• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDANGAN MASYARAKAT JEPANG TERHADAP ULAR HEBI NI TAISHITE NO NIHON JIN NO KANNEN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PANDANGAN MASYARAKAT JEPANG TERHADAP ULAR HEBI NI TAISHITE NO NIHON JIN NO KANNEN SKRIPSI"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

PANDANGAN MASYARAKAT JEPANG TERHADAP ULAR

HEBI NI TAISHITE NO NIHON JIN NO KANNEN

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada panitia ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana

dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

OLEH:

YULIA SAGITA 120708055

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memperoleh gelar Sarjana Sastra di Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Serta solawat dan salam saya sampaikan kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW.

Selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan baik moril, materi dan ide dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih, penghargaan dan penghormatan kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing I, yang selalu memberikan waktu dan pemikirannya dalam membimbing, mengarahkan serta memberikan saran-saran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

4. Bapak Drs. Amin Sihombing, selaku Dosen Pembimbing II, yang selalu memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing, memberikan saran- saran kepada penulis dalam rangka penyempurnaan skripsi ini hingga selesai.

5. Bapak dan Ibu dosen, serta Staf Pegawai di Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang dengan penuh

(3)

kesabaran telah memberikan ilmu yang berguna bagi penulis serta dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Terima kasih yang tidak terhingga kepada Ayahanda Samedi dan Ibunda Arjuna di kampung dan seluruh keluarga besar penulis yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil dan selalu mendoakan sampai penulis dapat menyelesaikan studinya dan dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Terimakasih untuk Icha, Surya, Frilya, Maisy, Dewi, Yuni, Bella dan semua teman-teman stambuk 2012 dan kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang selalu senantiasa memberikan dorongan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi maupun uraiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga skripsi ini nantinya dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis, pembaca khususnya mahasiswa/i Jurusan Sastra Jepang Universitas Sumatera lainnya.

Medan, Agustus 2016 Penulis

YULIA SAGITA

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ...iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Perumusan Masalah ...5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ...6

1.4 Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori ...6

1.5 Tujuan Dan Manfaat Penelitian ...10

1.6 Metode Penelitian ...10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KEPERCAYAAN MASYARAKAT JEPANG DAN ULAR 2.1 Kepercayaan Masyarakat Jepang... 12

2.1.1 shinto ... 14

2.1.2 Budha ... 15

2.1.3 Kristen ... 16

2.2 Ular dalam Kehidupan Masyarakat Jepang ... 17

2.3 Jenis-jenis Ular di Jepang ... 19

2.3.1 Ular Habu dari Okinawa ... 19

(5)

2.3.2 Mamushi ... 22

2.3.3 Ular Putih ... 23

2.4 Mitologi Ular ... 24

2.4.1 Yamata no Orochi ... 25

2.4.2 Nure Onna ... 27

2.4.3 Istri yang berasal dari Siluman Ular Buta ... 29

2.5 Kuil Ular/Hebi Jinja ... 31

BAB III MAKNA ULAR DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG 3.1 Makna Ular dalam Agama di Jepang ... 35

3.1.1 Makna Ular dalam Shinto ... 36

3.1.2 Makna Ular dalam Budha ... 37

3.2 Makna Ular dalam Mitos ... 38

3.3 Makna Ular dalam Karya Seni Tato ... 38

3.4 Makna Ular dalam Bidang Kesehatan ... 41

3.4.1 Ular sebagai Minuman ... 41

3.4.2 Ular dalam Kesehatan ... 42

3.5 Ular dalam Kearifan Lokal ... 44

(6)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ... 46 4.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 49

ABSTRAK

LAMPIRAN

(7)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masyarakat Jepang adalah masyarakat yang modern sekaligus tradisional.

Jepang digambarkan sebagai bangsa yang selalu memegang tradisinya erat-erat.

Dengan kata lain, masyarakat Jepang seolah-olah bangsa yang dapat berubah sekaligus tidak mau berubah. Dari segi teknologi Jepang adalah negara yang sangat maju dan termasuk salah satu yang terbaik di dunia. Sedangkan dari segi budaya, masyarakat Jepang tidak bisa menerima pengaruh dari luar. Hingga saat ini pun Jepang masih melestarikan budaya-budaya mereka, kepercayaan terhadap mitos, kepercayaan terhadap hewan dan sebagainya.

Jepang menganut beberapa kepercayaan yaitu Shinzen shukyo (agama alam), Shomin Shinko (kepercayaan rakyat) dan Minkan Shinkou (kepercayaan penduduk). Dalam sikap beragama, masyarakat Jepang menganut sistem politheis, juga mengikuti berbagai agama dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Hori dalam Situmorang (2013: 28) yang dimaksud dengan Minkan Shinkou (kepercayaan rakyat) adalah agama alami, yaitu tidak memiliki doktrin, tidak ada sistematika pengajaran, tidak memiliki struktur lengkap dari pengikut, bersifat magis dan tidak melembaga, dan menunjukkan kelompok kepercayaan yang terus menerus.

Selain itu, masyarakat Jepang juga percaya akan hewan-hewan yang membawa keberuntungan. Selain kucing dan ikan, ular juga dianggap sebagai

(8)

hewan yang membawa keberuntungan. Ular juga dianggap sebagai simbol uang dan kekayaan.

Ular adalah reptilia tak berkaki dan bertubuh panjang. Ular memiliki sisik seperti kadal dan sama-sama digolongkan ke dalam reptil bersisik (Squamata). Ular merupakan salah satu reptilia yang paling sukses berkembang di dunia. Di gunung, hutan, gurun, dataran rendah, lahan pertanian, lingkungan pemukiman, sampai ke lautan, dapat ditemukan ular. Kebanyakan spesies ular hidup di daerah tropis, sebagaimana umumnya hewan berdarah dingin, ular tidak dapat ditemui di tempat-tempat tertentu seperti di puncak-puncak gunung dan daerah padang salju atau kutub. Ular juga tidak bisa ditemui di daerah Irlandia, Selandia baru, Greenland, pulau-pulau terisolasi di Pasifik seperti Hawai, serta Samudera Atlantik. https://id.wikipedia.org/wiki/Ular

Berbagai mitos atau legenda tentang ular ada dimana-mana. Di Cina terdapat mitos ular putih. Di Jepang juga banyak mitos atau legenda mengenai ular. Di indonesia, ada mitos berkata bahwa jika bersiul di malam hari akan mengundang ular. Begitu pula dengan Jepang juga meyakini hal yang sama.

Folklor adalah sebagian kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (Mnemonic Device).

https://elshasiburian.wordpress.com/2014/03/05/ciri-ciri-folklor-dan-pengenal- utamanya/

Masyarakat Jepang masih mempercayai mitos-mitos dan legenda yang berada di masyarakat. Mitos dan legenda termasuk dalam cerita rakyat. Cerita

(9)

rakyat tersebut merupakan salah satu folklor. Folklor juga dihubungkan dengan keyakinan rakyat (Minkan Shinko).

Ular juga memiliki makna pada mitos dan legenda di Jepang. Legenda Jepang yang disebut oleh Yanagita dalam Danandjaja (1997: 78) disebut dengan istilah Densetsu itu masih hidup hingga kini. Sebab, legenda Jepang ditopang oleh kepercayaan rakyat yang masih dianut secara kuat. Dongeng yang terdapat di Jepang di golongkan kedalam kategori legenda, dan dianggap benar-benar terjadi di kehidupan nyata. Legenda-legenda tersebut adalah berupa kisah mengenai siluman, binatang-binatang gaib seperti rase (musang), tanuki (rakun) dan ular atau naga (Dorson, 1982: 24-25).

Dalam legenda, ular sering merubah dirinya menjadi wanita cantik dan menikah dengan manusia, sehingga biasa muncul pada legenda yang jalan ceritanya romantis dipadu dengan magis. Wanita jahat juga diumpamakan sebagai ular.

Simbol ular juga digunakan dalam bidang seni contohnya tato. Dalam kepercayaan tradisonal Jepang tato bersimbol ular bermakna penggambaran supranatural yang dikatakan mewakili berbagai keyakinan termasuk perlindungan terhadap penyakit, bencana, dan nasib buruk.

Selain itu ular juga memiliki makna atau arti dalam agama yang dianut masyarakat Jepang. Menurut agama Shinto, Shinto tradisional / Shinto pada awalnya atau ular mistik, pada dasarnya sisi luar individu yang berbahaya, dan diperlu di tangani dengan kekuatan hebat dari alam. merupakan ancaman umum bagi masyarakat pertanian, dan ancaman spesifik bagi para wanita, serta merupakan perwujudan dari aspek nyata dari dewa-dewa yang berhubungan

(10)

dengan guntur, air dan kematian. Dalam beberapa hal, keberadaannya harus mempunyai efek yang menenangkan : itu “musuh”, tapi itu bukan “kita”.

Sedangkan agama Budha memandang ular di sisi lain, memang “kita” bukanlah

“musuh”. Artinya simbol dari lampiran untuk benda-benda di dunia ini, dan tranformasi menjadi seekor ular yang terjadi pada individu menghargai benda terlalu tinggi. (Kelsey, 1981: 110). Ular juga digambarkan dalam bidang obat- obatan.

Di indonesia, banyak masyarakat yang beranggapan negatif terhadap ular.

Mereka menganggap ular adalah hewan yang menakutkan, menjijikkan, perlu dibunuh dan terdapat mitos-mitos mengerikan tentang ular. Banyak legenda dan cerita rakyat yang menampilkan makhluk seperti ular sebagai tokoh jahat atau terkutuk. Ular pun mempunyai makna tertentu dalam mimpi, Misalnya ketika bermimpi membunuh atau terlilit ular. Jika bermimpi membunuh ular maka akan mengalami sebuah perubahan positif dalam hidup. Sedangkan Jika bermimpi sedang berjalan dan tiba-tiba ada ular yang melilit kaki, maka akan ada sesuatu atau seseorang menghalangi pencapaian dalam meraih keberhasilan.

Hal ini berbeda dengan India yang merupakan rumah bagi beberapa binatang mematikan, seperti ular berbisa, termasuk ular kobra. Berdasarkan kepercayaan India kuno, Ular sangat ditakuti dan dihormati. Tradisi tersebut masih berlanjut hingga sekarang. Umat Hindu menghormati ular di kuil serta di habitat alami dengan mempersembahkan susu, dupa, dan doa. Dalam agama Kristen ular melambangkan kejahatan atau Iblis. Dalam agama Hindu secara simbolis dimaknai jauh lebih kompleks. Dalam ritual Hindu dan tradisi spiritual, ular bukanlah makhluk jahat tetapi mewakili keabadian serta materialitas,

(11)

kehidupan serta kematian,waktu serta keabadian. Hal tersebut melambangkan tiga proses penciptaan, yaitu penciptaan, kehidupan dan kematian.

(http://www.pasramanganesha.sch.id/2015/12/makna-simbolis-ular-dalam- hindu.html)

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, serta menyadari besarnya fungsi dan makna ular dalam masyarakat Jepang, sehingga penulis bermaksud meneliti mengenai makna ular dalam pandangan kehidupan orang Jepang, melalui skripsi yang berjudul “Pandangan Masyarakat Jepang Terhadap Ular”.

1.2 Perumusan Masalah

Di Jepang, ular adalah binatang yang sering disebut sebagai dewa air, mirip dengan naga yang merupakan simbol keberuntungan terbesar di Asia.

Sedangkan ular putih adalah jenis ular yang langka. Oleh karena itu, ular putih adalah lambang keberuntungam besar. Dan jika melihat ular putih di dalam mimpi, maka itu adalah tanda bahwa akan ada suatu mukjizat. Ular sering di yakini berhubungan dengan kesehatan, kemakmamuran dan perlindungan dan salah satunya yang paling umum sebagai dewa.

Untuk mengetahui lebih lanjut makna ular dalam kehidupan masyarakat Jepang, oleh karena itu penulis merumuskan masalah berdasarkan uraian latar belakang sebagai berikut :

1. Apa saja mitologi ular dalam kehidupan masyarakat Jepang?

2. Bagaimana fungsi dan makna ular dalam kehidupan masyarakat Jepang?

(12)

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Agar masalah yang akan dibahas lebih terarah, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan, sehingga dapat memudahkan dalam menganalisa topik permasalahan. Hal ini bertujuan agar penelitian yang dilakukan penulis tidak menjadi luas dan tetap terfokus pada masalah yang diteliti.

Di dalam penelitian ini, pembahasan akan difokuskan pada makna simbolik ular dalam kehidupan masyarakat Jepang termasuk dalam agama, mitos, dalam karya seni tato dan bidang kesehatan di Jepang. Dalam segi agama, mencakup kepercayaan yang paling banyak dianut masyarakat Jepang, yaitu Shinto dan Budha. Sistem kepercayaan masyarakat Jepang termasuk dalam Minkan Shinko (kepercayaan penduduk) yakni kepercayaan masih meyakini adanya mitos-mitos yang beredar di masyarakat. Mitos tentang ular juga ada di Jepang. Sedangkan pada karya seni adalah tato yang disebut dengan irezumi.

Untuk mendukung pembahasan pada Bab II akan di kemukakan juga kepercayaan masyarakat Jepang, jenis ular di Jepang, dan mitologi ular .

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.4.1 Tinjauan Pustaka

Secara etimologis istilah Simbol diserap dari kata Symbol dalam bahasa Inggris yang berakar pada kata Symbolicum dalam bahasa Latin. Sementara kata

symbolon dan symballo menjadi akar dari kata symbol yang memiliki beberapa makna generik, yakni “memberi kesan”, “berarti”, dan “menarik”. Dalam sejarah pemikiran, simbol memiliki dua pengertian yang sangat berbeda. Dalam pemikiran dan praktik keagamaan, simbol lazim dianggap sebagai pancaran

(13)

realitas transenden. Dalam pemikiran logika dan ilmiah, lazimnya istilah simbol dipakai dalam arti tanda abstrak.

(http://www.penegertianahli.com/2014/04/pengertian-simbol-apa-itu- simbol.html?)

Menurut Eppink (http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya.html), Kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan adat istiadat, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Pandangan tentang alam menurut Minzoku shinkou, di dunia ini ada benda-benda alam seperti batu, sungai laut dan juga benda-benda hidup seperti tumbuh-tumbuhan, binatang dan manusia. Namun pada benda-benda alam tersebut tinggal sesuatu yang mempunyai kekuatan sehingga dapat memberi bahaya atau dapat menjauhkan dari bahaya sehingga harus di sembah. Sedangkan di dalam benda makhluk hidup tersebut sudah ada kekuatan yang dapat membahayakan dan menyelamatkan sehingga harus disembah (Situmorang, 2013:

29). Di kehidupan masyarakat Jepang ular mempunyai banyak makna, baik dalam segi religi maupun dalam mitos-mitos dan sebagainya. Makna dikenal sebagai semiotik.

Broadbent menyatakan semiotik berarti tanda atau sign. Tanda tersebut menyampaikan suatu informasi bersifat komunikatif, mampu menggantikan suatu yang lain yang dapat dipikirkan atau dibayangkan. Semiotik adalah ilmu yang mempelajari sistem tanda atau teori tentang pemberian tanda (http://ode87.blogspot.co.id/2011/03/pengertian-semioti.html).

(14)

Strauss (1974: 232) menjelaskan bahwa mitos terdapat hubungan unit-unit (yang merupakan struktur) yang tidak terisolasi, tetapi merupakan kesatuan relasi- relasi hubungan tersebut dapat dikombinasikan dan dapat digunakan untuk mengungkap makna dibalik mitos itu.

Cremers (1997: 138) menyatakan bahwa mitos adalah cerita suci berbentuk simbolik yang mengisahkan serangkaian peristiwa nyata dan imaginer menyangkut asal-usul dan perubahan-perubahan alam raya dan dunia, dewa-dewi, manusia, pahlawan dan masyarakat.

Dalam mengkaji penelitian ini penulis menggunakan buku sebagai acuan.

Buku yang dimaksud adalah The Snake Of Salvation : Budhist-Shinto Conflict and Resolution karangan W. Michael Kelsey tahun 1891.

Selain menggunakan buku-buku, penulis juga mengandalkan data-data dari situs internet seperti jurnal ilmiah maupun artikel dengan mencantumkan tanggal kapan data-data tersebut diperoleh.

1.4.2 Kerangka Teori

Kerangka Teori menurut Koentjaraningrat (1976: 11) berfungsi sebagai pendorong berpikir deduktif yang bergerak dari dalam abstrak ke alam konkret, suatu teori yang dipakai oleh peneliti sebagai kerangka yang memberi pembahasan terhadap fakta-fakta konkret yang tidak terbilang banyaknya dalam kenyataan kehidupan masyarakat yang harus diperhatikan.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pedekatan semiotik.

Pengertian semiotik atau semiotika berhubungan dengan pengertian semantik karna dua pengertian itu meliput makna dan kemaknaan dalam komunikasi antar manusia. Charles Morris (2004:) mengatakan bahwa bahasa sebagai satuan sistem

(15)

sign dibedakan atas signal dan symbol. Akan tetapi, semiotik bukan hanya terhubung isyarat-isyarat non bahasa dalam komunikasi antar manusia. Semiotik adalah ilmu isyarat komunikasi yang bermakna. Menurut Morris (2004:), semiotik adalah ilmu mengenai tanda, baik itu bersifat manusiawi maupun hewani, berhubungan dengan suatu bahasa tertentu atau tidak, megandung unsur kebenaran atau kekeliruan, bersifat sesuai atau tidak sesuai, bersifat wajar atau mengandung unsur-unsur yang dibuat-buat.

Menurut Pradopo (2003: 72) semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda.

Ilmu ini menganggap bahwa fenomena sosial/masyarakat dan kebudayaan itu merupakan tanda-tanda. Semiotik itu mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, dan konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.

Secara terminologis, semiotika dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederatan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda.

Penulis juga menggunakan pendekatan sosiologi. Pendekatan sosiologi adalah landasan kajian sebuah studi atau penelitian untuk mempelajari hidup

bersama masyarakat

(https://darniahbongas.wordpress.com/2010/07/03/pendekatan-sosiologi-salah- satu-alat-untuk-memahami-agam).

Dengan pendekatan ini, maka dapat ditinjau hubungan interaksi kehidupan masyarakat Jepang dengan ular.

Penulis juga menggunakan konsep yang berhubungan dengan religi yang bertujuan untuk menganalisa fungsi religi ular. Konsep religi menurut Koentjaraningrat (1976:137) yaitu sistem kepercayaan yang mengandung

(16)

keyakinan yang bertujuan mencari hubungan antara manusia dengan tuhan, dewa- dewa atau makhluk yang mendiami alam gaib. Dengan pendekatan ini dapat dihubungkan makna ular di dalam masyarakat Jepang, khususnya dalam kepercayaan yang ada di Jepang.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa saja mitos ular dalam kehidupan masyarakat Jepang.

2. Untuk mengetahui fungsi dan makna ular dalam kehidupan masyarakat Jepang.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak tertentu baik penulis maupun pembaca, diantaranya yaitu :

1. Dapat dijadikan sebagai sumber informasi bagi pembaca untuk menambah pemahaman dan pengetahuan tentang makna ular dalam sistem kepercayaan Jepang.

2. Dapat dijadikan sumber pengetahuan tentang mitos-mitos ular Jepang.

1.6 Metode Penelitian

Metode adalah alat untuk mencapai tujuan dari suatu kegiatan. Dalam penelitian, sangat diperlukan metode-metode untuk menunjang keberhasilan karya ilmiah yang akan disampaikan penulis kepada para pembaca.

(17)

Metode penelitian adalah cara untuk menemukan, mengembangkan dan menguji masalah yang dihadapi.

Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Koentjaraningrat (1976:30), penelitian yang bersifat deskriptif yaitu memberikan gambaran yang secermat mungkin mengenai suatu individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu. Oleh karena itu, data-data yang diperoleh dikumpulakan, disusun, diklasifikasikan, sekaligus dikaji dan kemudian diinterprestasikan dengan tetap mengacu pada sumber data dan informasi yang ada.

Penulis juga menggunakan metode kepustakaan. Metode kepustakaan adalah mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan penelitian yaitu dengan membaca literatur atau buku yang ada di perpustakaan (Hamdi, 2005: 50).

Selain itu, penulis juga memperoleh data-data dari media internet yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Selain dikarenakan penggunaan bahan-bahan yang mempergunakan bahasa asing, maka peneliti juga menggunakan translation method atau metode terjemahan. Metode terjemahan adalah metode yang berkenaan dengan rencana pelaksanaa (analisis, pengalihan dan penyerasian) penerjemahan (Machali, 2000: 48).

(18)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG KEPERCAYAAN MASYARAKAT JEPANG DAN ULAR

2.1 Kepercayaan Masyarakat Jepang

Agama masyarakat Jepang, tidak seperti Budha atau Konfisiusme, sangat beragam dalam karakter dan sulit mendefinisikan dengan tepat. Banyak agama rakyat yang sangat mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari di Jepang.

Orang-orang percaya dalam agama-agama tersebut sering bergantung pada ketaatan seperti meramal, pembacaan doa, dan mantra untuk melindungi mereka dari kecelakaan dan kemalangan.

Hori Ichiro (1968: 1) mengatakan bahwa agama-agama yang beraneka ragam yang tumbuh dan berkembang di dunia secara umum dapat dibagi dua, yaitu agama yang terlembaga (Intitutionalized Religion) dan agama rakyat (Folk Religion). Yang termasuk ke dalam agama terlembaga ini antara lain seperti:

agama Shinto, Budha dan Kristen, sementara yang termasuk ke dalam agama yang tidak terlembaga adalah pemujaan leluhur dan pemujaan alam. Penyembahan- penyembahan seperti ini disebut denga shizenshukyo 自然主義 (agama alam), shomin shinko 庶 民 信 仰 (kepercayaan rakyat), minkan shinkou 明 槓 信 仰 (kepercayaan penduduk). Kemudian kepercayaan yang tidak melembaga namun hidup di tengah-tengah masyarakat seperti ini kemudian dipengaruhi oleh agama- agama melembaga seperti agama Budha dan Konfusionisme.

(19)

Diantara beberapa agama yang dianut orang Jepang, Shintoisme adalah agama yang tertua dan dianggap sebagai agama pribumi orang Jepang. Menurut Harumi Befu dalam Danandjaja (1997: 164), walaupun mempunyai satu nama, agama ini sebenarnya merupakan gabungan kepercayaan “primitif” yang sukar untuk digolongkan menjadi satu agama, bahkan sebagai satu sistem kepercayaan.

Oleh karenanya agama ini lebih tepat dianggap sebagai suatu gabungan dari kepercayaan “primitif” dan praktek-praktek yang berkaitan dengan jiwa-jiwa, roh- roh, hantu-hantu dan sebagainya. Dalam bentuk ini Shinto mirip dengan kepercayaan Taoisme di Cina, yang juga diperkenalkan di Jepang bersamaan dengan masuknya Konfusianisme. Taoisme adalah kepercayaan berdasarkan keyakinan pada tenaga-tenaga gaib yang ada di alam. Kedua religi ini sama karena mereka tidak begitu mapan organisasinya sebagaimana agama Budha. Kedua agama ini termasuk kepercayaan rakyat (folk beliefs).

Dalam sikap beragama masyarakat Jepang, mereka disebut sebagai masyarakat politheis, juga mengikuti berbagai agama dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika mereka di dalam rumah, mereka menyembah dewa leluhur rumah tersebut yang berupa kamidana 神棚 (rak dewa shinto) atau Butsudana 仏壇 (rak dewa budha). Tetapi, ketika mereka keluar dari rumah, mereka menyembah dewa daerah (Ubusunagami 産 土 神 ) dan ketika mereka berada di kantor mereka menyembah objek sembahan di kantor, kemudian ketika mereka demi kepentingan negara mereka menyembah leluhur kaisar (kokka shinto/ shinto negara). Kenyataan seperti di atas adalah sistem kepercayaan minkanshinkou 民 間信仰 (kepercayaan rakyat Jepang).

(20)

Yanagawa dalam Situmorang (2013: 32) mengatakan ciri beragama masyarakat Jepang adalah shinkou no nai shukyou (agama yang tidak mempunyai kepercayaan), Yanagawa menjelaskan bahwa walaupun orang pergi ke gereja namun mereka belum tentu percaya kepada Tuhan di sana, atau walaupun mereka pergi ke kuil Budha mereka belum tentu percaya kepada Budha, walaupun mereka tetap melaksanakan ritus-ritus agama tersebut.

2.1.1 Shinto

Shinto 神道 jika diterjemahkan secara harafiah maka artinya adalah cara berdewa, yaitu bagaimana cara menyembah dewa, tentunya hal ini berbagai macam cara berdewa dalam masyarakat, yang berbeda di dalam setiap desa atau keluarga. Menurut Hori Ichiro dalam Situmorang (2013: 87) mengatakan, Shinto disebut juga dengan kepercayaan rakyat (Shominshinkou 庶民信仰) adalah bahwa semua yang dipercaya mempunyai tenaga supranatural harus disembah, baik berupa benda-benda alam, dan roh manusia. Shintoisme sebagai sebuah kepercayaan yang mengakui eksistensi dewa memberi pengaruh pada penyembahan leluhur.

Pada tahun 1868 lahir Shintoisme baru atau disebut dengan Shinto negara/

Neoshintoisme. Yaitu Shinto melembaga dimana telah mempunyai kitab suci yaitu Kojiki dan Nihon Shoki. Shinto baru ini tidak dibicarakan dalam penelitian chushingura masih lebuh dulu dari pada Shinto baru (Kokka Shinto).

Menurut Befu dalam Danandjaja (1997: 166) Shintoisme pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga sistem kepercayaan yang berbeda, yakni (1) Shinto

(21)

rakyat (Folk Shinto) yang disebut juga sebagai Shinto petani pedesaan; (2) Shinto negara atau nasional; (3) Shinto sekte (Sect Shinto).

Kepercayaan Shinto mempercayai bahwa semua benda baik yang hidup maupun yang mati dianggap memiliki jiwa, bahkan terkadang dipercayai memiliki kemampuan untuk berbicara. Semua jiwa itu dianggap memiliki kekuasaan yang berpengaruh terhadap kehidupan yang disebut juga “Kami”. Istilah Kami dalam kepercayaan Shinto “di atas” atau ”unggul”, sehingga apabila dimaksudkan untuk menunjukkan suatu kekuatan spiritual maka kata Kami dapat diartikan dengan Dewa. Jadi bagi bangsa Jepang kata Kami tersebut berarti suatu objek pemujaan yang berbeda pengertiannya dengan pengertian objek-objek pemujaan yang ada dalam agama lain.

2.1.2 Budha

Selain Shintoisme, agama terpenting di Jepang adalah Buddhisme.

Walaupun ajaran Buddhisme telah lama masuk ke Jepang, tetapi pengaruh yang kuat baru terasa pada abad ke-6. Sejak itu Buddhisme berkembang dan berakar secara kuat di masyarakat Jepang dan mengalami proses naturalisasi ke dalam kebudayaan Jepang sehingga kini agama itu tidak terasa lagi sebagai agama yang berasal dari luar.

Dari ajaran Budha di ambil kepercyaan rinnrjunkan/reinkarnasi, yaitu kepercayaan bahwa manusia yang meninggal maka arwahnya akan lahir kembali sebagai makhluk hidup sesuai dengan karmanya. Oleh karena itu dalam hagakure (kitab pelajaran samurai) dikatakan cita-cita seorang samurai adalah ingin menjadi abdi tuan selama 7 kali dalam reinkarnasi sebagai manusia.

(22)

2.1.3 Kristen

Agama kristen Katolik untuk pertama kali diperkenalkan di Jepang pada abad ke-16, oleh pendeta-pendeta Spanyol dan Portugis, termasuk pendeta Franciscus Xavier, selama periode perang di antara penguasa lokal di Jepang.

Dalam waktu singkat, penyebaran agama ini segera mendapat dukungan dari para penguasa militer setempat yang ingin memetik keuntungan dari kebudayaan barat, terutama dari teknologi militer, dalam rangka pergulatan mereka dengan penguasa militer tetangganya.

Sampai pertengahan abad lalu agama kristen boleh dikatakan tidak mempunyai pengaruh di Jepang, selain itu tempat-tempat kecil terpencil, pada umumnya daerah pedesaan, dimana sekelompok kecil penduduk mempraktekkan agama kristen secara sembunyi-sembunyi. Kelompok ini dikenal sebagai kakure- kirishitan (kristen dalam persembunyian).

Secara tradisional Buddhisme memperhatikan kesejahteraan keluarga, sedangkan Shintoisme memperhatikan kesejahteraan kelompok. Penyebaran ajaran agama kristen harus menunggu timbulnya individu-individu perkotaan serta suasana kehidupan modern. Justru di pusat-pusat industri inilah individu-individu disia-siakan oleh komunitasnya dan terbebas dari tradisi pengekangan oleh keluarga mereka. Dalam suasana inilah ajaran agama kristen baru dapat menanamkan pengaruhnya.

(23)

2.2 Ular Dalam Kehidupan Masyarakat Jepang

Banyak orang takut akan ular. Tapi di Jepang, Ular adalah hewan yang melambangkan keberuntungan. Karena ular adalah hewan yang melambangkan uang dan kekayaan di Jepang. Orang-orang percaya bahwa jika mereka menaruh sebuah potongan dari kulit ular di dalam dompet, mereka akan menjadi kaya.

Mereka juga meletakkan gambar dari seekor ular putih di dinding. Beberapa orang percaya ular adalah dewa binatang, jadi mereka tidak akan pernah membunuh ular.

Dikatakan bahwa jika membunuh seekor ular, maka akan menyebabkan hilangnya uang.

Dalam legenda Jepang, ular juga sebuah simbol dari kecemburuan wanita ; cerita yang terkenal tentang Kiyohime, wanita yang cemburu merubah dirinya n sendiri menjadi seekor ular dan mengelilingi lonceng kuil dan memukulnya beberapa kali menggunakan ekornya di mana kekasihnya bersembunyi, dalam artian sebenarnya, “membakar” nya dengan amarahnya.

Berdasarkan keyakinan rakyat Jepang yang berkembang di daerah pedesaan dan kota kecil, hidup sebuah keluarga yang berada di bawah perlindungan ular. Hubungan keluarga tersebut dengan ular, dapat diketahui dalam uraian di bawah ini:

“Disebutkan bahwa beberapa keluarga memiliki kekuatan atas ular. Anggota keluarga dari keluarga tersebut disebut tobe/ tobeyo. Bagaimana mereka bisa sekuat itu, tidak ada yang tahu. Ular habu lah yang memilih mereka. Orang- orang yang berani menyakiti mereka akan dapat masalah, dan kemudian mati dalam demam tinggi. Masyarakat yang ketakutan akan hal itu tinggal di prefektur yamaguchi dan bagian timur prefektur kochi. Orang-orang yang tidak memiliki

(24)

kekuatan tidak mau menikah dengan tobe/ tobeyo, karena bagi mereka sangat berbahaya. Imbasnya kaum muda meninggalkan yamaguchi untuk menikah.

Sementara keluarga yang diberi kekuatan oleh ular alhasil juga terpencar-pencar di sepanjang daerah jepang. Ketika seseorang mengganggu anggota keluarga yang dilindungi ular habu dan hewan itu membalas dendam bukan karna tobeyo yang memintanya, namun ular itu sendiri yang melakukannya sesuai kemauannya .”

Juga, mimpi tentang ular biasanya ditafsirkan sebagai sebuah tanda dari kekayaan masa depan. Ini adalah terutama benar bila isi dari mimpi adalah ular melingkar atau datang kepada seseorang. Berbeda jika mimpi ular pergi meninggalkan seseorang, maka tidak mempunyai arti yang penting.

Beberapa keluarga orang Jepang memelihara ular. Orang Jepang percaya bahwa setiap ular, khususnya seekor ular putih, adalah sebuah simbol dari nasib baik. Dalam kepercayaan masyarakat Jepang, di sisi lain, ular diidentifikasikan dengan kecemburuan, gairah, dan keirian dari seorang perempuan, dan ular yang dapat merayu juga menipu biasanya didentikkan dengan sosok perempuan.

Di Asia, ular sering diidentikkan dengan dewa naga. Dalam mitologi India misalnya terdapat Nagas, ular naga besar yang dikaruniai kekuatan magis. Dalam ajaran Budha, Nagas diyakini menghuni sungai dan gua bawah tanah. Ular itu juga menjadi penjaga gunung Sumeru. Dalam riawayat hidup sang Budha, diceritakan bahwa ketika ia duduk bermeditasi di bawah pohon Bodhi, muncul ular berkepala tujuh bernama Mucalinda yang melindungi sang Budha dari hujan lebat dengan membentuk kepalanya menyerupai payung.

(25)

Di Jepang, ular tersebut terutama terkait dengan sinkretis Benzaiten, dewi dari segala sesuatu yang mengalir: air, kata, dan musik. Dia adalah dewa utama dari kuil di pulau-pulau sebagai Enoshima dan Chikubushima dan sering di gambarkan dengan ular melingkar di sekitar batu yang dia duduki. Dalam legenda Jepang, ular juga merupakan simbol dari kecemburuan seorang wanita: di cerita terkenal tentang Kiyohime, ketika cemburu mengubah dirinya menjadi ular dan mengelilingi sekitar lonceng kuil di mana kekasih yang dicarinya bersembunyi secara harfiah "membakarnya" dia dengan amarahnya.

Mungkin karena ada istilah 'harta naga', ular juga dihubungkan dengan uang dan keuntungan. Pada kartu tahun baru, kita sering menemukan disertai dengan koin emas.

Jepang diketahui terdapat banyak ular (sebagai orang yang telah mendaki di hutan Jepang bisa membuktikan); ular merupakan bahan dalam obat tradisional. Jenis ular berbahaya adalah mamushi, pitviper itu, gigitannya menyebabkan kematian setiap tahun (ular berbisa lain adalah Habu, ditemukan di Okinawa).

Tahun Ular dikaitkan dengan simbol 巳 (mi), dan biasa tertulis di kartu Tahun Baru.

2.3 Jenis-Jenis Ular Di Jepang 2.3.1 Ular Habu dari Okinawa

Dalam kata Jepang “Habu” menunjukkan sebuah fakta-fakta jenis ular yang mendiami pulau Ryukyu. Ular-ular ini juga dikenal sebagai ular pohon berbisa atau ular lubang berbisa. Ada tiga spesies dari yang ditemukan di okinawa.

(26)

Ketiganya adalah ular berbisa yang biasa memakan hewan pengerat dan mamalia kecil lainnya.

Ular Habu berukuran besar, berbisa, juga agresif malah tidak selalu dipandang sebagai makhluk berbahaya oleh penduduk Okinawa. Di sana, ular Habu ditangkap dan dijadikan bahan utama minuman keras yang dikenal dengan sebutan Sake Habu.

Ular habu asli okinawa berwarna kuning pucat kehijau-hijauan dan ditandai dengan corak gelombang dengan bintik hijau gelap dengan kuning di pinggir.

Bagian permukaan bawah lebih terang dan hampir putih.

Seekor ular habu dapat tumbuh sampai panjang 8 kaki walaupun kebanyakan tidak mencapai ukuran itu. Spesies Habu yang diketahui panjangnya hanya sekitar tiga sampai empat kaki memiliki warna kulit yang lebih berwarna abu-abu coklat daripada Habu asli Okinawa

Bila mengunjungi Okinawa, penting mengetahu apa yang seharusnya dilakukan ketika digigit oleh ular Habu.Bisa Habu tidak selalu mematikan, namun hemoxotic, yaitu menyebabkan kekurangan sel darah merah sehingga darah teracuni.

Korban dari gigitan ular habu kemungkinan mati atau menderita cacat permanen jika mereka tidak segera ditangani lebih lanjut. Hal yang seharusnya tidak pernah dilakukan adalah mengikat ketat bagian kulit di sekitar area bekas gigitansekitar gigitan. Hal ini malah menimbulkan efek yang buruk pada bagian yang terkena gigitan.

(27)

Tindakan yang tepat saat digigit ular Habu adalah membersihkan area gigitan demi mencegah infeksi di dalam aliran darah. Tubuh penderita dijaga untuk tidak banyak bergerak sampai datangnya petugas kesehatan.

Statistik menunjukkan bahwa populasi okinawa diketahui memiliki beberapa penduduk berumur paling panjang didunia. Kehadiran ular habu jelas bukan ancaman besar untuk semua penduduk okinawa dan selain tersedianya fasilitas pengobatan, yang berarti pengobatan kesehatan yang berarti gigitan tersebut tidak berujung pada kematian.

Ular habu lebih aktif pada saat musim panas dan sering terlihat berjemur di tepian batu. Mereka dapat juga ditemukan gua. Kebanyakan ular menghuni area hutan, tapi mereka dapat pindah ke ladang dan jalanan dekat dengan sumber air.

Ular habu juga muncul disekitar pemukiman manusia, dimana diketahui suka bersembunyi didalam kuburan tua dan di dalam dinding yang terbuat dari batu kapur.

Beberapa penduduk Okinawa tahu betul di mana habitat ular Habu dan mencarinya dalam jumlah yang banyak untuk menjadikannya bahan pembuat Sake Habu. Minuman keras ini sering diminum dari botol yang berisi bagian tubuh ular Habu. Sake Habu berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit.

Kandungan racun dari bisa ular dinetralkan/ dihilangkan oleh alkohol selama proses pembuatan sake. Botol sake habu mengandung ular habu utuh yang terendam di dalam larutan sake tersebut. Seperti alkohol pada umumnya, bau sake sangatlah kuat, tetapi sake habu memiliki bau yang tidak begitu menusuk ketika

(28)

usus ular dikeluarkan/ dibersihkan dari dalam tubuh ular sebelum di rendam alkohol.

Jika benar ular Habu memberikan efek positif bagi kesehatan, maka boleh jadi hal ini yang menjadikan penduduk Okinawa berumur panjang. Minuman kuat/

keras juga digunakan untuk meningkatkan kejantanan. Khasiat tersebut sama dengan mengkonsumsi Viagra, yang dipercaya mendasari fakta bahwa ular habu dapat berhubungan intim selama berjam-jam.

Ular habu okinawa sangat dihargai sebesar dengan ketakutan manusia terhadap hewan itu. Ular habu harus dihindari di alam liar dan harus dijauhkan dari tempat tinggal masyarakat, tetapi dengan penanganan yang tepat, gigitan ular habu tidak akan menyebabkan kematian atau cacat permanen.

2.3.2 Mamushi

Gloydius blomhoffii kadang-kadang dikenal dalam bahasa Inggris sebagai copperhead Jepang, kadang-kadang sebagai pit viper mamushi, dan kadang- kadang hanya mamushi. Nama lokal adalah Nihon mamushi ( 日 本 蝮 ), tapi biasanya disingkat menjadi mamushi.Ular ini memiliki panjang antara 45-60 cm, memangsa mamalia kecil seperti burung, reptil, dan katak, dan dapat ditemukan di berbagai jenis habitat. Ular viper pit mempunyai kemampuan berburu dalam kondisi cahaya rendah

Lebih signifikan lagi, ular ini digolongkan sebagai ular paling berbahaya di daratan Jepang, meskipun demikian Mamushi diperlakukan hormat dan hati- hati.

(29)

Gloydius blomhoffii, umumnya dikenal dengan sebutan mamushi, moccasin Jepang, pit viper Jepang, atau mamushi Jepang. Ular ini adalah spesies pitviper berbisa yang biasa ditemukan di Cina, Jepang, dan Korea. Terdapat empat subspesies yang akan dijelaskan di sini.

Selain ular Habu Okinawa, mamushi merupakan ular paling berbisa di Jepang. Setiap tahun, 2000-3000 orang di Jepang digigit mamushi. Untuk korban gigitan ringan, dibutuhkan satu minggu pengobatan di rumah sakit. Sementara bagi korban gigitan parah, memerlukan perawatan intensif, dan sekitar 10 korban meninggal setiap tahun.

Ular mamushi adalah predator penyergap yang memiliki kemampuan kamuflase yang sangat baik, yaitu dengan cara menyembunyikan dirinya di antara vegetasi atau sampah daun.Mangsa utamanya ,tidak hanya tikus, tetapi juga burung kecil, kadal, dan serangga. Karena itu mamushi juga dapat ditemukan di sekitar lahan pertanian sekaitan dengan keberadaan populasi hewan pengerat tersebut. .

2.3.3 Ular putih

Ular albino atau yang disebut ular putih adalah objek penyembahan.

Biasanya dianggap dewa atau utusan dewa oleh masyarakat Jepang. Ular putih juga dikatakan sebagai dewa penjaga rumah penduduk. Mereka menyembah ular putih sebagai utusan Dewi Benten dan sebagai dewa kemakmuran merangkap keberuntungan.

Daerah Iwakuni di Prefektur Yamaguchi adalah rumah bagi ular albino yang umumnya juga dapat ditemukan di tempat lain di Jepang. Ular putih ini tidak

(30)

berbahaya yang dapat tumbuh sepanjang 1,8 m, dan secara resmi ditetapkan sebagai harta nasional. Taman Kikko, di seberang Jembatan Kintai di Iwakuni adalah tempat untuk melihat ular yang dianggap sebagai simbol dari Benten, salah satu dewa dari tujuh dewa keberuntungan (Shichifukujin). Taman ini buka dari pukul 9 pagi sampai jam 5 sore, dan tidak hanya berisikan ular, namun pula terdapat kuil Kikko, museum seni Iwakuni, dan museum Kikkawa.

Ular putih di Jepang dianggap membawa keberuntungan dan dapat mengundang kekayaan sehingga beberapa orang biasa menyelipkan sedikit kulit ular di dalam dompet atau tas mereka, bahkan memakai dompet yang terbuat dari kulit ular.

2.4 Mitologi Ular

Makhluk gaib di Jepang terdiri dari bermacam-macam jenis. Di antaranya yang paling suci adalah para dewa dari mitologi mereka, seperti dewi matahari beserta keturunannya, dan juga arwah-arwah tokoh sejarah, termasuk para pendiri sekte-sekte agama dan pemimpin agama, seperti Minamoto no Yoshitune, Nichiren, Shinran, dan lain-lain. Makhluk gaib dari tingkat yang lebih rendah yaitu roh orang-orang yang telah meninggal, yang kemudian akan mendapatkan status sebagai dewa. Dalam tradisi orang Jepang ada kewajiban bahwa roh almarhum harus tetap diperhatikan oleh keturunannya yang masih hidup.

Pemujaan seperti ini dalam istilah antropologi disebut pemujaan roh leluhur.

Namun Palth (1964) menganggap bahwa istilah “pemujaan roh leluhur” tidak tepat, sebab yang dipuja bukan saja roh leluhur, melainkan juga kerabat dari generasi yang sama. Selain itu roh leluhur tidak selalu dipuja, kebanyakan hanya dirawat, dimohon bantuannya dengan jalan membujuk dan mengambil hatinya.

(31)

Tanaman dan binatang juga dianggap mempunyai jiwa (soul) atau roh (spirit). Namun perbedaannya, bahwa semua jiwa manusia dinilai cukup sakti dan tidak boleh dianggap enteng, sedangkan jiwa binatang dan tanaman tidak selalu demikian. Hal ini terbukti dengan adanya jiwa manusia dan jiwa binatang tertentu yang dapat bertindak secara gaib sewaktu mereka masih hidup.

Diantara jenis fauna, makhluk gaib yang dianggap berbahaya adalah binatang menyusui tertentu seperti rase dan anjing, dan binatang melata seperti ular. Sedangkan diantara flora, yang dianggap berbahaya terutama pohon tua, yang biasanya menjadi tempat bersemayam roh-roh. Selain itu fenomena alam seperti laut, air terjun, bongkahan batu besar dengan bentuk aneh, dianggap sebagai tempat-tempat roh bersemayam. Dan terakhir, roh-roh dapat juga bersemayam di dalam benda-benda buatan manusia, seperti cermin, dapur, jamban (wc), dan sebagainya.

2.4.1 Yamata No Orochi

Yamata no Orochi adalah bijuu berbentuk ular. Dia memiliki mata berwarna merah darah, delapan ekor dan delapan kepala (juga digambarkan dililit oleh akar belukar dan semak) dan memiliki kekuatan dari dunia iblis, yang merupakan simbol kejahatan. Setiap kepala orochi melambangkan simbol: jiwa, hantu, kejahatan, iblis, dunia setelah kematian, dan kematian. Kekuatan sebenarnya dari orochi seharusnya tidak terlalu besae, bahkan cendrung lemah.

Namun Orochi menjadi kuat karena suatu peristiwa. Diceritakan seorang dari klan Kusanagi melakukan kecerobohan ketika menggunakan pedang legedaris Kusanagi no Tsurugi untuk menyerang Orochi. Karena itu, sebagai konsekuensinya, Yamata no Orochi menagmbil alih pedang itu dan menyerap

(32)

kekuatan yang ada di dalamnya sehingga menjadi makhluk yang amat kuat, dan akhirnya menyimpan semua kekuatan dari pedang itu di dalam tubuhnya. Dengan kekuatan barunya, Orochi mengeluarkan kekuatan kegelapan yang amat besar dan akibatnya membangunkan bijuu (jelasin singkat bijuu itu apa) yang lain, serta menjadi arogan. Orochi mengalahkan banyak bijuu tetapi dia akhirnya dikalahkan oleh kyuubi. Penyebabnya sederhana: kekuatan kyuubi tidak terbatas, sehingga membuat sebuah lubang pada Kusanagi yang bahkan Enma dan Sarutobi tidak bisa menggoresnya sedikitpun. Dalam legenda, kekuatan Orochi hampir menyamai kyuubi, tetapi dia mempunyai batasan.

Panjang tubuhnya melebihi besar 8 gunung, dia adalah bijuu yeng terbesar.

Aslinya, dia lebih lemah dari Hokou dan Nekomatsu. Tetapi, itu 1000 tahun sebelum pejuang pemberani mencoba mengalahkannya dengan Kusanagi No Tsurugi. Dalam prosenya pedang itu terserap oleh orochi, lalu memperbesar kekuatannya secara masif. Setelah itu dia bebas menggunakan kekuatan pedang itu dari perutnya. Dia berasal dari medan perang kuno di osaka.

Orochi bertarung sebanyak lima kali, menang atas Shukaku, Isonade, Kaku, Raijuu, dan kalah telak melawan Kyuubi. Kemampuannya yang bisa memanggil roh jahat ditambah kekuatan dari Kusanagi sayangnya tidak sebanding alias setingkat di bawah Kyuubi. Karena itu Yamata no Orochi dianggap setan/iblis terkuat yang menempati posisi setelah Kyuubi.

Yamato no orochi menunggu kedatangan jenius dari klan yagami, yaitu musuh bebuyutan dari klan kusanagi. Tujuannya adalah untuk membangkitkan yamato no orochi kembali untuk melawan kyuubi sekali lagi. Karena kekuatan yamato no orochi bersemayam di dalam klan yagami, kalau penerus telah muncul

(33)

sebagai salah satu jenius dalam waktu 1000 tahun mana yang bisa membangunkan kemampuan orochi, maka kemampuannya akan penuh kembali. Setelah proses ini selesai, maka tubuh jenius tersebut akan hancur dalam proses pemunculan kembali tubuh orochi, yang memiliki kekuatan yang baru. Itu tak akan ditemukan sebelum pertempuran menentukan melawan kyuubi, dan sanggup membunuh apapun, menghancurkan tempat yang seperti apapun, dan mendapatkan penglihatan yang tak terbatas (seperti yang dimilikki kyuubi). Inti kekuatan dari yamato no orochi adalah jutsu penyegelan terlarang. Segera setelah penerus klan yagami cukup mapan untuk itu, kekuatan yang lebih besar akan muncul dalam kembalinya yamato no orochi.

2.4.2 Nure Onna

Dalam cerita rakyat Jepang, Nure-Onna ( 濡 女 ) adalah yōkai yang menyerupai makhluk amfibi dengan kepala seorang wanita dan tubuh dari ular.

Sementara deskripsi penampilannya bervariasi sedikit dari cerita ke cerita, makhluk ini sering digambarkan memiliki panjang sekitar 300 m dan memiliki mata seperti ular, cakar panjang, taring, dan rambut panjang yang indah. Nure- Onna biasanya terlihat di pantai sedang mencuci rambutnya.

Tujuan kemunculan Nure-Onna tidak diketahui. Dalam beberapa cerita, dia adalah makhluk mengerikan yang cukup kuat untuk menghancurkan pohon dengan ekornya dan memakan manusia. Dia membawa sesuatu seperti anak kecil yang ia gunakan untuk menarik calon korban. Jika seseorang bermaksud baik dan menawarkan untuk menggendong bayi baginya, Nure-Onna akan membiarkan mereka. Jika mereka mencoba untuk membuang bundelan itu karena memang bukan berisi anak kecil sama sekali, maka sebaliknya, bundelan itu menjadi

(34)

sangat berat dan mencegah korban melarikan diri. Dia kemudian menggunakan lidah ular yang panjang untuk menyedot semua darah dari tubuh korbannya.

Dalam cerita lain, Nure-Onna hanya mencari keheningan saat ia mencuci rambutnya dan bereaksi keras terhadap orang-orang yang mengganggunya.

Di Tsushima di Prefektur Nagasaki, ketika hujan di malam hari, Bakemono yang di kenal sebagai Nure Onago muncul di dekat air dari kolam kecil hingga laut. Seluruh tubuhnya basah kuyup dari atas kepalanya hingga ujung jari kakinya.

Nure onago dapat ditemukan di beberapa bagian dari Jepang. Di Nuwa di Prefektur Ehime, dikatakan bahwa kita bisa melihat rambutnya terbentang dan mengambang di atas permukaan laut, dan itu berasal dari sana dimana dia muncul . di Distrik Uwa, nure onago tidak datang dari laut, tapi dikatakan bahwa dia muncul dari sebuah rambut yang basah kuyup.

Nure onago selalu mempunyai sebuah senyum jahat, dan tawa yang menyeramkan. Jika kebetulan mendengar tawanya, disarankan ikutlah tertawa bersamanya, kalau tidak dia akan menyerang tanpa belas kasihan.

Di Prefektur Kagoshima, di tanjung Tajiri diadakan festival terkenal untuk dewa Ebisu, dan ada yokai serupa dengan Nure Onna di sana, dinamakan dengan Iso Onna (wanita pantai). Penampilannya pun juga basah kuyup dari kepala hingga kaki.Iso Onna muncul di daerah berpasir, baik di pantai sebenarnya atau daerah pedalaman yang banyak pasirnya. Perbedaan utama antara Nure Onna dan Iso Onna terletak pada bagian bawah tubuh mereka. Dikatakan bahwa Iso Onna tidak memiliki bagian kaki, malah berbentuk seperti ular yang memanjang dari bawah pinggang. Iso Onna dan Nure Onago merupakan jenis Yokai yang disebut Nure Onna.

(35)

2.4.3 Istri Yang Berasal Dari Siluman Ular Buta

Seorang tabib muda hidup di desa fukae-mura bersama ibunya. Pada suatu pagi musim gugur ketika hujan rintik-rintik mulai turun, seorang gadis jelita berlindung di emperan rumah kepala desa. Pada mulanya ia mengira hujan takkan turun lama, tetapi kenyataannya tidak demikian, ternyata hujan semakin menjadi- jadi. Lebih repot lagi matahari semakin condong ke barat. Penghuni rumah kepala kampung merasa kasihan pada gadis asing ini, dan mereka pun mengundangnya masuk ke dalam rumah untuk menanti berhentinya hujan.

Melalui pembicaraannya dengan si gadis, kepala desa mengetahui sedikit mengenai hal bahwa ia ternyata berasal dari Higo dan sebagainya. Berhubung kepala desa telah dimintai tolong oleh ibu dari seorang tabib muda untuk mencarikan istri bagi putranya itu, maka pikirnya gadis itu lumayan juga. Maka ia pun segera menjadi perantara, dan berhasil dengan baik. Dengan demikian si gadis dari Higo menjadi istri tabib dari fukae, dan dari perkawinan itu tak lama kemudian lahir seorang anak.

Pada suatu hari sewaktu ibu si tabib memasuki kamar menantunya, ia menemukan seekor ular besar sedang melingkari tubuh cucunya. Keduanya sedang lelap dalam tidurnya. Pada waktu si tabib pulang dari rumah pasiennya, ia mendapatka wajah ibunya dalam keadaan pucat pasi. Karena terus didesak akhinya si ibu pun menjelaskan apa yang telah disaksikannya tadi. Akan tetapi si tabib tak mau percaya bahwa istrinya sesungguhnya seekor ular. Pada keesokan harinya sewaktu ia mengintip ke dalam kamar istrinya, ia menemukan kenyataan seperti yang di ceritakan ibunya kemarin.

(36)

Akhirnya si tabib menceraikan istrinya. Dengan suara iba si istri berkata :

“saya telah kau tolong beberapa tahun yang lalu di pantai laut, oleh karenanya saya telah mengubah diri menjadi seorang wanita untuk membalas budimu dengan cara melayanimu. Saya adalah ular dari situ di gunung fugen. Jika engkau tidak dapat memperoleh seorang babu susu yang baik, datanglah ke situ fugen.” Si ular pun meninggalkan suaminya.

Si tabib kemudian ingat bahwa beberapa tahun silam ia pernah menolong seekor belut putih yang sedang diganggu oleh anak desa. Mungkin ular ini adalah belut putih itu.

Ia pun mencari asi untuk menyusui anaknya, tapi tidak memperolehnya.

Maka ia menuju gunung fugen. Ia bertemu istrinya, istrinya pun mengorek keluar salah satu bola matanya untuk diserahkan kepada suaminya. Pada waktu si tabib memberikannya kepada anaknya, oleh si anak bola mata itu dijilatinya, dan air susu keluar dari bola mata itu. Si tabib meras puas dan ia pun pulang, sambil menggendong bayinya di punggungnya dan menyimpan mata istrinya di dadanya.

Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan samurai. Ketika melihat di dada si tabib ada sesuatu yang menonjol, mereka pun curiga. Pada waktu di periksa mereka menemukan mustika yang indah, sehingga mereka merampasnya.

Sesampainya di rumah anaknya menagis. Si tabib pun kembali menemui istrinya.

Dengan sedih istrinya mengatakan “ saya hanya mempunyai satu mata, tapi demi anak kita saya rela menjadi buta!”.

Samurai tadi pergi ke gunung fugen untuk mencari mustika yang satunya lagi. Dan kebetulan bertemu dengan si tabib, kemudian mata itu pun dirampas oleh mereka. Karena tidak tega mendengar anaknya menangis kelaparan. Maka si

(37)

tabib kembali ke istrinya. Mengetahui itu istrinya menjadi murka besar. Menurut kisahnya setelah itu muncul gempa besar di daerah itu.

2.5 Kuil ular/Hebi Jinja

Ular adalah salah satu makhluk yang sering dianggap sebagai dewa, pesan dewa, atau Nushi ( makhluk yang kuat mempunyai hidup panjang dan dapat mengontrol suatu area). Jika menggangu atau merugikan, ular dipercaya membawa ketidakberuntungan atau kerugian untuk orang – orang, keluarga, atau seluruh desa. Kerena ini dipercaya, masyarakat jepang umumnya kagum akan kehebatan ular dan berusaha menghindari ular atau tidak menggangu area habitat mereka (Getty 1940 ; Daniels 1960 ; Ashkenazi 2003; Matsutani 2003) .

Kuil dan Pagoda di Jepang di dedikasikan untuk dewa ular. Sebagai contoh di Tono, Prefektur Iwate, banyak tempat – tempat kuil dewa Horyou, yang mana dipercaya mempunyai tubuh seekor ular. Dan dikatakan bahwa membunuh ular di sekitar area adalah tabu (Yanagita 1941).

Masyarakat Nishinogami, prefektur Hyogo, beranggapan ular sebagai dewa air. Yang mana di dedikasikan Kuil Suwa. Dikatakan bahwa ular tidak merugikan area ini. Di gunung Rokushosan di kota Toyota, prefektur Aichi, ada kuil kecil yang di dedikasikan untuk dewa ular, yang dihormati oleh masyarakat Miyaguchi.

Kuil Zeniarai Benzaiten Ugafuku lebih populer dikenal sebagai Zeniarai Benten, merupakan sebuah kuil Shinto di Kamakura, Kanagawa, prefektur Kanagawa di Jepang. Meskipun ukurannya kecil, itu adalah tempat paling populer di kalangan wisatawan karena air pada musim semi di dalam gua di percaya dapat melipat gandakan cuci uang.

(38)

Seekor ular putih legendaris dikatakan tinggal di sekitar kuil dan beranggapan salah satu dewa di sembah di sana. Memang ular – ular dan figur pemujaan ular penting dalam mitos seputar gunung Miwa serta mula Shinto pada umumnya.

Banyak orang mengunjungi kuil Kanahebisui (kuil ular besi dan air) di kota Iwanuma, prefektur Miyagi, dan batu sentuh dengan gambar ular di percaya bahwa menyentuh batu ini akan membawa kemakmuran.

Ada kuil di Jepang di dedikasikan untuk ular putih. Selain itu, di distrik Umatate kota Shiraoka, prefektur Saitama, ular putih diyakini menjadi utusan

(39)

Benzaiten, anggota yang terkenal Shichi-fuku-jin (tujuh dewa keberuntungan yang baik). Dengan demikian, hal ini adalah tabu untuk menyakiti ular. Hebi Jinja ( kuil ular) di prefektur Tochigi memuja ular sebagai dewa ular.

(40)

BAB III

MAKNA ULAR DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT JEPANG

3.1 Makna Ular Dalam Agama Di Jepang

Menurut Robert N. Bellah (1992: 81) sistem kepercayaan dalam masyarakat Jepang mempunyai dua konsep dasar dalam pandangannya mengenai ke-tuhanan. Yang pertama adalah Tuhan sebagai suatu jenis identitas yang lebih tinggi dari segala yang ada yang berfungsi memelihara, memberikan perlindungan, berkat dan cinta kepada para pemeluknya.

kehidupan beragama di Jepang kaya dan beragam, dengan sejarah panjang interaksi antara sejumlah tradisi keagamaan. Sebagian besar fitur individual agama Jepang tidak unik; kekhasan agama Jepang terletak pada total pola berinteraksi tradisi.

Agama di Jepang adalah untuk meninggikan dan melestarikan alam. Alam adalah peninggalan leluhur dan pemberi kehidupan bagi anak cucu, dan merupakan tempat tinggal roh-roh. Pohon di jaga oleh dewa gunung, sehingga air dapat mengalir ke desa untuk kehidupan anak cucu manusia di desa. Binatang buruan juga di jaga oleh dewa gunung, juga untuk kehidupan manusia. Oleh karena itu, alam adalah sesuatu yang sangat penting dilestarikan oleh manusia dan dewa. Keselamatan alam dan harmoni untuk kehidupan adalah sesuatu yang paling penting dalam pandangan beragama Jepang.

(41)

3.1.1 Makna Ular Dalam Agama Shinto

Ular dipandang sebagai dewa gunung, kadang-kadang objek yang dijadikan objek pemujaan dalam kepercayaan Shinto sebuah kuil shinto adalah gunung yang berbentuk ular, yang juga dipercaya muncul dalam wujud seekor ular. Hal ini menjelaskan kenapa ular biru Karena ular dipercaya dapat mengontrol air, yang mana bermanfaat untuk menghasilkan panen yang bagus, ular pun dipuja oleh para petani sebagai dewa air sebaik dewa pertanian. Selain itu, ular dianggap sebagai penjaga rumah karena memakan tikus dan hewan-hewan kecil pengganggu lainnya. Setelah pengenalan kalender Cina pada abad ke-6, ular menempati salah satu simbol hewan di urutan keenam dari dua belas shio. Orang- orang menghitung hari dan tahun dengan menggunakan nama dari hewan-hewan ini. Tradisi ini masih hidup hingga sekarang.

Bukti awal dari kepercayaan ular di Jepang dapat ditelusuri kembali pada pertengahan zaman jomon. Yoshino (2000-2001) berpendapat bahwa ular pada masa itu memiliki kekuatan, dianggap pula sebagai dewa leluhur, bukan dewa tingkat rendah seperti dewa air. Dalam dokumen sejarah yang tertulis pada tahun 700an disebutkan bahwa dewa sering digambarkan dalam wujud ular. Sebuah mitologi dari pulau Miyako, prefektur Okinawa menggambarkan ular besar sebagai pembuat pulau.

Ular adalah salah satu dari hewan yang dianggap sebagai dewa, pembawa pesan dewa, atau mushi ( makhluk kuat yang berumur panjang dan mempunyai kendali untuk seluruh wilayah). Jika berani menyerang atau menyakiti ular, dipercaya hewan itu akan mendatangkan malapetaka atau kerugian bagi orang

(42)

tersebut, keluarga ataupun penduduk desa. Lewat kepercayaan ini lah masyarakat Jepang umumnya tidak mengganggu ular dengan menjaga habitat mereka.

Secara khusus ular dipercaya untuk berhubungan dengan gunung, hutan, sungai dan badan air lainnya. Hebi jinja (kuil ular) di prefektur Tochigi menunjukkan ular sebagai seorang dewi air. Di distrik Yunosawa, kota Murayama, prefektur Yamagata, ular ditemukan di tanah pertanian atau area perumahan di percaya berhubungan dengan dewa hujan/ angin dan dikatakan bahwa tabu membunuh ular.

3.1.2 Makna Ular Dalam Agama Budha

Di sisi lain ular-ular dianggap sebagai renkarnasi dari orang-orang yang telah mati. Ular dipercaya sebagai simbol kekuatan dari orang-orang yang mati, dan simbol dari ketakutan dan pemujaan. Kadang-kadang seorang hantu yang mempunyai dendam dipercaya muncul sebagai bentuk dari ular.

Dikatakan bahwa jika seseorang membunuh mamushi jepang, maka semua mamushi yang tinggal di gunung akan datang membunuh orang tersebut. Oleh karena itu, orang tidak membunuh mamushi di gunung. Menurut Yanagita dalam Sasaki (2009: 477) mengatakan seseorang membunuh yamakagashi dan anaknya menjadi sakit. Menurut cenayang, ular yang ia bunuh adalah reinkarnasi dari nenek moyang keluarganya dan telah mengamati keluarganya.

Ular Budha yang dapat kita identifikasikan berbeda kaitannya dari tradisi yang telah didiskusikan, alih-alih didasari oleh reinkarnasi. Cerita di dalam tradisi cendrung terfokus pada biksu, tetapi wanita dari waktu ke waktu juga diasumsikan sebagai tokoh protagonis.

(43)

Ular sering menjadi utusan Benten (dewi ular). Benten adalah dewi cinta, kecantikan, kefasihan, kebijaksanaan, seni dan musik, pengetahuan, nasib baik, dan air. Benten menganggap ular adalah suci. Benten sering digambarkan dalam karya seni di kelilingi oleh ular putih atau menggunakan mahkota ular putih.

Bahkan ular hampir selalu dikaitkan dengan Benten. Pada hari-hari penting untuk ular di Jepang, dapat ditemukan banyak festival di berbagai kuil didedikasikan untuk Benten.

3.2 Makna Ular Dalam Mitos

Banyak mitos-mitos atau cerita rakyat tentang ular di Jepang. Mitos tentang ular di Jepang biasanya berisi cerita tentang ular berubah menjadi wanita yang jatuh cinta kepada manusia, seorang manusia yang telah menolong seekor ular kemudian ular membalas budi, manusia yang berubah menjadi ular akibat kesalahannya, dan sebagainya.

Masyarakat Jepang percaya bahwa setiap mitos atau cerita rakyat mempunyai makna tersendiri. Sebagian besar mitos ular di Jepang bermakna negatif, seperti berbahaya dan pendendam.

3.3 Makna Ular Dalam Karya Seni Tato

Ular adalah salah satu hewan yang dianggap memiliki karakter negatif.

Meskipun tradisi Jepang selalu kosong dari representasi Alkitab ular sebagai dosa asal itu masih memiliki konotasi negatif yang terkait dengan itu. Ular dapat dilihat dalam desain tato tubuh sepenuh baju dalam budaya Jepang. Meskipun ular ini dimaksudkan untuk menggambarkan karakter negatif namun sekarang dipandang sebagai sesuatu yang "cool" oleh pemuda masa kini.

(44)

Master tato Jepang dikenal oleh seluruh dunia untuk keterampilan mereka yang tinggi. Namun ironisnya , irezumi (入 れ 墨 / tato) sering dicerminkan memiliki citra negatif karena digunakan sebagai hukuman bagi penjahat di masa lampau. Selama periode Meiji (明治 時代 / 1868-1912), pemerintah Jepang ingin memberikan kesan yang baik bagi dunia Barat maka tato pun dilarang. Pada tahun 1948, pemakaian tato diperbolehkan namun citra buruk dari irezumi tidak bisa dihapuskan karena ada kaitannya dengan yakuza. Bahkan sekarang, banyak pemandian umum, kolam renang atau jangan onsen memungkinkan orang dengan tato untuk masuk.

Menurut Asosiasi Tato Jepang, sekarang hanya tinggal 300 seniman irezumi saja yang ada di Jepang.Salah satu penyebabnya, pada tahun 2012, walikota Osaka memulai kampanye untuk memecat pejabat yang memiliki tato.

Hal ini dinilai sebagai tindakan diskriminasi yang mencegah seniman tato melanjutkan tradisi irezumi di Jepang.

Ular seperti yang kita ketahui menyimbolkan banyak hal. Pertama adalah wali dan pelindung dari bencana, kemalangan dan penyakit. Kedua, simbol dari kebijaksanaan dan pelingdung manusia dari hasil keputusan yang buruk.Mengingat ular dapat berganti kulit, hal tersebut menyimbolkan untuk kesembuhan dan kebangkitan. Pergantian kulit juga merupakan simbol dari kekuatan pria dan kesucian wanita.

Secara tradisional, tato Jepang awalnya digunakan sebagai penanda dari status sosial serta simbol spiritual yang sering digunakan dalam rangka perlindungan serta melambangkan pengabdian. Seiring waktu, tato dalam budaya

(45)

Jepang dikembangkan sebagai bentuk hukuman yang sama dengan apa yang diberlakukan di Roma, yang mana tato ini digunakan untuk para tahanan perang, penjahat, dan budak sebagai penanda status mereka dalam masyarakat supaya langsung dikenali. Akhirnya praktek pentatoan seperti itu berangsur pudar dan tato kembali sebagai simbol status di antara kelas pedagang yang dinilai cukup menarik.

Setelah Perang Dunia II, keberadaan tato dilarang oleh Kaisar Jepang dalam upaya meningkatkan citra positif Jepang di mata Barat. Tato di Jepang dinyatakan sebagai bentuk pelanggaran hukum kala itu, tapi hal ini tidak menurunkan minat orang asing yang begitu tertarik akan keterampilan seniman- tato Jepang dan ikut melestarikan praktek irezumi yang dikenal sudah memiliki sejarah panjang. Adanya hubungan antara tato tradisional Jepang dan penggunanya yang kebanyakan pelaku kriminal pada masa lampau menyebabkan tradisi pemakaian tato ini banyai diadopsi oleh Yakuza, alias mafia Jepang. Hal ini juga sebagai upaya memperomosikan estetika tato tradisional Jepang yang bagi kaum Yakuza sangatlah keren.

Saat ini banyak orang yang bangga mengenakan tato gaya Jepang atas dasar keindahan, nilai artistik, dan juga sekaitan makna yang terkandung dalam desain tato itu sendiri.

Sebagai desain tato tradisional Jepang, ular mempunyai makna yang mewakili fungsi penting dalam kehidupan. Selain bermakna perlindungan dari penyakit, bencana, dan nasib buruk. tato ular juga meepresentasikan kebijaksanaan dan perlindungan, terutama agar terhindar dari hasil keputusan

(46)

yang buruk. Ular juga melambangkan regenerasi, penyembuhan, dan obat-obatan seperti yang dihormati dalam budaya Jepang serta berhubungan dengan ritual dan pengobatan. Kemudian sebagai simbol keberuntungan.

Tato ular Jepang mempresentasikan kefeminiman yang bersifat ilahi atau atribut suci wanita. Hal ini dulu dianggap sama dengan cara ular berganti kulit, seorang wanita dapat mangambil atribut positif milik lelaki. Kelihatannya ada sedikit diskriminasi gender, tetapi ya seperti itulah jepang kuno.

3.4 Makna Ular Dalam Bidang Kesehatan

3.4.1 Ular Sebagai Minuman

Di Jepang ular dibuat menjadi minuman beralkohol atau yang biasa dikenal dengan sebutan sake. Di Okinawa ular yang digunakan sebagai bahan pembuatan sake adalah ular Habu. Minuman ini diminum dari botol yang berisi bagian tubuh ular Habu itu sendiri. Hal ini diyakini berkhasiat untuk pengobatan.

Kandungan racun dari bisa ular dinetralkan/ dihilangkan oleh alkohol selama proses pembuatan sake. Botol sake habu mengandung ular habu utuh yang terendam di dalam larutan sake tersebut. Seperti alkohol pada umumnya, bau sake sangatlah kuat, tetapi sake habu memiliki bau yang tidak begitu menusuk ketika usus ular dikeluarkan/ dibersihkan dari dalam tubuh ular sebelum di rendam alkohol.

(47)

3.4.2 Ular Dalam Kesehatan

Ular juga mempunyai makna dalam kesehatan. Salah satu contohnya adalah ular habu. Mengkonsumsi ular habu dapat memperpanjang umur, contohnya pada penduduk okinawa. Minuman ampuh juga seharusnya untuk meningkatkan kejantanan, memiliki efek yang sama dengan mengonsumsi Viagra, sebuah kepercayaan mungkin mempunyai akarnya, pada kenyataannya bahwa habu membutuhkan selama berjam-jam ketika kawin.

Kulit mamushi jepang yang telah terlepah adalah obat yang baik untuk menyembuhkan penyakit kutil.

Selain itu darah ular juga digunakan sebagai afrodisiak atau semacam Viagra alami untuk pria. Dokter dan ahli medis mengatakan bahwa tidak ada bukti yang mendukung pernyataan bahwa darah ular berkhasiat membantu kinerja libido pria.

(48)

Beberapa contoh efek darah ular : 1. Efek anti inflamasi

Menurut studi terbaru, darah ular mungkin berguna dalam mengobati Rheumatoid arthritis. Para ilmuwan sekarang menyarankan ampuh memiliki efek anti-inflamasi, sehingga bermanfaat dalam mengobati gangguan inflamasi seperti arthritis. Meskipun demikian, penelitian masih berlangsung untuk menentukan apakah teori ini memiliki dukungan ilmiah.

2. Penyembuhan pasca operasi

Ketika organ atau jaringan menempel satu sama lain setelah operasi, morbiditas tidak bisa dihindari. Untuk alasan ini, menerapkan ampuh pada sayatan atau luka dapat mencegah terjadinya morbiditas pasca-bedah. Selain itu, ia memiliki efek samping yang minimal di organ jauh atau jaringan, dan berkonsentrasi efek terapi pada sayatan atau luka, sehingga mempromosikan penyembuhan lebih cepat.

3. Mengurangi resiko stroke

Stroke terjadi ketika bahan lemak menyumbat arteri. Kondisi ini ditandai dengan kesulitan berbicara, difficultly menelan, menulis, kerusakan saraf permanen, kelumpuhan dan bahkan kematian. Studi menunjukkan bahwa bisa ular mengandung racun yang mencegah penyumbatan arteri, sehingga mengurangi risiko stroke.

4. Mengobati kanker

Para peneliti telah menemukan bahwa bisa ular mengandung protein tertentu yang membantu menghambat pertumbuhan tumor. Ampuh

Gambar

Gambar 1 : Nure Onna seperti yang digambarkan dalam Sawaki Suushi  Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Nure-onna
Gambar 3: yamoto no orochi
Gambar  4:  Japanese  mamushi(Nihon  mamushi)  Gloydius  blomhoffii  At  Gunma prefecture
Gambar 6 : ular albino atau ular putih  Sumber  :   http://www.hd-wallpapersdownload.com/desktop-hd-white-snake-wallpaper/  Gambar 7:  Sumber :  http://www.iromegane.com/japan/culture/meaning-of-japanese-tattoo-designs/
+4

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Kecepatan fluida di permukaan atas airfoil lebih tinggi jika dibandingkan engan kecepatan di permukaan bawah fluida, hal ini menyebabkan tekanan di permukaan atas airfoil

Kecenderungan hubungan persepsi pasien tentang aspek hukum keselamatan pasien dengan partisipasi pasien dalam keselamatan pasien terlihat bahwa persentase tertinggi

Hasil pengolahan data tentang distribusi penderita kanker serviks menurut stadium pada saat didiagnosis menunjukkan bahwa penderita kanker serviks terbanyak

Abstrak: Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh attributes, benefits dan attitudinal loyalty memiliki dampak terhadap behavioral loyalty pada fans Perib Bandung

Peran pemerintah dalam menciptakan disiplin pada masyarakat Jepang adalah membangun infrastruktur dan membuat peraturan, peran sekolah adalah mengajarkan anak-anak disiplin sejak

Terkait adanya budaya bersih bagi Masyarakat Jepang merupakan hal menarik, karena negara Jepang salah satu negara yang menjunjung tinggi nilai kebersihan dan

Dari gambar 2.5., yang merupakan hasil penilitian tahunan yang didapat dari Menteri Ekonomi dan Industri Jepang, dapat dilihat bahwa jumlah penjualan.. kosmetik pria terus