• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jabatan Profesional dan Tantangan Guru d

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Jabatan Profesional dan Tantangan Guru d"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

“JABATAN PROFESIONAL DAN TANTANGAN GURU DALAM PEMBELAJARAN”

MAKALAH

diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika dan Profesi Guru oleh :

Ammar Chania 2015031002

Khoerunnisa 2015031012

Risna Goyani Soleha 2015031023

Sanditia Maulana 2015031027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KUNINGAN

(2)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Jabatan Profesional dan Tantangan Guru dalam Pembelajaran” ini. Sholawat beserta salam semoga tetap terlimpahkan kepada manusia mulia panutan seluruh makhluk Nabi Muhammad SAW.

Terima kasih kepada para pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Penulis mengambil judul di atas adalah untuk memberikan penjelasan mengenai tugas dan peran guru sebagai tenaga pendidik yang profesional dalam bidang

kependidikan, dan menjelaskan mengenai tantangan guru sebagai tenaga profesional dalam pembelajaran.

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, dan utamanya bagi penulis sendiri.

Kuningan, April 2018

(3)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan... 2

BAB II PEMBAHASAN 2.1Jabatan Profesional Guru... 3

2.1.1.Pengertian Jabatan Profesional guru... 3

2.1.2.Ciri-ciri dan Karakteristik Jabatan Profesional Guru... 4

2.1.3.Kompetensi Jabatan Profesional Guru... 6

2.1.4.Prinsip-prinsip Jabatan Profesional Guru ... 7

2.2Tantangan Guru dalam Pembelajaran... 8

2.2.1 Pengertian Guru dan Pembelajaran ... 10

2.2.2 Fungsi dan Peran Guru dalam pembelajaran... 10

2.2.3 Data Guru ... 17

2.2.4 Tantangan Guru dalam pembelajaran di era Perubahan... 18

2.2.5 Guru Ideal ... 33

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan... 37

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembelajaran merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam dunia pendidikan karena pendidikan tidak akan berarti atau tidak terlaksana tanpa adanya proses pembelajaran. Pembelajaran juga merupakan proses transfer pengetahuan dari seorang guru kepada muridnya atau dari murid ke murid. Pembelajarn

dilakukan dalam bentuk pemberian materi maupun parakktek secara langsung yang memungkinkan pengetahuan tersebut dapat tersampaikan secara tepat dan jelas. Dalam suatu pembelajaran terdapat komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proes pembelajaran. Begitu banyak komponen yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan namun demikian, tidak mungkin upaya peningkatan kualitas dilakukan dengan memperbaiki setiap komponen secara serempak.

Namun demikian, komponen yang selama ini dianggap sangat

mempengaruhi proses pendidikan adalah guru. Hal ini memang wajar, sebab guru merupakan ujung tombak yang berhubungan secara langung dengan siswa sebagai subjek dan objek pembelajaran. Bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan, bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi dengan kemampuan atau keahlian serta kualitass guru dalam

mengimplementasikannya maka semuanya akan kurang bermakna, bahkan dalam kasus tertentu salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas atau mutu pendidikan adalah sumber daya manusia yaitu salahsatunya sinergitas antara guru dan siswa.

(5)

pendidikan adalah bagaimana guru dapat memberikan secara lebih baik dan juga terarah dalam proses pembelajaran melalui kemampuan atau keahlian yang diperoleh sebelumnya melalui pendidikan tinggi yang disebut dengan profesi, profesi dijalankan berdasarkan atas keahlian budang tertentu yang salh satunya adalah guru bidang profesi guru adalah bagaimana ia mengembang tuga dalam proses pembelajaran.

Profesi dapat dilakukan secara baik dan menyeluruh apabila didalamnya terdapat jiwa profesiobal yang dalam artian bekerja dengan sungguh-sungguh sesuai dengan profesinya. Guru menjadi salah satu jabatan professional yang mana

didalnya harus berdasarkan aspek-aspek yang telah ditetapkan sesuai dengan pendidikan.

Berdasarkan pemaparan di atas penulis akan menyusun makalah yang berjudul “Jabatan Profesional dan Tantangan Guru dalam Pembelajaran” 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan judul di atas maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Apa itu Jabatan Profesional Guru ?

2. Bagaimana Tantangan Guru dalam Pembelajaran ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pemilihan judul tersebut adalah sebagai berikut. 1. Memberikan penjelasan mengenai Pengertian Jabatan Profesional.

(6)

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Jabatan Profesional Guru

1. Pengertian Jabatan Profesional Guru

Sebelum pada pembahasan secara Menyeluruh menegnai jabatan profesional ada beberapa komponen yang haru ipahami dahulu mengenai apaitu pengertian jabatan dan profesional itu sendiri, sehingga kita akan mampu memberikan pemahaman mengenai apa itu jabatan professional guru.

Jabatan Ialah sekumpulan pekerjaan yang berisi tugas-tugas yang sama atau berhubungan satu dengan yang lain, dan yang pelaksanaannya meminta kecakapan, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang juga sama meskipun tersebar di berbagai tempat.

Menurut pendapat Prof. Dr. Sudarwan Danim (2011:103) pengertian proesional terbagi menjadi dua yaitu :

1) Profesional adalah orang yang menyandang suatu profesi, seperti “tony seorang profesional” orang yang profesional biasanya melakukan pekerjaan secara otonom dan dia mengabdikan diri pada pengguna jasa dengan disertai rasa tanggung jawab atas kemampuan profesionalnya itu.

2) Profesional merupakan kinerja atau performance guru dalam melakukan

pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Pada tingkat tinggi, kinerja itu dimuati unsur-unsur kiat atau seni yang menjadi ciri tampilan profesional seorang

penyandang profesi.

(7)

Dari beberapa pendapat diatas mengenai profesional apat disimpulkan bahwa profesional adalah uatu tindakan seseorang yang memiliki profesi tertentu sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimilikinya.

Dari pemaparan pengertian jabatan ddan professional diatas, lalu apa yang dimaksud dengan Jabatan Profesional ?

Menurut pendapat Hamzah B.Uno (2016:42) Jabatan guru merupakan jabatan professional yang menghendaki guru harus bekerja secara profesional.

Jabatan profesional guru merupakan usatu kedudukan atau posisi seseorang didalam suatu pekerjaan yang mana didalamnya harus bertindak sesuai dengan dengan keahlianserta kemampuan yang telah ditempuh sebelumnya melalui pendidikan tinggi.

2. Ciri-ciri atau Karakteristik Guru Sebagai Jabatan Profesional

Dalam Buku (Sanjaya Wina, 2006:15) syarat-syarat atau ciri pokok dari guru sebagai pekerjaan profesional adalah sebagai berikut :

a. Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya mungkin diperoleh dari lembaga-lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga kinerjanya didasarkan kepada keilmuan yang dimilikinya yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

b. Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang tertentu yang spesifik sesuai dengan jenis profesinya, sehingga antara profesi yang satu dengan yang lainnya dapat dipisahkan secara tegas.

c. Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan kepada latar belakang pendidikan yang dialaminya yang diakui oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi latar belakang pendidikan akademik sesuai dengan profesinya, semakin tinggi pula tingkat keahliannya, dengan demikian semakin tinggi pula tingkat penghargaan yang diterimanya.

d. Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga memiliki dampak terhadap sosial kemsyarakatan, sehingga masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap setiap efek yang ditimbulkannya dari pekerjaan profesinya itu. 3. Kompeteni Guru sebagai Jabatan Profesional

(8)

Sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No. 14 Tahun 2005 dan PP No. 19 Tahun 2005 yaitu agar guru dan dosen memahami, menguasai, dan terampil

mengguanakan sumber-sumber belajar baru dan menguasai kompetensi pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial sebagai bagian dari kemampuan profesional guru.

Dalam buku Wina Sanjaya (2011:17) dijelaskna ke empat kompetensi yang yang harus dimiliki guru sebagai jabatan profesional, kompetensi tersebut adalah sebagai berikut :

1) Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi:

a. Pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan

b. Guru memahaman potensi dan keberagaman peserta didik sehingga dapat didesain strategi pelayanan belajar sesuai keunikan masing-masing peserta didik.

c. Guru mampu mengambangkan silabus/kurikulum baik dalam bentuk dokumen maupun implementasi dalam bentuk pengalaman belajar

d. Guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.

e. Mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif. Sehingga pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.

f. Mampu lakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur dan standar yang dipersyaratkan.

(9)

2) Kompetensi Pribadi

Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan (yang harus di-gugu dan di-tiru). Sebagai seorang model, guru harus mempunyai kompetensi yang berhubungan dengan pengembangan kepribadian (personal competencies), diantaranya :

a. Kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya.

b. Kemampuan untuk menghormati dan menghargai antar-umat beragama. c. Kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem nilai

yang berlaku di masyarakat.

d. Mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru, misalnya sopan santun dan tata krama.

e. Bersifat demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik. 3) Kompetensi Profesional

Kompetensi profesional adalah kompetensi atau kemampuan yang berhubungan dengan penyelesaian tugas-tugas keguruan. Kompetensi ini

merupakan kompetensi yang sangat penting, sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh karena itu, tingkat keprofesionalan seorang guru dapat dilihat dari kompetensi ini. Beberapa kemampuan yang berhubungan dengan kompetensi ini diantaranya :

a. Kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, misalnya paham akan tujuan pendidikan yang harus dicapai, baik tujuan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, dan tujuan pembelajaran.

b. Pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham tentang tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori belajar, dan lain sebagainya.

c. Kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya.

d. Kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran.

e. Kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar. f. Kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran.

(10)

h. Kemampuan dalam melaksanakan unsur-unsur penunjang, misalnya paham akan administrasi sekolah, bimbingan, dan penyuluhan.

i. Kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja.

4) Kompetensi Sosial Kemasyarakatan

Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial, meliputi:

a. Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional.

b. Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan.

c. Kemampuan untuk menjalin kerja sama, baik secara individual maupun secara kelompok.

4. Prinsip-prinsip Jabatan Profesional Guru

Dalam UU No. 14 Tahun 2005 yang dikutip dari buku Sudarman Danim (2011:108), disebutkan bahwa profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut :

a. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme.

b. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia.

c. Memiliki kualifikasi akademi dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.

d. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas. e. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan. f. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja. g. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara

berkelanjutan dengan belajar sepangjang hayat.

h. Memiliki jaminan perlakuan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan i. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal

(11)

Sebelum pada pembahasan secara menyeleruh mengenai tantangan bagi guru dalam proses pembelajaran, sebelumnya ada beberapa pokok pembahasan yang akan dibahas mengenai pengertian guru, pengertian pembelajaran, Fungsi atau peran guru dalam pembelajaran, serta kegiatan guru dalam pembelajaran akan dipaparkan. 1. Pengertian Guru dan Pembelajaran

Menurut Hamzah B.Uno dan Nina Lamatenggo dalam buku Tugas guru dalam Pembelajaran (2016:1) pengertian guru secara umum adalah pendidik atau pengajar untuk pendidikan usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, dasar, dan menengah. Dalam definisi yang lebih lua, setiap orang yang mengajarkan hal baru dapat dianggap sebagai guru. Beberapa istilah yang menggambarkan peran guru adalah dosen, mentor, tentor dan tutor.

Guru dalam proses belajar mengajar adalah orang yang memberikan pelajaran. Dalam Kamu Bahasa Indonesia, guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar.

Guru adalah semua orang yang bertanggung jawab dan berwenang terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual maupun secara klasikal baik diekolah maupun diluar sekolah.

Dari beberapa pengertian diatas dapat diimpulkan bahwa guru merupakan sseseorang yang mempunyai tanggung jawab erta keenangan dalam memberikan pelajaran atau pendidikan secara penuh kepada murid-muridnya.

(12)

Wikipedia, pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

Menurut pendapat Rombepajung (1988:25)Pembelajaran adalah pemerolehan suatu mata pelajaran atau pemerolehan suatu keterampilan melalui pelajaran, pengalaman, atau

pengajaran.Pembelajaran dapat pula dipandang sebagai kegiatan pendidik secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat peserta didik belajar secara aktif yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.

Menurut beberapa pengertian pembelajarn di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses belajar yang melatih peserta didik untuk sampai pada tujuan pembelajaran yang diharapkan.

2. Fungsi dan Tugas Guru

Dalam buku Strategi pembelajaran (Wina Sanjaya : 2006) ada beberapa peran dan fungsi guru dalam proses pembelajaran, yaitu sebagai berikut :

1) Guru sebagai sumber belajar 2) Guru sebagai Fasilitator 3) Guru sebagai pengelola 4) Guru sebagai demonstrator 5) Guru sebagai pembimbing 6) Guru sebagai motivator 7) Guru sebagai evaluator

3. Kegiatan Guru dalam Pembelajaran

Dalam pembelajaran banyak sekali kegiatan yang dapat dipilih oleh guru. Namun dari pilihan tersebut Apa yang dianggap baik untuk seorang pengajar atau sekelompok siswa bisa saja jadi tidak memuaskan dalam situasi lain. Guru haru dapat memilah serta memilih apa aja yang kegitan yang memilki manfaat.

(13)

yang telah tetapkan, baik dari segi ciri siswa maupun dari segi persiapan mereka. Selain itu guru juga harus mempersipakan metode pengajaran dan kegiatan belajar yang efektif. Ini perlu untuk menjalin agar sebagian besar siswa dapat menguasai sasaran pengajaran pada tingkat pencapaian yang dapat diterima,.dalam jangka waktu yang sesuai.

1) Pola Pembelajaran yang Efektif

Ada banyak jalur untuk belajar. Anda pasti mengenal metode mengajar dan kegiatan belajar yang umum digunakan. Biasanya guru menyajikan Informasi kepada sejumlah siswa dengan menggunakan metode ceramah, berbicara dengan informal, menulis di papan tulis, memperagakan, dan menggunakan bahan pandang dengar.

Siswa belajar mandiri sesuai dengan kecepatannya dengan cara membaca, mengerjakan tugas pada lembar kerja, memecahkan masalah, menulis laporan praktikum, dan barangkali menonton film serta menggunakan bahan pandang dengar.lain. Interaksi antarguru dengan siswa dan antarsiswa terjadi melalui tanya jawab, diskusi, kegiatan kelompok kecil, tugas yang harus diselesaikan, dan laporan.

Ketiga pola ini (penyajian di kelas, belajar mandiri, dan interaksi guru-siswa) adalah kategori yang mengelompokkan sebagian besar metode pengajaran dan pembelajaran. Setiap kegiatan pengajaran, apakah yang ditentukan guru atau yang diperuntukkan bagi murid untuk belajar mandiri, ada hubungannya dengan salah satu dari ketiga pola ini. Kita tidak dapat menggunakan ketiga pola ini dengan sembarangan ketika merencanakan program pengajaran. Mengapa? Ada beberapa alasan.

(14)

beraturan dan terpimpin. Perbedaan di antara siswa ini mengharuskan kita menggunakan berbagai metode pengajaran yang berbeda pula.

b) kondisi dan asas belajar menyebabkan kita tanggap akan perlunya memilih metode yang memberi peluang untuk peran serta yang aktif dari pihak siswa dalam segala kegiatan belajar.

c) jika kita slap menggunakan teknologi pengajaran yang baru (TV, komputer, dan lain-lain), penekanan biasanya diberikan pada penyajian kelompok, atau pada kegiatan belajar mandiri. Pada kedua Janis penyajian ini, tidak ada kesempatan berinteraksi antarguru-siswa secara tatap muka. Menyediakan bahan pengajaran yang cukup bagi kelompok kecil haruslah diperhatikan.

d) ada persoalan dalam keefisienan dalam menggunakan waktu guru dan waktu siswa, sarana, dan peralatan. Untuk tujuan tertentu mungkin lebih efisien apabila guru menyajikan informasi kepada seluruh kelas secara serempak (dengan jumlah siswa berapa saja) deripada menguasai siswa dengan

mempelajari bahan secara mandiri. Pengajaran kelompok yang demikian tidak hanya menghemat waktu, tetapi dapat juga mengurangi rusaknya peralatan dan bahan yang disebabkan oleh penggunaan yang berlebihan. Pengajaran semacam itu juga memberikan lepada guru waktu maksimal untuk bertatap muka dengan siswa, untuk bimbingan dan konsultasi perseorangan, serta untuk merencanakan pengajaran.

Secara keseluruhan, metode penyajian kelompok dan relajar mandiri, paling berhasil mencapai sasaran dalam ranah efektif dan psikomotor . Cara terbaik untuk mencapai sasaran dalam ranah efektif adalah melalui kelompok kerja sama. Ketika menerima dan mengemukakan pendapat dalam diskusi, siswa dapat terdorong untuk belajar, membantu menajamkan pertimbangan, dan

mengembangkan kemampuan untuk berdebat.

(15)

memperlihatkan beberapa rampatan yang dapat diterima secara umum yang berasal dari psikologi belajar.

Kondisi dan asas belajar tertentu dapat diterapkan dengan berhasil pada pengembangan sejumlah kegiatan pada setiap pola belajar mengajar.

2) Kondisi dan Asas untuk Belajar yang Berhasil

Pengajaran yang efektif ditandai oleh berlangsungnya proses belajar. Proses belajar dapat dikatakan berlangsung apabila seseorang sekarang dapat mengetahui atau melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak diketahui atau dapat dilakukan olehnya. Jadi, hasil belajar akan terlihat dengan adanya tingkah laku baru dalam tingkat pengetahuan berfikir atau kemampuan jasmaniah. Dikarenakan tugas perancangan pengajaran adalah membantu terjadinya proses belajar. (Hamzah B.Uno : 2016) Kondisi dan Asas tersebut adalah sebagai berikut :

1. Persiapan Sebelum Mengajar

Siswa harus lulus dengan memuaskan dalam pelajaran prasarat sebelum melalui suatu program atau satuan pelajaran tertentu. Kalau hasil belajar sebelumnya tidak cukup dikuasai, pelajaran selanjutnya menjadi kurang berarti dan dipelajari dengan menghafal saja tanpa terjadinya perubahan tingkah laku apa pun.

2. Sasaran Belajar

Besar kemungkinan bahwa proses relajar akan berhasil dengan baik apabila sasaran dinyatakan dengan jelas, dan pada awal pokok bahasan atau satuan pelajaran, siswa diberi tahu tentang sasaran khusus yang akan di capai. Siswa dapat memperoleh informasi lebih banyak dan mengingatkannya dengan jangka waktu yang lebih lama apabila sasaran belajar ditulis dengan cermat dan disusun secara bersistem.

3. Susunan Bahan Ajar

(16)

disajikan pada siswa dalam beberapa bagian; banyak sedikitnya bagian tergantung urutan, kerumitan, dan kesulitanya. Susunan dan tata cara ini dapat membantu siswa dalam menggabungkan dan memandukan pengtahuan atau proses secara pribadi.

4. Perbedaan Individu

Siswa belajar dengan cara dan kecepatan yang berbeda-beda. Pelajaran kelompok memang menguntungkan untuk tujuan tertentu dan lebih disukai oleh beberapa siswa akan tetapi, bukti menunjukkan bahwa sebagian siswa dapat mencapai sasaran yang dipersyaratkan dengan cara yang paling memuaskan apabila mereka, dengan menggunakan bahan yang tepat, diperbolehkan belajar menurut kecepatan masing-masing.

5. Motivasi

Seseorang mau belajar apabila memang terjadi proses pembelajaran. Keinginan untuk belajar untuk mempersyaratkan adanya motivasi. Keinginan seperti ini akan timbul apabila (a) pengajaran dipersiapkan dengan baik sehingga dirasakan penting dan menarik untuk siswa, (b) tersedia berbagai pengalaman belajar, (c) siswa mengetahui bahwa bahan yang akan dipelajari akan digunakan sesegera mungkin, dan (d) pengakuan tentang keberhasilan belajar diberikan untuk mendorong upaya belajar selanjutnya.

6. Sumber Pengajaran

Jika bahan pengajaran, termasuk media seperti gambar dan rekaman video, dipilih dengan hati-hati dan dipadukan secara bersistem untuk menunjang berbagai kegiatan dalam program dalam pengajaran, akan terlihat dampak yang berarti dalam prestasi siswa. Sumber seperti itu melueskan pengajaran yang

meningkatkan kesempatan untuk menyesuaikan pengajaran dengan kebutuhan perseorangan. Dengan demikian meningkatkan produktifitas, baik pada pihak siswa maupun guru.

7. Keikutsertaan

(17)

daripada mendengar dan menonton secara pasif berjam-jam. Keikutsertaan berarti siswa ikut memberikan respons dalam pikiran mereka atau menunjukkannya melalui kegiatan jasmani, yang disisipkan secara strategis selama berlangsungnya penyajian pengajaran atau peragaan.

8. Balikan

Motivasi untuk belajar dapat dilanjutkan atau ditingkatkan apabila siswa diberi tahu secara berkala tentang kemajuan mereka. Balikan memperkuat

pemahaman dan kinerja yang benar, memberitahukan kesalahan, dan memperbaiki proses belajar yang salah. Untuk memperoleh hasil belajar yang memuaskan terdapat hubungan yang erat antara balikan dan penguatan.

9. Penguatan

Dengan memperoleh penegasan (balikan) tentang jawaban yang dipandang berhasil, siswa terdorong untuk meneruskan kegiatan belajarnya. Kegiatan belajar yang didorong oleh keberhasilan menimbulkan kepuasan dan percaya diri.

Tanggapan yang mendapat tanggapan positif cenderung akan timbul berulang-ulang apabila siswa menghadapi suasana yang mirip atau sama.

10. Latihan dan Pengulangan

Agar suatu fakta atau keterampilan menjadi bagian yang kuat dart dasar pengetahuan siswa maka dibutuhkan lebih dari satu pengajaran. Sambil meneruskan asas keikutsertaan, balikan dan penguatan seperti diterangkan terdahulu, maka penyelesaian latihan tertulis, latihan berulang-ulang dalam suasana nyata, atau latihan beruntun untuk maksud menghafal, akan dapat

mencapai tahap kelebihan belajar: Hasilnya adalah kemampuan mengingat dalam jangka panjang. Latihart menjadi sangat efektif apabila dilakukan dalam jangka waktu tertentu.

11. Urutan Kegiatan Belajar

(18)

melatihkan bagian-bagian dari tugas atau tata cara tersebut. Cara yang memuaskan untuk memadukan peragaan dengan pelatihan, antara lain (a) memperagakan seluruh tata cara langsung atau dari film atau video; (b) memperagakan kembali bagian pertama; (c) memberi kesempatan kepada siswa untuk melatih bagian pertama tata cara tersebut; (d) memperagakan bagian kedua; (e) memperagakan bagian ketiga; (f) memberi kesempatan untuk melatih bagian pertama, kedua, dan ketiga; dan seterusnya. Disarankan untuk memberikan ujian kemampuan akhir mengenai keseluruhan tugas yang diselesaikan.

12. Penerapan

Hasil penting dari kegiatan belajar adalah meningkatnya kemampuan siswa untuk menerapkan atau memindahkan apa yang telah dipelajarinya kepada masalah atau situasi baru. Apabila siswa tidak dapat melakukan hal ini berarti pemahaman yang mendalam belum dlperoleh siswa tersebut. Pertama, siswa harus telah terbantu menemukan rampatan (konsep, kaidah, asa) yang berhubungan dengan pokok bahasan atau tugas. Kedua, kesempatan harus diberikan kepada slswa untuk bernalar dengan menerapkan rampatan ke berbagai jenis tugas atau masalah nyata dan baru. Agar dapat menggunakan asas Ini, harus ditulis, dicari, atau diciptakan masalah dan situasi nyata yang belum dikenal siswa atau berbeda dalam beberapa hal dengan digunakan selama pengajaran dan pelatihan.

Kemudian, setiap menghadapi situasi baru, siswa harus mengenali unsur yang mirip dengan yang ditemukan dalam rampatan tersebut dan mengambil tindakan yang sesuai.

13. Sikap Mengajar

(19)

bertingkah laku positif. Hasilnya dapat sangat mendukung keberhasilan program pengajaran tersebut.

14. Penyajian di Depan Kelas

Dalam menggunakan pola penyajian kelompok, pengajar memberitahukan, menunjukkan, memperagakan, menguraikan dengan cara mengesankan, atau menyebarkan bahan ajar kepada sekelompok siswa. Pola ini dapat digunakan di kelas, di aula, atau di berbagai tempat dengan menggunakan radio, telepon yang dilengkapi pengeras suara, transmisi sirkuit pendek, atau komunikasi satelit. Guru dapat berbicara di depan kelas. Ia dapat pula menggunakan bahan media pandang seperti bening, rekaman, slide, film atau rekaman video, masing-masing secara terpisah atau dalam kombinasi nekasantir. Penyajian dapat pula berlangsung tanpa guru, misalnya slide yang diikuti rekaman dalam kaset atau dalam format video. Semua kegiatan ini menggambarkan alih informasi satu arah dari guru kepada sering untuk jangka waktu tertentu (biasanya satu jam pelajaran berlangsung selama 40-50 menit). Pada kelas kecil terjadi komunikasi dua arah antara guru dengan siswa, namun sering sekali siswa mendengarkan dengan pasif dan menonton saja.

4. Data Guru

1) Berdasarkan usia

(20)

2) Berdasarkan Jumlah sertifikasi

Sumber : Kementrian Pendidikan dan Budaya.

5. Tantangan Guru dalam Pembelajaran di Era Perubahan

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat selama ini membawa dampak terhadap jarak antarbangsa di dunia sehingga fenomena ini bersifat global. Akibat pengaruh globalisasi menghadirkan problem baru berupa kesenjangan

antara kemajuan IPTEk sekarang dengan kurikulum sekolah. Di lain pihak, motivasi belajar dan minat belajar siswa masih rendahyang mengakibatkan kualitas lulusan sebagai hasil pendidikan

cenderung merendah pula.

Persoalan yang dihadapi sekarang yaitu bagaiman

menemukan pendekata, media serta model yang terbaik untuk menyampaikan berbagai konsep yang diajarkan di dalam mata pelajaran tertentu sehingga semua siswa dapat menggunakan dan mengingat lebih lama konsep tersebut. Bagaimana setiap

(21)

sesuatu, arti dari sesuatu dan hubungan dari apa yang mereka pelajari. Bagaimana guru dapat membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa sehingga mereka dapat mempelajari berbagai konsep dan cara mengaitkannya dengan kehidupan nyata sehingga dapat membuka berbagai pintu kesempatan selama hidupnya. Hal ini merupakan tantangan yang dihadapi guru setiap hari dan tantangan bagi pengembangan kurikulum.

Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi guru saat ini dalam proses pembelajaran yakni pembelajaran berbasis

tekonologi yang di dalamnya internet dan lain sebagainya sebagai media guna menunjang pembelajajaran diera perubahan saat ini dan juga model pembelajaran berbasis proyek atau pemecahan masalah. Kedua media dan model tersebut saat ini menjadi suatu tantangan yang harus dihadapi oleh guru dimasa globalisasi ini, permasalahan atau tantangan ini semakin sulit untuk guru-guru yang hanya mengandalkan materi saja atau guru yang tidak memiliki basic komputerisasi.

1) Pembelajaran Berbasis Tekonologi Informasi dan Komunikasi / Internet Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memberi pengaruh yang besar terhadap efektifitas dan efesiensi proses tentang pembelajaran, Pembelajaran termasuk didalamnya pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK), pada dasarnya bukan hanya

menyampaikan informasi atau untuk belajar, karena tujuan utama belajar adalah peserta didik belajar. Keberhasilan guru mengajar dan efektifitas pembelajaran ditandai dengan adanya proses belajar mengajar peserta didik. Keberhasilan proses pembelajaran dipengaruhi oleh lingkungan. Kehidupan masyarakat, dengan segala karakteristik dankekayaan budayanya, terutama karena pengaruh ilmu

(22)

perkembangan. Sehingga tuntutannyapun dari waktu ke waktu selalu berubah. Materi pembelajaran yang disusun dalam perencanaan

pembelajaran harus sebanyak mungkin menyerupai atau mempunyai unsure identik dengan situasi kehidupan. Dengan demikian hasil belajar barguna bagi peserta didik, karena dapat ditransfer dalam situasi pendidikan. Cara belajar di jalankan melalui jaringan internet. Pembelajaran yang dilakukan melalui jaringan data yang dihubungkan dengan computer yang membuat mereka seolah olah berada disekolah, meskipun pada hakekatnya mereka tidak berada di satu tempat yang sama. Kondisi seperti ini bisa menciptakan keadaan yang disebut dengan sekolah maya (virtual school).

a) Peran guru dalam pembelajaran

Pembelajaran dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi dan komunikasi (TIK) memungkinkan dapat menghasilkan karya-karya baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan yang lebih bermakna. Melalui teknologi informasi dan komunikasi dan komunikasi (TIK) siswa akan memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri,

konsistensi, dan komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.

Semua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap siswa memiliki kondisi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun dari orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi dan komunikasi (TIK).

(23)

manajer pembelajaran dengan sejumlah peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah satu sumber informasi.

Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V.

Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak. Sebagai konselor, guru harus mampu

menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu, guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai manajerpembelajaran, guru memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa. Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi

(24)

melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh daya abstraksi dan

komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas profesionaliemenya.

Peran seorang guru dalam pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi dan komunikasi (TIK), adalah sebagai berikut

a) Perencanaan pengajaran, yaitu menyiapkan berbagai kepeluan yang akan digunakan sebelum proses pengajaran, seperti materi pelajaran yang akan disampaikan, sumber belajar, media pengajaran, atau alat bantu yang digunakan dan ,ain sebagainya.

b)Penyampaian informasi, yaitu pengajar manyampaikan berbagai informasi atau ilmu pengetahuan dengan berbagai metode yang mendukung.

c) Penilai. Pengajar menilai keberhasilan pengajarannya yang dilakukannya dengan mengukur sejauh mana peserta didik dapat menguasai materi pembelajarn yang disampaikan pengajar. Sebagai penilai, pengajar sebelum melakkan penilaian terlebih dahulu hendaknya menentukan alat penilaianya.

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran Teknologi Informasi dan Telekomunikasi (TIK) pada era ini

berkembang sangat pesat, dimulai dengan ditemukannya system computer hingga komunikasi dunia maya yang bisa dinikmati melalui telepon selular dengan akses GPRS. Namun masih banyak yang masih awam tentang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) tersebut. Hal tersebut terlihat dari kurang optimalnya dalam penggunaan teknologi di atas dalam kehidupan sehari-hari.

Ada berbagai manfaat dari Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) Salah satu manfaat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yaitu dalam dunia pendidikan terutama dalam proses pembelajaran. Teknologi dan informasi telah menjadi factor pendukung dalam proses pembelajaran, salah satunya

(25)

berbagai informasi yang kita inginkan dengan cepat dan murah, sehingga akan menambah wawasan dan pengetahuan kita sebagai guru dan peserta didik. Namun kenyataan dilapangan terutama pendidikan di sekolah-sekolah terpencil masih belum mengetahui dan memanfaatkan teknologi dan informasi dan komunikasi (TIK) dalam menunjang pembelajaran. Sehingga teknologi dan informasi dan komunikasi (TIK) belum dapat digunakan secara maksimal dalam meningkatkan mutu pendidikan.

Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberi pengaruh yang sangat besar dalam pembelajaran, selain mengeser makna pembelajaran, dan meningkatkan motivasi dan semangat belajar siswa, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) juga telah mengubah peran guru, guru yang dulu menjadi satu-satunya sumber informasi sekarang tidak lagi, sekarang guru berperan sebagai fasilitator dan siswa diharuskan lebih aktif dalam mengali informasi baik di buku maupun di internet, sehingga wawasan siswa menjadi lebih luas. Namun perlu dilakukan optimalisasi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran agar teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat dimanfaatkan secara optimal dalam menunjang proses pembelajaran guna

meningkatkan mutu pendidikan. Sementara pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran di Indonesia telah memiliki sejarah yang cukup panjang. Inisiatif menyelenggarakan siaran radio pendidikan dan televisi pendidikan sebagai upaya melakukan penyebaran informasi ke satuan-satuan pendidikan yang tersebar di seluruh nusantara, merupakan wujud dari kesadaran untuk mengoptimalkan pendayagunaan teknologi dan informasi dan komunikasi (TIK) dalam membantu proses pembelajaran masyarakat. Kelemahan utama siaran radio maupun televisi pendidikan adalah tidak adanya interaksi imbalbalik yang seketika. Siaran bersifat searah, dari nara sumber belajar atau fasilitator kepada pembelajar.

(26)

baru untuk mengatasi kelemahan yang tidak dimiliki siaran radio dan televisi. Bila televisi hanya mampu memberikan informasi searah (terlebihlebih bila materi tayangannya adalah materi hasil rekaman), pembelajaran berbasis teknologi internet memberikan peluang berinteraksi baik secara sinkron (real time) maupun asinkron (delayed).

Pembelajaran berbasis Internet memungkinkan terjadinya pembelajaran secara sinkron dengan keunggulan utama bahwa pembelajar maupun fasilitator tidak harus berada di satu tempat yang sama. Pemanfaatan teknologi video conference yang dijalankan berdasar teknologi Internet, memungkinkan pembelajar berada di mana saja sepanjang terhubung ke jaringan computer. Internet sebagai salah satu penerapan terkini dari teknologi informasi dan komunikasi adalah salahsatu sumber pembelajaran yang selama belasan tahun belakangan ini terus dikembangkan (Calhoun, 1999).

Dari sekedar tempat mencari informasi yang amat luas dan sebagai media komunikasi antar sesame pembelajar di dunia maya tanpa batasbatas ruang dan waktu, sampai ke pengembangan system pembelajaran berbasis web, serta LMS (Learning Management Systems), semakin hari peranan Internet dalam proses pembelajaran semakin penting. Sekarang sudah dikenal secara luas

berkembangnya suatu konsep pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang disebut e-learning, yang versi onlinenya harus didukung oleh sambungan Internet. Badan Akreditasi Nasional (BAN) di Indonesia

(27)

pembelajaran, sehingga bagi seorang pembelajar. Adapun beberapa hal mengenai pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) antara lain: a) Buku Elektronik

Buku elektronik atau ebook adalah salah satu teknologi yang memanfaatkan computer untuk menayangkan informasi multimedia dalam bentuk yang ringkas dan dinamis. Ke dalam ebook dapat diintegrasikan tayangan suara, grafik, gambar, animasi, maupun movie sehingga informasi yang disajikan lebih kaya

dibandingkan dengan buku konvensional. Jenis ebook paling sederhana adalah yang sekedar memindahkan buku konvensional menjadi bentuk elektronik yang ditayangkan oleh komputer. Format multimedia memungkinkan ebook

menyediakan tidak saja informasi tertulis tetapi juga suara, gambar, movie dan unsure multimedia lainnya. Penjelasan tentang satu jenis musik, misalnya, dapat disertai dengan cuplikan suara jenis musik tersebut sehingga pengguna dapat dengan jelas memahami apa yang dimaksud oleh penyaji.

b)E-learning

Beragam definisi dapat ditemukan untuk e-learning. Victoria L. Tinio, misalnya, menyatakan bahwa e-learning meliputi pembelajaran pada semua tingkatan, formal maupun nonformal yang menggunakan jaringan komputer (intranet maupun ekstranet) untuk pengantaran bahan ajar, interaksi, dan/atau fasilitasi.

Untuk pembelajaran yang sebagian prosesnya berlangsung dengan bantuan jaringan internet, sering disebut sebagai online learning. Definisi yang lebih luas dikemukakan pada working paper SEAMOLEC, yakni e-learning adalah

pembelajaran melalui jasa elektronik (SEAMOLEC, 2003:1).

(28)

bersinergi dengan teknologi internet. Internet-based learning atau web-based learning dalam bentuk paling sederhana adalah web-site yang dimanfaatkan untuk menyajikan materi-materi pembelajaran.

Cara ini memungkinkan pembelajar mengakses sumber belajar yang disediakan oleh nara sumber atau fasilitator kapanpun dikehendaki. Bila diperlukan, dapat pula disediakan mailing-list khusus untuk situs pembelajaran tersebut yang berfungsi sebagai forum diskusi. Fasilitas e-learning yang lengkap disediakan oleh perangkat lunak khusus yang disebut perangkat lunak pengelola pembelajaran atau LMS (learning management system). LMS mutakhir berjalan berbasis teknologi internet sehingga dapat diakses dari manapun selama tersedia akses ke internet (Hari Wibawanto, 2006).

Fasilitas yang disediakan meliputi pengelolaan siswa atau peserta didik, pengelolaan materi pembelajaran, pengelolaan proses pembelajaran termasuk pengelolaan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan komunikasi antara

pembelajar dengan fasilitatorfasilitatornya. Fasilitas ini memungkinkan kegiatan belajar dikelola tanpa adanya tatap muka langsung di antara pihak-pihak yang terlibat (administrator, fasilitator, peserta didik atau pembelajar). ‘Kehadiran’ pihak-pihak yang terlibat diwakili oleh email, kanal chatting, atau melalui video conference.

c) Aplikasi Lain

Selain e-book dan fasilitas e-learning, berbagai aplikasi lain bermunculan (dan kadang saling berintegrasi sehingga menimbulkan sinergi) sebagai dampak ikutan perkembanganTIK terutama internet. Ezine dari kata e-magazine,

merupakan bentuk digital dari majalah konvensional.

(29)

E-laboratory, merupakan bentuk digital dari fasilitas dan proses-proses laboratorium yang dapat disimulasikan secara digital. Pada dasarnya, perangkat lunak ini adalah perangkat lunak animasi dan simulasi yang dapat dikemas dalam keping CD, DVD maupun disajikan pada web-site sebagai web-based application (perangkat lunak yang berjalan pada jaringan internet).

Blog atau weblog adalah perkembangan mutakhir di bidang web-based application. Ide semula adalah menyediakan fasilitas electronic diary atau buku harian elektronik untuk remaja. Pengguna dapat mengisi buku harian tersebut semudah menulis email, mengunggah (upload) ke server hanya dengan meng-klik ikon, dan hasilnya adalah tayangan tulisan di layar browser.

Pemakai internet di manapun berada dapat melihat publikasi tersebut dengan mengakses alamat situs. Dari sisi kandungan isi, blog sekarang banyak berisi gagasan, ide, dan opini pribadi tentang satu masalah yang menarik secara subyektif. Meskipun akurasi informasi yang tersaji masih bisa diperdebatkan, tetapi yang penting adalah blog memungkinkan seseorang tanpa pengetahuan desain web-site dapat dengan mudah membuat web-site pribadi dan mengelola maupun memutakhirkan isinya dengan sangat mudah. Kemudahan lain adalah tersedianya banyak server blog gratis.

Dalam konteks pemanfaatannya bagi proses pembelajaran, kandungan isi blog pembelajar, misalnya, dapat menjadi umpan balik bagi fasilitator. Sementara teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam pembelajaran menurut Munir, meliputi manajemen kelas berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK), teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dan sumber belajar, pemanfaatan internet, E-learning, Hypertext, multimedia serta etika penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

2) Pembelajaran Berbasis Proyek

Istilah pembelajaran berbasis proyek merupakan istilah pembelajaran yang diterjemahkan dari istilah dalam bahasa Inggris project based learning. Menurut BIE 1999 dalam Trianto (2014) project based learning adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pemecahan masalah dan memberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri dan

(30)

Sedangkan Hasnawati (2015), menyatakan bahwa model pembelajaran yang menggunakan proyek sebagai kegiatan proses pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Penekanan pembelajaran terletak pada aktivitas-aktivitas siswa untuk menghasilkan produk dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata. Produk yang dimaksud adalah hasil projek dalam bentuk desain, skema, karya tulis, karya seni, karya teknologi/prakarya, dan nilai-nilai. Pendekatan ini memperkenankan siswa untuk bekerja sama secara mandiri maupun berkelompok dalam mengkontsruksikan produk nyata. Hal yang sama diungkapkan Baker, Trygg, & Otto, 2011 dalam Fadli (2014) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan kompleks yang diperlukan siswa dalam melakukan investigasi dan memahaminya. Pembelajaran berbasis proyek adalah sebuah model pengelolaan pembelajaran seputar proyek.

Model pembelajaran berbasis proyek (PBP) adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dalam proses pembelajaran melalui kegiatan penelitian untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu proyek tertentu. Walaupun model pembelajaran berbasis proyek dapat dikatakan sebagai model lama, tetapi model ini memiliki banyak keunggulan dibandingkan model pembelajaran lain sehingga model PBP banyak digunakan dan terus

dikembangkan. Salah satu keunggulan tersebut adalah bahwa model PBP dinilai merupakan salah satu model pembelajran yang sangat baik dalam

mengembangkan berbagai keterampilan dasar yang harus dimiliki siswa termasuk keteramplan berpikir, keterampilan membuat keputusan, kemampuan

(31)

1. Karakteristik dan Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek (project based learning)

1) Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek (project based learning) Menurut Buck Institute for Education (1999) dalam Trianto (2014: 43) menyebutkan bahwa project based learning memiliki karakteristik, yaitu: a. siswa sebagai pembuat keputusan, dan membuat kerangka kerja

b. terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya c. siswa sebagai perancang proses untuk mencapai hasil.

d. siswa bertanggungjawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan.

e. melakukan evaluasi secara kontinu.

f. siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan. g. hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya.

h. Kelas memiliki atmosfir yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan. 2) Prinsip-prinsip pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek dapat diidentifikasi melalui ciri-cirinya, pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui pembuatan produk. Produk yang dibuat dengan serangkaian kegiatan perencanaan, pencarian, kolaborasi. Dalam kajiannya Krajcik, et al. dalam Abdurrahim (2011) menyarankan lima ciri-ciri dari

pembelajaran berbasis proyek, yakni: driving question, investigation, artifacts, collaboration dan technological tools.

Thomas (2000), menguraikan lima kriteria pokok dari suatu pembelajaran berbasis proyek. Kriteria ini bukan merupakan definisi dari pembelajaran berbasis proyek, tetapi didesain untuk menjawab pertanyaan “apa yang harus dimiliki proyek agar dapat digolongkan sebagai pembelajaran berbasis proyek?”. Lima kriteria itu adalah keberpusatan (centrality), berfokus pada pertanyaan atau

masalah (driving question), investigasi konstruktif (constructive investigation) atau desain, otonomi siswa (autonomy), dan realisme (realism). Kriteria-kriteria ini dapat dijadikan sebagai prinsip-prinsip pembelajaran berbasis proyek.

a) Centrality (keberpusatan)

Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah pusat atau inti kurikulum, bukan pelengkap kurikulum. Bell dalam Abdurrahim (2011)

(32)

pembelajaran; siswa mengalami dan belajar konsep-konsep inti suatu disiplin ilmu melalui proyek. Ada kerja proyek yang mengikuti pembelajaran tradisional dengan cara proyek tersebut memberi ilustrasi, contoh, praktek tambahan, atau aplikasi praktek yang diajarkan sebelumnya dengan maksud lain. Akan tetapi, menurut kriteria di atas, aplikasi proyek tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai pembelajaran berbasis proyek. Kegiatan proyek yang dimaksudkan untuk pengayaan di luar kurikulum juga tidak termasuk pembelajaran berbasis proyek. b) Driving Question (berfokus pada pertanyaan atau masalah)

Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek adalah terfokus pada

pertanyaan atau masalah, yang mendorong siswa menjalani (dengan kerja keras) konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau pokok dari disiplin. Definisi proyek (bagi siswa) harus dibuat sedemikian rupa agar terjalin hubungan antara aktivitas dan pengetahuan konseptual yang melatarinya yang diharapkan dapat berkembang menjadi lebih luas dan mendalam (Baron, et. al. dalam Abdurrrahim, 2011). Biasanya dilakukan dengan pengajuan pertanyaan-pertanyaan atau ill-defined problem (Thomas, 2000).

Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek mungkin dibangun melalui unit tematik, atau gabungan (intersection) topik-topik dari dua atau lebih disiplin, tetapi itu belum sepenuhnya dapat dikatakan sebuah proyek.

Pertanyaan-pertanyaan yang mengajar siswa, sepadan dengan aktivitas, produk, dan unjuk kerja yang mengisi waktu mereka, harus digubah (orchestrated) dalam tugas yang bertujuan intelektual (Blumenfeld, et. al. dalam Abdurrahim, 2011).

c) Constructive Investigation (investigasi konstruktif)

Proyek melibatkan siswa dalam investigasi konstruktif. Investigasi mungkin berupa proses desain, pengambilan keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, discovery, atau proses pengembangan model. Akan tetapi, agar dapat disebut proyek memenuhi kriteria pembelajaran berbasis proyek, aktivitas inti dari proyek itu harus meliputi transformasi dan konstruksi

(33)

sebuah latihan, dan bukan proyek pembelajaran berbasis proyek yang dimaksud. Membersihkan peralatan laboratorium mungkin sebuah proyek, akan tetapi

mungkin bukan proyek dalam pembelajaran berbasis proyek (Bereiter, et al. dalam Abdurrahim, 2011).

d) Autonomy (otonomi siswa)

Proyek mendorong siswa sampai pada tingkat yang signifikan. Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek bukanlah ciptaan guru, tertuliskan dalam naskah, atau terpaketkan. Latihan laboratorium bukanlah contoh pembelajaran berbasis proyek, kecuali jika berfokus pada masalah dan merupakan inti pada kurikulum. Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek tidak berakhir pada hasil yang telah ditetapkan sebelumnya atau mengambil jalur (prosedur) yang telah ditetapkan sebelumnya. Proyek pembelajaran berbasis proyek lebih

mengutamakan otonomi, pilihan, waktu kerja yang tidak bersifat ketat (tanpa diawasi), dan siswa lebih bertanggung jawab daripada proyek tradisional dan pembelajaran tradisional (Bereiter, et al. dalam Abdurrahim, 2011).

e) Realism (realisme)

Proyek adalah realistik. Karakteristik proyek memberikan keontetikan pada siswa. Karakteristik ini boleh jadi meliputi topik, tugas, peranan yang dimainkan siswa, konteks di mana kerja proyek dilakukan, kolaborator yang bekerja dengan siswa dalam proyek, produk yang dihasilkan, kriteria di mana produk-produk atau unjuk kerja dinilai. Pembelajaran berbasis proyek melibatkan tantangan-tantangan kehidupan nyata, berfokus pada pertanyaan atau masalah otentik (bukan simulatif), dan pemecahannya berpotensi untuk diterapkan di lapangan yang sesungguhnya (Baron, et al. dalam Abdurrahim, 2011). Wena (2012) dalam Nashriah (2014) 2. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Proyek

Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek telah dirumuskan secara beragam oleh beberapa ahli pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek berikut merupakan hasil pengembangan yang dilakukan atas langkah-langkah terdahulu. Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek tersebut disajikan dalam sebagai berikut:

(34)

Tahapan ini merupakan kegiatan yang dilakukan guru di luar jam pelajaran. Pada tahap ini guru merancang deskripsi proyek, menentukan batu pijakan proyek, menyiapkan media, berbagai sumber belajar, dan kondisi pembelajaran.

a) Menganalisis Masalah

Pada tahap ini siswa melakukan pengamatan terhadap objek tertentu. Berdasarkan pengamatannya tersebut siswa mengidentifikasi masalah dan membuat rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan.

b) Membuat Desain dan Jadwal Pelaksanaan Proyek

Pada tahap ini siswa secara kolaboratif baik dengan anggota kelompok ataupun dengan guru mulai merancang proyek yang akan mereka buat,

menentukan penjadwalan pengerjaan proyek, dan melakukan aktivitas persiapan lainnya.

c) Melaksanakan Penelitian

Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan penelitian awal sebagai model dasar bagi hasil yang akan dikembangkan. Berdasarkan kegiatan penelitian tersebut siswa mengumpulkan data dan selanjutnya menganalisis data tersebut sesuai dengan teknik analisis data yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. d) Menyusun Draf/Prototipe Produk

Pada tahap ini siswa mulai membuat produk awal sebagaimana rencana dan hasil penelitian yang dilakukannya.

e) Mengukur, Menilai dan Memperbaiki Produk

Pada tahap ini siswa melihat kembali produk awal yang dibuat, mencari kelemahan dan memperbaiki produk tersebut. Dalam prakteknya, kegiatan mengukur dan menilai produk dapat dilakukan dengan meminta pendapat atau kritik dari anggota kelompok lain ataupun pendapat guru.

f) Finalisasi dan Publikasi Produk

Pada tahap ini siswa melakukan finalisasi produk. Setelah diyakini sesuai dengan harapan, produk kemudian dipublikasikan.

2) Pasca Proyek

Pada tahap ini guru menilai, memberikan penguatan, masukan, dan saran perbaikan atas produk yang telah dihasilkan oleh siswa.

(35)

Pembelajaran berbasis proyek adalah penggerak yang unggul untuk membantu siswa belajar melakukan tugas-tugas autentik dan multidisipliner, menggunakan sumber yang terbatas secara efektif dan bekerja dengan orang lain. Pengalaman di lapangan baik dari guru maupun siswa bahwa pembelajaran berbasis proyek menguntungkan dan efektif sebagai pembelajaran, selain itu memiliki nilai tinggi dalam peningkatan kualitas belajar siswa. Hasnawati (2015) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran berbasis proyek adalah sebagai berikut: a) Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran. b) Meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah proyek.

c) Membuat siswa lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa.

Tujuan pembelajaran berbasis proyek adalah membantu siswa agar dapat meningkatkan kreativitas dan motivasi siswa baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode pembelajaran yang berfokus pada siswa dalam kegiatan pemecahan masalah terkait dengan proyek dan tugas-tugas bermakna lainnya.

Dari kedua pembelajaran terebut, merupakan tuntutan yang harus dilakukan guru, sesuai dengan kurikulum dan perubahan zaman. Karena pada dasarnya pembelajaran saat ini adalah bagaimana guru dapat memberikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dan dengan melihat situasi serta kondisi yang berkembang saat ini.

6. guru yang ideal dan inovatif

Menjadi guru yang ideal dan inovatif adalah sebuah tuntutan yang tidak bisa dielakan. Masa depan bangsa sangat ditentukan oleh kader-kader muda.Sedangkan penanggung jawab utama masa depan kader-kader muda tersebut berada dipundak

guru,karena gurulah yang langsung berinteraksi dengan meraka dalam pembentukan kepribadian,member

pemahaman,menerbangkan imajinasi dan

(36)

Disinilah guru dituntut menjadi busur yang

kuat,dinamis,visioner ,dan powerful sehingga mampu melesatkan potensi dan cita-cita tinggi jauh ke angkasa,mejadi orang yang mampu memberikan kemanfaatan penuh bagi kemajuan dunia. Agar dapat menjadi guru yang dapat diinginkan seperti diatas, Menurut Jamal Ma’mur Asmani (2015: 113) maka hal-hal di bawah ini dapat menjadi renungan bersama :

a) Menguasai materi pelajaran secara mendalam.

Menguasai materi pelajara adalah syarat utama menjadi guru yang inovatif,karena dengan menguasai materi,kepercayaan diri terbangun dengan baik,tidak ada rasa was-was,dan bimbang terhadap pertanyaan murid.Ada pepatah

mengatakan “the right man on the rightplace”,artinya guru yang ideal adalah guru yang mengajar sesuai bidangnya. b) Mempunyai wawasan luas.

Perubahan yang terjadi setiap saat akibat revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi informasi berjalan dengan

hitungan detik,oleh karena itu guru harus up to date sehingga cakrawala pemikirannya menjadi luas,mendunia.Karena

sesuatu hal baru yang disampaikan seorang guru akan

menjadi salah satu daya tarik murid yang dapat menggugah semangatnya mengikuti pelajaran guru.Siswa pun akan bangga mempunyai guru yang pengetahuannya luas. c) Komunikatif.

Guru yang suka menyapa dan memperhatikan kondisi

muridnya lebih diterima oleh anak didik dibndingkan dengan guru yang cuek dan egois,yang datang hanya untuk

(37)

d) Dialogis.

Ketika guru hanya mengandalkan metode ceramah tanpa ada ruang dialog,al hasil pemikiran anak tidak akan

berkembang,dan semangat mengembangkan materi menjadi lemah.Disinilah pentingnya metode dialog interaktif yang melibatkan dua atau tiga arah,misalnya murid bertanya,guru menanggapi kemudian ditanggapi lagi oleh siswa yang lain. e) Mampu menggabungkan teori dan praktik.

Anak didik akan mudah jenuh kalau hanya dijejali dengan reori tanpa praktek. Praktek sangat diperlukan sebagai media menurunkan,mengedepankan,dan meletakan pemahaman materi pada otak anak didik.Praktek dapat langsung

kelapangan atau sekedar di laboraturium,misalnya,untuk materi bahasa inggris siswa sekali-kali diajak study tour ke tempat pariwisata yang banyak turis asingnya agar mereka dapat mempraktikan dialog yang pernah diajarkan di

sekolahnya. f) Bertahap.

Belajar ilmu adalah setahap demi setahap,dari satu,dua,dan seterusnya. Bertahap ini meniscayakan pentingnya materi yang disampaikan secara urut,tidak loncat-loncat.Dalam hal ini guru harus arif dan bijaksana,jangan memberi materi dalam satu kesempatan.Berilah sedikit demi sedikit agar anak didik dapat menerima dengan baik dan tidak mudah

hilang.kita bisa mengambil metode ini dari peristiwa turunnya al-qur’an.

g) Mempunyai variasi pendekatan.

(38)

menguasai pendekatan pengajaran yang banyak,proses belajar dan mengajar dapat berjalan secara variatif,tidak monoton dan selalu segar.

h) Tidak memalingkan materi pelajaran.

Dalam mengajar,seorang guru harus berkonsentrasi penuh pada satu arah,satu target,dan satu tujuan yang

dicanangkan,sehingga hasilnya dapat maksimal.Misanya, dalam materi agama tentang shalat,ia harus berbicara seputar shalat dan hal-hal lain bersifat menunjang. i) Tidak terlalu menekan dan memaksa.

Seorang guru harus berusaha untuk mengajar secara

alami,tidak terlalu menekan dan memaksa murid,karena akan berakibat negatif bagi perkembangan psikologisnya.Guru harus menyelami psikologi anak didik,memberikan materi secara mengalir sesuai falsafah air yang mengalir secara pelan,mampu merobohkan hal-hal besar dengan

ketekunan,kerajinan, dan kesungguhan. j) Humoris tapi serius.

Salah satu guru yang ideal adalah berwatak

dinamis,kompetetif,tapi humoris.Ditengah kepenatan

pikiran,keletihan fisik, dan kebosanan berfikir, humor sangat diperlukan.Dengan selera humor yang tinggi,seorang guru dapat memecahkan suasana yang

menjenuhkan,menghilangkan kepenatan,dan menyegarkan pikiran anak didik.Humor bukan sekedar alat penyegar,tetapi dilihat dari banyaknya pelajaran yang murid dapatkan dan jam yang begitu lama misalnya,dari jam 07.00 sampai

(39)

humor atau permainan untuk menyegarkan otak mereka,dari pada guru ceramah tapi siswa tidak mendengarkan dengan baik.

BAB III PENUTUP 4.1 Kesimpulan

dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa

1. Jabatan profesional guru merupakan usatu kedudukan atau posisi seseorang didalam suatu pekerjaan yang mana didalamnya harus bertindak sesuai dengan dengan keahlianserta kemampuan yang telah ditempuh sebelumnya melalui pendidikan tinggi.

(40)

maka pembelajaran berbasis tekonologi yang di dalamnya internet dan lain sebagainya sebagai media guna menunjang pembelajajaran diera perubahan saat ini digunakan dan menjadi tugass guru yang baru sebagi penunjang

pembelajaran. dan juga model pembelajaran berbasis proyek atau pemecahan masalah. Kedua media dan model tersebut saat ini menjadi suatu tantangan yang harus dihadapi oleh guru dimasa globalisasi ini, permasalahan atau tantangan ini semakin sulit untuk guru-guru yang hanya mengandalkan materi saja atau guru yang tidak memiliki basic

komputerisasi.

4.2 Saran

Dari hasil penyusunan makalah ini penyusun memberikan saran kepada para pembaca khususnya guru-guru untuk meningkatkan pengetahuan atau profesionalnya dalam segala aspek khususnya bidang teknologi, karena saat ini kebutuhan teknologi untuk pembelajaran amat sangat dibutuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

Thobroni, Muhammad dan Arif Mustopa. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

”Model Pembelajaran Berbasis Proyek”, [online]

(41)

[online] http://www.depkes.go.id/article/view/16112500001/ayo-hormati-guru-guru-indonesia-mulia-karena-karya-.html diakses tanggal 20 April 2018

[online] http://digilib.uinsby.ac.id/9403/4/bab%202.pdf. Diakses pada tanggal 22 April 2018

Sanjaya Wina. 2006. Strategi Pembelajran. Jakarta : Kencana Prenadamedia Group B.Uno Hamzah. 2016. Profesi Kependidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara

Asmani Ma’mur Jamal. 2015. Tips Menjadi Guru Inspiratif, kreatif, dan Inovatif. Jogjakarta : DIVA Press

B. Uno Hamzah dan Lamatenggo Nina. 2016. Tugas Guru dalam Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Sagala Syaiful. 2013. Kemampuan Profesinal Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung : Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi :EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK BERBASIS DISCOVERY LEARNING (DL) DAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DITINJAU DARI

Judul Skripsi : Eksperimentasi Model Pembelajaran Discovery Learning ( DL ) dan Problem Based Learning ( PBL ) Berbasis Assessment for Learning ( AfL ) Terhadap

(3) Terdapat interaksi antara Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis Lesson Study menggunakan media eXe- Learning dan Model Pembelajaran Expository berbasis

Model pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah sebuah model pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran untuk

Pengertian Model Problem Based Learning PBL Tan dalam Rusman, 2011: 229 menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena pembelajaran

Adapaun 4 kegiatan tersebut adalah Penyampaian materi tentang model pembelajaran PBL beserta pembuatan perangkat pembelajaran berbasis model PBL, Penyampaian materi

Atau pembelajaran secara luring (atau luar jaringan) dengan menggugah terlebih dahulu materi pembelajaran di internet atau media sosial guru (bisa berupa referensi bacaan atau video

13 No.2 Juni 2015 265 Selain itu, pembelajaran berbasis penelitian juga dapat ditafsirkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan di perguruan tinggi senantiasa