• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Prosedur Perolehan Izin Mendirikan Yayasan Ditinjau dari Segi Hukum Administrasi Negara (Studi Yayasan Sekolah Tinggi Agama Islam AL Islahiyah Kota Binjai)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Prosedur Perolehan Izin Mendirikan Yayasan Ditinjau dari Segi Hukum Administrasi Negara (Studi Yayasan Sekolah Tinggi Agama Islam AL Islahiyah Kota Binjai)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Perizinan merupakan perbuatan Hukum Administrasi Negara bersegi satu yang diaplikasikan dalam peraturan berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ketentuan perundang-undangan. Iinilah yang kerap kali menjadi persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari masyarakat biasa sampai pejabat, berkutat dengan perizinan, karena perizinan berkaitan dengan kepentingan yang diingikan oleh masyarkat untuk melakukan aktivitas tertentu dengan mendapat persetujuan atau legalitas dari pejabat negara sebagai alat administrasi didalam pemerintahan suatu negara. Sebagai suatu bentuk kebijakan tentunya izin tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan serta norma norma kehidupan yang ada dimasyarakat baik secara vertikal maupun horizontal.

Kebijakan yang berbentuk izin harus mencerminkan suatu kebjakan yang sesuai dengan prikehidupan dan kenyamanan seluruh masyarakat, sehingga tujaun negara dalam konsep negara kesejahteraan (welfare state) yang termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 alinea ke-empat , dapat terwujud dan terdapat dalam pembukaan UUD 1945 untuk mewujudkan negara kesejahteraan.

(2)

supermasi atau tiada kekuasaan lain yang lebih tinggi selain hukum. Upaya merealisasi Negara berdasarkan hukum dan mewujudkan kehidupan bernegara maka hukum menjadi pengarah, perekayasa, dan perancang bagaimana bentuk masyarakat hukum untuk mencapai keadilan. Berkaitan dengan hal tersebut harus disesuaikan dengan perkembangan masyarakat serta tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yayasan dipandang sebagai bentuk idiil dan filantropis untuk mewujudkan keinginan manusia dan keberdayaannya dirasakan membawa manfaat positif dari sisi kemanusiaan. Berbagai macam yayasan dengan berbagai karakteristiknya dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah yayasan yang bergerak pada bidang pendidikan. Yayasan yang bergerak pada bidang pendidikan diantaranya ada yang mendirikan sekolah, yaitu mulai dari sekolah dasar, menengah, lanjutan sampai perguruan tinggi juga mendirikan pusat pelatihan ataupun training dan sebagainya.

(3)

dengan cara mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha”1 dan semakin diperjelas dengan Pasal 7 ayat (1) yang menyatakan: “Yayasan dapat mendirikan badan usaha yang kegiatannya sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan”.2

Kiprah yayasan sebagai organisasi nirlaba menjadi sorotan publik, setelah keterkaitan sejumlah Yayasan dengan berbagai skandal keuangan menyeruak. Banyak tudingan miring kepada Yayasan, terutama berkaitan dengan ‘kedok’ sebagai mencari keuntungaan, tetapi mendapatkan berbagai kemudahan dibanding bentuk badan hukum lain, semisal Perseroan Terbatas. Belum lagi jika konflik yang melanda di antara Pengurus, yang dapat berdampak buruk bagi aktivitas Yayasan. Misalnya kegiatan belajar mengajar di sebuah lembaga pendidikan dapat terhenti, hanya karena konflik Pengurusnya.

Yayasan dalam mendanai kegiatan oprasionalnya memperoleh dana melalui kekayaan awal yang berasal dari pendiri Yayasan dan kekayaan lainnya yang bersumber dari sumbangan yang tidak mengikat, wakaf, hibah dan hibah wasiat. Oleh karenanya tujuan pendirian dari Yayasan diidentikan dengan kegiatan bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan telah berkembang pesat dan makin beragam coraknya.

3

Sehubungan dengan telah berkembang pesat dan makin beragam coraknya Yayasan, untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum serta mengembalikan

1

Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan

2

Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan

3

(4)

fungsi Yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai kegiatan, maksud, dan tujuannya telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan.

Hadirnya Undang-Undang Yayasan dimaksudkan untuk memberikan pemahaman dan aturan-aturan yang jelas kepada masyarakat mengenai bagaimana prosedur perolehan izin mendirikan suatu Yayasan, untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum serta mengembalikan fungsi Yayasan sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai tujuan tertentu di bidang pendidikan, sosial, keagamaan dan kemanusiaan. Undang-Undang Yayasan juga mengatur kemungkinan dilakukannya pemeriksaan terhadap Yayasan berdasarkan penetapan pengadilan.

Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis tertarik untuk menulis skripsi ini yang diberi judul : “PROSEDUR PEROLEHAN IZIN MENDIRIKAN YAYASAN DITINJAU DARI SEGI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA”

(Studi Yayasan Sekolah Tinggi Agama Islam AL Islahiyah Kota Binjai).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang diuraikan diatas, maka perlu dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

(5)

3. Apa saja Akibat Hukum yang Timbul bagi pemegang Izin mendirikan Yayasan?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penulisan

Tujuan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengaturan dan proses pengesahan Yayasan berdasarkan Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004.

b. Untuk mengetahui akibat hukum yang timbul bagi pemegang Izin mendirikan Yayasan.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah : a. Manfaat Teoritis

Pembahasan terhadap masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai izin mendirikan Yayasan.

b. Manfaat Praktis

(6)

hukum dan juga tidak hanya bertujuan untuk memperkaya diri sendiri saja. Hal ini dimaksudkan agar registrasi Yayasan dengan pola penerapan administrasi hukum yang baik dapat mencegah praktek perbuatan hukum yang dilakukan Yayasan yang dapat merugikan Yayasan.

D. Keaslian Penulisan

“Prosedur Perolehan Izin Mendirikan Yayasan Ditinjau Dari Segi

Hukum Administrasi Negara (Studi: Yayasan Sekolah Tinggi Agama Islam

(7)

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Perizinan

Izin (vergunning) adalah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan peraturan perundang-undangan. Izin dapat juga diartikan sebagai dispensasi atau pelepasan/pembebasan dari suatu larangan.4

Ateng Syafrudin mengatakan bahwa izin bertujuan dan berarti menghilangkan halangan, hal yang dilarang menjadi boleh,atau Als opheffing van een algemene verbodsregel in het concrete geval, (sebagai peniadaan ketentuan larangan umum dalam peristiwa konkret).5

Menurut Sjachran Basah, izin adalah perbuatan hukum administrasi negara bersegi satu yang mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan.6

Bagir Manan menyebutkan bahwa izin dalam arti luas berarti suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum dilarang.7

4

E. Utrecht, Pengantar dalam Hukum Indonesia, (Jakarta : Ichtiar, 1957), hlm. 186.

5

M.M. van Praag, Algemen Nederlands Administratief Recht, Juridische Boekhandel en Uitgeverij A. Jongbloed & Zoon, (‘s-Gravenhage, 1950), hlm. 54.

6

Sjachran Basah, Pencabutan Izin Salah Satu Sanksi Hukum Administrasi, Makalah pada Penataran Hukum Administrasi dan lingkungan di Fakultas Hukum Unair, Surabaya, 1995, hlm. 1-2.

7

(8)

Izin merupakan instrumen pemerintah dalam melakukan pengendalian untuk mencapai tujuannya. Mekanisme perizinan & izin yang diterbitkan untuk pengendalian dan pengawasan administratif bisa dipergunakan sebagai alat untuk mengevaluasi keadaan dan tahapan perkembangan yang ingin dicapai, disamping untuk mengendalikan arah perubahan dan mengevaluasi keadaan, potensi serta kendala yang disentuh untuk berubah.

Dalam hal perizinan, yang berwenang mengeluarkan izin adalah pejabat administratif, kaitannya adalah dengan tugas pemerintah dalam hal memberikan pelayanan umum kepada masyarakat. Dalam hal pelayanan publik, izin merupakan bentuk pelayanan yang harus diberikan kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan administratif, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan oleh publik. Izin dapat berbentuk tertulis dan atau tidak tertulis, namun dalam Hukum Administrasi Negara izin harus tertulis, kaitannya apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diingikan, maka izin yang berbentuk suatu keputusan adminstrasi negara (beschicking) dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam pengadilan. Izin yang berbentuk beschiking, sudah tentu mempunyai sifat konkrit (objeknya tidak abstrak, melainkan berwujud, tertentu dan ditentukan), individual (siapa yang diberikan izin), final (seseorang yang telah mempunyai hak untuk melakukan suatu perbuatan hukum sesuai dengan isinya yang secara definitif dapat menimbulkan akibat hukum tertentu).8

8

(9)

Unsur-unsur dalam izin adalah: a. Para pihak

b. Objek pengaturan c. Pengesahan

d. Pihak yang mengeluarkan

e. Jangka waktu (tidak ada izin yang berlaku seumur hidup) f. Untuk apa izin digunakan

g. Alasan penerbitan izin; atribusi, delegasi dan mandate Tujuan sistem perizinan adalah:

a. Adanya suatu kepastian hukum b. Perlindungan kepentingan umum

c. Pencegahan kerusakan atau pencemaran lingkungan d. Pemerataan distribusi barang tertentu

2. Pengertian Yayasan

Yayasan adalah badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota.9 Yayasan memperoleh status badan hukum setelah mendapat pengesahan akta pendirian Yayasan dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan HAM atas nama Menteri yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Yayasan.10

9

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan

10

(10)

Yayasan sebagai badan hukum membawa dampak bagi setiap orang yang ingin mendirikannya dimana Yayasan tidak dapat lagi didirikan dengan sembarangan dan harus merujuk kepada Hukum Yayasan yang telah ada dan bagi Yayasan yang telah ada sebelum Undang-Undang Yayasan muncul maka Yayasan tersebut diwajibkan untuk didaftarkan di Pengadilan Negeri dan dimumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia atau didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin dari instansi terkait (Paling lama 6 Oktober 2008) telah menyesuaikan Anggaran Dasar, dan paling lama 1 tahun sejak penyesuaian Anggaran Dasar wajib diberitahukan kepada Menteri Hukum dan HAM. Yayasan yang diakui sebagai badan hukum tidak menyesuaikan Anggaran Dasarnya dalam masa 3 tahun (paling lambat 6 Oktober 2008) dapat dibubarkan berdasarkan keputusan Pengadilan.11

Yayasan diurus oleh organ-organ Yayasan yang telah diatur dalam Undang-Undang Yayasan seperti Pembina, Pengurus dan Pengawas. Ketiga organ tersebut saling berkerja sama mengurus Yayasan sesuai dengan tugasnya masing-masing sehingga Yayasan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya. Pembina sebagai organ tertinggi yang memiliki kewenangan sebagai berikut:12

1. Mengambil keputusan mengenai perubahan anggaran dasar

2. Melakukan pengangkatan dan pemberhentian anggota Pengurus dan anggota Pengawas

11

http:/www. Apb.or.id, “Hukum Yayasan Indonesia”, diakses pada tanggal 8 Oktober 2014

12

(11)

3. Melakukan penetapan kebijakan umum Yayasan berdasarkan anggaran dasar Yayasan

4. Mengambil keputusan mengenai penggabungan atau pembubaran Yayasan Pengurus menjalankan pengurusan baik di dalam dan di luar Yayasan. Pengurus menjalankan roda Yayasan untuk mencapai maksud dan tujuannya. Organ ketiga adalah Pengawas yang bertugas untuk mengawasi pekerjaan Pengurus Yayasan. Dalam Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang No 16 Tahun 2001 disebutkan bahwa selain tugas tersebut Pengawas juga mempunyai tugas memberi nasehat kepada Pengurus dalam menjalankan kegiatan Yayasan.13

Hal yang sangat penting untuk diketahui mengenai Yayasan untuk menghindari terjadinya penyimpangan adalah mengetahui apa saja unsur-unsur yang terdapat dalam Yayasan tersebut. Adapun unsur-unsur tersebut adalah:14

1. Yayasan adalah badan hukum

Terdapat beberapa teori mengenai badan hukum diantaranya yaitu teori fictie, teori harta kekayaan bertujuan, teori organ, teori propriete collective, teori kenyataan yuridis, teori dari Leon Duguit, teori hukum kodrat tentang hak milik pribadi dan Leer van het ambtelijk vermogen. Menurut teori Teori Fictie dari Von Savigny, badan hukum itu semata-mata buatan negara saja. Badan hukum itu hanyalah fiksi, yakni sesuatu yang sesungguhnya tidak ada, tetapi orang menghidupkannya dalam bayangan sebagai subyek hukum yang dapat melakukan perbuatan hukum

13

Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan

14

(12)

seperti manusia.15 Menurut Teori Harta Kekayaan Bertujuan dari Brinz, yang menyatakan bahwa terdapat kekayaan yang tidak ada pemiliknya tetapi terikat pada tujuan tertentu kemudian diberi nama badan hukum. Menurut Teori Organ dari Otto van Gierke, menyatakan bahwa badan hukum itu adalah suatu realitas sesungguhnya sama seperti sifat kepribadian alam manusia ada di dalam pergaulan hukum.16 Dimana badan hukum itu mempunyai kehendak dan kemauan sendiri yang dibentuk melalui alat-alat perlengkapannya yaitu pengurus dan anggota-anggotanya. Kemudian Teori Kekayaan Bersama dari Planiol menyatakan bahwa hak dan kewajiban badan hukum pada hakikatnya adalah hak dan kewajiban para anggotanya bersama-sama, dengan demikian badan hukum hanya merupakan kontruksi yuridis saja. Teori Kenyataan Yuridis yang menyatakan bahwa badan hukum merupakan suatu realita yang kongkrit dan riil meskipun tidak bisa diraba tetapi merupakan kenyataan yuridis. Maijers menyebut teori tersebut, teori kenyataan yang sederhana, sederhana karena menekankan bahwa hendaknya dalam mempersamakan badan hukum dengan manusia itu terbatas sampai pada bidang hukum saja.17

15

Ridwan Syahrani, Selu-beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, (Bandung, Alumni, 2000), hal. 56

16

Agus Budiarto, Seri Hukum Perusahaan: Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas, (Jakarta, Ghalia Indonesa, 2002), hal. 28

17

Chidir Ali, Badan Hukum, (Bandung, Alumni, 1999), hal. 35

(13)

dapat menjadi pendukung dari hak subjektif. 18 Teori yang ketujuh adalah Teori Hukum Kodrat tentang hak milik pribadi yang menyatakan bahwa menurut Thomas Aquino, hak milik pribadi.19

2. Terdiri atas kekayaan yang dipisahkan

Yayasan diakui sebagai badan hukum adalah suatu badan yang ada karena hukum dan memang diperlukan keberadaannya sehingga disebut legal intity dan menurut Pasal 11 ayat (1) Undang-Undang Yayasan bahwa Yayasan memperoleh status badan hukum setelah akta pendirian Yayasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (2) memperoleh pengesahan dari Menteri Kehakiman.

Dalam ketentuan Pasal 5 Undang-Undang No 16 Tahun 2001 tentang Yayasan dijabarkan secara konkrit bahwa kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang maupun kekayaan lain yang diperoleh Yayasan berdasarkan Undang-Undang ini, dilarang dialihkan atau dibagiakan secara langsung atau tidak langsung kepada Pembina, Pengurus, Pengawas dan karyawan atau pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan Yayasan. Pemisahan harta kekayaan Yayasan tersebut sebenarnya bertujuan untuk mencegah jangan sampai kekayaan awal Yayasan masih merupakan bagian dari harta pribadi atau harta bersama pendirian. Jika tidak demikian nantinya harta tersebut masih tetap sebagai kekayaan milik pendiri Yayasan.20 Kekayaan Yayasan sebagaimana dimaksud tersebut dipergunakan untuk mencapai maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Yayasan.

18Ibid

19Ibid

, hal. 37

20

(14)

3. Organ Yayasan

Badan hukum Yayasan memiliki alat perlengkapan (organ) yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Yayasan yaitu Pembina, Pengurus dan Pengawas. Pembina mempunyai kewenangan untuk menilai hasil pekerjaan Pengurus dan Pengawas. Pengurus melakukan pengurusan terhadap Yayasan baik di dalam maupun di luar pengadilan. Pengawas melakukan pengawasan terhadap pekerjaan pengurusan yang dilakukan oleh Pengurus Yayasan.

F. Metode Penilitian

1. Jenis dan Sifat penelitian

Dalam menyusun skripsi ini, jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif, dimana penelitian hukum normatif adalah suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan dipandang dari sisi normatifnya.21 Penelitian yang hanya menggunakan dan mengolah data-data sekunder atau disebut juga dengan metode kepustakaan yang berkaitan dengan pendirian Yayasan. Juga ditambah dengan melakukan Field Research penelitian lapangan untuk mendukung informasi untuk mendukung teori yang ada.

21

(15)

2. Teknik Pengumpulan Data.

Penelitian Kepustakaan, yaitu dengan melakukan bacaan-bacaan teoritis ilmiah yang digunakan sebagai bahan analisis terhadap masalah yang dibahas. Data-data tersebut diperoleh dari buku-buku referensi, buku catatan perkuliahan, diskusi, internet dan dokumen-dokumen peraturan perundang-undangan.

Penelitian Lapangan, yaitu suatu cara untuk memperoleh data dengan cara melakukan penelitian langsung kelapangan untuk memperoleh data yang konkrit dan aktual, untuk itu penulis melakukan wawancara dengan staf di Yayasan Sekolah Tinggi Agama Islam AL Islahiyah Kota Binjai.

3. Sumber Data

a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum berupa Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan, Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 Tentang Perubahan Undang-Undang No. 16 Tahun 2001, Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Yayasan.

b. Bahan Hukum Skunder, yaitu bahan hukum berupa hasil penelitian, laporan-laporan, artikel, majalah, dan situs internet yang dapat memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer.22

c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan primer dan skunder seperti kamus, ensiklopedia, dan lain-lain.

22

(16)

4. Analisis Data

Data Sekunder yang telah diperoleh kemudian dianalisa secara kualitatif yaitu semaksimal mungkin memakai bahan-bahan yang ada berdasarkan asas-asas, pengertian serta sumber-sumber hukum yang ada dan menarik kesimpulan dari bahan tersebut.

G. Sistematika Penulisan

Secara sistematis penulis membagi skripsi ini menjadi beberapa bab, dan tiap babnya terbagi menjadi beberapa sub bab, antara lain sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan kepustakaan, metode penelitian, sistematika penulisan, dan keaslian penulisan.

BAB II : PENGATURAN HUKUM TENTANG IZIN MENDIRIKAN

YAYASAN

Bab ini menguraikan tentang peraturan yang mengatur izin mendirikan yayasan, tujuan dan fungsi pemberian izin mendirikan yayasan, instansi terkait yang berwenang mengeluarkan izin mendirikan yayasan.

BAB III : PROSEDUR PEROLEHAN IZIN MENDIRIKAN YAYASAN

(17)

yayasan, hambatan yang dihadapi dalam perolehan izin mendirikan yayasan, upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan yang terjadi

BAB IV : AKIBAT HUKUM YANG TIMBUL BAGI PEMEGANG IZIN

MENDIRIKAN YAYASAN

Bab ini menguraikan tentang hak yang diperoleh pemegang izin mendirikan yayasan, kewajiban yang harus dipenuhi oleh pemegang izin mendirikan yayasan, sanksi terhadap penyalahgunaan izin yang diberikan.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian lainnya dilakukan Wirastuti (2013) dengan topik “Analisis Kesalahan Berbahasa pada Penulisan Latar Belakang Skripsi Mahasiswa Non Bahasa dan

Hasil penelitian ini adalah (1) jumlah siswa putri yang mengalami tingkat kesulitan rendah cara belajar matematika lebih banyak (53%) dari pada jumlah siswa putra yang

Universitas Kristen Maranatha Secara teoritis, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui akulturasi makanan yang disajikan saat makan malam di malam Tahun Baru Imlek

[r]

1) Motive , adalah konsistensi berfikir mengenai sesuatu yang diinginkan dan dikehendaki oleh seseorang, sehingga menyebabkan suatu kejadian.. laku seperti mengendalikan,

Sedangkan yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan hidup yaitu masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan

The researcher instructed them read the text on the text book and read it seriously. The researcher also asked them to do some steps in cooperative reading groups technique such

Sehubungan dengan Surat Pengumuman Nomor :...(5) tanggal ……….(6) tentang ……….(7), dengan ini kami mengusulkan nama calon peserta Sertifikasi Bendahara dengan kode satker