• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan prestasi belajar matematika operasi hitung pembagian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik pembelajaran STAD siswa kelas III semester I SD Kanisius Kadirojo tahun aja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan prestasi belajar matematika operasi hitung pembagian dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif teknik pembelajaran STAD siswa kelas III semester I SD Kanisius Kadirojo tahun aja"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA OPERASI HITUNG PEMBAGIAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK PEMBELAJARAN STAD

SISWA KELAS III SEMESTER I SD KANISIUS KADIROJO TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi PGSD

Disusun oleh : Chandra Noveriawan

NIM : 081134233

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada :

Tuhan Yesus yang selalu memberikan jalan terang

Kedua orang tua bapak dan ibu yang tercinta

Adik yang tersayang

(5)

v

MOTTO

Tuhan tidak memberikan apa yang kita minta

Tuhan Selalu memberikan apa yang kita butuhkan

Setiap pekerjaan bagi Allah yang kurang dimotivasi oleh kasih

bagi Yesus Kristus akan berakhir dengan hati yang hancur

dan keputusasaan

Suka cita adalah payung yang menjaga kita saat menghadapi hari-hari

(6)
(7)
(8)

ABSTRAK

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA OPERASI HITUNG PEMBAGIAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK PEMBELAJARAN STAD

SISWA KELAS III SEMESTER I SD KANISIUS KADIROJO TAHUN AJARAN 2011/2012

Chandra Noveriawan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menyelesaikan soal matematika yang berkaitan dengan operasi hitung pembagian

Penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Kadirojo.Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah peserta didik kelas IV.Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas (PTK).Penelitian ini dilakukan selama 2 siklus, tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan.Siklus I dilaksanakan pada tanggal 17 dan 19 Oktober 2011, Siklus II dilaksanakan pada tanggal 24 dan 26 Oktober 2011.Pengumpulan data untuk mengetahui prestasi peserta didik dalam menyelesaikan soal operasi hitung pembagian, peneliti menggunakan tes tertulis.Untuk mengamati peneliti dalam kegiatan pembelajaran, peneliti menggunakan lembar observasi yang berisi sejumlah item.Penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif yaitu untuk mendikripsikan persentase siswa yang mencapai KKM dan hasil observasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa oenerapan teknik STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam menyelesaikan soal operasi hitung pembagian. Hal itu ditunjukan adanya peningkatan ketuntasan belajar siswa yaitu pada pretes siswa mencapai KKM 55,56% (20 siswa), pada akhir Siklus I persentase siswa yang mencapai KKM 63,89% (23 siswa) pada Siklus II yang mencapai KKM 86,11% (31 siswa)

(9)

ix

ABSTRACT

THE IMPROVEMENTOF LEARNING ACHIEVEMENT ON MATHEMATIC

ON ARITHMETHIC OPERATIONS OF DIVISION USING COOPERATIVE LEARNING MODEL OF STAD LEARNING

TECHNIQUES

IN KANISIUS KADIROJO ELEMENTARY SCHOOL ON FIRST SEMESTER OF CLASS THREE

ACADEMIC YEAR 2011/2012

Chandra Noveriawan Sanata Dharma University

Yogyakarta 2013

This study aims to improve student achievement in solving mathematical problems related to arithmetic operations division. The experiment was conducted in Kanisius Kadirojo elementary school.

The subjects of the reserach were fourth grade students. This classroom action research (CAR) was conducted for 2 cycles, each cycle consisting of 2 meetings. The first cycle held on September 17 and October 19, 2011. The second was held on October24 and 26, 2011. Data collection, which take form as a written test, was used to determine student achievement in solving arithmethic operations of division. To observe the learning activities, researcher use observation sheet that contains a number of items. This study used a descriptive quantitative analysis techniques to describe the percentage of students who achieve minimum mastery criterion (KKM) and do some observations.

The results showed that the implementation of STAD technique can improve student achievement in solving arithmethic operations of division. There was an increasingof students' mastery learning, on pretest students reach 55.56 % (20 students) of KKM, at the end of the first cycle the percentage of students achieve 63.89 % (23 students) of KKM. The second cycle showed that the students reach 86.11 % of KKM (31 students).

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kupanjatkan pada Tuhan pemilik Semesta, karena atas bimbingan

dan berkat yang diberikanNYA penulis dapat menyelesaikan skripsi yang jauh

belum sempurna ini yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Operasi Hitung Pembagian Dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Teknik Pembelajaran Stad Siswa Kelas III Semester I SD Kanisius

Kadirojo Tahun Ajaran 2011/2012” ini diajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma untuk memenuhi sebagian dari

syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa

bantuan, dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak skripsi ini tidak bakal

pernah terwujud. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Sang Khalik yang disembah dengan berbagai cara yang telah menyinari berkat

dan membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis selalu

percaya bahwa DIA akan selalu hadir untuk membimbing dan memberikan

jalan yang terbaik untuk penulis.

2. Orang Tua tercinta, FX Tohari, untuk pelajaran sebagaimana menjadi sebagai

seorang pria. Dukungan serta pendidikan tanggung jawab dalam lingkup

sebagaimana biasa disebut sebagai sebuah keluarga akan selalu hidup dan

berkobar pada jiwa ini. Untuk Ibunda tercinta V Eni Widi Muryani yang

sampai saat ini tidak pernah lelah memberikan semangat dan doa untuk segala

kelancaran penulis.

3. Albertus Harimurti, terima kasih untuk semangat dan kehangatan yang tidak

pernah ada habisnya sebagai bagian dari keluarga ini.

4. Untuk Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

atas ijin yang telah diberikan kepada penulis dalam melakukan penelitian ini.

5. Drs. Paulus Wahana, M.Hum selaku dosen pembimbing yang telah

(11)
(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Batasan Istilah ... 4

F. Tujuan ... 5

(13)

xiii

H. Sistematika ... 6

BAB II. KAJIAN TEORI ... 7

A. Belajar Dan Prestasi Belajar ... 7

1. Definisi Belajar ... 7

2. Prestasi Belajar ... 9

B. Pengertian Matematika ... 10

C. Pengertian Pembagian ... 12

D. Strategi Menyelesaikan Soal Pembagian ... 12

E. Pembelajaran Kooperatif ... 14

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 14

2. Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif ... 15

3. Pembelajaran Kooperatif Model STAD ... 17

F. Kerangka Pikir ... 30

G. Hipotesis Tindakan ... 30

BAB III. METODE PENELITIAN ... 31

A. Setting Penelitian ... 31

1. Tempat Penelitian ... 31

2. Subyek Penelitian ... 31

3. Obyek Penelitian ... 31

(14)

xiv

B. Desain Penelitian ... 32

1. Jenis dan Model Penelitian ... 32

2. Kriteria Keberhasilan ... 34

C. Tindakan Penelitian ... 34

1. Persiapan ... 34

2. Pelaksanaan ... 35

D. Pengumpulan Data dan Instrumennya ... 45

E. Analisis Data ... 48

1. Kondisi Awal Prestasi Belajar Siswa ... 48

2. Penskoran ... 49

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51

A. Deskripsi Data ... 51

1. Siklus I ... 51

2. Siklus II ... 57

B. Analisis Data ... 64

1. Penghargaan Kelompok ... 64

2. Persentase Nilai Yang Mencapai KKM ... 66

3. Data Observasi ... 67

(15)

xv

BAB V. PENUTUP ... 71

A. Kesimpulan ... 71

B. Saran ... 71

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 32

Tabel 2. Indikator Keberhasilan Siswa ... 34

Tabel 3. Pengumpulan Data ... 46

Tabel 4. Indikator Pencapaian Penelitian ... 48

Tabel 5. Penskoran ... 49

Tabel 6. Deskripsi Data Penghargaan Siklus I ... 64

Tabel 7. Deskripsi Data Penghargaan Siklus II ... 65

Tabel 8. Deskripsi Data Persentase Nilai yang Mencapai KKM ... 66

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Silabus Matematika ... 75

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik ... 76

Lampiran 3 : Kisi-kisi Soal ... 88

Lampiran 4 : Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 89

Lampiran 5 : Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 90

Lampiran 6 : Daftar Nilai Postes ... 91

Lampiran 7 : Soal Postes Siklus I ... 92

Lampiran 8 : Soal Postes Siklus II ... 93

Lampiran 9 : Kunci Jawaban dan Penskoran Jawaban Postes Siklus I ... 94

Lampiran 10 : Kunci Jawaban dan Penskoran Jawaban Postes Siklus II ... 95

Lampiran 11 : Lembar Jawab Postes Siklus I ... 96

Lampiran 12 : Lembar Jawab Postes Siklus II ... 98

Lampiran 13 : Foto Penelitian ... 100

Lampiran 14 : Surat Ijin Penelitian ... 101

Lampiran 15 : Surat Melaksanakan Penelitian ... 102

(18)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan pelajaran yang relatif dekat dengan kehidupan

siswa, sehingga bila dipahami secara logika seharusnya matematika

merupakan materi pelajaran yang potensial untuk diminati siswa.Namun pada

kenyataannya kesan umum tentang mata pelajaran matematika kurang

menggembirakan.

Guru sebagai faktor utama keberhasilan pembelajaran matematika,

dituntut kemampuannya untuk dapat menyampaikan materi pembelajaran

matematika kepada siswa dengan baik. Guru perlu mendapat pengetahuan

tentang materi pembelajaran matematika dengan baik. Di samping itu guru

harus menguasai berbagai strategi, model dan metode pembelajaran yang

sesuai dengan karakteristik siswanya, sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

Dalam pembelajaran matematika terdapat berbagai alternatif metode

belajar yang dapat dipilih dan dapat diterapkan dalam pembelajaran. Selain

itu, guru hendaknya dapat menentukan dengan tepat model dan metode

pembelajaran apa yang akan digunakan untuk mengajarkan materi tertentu

misalnya materi pembagian. Namun kenyataan di lapangan guru sering kali

mengabaikan hal tersebut. Guru kebanyakan hanya menggunakan metode

(19)

pelajaran matematika, sehingga menimbulkan perasaan jenuh dan tidak

adanya ketertarikan siswa pada pembelajaran matematika. Hal ini

mengakibatkan rendahnya prestasi belajar yang dicapai siswa.

Operasi hitung pembagian merupakan kemampuan yang sangat

penting dalam pelajaran matematika dan dalam kehidupan sehari-hari. Hal

tersebut sering dijumpai, misalnya saat ibu membagikan permen kepada anak

kembarnya, ibu harus membagi 2 sama banyak agar anaknya tidak menangis

karena pembagiannya tidak sama jumlahnya. Operasi hitung pembagian ini

sudah mulai dipelajari dari kelas II.Seharusnya saat di kelas III siswa sudah

lebih lancar dari kelas II, tetapi kenyataannya siswa masih belum bisa

mengerjakan operasi hitung pembagian.

Hal itu dapat dilihat dari hasil pengerjaan soal pembagian siswa kelas

III SD Kanisius Kadirojo tahun ajaran 2010/2011 dengan Kriteria Ketuntasan

Minimal 65 hanya 48% yang mencapai KKM. Kemungkinan penyebabnya

adalah kurang sesuainya metode pembelajaran yang digunakan dan

keterlibatan siswa pada operasi hitung pembagian.Masalahnya adalah

memilih metode pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa dalam melakukan operasi hitung pembagian.

Dari adanya masalah di atas maka peneliti ingin mencoba

meningkatkan prestasi belajar operasi hitung pembagian dengan melakukan

pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD

(20)

konkrit bagi siswa, sehingga siswa dapat terjun langsung dalam pembelajaran

tersebut.Dengan penggunaaan metode tersebut diharapkan siswa dapat lebih

mudah menangkap materi yang disampaikan dan dapat memperoleh banyak

pengetahuan, sehingga prestasi belajar siswa kelas III semester 1 SD Kanisius

Kadirojo tahun ajaran 2011/2012 dapat meningkat.

B. Identifikasi Masalah

Sebelum dipilih model pembelajaran pembelajaran terlebih dahulu

dilakukan identifikasi masalah yang menyangkut proses pembelajaran

matematika khususnya materi operasi hitung pembagian, yaitu:

1. Siswa masih kesulitan dalam mengerjakan soal pembagian

2. Siswa kesulitan dalam menentukan model matematika

3. Nilai matematika rata-rata kurang dari KKM

4. Pembelajaram matematika sering kali mengunakan metode ceramah dan

penugasan secara individu.

Berdasarkan masalah di atas peneliti mengunakan tipe STAD dalam

membantu siswa menyelesaikan operasi hitung pembagian dengan maksud

tidak hanya aspek kognitif saja yang digali namun aspek afektif dan

psikomotorik juga tergali.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini penulis membatasi pada usaha peningkatan

(21)

pembelajaran. Model pembelajaran kooperatif juga dibatasi pada model

pembelajaran tipe STAD. Tipe STAD dipilih karena dianggap bisa

meningkatkan prestasi siswa dari pengaruh kegiatan yang biasanya secara

individu menjadi kegiatan berkelompok

Dalam penelitian ini juga perlu diperhatikan semua kemungkinan

penyebabnya. Untuk mengatasi hal tersebut tidak hanya membutuhkan waktu

yang singkat, maka peneliti membatasi hanya pembagian sederhana tanpa

variasi.

D. Perumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu:

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menggunakan model STAD?

2. Apakah pembelajaran menggunakan model pembelajaran tipe STAD dapat

meningkatkan prestasi belajar operasi hitung pembagian siswa kelas III SD

Kanisius Kadirojo semester I tahun ajaran 2011/2012?

E. Batasan Istilah

1. Peningkatan adalah proses, cara, perbuatan meningkatkan.

2. Prestasi belajar adalah hasil dari aktivitas belajar berdasarkan penilaian

hasil kegiatan belajar yang berupa angka.

3. Operasi hitung pembagian adalah operasi hitung yang memecahkan suatu

(22)

4. Model pembelajaran tipe STAD merupakan pendekataan kooperatif yang

paling sederhana.tipe STAD adalah siswa ditempatkan dalam kelompok

belajar beranggotakan empat atau lima orang siswa yang heterogen (jenis

kelamin dan kemampuan akademik).

Jadi, pengertian dari judul skripsi ini adalah proses, cara, perbuatan

meningkatkan hasil dari aktivitas belajar berdasarkan penilaian hasil kegiatan

belajar yang berupa angka dalam memecahkan suatu bilangan dengan

bilangan tertentu dengan cara siswa ditempatkan dalam kelompok belajar

beranggotakan empat atau lima orang siswa yang heterogen.

F. Tujuan

Adapun tujuan penelitian ini, yaitu:

1. Untuk meningkatkan profesionalitas peneliti sebagai guru SD dalam

melaksanakan PTK.

2. Untuk mengetahui apakah metode pembelajaran tipe STAD dapat

meningkatkan prestasi belajar operasi hitung pembagian siswa kelas III

SD Kanisius Kadirojo Tahun Ajaran 2011/2012.

G. Manfaat

1. Bagi peneliti dapat menambah wawasan peneliti dalam meningkatkan

(23)

2. Bagi rekan-rekan guru merupakan salah satu contoh model pembelajaran

yang dapat dikembangkan untuk materi pokok lain, mata pelajaran lain

dan di kelas lain.

3. Untuk perpustakaan sekolah laporan penelitiannya dapat menambah satu

bacaan yang dimanfaatkan teman-teman guru sebagai contoh penelitian

tindakan kelas, terutama bagi yang masih mengalami kesulitan

melakukan PTK dan belum berani untuk memulainya; sedangkan bagi

yang sudah biasa melakukan dapat dijadikan sebagai bahan pembanding.

H. Sistematika

Dalam penelitian ini tiap-tiap bab akan menguraikan apa yang ingin

diuraikan. Bab I pendahuluan akan menguraikan tentang latar belakang,

identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, batasan istilah,

tujuan, manfaat dan sistematika. Bab 2 landasan teori akan menguraikan

tentang pengertian matematika, tinjauan belajar dan prestasi belajar,

pengertian pembagian, strategi menyelesaikan soal pembagian serta

pembelajaran kooperatif. Bab 3 metodologi penelitian akan menguraikan

tentang setting penelitian, rencana tindakan, pengumpulan data dan

instrument serta analisis data. Bab 4 deskripsi data, analisis data, dan

pembahasan.Bab 5 kesimpulan dan saran.

(24)

7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Belajar dan Prestasi Belajar

1. Definisi Belajar

Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan. Belajar

adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga

menyebabkan munculnya perubahan tingkah laku. Adapun definisi belajar

menurut para tokoh adalah sebagai berikut:

a. Menurut Hilgard dalam Simandjuntak Pasaribu (1983: 59), belajar itu

adalah proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan,

perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh

pertumbuhan atau keadaan sementara seseorang seperti kelelahan atau

disebabkan obat-obatan.

b. Menurut Winkel dalam Riyanto (2009: 5), belajar adalah suatu

aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan

lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam

pengetahuan-pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap.

c. Menurut Walker dalam Riyanto (2009: 5), belajar adalah suatu

perubahan dalam pelaksanaan tugas yang terjadi sebagai hasil dari

pengalaman dan tidak ada sangkut pautnya dengan kematangan

(25)

faktor-faktor yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan

belajar.

d. Menurut Gagne dalam Riyanto, (2009: 5), belajar merupakan

kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat dipertahankan

selama proses pertumbuhan.

Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok, yaitu adanya perubahan

tingkah laku, sifat perubahan relatif permanen, dan perubahan tersebut

disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan. Oleh karena itu, pada

prinsipnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat

dari interaksi antara siswa dengan sumber-sumber belajar, baik sumber

yang didesain maupun yang dimanfaatkan. Proses belajar tidak hanya

terjadi karena adanya interaksi antara siswa dengan guru. Hasil belajar

yang maksimal dapat pula diperoleh lewat interaksi antara siswa dengan

sumber-sumber belajar lainnya. (Kunandar, 2008: 320)

Menurut Kunandar (2008: 322) ada beberapa hal yang dapat

membangkitkan motivasi belajar siswa, yaitu sebagai berikut:

a. Usahakan agar tujuan pembelajaran jelas dan menarik.

b. Guru harus antusias dalam melaksanakan tugas mengajar dan

mendidik.

c. Ciptakan suasana yang sejuk dan menyenangkan.

d. Libatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.

(26)

f. Usahakan banyak memberikan penghargaan dan pujian dari pada

menghukum dan mencela.

g. Berikan PR yang sesuai dengan tingkat kemampuan siswa.

h. Hargailah hasil pekerjaan siswa.

i. Berikan kritik dengan senyuman.

j. Gunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi.

Menurut Wens Tanlain (2006: 23) tujuan belajar siswa adalah apa

yang hendak dicapai siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya. Tujuan

belajar ini perlu disadari dan dirumuskan secara tegas. Tujuan belajar

siswa berupa kemampuan apa yang hendak diperoleh siswa yang

mendasari perilakunya.

Dari beberapa pendapat para tokoh di atas tentang definisi belajar,

maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang

diharapkan bisa mengubah tingkah laku pada diri setiap individu yang

belajar.

2. Prestasi Belajar

Gagne (1985: 40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan

menjadi lima aspek, yaitu; kemampuan intelektual, strategi kognitif,

informasi verbal, sikap dan keterampilan. Menurut Bloom dalam

Suharsimi Arikunto (1990: 110) mengatakan bahwa hasil belajar

(27)

Prestasi belajar adalah hasil belajar dari suatu aktivitas belajar

yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian terhadap hasil

kegiatan belajar dalam bidang akademik yang diwujudkan berupa

angka-angka ulangan harian.Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang sering

dikenal dengan tes prestasi belajar.Menurut Saifudin Anwar (2005: 8)

mengemukakan tentang tes prestasi belajar bila dilihat dari tujuannya yaitu

mengungkap keberhasilan seseorang dalam belajar.Tes prestasi belajar

berupa tes yang disusun secara terencana untuk mengungkap sejauh mana

seseorang menguasi bahan-bahan atau materi yang telah diajarkan.Dalam

kegiatan pendidikan formal tes prestasi belajar dapat berbentuk ulangan

harian, tes formatif, tes sumatif, bahkan ebtanas dan ujian-ujian masuk

perguruan tinggi.

(http://www.scribd.com/doc/23735462/Pengertian-Prestasi)

Jadi prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dalam proses

pembelajaran seseorang berdasarkan pengukuran dan penilaian berupa

skor yang telah ditentukan.

B. Pengertian Matematika

Menurut Purwadarminto (1985: 156) matematika adalah ilmu

pengetahuan tentang bilangan-bilangan yang berhubungan antara bilangan

dan prosedur operasional yang digunakan dalam menyelesaikan masalah

(28)

Sedangkan menurut Paling (1982: 1) dalam bukunya ‘Pendidikan Bagi

Anak Berkesulitan Belajar’, matematika adalah perhitungan yang mencakup

tambah, kurang, kali, dan bagi, dan perlu melibatkan adanya topik-topik

seperti aljabar, geometri, dan trigonometri.

Adapun menurut Hudoyo (1981: 10) mengemukakan bahwa

matematika adalah suatu ilmu yang terdiri dari kumpulan sistem matematika

yang masing-masing sistem itu mempunyai struktur tersendiri yang sifatnya

bersistem dedukatif.Berdasarkan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa

unsur matematika terdiri dari bilangan, prosedur operasional, sistem

matematika yang dapat digunakan sedemikian rupa yang melibatkan tambah,

kurang, kali, dan bagi sehingga dapat digunakan untuk menyelesaikan

masalah.

Sedangkan matematika dalam sudut pandang Andi Hakim Nasution

(1982:12) yang diuraikan dalam bukunya, bahwa istilah matematika berasal

dari kata Yunani, mathein atau manthenein yang berarti mempelajari.Kata ini

memiliki hubungan yang erat dengan kata Sanskerta, medha atau widya yang

memiliki arti kepandaian, ketahuan, atau intelegensia.Dalam bahasa Belanda,

matematika disebut dengan kata wiskunde yang berarti ilmu tentang belajar

(hal ini sesuai dengan arti kata mathein pada matematika).

Dari beberapa pendapat tokoh di atas dapat disimpulkan bahwa

matematika merupakan ilmu pengetahuan perhitungan yang terdiri dari

(29)

C. Pengertian Pembagian

Hasan Alwi (2002:86) pembagian adalah proses, cara, perbuatan

membagi atau membagikan. Menurut Djati Keram dan Cornentyna

Sitanggung mengatakan bahwa pembagian merupakan operasi balikan dari

perkalian.

Menurut Dwi Sunar Prasetyono (2009:253) Pembagian merupakan

kebalikan dari operasi perkalian. Pembagian dapat didefinisikan sebagai

pengurangan berulang. Pembagian disebut juga operasi hitung yang mencari

suatu faktor jika hasil kali dan faktor lain diketahui.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembagian adalah operasi hitung

balikan dari perkalian atau merupakan operasi pengurangan berulang.

D. Strategi Menyelesaikan Soal Pembagian

Metode bermain sambil belajar dapat menumbuhkan sikap kreatifitas

pada diri anak.Dari hal ini siswa diharapkan juga mampu berfikir kreatif yaitu

berfikir matematis dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan

matematika. Definisi masalah menurut Polya (1957) adalah suatu soal yang

harus dipecahkan oleh seseorang, tetapi cara atau langkah untuk

memecahkannya belum segera ditemukan oleh orang itu.

Berdasarkan definisi di atas menurut Suwarsono (2001:6) suatu soal

merupakan masalah atau bukan bagi seseorang merupakan sesuatu yang

relatif; jika ia sudah terbiasa dengan soal itu sehingga ia bisa segera

(30)

sedangkan bagi orang yang belum bisa menemukan pemecahannya soal

tersebut merupakan suatu masalah.

Teknik dalam pemecahan masalah dengan metode heuristik

(Sujono,1988:216-217) adalah sebagai berikut:

1. Memahami masalahnya. Apa yang tidak diketahui? Apa yang diketahui?

Apa syarat-syaratnya? Gambarlah, dan berilah tanda yang tepat dan sesuai.

Pisahkanlah berbagai bagian dari syarat-syarat itu.

2. Buatlah rencana: carilah hubungan antara yang diketahui dengan yang

tidak diketahui. Apakah hal ini pernah saudara ketahui? Apakah saudara

mengetahui kaitannya dengan masalah itu?

3. Laksanakan rencana itu. Periksa setiap langkahnya. Apakah saudara tahu

bawa setiap langkahnya benar? Apakah saudara dapat membuktikan

bahwa hal itu benar?

4. Periksalah kembali. Selidikilah penjelasan yang saudara lakukan, Apakah

saudara dapat mengecek hasilnya? Apakah saudara dapat memperoleh

jawaban dengan cara yang lain? Apakah saudara dapat menggunakan

hasilnya, atau metodenya untuk masalah yang lain?

Dengan menggunakan metode heuristik ini diharapkan siswa mampu

menyelesaikan suatu masalah yang dihadapinya baik dalam kehidupan

sehari-hari maupun dalam matematika.

Dari beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa masalah

(31)

mendapatkan cara memecahkannya, jika orang sudah mengetahui cara

memecahkannya maka sudah bukan menjadi masalah.

E. Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif didefinisakan sebagai suatu pendekatan

mengajar dimana murid bekerjasama di antarasatu sama lain dalam

kumpulan belajar yang kecil untuk memenuhi kehendak tugasan individu

atau kumpulan yang diberikan oleh guru menurut Johnson & Johnson,

dalam Isjoni (2007:30).

Menurut Effendi Zakaria dalam Isjoni (2007:30) Pembelajaran

kooperatif dirangka bagi tujuan melibatkan pelajar secara aktif dalam

proses pembelajaran menerus perbincangan dengan rekan-rekan dalam

kumpulan kecil.

Menurut Johnson dalam Isjoni (2007:30), pembelajaran

kooperatif sebagai kaedah pengajaran. Kaedah merupakan suatu proses

pembelajaran yang berkaitan pelajar yang belajar dalam kumpulan yang

kecil.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar yang melibatkan siswa

(32)

2. Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif :

a. Jigsaw

Dalam Jigzaw, diawali dengan pembentukan kelompok yang

beranggotakan kurang lebih 4 orang dengan kemampuan yang

heterogen. Para anggota dari beberapa kelompok yang berbeda

(kelompok pakar) mempelajari suatu materi yang sama dan saling

membantu jika ada yang mengalami kesulitan. Selanjutnya

kelompok pakar kembali ke kelompok semula untuk mengajar

anggotanya tentang materi yang telah dipelajari.Setelah selesai

diadakan evaluasi secara individual tentang materi yang telah

dipelajari. Pemberian skor dan penghargaan kelompok dilakukan

sesuai dengan peningkatan nilai individual seperti model STAD.

b. Cooperative Integerated Reading and Compotition (CIRC)

CIRC merupakan model pembelajaran untuk pengajaran

membaca dan menulis di II - VIII. Dalam CIRC peserta didik dibagi

dalam kelompok yang memiliki kecepatan pemahaman yang sama

dalam membaca. Kegiatan dalam kelompok melibatkan ranah

kognitif, peserta didik saling membacakan teks, membuat

prediksi-prediksi tentang akhir cerita naratif dari bacaan tersebut, menulis

tanggapan-tanggapan terhadap cerita, praktek pengejaan.Tujuan dari

CIRC ini adalah untuk melatih peserta didik dalam mencari ide-ide

(33)

c. Team Accelerated Instruction (TAI)

Dalam TAI, peserta didik dikelompokkan sesuai dengan

kemampuannya. Guru memberikan materi kepada peserta didik

dalam kelompok-kelompok kecil kemudian peserta didik

menyelesaikan soal-soal yang berbeda untuk setiap kelompok.

Peserta didik dapat membantu teman dalam kelompoknya yang

mengalami kesulitan belajar. Peserat didik harus memiliki

pemahaman individual yang matang karena hasilnya akan

dipresentasikan dan dilanjutkan tes individu. Hasil dari presentasi

dan tes individu dikumpulkan menjadi hasil akhir kelompok.

Kelompok yang memperoleh skor tertinggi akan mendapatkan

penghargaan.

d. STAD

Dalam STAD, peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok

yang beranggotakan 4 orang yang memiliki perbedaan kemampuan,

jenis kelamin dan suku. Proses pembelajaran kooperatif tipe STAD

dimulai dengan guru mempresentasikan materi pelajaran kepada

peserta didik. Kemudian peserta didik mengerjakan latian-latihan

soal dalam kelompok untuk memastikan bahwa semua anggota

kelompoknya sudah menguasai materi tersebut. Proses akhir STAD

adalah pelaksaan kuis individu, pada saat pelaksanaan kuis peserta

(34)

dibandingkan dengan rata-rata skor mereka yang lalu, poin diberikan

berdasarkan seberapa jauh peserta didik dapat melampaui kinerja

mereka terdahulu. Poin-poin itu kemudian di tambah untuk

mendapatkan skor kelompok dan kelompok-kelompok yang

memenuhi kriteria-kriteria tertentu mendapatkan penghargaan.

e. Turnament Game Team (TGT)

Model pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament adalah model pembelajaran kooperatif yang dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai tujuan bersama dengan mengikuti

pola urutan kegiatan dalam kelompok (team), permainan (games), turnamen (tournament).

Dari macam-macam metode pembelajaraan kooperatif, penulis

memilih tipe STAD.Penulis memilih tipe STAD karena STAD

merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana.

3. Pembelajaran Kooperatif model STAD (Student Team Achievement Division)

a. Pengertian STAD

Menurut Rahayu (2003:13) bahwa “STAD adalah salah satu

teknik pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan sebuah

model yang bagus untuk memulai bagi seorang guru yang baru untuk

(35)

Menurut Salvin dalam Model pembelajaran kooperatif ( Nur

Asma. 2006:133) teknik STAD adalah siswa ditempatkan dalam

kelompok belajar beranggotakan empat atau lima orang siswa yang

merupalan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda,

sehingga dalam setiap kelompok terdapat siswa yang berprestasi

tinggi, sedang, dan rendah atau variasi jenis kelamin, kelompok ras

dan etnis, atau kelompok sosial lainnya.

Menurut Rahayu (2003:13) bahwa “STAD adalah salah satu

teklnik pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan sebuah

model yang bagus untuk memulai bagi seorang guru yang baru untuk

mendekatkan pendekatan kooperatif”.

Menurut Isjoni (2007:35) metode STAD adalah Pelajar-pelajar

ditugaskan untuk bekerja dalam satu kelompok kecil yang terdiri dari

empat orang yang mempunyai latar belakang dan tahap pencapaian

yang berbeda.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan metode STAD

adalah salah satu metode kooperatif sederhana yang dibentuk

kelompok-kelompok kecil terdiri dari empat anak yang heterogen.

b. Penerapan Teknik STAD dalam Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran menggunakan teknik STAD menurut

Asma Nur (2006:133) ada 6 tahap yaitu ; a) persiapan pembelajaran,

(36)

kegiatan kelompok f) penentuan skor peningkatan individual.

Tahap-tahap belajar kooperatif dalam teknik STAD sebagai berikut:

1). Tahap 1 : Persiapan Pembelajaran

a). Materi

Materi dirancang sedemikan rupa untuk pembelajaran secara

berkelompok dan membuat LKS.

b). Menempatkan siswa dalam kelompok

Membuat kelompok yang terdiri dari 5-6 anak yang heterogen

(kemampuan dan jenis kelamin).

c). Menentukan skor dasar

Memberikan tes pengetahuan awal, skor tes tersebut dipakai

sebagai skor dasar.Skor dasar merupakan rata-rata pada

kuis/tes sebelumnya.

2). Tahap 2: Penyajian Materi

Penyajian materi dimulai dari guru menyampaikan tujuan

pelajaran, memberikan motivasi dan menjelaskan materi. Penyajian

materi dapat menggunakan model ceramah, tanya jawab, dan

diskusi.

3). Tahap 3: Belajar Kelompok

Dalam setiap kegiatan belajar kelompok diberkan lembar

LKS. Guru menjelaskan tahapan dalam metode STAD ini. Siswa

diberi motivasi dengan tujuan setiap anggota termotivasi untuk

(37)

menunjukkan tanggung jawab terhadap kelompoknya (Nur

Asma,.2006:52) adalah:

a) Meyakinkan bahwa setiap anggota kelompoknya telah

mempelajari materi.

b) Tidak seorangpun menghentikan belajar sampai semua anggota

mengguasai materi.

c) Meminta bantuan kepada setiap anggota kelompoknya untuk

menyelesaiukan masalah sebelum menanyakan kepada guru.

d) Setiap anggota kelompok berbicara secara sopan satu sama lain,

saling menghormati dan menghargai.

4) Tahap 4: Pemeriksaan Terhadap Hasil Kegiatan Kelompok

Dalam memeriksa hasil kelompok, setiap kelompok

diwakili salah satu anggotanya untuk mempresentasikan hasil

kelompok di depan kelas. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian

agar terjadi interaksi antar kelompok.Pada kegiataan ini juga guru

memeriksa hasil kelompok dan kelompok mengoreksi sendiri jika

ada yang salah dibetulkan.

5) Tahap 5: Siswa Mengerjakan Soal-Soal Tes Secara Individual

Pada tahap ini siswa mengerjakan sendiri sesuai dengan

kemampuannya, setelah apa yang mereka peroleh selama

(38)

6) Tahap 6: Pemeriksaan Hasil Tes

Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, dan membuat

daftar skor untuk melihat peningkatan rata-rata skor setiap individu

untuk disumbangkan bagi kinerja pencapaian kelompok.

c. Lima komponen utama dalam teknik STAD menurut Slavin (1995)

(dalam Hesti Setianingsih http://digilibuness.ac.id) yaitu : 1) Penyajian kelas (Class Presentation)

Guru menyajikan materi di depan kelas secara klasikal yang

difokuskan pada konsep materi yang akan dibahas saja.

Masing-masing siswa harus benar-benar memperhatikan penjelasan guru

karena dapat membantu para siswa dalam mengerjakan kuis

berikutnya.

2) Pembentukan kelompok belajar

Siswa disusun dalam kelompok yang anggotanya heterogen

(baik akademiknya maupun jenis kelaminnya).Caranya dengan

melihat siswa berdasarkan nilai rapor atau nilai yang diperoleh

sebelum pembelajaran kooperatif teknik STAD.

3) Pemberian tes atau kuis (Quizzes)

Setelah belajar kelompok selesai, diadakan tes atau kuis

dengan tujuan untuk mengetahui atau mengukur kemampuan

belajar siswa terhadap materi yang dipelajari.

Dalam hal ini siswa sama sekali tidak dibenarkan untuk

(39)

memotivasi agar siswa berusaha dan bertanggungjawab secara

individual.Siswa dituntut untuk mendapatkan nilai yang bagus

sebagai hasil setelah belajar kelompok.

4) Pemberian skor peningkatan individu

Skor didapat dari hasil tes, selanjutnya dibandingkan dengan

rata-rata skor dasar. Kemudian ditambah skor peningkatan semua

anggota dalam satu tim. Nilai rata-rata kelompok diperoleh dengan

membagi jumlah skor peningkatan dibagi jumlah anggota tim. Hal

ini dilakukan untuk memberikan kepada siswa suatu sasaran yaitu

berupa nilai yang dapat dicapai bila mereka bekerja sama dan

memperlihatkan hasil yang terbaik dibandingkan sebelumnya.

Berdasarkan skor peningkatan individu hasil tes dihitung

poin perkembangan dengan menggunakan pedoman yang disusun

oleh Slavin (1995) :

a) Lebih dari sepuluh point di bawah skor dasar mendapat 5 poin

Skor hasil tes individu yang diperoleh dibawah skor dasar

lebih dari sepuluh mendapat 5 poin

b) 10 poin di bawah sampai satu poin di bawah skor dasar

mendapat 10 poin.

Skor hasil tes individu yang diperoleh di bawah 10 sampai

1 poin dari skor dasar mendapat 10 poin.

c) Sama dengan skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar

(40)

Skor hasil tes individu yang diperoleh sama dengan skor

dasar sampai 10 point di atas skor dasar mendapat 20 poin

d) Lebih dari 10 point skor dasar mendapat 30 poin.

Skor hasil tes individu yang diperoleh lebih dari 10 poin

dari skor dasar mendapat 30 poin

e) Pekerjaan sempurna mendapat 30 poin

Skor hasil tes individu mendapat nilai 100, maka mendapat

30 poin.

Keterangan :

NR = Nilai Rata-rata

R = Jumlah skor pertambahan

SM = Jumlah anggota kelompok

5) Penghargaan kelompok

Penghargaan didasarkan nilai rata-rata tim dimana dapat

memotivasi para siswa untuk belajar dengan sungguh-sungguh.

Berdasarkan poin perkembangaan yang diperoleh terdapat

tiga tingkatan penghargan yang diberikan yaitu:

a) Kelompok yang memperoleh nilai rata-rata 15 sampai 19,

sebagai kelompok baik.

b) Kelompok yang memperoleh nilai rata-rata 20 sampai 24,

(41)

c) Kelompok yang memperoleh nilai 25 sampai 30, sebagai

kelompok super.

Berdasarkan pendapat Hesti Setianingsih dan Nur Asma

tentang tahap pembelajaran STAD, penulis menggabungkan tahap

pembelajaran STAD dari Nur Asman dan Hesti Setianingsih yaitu:

a) Tahap 1 : Persiapan Pembelajaran

Materi dirancang sedemikan rupa untuk pembelajaran

secara berkelompok dan membuat LKS

Menempatkan siswa dalam kelompok yang terdiri dari

empat anak yang homogen (kemampuan, jenis kelamin, dan

etnis).

Memberikan tes pengetahuan awal, skor tes tersebuat

dipakai sebagai skor dasar.Skor dasar merupakan rata-rata

kuis/tes sebelumnya.

b) Tahap 2: Penyajian Materi

Penyajian materi dimulai dari guru menjelaskan tujuan

pelajaran, memberikan motivasi, menjelaskan materi dan lain

sebagainya. Penyajian metri dapat menggunakan model

ceramah, tanya jawab, diskusi dan lain sebagainya.

c) Tahap 3: Kegiatan Belajar Kelompok

Dalam setiap kegiatan belajar kelompok diberkan LKS,

lembar jawaban. Guru menjelaskan tahapan dalam metode

(42)

tujuan setiap anggota termotivasi untuk diskusi. Hal hal yang

perlu dilakukan pembelajar untuk menunjukkan tanggung jawab

terhadap kelompoknya (Nur Asama.2006:52) adalah

(1) Meyakinkan bahwa setiap anggota kelompoknya telah

mempelajari materi.

(2) Tidak seorangpun menghentikan belajar sampai semua

anggota mengguasai materi.

(3) Meminta bantuan kepada setiap anggota kelompoknya

untuk menyelesaiukan masalah sebelum menanyakan

kepada guru.

(4) Setiap anggota kelompok berbicara secara sopan satu sama

lain, saling menghormati dan menghargai.

d) Tahap 4: Pemeriksaan terhadap Hasil Kegiatan Kelompok

Dalam memeriksa hasil kelompok, setiap kelompok

diwakili salah satu anggotanya untuk mempresentasikan hasil

kelompok di depan kelas. Kegiatan ini dilakukan secara

bergantian agar terjadi interaksi antar kelompok.Pada kegiataan

ini juga guru memeriksa hasil kelompok dan kelompok

mengoreksi sendiri jika ada yang salah dibetulkan.

(43)

Pada tahap ini siswa mengerjakan sendiri sesuai dengan

kemampuannya, setelah apa yang mereka peroleh selama

berkelompok.

f) Tahap 6: Pemeriksaan Hasil Tes

Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, dan membuat

daftar skor untuk melihat peningkatan rata-rata skor setiap

individu untuk disumbangkan bagi kinerja pencapaian

kelompok.

g) Tahap 7: Penghargaan Kelompok

Berdasarkan skor peningkatan individual hasil kuis

dihitung poin perkembangan dengan menggunakan pedoman

yang disusun oleh Slavin (1995) yaitu:

(1) Lebih dari sepuluh poin di bawah skor dasar mendapat 5

poin

Skor hasil tes individu yang diperoleh dibawah skor

dasar lebih dari sepuluh mendapat 5 poin

(2) 10 poin di bawah sampai satu poin di bawah skor dasar

mendapat 10 poin.

Skor hasil tes individu yang diperoleh di bawah 10

sampai 1 poin dari skor dasar mendapat 10 poin.

(3) Sama dengan skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar

(44)

Skor hasil tes individu yang diperoleh sama dengan

skor dasar sampai 10 point di atas skor dasar mendapat 20

poin

(4) Lebih dari 10 point skor dasar mendapat 30 poin

Skor hasil tes individu yang diperoleh lebih dari 20

point dari skor dasar mendapat 30 poin

(5) Pekerjaan sempurna mendapat 30 poin.

Skor hasil tes individu mendapat nilai 100, maka

mendapat 30 poin.

Rumus :

Keterangan:

N = Nilai jadi

R = Jumlah total perkembangan anggota

SM = Jumlah anggota kelompok yang ada

Berdasarkan poin perkembangan yang diperoleh terdapat

tiga tingkatan penghargan yang diberikan yaitu:

(1) Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 15 sampai 19,

sebagai kelompok baik.

(2) Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 20 sampai 24,

(45)

(3) Kelompok yang memperoleh poin rata-rata 25 sampai 30,

sebagai kelompok super.

d. Keunggulan dan Kelemahan STAD

1) Keunggulan

Setelah mengkaji lebih jauh ternyata metode kooperatif tipe

STAD ini memiliki beberapa kekuatan atau keunggulan,

diantaranya adalah:

a) Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkn guru

untuk memonitor siswa dalam belajar bersama.

b) Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan

dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang tinggi.

c) Melatih siswa belajar berdebat dan mendengarkan pendapat

orang lain

d) Melatih peserta didik untuk bekerjasama dalam anggota

kelompok yang berbeda satu sama lain, salah satu contohnya

adalah perbedaan kemampuan dalam memahami materi.

e) Dapat melatih peserta didik untuk menjadi tutor teman sebaya

sehingga dapat membantu pendidik dalam mengatasi para

peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.

f) Dapat melatih peserta didik untuk menjadi tutor teman sebaya

sehingga dapat membantu pendidik dalam mengatasi para

(46)

http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/skripsi/acchives/HASHacea/7c4/ 72ac/dir/doc.pdf.)

2) Kelemahan

Ada beberapa kelemahan yang ada pada metode kooperatif

tipe STAD yaitu:

a) Tidak mudah dalam mengkondisikan situasi dimana para

peserta didik dapat aktif dan bekerjasama dalam kelompok

terutama untuk peserta didik di kelas rendah pada sekolah

dasar.

b) Bahwa dapat dimungkinkan jumlah peserta didik yang

memiliki kemampuan memahami materi dengan cepat sangat

sedikit sehingga pelaksanaan tutorial yang ada dalam langkah

pembelajaran mengalami kesulitan.

c) Membutuhkan banyak waktu dalam kegiatan

pembelajarannya.

d) Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berfikir

tidak dapat berlatih belajar mandiri.

Pembagiandapat ditingkatkan dengan tipe STAD merupakan

teknik pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan dalam

pembelajaran STAD banyak keunggulanya salah satunya tidak hanya

meningkatkan aspek kognitif tetapi aspek afektif dan psikomotorik

(47)

F. Kerangka Pikir

Metode pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan pada siswa

bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan masalah

atau memecahkan suatu masalah secara bersama.Selain itu, pembelajaran

kooperatif dapat membatu siswa meningkatkan sikap positif dalam

matematika. Para siswa secara individual membangun kepercayaan diri

terhadap kemampuan untuk menyelesaikan masalah-masalah matematika,

sehingga akan mengurangi dan menghilangkan rasa cemas terhadap

matematika yang dialami banyak siswa.

Pembelajaran koperatif tipe STAD memberikan kesempatan pada siswa

untuk berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran, mengekspresikan ide

pengetahuan yang telah dimiliki secara komprehensif dalam kelompoknya.

Ketika siswa belajar matematika dalam menyelesaikan masalah melalui

operasi hitung pembagian melalui kelompok kecil, akan mendorong potensi

anggota kelompok untuk berpikir lebih tinggi sehingga akan membentuk

intelegensi matematika pada diri siswa. Hal tersebut akan berpengaruh

terhadap peningkatan pencapaian hasil belajar siswa.

G. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah

penggunaan model pembelajaran kooperatif teknik STAD dapat

meningkatkan prestasi belajar matemtika siswa kelas III dalam operasi hitung

(48)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SD Kanisius Kadirojo,

Purwomartani, Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Kanisius Kadirojo

yang terdiri dari satu kelas yang berjumlah 36 siswa, laki-laki 20 siswa

dan perempuan 16 siswa.

3. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah peningkatan prestasi belajar pada mata

pelajaran Matematika tentang operasi hitung pembagian siswa kelas III SD

Kanisius Kadirojo tahun ajaran 2011/2012.

4. Waktu Penelitian

Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli tahun 2011. Jadwal

(49)

Tabel 1.

Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan

Tahun 2011/2012

Juli Agt. Sept. Okt. Nov. Des.

1 Pengumpulan data kondisi awal 

2 Observasi 

3 Ijin pengambilan data 

4 Pengambilan data 

5 Analisis data 

6 Penyusunan laporan 

7 Ujian skripsi 

8 Revisi laporan skripsi 

B.Desain Penelitian

1. Jenis dan Model Penelitian

Model penelitian yang digunakan adalah model Kemmis dan Mc

Taggart. Model Kemmis dan Mc Taggart merupakan pengembangan dari

konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin sebagaimana yang

diutarakan di atas. Hanya saja, komponen acting (tindakan) dengan observing (pengamatan) dijadikan sebagai satu kesatuan.Disatukannya

kedua komponen tersebut disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa antara

implementasi acting dan observing merupakan dua kegiatan yang tidak terpisahkan.Maksudnya, kedua kegiatan haruslah dilakukan dalam satu

(50)

observasi juga harus dilaksanakan.Untuk lebih tepatnya, berikut ini

dikemukakan bentuk designnya (Kemmis & McTaggart, 1990:14).

Apabila dicermati, model yang dikemukakan oleh Kemmis dan

McTaggart pada hakekatnya berupa perangkat-perangkat atau

untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu;

perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.Keempat komponen yang

berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus.Oleh karena itu,

pengertian siklus pada kesempatan ini adalah suatu putaran kegiatan yang

terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat gambar model penelitian menurut Kemmis dan Mc

Taggart di bawah ini.

Gambar.1 Model penelitian menurut Kemmis dan Mc Taggart

PERENCANAAN PERENCANAAN

REFLEKSI TIDAKAN REFLEKSI TIDAKAN

PENGAMATAN PENGAMATAN

(51)

2. Kriteria Keberhasilan

Kriteria keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti dalam penelitian

ini adalah siswa dapat tuntas yaitu siswa yang mencapai skor KKM 65.

Dengan target indikator keberhasilan pembelajaran dan kriteria pencapaian

hasil awal, tindakan I dan tindakan II adalah sebagai berikut:

Tabel 2.

Indikator keberhasilan siswa

No Peubah Indikator Kondisi awal Kondisi akhir

Tindakan 1 Tindakan 2

1. Kemampuan dalam

menyelesaikan

masalah operasi

hitung pembagian

1. Siswa mampu

memecahkan soal

berkaitan dengan

operasi hitung

pembagian

55 % dari 36 siswa

tuntas KKM

65 % dari 36

siswa tuntas

KKM

80% dari 36

siswa tuntas

KKM

C.Tindakan Penelitian

1. Persiapan

Persiapan penelitian tindakan kelas ini disusun sebagai berikut:

a. Permintaan ijin kepada Kepala SD Kanisius Kadirojo.

Permintaan ijin di sini dimaksudkan agar kegiatan penelitian

dapat berjalan dengan lancar oleh persetujuan pihak sekolah dan

mendapatkan data yang sesuai.

b. Wawancara

Wawancara di sini dimaksudkan untuk mencari informasi

(52)

guru dalam menyampaikan materi belajar.Informasi-informasi

diperoleh dengan hasil wawancara dari para guru.

c. Identifikasi masalah.

Setelah diperoleh data dari hasil wawancara maka peneliti dapat

mengidentifikasi masalah yang terjadi dan menentukan tindak

lanjutnya.

d. Menyusun Silabus, RPP, LKS, dan media belajar.

e. Membuat kisi-kisi dan soal untuk tes atau evaluasi pada siklus I dan

siklus II.

2. Pelaksanaan

Kegiatan pelaksanaan terdapat prosedur-prosedur.Prosedur

penelitian ini meliputi prosedur umum dan prosedur khusus.

a. Prosedur umum

Secara umum kegiatan pembelajaran ini didasarkan pada sistematika

sebagai berikut:

1) Kegiatan awal

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru pada

awal pembelajaran, misalnya mengucapkan salam, mengecek

kehadiran siswa dan yang terpenting adalah mengadakan apersepsi

untuk menarik perhatian siswa agar lebih bersemangat mengikuti

(53)

2) Kegiatan Inti

Kegiatan ini berisi tentang langkah-langkah pembelajaran

yang akan diberikan kepada siswa. Langkah-langkah pembelajaran

tersebut juga harus runtut, jelas, dan sistematis supaya siswa dapat

menerima pembelajaran yang diberikan guru dengan mudah.Selain

itu dalam kegiatan inti guru juga memberikan soal evaluasi untuk

mengetahui sejauh mana kemajuan belajar siswa.

3) Kegiatan Akhir

Kegiatan ini berupa kegiatan penutup dimana guru dan siswa

dapat menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah dilakukan dan

mengadakan refleksi untuk mengetahui apakah siswa masih

mengalami kesulitan atau tidak.

b. Prosedur Khusus

Siklus I

1) Pertemuan 1

a) Perencanaan

Sebelum melakukan perbaikan, peneliti terlebih dahulu

menyusun perangkat pembelajaran yaitu:

(1)Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan

materi pembagian siklus I.

(2)Menyusun lembar kerja siswa.

(3)Menyusun soal evaluasi dan kunci jawaban.

(54)

b) Pelaksanaan

(1) Kegiatan awal

(a) Salam pembuka dan berdoa.

(b) Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa.

(c) Mengadakan apersepsi: tanya-jawab tentang

pembagian. Mengapa anak kecil menangis ketika

permennya lebih sedikit dari saudara kembarnya?

(d) Menyampaikan tujuan pembelajaran tentang materi

pembagian.

(2) Kegiatan Inti

(a) Siswa dibagi dalam enam kelompok, setiap kelompok

terdiri dari enam siswa.

(b) Siswa memperhatikan penjelasan dari guru.

(c) Siswa melakukan pembagian dengan cara setiap anak

mengambil jumlah yang sama banyak.

(d) Siswa mengisi lembar kerja yang telah diberikan guru.

(3) Kegiatan akhir

(a) Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran

tadi secara bersama-sama.

(b) Penugasan

(c) Refleksi

(55)

(4) Observasi

Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti pada

waktu berlangsungnya kegiatan belajar.Observasi yang

dilakukan adalah mencatat peristiwa yang terjadi selama

pelaksanaan tindakan.

(5) Refleksi

Peneliti menyimpulkan hasil pengamatan atau

observasi berupa catatan dan data dari hasil pelaksanaan

tindakan tentang jalannya pembelajaran dan

kendala-kendala yang dihadapi.Data tersebut digunakan untuk

menilai apakah pelaksanaan tindakan tersebut lebih efektif

dan efisien untuk menemukan daftar permasalahan yang

muncul pada saat tindakan.Temuan di atas digunakan

dasar untuk melaksanakan perencanaan berulang dan

menentukan langkah-langkah berikutnya.

2) Pertemuan 2

a) Perencanaan

Sebelum melakukan perbaikan, peneliti terlebih dahulu

menyusun perangkat pembelajaran yaitu:

(1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan

materi pokok pembagian cara pengurangan berulang.

(56)

(3) Menyusun soal evaluasi dan kunci jawaban.

(4) Menyusun penilaian.

(5) Menyiapkan alat dan bahan percobaan.

b) Pelaksanaan

(1) Kegiatan awal

(a) Salam pembuka dan berdoa.

(b) Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa.

(c) Mengadakan apersepsi: tanya-jawab tentang

pembagian berulang.

20–5-5-5-5 = 0, sebanyak berapa kali pengurangan agar habis tanpa sisa?

(d) Menyampaikan tujuan pembelajaran tentang materi

pengurangan berulang.

(2) Kegiatan Inti

(a) Siswa dibagi dalam enam kelompok, setiap kelompok

terdiri dari enam siswa.

(b) Siswa mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan

pembagian.

(c) Siswa mendengarkan petunjuk mengerjakan dari guru.

(d) Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya.

(3) Kegiatan akhir

(a) Siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran

(57)

(b) Penugasan

(c) Refleksi

(d) Salam penutup

(4) Observasi

Observasi pada siklus I pertemuan kedua ini peneliti

masih mengamati kegiatan belajar dan mencatat

peristiwa-peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran.

Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mengetahui dan

memperoleh gambaran lengkap secara objektif tentang

perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh

tindakan yang dipilih terhadap kondisi kelas. Pada akhir

pertemuan siklus I dilakukan tes tertulis untuk mengetahui

hasil prestasi yang dicapai siswa.

(5) Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengadakan upaya

evaluasi yang dilakukan guru dalam penelitian tindakan

kelas. Refleksi di sini dilakukan dengan cara berdiskusi

terhadap berbagai masalah yang muncul selain proses

pembelajaran. Pada kegiatan refleksi ini juga diungkapkan

aspek-aspek mengapa, bagaimana, dan sejauh mana

tindakan yang dilakukan mampu memperbaiki masalah

(58)

menentukan keputusan untuk melakukan siklus lanjutan

ataukah berhenti karena masalahnya telah terpecahkan.

Siklus II

1) Pertemuan 1

a) Perencanaan

Sebelum melakukan perbaikan, peneliti terlebih dahulu

menyusun perangkat pembelajaran yaitu:

(1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan

materi pembagian siklus II.

(2) Menyusun lembar kerja siswa.

(3) Menyusun soal evaluasi dan kunci jawaban.

(4) Menyusun penilaian.

b) Pelaksanaan

(1) Kegiatan awal

(a) Salam pembuka dan berdoa.

(b) Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa.

(c) Mengadakan apersepsi: tanya-jawab tentang pembagian

Mengapa anak kecil menangis ketika permennya lebih

sedikit dari saudara kembarnya?

(d) Menyampaikan tujuan pembelajaran tentang materi

(59)

(2) Kegiatan Inti

(a) Siswa dibagi dalam sembilan kelompok, setiap

kelompok terdiri dari empat siswa.

(b) Siswa memperhatikan penjelasan dari guru.

(c) Siswa melakukan pembagian dengan cara setiap anak

mengambil jumlah yang sama banyak.

(d) Siswa mengisi lembar kerja yang telah diberikan guru.

(3) Kegiatan akhir

(a) Guru dan siswa menyimpulkan hasil pembelajaran tadi

secara bersama-sama.

(b) Penugasan

(c) Refleksi

(d) Salam penutup

(4) Observasi

Kegiatan observasi dilakukan oleh peneliti pada

waktu berlangsungnya kegiatan belajar.Observasi yang

dilakukan adalah mencatat peristiwa yang terjadi selama

pelaksanaan tindakan.

(5) Refleksi

Peneliti menyimpulkan hasil pengamatan atau

observasi berupa catatan dan data dari hasil pelaksanaan

tindakan tentang jalannya pembelajaran dan

(60)

menilai apakah pelaksanaan tindakan tersebut lebih efektif

dan efisien untuk menemukan daftar permasalahan yang

muncul pada saat tindakan.Temuan di atas digunakan dasar

untuk melaksanakan perencanaan berulang dan menentukan

langkah-langkah berikutnya.

2) Pertemuan 2

a) Perencanaan

Sebelum melakukan perbaikan, peneliti terlebih dahulu

menyusun perangkat pembelajaran yaitu:

(1) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan

materi pokok pembagian cara pengulangan berulang.

(2) Menyusun lembar kerja siswa.

(3) Menyusun soal evaluasi dan kunci jawaban.

(4) Menyusun penilaian.

(5) Menyiapkan alat dan bahan percobaan.

b) Pelaksanaan

(1) Kegiatan awal

(a) Salam pembuka dan berdoa.

(b) Mengecek kehadiran dan kesiapan siswa.

(c) Mengadakan apersepsi: tanya-jawab tentang pembagian

berulang.

20-5-5-5-5 = 0, sebanyak berapa kali pengurangan agar

(61)

(d) Menyampaikan tujuan pembelajaran tentang materi

pengurngan berulang.

(2) Kegiatan Inti

(a) Siswa dibagi dalam sembilan kelompok, setiap

kelompok terdiri dari empat siswa.

(b) Siswa mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan

pembagian.

(c) Siswa mendengarkan petunjuk mengerjakan dari guru.

(d) Siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya.

(3) Kegiatan akhir

(a) Siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran tadi

secara bersama-sama.

(b) Penugasan

(c) Refleksi

(d) Salam penutup

(4) Observasi

Observasi pada siklus I pertemuan kedua ini peneliti

masih mengamati kegiatan belajar dan mencatat

peristiwa-peristiwa yang terjadi selama proses pembelajaran.

Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mengetahui dan

memperoleh gambaran lengkap secara objektif tentang

perkembangan proses pembelajaran, dan pengaruh tindakan

(62)

siklus I dilakukan tes tertulis untuk mengetahui hasil

prestasi yang dicapai siswa.

(5) Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mengadakan upaya evaluasi

yang dilakukan guru dalam penelitian tindakan kelas.

Refleksi di sini dilakukan dengan cara berdiskusi terhadap

berbagai masalah yang muncul selain proses pembelajaran.

Pada kegiatan refleksi ini juga diungkapkan aspek-aspek

mengapa, bagaimana, dan sejauh mana tindakan yang

dilakukan mampu memperbaiki masalah secara

bermakna.Melalui kegiatan inilah peneliti menentukan

keputusan untuk melakukan siklus lanjutan ataukah berhenti

karena masalahnya telah terpecahkan.

D. Pengumpulan Data dan Instrumennya

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk memperoleh

data yaitu berupa data kondisi awal hasil prestasi belajar siswa kelas III

semester I SD Kanisius Kadirojo tahun ajaran 2011/2012.Data kondisi awal

prestasi belajar siswa kelas III semester I SD Kanisius Kadirojo tahun ajaran

2011/2012 terlampir dalam lampiran.

Menurut Nana Syaodih (2008: 222) teknik pengukuran bersifat

(63)

dan menghasilkan data dari hasil pengukuran yang berbetuk

angka-angka.Instrumen yang bersifat mengukur secara umum dapat dibedakan dalam

dua macam, yaitu tes dan skala.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengukuran dengan tes.Tes

yang digunakan dalam pendidikan biasa dibedakan antara tes hasil belajar dan

tes psikologi. Tes hasil belajar mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa

selama kurun waktu tertentu, misalnya tes akhir pertemuan, tes mingguan, tes

akhir pokok bahasan, tes tengah semester, tes semester, tes-tes jenjang

pendidikan, dan tes-tes lainnya. Tes hasil belajar yang dilakukan peneliti

adalah tes akhir pertemuan.

Tabel 3. Pengumpulan Data

No. Peubah Data Pengumpulan Instrumen

1 Prestasi belajar Skor nilai tes Tes evaluasi Soal-soal evaluasi

Dalam kegiatan pengukuran ini peneliti menggunakan tes tertulis untuk

mengukur prestasi belajar siswa kelas III semester I SD Kanisius Kadirojo

tahun ajaran 2011/2012.Jumlah soal tes tertulis tersebut adalah sepuluh soal,

terdiri dari soal isian singkat.Soal isian singkat berjumlah sepuluh soal dengan

skor maksimal satu.

Pada dasarnya instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk

mengukur dalam rangka pengumpulan data.Dalam pendidikan, instrumen alat

ukur yang digunakan untuk mengumpulkan data dapat berupa tes atau non tes.

(64)

1. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (terlampir)

2. Penyusunan LKS (terlampir)

3. Penyusunan soal-soal evaluasi

Dalam melakukan suatu kegiatan pengukuran, alat yang digunakan

untuk mengukur haruslah sesuai dengan apa yang mau diukur dan dinyatakan

valid. Pada dasarnya validitas merupakan sesuatu yang berhubungan dengan

kemampuan untuk mengukur secara tepat sesuatu yang ingin diukur.Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan tes tertulis untuk mengukur prestasi

belajar siswa. Tes tertulis dinyatakan valid untuk mengukur prestasi belajar

karena dengan tes tertulis tersebut dapat diketahui tingkat prestasi belajar

siswa dan sebelumnya telah melalui proses konsultasi dengan ahli. Tes

validitas dilakukan melalui “expert judgement dimana telah ditempuh lewat konsultasi dengan ahli, dalam hal ini adalah dosen pembimbing.Tes tertulis di

sini merupakan alat ukur yang reliabel karena dapat memberikan hasil

pengukuran hasil belajar yang relatif tetap secara konsisten.

Validitas suatu instrumen adalah suatu derajat yang menunjukkan

dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur (Syaodih, 2008: 156).

Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat

mengukur apa yang hendak diukur. Seorang guru seharusnya melakukan tes

untuk melakukan penilaian apakah para siswa dapat menguasai pengetahuan

telah diberikan di kelas, sehingga guru dapat membuat tes yang cocok dengan

(65)

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis validitas isi.Validitas

isi adalah derajat dimana sebuah tes mengukur cakupan substansi yang ingin

diukur.Menurut Arikunto (1993: 129) validitas isi berkaitan dengan

kemampuan suatu instrumen mengukur isi yang harus diukur.Ini berarti alat

ukur mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak

diukur.Dalam validitas isi terdapat dua aspek penting yaitu valid isi dan valid

teknik samplingnya. Valid isi mencakup khususnya hal-hal yang berkaitan

dengan apakah item-item itu menggambarkan pengukuran dalam cakupan

yang ingin diukur. Validitas sampling pada umumnya berkaitan dengan

bagaimanakah baiknya suatu sampel tes mempresentasikan total cakupan isi.

E. Analisis Data

1. Kondisi awal prestasi belajar siswa

Kondisi awal prestasi belajar siswa dan kondisi akhir yang diharapkan

adalah sebagai berikut:

Tabel 4.

Indikator Capaian Penelitian

Peubah Indikator

Kondisi Awal

Siklus I Siklus II

Prestasi

belajar

siswa

Mengingat pembagian

sebagai pengurangan

sampai habis

55% 65% 80%

(66)

bilangan yang

lambangnya terdiri dari

tiga angka dengan

bilanganyang

lambangnya terdiri dari

satu angka

2. Penskoran

Tabel 5.

Bentuk Soal dan Penyekoran

Tipe Jumlah

Skor maksimal per nomor

Skor maksimal per tipe

Isian Singkat 10 1 10

TOTAL SKOR KESELURUHAN 10

Ketentuan penyekoran dalam soal

a. Ketentuan penyekoran dalam soal isian singkat:

Skor 1 jika : jawaban benar

(67)

Hasil skor yang diperoleh siswa dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

N = nilai akhir

R = skor yang didapat siswa

SM = jumlah skor maksimal

100 = bilangan tetap

Cara menghitung persentase (%) KKM

Gambar

Tabel 2. Indikator Keberhasilan Siswa  ........................................................
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Penelitian
Tabel 2. Indikator keberhasilan siswa
Tabel 3. Pengumpulan Data
+7

Referensi

Dokumen terkait

2) Actual Product atau a) perilaku tertentu yang kita promosikan, seperti sikat gigi 2 x per hari,penggunaan pasta gigi dan sikat gigi sudah benar seperti yang disarankan

Dari kesimpulan yang didapat bahwa permintaan rumah tangga terhadap komoditi pangan hewani lebih responsif terhadap perubahan pendapatan dibandingkan dengan perubahan harga

Metode ini dilakukan dengan dibuat titik-titik secara random pada denah lokasi, setiap titik pada AP memberikan data faktual berupa RSSI yang berbeda-beda dari setiap

Kelas Users digunakan untuk menyimpan seluruh data users , kelas BiayaDokter akan menyimpan data biaya dokter, kelas KuotaJamkes akan menyimpan data kuota jaminan

Berdasarkan hasil gambaran dan analisis system yang telah berjalan di atas, yang ditinjau melalui use case dan Activity diagram dapat digambarkan beberapa

Cuci gadung hingga bersih, kukus sampai matang Bersihkan kulit gadung, tumbuk hingga halus Didihkan vanili, gula pasir, dan santan kental. Campur gadung yang sudah

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keselamatan kerja karyawan pada PT PLN (Persero) Area Malang sudah sangat baik yang berdampak pada motivasi kerja,

Sedangkan Pasal 1 ayat (8) Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris menegaskan bahwa Minuta Akta adalah asli Akta yang mencantumkan tanda tangan