• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBERADAAN TORTOR MARTUMBA PADA ETNIS BATAK TOBA DI PESISIR SIBOLGA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEBERADAAN TORTOR MARTUMBA PADA ETNIS BATAK TOBA DI PESISIR SIBOLGA."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

KEBERADAAN TORTOR MARTUMBA PADA ETNIS

BATAK TOBA DI PESISIR SIBOLGA

SKRIPSI

Telah Memenuhi Persyaratan Untuk Melaksanakan Sidang Meja Hijau

Oleh :

ELITA MANDAYARNI

NIM. 2113142020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TARI

JURUSAN SENDRATASIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i

ABSTRAK

ELITA MANDAYARNI, NIM 2113142020, Keberadaan Tortor Martumba pada etnis Batak Toba di Pesisir Sibolga. Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan. 2016

Tortor Martumba di Pesisir Sibolga merupakan suatu tari hiburan pada

masyarakat Batak Toba dalam acara Hari Kemerdekaan, penyambutan tamu-tamu penting, untuk hiburan dan pertunjukan seni.

Penelitian ini mengkaji tentang Keberadaan Tortor Martumba pada etnis Batak Toba di Pesisir Sibolga tujuannya yaitu membahas tentang keberadaan, kegunaan, fungsi dan bentuk penyajian .Teori-teori yang digunakan berhubungan dengan topik penelitian adalah pengertian keberadaan, pengertian kegunaan, teori fungsi dan teori bentuk penyajian.

Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2015 sampai bulan Februari 2016 tempat Desa Onan Tukka Kecamatan Tukka, dan sampel penelitian yaitu tokoh adat, seniman yang ada di KabupatenTapanuli Tengah. Teknik pengumpulan data meliputi observasi, wawancara, studi kepustakaan dan dokumentasi.

Berdasarkan hasil penelitian Tortor Martumba di Pesisir Sibolga bahwa Tortor Martumba adalah Tortor dari Batak Toba dan ditarikan oleh masyarakat etnis Batak Toba di Pesisir Sibolga. Tarian ini ada karena masyarakat Batak Toba yang bertransmigrasi ke wilayah Pesisir Sibolga dengan tetap melaksanakan kebiasaan yang mereka lakukan di tempat asalnya yaitu melakukan Tortor Martumba.Keberadaannya dapat dilihat dari kegunaan dan fungsinya sebagai hiburan penyambutantamu-tamu terhormat, sebagai materi pembelajaran ekskul di sekolah, sebagai hiburan bagi masyarakat juga sebagai perlombaan.Bentuk penyajian Tortor Martumba dapat dilihat dari gerakan yang sederhana dan tradisi yaitu gerakan sombah, gerakan bertepuk tangan, bergenggaman tangan, melompat, mengangkat kaki, busana yang digunakan ulos, rias memakai make up natural, musik nyanyian internal berisikan pantun bersahut-sahutan. Dalam penyajiannya Tortor Martumba tidak memakai tema ,hanyadilakukan untuk hiburan.

(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan sebanyak-banyaknya kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat kebaikan kepada penulis, sehingga dapat melaksanakan penulisan skripsi ini dengan baik dengan judul “Keberadaan

Tortor Martumba pada etnis Batak Toba di Pesisir Sibolga”. Atas berkat dan

rahmatNya juga, penulis dapat menyelesaikan perkuliahan hingga pada tingkat akhir.

Tujuan dari Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di jurusan Sendratasik Program Studi Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan. Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan pengetahuan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk perbaikan di masa yang akan datang.

Dalam penyelesaian tugas akhir ini, penulis juga mengalami berbagai kesulitan. Namun berkat Doa dan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Disini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd Rektor Universitas Negeri Medan. 2. Dr. Isda Pramuniati, M. Hum Dekan Fakultas Bahasa dan Seni. 3. Uyuni Widiastuti, M. Pd Ketua Jurusan Sendratasik.

4. Sitti Rahmah, S.Pd.,M.Si Ketua Program Studi Pendidikan Tari, pembimbing akademik dan selaku Narasumber I

5. Yusnizar Heniwaty, S.S.T .M.Hum Pembimbing Skripsi I 6. Dra. Dilinar Adlin, M.Pd Pembimbing Skripsi II

(8)

iii

8. Seluruh Dosen Pendidikan Tari Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan yang telah memberikan ilmunya selama proses pembelajaran berlangsung dan selama perkuliahan.

9. Ibu (Bou) Nurtjatimah Br. Sitompul selaku narasumber yang memberikan imformasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Teristimewa kedua orang tua Ayahanda H. Manimbul Sitompul dan Ibunda Hj Erliwati S.Pd, yang tiada henti-hentinya memberikan nasihat, semangat, dukungan serta doa hingga penulis dapat menyelesaikan Pendidikan di Universitas Negeri Medan.

11.Kepada Abanganda M.Ammar Sitompul. SH, Chandra Ironi Sitompul. SE Kakak Ipar Poppy Ananda Pasaribu yang selalu memberikaan arahan, semangat dan nasehat, dukungan, serta doa.

12.Kepada Papa H. Bripka Aspan Panggabean yang selalu memberikan semangat, arahan, motivasi, nasehat, doa.

13.Kepada sahabat Bigbongky yang selalu memberi motivasi, doa, semangat serta arahan.

14.Terima kasih kepada teman seperjuangan Seni Tari stambuk 2011, Kheliana, Ina, Novinta, Noni, Lena, Pilar , Trijayanti, Elvi

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh pihak yang turut membantu, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 2016

(9)

iv

BAB II. LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL.. ...8

(10)

v

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...20

1. Letak Geografis Kecamatan Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah ...20

2. Jumlah Penduduk...22

B. Sejarah datangnya masyarakat etnis Batak Toba di Pesisir Sibolga ...24

(11)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Persentasi jumlah Etnis di Kab. Tapanuli Tengah……….…22

Tabel 4.2 Uraian gerak dan syair untuk kepentingan hari kemerdekaan………...30

Tabel 4.3 Uraian gerak dan syair untuk kepentingan hiburan………...35

Tabel 4.4 Uraian gerak dan syair untuk kepentingan hiburan………...39

Tabel 4.5 Uraian syair untuk kepentingan hari kemerdekaan………...46

Tabel 4.6 Uraian syair untuk kepentingan hiburan………49

(12)

vii

DAFTAR FOTO

(13)

viii

DAFTAR GAMBAR

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari beragam suku bangsa, bahasa serta budaya. Keanekaragaman kebudayaan ini berasal dari kebudayaan-kebudayaan daerah. Dimana puncak-puncak kebudayaan daerah ini akan membentuk kebudayaan nasional Indonesia. Maksudnya puncak-puncak kebudayaan daerah adalah unsur-unsur kebudayaan daerah yang bersifat universal dan dapat diterima oleh suku-suku bangsa, tanpa menimbulkan gangguan terhadap latar belakang budaya kelompok yang menerima sekaligus mewujudkan konfigurasi atau gagasan kesatuan budaya nasional. Menurut Lawlwes dalam Saifuddin pada buku Ilmu Sosial Budaya Dasar (2005:12) mendefinisikan Kebudayaan sebagai pola-pola perilaku dan keyakinan (dimediasi oleh simbol) yang dipelajari, rasional, terintegritasi, dimiliki bersama, dan secara dinamik adaptif dan yang tergantung pada interaksi sosial manusia demi eksistensi mereka. Dengan demikian kebudayaan merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang di dalamnya sangat bergantung kepada simbol-simbol yang merupakan citra bunyi, kata, gambar yang mempunyai warna.

(15)

2

(2009:144) Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Kesenian itu terdiri dari berbagai aspek yaitu seni rupa, seni musik, seni tari. Salah satu etnis yang berada di Sumatera Utara adalah etnis Batak Toba yang wilayahnya meliputi Balige, Porsea, Parsoburan, Laguboti, Ajibata, Uluan, Borbor, Lumban Julu, Silindung, Samosir dan Humbang yang mempunyai berbagai ragam kesenian salah satunya Tortor. Tortor merupakan tarian, namun makna yang paling dalam dari gerakan-gerakannya menunjukkan bahwa tortor sebuah media komunikasi (Mauly Purba 1953:64). Seni Tari (Tortor) adalah ekspresi gerakan yang teratur sesuai dengan isi irama yang menggerakkannya. Gerakan teratur ini dapat dilakukan oleh perorangan, berpasangan ataupun kelompok. Salah satu Tortor yang dilakukan secara turun temurun dari generasi ke genarasi yaitu: Tortor Martumba. Tortor Martumba adalah salah satu kesenian masyarakat Batak Toba. Pada zaman dulu sebelum agama masuk di suku Batak, menganut kepercayaan animisme yang mengakui bahwa segala sesuatu yang terjadi di bumi dan di surga sepenuhnya atas kuasa mula jadi nabolon (sumber segala yang ada). Orang Batak Toba meyakini bahwa kehidupan mereka adalah satu dengan kehidupan nenek moyang mereka. Sistem kekerabatan juga menjadi pusat dan dasar kehidupan orang Batak Toba. Hal ini berlaku baik dalam ritus maupun dalam kehidupan sehari-hari ( Cassirer dalm cfr. Klipp 1979:83-85).

Martumba pada masa itu diyakini sebagai ritus atau media komunikasi

(16)

3

dengan menggunakan itak (tepung beras) pada malam hari diwaktu bulan tula atau rondang bulan (bulan purnama) dilaksanakan. Selain bertujuan memanggil hujan?. Martumba juga dapat menjadi media antara masyarakat sekitar dengan

opputa mula jadi nabolon yang bertujuan untuk meminta berkat (pasu-pasu) atau

(17)

4

berpindah dan melestarikan kesenian Tortor Martumba secara turun-temurun sebagai hiburan pada masa itu. Awal keberadaan masyarakat etnis Batak Toba di mulai sejak adanya interaksi antara masyarakat Batak Toba khususnya daerah Silindung dan Humbang yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Tapanuli Tengah yang rutin menukarkan hasil pertanian mereka dengan hasil laut masyarakat Pesisir Kabupaten Tapanuli Tengah waktu itu. Akibat interaksi yang rutin dilakukan masyarakat Batak Toba akhirnya bertransmigrasi ke daerah Kabupaten Tapanuli Tengah. Masyarakat Batak Toba akhirnya menetap di daerah Kabupaten Tapanuli Tengah tepatnya di daerah pegunungan salah satunya di Desa Onan Tukka Kecamatan Tukka. Di daerah tersebut kebudayaan Batak Toba seperti Tortor Martumba di lestarikan. Masyarakat yang mendiami daerah ini pada umumnya masih menggunakan bahasa pengantar dengan bahasa daerah Batak Toba untuk berbicara dengan masyarakat lainnya.

Tortor Martumba muncul di Desa Onan Tukka sekitar tahun 1940-an

(sebelum merdeka), ditarikan oleh para muda-mudi setempat di malam hari pada saat terang bulan sebagai hiburan bagi masyarakat. Tortor Martumba di tarikan oleh para muda mudi sebagai hiburan untuk menyambut kepulangan dan kepergian laskar (pejuang) yang berperang melawan penjajah waktu itu sebagai rasa hormat dan syukur kepada opputa mula jadi na bolon (sumber segala yang ada). Tarian ini di tampilkan di halaman depan rumah dengan gerakan membentuk lingkaran, menghentakkan kaki (embas), mengangkat kaki (mangakkat pat), bertepuk tangan (martopak tangan) dan bergandengan tangan (manggomgom

(18)

5

musik/lagu yang berasal dari penari. Umumnya syair lagu yang dinyanyikan berisi (umpasa-umpasa) pantun yang berkesan religius dalam arti menekan hal-hal yang bersifat rahmad, karunia dan berkat.

Untuk mengetahui lebih dalam lagi tentang Tortor Martumba peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Keberadaan Tortor Martumba pada etnis Batak

Toba di Desa Onan Tukka Kecamatan Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah”.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka terdapat beberapa masalah yang terakait dengan Tor-tor Martumba yakni sebagai berikut:

1. Bagaimana sejarah awal munculnya Tortor Martumba pada etnis Batak Toba Di Desa Onan Tukka Kecamatan Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah?

2. Bagaimana keberadaan Tortor Martumba pada etnis Batak Toba Di Desa Onan Tukka Kecamatan Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah? 3. Bagaimana fungsi Tortor Martumba pada etnis Batak Toba di Desa

Onan Tukka Kecamatan Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah ?

4. Bagaimana Peranan Tortor Martumba pada etnis Batak Toba Di Desa Onan Tukka Kecamatan Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah?

C. Pembatasan Masalah

(19)

6

memecahkan semua masalah yang sudah teridentifikasi diatas. Maka pembatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keberadaan Tortor Martumba pada etnis Batak Toba Di Desa Onan Tukka Kecamatan Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah? 2. Bagaimana bentuk penyajian Tortor Martumba pada etnis Batak Toba

Di Desa Onan Tukka Kecamatan Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah?

D. Rumusan Masalah

Uraian yang sudah dijabarkan dari latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah membutuhkan penelitian ini untuk dirumuskan. Upaya perumusan ini akan membantu penyederhanaan masalah dan penajaman arah penelitian “ Bagaimana Keberadaan Tortor Martumba pada etnis Batak Toba di Pesisir Sibolga?”.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian selalu dirumuskan untuk mendapatkan catatan yang jelas tentang hasil yang akan dicapai. Hal ini sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto (1978:69) yang menyatakan “Penelitian adalah perumusan kalimat yang menunjukkan adanya hasil yang diperoleh setelah penelitian selesai, berhasil tidaknya suatu penelitian yang dilakukan terlihat dari tercapai tidaknya tujuan penelitian yang telah di tetapkan”.

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(20)

7

2. Mendeskripsikan bentuk penyajian Tortor Martumba pada etnis Batak Toba di Pesisir Sibolga?

F. Manfaat Penelitian

Dari tujuan penelitian yang dicapai pasti akan mendatangkan manfaat. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendatangkan pengetahuan dan pemahaman tentang Tortor Martumba. 2. Mengetahui dengan benar kondisi Tortor Martumba sekarang ini. 3. Menambah kesadaran tentang pentingnya kesenian tradisi seperti Tortor

Martumba untuk diangkat sebagai materi penelitian.

4. Mananamkan rasa cinta budaya/ kesenian sebagai bagian dari upaya- upaya pelestarian yang selalu dilakukan secara berkesinambungan. 5. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang

memiliki keterkaitan dengan topik penelitian ini

6. Sebagai bahan motivasi bagi pembaca, yang menyukai seni tradisional 7. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Jurusan

Sendratasik Universitas Negeri Medan

(21)

54

54

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di lapangan dan penejelasan yang sudah di uraikan mulai dari latar belakang hingga pembahasan, maka dapat disimpulkan secara keseluruhan terhadap Tortor Martumbadi Desa Onan Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah adalah sebagai berikut.

1. Tarian ini termasuk tarian yang berasal dari Batak Toba yang sudah lama ada, tarian ini ada di daerah Pesisir Sibolga di bawa oleh masyarakat etnis Batak Toba, tarian ini di adakan dengan tujuan untuk mengingat kenangan di daerah asalnya dan untuk melestarikan kesenian milik mereka itu sendiri agar tidak punah seiring kemajuan zaman, tarian ini bersifat hiburan yang di tarikan oleh muda-mudi suku Batak Toba. Gerakan pada Tortor Martumba ini masih memakai gerakan sederhana yaitu gerakan sombah, gerakan bertepuk tangan, bergenggaman tangan, mengehentakkan kaki. Gerakan yang dilakukan serentak sesuai dengan syair lagunya.

(22)

55

55

3. Busana dan rias yang digunakan pada tarian ini sangat tradisional sama seperti yang ada di Batak Toba.

B. Saran

Dari hasil kesimpulan penelitian diatas, maka dapat diajikan beberpa saran antara lain sebagai berikut :

1. Penulis berharap semoga Tortor Martumba ini tetap selalu di lestarikan agar tidak punah dan hilang seiring perkembangan zaman.

2. Diharapkan kepada masyarakat Pesisir Sibolga Kabupaten Tapanuli Tengah khususnya kepada pemerintah daerah agar senantiasa memperkenalkan berbagai tari-tarian kepada masyarakat luas baik lokal maupun diluar daerah dan mengadakan pertunjukkan tarian ini agar dapat memahami bahwa keseniaan baik secara bentuk geraknya hingga makna yang ingin disampaikan akan tersampaikan kepada penikmat seni maupun masyarakat yang menyaksikanya.

3. Dengan meningkatkan kepedulian terhadap kesenian daerah, berarti telah menyelamatkan anak cucu kita dari pengaruh budaya luar yang akan merusak budaya sendiri.

(23)

56

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2008. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rieneke Cipta.

Hutapea, Bilferi. 2007. Fungsi Martumba bagi masyarakat Batak Toba di Pahae:

kajian folklor.Skripsi.Etnomusikologi.Universitas Sumatera Utara.

Jazuli, Muhammad. 1994. Tari: telaah teoritis. Jakarta: Balai Pustaka.

Kaelan. 2012. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Paradigma Indonesia.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rieneka Cipta.

Mardiana, Alita. 2008. Kajian Makna Simbol Gerak Dasar Tortor Batak Toba. Skripsi. Sendratasik. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan. Obri, Elvia, Siburian. 2008. Tortor Martumba pada masyarakat Batak Toba di

Kabupaten Samosir. Skripsi Sendratasik. Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan.

Pardosi. 2008. Makna Simbol Umpasa, Sinamot yang ada dalam etnis Batak Toba

seperti Umpasa (pantun) dan Sinamot (Mahar). Jurnal.

Etnomusikologi.Universitas Sumatera Utara.

Poerdarminta, W.J.S 1966. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Ranny, Prayetty Melina. 2007. Bentuk Tortor Martumba Pada Masyarakat Batak

Toba di Kabupaten Samosir. Skripsi Sendratasik. Fakultas Bahasa dan Seni.

Universitas Negeri Medan.

Ruslan, Rosadi. 2003. Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sedarmayati, Hidayat. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta: Balai Pustaka. Sedyawati, Edi, 1986. Seni Pertunjukan. Jakarta: Sinar Harapan.

(24)

57

Soedarsono. 1972. Raramendut-Pranacitra. Jakarta: Balai Pustaka.

Yuda, Indra. 2002. Pertumbuhan dan Perkembangan Tari Tradisional. Jakarta: Balai Pustaka.

http://tapanulinadeges.blog.co.id/2013/03/profil-sejarah tapanulitengah.html https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_kabupaten_dan_kota_di_Sumatera_Utara http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34443/4/Chapter%20II.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37689/7/Cover.pdf

Gambar

Tabel 4.1 Persentasi jumlah Etnis di Kab. Tapanuli Tengah………………….…22
Gambar 4.1 Peta Kecamatan Tukka………………………………………...……20

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keberadaan folklor pada masyarakat Batak Toba dan untuk mengetahi bagaimana “ Rekonstruksi Folklor Batak Toba

Perbedaan pola makan dan status gizi anak etnis cina di SD Sutomo 2 dan anak etnis batak toba di SD Antonius dianalisis menggunakan uji t-independent dan untuk mengetahui

Perbedaan pola makan dan status gizi anak etnis cina di SD Sutomo 2 dan anak etnis batak toba di SD Antonius dianalisis menggunakan uji t-independent dan untuk mengetahui

dari etnis Batak Toba dan SD Sutumo 2 Medan adalah sekolah yang mayoritas anak. didiknya

Peran janda sebagai orang tua tunggal dalam etnis batak toba di Tebing Tinggi, yang merupakan judul dari skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan

Penelitian ini membahas tentang bagaimana kehidupan seorang janda pada etnis batak toba yang berkaitan dengan filosofi Batak yaitu Dalihan Na Tolu.. Fenomena Orang tua

Dari tabel 1.6 Etnis Batak Toba sudah mempunyai pendidikan yang tinggi untuk masuk. menjadi karyawan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran dukungan sosial keluarga pada pasangan pernikahan beda etnis (Batak Toba-Tamil).. Penelitian ini menggunakan pendekatan