• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI GEDONGKIWO YOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI GEDONGKIWO YOGYAKARTA."

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI

GEDONGKIWO YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Betaria Sinaga NIM 12108249014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan untuk:

1. Bapak, Ibu, Kakak, Abang tercinta yang setia memberikan doa, kasih sayang,

nasehat dan dukungan, pengorbanan, bimbingan dan motivasi selama ini.

2. Almamater Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

(7)

vii

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI

GEDONGKIWO YOGYAKARTA

Oleh Betaria Sinaga NIM 12108249014

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan media gambar yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD Negeri Gedongkiwo.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK ini dilakukan dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IVA SD Negeri Gedongkiwo yang berjumlah 29 siswa, Metode pengumpulan data penelitian menggunakan: observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media gambar dalam pembelajaran IPS telah berhasil meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IVA SD Negeri Gedongkiwo Yogyakarta. Peningkatan keaktifan belajar tersebut dicapai melalui dua siklus. Hasil tersebut ditunjukkan dari adanya peningkatan keaktifan belajar IPS siswa dari setiap siklus. Berdasarkan hasil observasi keaktifan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran dengan media gambar diperoleh rata-rata keaktifan belajar siswa pada pratindakan 40% dengan kriteria rendah siklus I yaitu 57% kriteria cukup yang kemudian meningkat pada siklus II menjadi 78% kriteria tinggi.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penggunaan Media Gambar Untuk

Meningkatkan Keaktifan Belajar IPS Pada Siswa Kelas IV SD Negeri

Gedongkiwo Yogyakarta”. Penulisan skripsi ini diajukan sebagai tugas akhir guna

memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar sarjana pendidikan pada Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar, FIP,

UNY.

Keberhasilan penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan

berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih

kepada Bapak/Ibu/Saudara di bawah ini.

1. Rektor Uiversitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk belajar di UNY.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah

memberikan izin untuk penelitian.

3. Drs. Suparlan, M. Pd.I., selaku ketua jurusan PSD FIP UNY sekaligus sebagai

dosen pembimbing akademik yang telah memberikan kesempatan

melaksanakan penelitian serta memberikan pengarahan, bimbingan, dan

masukan dalam penulisan skripsi ini.

4. Hidayati, M. Hum. selaku dosen pembimbing yang penuh kesabaran dan

perhatian telah membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

(9)

ix

5. Bapak dan Ibu Dosen PGSD FIP UNY yang telah membekali ilmu

pengetahuan, sehingga ilmu pengetahuan tersebut dapat penulis gunakan

dalam penulisan skripsi ini.

6. Kepala Sekolah, segenap guru, dan siswa kelas IV SD Negeri Gedongkiwo

Yogyakarta yang telah membantu untuk meluangkan waktu untuk membantu

penelitian skripsi ini.

7. Pemerintah Daerah Kepulauan Mentawai yang telah memberikan biaya

pendidikan kepada penulis untuk belajar dan menempuh akademik di

Universitas Negeri Yogyakarta.

8. Bapak, Ibu, Kakak, Abang, dan seluruh keluarga yang telah memberikan

banyak dukungan dan doa selama kuliah sampai penyelesaian penulisan

skripsi.

9. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Penulis hanya bisa berdoa semoga Tuhan memberikan pahala yang

setimpal kepada pihak-pihak tersebut. Penulis mengharapkan masukan kritik dan

saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi semua pihak yang membacanya.

Yogyakarta, 26 Januari 2017 Penulis

(10)

x

KATA PENGATAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 7

C.Batasan Masalah ... 8

D.Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Tentang Belajar ... 10

1. Pengertian Belajar ... 10

2. Ciri-ciri Perilaku Belajar... 11

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 13

(11)

xi

1. Pengertian Keaktifan Siswa ... 14

2. Keaktifan Siswa Dalam Proses Pembelajaran ... 16

C.Kajian Tentang Pembelajaran IPS ... 19

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 19

2. Pengertian Pembelajaran IPS Sekolah Dasar ... 20

3. Tujuan IPS ... 23

4. Ruang Lingkup IPS ... 24

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS SD Kelas IV ... 25

D.Kajian Tentang Media Gambar ... 26

1. Pengertian Media Gambar ... 26

2. Manfaat Menggunakan Media Gambar ... 29

3. Karakteristik Gambar Fotografi ... 30

4. Kriteria Dalam Memilih Media Gambar ... 31

5. Prinsip penggunaan Gambar Fotografi ... 33

6. Media gambar Dapat Meningkatkan Keaktifan Siswa ... 34

7. Langkah-langkah Menggunakan Media Gambar ... 35

E. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar (SD) ... 36

F. Kerangka Berpikir ... 37

G.Hipotesis Tindakan ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 39

B.Desain Penelitian ... 40

1. Perencanaan ... 42

2. Tindakan ... 42

3. Pengamatan ... 43

4. Refleksi ... 43

C.Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

1. Tempat Penelitian ... 44

(12)

xii

D.Subjek dan Objek Penelitian ... 44

1. Subjek Penelitian ... 44

2. Objek Penelitian... 44

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

F. Instrumen Penelitian ... 45

G.Uji Validasi ... 48

H.Teknik Analisis Data ... 49

I. Kriteria Keberhasilan ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Penelitian ... 52

1. Lokasi Penelitian ... 52

2. Subjek Penelitian ... 52

B.Hasil Penelitian ... 53

1. Deskripsi Pratindakan ... 53

2. Deskripsi Hasil siklus I ... 54

3. Deskripsi Hasil Siklus II ... 63

C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 72

D.Keterbatasan Hasil Penelitian ... 74

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 75

B.Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS

Kelas IV Semester I ... 25

Tabel 2 Kisi-kisi Instrumen Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran ... 46

Tabel 3 Kisi-kisi Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran IPS ... 47

Tabel 4 Skala Penilaian Proses Pembelajaran ... 49

Tabel 5 Skala Penilaian Keaktifan Siswa... 50

Tabel 6 Nilai IPS Siswa Kelas IV SD Negeri Gedongkiwo Siklus I ... 62

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1 Desain Penelitian Kemmis Taggart ... 41

Gambar 2 Pengklasifikasian Keaktifan Belajar Siswa Siklus I ... 61

Gambar 3 Pengklasifikasian Keaktifan Belajar Siswa Siklus II ... 69

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1 RPP ... 79

Lampiran 2 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus I ... 110

Lampiran 3 Lembar Observasi Keaktifan Siswa Siklus II ... 116

Lampiran 4 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I ... 119

Lampiran 5 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II ... 120

Lampiran 6 Nilai Siswa Pratindakan ... 121

Lampiran 7 Nilai Siswa Siklus I ... 122

Lampiran 8 Nilai Siswa Siklus II ... 123

Lampiran 9 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Siklus I ... 124

Lampiran 10 Lembar Observasi Siklus II ... 126

Lampiran 11 Dokumentasi Pembelajaran ... 128

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia.

Pendidikan membantu manusia untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi

yang ada dalam dirinya. Belajar tentunya tak lepas dari pendidikan, pelajaran yang

dikemas dengan menarik tentunya dapat membantu siswa lebih menyenangi

pelajaran tersebut sehingga pelajaran tersebut dapat diterima oleh siswa.

pembelajaran yang menarik tentunya dapat diberikan kepada siswa apabila guru

menggunakan media belajar.

Belajar adalah suatu proses kompleks yang terjadi pada diri setiap orang

sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara

seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja

dan di mana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah

adanya perubahan pada tingkat pengetahuan atau sikapnya. Azhar Arsyad

(2011: 1).

Sedangkan Hujair (AH Sanaky 2013: 11) mengemukakan proses

pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses

penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan melalui saluran atau

media tertentu. Proses komunikasi harus diciptakan dan diwujudkan melalui

kegiatan penyampaian pesan, tukar menukar pesan atau informasi dari setiap

(17)

2

disampaikan dapat berupa pengetahuan, keahlian, skill, ide, pengalaman, dan

sebagainya.

Melalui proses komunikasi, pesan dapat diterima, diserap, dan dihayati

oleh penerima pesan. Maka agar tidak terjadi kesalah dalam proses komunikasi,

perlu digunakan sarana yang dapat membantu proses komunikasi pembelajaran

yang disebut dengan media pembelajaran.

Pendidikan IPS sebagai salah satu mata pelajaran yang bertujuan

meningkatkan dan menumbuhkan pengetahuan, kesadaran dan sikap sebagai

warga negara yang bertangguang jawab, menuntut pembelajaran menarik dengan

menggunakan media pembelajaran juga dapat menumbuhkan sikap belajar yang

menyenangkan dan dapat memancing siswa menjadi aktif.

Dwi Siswoyo (2007: 119) menyatakan bahwa guru merupakan pendidik

yang berada dilingkungan sekolah. Keberhasilan suatu pembelajaran tergantung

pada interaksi guru dengan siswa. interaksi guru dengan siswa akan muncul

apabila guru dapat mengelolah kelasnya dengan baik.

Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar

yang maksimum. Menurut Hisyam Zaini (2008: xiv) belajar aktif merupakan salah

satu cara untuk mengikat informasi yang baru kemudian disimpan dalam otak.

Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar

secara aktif. Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti siswa yang mendominasi

aktivitas pembelajaran. Dengan belajar aktif ini siswa diajak untuk turut serta

(18)

3

Konsep pembelajaran aktif bukanlah tujuan dari kegiatan pembelajaran,

tetapi merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk mengoptimalkan

proses pembelajaran. Aktif dalam strategi ini adalah memposisikan guru sebagai

orang yang menciptakan suasana belajar yang aktif. Dalam proses pembelajaran

yang aktif itu terjadi dialog yang interaktif antara siswa dengan siswa, siswa

dengan guru atau siswa dengan sumber belajar lainnya. Dalam suasana

pembelajaran yang aktif tersebut siswa tidak terbebani secara perseorangan dalam

memecahkan masalah yang dihadapi dalam belajar, tetapi mereka dapat saling

bertanya dan berdiskusi sehingga beban belajar yang aktif ini diharapkan akan

tumbuh dan berkembang segala potensi yang mereka miliki sehingga pada

akhirnya dapat mengoptimalkan hasil belajar mereka. (Hamzah dan Nurdin

Mohamad 2011: 10).

Sedangkan Warsono dan Hariyanto (2012: 12) mengemukakan

pembelajaran aktif secara sederhana didefinisikan sebagai metode pengajaran

yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran

aktif mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang

bermakna dan senantiasa berfikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama

pembelajaran. Pembelajaran aktif melibatkan siswa untuk melakukan sesuatu dan

berpikir tentang sesuatu yang dilakukannya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulakan bahwa pembelajaran aktif

merupakan strategi yang dapat diberikan kepada siswa supaya siswa memperoleh

pelajaran yang bermakna, menemukan ide-ide, dan mengungkapkan apa yang

(19)

4

Menurut Hamzah B. Uno dan Nurdin Mohamad (2011: 33) tentang ciri

atau kadar dari proses pembelajaran yang lebih mengaktifkan siswa yaitu:

a. Siswa aktif mencari atau memberikan informasi, bertanya bahkan dalam

membuat kesimpulan.

b. Adanya interaksi aktif secara terstruktur dengan siswa.

c. Adanya kesempatan bagi siwa untuk menilai hasil karyanya sendiri.

d. Adanya pemanfaatan sumber belajar secara optimal.

Menurut Nana Sudjana (2005: 61), keaktifan siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran dapat dilihat dalam

1. turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya;

2. terlibat dalam pemecahan masalah;

3. bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan

yang dihadapinya;

4. berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan

masalah; melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru;

5. menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya;

6. melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis;

7. kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam

menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Pembelajaran yang jika hanya gurunya saja yang aktif tanpa melibatkan

siswa merupakan siswa pembelajaran kurang berhasil. Siswa yang tidak aktif

cenderung hanya duduk dan diam saja. Jika guru memberi pertanyaan hanya siswa

(20)

5

Menurut hasil observasi hari Sabtu, tanggal 09 Juli 2016 dengan guru

bernama pak AHB hal inilah yang terjadi pada siswa kelas IV SD di Gedongkiwo

pada saat pembelajaran siswa kurang menunjukkan sikap yang aktif dalam

belajar. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa kurang efektifnya pembelajaran

IPS, ketika pembelajaran berlangsung banyak siswa yang berbicara sendiri serta

adanya beberapa anak yang kurang memperhatikan guru dengan materi yang

diajarkan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Negeri Gedongkiwo

kelas IV pada tanggal 9-13 Juli 2016, selama proses pembelajaran berlangsung,

peneliti menemukan permasalahan sebagai berikut.

Pada mata pelajaran IPS, siswa dalam mengikuti pelajaran belum

sepenuhnya dapat berpartisipasi aktif dalam mengerjakan tugas, menjawab

pertanyaan, bertanya, serta dalam menanggapi beberapa pertanyaan yang

disampaikan guru. yang terlihat pada mata pelajaran IPS, metode pembelajaran

yang digunakan oleh guru selama proses pembelajaran kurang bervariasi dalam

arti guru hanya menggunakan buku pedoman siswa, sehingga siswa menjadi tidak

memiliki motivasi tinggi untuk aktif belajar. Hal ini dibuktikan pada saat

dilakukan observasi, proses pembelajaran yang berlangsung guru menggunakan

buku pelajaran IPS dan siswa mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru serta

mengerjakan tugas. Akibatnya pembelajaran menjadi monoton yang membuat

siswa merasa tidak bersemangat. Pembelajaran yang seperti ini kurang

memberikan kesan untuk siswa dan pengalaman yang baru. Pembelajaran yang

berpusat pada guru juga tidak memberikan sikap aktif pada siswa selama proses

(21)

6

pembelajaran juga menggunakan metode pembelajaran yang kurang bervariasi,

sehingga membuat pembelajaran kurang menarik bagi siswa, akibatnya siswa

hanya dapat membayangkan apa yang disampaikan guru, siswa tidak dapat

melihat wujud dari apa yang sudah disampaikan guru. Berdasarkan permasalahan

di kelas IVA, maka peneliti menerapkan penggunaan media pembelajaran yang

dapat membuat aktif. Terdapat berbagai media salah satunya yang dapat membuat

siswa aktif. Salah satunya adalah media gambar dimana siswa akan lebih

berpartisipasi aktif dalam kegiatan proses pembelajaran. Dengan menggunakan

gambar kita akan merasa lebih dekat, seolah-olah kita menyaksikan sendiri. Media

gambar digunakan untuk mendapatkan gambaran yang nyata, menjelaskan ide,

dan menunjuk objek (benda) yang sebenarnya. Media gambar adalah salah satu

media yang paling tepat untuk siswa, media gambar yang diberikan kepada siswa

sesuai dengan karakteristik siswa kelas IV yaitu siswa belum mampu berpikir

secara abstrak, sehingga media yang paling tepat untuk meningkatkan keaktifan

belajar siswa adalah media gambar.

Media gambar dapat membuat pembelajaran lebih menarik, Oemar

Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2011: 2) menjelaskan untuk mewujudkan

pembelajaran menarik tersebut, seharusnya menggunakan alat-alat yang dapat

disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahan alat-alat tersebut

sesuai dengan perkembangan dan tututan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat

menggunakan alat yang murah dan efisien yang meskipun sederhana dan

bersahaja tapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan

(22)

7

tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat

media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum

tersedia.

Sudah saatnya pegajaran mata pelajaran menggunakan media. Sebab

diyakini bahwa dengan memiliki media pembelajaran yang baik dan efekif dapat

menciptakan suasana belajar yang lebih bermakna. Oleh karena itu maka peneliti

ini menerapkan penggunaan media pembelajaran dan media pembelajaran

disesuaikan dengan karakteristik siswa kelas IV bahwa siswa masih dalam tahap

operasional kongkrit karena siswa belum bisa berpikir abstrak dan media yang

cocok untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa adalah media gambar. Dengan

menggunakan media gambar dapat membuat siswa lebih tetarik karena untuk

mempelajari apa yang telah ditampilkan dalam gambar.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti mengambil judul

“Penggunaan Media Gambar untuk Meningkatkan Keaktifan Belajar IPS pada

Siswa Kelas IV SD Negeri Gedongkiwo Yogyakarta”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diidentifikasikan

permasalahan yang muncul sebagai berikut:

1. Siswa kelas IV belum terlibat aktif dalam proses pembelajaran

2. Media pembelajaran yang digunakan kurang dapat mangaktifkan siswa

3. Pembelajaran IPS cenderung monoton dan membuat siswa tidak bersemangat

(23)

8

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, permasalahan dalam penelitian

ini dibatasi pada penggunaan media gambar untuk peningkatan keaktifan belajar

siswa dalam pembelajaran IPS di kelas IVA SD Negeri Gedongkiwo melalui

media gambar

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang muncul

dalam penelitian ini adalah:

“Bagaimanakah penerapan penggunaan media gambar yang dapat meningkatkan

keaktifan belajar siswa kelas IV SD Negeri Gedongkiwo”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penggunaan media

gambar yang dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD Negeri

Gedongkiwo.

F. Manfaat Penelitian

Secara garis besar hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat

sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

1. Memberikan sumbangan pengetahuan bagi pengembangan ilmu khususnya

dalam meningkatkan keaktifan siswa.

(24)

9 b. Manfaat Praktis

1. Bagi guru

a. Menjadi salah satu media pembelajaran yang dapat meningkatkan

keaktifan siswa pada mata pelajaran IPS.

b. Menciptakan suasana pembelajaran yang lebih menarik sehingga siswa

tidak cepat bosan dan jenuh.

2. Bagi siswa

a. Meningkatkan keaktifan siswa pada proses pembelajaran IPS

b. Meningkatkan daya pikir dan daya ingat siswa dalam pembelajaran IPS

3. Bagi sekolah

Memberikan sumbangan dalam rangka perbaikan pembelajaran sehingga

(25)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Belajar

1. Pengertian Belajar

Istilah belajar memiliki kaitan yang sangat erat dengan pembelajaran dalam

proses pembelajaran. Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

memberikan pelayanan agar siswa belajar. Dalam belajar lebih menekankan

tentang siswa dan proses yang menyertai perubahan tingkah lakunya. Sedangkan

pembelajaran lebih menekankan pada guru dalam upayanya untuk membuat siswa

dapat belajar.

Menurut Syaiful Sagala (2010: 11) “belajar merupakan komponen ilmu

yang berkenaan dengan tujuan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit

maupun implicit (tersembunyi)”. Sedangkan Santrock dan Yussen (Sugihartono, 2007: 74) mendefinisikan “ belajar adalah perubahan relatif permanen karena

adanya pengalaman”. Muh. Joko Susilo (2005: 22) berpandangan bahwa “ belajar

merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks”. Penentu terjadi proses

belajar adalah siswa itu sendiri. Siswa memperoleh sesuatu yang ada di

lingkungan sekitar yang berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuhan,

manusia atau hal-hal yang dijadikan sebagai bahan belajar. Sementara menurut

Sugihartono (2007: 74) “belajar merupakan suatu proses memperoleh

pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan

kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi

(26)

11

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan

relatif permanen karena adanya pengalaman belajar dalam wujud perubahan

tingkah laku dan kemampuan bereaksi karena adanya interaksi individu dengan

lingkungannya.

2. Ciri-Ciri Perilaku Belajar

Ciri-ciri belajar Sugihartono, dkk (2013: 74) adalah sebagai berikut:

a. Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar

Suatu perilaku di golongkan sebagai aktivitas belajar apabila pelaku

menyadari terjadinya perubahan tersebut sekurang-kurangnya merasakan

adanya suatu perubahan dalam dirinya misalnya menyadari pengetahuannya

bertambah.

b. Perubahan bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahn yang terjadi dalam diri seseorang

berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis.

c. Perubahan bersifat positif dan aktif

Perubahan tingkah laku merupakan hasil dari proses belajar apabila

perubahan-perubahan bersifat positif dan aktif.

d. Perubahan bersifat permanen

Perubahan terjadi karena belajar bersifat menetap atau permanen.

Misalnya percakapan seorang anak dalam bermain sepeda setelah belajar tidak

akan hilang saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan makin berkembang

(27)

12

e. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Perubahan tingkah laku dalam belajar masyarakat adanya tujuan yang

akan dicapai oleh pelaku belajar dan terarah kepada perubahan tingkah laku

yang benar-benar di sadari

f. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh oleh seseorang setelah melalui proses belajar

meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.

Menurut Suryabarata (Baharuddin dan Esa Nur wahyuni, 2010: 92) teori

kognitif merumuskan pembelajaraninsight dengan ciri-ciri proses belajar sebagai berikut:

a. Insight tergantung pada kemampuan dasar.

b. Insight tergantung pada pengalaman masa lampau yang relevan. c. Insight tergantung pada pengaturan situasi yang dihadapi. d. Insight didahului dengan periode mencari dan mencoba-coba

e. Insight solusi problem dengan menggunakan Insight dapat diulangi dengan mudah, dan akan berlangsung secara langsung.

f. Jika Insight telah terbentuk, maka problem pada situasi-situasi yang lain akan dapat dipecahkan.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan

suatu proses perubahan tingkah laku atau penampilan yang disebabkan oleh

(28)

13

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Sugihartono, dkk (2013: 76) menyatakan terdapat dua faktor yang

mempengaruhi belajar yaitu:

a. Faktor Intern

Faktor intern meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologi dan factor

kelelahan.Faktor jasmani meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor

psikologi meliputi: inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan

kesiapan. Sedangkan faktor kelelahan meliputi kelelahan jasmani dan kelelahan

rohani.

b. Faktor Ekstern

Faktor ekstern yang mempengaruhi terhadap belajar meliputi faktor

keluarga, sekolah dan masyarakat. Yang termasuk faktor keluarga antara lain: cara

orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan

keadaan ekonomi kelaurga. Sementara faktor sekolah dapat berupa: metode

mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran,

waktu sekolah dan keadaan gedung. Sedangkan yang termasuk faktor masyarakat

diantaranya: kegiatan siswa dimasyarakat,massa media, teman bergaul dan bentuk

kehidupan masyarakat.

Sedangkan Muhibinsyah dalam Sugihartono, dkk (2013: 77) membagi

faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi 3 macam yaitu:

a. Faktor internal, yang meliputi keadaan jasmani dan rohani siswa

(29)

14

c. Faktor pendekatan belajar, yang merupakan jenis upaya belajar siswa dan

meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan

mempelajari materi-materi pelajaran.

Secara garis besar dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang

mempengaruhi belajar dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal.Faktor internal yang berkaitan dengan keadaan diri individu yang

meliputi keadaan jasmani.Sedangkan faktor eksternal yang berkaitan lingkungan

diluar diri individu itu sendiri.

B. Kajian Tentang Keaktifan Belajar 1. Pengertian Keaktifan Siswa

Menurut Dimiyati (2006: 44) siswa merupakan makhluk yang aktif.Siswa

memiliki dorongan untuk melakukan sesuatu, memiliki kemauan dan keinginan.

Belajar pada hakekatnya adalah proses aktif dimana seseorang melakukan

kegiatan untuk merubah suatu perilaku, terjadi kegiatan merespon terhadap setiap

proses pembelajaran. Siswa yang belajar tidak dapat dilimpahkan kepada orang

lain, belajar hanya akan terjadi apabila seorang siswa aktif mengalami sendiri.

John dewey menyatakan bahwa “belajar adalah menyangkut apa yang harus

dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa

sendiri”. Dalam proses belajar siswa harus aktif sendiri dan guru hanyalah

membimbing dan mengarahkan.

Dimyati (2006: 51) menyatakan belajar aktif merupakan langkah

pembelajaran yang menyenangkan.Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut

(30)

15

dapat memproses dan mengolah hasil belajarnya secara efektif, siswa dituntut

untuk aktif secara fisik, intelektual, dan emosional. Marno & Idris (2010: 150)

menyatakan bahwa belajar aktif dapat membantu siswa untuk menghidupkan dan

melatih memori siswa agar bekerja dan berkembang secara optimal. Pembelajaran

itu dapat melalui media visual yang ditunjukkan oleh guru karena siswa dapat

menyimpulkan sesuatu dari apa yang telah siswa lihat. Belajar aktif juga

merupakan cara untuk membuat siswa aktif sejak dini melalui aktivitas-aktivitas

yang membangun kerja kelompok dan dapat membuat siswa memahami materi

pelajaran yang disampaikan.

Menurut Martinis Yamin (2007: 77) keaktifan siswa dalam proses

pembelajaran akan dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang

dimilikinya, berfikir kritis, dan dapat memecahkan masalah-masalah dalam

kehidupan sehari-hari. Guru dalam mengajar dapat menginovasikan pembelajaran

sehingga dapat merangsang siswa dalam proses pembelajaran.

Menurut Sten (Dimyati 2006: 62) menyatakan bahwa peran seorang guru

akan memberikan jaminan kepada setiap siswa untuk memperoleh pengetahuan

dan keterampilan di dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang diberikan oleh

guru hendaknya akan dapat menuntut siswa untuk selalu aktif mencari,

memperoleh, dan dapat mengolah apa yang telah diperoleh dari hasil belajarnya.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar

pada hakekatnya adalah proses aktif dimana seseorang melakukan kegiatan untuk

merubah suatu perilaku, terjadi kegiatan merespon terhadap setiap proses

(31)

16

2. Keaktifan Siswa dalam Proses Pembelajaran

Sifat siswa yang paling menonjol adalah gerak perbuatannya. Bagi siswa

gerak merupakan penyaluran tenaga yang tersimpan dalam dirinya.Siswa-siswa di

sekolah dasar mempunyai kecenderungan banyak bergerak.Begitu pula untuk

siswa kelas tinggi, mereka juga masih sangat menyukai gerak.Gerak fisik

merupakan salah satu pertanda adanya keaktifan. Gerak fisik yang berlangsung

dalam pembelajaran merupakan gerak fisik yang disertai pemikiran-pemikiran

mengenai kegiatan-kegiatan selama proses pembelajaran berlangsung. Keaktifan

siswa yang memberikan hasil memuaskan bagi siswa akan berdampak positif bagi

siswa dalam belajarnya (Djojo Suradisastra, 1992: 62).

Dalam melaksanakan keaktifan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) dapat dilakukan dengan menyelesaikan tugas dengan membaca

langsung bahan yang aktual, mengamati, dapat juga melakukan sebuah

eksperimen.Dengan melakukan kegiatan melalui sebuah diskusi dalam

pembelajaran juga merupakan sarana untuk siswa dapat mengembangkan aktivitas

siswa. Keaktifan siswa pada proses pembelajaran menurut Nana Sudjana (2005:

61) dapat dilihat sebagai berikut :

a. turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya

b. terlibat dalam pemecahan masalah

c. bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami

persoalan yang dihadapinya

d. berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan

(32)

17

e. melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru

f. menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya

g. melatih diri dalam memecahkan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya

dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Sedangkan menurut Mc Keachie (Martinis Yamin, 2007: 77) terdapat 6 aspek

terjadinya keaktifan siswa, yaitu:

a. Partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran

b. Tekanan pada aspek afektif dalam belajar

c. Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk

interaksi antar siswa

d. Kekompakan kelas sebagai kelompok belajar

e. Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk berbuat

serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran

f. Pemberian waktu untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik

berhubungan maupun tidak berhubungan dengan pembelajaran.

Dari beberapa pendapat di atas, maka dalam penelitian yang akan dilakukan,

sikap-sikap keaktifan siswa akan ditekankan sesuai dengan kegiatan pembelajaran

yang akan dilaksanakan pada saat penelitian berlangsung. Hal ini dikarenakan

indikator-indikator yang sudah disebutkan dalam teori tidak semuanya dapat

dilaksanakan dalam pembelajaran yang dilaksanakan, sehingga peneliti hanya

mengambil beberapa indikator yang terdapat dalam teori yang dirasa akan lebih

(33)

18

Adapun indikator keaktifan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menurut

Nana Sudjana (2005: 61)

a. Turut serta siswa dalam melaksanakan tugas belajarnya

Dalam kegiatan pembelajaran yang dapat dilihat pada aspek ini adalah lebih

ditekankan pada “perhatian” siswa terhadap kegiatan pembelajaran. Bagaimana penerimaan dan cara siswa dalam menerima dan mengikuti kegiatan pembelajaran

di dalam kelas.

b. Terlibat dalam pemecahan masalah

Dalam kegiatan pembelajaran pada aspek ini ditekankan pada “pemecahan

masalah”. Yang diamati dalam pemecahan masalah ini adalah bagaimana cara

siswa dalam menyelesaikan atau memecahkan permasalahan yang ditemukan

dalam kegiatan pembelajaran.

c. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru

Dalam kegiatan pembelajaran pada aspek ini ditekankan pada “kerja sama”. Yang diamati dalam aspek ini adalah bagaimana siswa dalam berdikusi dengan

teman kelompoknya dan keaktifan siswa dalam menjawab tugas kelompoknya.

d. Kebebasan belajar yang diberikan kepada siswa, dan kesempatan untuk

berbuat serta mengambil keputusan penting dalam proses pembelajaran.

Dalam kegiatan pembelajaran pada aspek ini, pengamatan ditekankan pada

“mengungkapkan gagasan”.Pengamatan dapat dilihat dengan bagaimana

keberanian siswa dalam merespon/menjawab pertanyaan dari guru dan

(34)

19 e. Tekanan pada aspek afektif

Dalam aspek afektif ini terdapat 5 kategori dalam ranah afektif yaitu,

1) receiving (penerimaan), Pengamatan dalam penelitian ini ditekankan pada

penerimaan siswa dalam menerima pelajaran IPS

2) responding (partisipasi), Pengamatan dalam penelitian ini ditekankan pada

keaktifan siswa dalam kelompok pada kegiatan pembelajaran.

3) valuing (nilai), Pengamatan dalam penelitian ini ditekankan pada bagaimana

siswa dapat menghargai pendapat teman.

4) organisasi, Pengamatan dalam penelitian ini ditekankan pada kedisiplinan

siswa, ketepatan waktu saat mengikuti kegiatan pembelajaran dikelas

5) karakteristik nilai. Pengamatan dalam penelitian ini ditekankan pada

kepercayaan diri siswa, dan mau terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

C. Kajian Tentang Pembelajaran IPS 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu pengetahuan sosial, yang sering disingkat dengan IPS adalah ilmu

pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu social dan humaniora serta

kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi

wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik, khususnya

ditingkat dasar dan menengah. Luas kajian IPS ini mencakup berbagai kehidupan

yang beraspek majemuk baik hubungan social, ekonomi, psikologi, budaya,

sejarah, maupun politik, semuanya dipelajari dalam ilmu sosial ini. Segala

sesuatu yang berhubungan dengan aspek sosial yang meliputi, proses, faktor,

(35)

20

Aspek ekonomi yang meliputi perkembangan, faktor, dan permasalahannya

dipelajari dan dikaji dalam sosiologi. Aspek budaya dengan segala perkembangan

dan permasalahannya dipelajari dalam antropologi. Aspek sejarah yang tidak

dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu sejarah.

Begitu juga aspek geografi yang memberikan karakter ruang terhadap kehidupan

di masyarakat. Ahmad (2013: 137).

Menurut Zuraik (Ahmad 2013: 137), hakikat IPS adalah harapan untuk

mampu membina suatu masyarakat yang baik dimana para anggotanya

benar-benar berkembang sebagai insan sosial yang rasional dan penuh tanggung jawab,

sehingga oleh karenanya diciptakan nilai-nilai. Hakikat IPS di sekolah dasar

memberikan pengetahuan dasar dan keterampilan sebagai media pelatihan bagi

siswa sebagai warga negara sedini mungkin. Karena pendidikan IPS tidak hanya

memberikan ilmu pengetahuan semata, tetapi harus berorientasi pada

pengembangan keterampilan berpikir kritis, sikap, dan kecakapan-kecakapan

dasar siswa yang berpijak pada kenyataan kehidupan sehari-hari dan memenuhi

kebutuhan bagi kehidupan sosial siswa di masyarakat.

2. Pengertian Pembelajaran IPS Sekolah Dasar

Menurut Fenton (Hidayati, 2002: 21) tujuan pengajaran IPS adalah untuk

mempersiapkan siswa menjadi warga Negara yang baik, mengajar siswa agar

mempunyai kemampuan berpikir dan dapat melanjutkan kebudayaan bangsanya.

Dalam proses pembelajaran ini siswa diharapkan dapat menjadi anggota yang

(36)

21

tanggung jawab, tolong menolong, dengan sesamanya dan dapat mengembangkan

nilai-nilai dan ide-ide dari masyarakat. Thamrin Talut (Hidayati, 2002: 22).

Sapriya (2009: 20) menyatakan bahwa IPS sekolah dasar merupakan nama

mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin

ilmu social, humaniora sains, bahkan berbagai isu dan masalah-masalah social

kehidupan. Sedangkan materinya sendiri tidak terlihat aspek disiplin ilmu karena

lebih mementingkan dimensi pedagogik dan psikologis serta karakteristik

kemampuan berpikir siswa yang bersifat holistik.

Hidayati (2002: 24) menyebutkan tujuan kurikuler IPS yang harus dicapai

diantaranya adalah:

a. Membekali siswa dengan pengetahuan social yang berguna dalam kehidupan di

masyarakat.

b. Membekali siswa dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisa, dan

menyusun pemecahan masalah-masalah social yang terjadi dalam kehidupan

bermasyarakat.

c. Membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi terhadap sesama

masyarakat dan dengan berbagai bidang keilmuan serta berbagai keahlian.

d. Membekali siswa dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan

keterampilan terhadap lingkungan yang menjadi bagian dari kehidupannya.

e. Membekali siswa dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan

keilmuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, perkembangan

(37)

22

Dalam KTSP mata pelajaran IPS (Sapriya, 2009: 194) bertujuan agar siswa

memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Mengenalkan konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan di masyarakat.

b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,

memecahkan masalah, dan memiliki keterampilan, dalam kehidupan sosialnya.

c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai soasial dan

kemanusiaan.

d. Memiliki kemampuan dalam berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi

dalam masyarakat yang majemuk, tingkat local, di tingkat nasional, dan tingkat

global.

Tujuan IPS khususnya pembelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar sebagai

mana tercantum dalam kurikulum IPS-SD Tahun 2006 adalah agar siswa mampu

mengembangkan pengetahuan daketerampilan dasar yang berguna bagi dirinya

dalam kehidupannya sehari-hari. Pembelajaran IPS berusaha membantu siswa

dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi, sehingga akan

menjadikannya semakin mengerti dan memahami lingkungan social

masyarakatnya. Dalam pembelajaran di SD seorang guru harus memahami

mengapa suatu mata pelajaran yang akan diajarkan perlu diajarkan demikian pula

dengan pelajaran IPS. Guru harus mengetahui kegunaan-kegunaan apa saja yang

akan dapat diperoleh dari mata pelajaran IPS.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran IPS SD merupakan mata pelajaran yang di sekolah dasar yang

(38)

23

berbagai permasalahan social kehidupan dan isu-isu yang ada. Tujuan

pembelajaran di sekolah dasar seyogyanya dapat dibelajarkan pada siswa dengan

baik dan tepat karena sebagai pendidikan IPS tidak hanya membekali siswa

dengan pengetajuan social, melainkan berupaya untuk mebina dan

mengembangkan siswa menjadi SDM Indonesia yang berketerampilan social dan

intelektual sebagai warga negara yang memiliki perhatian serta kepedulian social

yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan nasional. Selain itu, kehidupan

siswa di masyarakat dan dalam bermasyarakat yang terus berkembang, menjadi

landasan bagi pengembangan IPS sebagai bidang pendidikan sesuai dengan

tuntutan perubahan serta kemajuan kehidupan siswa tersebut. Maka dari itu

penggunaan media pembelajaran dan metode yang tepat serta bervariasi akan

membantu keberlangsungan pembelajarn IPS dengan baik.

3. Tujuan IPS

Tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mengembangkan potensi yang

dimiliki oleh siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat,

memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi

dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari yang baik yang

menimpa dirinya maupun yang menimpa masyarakat (Buchari Alma, dkk, 2010:

6).

Hidayati (2002: 21) menyatakan tujuan pengajaran studi social (IPS), yaitu

mempersiapkan siswa untuk menjadi warga Negara yang baik, mengajar anak

didik agar mempunyai kemampuan berfikir dan dapat melanjutkan kebudayaan

(39)

24

Menurut Djojo Suradisastra, dkk, (1992: 1) fungsi pembelajaran IPS adalah

untuk membentuk sikap rasional dan bertanggung jawab terhadap

masalah-masalah yang timbul akibat interaksi antara manusia dengan lingkungannya.

Kurikulum IPS tahun 2006 (Sardjiyo, dkk, 2011: 1.29) bertujuan agar siswa

memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungan.

b. memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan social.

c. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai social dan

kemanusiaan.

d. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, ditigkat local, nasional, dan global.

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi tujuan pembelajaran IPS dalam

penelitian ini yaitu untuk menambah pengetahuan siswa dalam materi suku

bangsa dan budaya Indonesia.

4. Ruang Lingkup IPS SD

Permendiknas (2006) mengemukakan bahwa IPS mengkaji seperangkat

peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu social. Pada

jenjang SD mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, social, sosiologi,

dan ekonomi (sapriya, 2009: 194). Berdasarkan ketentuan ini materi pelajaran IPS

(40)

25

mata pelajaran IPS, siswa diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia

yang demokrastis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Arah mata pelajaran IPS ini dilatarbelakangi oleh pertimbangan bahwa di

masa yang akan dating siswa akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan

masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu, mata

pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan

kemampuan analisis terhadap kondisi social masyarakat dalam memasuki

kehidupan bermasyarakat yang dinamis.

5. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran IPS SD Kelas IV

Untuk mencapai tujuan dalam IPS, maka standar kompetensi, kompetensi

dasar IPS di SD kelas IV dalam KTSP dikembangkan sebagai berikut.

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar Mata Pelajaran IPS Kelas IV Semester I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Memahami sejarah,

kenampakan alam, dan

keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

1.1 Membaca peta lingkungan setempat

(kabupaten/ kota provinsi) dengan menggunakan skala sederhana.

1.2 Mendeskripsikan kenampakan alam di

lingkungan kabupaten/kota dan provinsi serta hubungannya dengan keragaman social dan budaya.

1.3 Menunjukkan jenis dan persebaran

sumber daya alam serta

pemanfaatannya un tuk kegiatan

ekonomi di lingkungan setempat.

1.4 Menghargai keragaman suku bangsa

dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi).

Berdasarkan tabel di atas standar kompetensi penelitian ini yaitu memahami

(41)

26

kabupaten/kota dan provinsi sedangkan kompetensi dasarnya adalah Menghargai

keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/kota, provinsi).

D. Kajian Tentang Media Gambar 1. Pengertian Media Gambar

Melvin (1996: 3) menyatakan bahwa dengan menambahkan media visual

pada pelajaran akan meningkatkan ingatan siswa. hal ini dikarenakan siswa akan

lebih tertarik dan mempunyai motivasi untuk mau aktif dalam mengikuti pelajaran

di kelas. Media visual juga tiga kali lebih efektif dari pada menggunakan kata-kata

saja. Dalam proses pembelajaran, media visual yang dapat digunakan guru dalam

kegiatan mengajar adalah dengan menggunakan media visual jenis gambar.

Ahmad Rohani (1997: 76) menyatakan bahwa gambar sangat penting

digunakan dalam usaha menjelaskan pengertian kepada siswa. sehingga dengan

menggunakan gambar, siswa akan lebih memperhatikan benda-benda yang

berkaitan dengan pelajaran. Gambar termasuk media pembelajaran yang mudah

dan murah serta memilik makna yang besar untuk meningkatkan nilai pengajaran

karena gambar akan memberikan pengalaman dan pengerttian yang lebih luas,

lebih jelas dan tidak akan mudah dilupakan oleh siswa. Gambar juga memiliki

manfaat dalam proses pembelajaran yaitu menyampaikan dan memberikan

penjelasan kepada siswa mengenai informasi, pesan, ide, dan sebagainya dengan

tanpa banyak menggunakan bahasa-bahasa verbal, tetapi dapat lebih member

kesan yang lebih bermakna. Terdapat pula jenis-jenis gambar dalam proses

(42)

27 a. Poster

Poster adalah media pembelajaran yang berbentuk ilustrasi gambar yang

disederhanakan, dibuat dengan ukuran besar, bertujuan menari perhatian, dan isi

atau kandungannya berupa bujukan, memotivasi, atau mengingatkan suatu

gagasan pokok, fakta atau peristiwa tertentu yang disampaikan dengan kata-kata

singkat namun pada dan jelas.

b. Kartun

Kartun merupakan sebuah media yang digunakan untuk mengemukakan

gagasan. Kartun dapat digunakan sebagai media pembelajaran karena dapat

dipakai untuk memotivasi siswa dan memberikan ilustrasi secara komunikatif.

Kartun biasanya terdapat dalam bentuk lukisan atau karikatur.

c. Komik

Komik merupakan media gambar yang terdapat karakter yang memerankan

suatu cerita dalam urutan (rangkaian seri).

d. Gambar fotografi

Gambar fotografi merupakan media pembelajaran yang berisi foto nyata

suatu objek atau situasi atau peristiwa, maka dalam proses pembelajaran media

gambar merupakan media pembelajaran yang sangat realistic (konkret).

e. Bagan

Bagan merupakan kombinasi media grafis dan foto yang dirancang untuk

memvisualisasikan suatu fakta atau gagasan dengan cara yang logis dan teratur.

(43)

28

hubungan, perbandingan, jumlah relatif, perkembangan, proses, klarifikasi, dan

organisasi.

f. Diagram

Diagram adalah gambar yang digunakan untuk media pembelajaran dalam

bentuk gambaran sederhana yang dibuat dengan tujuan memperlihatkan

bagian-bagian, atau hubungan timbal balik, biasanya dengan menggunakan garis-garis

dan keterangan bagian atau hubungan yang ingin ditunjukkan.

Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti memilih media gambar

fotogradi yang sesuai dengan materi pelajaran dan karakteristik siswa di kelas IV.

Menurut Dina Indriyana (2011: 64) media gambar adalah media visual yang

berupa gambar yang dihasilkan melalui proses fotografi. Media gambar atau

fotografi mampu memberikan detail dalam bentuk gambar apa adanya sehingga

siswa mampu mengingatnya dengan lebih baik dibandingkan dengan

menggunakan metode verbal.

Gambar fotografi dewasa ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalnya

dari surat kabar, majalah, brosur, dan buku. Gambar, lukisan, kartun, ilustrasi, foto

yang diperoleh dari berbagai sumber tersebut dapat digunakan oleh guru secara

efektif dalam proses pembelajaran. Gambar fotografi pada dasarnya akan

membantu mendorong siswa dan dapat membangkitkan minatnya dalam belajar

(Daryanto, 2011: 99).

Dari beberapa pengertian media gambar tersebut, maka dapat disimpulan

bahwa media gmabr merupakan gambar diam atau gambar dua dimensi yang

(44)

29

diperoleh dari berbagai sumber serta murah dan mudah didapatkan untuk

digunakan dalam proses pembelajaran. Media gambar fotografi memiliki manfaat

dalam menjelaskan, menyampaikan pesan dan informasi kepada siswa.

2. Manfaat Menggunakan Media Gambar

Daryanto (2011: 100-101) menyebutkan beberapa keuntungan dari media

gambar/foto dalam proses pembelajaran:

a. Mudah dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran karena praktis tanpa

memerlukan perlengkapan apa-apa

b. Harganya lebih murah daripada jenis-jenis media pembelajaran yang lain.

Untuk mendapatkannya juga mudah sekali tanpa mengeluarkan banyak biaya.

c. Gambar/foto dapat menerjemahkan konsep atau gagasan yang abstrak

menjadi lebih realistik.

Menurut Arief S. Sadiman, dkk (2009: 29) beberapa kelebihan dari media

gambar/foto adalah:

a. Sifatnya konkret; gambar/foto lebih realistic menunjukkan pokok masalah

dibandingkan dengan media visual semata.

b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek

atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa bisa siswa-siwa

dibawa ke objek/pariwisata tersebut. Gambar atau foto dapat mengatasi hal

tersebut. Air terjun Niagara atau Danau Toba dapat disajikan ke kelas lewat

gambar atau foto. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, kemarin,

(45)

30

c. Media gambar/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau

penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat

disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar atau foto.

d. Foto dapat memperjelas suatu masalah, dalm bidang apa saja dan untuk

tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetuljan

kesalahpahaman.

e. Foto harganya murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa

memerlukan peratan khusus.

Dari beberapa pendapatat mengenai kelebihan media gambar di atas, maka

peneliti menyimpulkan bahwa kelebihan dari media gambar adalah:

b. Mudah dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran kerena parktis tanpa

memerlukan perlengkapan apa-apa

c. Sifatnya konkret

d. Gambar dapat mengatasi ruang dan waktu

e. Media gambar/foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita

f. Foto harganya murah dan gampang didapat

3. Karakteristik Gambar Fotografi

Untuk dapat menciptakan situasi pembelajaran seperti yang diharapkan,

guru sebaiknya mengetahui bentuk media yang tepat bagi siswa. Untuk itu, dalam

(Daryanto, 2011: 102) disebutkan beberapa karakteristik gambar/foto yang dalam

media gambar fotografi:

a. Gambar fotografi adalah dua dimensi. Dari sudut pembelajaran, hal ini sangat

(46)

31

yang dipilih setidaknya yang memiliki kualitas baik. Sehingga, dalam

memahami suatu gambar, siswa tidak merasa kesulitan.

b. Gambar datar adalah medium yang diam. Artinya gambar bersifat tetap dan

tidak bergerak. Misalnya pemandangan, obyek, binatang atau manusia, dalam

posisi diam merupakan subyek natural yang baik untuk gambar datar.

c. Gambar datar memberikan kesan gerak. Misalnya gambar yang

memperlihatkan di jalan raya. Orang-orang yang lalu lalang, kendaraan yang

lewat, pohon-pohon yang bergoyang ditiup angin. Semua ini tidak sukar bagi

para pengamat dalam menghayati gerak dari adegan yang diperlihatkan pada

gambar tersebut.

d. Gambar datar menekankan gagasan pokok dan impress, maksudnya dalam

menilai dan memilih gambar datar yang baik harus menampilan satu gagasan

untuk utama. Dengan memusatkan satu perhatian, isi gambar akan

mendukung kepada pesan yang ingin disampaikan kepada siswa.

e. Gambar datar member kesempatan untuk diamati secara rinci oeh setiap

individu siswa.

f. Gambar datar melayani berbagai mata pelajaran, segala macam obyek dapat

dipotret dari yang konkret sampai ke gagasan yang abstrak.

4. Kriteria Dalam Memilih Media Gambar

Menurut Daryanto (2011: 103) dalam memilih gambar/foto terdapat lima

kriteria dalam memilih media gambar agar tujuan tujuan pengajaran dapat

(47)

32

Pertama, gambar fotografi harus cukup memadai.Artinya, untuk tujuan

pengajaran, gambar harus menampilkan gagasan, bagian informasi atau satu

konsep jelas yang mendukung tujuan serta kebutuhan pengajaran.Gambar yang

digunakan dalam pembelajaran hendaknya juga realistic dan hidup, pewarnaan

yang bagus, dan harus cukup besar sehingga siswa dapat mengati secara rinci.

Selain itu dalam pemilihan gambar juga harus disesuaikan dengan usia siswa.

Jadi, banyak factor yang perlu dipertimbangkan dalam membaca

gambar.Misalnya, kecerdasan, lingkungan, pengalaman sebelumnya, dan daya

imajinasi.

Kedua, gambar-gambar itu harus memenuhi persyaratan artistic yang bermutu. Gambar yang memenuhi persyaratan mutu seni hendaknya juga

memenuhi faktor-faktor sebagai berikut : memiliki komposisi yang baik, dan

pewarnaan yang efektif.

Ketiga, gambar fotografi untuk tujuan pembelajaran harus cukup besar dan

jelas.Gambar yang tajam dan kontras memiliki kelebihan karena ketepatan dan

rinciannya menggambarkan kenyataan secara baik.

Keempat, validitas gambar yaitu menunjukkan bahwa gambar itu benar atau

tidak.Gambar-gambar yang pantas untuk pembelajaran adalah gambar yang

menampilkan pesan yang benar menurut ilmu.

Kelima, memikat perhatian pada siswa, untuk memikat perhatian pada siswa

cenderung pada hal-hal yang diminatinya, yaitu dengan menggunakan

benda-benda yang akrab dengan kehidupan mereka.Gambar-gambar yang nyata itu yang

(48)

33

5. Prinsip Penggunaan Gambar Fotografi

Menurut Daryanto (2011: 105) terdapat prinsip yang harus diperhatikan

dalam menggunakan gambar-gambar foto sebagai media visual pada kegiatan

proses pembelajaran antara lain sebagai berikut:

a. Gunakanlah gambar untuk tujuan pembelajaran yang spesifik, yaitu dengan

cara mmilih gambar tertentu yang dapat memberikan penjelasan inti dari

pelajaran atau pokok-pokok pelajaran. Apabila tujuan intruksional yang ingin

dicapai adalah kemampuan siswa dalam membandingkan kehidupan wilayah

utara belahan bumi, daerah khatulistiwa, dan wilayah selatan belahan bumi

maka pengelompokan gambar-gambar juga harus memperlihatkan perbedaan

yang jelas.

b. Padukan gambar-gambar pada pelajaran, karena keefektifan penggunaan

gambar fotografi di dalam proses pembelajaran memerlukan keterpaduan.

Dalam memilih gambar-gambar yang akan digunakan dalam proses

pembelajaran harus ada kaitannya dengan pelajaran sehingga gambar

berfungsi sebagaimana semestinya.

c. Pergunakanlah gambar-gambar secukupnya, karena terkadang penggunaan

yang banyak gambar akan menjadi tidak efektif. Pada intinya gunakan

gambar-gambaryang sedikit tetapi selektif. Penggunaan gambar yang terlalu

banyak akan mengakibatkan siswa merasa didorong untuk memperhatikan

gambar-gambar tersebut, akan tetapi tidak menghasilkan kesan atau impresi

visual yang jelas. Yang terpenting dalam pengajaran adalah pemusatan

(49)

34

d. Minimalkan penambahan kata-kata pada gambar. Hal tersebut dikarenakan

gambar justru penting dalam mengembangkan kata-kata atau cerita dalam

penyajian gagasan baru. Misalnya dalam pelajaran IPS, para siswa

mempelajari gambar keragaman budaya di Indonesia seperti pakaian adat,

rumah adat, makanan khas daerah, ciri khas daerah dapat diilihat melalui

gambar.

e. Mendorong pertanyaan kreatif, melalui gambar siswa akan didorong untuk

mengembangkan keterampilan berbahasa lisan dan bentuk- bentuk kegiatan

lainnya.

f. Mengevaluasi kemajuan kelas dapat juga dengan memanfaatkan

gambar-gambar, baik secara umum maupun secara khusus. Pemakaian instrument tes

yang bervariasi akan sanagat baik dilakukan dalam upaya memperoleh hasil

tes yang komprehensif serta menyeluruh.

6. Media Gambar Dapat Meningkatkan Keaktifan Siswa

Gagne dan Briggs (Martinis Yamin 2007: 83-84) menjelaskan beberapa

rangkaian kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan partisipasi atau

keaktifan siswa yang meliputi 9 aspek yaitu:

a. memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa sehingga siswa berperan

aktif dalam kegiatan pembelajaran

b. menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar) kepada siswa

c. mengigatkan kompetensi prasyarat

d. memberikan stimulus yang meliputi masalah, topic, dan konsep yang akan

(50)

35

e. memberi petunjuk kepada siswa bagaimana cara mempelajarinya

f. memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran

g. memberi umpan balik

h. melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan

siswa bisa selalu terpantau dan terukur

i. menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran

Dalam penenelitian yang akan dilakukan, sesuai dengan aspek yang telah

disebutkan Ggne dan Briggs peneliti menggunakan aspek ke-6 yaitu

“memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran”.

Penggunaan aspek tersebut dikarenakan penelitian yang akan dilakukan akan

meneliti tentang keaktifan atau partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran.

7. Langkah – Langkah Menggunakan Media Gambar

Dalam penelitian ini langkah-langkah penggunaan media gambar yang dapat

meningkatkan keaktifan siswa adalah:

a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

b. Menyampaikan materi

c. Guru memperlihatkan gambar-gambar berkaitan dengan materi keragaman

budaya di Indonesia.

d. Gambar dibedakan menjadi 5 bagian, yaitu rumah adat, pakaian adat, senjata

tradisional, makanan khas, tarian tradisional

e. Gambar yang disediakan harus mencukupi, jangan sampai guru hanya

menyedikan gambar yang sedikit sehingga hanya memberikan sedikit

(51)

36

f.Guru memberikan kesempatan siswa dalam kelompok secara bergantian

menempel gambar rumah adat, pakaian adat, senjata tradisional, makanan khas,

tarian tradisional sesuai dengan nama daerah dengan tepat

g. Berdasarkan urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi

sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

h. Kesimpulan.

E. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar (SD)

Menurut Piaget (William Crain; 2007: 448) perkembangan kognitif siswa

terdapat empat tahap, yaitu:

- Tahap Sensori Motor (0 – 2 tahun)

Perkembangan siswa baru melalui gerakan atau perbuatan. Perkembangan

indera pada tahap ini sangat berpengaruh. Memberikan pengetahuan pada usia

dilakukan dengan sesuatu yang bergerak.

- Tahap Pra-operasional(2-7 tahun)

Siswa pada tahap ini berpikir dengan menggunakan simbol-simbol dan

pencitraan batiniah, namun pemikiran siswa pada usia ini masih belum sistematis

dan tidak logis.

- Tahap Operasional Konkrit (7 – 11 tahun)

Siswa pada tahap ini akan mengembangkan kemampuan berpikir sistematis

yang mengacu pada objek-objek dan aktivitas yang konkret.

- Tahap Operasional Formal (11 – dewasa)

Pada tahap ini sudah memiliki kemampuan untuk berfikir sistematis pada

(52)

37

Siswa yang berada di kelas tinggi atau kelas 4 sampai dengan 6 SD pada

umumnya memiliki usia antara 10-12 tahun, sehingga berdasarkan klasifikasi

Piaget siswa kelas tinggi berada pada tingkat perkembangan akhir operasional

konkret sampai awal operasional formal. Pada tahap ini siswa belum mampu

berfikir abstrak dan logis dengan melihat hal-hal yang sifatnya abstrak.

Perkembangan pada masa ini banyak dibantu oleh kerja ingatan, dimana ingatan

mampu menyimpan gambaran dan pengamatan yang diterima oleh panca indera

(Partini, 1995: 56).

Dengan melihat perkembanagan tingkat kemampuan berpikir siswa di kelas

tinggi, maka untuk pembelajaran di kelas tinggi digunakan media yang dapat

meningkatkan kemampuan mengingat siswa dan keaktifan siswa. Siswa dapat

mengembangkan kemampuan mengingatnya melalui pengamatan yang diterima

oleh panca indera, sehingga penggunaan media gambar yang memfungsikan

indera penglihat siswa akan mampu membantu siswa dalam menerima materi

pelajaran. Dalam penelitian ini, materi pelajaran yang digunakan adalah

perkembangan keragaman budaya di Indonesia.

F. Kerangka Berpikir

Siswa merupakan subjek belajar, karena siswa menjadi focus dari setiap

usaha pendidikan. Maka di dalam pembelajaran siswa harus diberi kesempatan

yang luas untuk aktif terlibat dalam kegiatan pembelajaran dan tidak hanya

semata-mata merupakan pemberian informasi searah dan mendengarkan tanpa ada

kegiatan untuk mengembangkan secara kreatif ide maupun sikap dan suasana

(53)

38

Disinilah keterampilan proses menjadi sarana untuk meningkatkan belajar aktif,

kreatif, dan mandiri.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini di tekankan pada penerapan

penggunaan media gambar, melalui media gambar akan lebih bebas untuk aktif,

sehingga dengan upaya pemberian media sebagai pelengkap pada pembelajaran

dapat memperoleh hasil yang maksimal. Pembelajaran menggunakan media

gambar diyakini akan meningkatkan keaktifan belajar siswa SD Negeri

Gedongkiwo sehingga apa yang diharapkan dalam proses pembelajaran dapat

berhasil.

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis tindakan penelitian ini

adalah sebagai berikut: penggunaan media gambar dapat meningkatkan keaktifan

(54)

39

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau action research. Menurut Kemmis (Wina Sanjaya, 2011: 24), penelitian tindakan merupakan suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh

peneliti dalam situasi social untuk meningkatkan penalaran praktik social mereka,

serta pemahaman mereka terhadap praktik-praktik itu dan terhadap situasi tempat

dilakukan praktik -praktik tersebut.

Adapun menurut Burns (Wina Sanjaya, 2011: 25) penelitian tindakan adalah

penerapan berbagai fakta yang ditemukan untuk memecahkan masalah dalam

situasi sosial untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan dengan

melibatkan kolaborasi dan kerja sama para peneliti dan praktisi.

Menurut Wina Sanjaya (2011: 26) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah

proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri

dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan

berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap

pengaruh dari perlakuan tersebut.

Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk meningkatkan dan

memperbaiki kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar. Dari beberapa

pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah

penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki mutu

praktek pembelajaran.Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang

(55)

40

Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 17) yang melakukan tindakan adalah

guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap

berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang

melakukan tindakan. Dalam penelitian ini peneliti tidak melakukan penelitian

sendiri, namun peneliti berkolaborasi dan bekerjasama dengan guru kelas IVA SD

N Gedongkiwo dalam upaya meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pelajaran

IPS siswa kelas IVA SD N Gedongkiwo. Peneliti bekerjasama tentang bagaimana

pembuatan RPP dan bagaimana penggunaan media gambar dalam kegiatan

pembelajaran. Penelitian ini menggunakan model spiral dari Kemmis dan Taggart

yang telah dikembangkan terdiri dari beberapa siklus dan masing-masing siklus

terdiri dari empat komponen tindakan yaitu perencanan (planning), tindakan

(action), observasi (observing), dan refleksi (reflecting) dalam suatu spiral yang terkait. Jumlah siklus bergantung pada situasi dan kondisi di lapangan serta sejauh

mana peningkatan yang diinginkan dengan memperhatikan berbagai

pertimbangan.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Taggart dengan

tahapan perencanaan, tindakan dan pengamatan serta refleksi untuk setiap siklus.

Rencana menggunakan seorang kolaburator, dan membahas satu materi pokok

yaitu kebanggaan sebagai bangsa Indonesia yang terkait kekhasan bangsa

Gambar

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar Mata Pelajaran IPS Kelas IV Semester I
Gambar 1. PTK Model Kemmis Mc Taggart
Tabel 2. Kisi-Kisi Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran IPS
Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Observasi Pelaksanaan  Pembelajaran IPS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Yukl (2007) menjelaskan peran kepemimpinan yang dikemukakan oleh Mintzberg, pemimpin mempunyai sepuluh peran yaitu peran performa pemimpin, peran sebagai

Aplikasi ini juga sebagai panduan dengan harapan pemakai dapat dengan mudah dan cepat mengetahui pariwisata

A study was undertaken to determine the effect of the inclusion of chickweed ( Stellaria media ) leaf meal (CLM) on growth per- formance, feed utilization, nutrition retention,

Information about when the examinations can be taken can be found in the syllabus, which you can download from Teacher Support or our public website.. Examination dates are listed

Aplikasi ini penulis buat untuk mempermudah karyawan di klinik tersebut dalam menyelesaikan pekerjaannya, selain itu aplikasi ini dibuat guna menggantikan sistem

Berdasarkan kecenderungan tipe habitat yang digunakan oleh burung, gambar diatas merupakan ilustrasi peta persebaran burung pada empat tipe habitat di bentang alam

Penentuan kriteria keberhasilan atau biasa disebut indikator keberhasilan dari suatu rencana kegiatan, perlu dilakukan agar organisasi tahu seberapa jauh program

1.) Require Data, beberapa atribut harus selalu mengandung nilai yang valid, dengan kata lain tidak boleh mengandung nilai null. 2.) Atribut Domain Constraint, setiap atribut