BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan
bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada
di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan
daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak – puncak
kebudayaan daerah. Maksudnya puncak – puncak kebudayaan daerah
adalah unsur - unsur kebudayaan daerah yang bersifat universal dan dapat
diterima oleh suku – suku bangsa, tanpa menimbulkan gangguan terhadap
latar belakang budaya kelompok yang menerima sekaligus mewujudkan
konfigurasi atau gugusan kesatuan budaya nasional.
Kebudayaan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan
dengan manusia. Manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang sangat
erat. Hampir semua tindakan manusia itu adalah kebudayaan, hanya
tindakan yang sifatnya naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan.
Tetapi tindakan demikian persentasinya kecil. Tindakan yang merupakan
kebudayaan dibiasakan melalui proses belajar ( Ihromi, 2006:13 ).
Gultom ( 1992 : 253 ) mengatakan adapun kebudayaan tersebut
a. Kebudayaan sebagai kompleks gagasan.
Wujud kebudayaan sebagai kompleks gagasan, merupakan konsep dan
pikiran manusia. Sebagai kompleks gagasan, kebudayaan adalah bersifat
abstrak, yang tidak dapat dilihat, didengar, dan diraba. Wujud ini disebut
sistem budaya. Sistem budaya adalah rangkaian proses gagasan atau
rangkaian proses pandangan – pandangan yang paling berharga dan
bernilai dalam hidup manusia.
Gagasan – gagasan ini adalah merupakan pandangan – pandangan
terhadap sesuatu dalam hidupnya. Gagasan atau pandangan tadi
mencakup antara lain :bagaimana pandangan tentang Ketuhanan,
bagaimana pandangan manusia mengenai alam, bagaimana pandangan
manusia tentang ilmu pengetahuan dan bagaimana pula pandangan manusia
tentang waktu.
b. Kebudayaan sebagai kompleks aktivitas.
Wujud kebudayaan sebagai kompleks aktivitas adalah interaksi
– interaksi manusia yang timbul berkat nilai budaya yang dihayati untuk
menghadapi lingkungannya interaksi manusia untuk menghadapi
lingkungannya adalah wujud nilai budaya dalam bentuk sosial.
Sistem sosial adalah sistem yang menata hubungan manusia dengan
manusia dengan manusia. Masyarakat mendorong aktivitas lain untuk
berkarya guna kebutuhan sosial. Melalui sistem sosial ini diketahui
bagaimana sistem kemasyarakatan, sistem kerabat kelompok keluarga dan
keluarga inti, atau keluarga satu suku bangsa.
c. Kebudayaan sebagai kumpulan benda.
Wujud kebudayaan sebagai kumpulan benda atau artipaks disebut aset
budaya yang tumbuh dari kompleks aktivitas demi kebutuhan sosial. Untuk
kebutuhan spritual maupun untuk kebutuhan material mendorong manusia
itu untuk berbuat atau berkarya. Hasil kerja demikian disebut karya budaya.
Berwujud kongkrit dan nyata dan sering disebut dengan istilah Phisical
culture. Karya budaya itu tumbuh dari sistem sosial yang merupakan
kompleks gagasan atau nilai budaya. corak dari karya budaya yang tumbuh
dari sistem sosial itu berkat ide vital nilai budaya.
Penelitian pada karya budaya akan dapat mengetahui sistem sosial
dan nilai yang bersumber dari gagasan mengapa karya budaya itu ada. Para
ahli sependapat bahwa unsur kebudayaan materi itu adalah kebutuhan sosial
antara lain tentang sistem masyarakat, bahasa, sistem ekonomi,
pengetahuan, teknologi, kesenian dan religi.
Kedudukan manusia terhadap kebudayaan yaitu sebagai penganut
kebudayaan. Pembentukan kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan
pada persoalan yang memintakan pemecahan dan penyelesaian. Dalam
rangka survive maka manusia harus mampu memenuhi apa yang menjadi
kebutuhannya sehingga manusia melakukan berbagai cara.
Begitu pula dengan sejarah perkembangan kebudayaan yang ada di
Indonesia dan daerah. Kebudayaan terus berkembang sesuai dengan
kebutuhan manusia sehingga menghasilkan beragam budaya. Khasanah
kekayaan budaya suku – suku bangsa di Indonesia sebagian masih belum
tertulis dan sebagainya telah terhimpun dalam data verbal. Berbagai adat –
istiadat, permaianan rakyat, cerita rakyat serta deskripsi tentang wujud dan
unsur – unsur kebudayaan disamping ada yang telah tertulis akan tetapi
masih banyak yang belum ditulis dan dibukukan. Masih banyaknya
khasanah kebudayaan yang belum diketahui secara luas dan belum ditulis,
tidak terlepas masih kuatnya tradisi lisan.
Salah satu wujud kebudayaan sebagai kompleks aktifitas adalah tarian
rakyat. Ada kaitan yang erat antara tarian rakyat dengan kebudayaan,
khususnya kebudayaan daerah. Tarian rakyat tersebut memperlihatkan dan
menunjukkan corak – corak kebudayaan daerah. Disamping sebagai corak
dan ciri khas kebudayaan tersebut, bahwa tarian rakyat juga sebagai alat
Menurut Kamus Dewan Edisi Ketiga (2002:1378), tari adalah gerakan
badan serta tangan dan kaki yang berirama mengikuti rentak musik. Tari
merupakan gerakan tubuh mengikuti cara – cara ritmik biasanya
menggunakan iringan musik dan tergantung pada ruangan, untuk tujuan
mengekspresikan sebuah ide atau emosi, pelepasan atau pembebasan energi
atau secara sederhana menerima dengan senang hati gerakan itu sendiri.
Tarian adalah seni yang mengekspresikan nilai batin melalui gerak
yang indah dari tubuh atau fisik dan mimik. Iringan musik secara auditif
mendukung kesan visual yang ada ( Nursantara, 2006 )
Gerakan tari merupakan dari seni budaya yang merupakan refleksi
dari sikap, sifat, perilaku serta pengalaman hidup dari masyarakat sendiri.
Seperti dalam tarian tergambar cita ras dan daya, cipta dan karya dari
sekelompok orang atau masyarakat.
Tari tersebut merupakan gerakan yang rapi dan gerakan yang reguler,
secara harmoni mengkomposisikan keindahan perilaku, yang berlawanan
yang kegemalaian postur tubuh dan menjadi bahagian dari postur tubuh itu.
Tarian tidak sama dengan dengan gerakan yang kita lakukan sehari – hari.
Gerakan tari tidak langsung diarahkan untuk bekerja, berpergian, atau
mempertahankan hidup walau sebahagian besar praktek tari, gerakannya
Tarian yang ada di Indonesia terdiri dari beberapa bagian :
1. Tarian Tradisional
Tarian tradisional merupakan bentuk tari yang sudah lama ada,
diwariskan secara turun temurun, seperti biasanya mengandung nilai
filosofis, simbolis dan religius. Semua aturan ragam, formasi dan
busana dan riasnya hingga kini tidak banyak berubah.
2. Tarian Nusantara
Jenis tarian ini merupakan tarian tradisi daerah yang sudah
dikreasikan kembali. Kreasi ini bisa merupakan kreasi bebas maupun
hasil perpaduan gerak dan gaya tari antaretnik sehingga muncul jenis
baru.
3. Tarian Kreasi
Tarian kreasi merupakan tarian yang lepas dari standart tari yang
baku. Jenis tarian ini dirancang menurut kreasi penata tari sesuai
dengan situasi dan kondisi dengan tetap memelihara nilai artistiknya.
Tari kreasi baik sebagian penampilan utama maupun sebagian tarian
bervariasi, sehingga muncul istilah tari modern. Tarian ini dapat pula
dimodifikasi dengan drama.
Seperti suku – suku yang lainnya yang ada di daerah Indonesia yang
memiliki beraneka ragam budaya dan adat istiadat, memiliki tarian rakyat
tersendiri. Salah satunya adalah suku Batak yang terdiri dari subsuku,
diantaranya adalah suku Batak Toba yang mendiami wilayah Tapanuli
yang memiliki budaya dan adat istiadat tersendiri yang memiliki tarian
rakyat.
“Tarian pada masyarakat Batak Toba berasal dari tari yang berkaitan
animisme. Pada mulanya tarian itu dimainkan untuk memuja dewa – dewa.
Tarian yang khusus disampaikan kepada dewa akhirnya menjadi tarian
umum yang kemudian menjadi seni budaya Batak Toba ( Tambunan, 1982 :
85 )”
Masyarakat Batak Toba memiliki tarian yang disebut dengan tor-tor.
Kegiatan menari ( manortor) ini diiringi dengan alat musik tradisional
( gondang sabangunan ). Tarian yang dilakukan pada waktu upacara adat
perkawinan, kematian dan lain – lain. Pada masyarakat Batak Toba di
Pahae terdapat tarian tradisonal yang unik disebut dengan martumba.
Martumba memiliki keunikan tersendiri bila dibandingkan dengan
diiringi nyanyi dan gerakan. Suatu kegiatan yang dilakukan oleh
sekelompok muda – mudi. Tarian yang dilakukan sekelompok muda –
mudi di Pahae mengekspresikan dan mengkomunikasikan emosinya. Muda
– mudi yang melakukan gerakan serentak dan sambil bernyanyi secara
bersamaan menyalurkan atau meluapkan perasaan kegembiraan mereka.
Martumba dahulu sering ditampilkan masyarakat Batak Toba di
Pahae pada waktu terang bulan dan kini dilakukan sewaktu kegiatan besar
dan perayaan tertentu saja dalam masyarakat Batak Toba. Sering juga
dibuat sebagai perlombaan di kalangan muda – mudi di masyarakat Batak
Toba.
Satu kegiatan yang menjunjung tinggi kebersamaan antara sesama
muda- mudi. Untuk itu penulis merasa perlu untuk meneliti ini dikarenakan
pengaruh modernisasi masyarakat sekarang khususnya muda – mudi
tingkat menjunjung nilai kebersamaan semakin berkurang. Kebersamaan
antara sesama muda – mudi sudah semakian jarang ditemukan.
Penelitian ini bermanfaat agar senantiasa tarian yang secara khusus
dari Pahae yang dilakukan muda – muda ini tidak hilang ditelan jaman
begitu saja. Sebagai penambah khasanah kebudayaan daerah Batak Toba
dan juga kebudayaan Indonesia yang berfungsi sebagai penanda identitas
1.2 Rumusan Masalah
Martumba ( tarian tumba ) merupakan kebudayaan Batak Toba yang
dilakukan oleh muda – mudi dalam mengekpresikan perasaan kegembiraan
mereka secara bersamaan. Dalam kegiatan martumba yang dilakukan muda
– mudi secara serentak diiringi alunan nyanyian . Salah satu Dalam kegitan
ini merupakan suatu acara hiburan tersendiri bagi masyarakat Batak Toba di
Pahae. Suatu kegiatan yang dipertunjukkan oleh muda – mudi.
Sesuai dengan sebuah judul penelitian, yaitu “ Fungsi Martumba
Bagi Masyarakat Batak Toba di Pahae “ maka dari hasil penelitian ini dapat
mengetahui fungsi martumba bagi masyarakat Batak Toba di Pahae.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut dan mengetahui perumusan
masalah yang akan dibahas, penulis memberikan rumusan masalah yaitu :
1. Apakah pengertian tentang tarian tumba pada masyarakat Batak
Toba di Pahae ?
2. Apakah fungsi martumba bagi masyarakat Batak Toba di Pahae ?
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, maka yang menjadi
sasaran tujuan yang hendak dicapai adalah :
1. Untuk mendeskripsikan pengertian tentang tarian tumba yang ada
pada masyarakat Batak Toba di Pahae.
2. Untuk menjelaskan fungsi martumba bagi masyarakat Batak Toba di
Pahae.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan untuk dapat memberi manfaat
sebagai berikut :
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah
khasanah kepustakaan folklor yang ada di Indonesia.
Mendokumentasikan tarian tumba tersebut agar terhindar dari
kepunahan dan dapat diwariskan kepada generasi penerus dan juga
untuk menambah atau memperkaya teori dan konsep kebudayaan
suku Batak Toba khususnya tentang fungsi martumba bagi
masyarakat Batak Toba.
2. Secara prakis, penelitian ini dapat menambah wawasan bagi
masyarakat Batak Toba khususnya muda – mudi tentang tarian
tumba dan memotivasi untuk melakukan tarian tersebut. Bagi
Masyarakat Batak Toba khususnya tarian dan tertarik untuk
memahami kebudayaan masyarakat Batak Toba itu sendiri.
Memberikan dorongan kepada para peneliti untuk memberikan
perhatian dalam penelitian bidang budaya daerah Batak Toba dan
menunjang program pemerintah dalam upayah mengembangkan
budaya nasional.
1.4 Anggapan Dasar
Penelitian mengenai kegiatan martumba di Pahae Kabupaten
Tapanuli Utara penulis lakukan karena penulis pernah menyaksikan
kegiatan martumba dan juga ikut melakukan kegiatan martumba tersebut
pada waktu perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia.
Arikunto ( 1987:17 ) mengatakan anggapan dasar adalah sesuatu
yang diakui kebenarannya oleh peneliti dan berfungsi sebagai pijakan bagi
peneliti dalam melaksanakan penelitian tersebut. Oleh sebab itu, anggapan
dasar itu tidak perlu dibuktikan kebenarannya. Secara umum anggapan
dasar inilah yang merupakan dasar dan titik tolak penyusunan sebuah
1. Kegiatan martumba merupakan salah satu identitas budaya dari
masyarakat Batak Toba khusunya yang berdomisili di wilayah
Pahae.
2. Tumba merupakan warisan budaya dari leluhur masyarakat Batak
Toba.
3. Tumba sangat penting untuk diteliti dan ditulis dalam bentuk karya
ilmiah, agar warisan kebudayaan semakin dapat dikenal oleh
kalangan masyarakat khususnya bagi muda – mudi Batak Toba dan