di benak khalayak semakin berkurang dan akan
tergantikan dengan realitas semu. Kondisi ini disebabkan oleh imaji yang disajikan media secara terus-menerus. Khalayak seolah-olah tidak dapat membedakan antara yang nyata dan yang ada di dalam layar. Khalayak seolah-olah berada di antara realitas dan ilusi sebab tanda yang ada di media sepertinya telah terputus dari realitas.
6. Konten Oleh Pengguna (User-Generated Content)
Karakteristik social media lainnya adalah konten oleh pengguna atau lebih populer disebut dengan user generated content (UGC). Term ini menunjukkan bahwa di social media konten sepenuhnya milik dan berdasarkan kontribusi pengguna atau pemilik akun (Nasrullah, 2015:31).
UGC merupakan relasi sombiosis dalam budaya media baru yang memberikan kesempatan dan keleluasaan pengguna untuk berpartisipasi (Lister et al., 2003:221). Media baru, termasuk social media, menawarkan perangkat atau alat serta teknologi baru yang memungkinkan khalayak (konsumen) untuk mengarsipkan, memberi keterangan, menyesuaikan, dan menyirkulasikan ulang konten media (Jenkins, 2002) dan ini membawa pada kondisi produksi media yang Do-It-Yourself.
Konten oleh pengguna ini adalah sebagai penanda bahwa di social media khalayak tidak hanya memproduksi konten di ruang yang disebut sebagai ‗their own individualized place‘, tetapi juga mengonsumsi konten yang diproduksi oleh orang lain (Jordan, 1999). Bentuk teknologi yang memungkinkan produksi serta sirkulasi konten yang bersifat massa dan dari pengguna atau User Generated Content ini adalah format baru dari budaya interaksi (interactive culture) di mana para pengguna dalam waktu yang bersamaan berlaku sebagai produser pada
satu sisi dan sebagai konsumen dari konten yang dihasilkan di ruang online pada sisi lain (Fuchs, 2014; Gane & Beer, 2008).
Penyebaran konten ini tidak terbatas pada penyediaan teknologi semata, tetapi juga menjadi semacam budaya yang ada di social media. Upaya menyebarkan konten, baik milik sendiri maupun orang lain atau berasal dari sumber lainnya, menjadi semacam kebiasaan digital yang baru bagi pengguna social media. Praktiknya ada semacam kesadaran bahwa konten yang disebar itu patut atau layak diketahui oleh pengguna lain dengan harapan ada konsekuensi yang muncul, seperti aspek hukum, politik, edukasi maupun perbincangan sosial.
7. Penyebaran (Share/Sharing)
Penyebaran atau sharing merupakan karakter lainnya dari social media. Sharing merupakan ciri khas dari social media yang menunjukkan bahwa khalayak aktif menyebarkan konten sekaligus mengembangkannya. Maksud dari pengembangan ini misalnya, komentar yang tidak sekadar opini, tetapi juga data atas fakta terbaru. Pada social media, konten tidak hanya diproduksi oleh khalayak pengguna, tetapi juga didistribusikan secara manual oleh pengguna lain.
Penyebaran ini terjadi dalam dua jenis. Pertama, melalui konten. Pada social media, konten tidak hanya diproduksi oleh khalayak pengguna, tetapi juga didistribusikan secara manual oleh pengguna lain. Tentu secara otomatis program yang ada tiap-tiap platform social media juga menyebarkan setiap konten yang telah terpublikasi dalam jaringan tersebut.
Kedua, melalui perangkat. Penyebaran melalui perangkat bisa dilihat melalui teknologi yang menyediakan fasilitas untuk memperluas jangkauan konten, misalnya pilihan share yang terdapat pada laman social media.
Penyebaran ini tidak terbatas pada penyediaan teknologi semata, tetapi juga menjadi semacam budaya yang ada di social media. Banyak kasus yang bisa dijadikan contoh bagaimana kekuatan penyebaran konten di social media ini memiliki konsekuensi tidak hanya di dunia maya, tetapi juga di dunia nyata (Nasrullah, 2015:34).
2.2.3 Jenis-Jenis Social Media
Pembagian jenis social media ke dalam kategori merupakan upaya untuk melihat bagaimana jenis dari social media itu sendiri. Dari banyaknya social media yang beredar, setidaknya ada 6 kategori besar untuk melihat pembagian social media, yaitu:
1. Jejaring sosial (Social Networking)
Social networking atau jaringan sosial merupakan medium yang paling populer dalam kategori social media. Medium ini merupakan sarana yang bisa digunakan pengguna untuk melakukan hubungan sosial, termasuk konsekuensi atau efek dari hubungan sosial tersebut, di dunia virtual, contohnya facebook.
Medium ini memungkinkan pengguna untuk berinteraksi satu sama lain. Interaksi terjadi tidak hanya pada pesan teks tetapi juga termasuk foto dan video yang mungkin menarik perhatian pengguna lain. Semua posting (publikasi) merupakan real time, memungkinkan anggota untuk berbagi informasi seperti apa yang sedang terjadi.
2. Blog
Blog merupakan social media yang memungkinkan penggunanya untuk mengunggah aktivitas keseharian, saling mengomentari, dan berbagi, baik tautan web lain, informasi, dan sebagainya. Pada awalnya, blog merupakan suatu bentuk situs web pribadi yang berisi kumpulan tautan ke situs lain yang dianggap menarik dan diperbarui setiap harinya, pada perkembangan selanjutnya blog memuat banyak jurnal (tulisan keseharian pribadi) pemilik media dan terdapat kolom komentar yang bisa diisi oleh pengunjung. Blog juga menawarkan alamat web pribadi, ruang web gratis, dan sistem manajemen konten yang memungkinkan untuk membuat,
menerbitkan, dan berbagi konten secara harfiah bebas dari biaya. Contoh social media jenis blog ialah wordpress.
3. Mini Blog (Micro-blogging)
Tidak berbeda dengan blog, micro-blogging merupakan jenis social media yang memfasilitasi pengguna untuk menulis dan memublikasikan aktivitas serta pendapatnya. Secara historis, kehadiran jenis social media ini merujuk pada muculnya twitter yang hanya menyediakan ruang tertentu untuk berkicau (tweet). Sama seperti social media lainnya, di twitter pengguna bisa menjalin jaringan dengan pengguna lain, menyebarkan informasi, mempromosikan pendapat/pandangan pengguna lain, sampai membahas isu terhangat (trending topic) saat itu juga dan menjadi bagian dari isu tersebut dengan turut berkicau menggunakan tagar (hashtag) tertentu.
4. Media Sharing
Media sharing atau media berbagi merupakan jenis social media yang memfasilitasi penggunanya untuk berbagi media mulai dari dokumen (file), video, audio, gambar, dan sebagainya. Kebanyakan dari social media jenis ini adalah gratisan meskipun beberapa juga mengenakan biaya keanggotaan, berdasarkan fitur dan layanan yang mereka berikan. Beberapa contoh dari media berbagi ini adalah youtube, flickr, dan snapfish.
5. Penanda Sosial (Social Bookmarking)
Penanda sosial atau social bookmarking merupakan social media yang bekerja untuk mengorganisasi, menyimpan, mengelola, dan mencari informasi atau berita tertentu secara online. Informasi yang diberikan di media sosial ini bukanlah informasi yang utuh. Artinya, pengguna hanya di sediakan informasi bisa teks, foto, atau video singkat sebagai pengantar yang kemudian pengguna akan diarahkan pada tautan sumber informasi itu berada. Beberapa situs social bookmarking yang populer adalah delicious.com, digg.com, dan lintasme.
6. Wiki
Media sosial wiki adalah media konten bersama. Disebut media konten bersama karena social media ini merupakan situs yang kontennya hasil kolaborasi dari para penggunanya. Mirip dengan kamus atau ensiklopedia, wiki menghadirkan kepada pengguna pengertian, sejarah, hingga rujukan buku atau tautan tentang satu suku kata. Dalam praktiknya, penjelasan-penjelasan tersebut dikerjakan oleh pengunjung. Artinya, ada kolaborasi atau kerja bersama dari semua pengunjung untuk mengisi konten dalam situs ini. Kata ―wiki‖ merujuk pada Wikipedia yang popular sebagai media kolaborasi konten bersama.
2.2.4 Dampak Penggunaan Social Media
Penggunaan social media saat ini menjadi hal yang lumrah. Tidak hanya sebagai pendukung dalam aspek kehidupan namun, social media sendiri telah menjadi hal pokok yang sulit dilepaskan. Penggunaannya ini tentu memiliki dampak yang dapat ditimbulkan, baik dampak positif mau pun dampak negatif.
Beberapa dampak positif penggunaan social media yaitu, dapat menghimpun keluarga atau kerabat jauh, sebagai media penyebaran informasi yang up to date, dapat memperluas jaringan pertemanan, sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan dan social, sebagai media komunikasi, sebagai media pertukaran data serta sebagai media promosi dalam bisnis.
Ada pun dampak negatif yang ditimbulkan dari penggunaan social media antara lain, sulit bersosialisasi di dunia nyata, melahirkan kepribadian yang membuat seseorang lebih mementingkan diri sendiri, mengurangi kinerja, berkurangnya privasi pribadi, memperluas kejahatan dunia maya dan pornografi mudah diakses.
2.3 Twitter
Twitter adalah layanan jejaring sosial dan micro-blog yang didirikan pada tahun 2006.
Twitter memungkinkan penggunanya mengirim dan membaca pesan (tweets) dari pengguna lainnya. Menurut Elcom dalam Juditha (2014) Twitter adalah social media yang dapat memberikan update (pembaruan) berbagai informasi melalui status yang disebut sebagai tweets.
Kesederhanaan tampilan dan keringkasannya tidak membuat pengguna kesulitan dalam mengakses berbagai informasi. Pengguna Twitter justru dapat leluasa mengakses berbagai informasi yang paling up to date.
Scanfeld, Larson (2010:185) menyatakan bahwa penulisan teks update status di Twitter dapat diposting melalui 3 metode : web form, instant message online, atau text message melalui ponsel. Pengguna Twitter dapat mengikuti update status satu sama lain dan dapat mencari semua berita-berita up to date hanya dengan mengetik kata kunci yang menarik (dalam Sigit, 2016:248). Keterbatasan dalam membuat status (tweet) menjadikan pengguna Twitter dituntut
sekreatif mungkin dalam membuat tweet yang benar-benar sesuai dengan tujuan dilakukannya tweet tersebut.
Menurut Lewis dan Holton (dalam Sigit, 2016:248), ada empat alasan orang-orang menggunakan Twitter, yaitu untuk berbincang-bincang setiap harinya (daily chatter), percakapan (conversation), berbagi informasi (sharing information) dan melaporkan berita (reporting the news).
2.3.1 Karakteristik Twitter
Twitter sebagai media baru memiliki karakteristik yang dijabarkan oleh Lister (dalam Putri, 2012 :19-20) diantaranya :
1. Digitality
Pada Twitter, semuanya terdigitalisasi, karena berbagai format yang dikirimkan oleh kita, secara sederhana mengalami proses sehingga menjadi tampilan seperti yang tertera di halaman Twitter penggunanya. Teks tersampaikan, foto tersebar, dimana pun kita berada.
2. Interactivity
Pada Twitter, pesan dan tweet yang kita hubungkan dapat dikaitkan satu sama lain.
interaktivitas inilah yang membedakan antara media baru dengan media yang lebih konvensional.
3. Dispersality
Pada Twitter, tidak terlalu jelas mana yang menjadi produsen dari suatu tweet dengan konsumennya, karena semua saling terkait.
4. Virtuality
Pada Twitter, benar-benar terasa pengalaman kita berinteraksi karena pesan-pesan yang disampaikan secara virtual yang biasanya disampaikan lewat komputer atau telepon genggam.
2.3.2 Komponen Twitter
Dalam menggunakan Twitter, terdapat komponen-komponen pendukung diantaranya:
1. Home
Home adalah tampilan Twitter setelah melakukan log in. Tampilan ini berisi tweet dari akun-akun yang sudah di-follow. Home juga biasa disebut dengan timeline. Tweet yang kita tulis juga akan muncul pada timeline orang yang menjadi follower.
2. Profile
Profile adalah tampilan yang terdapat foto, bidata, dan juga aktifitas pengguna akun mulai dari kegiatan tweet, retweet, dsb.
3. Follower
Follower adalah pengguna Twitter lain yang mengikuti kita. Dengan menjadi Follower, pengguna tersebut akan mendapatkan update tweet dari kita.
4. Following
Following adalah pengguna Twitter lain yang kita ikuti. Dengan menjadi following, kita akan menerima update tweet dari akun yang diikuti.
5. Mention
Mention adalah balasan dari percakapan pengguna Twitter dengan menandai akun Twitter yang menjadi lawan bicaranya. Menandai dilakukan dengan menulis @ dan diikuti nama akun lawan bicara. Mention bersifat publik, sehingga dapat dilihat oleh pengguna lainnya.
6. Favorite
Favorite adalah tweet yang diberi tanda bintang. Dengan demikian, Tweet tersebut tidak akan hilang dari halaman Twitter kita.
7. Replay
Replay adalah komponen yang memungkinkan kita untuk membalas pesan/tweet yang ditujukan kepada kita.
8. Retweet (RT)
Retweet atau biasa disingkat RT. Retweet adalah komponen yang memungkinkan kita untuk membagikan tweet orang lain dengan maksud sepaham dengan tweet yang ditulis. Retweet tidak menghilangkan akun penulis tweet.
9. Direct Message (DM)
Direct Message atau biasa disingkat DM adalah pesan yang dikirim oleh pengguna Twitter secara rahasia. Pesan ini hanya dapat dilihat oleh pengguna Twitter yang dituju.
10. Hashtag (#)
Hashtag atau tanda tagar (#) adalah simbol yang digunakan untuk memudahkan pencarian/pengelompokan suatu topik. Semakin banyak pengguna hashtag, maka topik tersebut akan menjadi trending topic.
11. List
List adalah komponen yang memungkinkan pengguna Twitter mengelompokkan followingnya sesuai dengan kebutuhan.
12. Trending Topics
Trending topics adalah topik yang sedang menjadi bahan pembicaraan banyak orang.
Biasanya diikuti dengan penggunaan hashtag/tanda tagar.
2.3.3 Konten pada Twitter
Konten (bahasa Inggris: content) menurut Pusat Bahasa adalah informasi yang tersedia melalui media atau produk elektronik. Penyampaian konten dapat dilakukan melalui berbagai medium seperti internet, televisi, CD, audio, bahkan secara langsung seperti konferensi dan pertunjukan panggung. Istilah ini digunakan untuk mengidentifikasi dan menguantifikasi beragam format dan genre informasi sebagai komponen.
Terdapat berbagai jenis isi atau konten yang telah dibuat pengguna social media twitter, antara lain:
1. Konten Quotes
Konten ini merupakan salah satu konten yang banyak digemari oleh pengguna twitter karena dapat memberikan motivasi yang tentunya menjadikan pribadi pengguna tersebut menjadi lebih positif. Quotes atau kutipan ini pun banyak jenisnya misalnya kerohanian, percintaan, persahabatan dan lain-lain.
2. Konten Kultweet
Kultweet merupakan rangkaian tweet berisi informasi, tips atau pembahasan tertentu.
Pada umumnya konten ini berisi isinya hal-hal yang sangat inovatif. Hal ini juga dimanfaatkan oleh beragam brand produk dan jasa ternama. Brand-brand tersebut biasanya melakukan posting seputar tips dan pembahasan penting seputar produk atau jasa yang mereka tawarkan.
3. Konten Jokes
Konten ini berisi candaan yang dapat menghibur tentunya. Jokes di twitter dikenal sedikit berbeda dengan jokes pada social media lain. Candaan di twitter biasanya mengangkat tema yang tengah hype di kalangan masyarakat ditambah prosesnya yang lebih cepat dibanding social media lain.
4. Konten Berisi Informasi Mengenai Kabar Terkini
Pada beberapa akun twitter yang memuat berita-berita update setiap hari, mulai dari berita politik, selebriti hingga berita mengenai kesehatan. Konten twitter mengenai kabar terkini adalah konten yang terbanyak menarik perhatian pengguna social media ini. Hal ini karena banyak pengguna twitter yang ingin menjadi pihak paling update dan berusaha membagikan informasi terkini kepada para pengguna twitter lainnya.
5. Konten Berisi Informasi Diskon atau Promo Tertentu
Banyak pihak pengguna twitter yang memanfaatkan fitur retweet untuk membangun brand-nya. Salah satu caranya adalah dengan melakukan penawaran diskon melalui twitter.
Mekanisme diskon tersebut biasanya diberikan dengan syarat melakukan retweet terhadap postingan tertentu. Dengan meng-capture atau melakukan screenshot sebagai bukti retweet, maka si pengguna twitter yang sudah melakukan retweet berhak mendapatkan diskon atau promo tertentu yang berkaitan dengan brand tersebut.
6. Konten Tweet Bergambar
Pengguna Twitter tentu akan lebih tertarik dengan tweet yang berisi konten gambar yang menarik daripada hanya tweet yang terdiri dari deretan karakter saja. Hal inilah yang kemudian membuat banyak pengguna twitter gemar me-retweet konten-konten twitter yang bergambar.
Jenis gambarnya pun sangat bervariasi, mulai dari foto-foto kuliner, foto hewan peliharaan hingga foto tempat wisata.
7. Konten Kuis
Konten twitter ini biasanya memuat pesyaratan dan hadiah yang dijanjikan. Pada umumnya kuis yang diadakan meminta pengguna me-retweet dan memfavoritkan tweet kuis yang bersangkutan menjadi salah satu syaratnya.
8. Konten Tidak Layak
Dalam social media twitter ini juga terdapat konten-konten yang tidak layak dikonsumsi publik. Konten-konten tersebut juga ikut mempengaruhi hubungan sosial atau keadaan sosial baik hanya dalam dunia virtual tersebut atau bahkan ikut mempengaruhi kehidupan sosial secara nyata para penggunanya.
Konten yang tidak layak pertama adalah konten berbahaya atau penghinaan. Konten yang menghasut kebencian, mendukung diskriminasi atas, atau meremehkan individu atau kelompok berdasarkan ras atau suku, agama, disabilitas, usia, kebangsaan, status veteran, orientasi seksual, jenis kelamin, identitas jenis kelamin, atau karakteristik lain yang terkait dengan diskriminasi atau marginalisasi sistematis. Contoh: Konten yang mempromosikan kelompok pembenci atau
perlengkapan kelompok pembenci; konten yang mendorong orang lain agar percaya bahwa seseorang atau suatu kelompok tidak bermartabat, lemah, atau layak untuk dibenci.
Selanjutnya adalah konten yang melecehkan, mengintimidasi, atau menindas individu atau kelompok. Contoh: Konten yang menjadikan seseorang sebagai sasaran kekerasan atau pelecehan
Lalu ada konten yang mengancam atau memprovokasi untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain. Contoh: Konten yang mendorong bunuh diri, anoreksia, atau tindakan menyakiti diri sendiri lainnya; mengancam seseorang dengan bahaya yang nyata atau ajakan untuk menyerang orang lain; mendukung, memuliakan, atau mengampuni kekerasan terhadap orang lain.
Kemudian, terdapat juga konten yang mengerikan. Misalnya konten yang berisi bahasa kasar, gambar mengerikan, atau gambar atau deskripsi yang sangat jelas tentang trauma fisik.
Contoh: Foto kecelakaan atau tempat kejadian perkara, foto eksekusi.
Konten selanjutnya ialah konten berorientasi dewasa. Konten Seksual Vulgar. Teks, gambar, audio, atau video yang secara jelas menunjukkan tindakan seksual yang bertujuan untuk membangkitkan hasrat seksual. Contoh: Penggambaran grafis tindakan seksual yang sedang berlangsung, termasuk pornografi atau aktivitas seksual dan bahasa eksplisit yang merujuk terhadap gairah seksual, kartun porno, atau hentai.
Kemudian ada pula konten terkait perjudian. Konten yang berkaitan perjudian seperti kupon yang terkait perjudian, kupon bonus serta tiket lotere yang terkait dengan perjudian seperti non-nasional atau negara bagian.
Konten terakhir yang tidak layak dikonsumsi publik adalah konten yang dilindungi hak cipta. Software tidak resmi yang mengambil, menyalin, menyediakan, atau menjual akses ke konten yang memiliki hak cipta. Memfasilitasi penyebaran konten yang memiliki hak cipta secara offline tanpa izin. Contoh: Salinan fisik tanpa izin dari CD, DVD, atau software yang memiliki hak cipta. Software, situs, atau perangkat yang menghapus teknologi manajemen hak cipta dari materi yang memiliki hak cipta atau mengabaikan hak cipta (terlepas dari apakah penggunaan yang dimaksud sah atau tidak).
2.4 Bunuh Diri
2.4.1 Pengertian Bunuh Diri
Dalam Encyclopedia Britannica, bunuh diri didefinisikan sebagai usaha seseorang untuk mengakhiri hidupnya dengan cara sukarela atau sengaja. Secara umum, bunuh diri berasal dari bahasa latin yaitu ―suicidium‖, terdiri dari kata sui dan cidium. Sui yang artinya sendiri. Dan cidium yang artinya pembunuhan. (Husain, 2005:6)
Menurut Corr, Nabe, dan Corr (2003), agar sebuah kematian bisa disebut bunuh diri, maka harus disertai adanya intensi untuk mati. Meskipun demikian, intensi bukanlah hal yang mudah ditentukan. Karena intensi sangat variatif dan bisa mendahului. Misalnya untuk mendapatkan perhatian, membalas dendam, mengakhiri sesuatu yang dipersepsikan sebagai penderitaan, atau mengakhiri hidup.
Berikut merupakan beberapa definisi mengenai bunuh diri yang diambil dari beberapa kamus dan ensiklopedia (dalam Kartono, 2000:144) :
1. Bunuh diri adalah pembunuhan secara simbolis, karena ada peristiwa identifikasi dengan seseorang yang dibenci. Dengan membunuh diri sendiri, orang yang bersangkutan secara simbolis membunuh orang yang dibencinya.
2. Bunuh diri adalah satu jalan untuk mengatasi macam-macam kesulitan pribadi, misalnya berupa rasa kesepian, dendam, takut, kesakitan fisik, dosa, dan lain-lain.
3. Bunuh diri adalah prakasa/intisari perbuatan yang mengarah pada kematian pemrakarsa.
4. Bunuh diri adalah keinginan yang mendorong suatu perbuatan untuk melakukan destruksi pengrusakan diri sendiri.
5. Bunuh diri adalah inisiasi perbuatan yang mengarah pada motivasi kematian, membunuh, dan dibunuh.
6. Bunuh diri merupakan keadaan hilangnya kemauan untuk hidup.
7. Bunuh diri ialah suatu derajat sentral dari keputusan pelaku yang memutuskan untuk memprakrsai satu perbuatan mengarah pada kematian sendiri.
8. Bunuh diri adalah kemauan berbuat mengarah pada kematian sendiri.
9. Bunuh diri ialah derajat efektivitas satu perbuatan yang disengaja dan bertujuan yang mengakibatkan kematian.
10. Bunuh diri ialah pengetahuan seorrang mengenai relasi dirinya dengan kondisi obyektif dari kematian.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bunuh diri adalah usaha seseorang untuk menyakiti dirinya sendiri dengan tujuan untuk meniadakan atau menghilangkan
nyawanya sendiri. Hal ini biasanya dilakukan atas dasar motivasi-motivasi tertentu seperti menyelesikan permasalahan yang dihadapi.
2.4.2 Jenis - Jenis Bunuh Diri
Sosiolog Emile Durkheim membedakan bunuh diri menjadi empat jenis, yaitu:
1. Bunuh Diri Altruistik
Ini adalah jenis bunuh diri yang disebabkan oleh ikatan kelompok terlalu kuat, yaitu ketika seseorang secara individual sedemikian kuat menyatukan diri dengan nilai-nilai kelompoknya dan sedemikian berintegrasi hingga di luar itu tidak mempunyai identitas diri.
Contoh dalam masyarakat primitif yang dikutip oleh Durkheim adalah bunuh diri dari mereka yang sudah tua dan sakit, bunuh diri perempuan setelah kematian suami mereka, dan bunuh diri pengikutnya setelah kematian seorang kepala suku.
2. Bunuh Diri Egoistik
Bunuh diri egoistik yaitu bunuh diri yang disebabkan oleh kurangnya individu dalam bersosial dengan kelompoknya seperti keluarga, teman, maupun kerabat, kumpulan agamanya dan sebagainya. Ini adalah jenis bunuh diri yang terjadi dimana tingkat sosial yang rendah dalam masyarakat. Akibatnya adalah nilai-nilai, berbagai tradisi, norma-norma serta tujuan-tujuan sosial pun sangat sedikit untuk dijadikan panduan hidupnya.
Setiap individu dalam kehidupan masyarakat selalu dihadapkan pada dua macam peranan. Yang pertama, Role Expectation yaitu peranan yang diharapkan oleh masyarakat. Dan yang kedua, Role Performance yaitu peranan nyata yang dijalankan dalam kehidupan sehari – hari. Ketika seseorang tidak dapat memenuhi peran yang dituntut oleh masyarakat, orang
tersebut akan frustasi. Dan ketika seseorang menolaknya, maka salah satu caranya yaitu dengan bunuh diri. Bunuh diri ini terjadi karena adanya polarisasi sosial dari seorang individu, atau terjadinya penurunan di dalam intensitas kesatuan sosialnya.
Dalam masyarakat modern, orang tidak dapat melihat arti yang sama dalam hidup mereka, dan mengejar kepentingan individu tak terkendali dan menyebabkan ketidakpuasan yang kuat.
3. Bunuh Diri Fatalistik
Tipe bunuh diri ini adalah bunuh diri terjadi ketika aturan sosial atau nilai dan norma yang berlaku di masyarakat meningkat dan berlebihan. Di dalam aturan sosial tersebut kemudian tidak ada lagi harapan dan perlawanan perubahan pada disiplin yang menyesakkan dari masyarakat. Maka, bunuh diri dirasakan sebagai cara untuk lari dari kenyataan ini.
4. Bunuh Diri Anomi
Anomi adalah sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Emile Durkheim untuk menggambarkan keadaan yang kacau tanpa peraturan. Kata Anomy berasal dari bahasa Yunani, a- yang berarti ―tanpa‖ dan nomos yang berarti ―hukum‖ atau ―peraturan‖.
Bunuh diri anomi menyangkut dengan keadaan moral seseorang, dimana orang tersebut kehilangan norma-norma hidupnya. Tipe ini terjadi karena tatanan, hukum-hukum, serta berbagai aturan moralitas sosial mengalami kekosongan. Kelemahan aturan sosial antara norma- norma sosial dan individu dan mesti dapat membawa pada perubahan sosial ekonomi yang dramatis bagi individu. Atau dengan kata lain, tidak cukupnya aturan yang ada sebagai penampung aspirasi individu. Dari sini kemudian terjadilah frustasi sosial yang kemudian meningkatkan keinginan orang untuk bunuh diri.
2.4.3 Cara atau Bentuk Bunuh Diri
Berdasarkan skripsi yang berjudul Fenomena Bunuh Diri di Hutan Aokigahara Jepang yang ditulis oleh mahasiswi Universitas Sumatera Utara, Bella Syafira, perilaku bunuh diri merupakan suatu tindakan yang merupakan hasil dari dorongan yang tiba-tiba antara terpicu dan bertindak secara langsung dalam beberapa hitungan waktu. Maka dari itu banyak bentuk bunuh diri yang dilakukan dengan berbagai cara, tergantung pada kesempatan yang ada dan dalam waktu singkat.
Bentuk bunuh diri yang dilakukan umumnya selain memiliki fungsi untuk mengakhiri hidup, juga memiliki makna tersendiri seperti motif atau harapan yang mendasari. Secara umum bentuk bunuh diri yang dilakukan yaitu:
1. Gantung diri.
Awalnya gantung diri adalah bentuk hukuman yang sudah ada sejak zaman Romawi.
Seutas tali diikatkan pada suatu tiang gantungan, dan ujung tali lainnya disimpulkan dan diikatkan pada leher pelaku bunuh diri. Kematian pelaku bunuh diri ini terjadi atas dua sebab.
Yaitu yang pertama, pelaku yang lehernya terikat tali akan melepaskan pijakan sehingga akan mematahkan leher karena berat badan tubuh yang tertarik oleh gravitasi. Yang kedua, meskipun leher si pelaku tidak patah, akan tetapi tercekiknya leher akan menyebabkan sesak nafas dan pada akhirnya akan menyebabkan kematian.
Gantung diri merupakan cara bunuh diri yang dilakukan masyarakat Jepang di hutan Aokigahara, yang terkenal sebagai tempat favorit masyarakat Jepang untuk melakukan bunuh diri karena suasana yang tenang.
2. Harakiri dan Seppuku.
Secara harfiah, harakiri dan seppuku sama-sama mempunyai arti memotong perut, meskipun susunan letak kanji berbeda. Walaupun secara harfiah sama, tetapi memiliki perbedaan pemakaiannya. Orang Jepang menggunakan istilah seppuku untuk kalangan samurai yang melakukan bunuh diri dengan cara memotong perutnya. Sedangkan harakiri memiliki pengertian potong perut dalam artian umum, yang tidak digunakan di kalangan samurai. Namun pada dasarnya harakiridan seppuku merupakan bentuk bunuh diri yang sangat perih.
Cara bunuh diri ini dikenal sejak zaman feudal. Sejak saat itulah seppuku menjadi berkembang dan menjadi bagian dalam kehidupan samurai. Seppuku telah menjadi kode etik bagi kaum samurai. Apabila melakukan kesalahan, gagal dalam perang, tidak dapat membalas
budi baik tuannya, dan ingin mengikuti kematian tuannya, maka bunuh diri seperti inilah yang dipakai oleh para samurai.
3. Meracuni diri sendiri.
Bentuk bunuh diri ini beraneka ragam media, racun dapat dicampurkan makanan, minuman, atau melalui udara. Penggunaan obat tidur dengan dosisi yang tinggi merupakan salah satu cara bunuh diri ini. Selain itu, bisa juga menggunakan briket atau arang. Racun yang biasanya digunakan melalui udara yaitu karbon monoksida. Karbon monoksida merupakan gas hasil pembakaran, misalnya pada pembakaran arang, pemanas ruangan, atau pada mobil. Karbon monoksida tidak berbau dan tidak berwarna, sehingga tidak dapat dideteksi dengan indra penciuman dan indra penglihatan. Gas karbon monoksida dapat menyebabkan kematian karena karbon mengikat hemoglobin darah dan mengganti oksigen. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya oksigen di dalam tubuh dan mengakibatkan kematian.
Bentuk bunuh diri ini banyak dilakukan anak muda di Jepang saat ini, dimana dilakukan berkelompok. Biasanya mereka melakukan dengan cara menghirup gas karbon yang berasal dari mobil. Mobil yang digunakan, ditutup rapat tanpa celah sehingga gas karbon memenuhi isi ruangan mobil tanpa ada ruangan yang beratmosfer.
Keduanya, banyak dipakai karena cara ini dipercaya dapat membuat seseorang mati seolah dalam keadaan terlelap.
4. Melompat dari ketinggian.
Cara ini juga banyak dilakukan oleh masyarakat Jepang untuk bunuh diri. Bunuh diri ini menjadi salah satu cara yang juga banyak orang melakukannya, termasuk kalangan remaja di
Jepang. Ada satu kuil yang menjadi tempat paling banyak orang – orang melompat dari ketinggian untuk bunuh diri, yaitu kuil Kiyomizu Dera. Kuil ini merupakan kuil Buddha kuno yang dibangun pada tahun 798. Kuil Kiyomizu Dera di Kyoto ini terkenal dengan 4 hal, yaitu:
kuil yang cantik; dapat melihat matahari terbenam; air mancur jodoh; dan sejarah tempat yang sering digunakan untuk bunuh diri. Zaman dahulu banyak tentara Jepang yang melakukan bunuh diri di kuil ini. Selain lokasi yang cukup menawan, struktur bangunan yang tinggi menjadi salah satu hal yang mengakibatkan banyak tentara Jepang yang melompat dari kuil ini.
5. Membakar diri.
Membakar diri adalah cara yang cukup menderita tapi mati dengan cepat. Api akan mengeringkan cairan dalam tubuh. Ketika kekurangan cairan dengan cukup cepat, maka tubuh akan mengalami shock, atau detak jantung menurun, lalu pandangan menjadi gelap dan meninggal. Api yang cukup besar akan cepat merusak sensor saraf sakit pada kulit. Ketika sensor saraf sudah rusak, maka tidak lagi merasakan sakit, meskipun otak masih hidup.
6. Memotong urat nadi
Bunuh diri dengan cara memotong urat nadi adalah bentuk bunuh diri yang umum dilakukan. Pemotongan nadi yang menyebabkan kematian adalah pemotongan nadi yang berada di pergelangan tangan dan di leher. Pemotongan urat nadi yang di pergelangan tangan bertujuan untuk memutuskan pembuluh darah radial yang dapat merusak sistem saraf tendon, ulnar, dan median. Pemotongan nadi di pergelangan tangan sebenarnya tidak terlalu fatal. Namun kematian akibat bunuh diri ini disebabkan karena kehabisan darah.
Pada zaman feodal di Jepang dahulu banyak masyarakat yang melakukan bunuh diri dengan cara ini. Meskipun lebih menyiksa, tetapi cara ini merupakan pilihan kedua selain melakukan seppuku.