• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fenomena Koreika Shakai Di Jepang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Fenomena Koreika Shakai Di Jepang"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

15 BAB II

FENOMENA KOREIKA SHAKAI

2.1 Pengertian Koreika Shakai

Menjadi tua bagi setiap manusia adalah suatu fase kehidupan yang tidak

bisa dihindari dan tidak terjadi secara drastis. Menua merupakan gejala universal

yang terjadi pada setiap orang. Pada fase ini, kekuatan fisik dan psikis menurun,

sehingga perlindungan dan perawatan dari pihak lain dibutuhkan untuk membantu

menjalankan aktifitas sehari-hari. Usia tua dipandang sebagai masa kemunduran

dan kelemahan seseorang baik terhadap dirinya, maupun saat berhubungan

dengan orang lain.

Penuaan datang pada setiap orang dengan kecepatan yang berbeda.

Naganuma (2006) mengatakan bahwa seseorang dikatakan menua saat ia merasa

dirinya menjadi tua (hlm. 25). Lebih lanjut ia mengatakan bahwa istilah tua atau

lanjut usia (lansia) merupakan batasan yang ambigu. Menurutnya, untuk

mengungkapkan usia lanjut “kita mengatakan tua dengan istilah oita untuk diri

sendiri, dan mengatakan ia telah menjadi tua dengan istilah roujin atau rougo

bila ditujukan pada orang lain. Istilah rounen, chuukounen dan koureisha lebih

formal dan kuno dibanding istilah otoshiyori, shirubaa, shinia dan erudaa yang

memberikan kesan kedekatan hubungan pada penggunanya” (hlm. 25-26). Dalam

penamaan fasilitas-fasilitas umum yang diperuntukkan untuk usia lanjut,

masyarakat Jepang sering menggunakan istilah silver, misalnya sirubaa siito

(silver-seat) yang berarti kursi untuk para lansia, atau shirubaa eeji (silver age)

(2)

16

Koreika shakai ditulis dengan kanji 高齢化社会 dimana Ko Berasal dari

kanji takai高い yang artinya tinggi, Rei berasal dari kanji yowai 齢 yang artinya

umur, Ka berasal dari kanji fukeru 化 け る yang artinya tumbuh menjadi

tinggi/meninggi, dan Shakai 社 会 memiliki arti masyarakat. Sehingga dapat

disimpulkan Koreika Shakai adalah peningkatan masyarakat berumur panjang.

Awalnya koreika shakai merupakan sesuatu yang membanggakan Negara Jepang

karena menunjukkan tingkat harapan hidup masyarakat Jepang yang tinggi

sehingga membuat orang-orang diluar Jepang berfikir bahwa orang-orang Jepang

memiliki kesadaran yang tinggi untuk hidup sehat. Namun, semakin lama koreika

shakai berubah menjadi suatu masalah yang cukup berpengaruh bagi Negara

Jepang itu sendiri. Hal ini dikarenakan tingkat harapan hidup masyarakat Jepang

tinggi sedangkan angka kelahiran di Jepang sangat rendah sehingga membuat

ketidakstabilan demografi kependudukan Jepang. Maka sekarang makna koreika

shakai telah mengalami perubahan menjadi sesuatu yg sedikit negative dan

menjadikannya sebagai suatu fenomena yang berkembang pada masyarakat

Jepang. Fenomena Koreika Shakai adalah peningkatan jumlah penduduk berusia

lanjut. Lebih tepatnya adalah pertumbuhan dengan peningkatan yang sangat tajam

pertahunnya dari penduduk yang berusia 65 tahun keatas dan merupakan

penduduk yang sudah tidak wajib lagi bekerja dan membayar uang pensiun serta

merupakan orang yang secara rutin mandapat asuransi perbulannya atau dapat

dikatakan sebagai warga yang sisa hidupnya akan dihidupi oleh Negara.

Jepang dikenal dengan Negara yang masyarakatnya memiliki umur yang

panjang. Bahkan apabila dibandingkan dengan Negara-negara lain, jepang

(3)

17

memiliki banyak tradisi-tradisi yang sudah melekat sejak lama yang berhubungan

dengan aktifitas sehari-hari masyarakat jepang dan membuat mereka memiliki

umur yang panjang, seperti contoh tradisi minum teh hijau, lebih memilih untuk

berjalan kaki dari pada menggunakan alat transportasi, dan lain-lain.

Maka dari itu tidak heran apabila jepang memiliki jumlah lansia yang

banyak dan sebagian besar masih bekerja dan mempunyai tingkat produktifitas

yang tidak kalah dari para kaum yang masih muda.

2.2 Sejarah Koreika Shakai

Istilah koureisha 高 齢 社 会 yang bermakna usia lanjut secara resmi

digunakan oleh pemerintah pada tahun 1996 dalam keputusan “Kourei Shakai

Seisaku Taikou” (Pokok Kebijakan Masyarakat Lansia) sebagai pengganti istilah

“chouju” (berumur panjang) dalam Chouju Shakai Seisaku Taiko (Pokok

Kebijakan Masyarakat Berumur Panjang) yang ditetapkan pada tahun 1986.

Dalam perkembangan selanjutnya, istilah koureika shakai ‘masyarakat lansia’

lebih sering digunakan untuk orang-orang yang berumur panjang dengan nuansa

yang lebih kompleks. Kekompleksan makna tersebut meliputi perawatan dan

perlindungan untuk mereka serta kekhawatiran akan beratnya beban yang harus

ditanggung dalam menjalankan penjagaan dan perlindungan terhadap penduduk

lansia di atas 65 tahun yang harus dipikul oleh masyarakat di sekitarnya.

Menurut Makizono Kiyoko ( 1993 : 448 ), sebuah negara dapat disebut

sebagai koureika shakai apabila persentase penduduk lansianya ( persentase

penduduk usia 65 tahun keatas dari seluruh jumlah penduduk ) mencapai 7 persen

(4)

18

penduduk usia produktif di atas 15 tahun di bawah 64 tahun) melewati sekitar

12,0. Jepang pada tahun 1970 persentase lansianya adalah 7 persen dan indeks

lansianya 12,0 pada tahun 1975. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jepang

menjadi koreika shakai sejak tahun 1970.

Peningkatan jumlah kaum lansia dapat ditinju dari sudut demografi.

Demografi menurut Ida Bagus Mantra (2002 : 2-3 ), yang mengutip pendapat

Philip M. Hauser dan Dudley Duncan, adalah ilmu yang mempelajari jumlah,

persebaran teritorial dan komposisi penduduk, serta perubahan-perubahan dan

sebab – sebab dari perubahan tersebut, yang biasanya timbul karena natalitas

(kelahiran), mortalitas ( kematian ), migrasi, dan mobilitas sosial (perubahan

Status). Komposisi penduduk suatu negara sangat dipengaruhi faktor-faktor di

atas. Begitu juga dengan jepang, komposisi penduduk Jepang ditinjau dari sudut

demografi berubah dengan cepat.

Penyebab terbesar dari bertambah besarnya jumlah penduduk yang menua

ditinjau dari sudut demografi disebabkan oleh menurunnya angka kelahiran dan

kematian. Menurunnya angka kematian menyebabkan meningkatnya persentase

orang yang mencapai usia tua, memperbesar piramida penduduk bagian atas.

Dengan sendirinya sedikit tingkat kelahiran dan kematian ini menyebabkan

meningkatnya penduduk yang menua.

Beberapa ahli demografi membagi usia lanjut ke dalam dua golongan, yaitu

golongan usia lanjut pertama yang terdiri atas usia 65-74 tahun, dan usia lanjut

kedua terdiri atas usia 75 tahun ke atas. Dalam beberapa buku laporan tahunan

tentang lansia ( Kourei Shakai Hakusho 2004-2006) yang diterbitkan pemerintah

(5)

19

(http://www8.cao.go.jp/kourei/whitepaper/html). Kelompok tersebut adalah lansia

berusia 65-74 tahun, usia 75-84 tahun dan usia 85 tahun ke atas. Dari kedua

pengelompokkan tersebut dapat dikatakan bahwa penduduk lanjut usia merujuk

pada orang-orang yang berusia di atas 65 tahun.

Pasca perang dunia II, penduduk warga Negara Jepang mulai memfokuskan

diri pada pembangunan Negara. Dalam masa pembangunan dan pemulihan

Negara, kesejahteraan masyarakat dengan sendirinya didapat sejalan dengan

majunya Negara Jepang menjadi salah satu Negara dengan perekonomian terkuat

nomor dua di Dunia. Kesejahteraan masyarakat salah satunya tercermin dengan

meningkatnya usia penduduk yang semakin bertambah seiring naiknya batas usia

produktif di jepang yang tadinya 60 tahun dinaikkan menjadi 65 tahun.

Seperti telah disebutkan di atas, sejak jepang dikatakan sebagai penduduk

koreika shakai muncullah masalah perawatan orang tua. Sejak tahun 1975, usia

harapan hidup orang jepang bertambah panjang, tingkat kesehatan yang

meningkat, dan jumlah orang tua lanjut usia yang memerlukan perawatan juga

meningkat. Masalah perawatan orang tua lanjut usia mulai menjadi wacana dalam

masyarakat dan memberikan dampak terhadap keluarga, lingkungan, serta

pemerintah.

(6)

20

Tabel 2.1 Perubahan Komposisi Penduduk Lansia (Katsumi, 1995 : 4 ; Statistik

(7)

21

Tabel 2.2 Perubahan Struktur Penduduk (Statistik dari Kementrian Kesejahteraan

Sosial)

Pada tabel diatas kelompok usia dibagi dalam tiga kelompok, yaitu

penduduk usia muda (usia 0-19 tahun), penduduk usia produktif (usia 20-64

tahun), dan penduduk lansia usia di atas 65 tahun. Dalam tabel terlihat penduduk

usia muda mengalami penurunan, sebaliknya penduduk lansia bertambah, dan

diperkirakan setelah tahun 2010 penduduk lansia akan melampaui penduduk usia

(8)

22

Penduduk usia produktif bertambah sampai tahun 2000 yang berasal dari

generasi baby boom yang kedua, yaitu generasi yang lahir dari baby boom setelah

perang. Tambah lagi, diantara penduduk usia produktif jumlah yang menua pun

mengalami peningkatan ( penduduk usia 55 Tahun ke atas bertambah). Puncaknya

terjadi di tahun 2010, dimana diperkirakan 1 dari 4 penduduk usia produktif akan

berusia 55 tahun keatas. Selanjutnya, dengan meningkatnya kaum lansia ini, pada

tahun 1990 sebanyak 5,1 penduduk usia produktif menanggung beban satu orang

lansia, tahun 2000 dari 3,7 orang usia produktif menanggung beban satu orang,

dan tahun 2010 diperkirakan dari 2,7 orang usia produktif akan menanggung

beban satu orang, dan tahun 2020 dari 2,1 orang akan menanggung beban satu

orang. Dengan kata lain, mulai sekarang perkembangan usia produktif diiringi

dengan bertambahnya penduduk yang menua sehingga beban penduduk usia

produktif untuk menyokong penduduk lansia menjadi tinggi.

Gambar berikut menunjukan bentuk piramid penduduk jepang pada tahun

1998 dan perkiraan bentuk piramid penduduk pada tahun 2025. Pada gambar

piramid tersebut terlihat perubahan dimana terjadi perampingan bentuk piramid

usia 20-30-an pada tahun 2025, yaitu penduduk usia 20-30-an pada tahun 1998

telah berumur 50-60-an dan pertambahan penduduk usia 50 dan 70 tahun keatas

(9)

23

Gambar 2.2 Piramida Penduduk Jepang

Jumlah penduduk yang berusia di atas 75 tahun meningkat dengan cepat.

Pada tahun 2025, ketika generasi baby boom mencapai usia 75 tahun ke atas, rasio

penduduk yang berusia 75 tahun ke atas diperkirakan akan melampaui penduduk

yang berusia antara 65 dan 75 tahun. Tingkat penuaan lebih cepat terjadi pada

wanita dari pada pria. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel populasi penduduk

(10)

24

Tabel 2.3 Populasi Jepang Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin

2.3 Penyebab Koreika Shakai

Koreika Shakai adalah peningkatan masyarakat berumur panjang/lansia.

Lebih tepatnya adalah pertumbuhan dengan peningkatan yang sangat tajam

pertahunnya dari penduduk yang berusia 65 tahun keatas dan merupakan

penduduk yang sudah tidak wajib lagi bekerja dan membayar uang pensiun serta

merupakan orang yang secara rutin mandapat asuransi perbulannya atau dapat

dikatakan sebagai warga yang sisa hidupnya akan dihidupi oleh Negara. Adapun

(11)

25

2.3.1 Shoshika shakai

Shoshika Shakai adalah Kekurangan generasi muda atau lebih tepatnya

menurunnya tingkat kelahiran bayi pertahun yang merupakan generasi muda

mendatang yang akan membangun Negara. Adapun penyebab dari Shosika Shakai

adalah :

 Bankonka

Merupakan penundaan usia menikah oleh para wanita yang lebih memilih

untuk berkarir terlebih dahulu dari pada menikah. Bankonka sendiri merupakan

salah satu dampak negative yang diperoleh Jepang, dimana mengikuti kebudayaan

workaholic yang gila akan bekerja ini tentu perihal bankonka ini bukanlah hal

yang tak lazim. Tapi karena kebudayaan gila kerja yang merambah sangat meluas

di kalangan wanita inilah yang menjadi masalah, yang kemudian lambat laun

kebanyakan wanita mulai lebih mengutamakan karir mereka dan

mengesampingkan pikiran untuk membentuk keluarga baru. Walaupun begitu

keinginan mereka untuk memiliki pasangan memang ada tetapi tidak harus

menikah terlebih dahulu.

 Tingkat perceraian yang tinggi

Hal ini jelas mempengaruhi pasangan-pasangan muda yang sudah siap

fisik dan material tetapi ternyata tidak siap mental karena isu-isu akan perceraian

(12)

26

hubungan saling melengkapi bak perkawinan tetapi sebenarnya mereka tidak

memiliki ikatan pernikahan.

 Maraknya hubungan tanpa ikatan pernikahan

Hal ini menjadi salah satu sebab takutnya pasangan muda memiliki anak.

Karena takut akan malu yang dihadapi karena memiliki anak di luar pernikahan.

Dan hal ini jugalah yang menjadi sebab maraknya bankonka di kalangan generasi

muda sekarang. Mereka memiliki pasangan dan dapat hidup bersama tanpa harus

memiliki ikatan hubungan dalam pernikahan.

 Mahalnya biaya memiliki anak

Karena biaya kelahiran tidak termasuk dalam asuransi kesehatan yang

dimiliki setiap warga Negara Jepang, maka mahalnya biaya kelahiran dan

perawatan anak menjadi alasan yang hampir selalu ditemui di masyarakat. Tetapi

ada pengecualian untuk kelahiran Caesar yang mendapatkan asuransi kesehatan

karena dianggap sebagai sebuah penyakit.

 Tingkat natalitas yang sangat rendah.

Kebanyakan orang Jepang tidak ingin menikah dan tidak ingin mempunyai

anak. Kalaupun mereka menikah dan ingin mempunyai anak, mereka hanya

memutuskan untuk memiliki seorang anak saja. Karena jika memiliki lebih dari

satu anak akan memberatkan mereka. Ini dikarenakan biaya perawatan, biaya

(13)

27

 Tidak ingin meninggalkan karier dan gaya hidup.

Para pemuda di Jepang cenderung mengulur waktu untuk menikah dan

mempunyai anak sebab mereka lebih mementingkan karir dan gaya hidup mereka.

Saat menikah dan mempunyai anak mereka tentu akan sedikit kesulitan dalam

mempertahankan karir mereka yang sudah dicapai dengan susah payah. Selain itu

gaya hidup pada masa muda juga pasti akan berubah seiring dengan adanya anak

sehingga mereka merasa harus menjadi orang tua sepenuhnya.

2.3.2 Tingkat mortalitas rendah

Adanya tingkat mortalitas atau tingkat kematian yang rendah menandakan

bahwa generasi lanjut usia tetap hidup panjang umur. Mereka yang lanjut usia

kebanyakan masih sehat dan bisa hidup sehingga kaum lanjut usia terus

menumpuk. Adapun beberapa penyebab tingkat mortalitas rendah adalah :

 Gaya hidup sehat

Di Jepang makanan menjadi faktor penting untuk meningkatkan harapan

hidup. Makanan gaya Jepang baik untuk kesehatan dan mengandung banyak

nutrisi untuk i, memperlambat penuaan sel, rendah kalori, dan mengandung

zat-zat gizi penting. Karena apa yang mereka makan setiap hari sangat baik untuk

kesehatan, dan mereka masih membiasakan untuk berolah raga, itulah yang

menyebabkan mereka terlihat awet muda dan berumur panjang. Sering dijumpai

makanan Jepang yang disajikan mentah. Ini bukan dengan tidak beralasan. Selain

lebih segar, nutrisi makanan mentah dipastikan lebih tinggi daripada makanan

(14)

28

memerlukan bumbu yang banyak atau dimasak dalam waktu yang lama, dan

hampir semua vitamin dan nutrisi yang menjadikan tubuh tetap sehat tetap

terkandung di dalam makanan tersebut.

 Pola pikir yang dinamis

Merupakan kesalahan besar jika berfikir kalau masa tua adalah masa untuk

bersantai, berbaring di tempat tidur dan menghabiskan waktu hanya dengan

menonton tv di rumah. Dengan kata lain, jika beranjak tua maka saat itulah

melakukan penarikan diri dari dunia yang aktif. Justru, di masa tua itulah

setidaknya orang tetap aktif dalam berinteraksi dengan orang-orang, menjalani

kehidupan yang membangkitkan semangat dan itu adalah salah satu cara untuk

bertahan hidup. Faktor penting bagi masyarakat yang berusia lanjut adalah sikap

optimis. Untuk tetap selalu sehat mereka berusaha untuk selalu bahagia. Misalnya

dengan rajin merawat kulit, berolahraga, membersihklan pikiran dengan tidak

menumpuk rasa stress. Dengan mempunyai pola pikir yang terbuka, sanggup

menerima perubahan dari luar, tidak memupuk rasa stres, dapat menghindarkan

mereka dari penyakit penyakit yang dapat merenggut nyawa mereka.

 Kemajuan teknologi kesehatan

Kemajuan teknologi kesehatan di Jepang yang semakin canggih menjadi

salah satu faktor bertambah panjangnya usia harapan hidup di Jepang.

Dengan semakin canggihnya teknologi kesehatan sehingga semakin baik

(15)

29 2.4 Kasus – Kasus Koreika Shakai

Meningkatnya populasi lansia di Jepang menyebabkan munculnya

beberapa kasus sosial terkait dengan para lansia yang terjadi di masyarakat Jepang

seperti kodokushi, pemeliharaan lansia, dll. Salah satu kasus sosial yang sekarang

menjadi sorotan utama bagi pemerintah jepang adalah Kodokushi. Kodokushi

yang dalam bahasa Jepang tertulis 孤独死, dalam bahasa Inggris bisa diartikan

lonely-death, dan dalam bahasa Indonesia adalah mati kesepian. Kodokushi

merupakan fenomena masyarakat di Jepang yang dialami oleh penduduk lanjut

usia yang memilih hidup sendiri dan sampai saat ajal menjemputnya, ia meninggal

tanpa diketahui oleh siapapun. Tak jarang jasad orang yang mengalami kodokushi

baru ditemukan dalam jangka waktu berharihari bahkan sampai

berminggu-minggu dari waktu meninggalnya.

Peningkatan usia hidup di satu sisi menunjukan hal yang sangat positif,

akan tetapi hal ini ternyata menimbulkan problem sosial baru yaitu masalah

perawatan lansia. Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat Jepang mulai

beralih dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Hal ini berdampak

pada pola keluarga di Jepang yang semula menganut sistem keluarga luas

(dozoku) menjadi keluarga inti (kaku kazoku). Saat ini mayoritas keluarga di

Jepang hanya memiliki rata-rata satu sampai dua orang anak. Bahkan muncul

kecenderungan para wanita Jepang saat ini untuk tidak menikah demi karier atau

menikah namun tidak mau memiliki anak. Kondisi ini memicu masalah baru

berkaitan dengan perawatan lansia. Banyak lansia yang akhirnya terpaksa

ditempatkan di rumah jompo akibat tidak adanya sanak keluarga yang bisa

(16)

30

hidup sebatangkara karena ditinggal meninggal sanak keluarganya. Mereka

kemudian banyak yang mengalami depresi karena kesepian dan akhirnya

meninggal dunia.

Penyebab meningkatnya jumlah lansia yang hidup sendiri di Jepang dapat

dianalisis dari dua segi, yang pertama dari segi status perkawinan, misalnya tidak

menikah, ditinggal mati oleh pasangan hidup, dan perceraian. Segi yang kedua

adalah dari hubungan atau relasi yang terpisah, yakni banyak yang tidak hidup

bersama dengan anaknya (Fujimori 2010 : 41). Kondisi ini menyebabkan

mayoritas dari mereka mengalami depresi akibat kesepian. Banyak diantaranya

yang akhirnya mengalami ketergantungan alkohol. Sebagian lagi ditemukan

meninggal karena kelaparan, kekurangan gizi atau sakit lever. Mayoritas adalah

pria berusia 55 tahun-an. Jumlahnya hampir dua kali lipat wanita yang rata-rata

berusia 70 tahunan.

Banyak cara yang dilakukan para lansia di jepang untuk mengakhiri

hidupnya yang diakibatkan karena rasa kesepian. Beberapa diantaranya adalah

bunuh diri (jisatsu). Kasus-kasus bunuh diri (jisatsu) di Jepang juga merupakan

hal yang tidak bisa dilepaskan dengan masalah kodokushi. Di dalam kasus-kasus

kodokushi yang ditemukan, banyak yang merupakan kasus bunuh diri. Kasus

bunuh diri di Jepang sendiri mengalami peningkatan sejak 1998. Kenaikannya

melonjak tajam dari hanya 23.000 kasus di tahun 1997 melonjak menjadi 30.000

kasus di tahun berikutnya.

Beberapa faktor dianggap sebagai pemicunya di antaranya adalah

industrialisasi. Industrialisasi mendorong kaum muda di Jepang melakukan

(17)

31

meyebabkan desa kekurangan tenaga muda. Yang tertinggal hanyalah para lansia

yang hidup sendiri tanpa sanak keluarga. Strukutur keluarga pun mengalami

perubahan yakni dari keluarga luas (dozoku) menjadi keluarga inti (kaku

kazoku). Hal ini menyebabkan banyak lansia yang harus tinggal terpisah dengan

anak-anak mereka. Mereka menjalani hari tua sendiri dan kesepian. Kasus

kodokushi terbanyak terjadi pada laki-laki berusia 50 sampai 60 tahun yang hidup

sendiri tanpa keluarga, pekerjaan dan tujuan hidup. Pada wanita biasanya terjadi

Gambar

Gambar 2.1 Rata-rata usia harapan hidup penduduk jepang (Haryati, 2008 : 2)
Tabel  2.1 Perubahan Komposisi Penduduk Lansia (Katsumi, 1995 : 4 ; Statistik
Tabel  2.2 Perubahan Struktur Penduduk (Statistik dari Kementrian Kesejahteraan
Gambar  2.2 Piramida Penduduk Jepang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Fenomena Enjo Kōsai Dalam Mayarakat Jepang

Serial drama Cleopatra na Onnatachi menggambarkan sebuah fenomena dari dunia nyata yang melingkupi tempat karya sastra itu dibuat, yakni fenomena operasi

Salah satu contoh permasalahan yang ditimbulkan dari peningkatan jumlah penduduk lanjut usia adalah peningkatan rasio ketergantungan lanjut usia (old age dependency

Karakteristik utama dalam pola pengasuhan anak di Jepang antara lain adalah (1) besarnya peran ibu, (2) ayah tidak terlalu banyak terlibat dalam mengasuh

Dari gambar 2.5., yang merupakan hasil penilitian tahunan yang didapat dari Menteri Ekonomi dan Industri Jepang, dapat dilihat bahwa jumlah penjualan.. kosmetik pria terus

Implikasi ekonomis yang terpenting dari peningkatan jumlah penduduk lanjut usia adalah peningkatan rasio ketergantungan. usia lanjut (old age ratio dependency

jumlah penduduk lanjut usia yakni yang berusia 60 tahun keatas pada tahun 2010.. sebanyak 765.750 jiwa dan jumlah penduduk keseluruhan di

Dalam novel tersebut digambarkan kehidupan seorang lansia Jepang yang hidup sendiri terpisah dari anaknya.. Istrinya sudah meninggal dunia; dan dari pernikahannya, ia