• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Nutrisi Ikan Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan Praktikum Nutrisi Ikan Indonesia"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM NUTRISI IKAN

OLEH :

ARDANA KURNIAJI I1A2 10 097

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Pada Mata Kuliah Nutrisi Ikan

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS HALUOLEO KENDARI

(2)

2

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan ikan merupakan faktor terpenting dalam pemeliharaan. Ikan mampu mencapai tahap pertumbuhan optimum saat seluruh komponen sesuai dengan kondisi habitat dimana ikan mampu untuk melakukan pertumbuhan secara optimal. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ikan adalah pakan yang diberikan. Kebutuhan ikan terhadap pakan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi seutuhnya. Kebutuhan ini juga menjadi kebutuhan mendasar yang akan mempengaruhi pertumbuhan ikan selama masa pemeliharaan.

Bagi semua maklukh hidup, pakan mempunyai peranan sangat penting sebagai sumber energi untuk pemeliharaan tubuh, pertumbuhan dan perkembangbiakan. Selain itu, pakan juga dapat digunakan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk menghasilkan warna dan rasa tertentu. Fungsi lainnya diantaranya yaitu sebagai pengobatan, reproduksi, perbaikan dan metabolisme. Menurut Sunarto dan Sabariah (2009) bahwa dalam usaha budidaya ikan, pakan merupakan salah satu faktor penting. Oleh sebab itu pakan harus berkualitas dengan kuantitas yang tepat sesuai dengan kebutuhan ikan untuk pertumbuhannya, pemeliharaan tubuh dan reproduksi.

(3)

3

dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal dengan dosis pakan yang optimal.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Haetami (2007) bahwa Kebutuhan protein ikan dipengaruhi oleh tingkat pemberian pakan dan kandungan energinya. Sedangkan jumlah pemberian pakan selain dipengaruhi oleh kandungan energi, juga dipengaruhi kapasitas saluran pencernaan ikan. Ransum yang mempunyai keseimbangan energi-protein yang tepat dengan jumlah pemberian yang tepat akan menghasilkan pertumbuhan dan konversi pakan yang terbaik. Kebutuhan ikan akan energi diharapkan sebagian besar dipenuhi oleh nutrien non-protein seperti lemak dan karbohidrat.

Berdasarkan uraian tersebut, dilakukanlah praktikum pembuatan pakan buatan, untuk menentukan komposisi nutrisi yang ada dalam pakan melalui uji proksimat dan mengamati pertumbuhan ikan yang telah diberi pakan buatan tersebut.

1.2. Tujuan dan Manfaat

(4)

4

II. TIINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Pakan

Usaha budidaya ikan berkembang ke arah budidaya intensif, menuntut tersedianya pakan dalam jumlah yang cukup, tepat waktu dan berkesinambungan. Oleh karena itu, masalah pengadaan pakan perlu ditangani dengan sungguh-sungguh. Sebab apabila pengadaan pakannya tidak seimbang dengan usaha intensifikasi yang semakin meningkat, hasilnya akan tidak memuaskan. Dengan meramu berbagai macam bahan, maka nilai gizi pakan dapat diatur (Rukmini, 2012).

Pengaturan konsumsi pakan oleh ikan merupakan pengaturan energi yang masuk, sehingga jumlah pakan yang dikonsumsi disesuaikan dengan laju metabolismenya Energi sangat diperlukan untuk proses metabolisme, perawatan tubuh (maintenance), aktivitas fisik, pertumbuhan, dan reproduksi. Pertumbuahn ikan sangat bergantung kepada energi yang tersedia dalam pakan. Kebutuhan energi untuk maintenance harus dipenuhi terlebih dahulu, apabila berlebih akan digunakan untuk pertumbuhan. Untuk mengetahui kebutuhan energi pada ikan, harus terlebih dahulu mengetahui tingkat kebutuhan protein optimal dalam pakan bagi pertumbuhan. Nilai DE/P (Perbandingan antara Digestible Energi dan Protein) bagi pertumbuhan optimal ikan berkisar antara 8-9 kkal/g. (Lovell, 1988 ; Haetami, dkk., 2007).

(5)

5

pakan yang diberikan kepada biota kultur selama dipelihara harus memiliki kandungan nutrisi yang cukup (Kordi, 2011).

2.2. Bahan Baku

Perkembangan pakan ikan komersial umumnya masih bertumpu pada tepung ikan sebagai sumber protein utama. Penurunan produksi tepung ikan dan meningkatnya permintaan tepung ikan menyebabkan terjadinya peningkatan harga tepung ikan secara signifikasi, sehingga perlu dicari alternatif penyediaan bahan baku selain tepung ikan. Penggantian tepung ikan dengan sumber protein nabati sudah berhasil dilakukan diantaranya tepung bungkil kedelai (Suprayudi et al. 1999 dalam Widyanti 2009). Walaupun tepung kedelai mampu mengganti sebagian tepung ikan, ketersediaan tepung kedelai masih bergantung dari impor. Khususnya untuk di Indonesia, hampir sebagian besar bahan baku pakan berasal dari impor, yaitu sebesar 70-80% (Hadadi et al. 2007).

(6)

6

tersisihkan. Sebenarnya murah atau mahalnya bahan baku itu harus dinilai dari manfaat bahan itu, yang merupakan cermin dari kualitas bahan tersebut. Tepung ikan, misalnya harganya memang mahal, tetapi bila dibandingkan dengan kandungan proteinnya yang tinggi dan kelengkapan asam aminonya, maka penggunaan tepung ikan menjadi murah. Kualitas gizi bahan baku, menjadi persyaratan penting lainnya. Walaupun harganya murah, banyak terdapat di Indonesia, dan ketersediaannya kontinyu, tetapi bila kandungan gizinya buruk, tentu bahan baku ini tidak dapat digunakan (Masyamsir, 2001).

Pakan buatan, merupakan pakan berbentuk pelet, fleke dan crumble, pakan ini dalam kondisi kering sehingga daya tahannya antara > 4 bulan, kandungan gizinya lengkap karena dibuat sesuai dengan kebutuhan. Jenis pakan inilah yang akan dikupas lebih mendalam. Bahan Baku.Pakan, berdasarkan sifatnya maka bahan baku dibagi menjadi 2 kelopok, yaitu bahan baku nabati dan bahan baku hewani. Sekitar 70-75% bahan baku nabati merupakan bici-bijian dan hasil olahannya, 15 – 25% limbah industri makanan dan selebihnya berupa hijauan. Bahan pakan nabati sebagian merupakan sumber energi yang baik, dan sumber vitamin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan (Sutikno, 2011).

(7)

7

macam bahan sedemikian hingga pakan yang dihasilkan akan mengandung gizi sebagaimana yang diinginkan (Herawati, 2005).

2.3. Uji Proksimat

Dalam pembuatan pakan ikan, analisis proksimat beberapa bahan baku dan pakan buatan pelet sangat diperlukan untuk menjaga kualitasnya, demikian halnya untuk kebutuhan ikan baik itu kandungan protein, lemak, serat, ekstraksi bebas nitrogen dan abu (Darsudi, dkk., 2008).

Hasil analisis proksimat bahan baku pakan berupa kandungan protein, lemak, abu, dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Tepung ikan, tepung bungkil kedelai, dan DDGS memiliki kandungan protein di atas 20%, sehingga dijadikan sebagai sumber protein pakan. Sedangkan pollard menjadi sumber karbohidrat pakan. DDGS dan tepung bungkil kedelai selain sebagai sumber protein juga menjadi sumber karbohidrat. Kemudian sumber lemak pakan berasal dari DDGS dan tepung ikan (Hadadi, 2007).

(8)

8

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat

Praktikum nutrisi ikan dilaksanakan yakni persiapan bahan baku pakan dilaksanakan pada tanggal 5 - 10 November 2012; pembuatan pakan dilaksanakan pada tanggal 11 November 2012; dan analisis proksimat dilaksanakan pada tanggal 4 - 11 Desember 2012. Bertempat di gedung Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Univeritas Haluoleo, Kendari.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum nutrisi ikan dapat dilihat pada tabel berikut.

3.2.1. Pembuatan Tepung

Tabel 1. Alat dan bahan pembuatan tepung limbah kepala ikan dan kepala udang

No. Alat dan Bahan Kegunaan

Wadah limbah kepala ikan dan udang Wadah sampel saat dicuci

Pemotong tulang-tulang sampel tepung Mengkukus sampel tepung

Wadah memasak sampel tepung Wadah menumbuk sampel tepung

Penyaring sampel tepung yang telah dihaluskan Wadah penjemuran sampel tepung

Penghalus sampel yang telah ditumbuh

Menyaring serta memeras kandungan air pada bahan

(9)

9

3.2.2. Pembuatan Pelet

Tabel 2. Alat dan bahan pembuatan pelet

No. Alat dan Bahan Kegunaan

Menimbang sampel tepung dan aquades Menjemur pelet

Mencetak pelet Bahan amatan

Bahan pelengkap pembuatan sampel pelet Pencampur sampel

3.2.3. Analisis Proksimat

Tabel 3. Alat dan bahan analisis proksimat

No. Alat dan Bahan Kegunaan

Penghalus pelet yang akan diuji Wadah sampel kadar air

Pendingin peralatan setelah dioven Penyaring uji sampel serat kasar Wadah uji sampel kadar abu Wadah pemanas sampel kadar air Wadah pemanasan sampel kadar abu Menimbang bobot sampel yang digunakan Wadah sampel protein

Wadah uji sampel protein Media ekstrasi lemak Mengaduk sampel

Mengambil indikator MM

Mengambil larutan NaOH dan asam borat Mengambil cawan petri dalam desikator Mengalirkan air pada uji lemak dan protein Memanaskan air dan sampel uji serat kasar Membersihkan alat dan pengalas pengambilan sampel

(10)

10

Pengganjal kertas saring agar tidak bocor Menulis hasil pengamatan

Sampel uji proksimat (protein, kadar abu, kadar air, lemak dan serat kasar)

Larutan pembilas uji sampel serat kasar

Larutan pembilas uji sampel serat kasar dan uji sampel protein

Bubuk uji protein Larutan uji protein

Larutan uji protein dan uji serat kasar Larutan uji serat kasar

Prosedur kerja pada pembuatan tepung sebagai berikut :

1. Mengumpulkan bahan limbah kepala ikan dan kepala udang sebesar 10 kg basa.

2. Mencuci bahan tersebut sampai bersih dan mengkukusnya. 3. Setelah pengukusan, mendinginkan bahan dan memerasnya.

4. Menjemur bahan yang habis terperas tadi sampai kering selama 3 hari. 5. Melakukan penumbukan, pemblenderan sampai penyaringan bahan tersebut

(11)

11

3.3.2. Pembuatan Pelet

Prosedur kerja pada pembuatan pelet sebagai berikut :

1. Mencampurkan tepung limbah kepala ikan dan kepala udang yang telah ditimbang ke dalam baskom serta mengaduknya sampai merata adonan tepungnya.

2. Menimbang tepung komersial yang telah ada sebesar 2 kg dan memasukkannya ke dalam baskom yang sama dengan tepung limbah kepala ikan dan kepala udang serta mengaduknya sampai merata yang .

3. Menimbang aquades yang akan dicampurkan dalam adonan tepung sebesar 1.4 kg.

4. Mencampurkan aquades dalam tepung tersebut sampai adonan merata. 5. Mencetak adonan pakan dengan mesin pencetak.

6. Mengeringkan pakan yang sudah tercetak.

3.3.3. Analisis Proksimat 1. Uji Protein

1. Menumbuk pelet hingga halus (bubuk pelet).

2. Menimbang berat sampel bubuk pelet yang akan digunakan sebesar uji protein sebesar ±0.5 gr.

3. Menimbang berat labu erlenmeyer sebesar 100 ml.

(12)

12

5. Meletakkan larutan tersebut pada hot plate dalam lemari asam sampai sampel berwarna kuning (Dekstruksi protein).

6. Menambahkan aquades pada sampel hasil dekstruksi protein sebanyak 100 ml dengan pengadukan bertahap selama penambahan tersebut (Destilasi protein). 7. Mendinginkan larutan sampai 5 menit dan kemudian mengaduknya sampai

merata.

8. Mengambil sampel larutan sebayak 10 ml dan meletakkannya pada labu erlenmeyer dengan menambahkan 10 ml NaOH.

9. Memasukkan asam borat sebesar 10 ml dengan menambahkan 2 tetes indikator MM ke dalam labu ukur sehingga larutan menjadi berwarna merah muda.

10.Meletakkan sampel uji protein dengan larutan asam borat tadi pada alat kondensor dengan menggunakan mesin pompa air selama 1-2 jam sampai sampel berwarna bening kehijauan.

11.Menitrasi larutan yang bening kehijauan tersebut sampai warna larutan menjadi merah muda kembali (Titrasi protein).

2. Uji Kadar Abu

1. Menimbang cawan porselin yang telah dioven.

2. Menimbang sampel berat uji kadar abu sebanyak ±1 gr.

3. Menempatkan sampel ke dalam cawan porselin yang kemudian mengovenkannya sampai menjadi abu.

4. Masukkan sampel abu ke dalam eksikator.

(13)

13

3. Uji Kadar Air

1. Memanaskan cawan petri selama 1 jam dalam oven.

2. Mendinginkan cawan petri dengan memasukkannya ke dalam desikator selama 15 – 30 menit.

3. Menimbang berat cawan petri sebanyak 56.4135 gr. 4. Menimbang berat sampel uji kadar air sebanyak ±5 gr.

5. Memasukkan sampel ke dalam cawan dan memanaskannya kembali dalam oven selama 1 – 2 jam.

6. Mengeluarkannya yang kemudian mendinginkannya dalam desikator. 7. Mencatat hasilnya.

4. Uji Lemak

1. Menimbang berat sampel uji lemak sebanyak ±2 gr dari sampel hasil uji kadar air.

2. Membuat wadah sampel lemak (hulls) yang akan diuji dengan menggunakan kertas saring, benang dan kapas.

3. Memasukkan sampel uji lemak kedalam hulls dan menutupnya dengan kapas sampai rapat dan kemudian menimbangnya kembali.

4. Memasukkan sampel yang tertutup rapat dalam kertas saring ke dalam labu ukur serta memasukkan larutan enheksan sampai sampel terendam berwarna bening kembali.

5. Setelah perendaman, mengambil sampel lemak dan mengeringkannya lalu menimbang beratnya.

(14)

14

5. Uji Serat Kasar

1. Mengambil sampel hasil uji lemak yang akan digunakan dalam uji serat kasar sebesar ±2 gr.

2. Memasukkan sampel hasil uji lemak dengan menambahkan H2SO4 100 ml

dalam labu ukur serta mengaduknya sampai merata. 3. Memanaskan larutan tersebut selama 1 – 2 jam.

4. Setelah memanaskannya, kemudian menyaringnya sampai tidak adanya tetesan larutan H2SO4.

5. Melanjutkan penyaringan dengan membilas sampel menggunakan aquades yang telah dipanaskan.

6. Mengambil sampel yang ada pada kertas saring dan meletakkannya ke dalam labu ukur yang telah dibersikan serta menambahkan 15 ml NaOH.

7. Memanaskan kembali larutan tersebut selama 1 – 2 jam. 8. Menyaring sampel dan mebilasnya dengan aquades panas.

9. Menyaring sampel kembali dengan kemudian membilasnya dengan menggunakan alkohol.

10.Memanaskan kertas saring pada oven selama 1 jam.

(15)

15

3.4. Analisis Data 3.4.1. Protein

Rumus :

N= ml Titrasi x n HCl x Fp x 14.0008

ml Sampel x 1000 x 100 %

% Protein = N x 6.25

Keterangan : n HCL = Nilai mortalitas HCL yang digunakan titrasi (ml) ml sampel = Nilai sampel yang digunakan (ml)

3.4.2. Kadar Abu Rumus :

% Kadar abu = B−A

C x 100 %

Keterangan : A = Bobot cawan kering (gr)

B = Bobot cawan + sampel (tanur) (gr) C = Bobot sampel (gr)

3.4.3. Kadar Air Rumus :

% Kadar air = [B− C−A ]

B x 100 %

Keteragan : A = Berat cawan (gr) B = Berat sampel (gr)

(16)

16

3.4.4. Lemak Rumus :

% Lemak = Berat awal Sampel + KS −Berat akhir (Sampel + KS)

Sampel x 100 %

Keterangan : KS = Kertas saring (gr)

3.4.5. Serat Kasar

Rumus :

% Serat kasar = Berat akhir−Berat awal

Berat sampel x 100 %

(17)

17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan praktikum nutrisi ikan dapat dilihat pada tabel 4 berikut.

Tabel 4. Hasil analisis proksimat

No. Analisis Proksimat

Parameter Jumlah (%)

1. Protein 21.1687

2. Kadar abu 14.9301

3. Kadar air 7.86

4. Lemak 4.873

5. Serat kasar 7.355

4.2. Pembahasan

4.2.1. Kadar Air

Kadar air dalam pakan mempengaruhi daya apung pakan, berdasarkan hasil penelitian pakan apung memiliki kadar air lebih rendah dibandingkan dengan pakan tenggelam. Hal ini disebabkan pakan pakan apung memiliki kadar air sebesar 8,27%, sedangkan pakan tenggelam sebesar 13,06%. Semakin rendah kadar air, maka kemampuan tenggelam akan semakin kecil (Gunadi, dkk., 2010).

(18)

18

karena kadar air yang tinggi. Menurut Afrianto dan Evi (2005) bahwa jamur akan tumbuh apabila kadar air pakan buatan lebih dari 15%. Kelembapan relatif diruang penyimpanan berpengaruh terhadap kadar air pakan. Apabila kelembapan relatif lebih dari 65%, pakan akan menyerap uap air dari lingkungan sekitarnya sehingga kadar air meningkat dan akan segera ditumbuhi jamurproduksi senyawa mikotoksin serta susut bobot. Selain itu, pakan yang ditumbuhi jamur akan memiliki aroma yang tidak disukai (off flavor) dan perubahan warna (diskolorisasi). Pakan yang ditumbuhi jamur Aspergillus falvus sebaiknya tidak debrikan pada ikan karena mengandung racun. Oleh sebab itu, pakan akan lebih tahan terhadap jamur dan aman bila diberikan pada ikan. selain itu dengan konsentrasi kadar air demikian, pakan akan memiliki daya simpan yang lama.

4.2.2. Kadar Abu

(19)

19

dijumpai garam-garam atau oksida-oksida dari K, P, Na, Mg, Ca, Fe, Mn, dan Cu, disamping itu terdapat dalam kadar yang sangat kecil seperti Al, Ba, Sr, Pb, Li, Ag, Ti, As, dan lain-lain. (Yunizal, et.al., 1998).

Berdasarkan hasil uji proksimat, kadar abu pada pakan berkisar 14,93%. Hal ini menunjukkan bahwa kadar abu tersebut sangat tingggi. Tingginya kadar abu dalam pakan merupakan indikasi bahwa pakan mengandung bahan mineral yang tinggi sehingga pada proses pemanasan, pakan mengalami perombakan senyawa-senyawa mineral yang mempengaruhi persentase kadar abu. Hal ini sesuai dengan pernyataan Yunizal (1998) bahwa besarnya kadar abu dalam daging ikan umumnya berkisar antara 1 hingga 1,5 %. Kadar abu dipengaruhi oleh kandungan mineral pada pakan tersebut.

4.2.3. Protein

Pemanfaatan protein dan pakan akan efisien bila diimbangi oleh energi dalam jumlah cukup sehingga sebagian besar protein pakan digunakan untuk pertumbuhan. Kebutuhan protein dan rasio energi protein pada ikan senggaringan perlu dikaji untuk mendapatkan informasi kebutuhan optimum, karena tingkat efektifitasnya sangat dipengaruhi oleh jenis ikan, umur, ukuran ikan, kualitas protein pakan, kecernaan pakan dan kondisi lingkungan. Penelitian untuk mengevaluasi pengaruh level protein dan energi protein terhadap pertumbuhan calon induk ikan yang telah dilakukan (Pramono, dkk., 2009).

(20)

20

bagi kebutuhan ikan. menurut Rukmini (2012) Protein sangat diperlukan oleh tubuh ikan, baik untuk menghasilkan tenaga maupun untuk pertumbuhan. Bagi ikan, protein merupakan sumber tenaga paling utama. Kadar optimum yang biasanya dibutuhkan ikan adalah antara 30-36%. Hanya saja persentase kandungan protein 21,168% merupakan kandungan protein yang masih bisa mendorong pertumbuhan ikan. Apabila protein dalam pakan kurang dari 6% (berat basah), maka ikan tidak dapat tumbuh (Rukmini, 2012).

Disamping itu, perlu juga dipahami bahwa protein dipengaruhi oleh sumber asalnya serta oleh kandungan asam aminonya. Berdasarkan hasil praktikum, komposisi bahan baku pakan dibuat dari tepung kepala ikan dan udang, artinya kandungan protein yang ada merupakan kandungan protein hewani. Sehingga protein akan lebih mudah dicerna oleh ikan. Menurut Rukmini (2012) bahwa protein nabati lebih sukar dicernakan dari pada protein hewani. Hal itu disebabkan karena protein nabati terbungkus di dalam dinsing selulosa yang memang sukar dicerna. Selain itu, kandungan asam amino esensial dari protein nabati pada umunya kurang lengkap dibandingkan dengan protein hewani.

(21)

21

4.2.4. Lemak

Lemak dalam pakan mempunyai peranan penting sebagai sumber energi. Lemak mengandung energi metabolisme lebih besar dari protein dan karbohidrat, yaitu sekitar 9 kcal/gram. Lemak tersusun dari gliserol dan asam lemak atau zat lain. Pada umumnya lemak mudah dicerna dan dimanfaatkan ikan. berdasarkan hasil pengamatan dari analisis uji proksimat, dimana nilai persentase kandungan lemak mencapai 4.873%, dimana kadar lemak yang demikian merupakan kadar lemak yang optimal bagi pertumbuhan ikan. hal ini sesuai dengan pernyataan Afrianto dan Evi (2005) bahwa kandungan lemak pakan ikan yang diperlukan berkisar 4-9% dengan daya guna energi mencapai 85%.

Kandungan ini tentu dipengaruhi oleh komposisi bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pakan, baik yang berasal dari tepung kepala ikan maupun tepung kepala udang dan bahan baku pakan komersial. Hal ini sesuai dengan pernyataan Masyamsir (2001) bahwa nilai gizi lemak dipengaruhi oleh kandungan asam lemak esensialnya yaitu asam-asam lemak tak jenuh atau PUFA (Poly Unsaturated Fatty Acid) antara lain asam oleat, asam linoleat dan asam linolenat. Asam lemak esensial ini banyak terdapat di tepung kepala udang, cumi-cumi.

(22)

22

4.2.5. Karbohidrat

Karbohidrat (hidrat arang, zat tepung, atau zat pati) ini berasal dari bahan pakan nabati. Bahan pakan hewani praktis tidak merupakan sumber karbohidrat. Sebagai sumber tenaga bagi ika selain lemak dan protein, karbohidrat memiliki kadar tertentu yang dibutuhkan ikan. Karbohidrat merupakan sumber energi yang murah dan keberadaan karbohidrat dalam pakan dapat mempengaruhi pemanfaatan protein dan lemak untuk pertumbuhan ikan. Akan tetapi pemanfaatan karbohidrat oleh ikan dari berbagai sumber karbohidrat bervariasi, bergantung pada kompleksitas karbohidrat. Sumber karbohidrat yang berbeda juga mempunyai nilai kecemaan yang berbeda pula.

Berdasarkan hasil analisis uji proksimat yang dikandung pakan, kadar karbohidrat mencapai 7.355%, Kandungan karbohidrat yang demikian merupakan kandungan karbohidrat yang rendah. Menurut Rukmini (2012) bahwa kadar karbohidrat dalam pakan berkisar 0-50% kemampuan ikan untuk memanfaatkan karbohdirat ini tergantung dari kemampuannya menghasilkan enzim amilase (pemecah karbohdirat).

(23)

23

Oleh karena itu, kandungan karbohidrat 7.355%, merupakan kadar karbohidrat yang dapat ditolerir oleh pertumbuhan dan kebutuhan ikan. Hal ini karena Hal ini karena menurut Mokonginta, dkk. (2003) bahwa pertumbuhan ikan melambat dapat disebabkan karena ikan tidak dapat mencerna serat kasar yang terlalu tinggi dan adanya rasio amilosa/amilopektin yang berbeda akan mempengaruhi nilai kecemaan pakan.

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan tersebut, maka dapat ditarik beberapa kesimpulkan sabagai berikut:

(24)

24

ikan yang diberikan sehingga dapat memenuhi kebutuhan gizi ikan yang dibudidayakan.

2. Kandungan kadar air pada pakan dari hasil uji proksimat berkisar 7.86%, yang menunjukkan persentase kadar air rendah sehingga pakan akan mengapung diperairan dan memiliki daya simpan yang lama karena kelembaban pakan rendah sehingga tidak memicu pertumbuhan jamur. Sedangkan kadar abu pakan mencapai 14,93%. Yang menunjukkan bahwa pakan memiliki kandungan mineral yang tinggi.

3. Kandungan protein pakan mencapai 21.1687% yang menunjukkan kandungan protein rendah, namun masih mampu mendukung pertumbuhan ikan, sedangkan kandungan lemak pakan berkisar 4,873 yang merupakan kandungan lemak optimum untuk pertumbuhan ikan dan kandungan karbohidrat 7,355% merupakan kadar karbohidrat yang rendah namun masih dapat mendukung pertumbuhan ikan.

5.2. Saran

(25)

25

DAFTAR PUSTAKA

Afrianto, Eddy dan Evi Liviawaty. 2005. Pakan Ikan. Kanisius. Yogyakarta. Darsudi, Ni Putu Ari Arsini, Ni Putu Ayu Kenak. 2008. Analisis

KandungaProksimat bahan Baku dan Pakan Buatan/pelet Untuk Kepiting Bakau (Scilla paramamosain). Jurnal Teknologi Akuakultur. Vol 7 (1) : 41-45.

Gunadi, Bambang., Rita Febrianti, dan Lamanto. 2010. Keragaan Kecernaan Pakan Tenggelam dan Terapung Untuk Ikan Lele Dumbo Clarias gariepenus) dengan dan tanpa Aerasi. Jurnal Teknologi Budidaya Air Tawar; 823-829.

Hadadi, et al. 2007. Pembuatan Pakan Ikan Nila. Jurnal. Intitut Pertanian Bogor. Bogor.

Haetami, Kiki. Ika Susangka. Yuli Andriani. 2007. Kebutuhan dan Pola makan Ikan Jambal Siam dari Berbagai Tingkat Pemberian Energi Protein Pakan dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dengan Efisiensi. Laporan Penelitian. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta. Herwati, Vivi Endar. 2005. Manajemen Pemberian Pakan. FPIK Universitas

Diponegoro. Semarang.

Kordi, Ghufran H. 2011. Marikultur, Prinsip dan Praktik Budidaya Laut. Lily Publisher. Yogyakarta.

Masyamsir. 2001. Membuat Pakan Ikan Buatan. Modul Program Keahlian Budidaya Ikan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Mokoginta, I., N.P. Utomo., A.D. Akbar dan M. Setiawati. 2003. Penggunaan Tepung Singkong Sebagai Substitusi Tepung Terigu Pada Pakan Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). Jurnal Akuakultur Indonesia. 2(2): 79-83. Pramono, Taufik Budhi. Dyahruri Sanjayasari. Hary Tjahja Soedibya P. Optimasi

Pakan Dengan Level Protein dan Energi Protein Untuk Pertumbuhan Calon Induk Ikan Senggaringan (Mystus nigriceps). Jurnal Perikanan dan Kelautan UNSOED. 15 (2) : 153-157.

Rukmini, 2012. Teknologi Budidaya Biota Air. Karya Putra Darwati. Bandung. Sunarto dan Sabariah.2009.Pemberian Pakan Buatan Dengan Dosis Berbeda

(26)

26

Sutikno, Erik. 2011. Pembuatan Pakan Buatan Ikan Bandeng. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jendral Perikanan Budidaya. Jepara.

Triyono, Agus. Suharwadji K. Sentana. Sri Pujiastuti. Lucia Indarti. 1986. Kajian Pembuatan Pakan Ikan untuk Memenuhi Kebutuhan Petanai Ikan. P2F LIPI. Bandung.

Gambar

Tabel 1. Alat dan bahan pembuatan tepung limbah kepala ikan dan kepala udang
Tabel 3. Alat dan bahan analisis proksimat
Tabel 4. Hasil analisis proksimat

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dalam tulisan ini dibahas salah satu model Markov, yaitu rantai Markov, terhadap pengambilan keputusan di bidang medis, khususnya penyakit hipertensi penduduk Indonesia.

Pada LKS berbasis pendekatan saintifik materi laju reaksi diketahui menyajikan fenomena berupa gambar, rumus kimia, dan persamaan kimia yang mengakibatkan KPS siswa

Produksi susu induk berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan bobot badan, bobot sapih dan daya hidup anak domba ekor tipis Jawa periode lahir sampai sapih

Secara lebih spesifik sekularisme politik tersebut mewujud dalam ketidakberpihakan partai secara eksklusif terhadap Islam, keengganan untuk disebut sebagai partai

Akuntan publik memberikan banyak jasa atestasi lainnya, yang kebanyakan merupakan perluasan alami dari audit atas laporan keuangan historis, karena pemakai

Siswa kelas V di MI Al-Hidayah Ngadirojo masih banyak yang mendapatkan prestasi yang bisa dibilang jauh dari memuaskan, Mereka tidak dapat mengikuti pembelajaran

Sebelum plating dilakukan pada suatu benda kerja, permukaan benda kerja tersebut harus berada dalam kondisi yang betul-betul bersih, bebas dari segala macam pengotor.. Persyaratan