• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

*te

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia Nya sehingga Rencana Strategis (Renstra) Pusat Pelatihan Pertanian Tahun 2015 - 2019 dapat diselesaikan.

Rencana Strategis ini merupakan suatu proses perencanaan yang berorientasi pada hasil yang dicapai dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan berbagai kekuatan/potensi, hambatan dan peluang yang ada dan mungkin timbul.

Renstra ini merupakan penjabaran dari Rencana Strategis tahun 2015 - 2019 Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian dan merupakan acuan bagi Pusat Pelatihan Pertanian dan UPT Pelatihan Pertanian dalam penetapan program, kegiatan dan anggaran tahun 2015-2019 sehingga menghasilkan sinergitas guna mewujudkan visi dan misi Pusat Pelatihan Pertanian.

Rencana Strategis ini terdiri dari Bab I : Pendahuluan, Bab II : Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Tantangan, Bab III: Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Strategis, Bab IV : Arah Kebijakan, Strategi, Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan, Bab V : Program, Indikator kinerja Utama (IKU), Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), Kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan dan Target Kinerja serta Kerangka Pendanaan dan Bab VI: Penutup.

Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha dan upaya kita.

Jakarta, April 2015

Kepala Pusat Pelatihan Pertanian,

Dr. Ir. Surachman Suwardi, MP

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Kondisi Umum 1

B. Potensi dan Permasalahan 4

C. Isu Strategis 15

BAB II ANALISIS KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG DAN 20

TANTANGAN

A. Kekuatan 20

B. Kelemahan 23

C. Peluang 24

D. Tantangan 24

BAB III VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS 26

A. Visi 26

B. Misi 27

C. Tujuan 27

D. Sasaran Strategis 28

BAB IV ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI 32 DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

A. Arah Kebijakan 32

B. Strategi 33

C. Kerangka Regulasi 33

(4)

BABV

PROGRAM,

INDIKATOR

KINERJA

UTAMA

(IKU), 35

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK), KEGIATAN DAN

INDIKATOR KINERJA KEGIATAN, TARGET KINERJA

DAN KERANGKA PENDANAAN

A. Program

35

B. Indikator Kinerja Utama (IKU)

35

C. Indikator Kinerja Kegiatan (IKK)

36

D. Kegiatan dan Indikator Kinerja Kegiatan

37

E. Target Kinerja

37

F. Kerangka Pendanaan

39

BAB VI

PENUTUP

41

(5)

Lampiran-Lampiran:

1. Capaian Kinerja Anggaran Sistem Pelatihan Pertanian 42

2010-2014.

2. Potensi Ketenagaan di Puslatan dan

UPT

Pelatihan 43

Pertanian Pusat.

3. Prasarana/Sarana Pendukung di UPT Pelatihan Pusat.

46

4. Spesiaiisasi Widyaiswara di UPT Pelatihan Pusat

50

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. KONDISI UMUM

Pembangunan sektor pertanian sampai saat masih memegang peranan yang sangat penting. Sektor pertanian tersebut digambarkan dalam kontribusi nyata sebagai penyedia bahan pangan dan bahan baku industri kecil dan menengah, penyumbang nyata Produk Domestik Bruto (PDB), penghasil devisa negara, penyerap tenaga kerja, sumber utama pendapatan rumah tangga perdesaan, penyedia bahan pakan dan bioenergi, serta berperan dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca. Tujuan pembangunan pertanian 2015-2019 adalah: (i) meningkatkan produksi, produktifitas dan mutu produk pertanian; (ii) mewujudkan sistem pertanian berbasis bioindustri berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal; (iii) menumbuhkembangkan diversifikasi pangan dan peningkatan gizi; (iv) meningkatkan nilai tambah, daya saing, ekspor substitusi impor produk pertanian; dan (v) meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan petani. Salah satu prasarat untuk meningkatkan peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi nasional adalah sumberdaya manusia (SDM) pertanian yang profesional, inovatif, kreatif, dan berwawasan global. Sumberdaya manusia pertanian tersebut terdiri dari aparatur/petugas lingkup pertanian pusat dan daerah; pelaku utama (petani, petemak dan pekebun); serta pelaku usaha lainnya. Untuk mewujudkan sumberdaya manusia pertanian yang profesional, inovatif, kreatif dan berwawasan glogal dapat dibangun antara lain melalui kegiatan pelatihan, disamping kegiatan pengambangan SDM lainnya.

(7)

Untuk mewujudkan pembangunan pertanian, upaya peningkatan

kompetensi

dan

profesionalisme

SDM

pertanian

perlu

lebih

diprioritaskan.

Peningkatan

kompetensi

dan

profesionalisme

sumberdaya aparatur dan non aparatur pertanian di lingkungan

Badan

Penyuluhan dan

Pengembangan Sumberdaya

Manusia

Pertanian (Badan PPSDMP), telah diselenggarakan melalui diklat-diklat berbasis kompetensi sesuai dengan jabatan yang dipangku

berdasarkan Permentan Nomor: 49/Permentan/OT. 140/9/2011 yaitu:

Diklat bagi aparatur dan non aparatur pertanian. Diklat bagi aparatur meliputi diklat Prajabatan, Diklat Kepemimpinan (Pirn III dan Pirn IV),

Diklat Fungsional, dan Diklat Teknis Pertanian. Sedangkan Diklat

bagi non aparatur meliputi Diklat Kepemimpinan dan Manajemen,

serta Diklat Teknis Pertanian. Penyelenggaraan Diklat bagi Aparatur

dan Non Aparatur pertanian tersebut telah dilaksanakan di UPT Pelatihan Pusat, dan UPT Pelatihan Daerah serta Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya (P4S). Aparatur pertanian adalah

profesi bagi pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah. Sedangkan non aparatur pertanian (petani/pekebun/peternak) adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian.

Sumberdaya manusia non aparatur pertanian terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok produsen dan kelompok konsumen. Sumberdaya non aparatur pertanian sebagai produsen dapat ditinjau

dari tiga aspek yaitu : (i) non aparatur sebagai pekerja usaha tani

(cultivator); dan (ii) non aparatur sebagai pemimpin usaha tani (manager)] dan petani sebagai pribadi (person). Peran sumberdaya

(8)

sebagai pemimpin usaha tani, pembinaannya dilakukan oleh Badan

PPSDMP melalui UPT Pelatihan Pusat dan UPT Pelatihan Daerah.

Pembinaan yang telah dilakukan berupa Diklat teknis agribisnis,

manajeman, dan metodologi pelatihan serta pemberian sarana

pendukung pelatihan/permagangan.

Pengembangan kompetensi aparatur dan non aparatur pertanian

periode 2010-2014 dilaksanakan melalui empat pilar Pemantapan

Sistem Pelatihan Pertanian yaitu: (i) Pemantapan Kelembagaan Pelatihan Pertanian; (ii) Peningkatan Ketenagaan Pelatihan; (iii)

Peningkatan

Penyelenggaraan

Pelatihan

Pertanian;

(iv)

Pengembangan Program dan Kerjasama Pelatihan. Capaian kinerja

Pemantapan Sistem Pelatihan Pertanian pada periode tersebut

adalah telah ditingkatkan kapasitas kelembangaan 40 unit UPT

Pelatihan Pusat (kumulatif), dan 101 UPT Pelatihan Pertanian

Daerah (kumulatif) serta telah dibina 448 P4S (kumulatif). Dalam

rangka mendukung mutu penyelenggaraan Diklat, telah ditingkatkan

kompetensi tenaga Widyaiswara dan tenaga kediklatan lainnya

sejumlah 3.426 orang. Dalam mendukung program empat sukses

pembangunan

pertanian

dan

reformasi

birokrasi

telah

dilatih

sejumlah 114.630 orang, yang meliputi 68.137 orang aparatur pertanian dan 46.493 non aparatur pertanian. Selain itu dalam kerangka meningkatkan jejaring kerjasama Diklat dan meningkatkan citra Indonesia di dunia internasional telah terjalin kerjasama dalam

negeri

(pemerintah,

swasta dan perorangan) dan luar negeri

(bilateral, regional dan multilateral). Jumlah Anggaran Kegiatan Pemantapan Sistem Pelatihan Pertanian selama periode 2010-2014, sebesar Rp. 1.614.969.413.000; dengan capaian kinerja anggaran seperti pada lampiran 1.

(9)

Berdasarkan capaian kinerja periode 2010-2014 dan mengacu pada

Rencana Strategis (Renstra) Badan PPSDMP

2015-2019, perlu

disusun Renstra Pusat Pelatihan Pertanian (Puslatan) 2015-2019.

Renstra ini memuat kegiatan yang dilengkapi dengan sasaran,

indikator, target, dan alokasi pendanaan yang akan dilaksanakan

oleh Puslatan dan UPT Pelatihan Pusat dalam menjalankan fungsi

manajemen,

koordinasi,

dan

tugas

ieknis

lainnya

periode

pembangunan tahun 2015-2019 yang selanjutnya sebagai acuan

UPT Pelatihan Pusat dalam menyusun Renstra dan Rencana Kerja

Tahunan (RKT).

B. POTENSI DAN PERMASALAHAN

1. Potensi

Untuk mewujudkan UPT Pelatihan Pusat yang berdaya saing dan

bertaraf internasional, dibutuhkan ketenagaan pelatihan yang

kompeten sesuai dengan bidangnya. Jumlah ketenagaan di

Puslatan dan 10 UPT Pelatihan Pusat berjumlah 1.007 orang

terdiri dari 50 orang tenaga di Puslatan dan 957 orang berada di

10 UPT Pelatihan Pusat. Komposisi tenaga kediklatan,

(Widyaiswara) berjumlah

196 orang

(19,5%), dan

tenaga

kediklatan

lainnya

berjumlah 811

orang

(80,5%). Jumlah

ketenagaan (Widyaiswara, pengelola lembaga Diklat dan Tenaga

Kediklatan lainnya) di UPT Pelatihan Pusat terbanyak berada di

PPMKP Ciawi yaitu 200 orang, sedangkan ketenagaan yang

paling sedikit berada di BBPP Kupang sebanyak 61 orang.

(Sumberdata kepegawaian BPPSDMP, 2014).

Potensi tenaga Widyaiswara berdasarkan pendidikan adalah

sebagai berikut: Widyaiswara berpendidikan S2 paling banyak

(10)

sedangkan yang paling sedikit adalah pendidikan S3. Berikut ini

berturut-turut tingkat

pendidikan

Widyaiswara

di

10

UPT

Pelatihan yaitu: S3 berjumlah 3 orang, S2 berjumlah103 orang;

S1

berjumlah

77

orang; dan

D.IV berjumlah

13

orang.

Berdasarkan jenjang jabatan Widyaiswara pertanian yang paling

banyak adalah Widyaiswara Madya 74 orang; dan yang paling

sedikit

Widyaiswara

Utama:

10

orang.

Sementara

itu

Widyaiswara Muda: 60 orang, dan Widyaiswara Pertama: 52 orang. Sedangkan berdasarkan Golongan terdiri dari Golongan IV berjumlah 87 orang; Golongan III berjumlah 108 orang; Golongan II berjumlah 1 orang. Selain itu, potensi Widyaiswara

dapat dilihat juga berdasarkan spesialisasi yang diampu yaitu

Widyaswara berbasis pertanian terbagi 8 (delapan) spesialisasi dan Widyiswara berbasis peternakan terbagi menjadi 7 (tujuh) spesialisasi sedangkan Widyaiswara berbasis manajemen dan kepemimpinan satu spesialisasi. Untuk lebih jelasnya rincian potensi ketenagaan di Puslatan dan UPT Pelatihan Pusat dapat

dilihat pada lampiran 2.

Kelembagaan UPT Pelatihan Pusat berjumlah 10 Unit berada di

tujuh provinsi yang mempunyai wilayah kerja nasional dan UPT

Pelatihan Daerah berjumlah 18 unit berada di 18 Provinsi, serta 1.056 unit kelembagaan P4S berada di 33 Provinsi. Sementara itu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi UPT Pelatihan Pusat mempunyai 10 (sepuluh) kekhasan sebagai berikut:

a. Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi menyelenggarakan fungsi antara lain: (i)

pelaksanaan penyusunan bahan Standar Kompetensi Kerja

(SKK) di bidang manajemen dan kepemimpinan, serta

(11)

fungsional nonrumpun ilmu hayat pertanian; (ii) pelaksanaan

pelatihan manajemen, kepemimpinan dan multimedia bagi

aparatur dan non aparatur dalam dan luar negeri; (iii)

pelaksanaan

pelatihan

prajabatan

bagi

aparatur;

(iv)

pelaksanaan pelatihan fungsional nonrumpun ilmu hayat

pertanian bagi aparatur; (v) pelaksanaan pelatihan profesi di

bidang

pertanian

bagi aparatur dan

non

aparatur; (vi)

pelaksanaan

uji

kompetensi di bidang

manajemen dan

kepemimpinan pertanian bagi aparatur; (vii) pelaksanaan

penyusunan

paket

pembelajaran

dan

media

pelatihan

manajemen dan kepemimpinan, serta fungsional nonrumpun ilmu hayat pertanian; (viii) pelaksanaan pengembangan model dan teknik pelatihan di bidang manajemen, kepemimpinan dan multi media pertanian; (ix) pelaksanaan

pengembangan kelembagaan pelatihan pertanian swadaya;

Balai Besar Pelatihan Peternakan dan Kesehatan Hewan

(BBPKH) Cinagara menyelenggarakan fungsi antara lain: (i) pelaksanaan penyusunan bahan Standar Kompetensi Kerja (SKK) di bidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner; (ii) pelaksanaan pelatihan fungsional di bidang

kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner bagi

aparatur; (iii) pelaksanaan pelatihan teknis di bidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner bagi aparatur dan non aparatur pertanian dalam dan luar negeri; (iv) pelaksanaan pelatihan profesi di bidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner bagi aparatur dan non aparatur; (v) pelaksanaan uji kompetensi bidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat veteriner; (vi) pelaksanaan

(12)

penyusunan

paket

pembelajaran

dan

media

pelatihan

fungsional dan teknis di bidang kesehatan hewan dan

kesehatan

masyarakat

veteriner;

(vii)

pelaksanaan

pengembangan model dan teknik pelatihan fungsional dan

teknis di bidang kesehatan hewan dan kesehatan masyarakat

veteriner; (viii) pelaksanaan pengembangan kelembagaan

pelatihan pertanian swadaya;

c. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang

menyelenggarakan fungsi antara lain: (i) pelaksanaan

penyusunan bahan Standar Kompetensi Kerja (SKK) di

bidang pertanian; (ii) pelaksanaan pelatihan fungsional di

bidang pertanian bagi aparatur; (iii) pelaksanaan pelatihan

teknis di bidang hortikultura bagi aparatur dan non aparatur

pertanian dalam dan luar negeri; (iv) pelaksanaan pelatihan

profesi di bidang hortikultura bagi aparatur dan non aparatur; (v) pelaksanan uji kompetensi di bidang pertanian; (vi)

pelaksanaan penyusunan paket pembelajaran dan media

pelatihan fungsional dan teknis di bidang pertanian; (vii)

pelaksanaan pengembangan model dan teknik pelatihan fungsional dan teknis di bidang hortikultura; (viii) pelaksanaan pengembangan kelembagaan pelatihan pertanian swadaya;

d. Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Batu

menyelenggarakan fungsi antara lain: (i) pelaksanaan

penyusunan bahan Standar Kompetensi

Kerja (SKK) di

bidang peternakan; (ii) pelaksanaan pelatihan fungsional di

bidang peternakan bagi aparatur; (iii) pelaksanaan pelatihan

teknis di bidang pasca panen dan pengolahan hasil ternak

bagi aparatur dan non aparatur pertanian dalam dan luar

(13)

negeri; (iv) pelaksanaan pelatihan profesi di bidang pasca

panen dan pengolahan hasil ternak bagi aparatur dan non

aparatur;

(v)

pelaksanaan

uji

kompetensi

di

bidang

peternakan;

(vi)

pelaksanaan

penyusunan

paket

pembelajaran dan media pelatihan fungsional dan teknis di

bidang peternakan; (vii) pelaksanaan pengembangan model

dan teknik pelatihan fungsional dan teknis di bidang pasca panen dan pengolahan hasil ternak; (viii) pelaksanaan pengembangan kelembagaan pelatihan peternakan swadaya; Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan menyelenggarakan fungsi antara lain: (i) pelaksanaan penyusunan bahan Standar Kompetensi Kerja (SKK) di bidang pertanian; (ii) pelaksanaan pelatihan fungsional di bidang pertanian bagi aparatur; (iii) pelaksanaan pelatihan teknis di bidang tanaman pangan dan tanaman obat bagi aparatur dan non aparatur pertanian dalam dan luar negeri; (iv) pelaksanaan pelatihan profesi di bidang tanaman pangan dan tanaman obat bagi aparatur dan non aparatur; (v) pelaksanaan uji kompetensi di bidang pertanian; (vi) pelaksanaan penyusunan paket pembelajaran dan media pelatihan fungsional dan teknis di bidang pertanian; (vii) pelaksanaan pengembangan model dan teknik pelatihan fungsional dan teknis di bidang tanaman pangan dan tanaman obat; (viii) pelaksanaan pengembangan kelembagaan pelatihan pertanian swadaya;

Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku

menyelenggarakan fungsi antara lain: (i) pelaksanaan penyusunan bahan Standar Kompetensi Kerja (SKK) di

(14)

bidang pertanian; (ii) pelaksanaan pelatihan fungsional di

bidang pertanian bagi aparatur; (iii) pelaksanaan pelatihan

teknis di bidang mekanisasi pertanian bagi aparatur dan non

aparatur dalam dan luar negeri; (iv) pelaksanaan pelatihan

profesi di bidang mekanisasi pertanian bagi aparatur dan non

aparatur; (v) pelaksanaan uji kompetensi di bidang pertanian;

(vi) pelaksanaan penyusunan paket pembelajaran dan media pelatihan fungsional dan teknis di bidang pertanian; (vii) pelaksanaan pengembangan model dan teknik pelatihan fungsional dan teknis di bidang mekanisasi pertanian; (viii) pelaksanaan pengembangan kelembagaan pelatihan pertanian swadaya;

g. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang menyelenggarakan fungsi antara lain: (i) pelaksanaan penyusunan bahan Standar Kompetensi Kerja (SKK) di bidang pertanian; (ii) pelaksanaan pelatihan fungsional di bidang pertanian bagi aparatur; (iii) pelaksanaan pelatihan teknis di bidang perkebunan dan teknologi lahan pasang surut bagi aparatur dan non aparatur dalam dan luar negeri; (iv) pelaksanaan pelatihan profesi di bidang perkebunan dan teknologi lahan pasang surut bagi aparatur dan non aparatur; (v) pelaksanaan uji kompetensi di bidang pertanian; (vi) pelaksanaan penyusunan paket pembelajaran dan media pelatihan fungsional dan teknis di bidang pertanian; (vii) pelaksanaan pengembangan model dan teknik pelatihan fungsional dan teknis di bidang perkebunan dan teknologi pasang surut; (viii) pelaksanaan pengembangan kelembagaan pelatihan pertanian swadaya;

(15)

h. Balai Besar Pelatihan Peternakan (BBPP) Kupang

menyelenggarakan

fungsi

antara

lain:

(i)

pelaksanaan

penyusunan bahan Standar Kompetensi Kerja (SKK) dl

bidang peternakan; (ii) pelaksanaan pelatihan fungsional di

bidang peternakan bagi aparatur; (iii) pelaksanaan pelatihan teknis di bidang ternak potong dan teknologi lahan kering bagi aparatur dan non aparatur pertanian dalam dan luar negeri; (iv) pelaksanaan pelatihan profesi di bidang ternak potong dan teknologi lahan kering bagi aparatur dan non aparatur; (v) pelaksanaan uji kompetensi di bidang peternakan; (vi) pelaksanaan penyusunan paket pembelajaran dan media pelatihan fungsional dan teknis di bidang peternakan; (vii) pelaksanaan pengembangan model dan teknik pelatihan fungsional dan teknis di bidang ternak potong dan teknologi lahan kering; (viii) pelaksanaan pengembangan kelembagaan pelatihan peternakan swadaya;

i. Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi menyelenggarakan fungsi antara lain: (i) pelaksanaan penyusunan bahan Standar Kompetensi Kerja (SKK) di bidang pertanian; (ii) pelaksanaan pelatihan fungsional di bidang pertanian bagi aparatur; (iii) pelaksanaan pelatihan teknis di bidang perkebunan dan teknologi lahan rawa bagi aparatur dan non aparatur pertanian dalam dan luar negeri; (iv) pelaksanaan pelatihan profesi di bidang perkebunan dan teknologi lahan rawa bagi aparatur dan non aparatur pertanian; (v) pelaksanaan uji kompetensi di bidang pertanian; (vi) pelaksanaan penyusunan paket pembelajaran dan media pelatihan fungsional dan teknis di bidang pertanian; (vii)

(16)

pelaksanaan pengembangan kelembagaan pelatihan

pertanian swadaya;

j. Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Lampung menyelenggarakan fungsi antara lain: (i) pelaksanaan penyusunan bahan Standar Kompetensi Kerja (SKK) di bidang pertanian; (ii) pelaksanaan pelatihan fungsional di bidang pertanian bagi

aparatur; (iii) pelaksanaan pelatihan teknis di bidang tanaman pangan dan hortikultura dataran rendah bagi aparatur dan non aparatur dalam dan luar negeri; (iv) pelaksanaan pelatihan profesi di bidang tanaman pangan dan hortikultura dataran rendah bagi aparatur dan non aparatur pertanian; (v) pelaksanaan uji kompetensi di bidang pertanian; (vi) pelaksanaan penyusunan paket pembelajaran dan media pelatihan fungsional dan teknis di bidang pertanian; (vii) pelaksanaan pengembangan kelembagaan pelatihan pertanian swadaya;

UPT Pelatihan Pusat dalam menyelenggarakan Diklat sesuai dengan tupoksi masing-masing, dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang memadai. Prasarana dan sarana pendukung pada UPT Pelatihan Pusat dapat dilihat pada lampiran 3.

UPT Pelatihan Pusat dalam meningkatkan kompetensi aparatur dan non aparatur pertanian telah melakukan kerjasama penyelenggaraan Diklat/Permagangan dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelatihan Daerah dan P4S. Kelembagaan UPT Pelatihan Daerah mempunyai tugas dan fungsi untuk mengembangkan SDM pertanian dalam mendukung

pembangunan wilayah (provinsi). UPT Pelatihan Daerah tersebut

terdiri dari: (i) Balai Diklat Pertanian, Provinsi Aceh; (ii) Balai

(17)

Diklat Pegawai lingkup Pertanian, Provinsi Sumatera Utara; (iii)

Balai Diklat Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura, Provinsi

Sumatera Barat; (iv) Balai Diklat Tanaman Pangan, Provinsi Riau; (v) Balai Pengembangan SDM Pertanian, Provinsi Sumatera Selatan; (vi) Balai Pelatihan Pertanian, Provinsi Jawa Barat; (vii) Balai Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian Soropadan, Provinsi Jawa Tengah; (viii) Baiai Pengembangan Sumberdaya Manusia Peternakan Ungaran, Provinsi Jawa Tengah; (ix) Balai Pengembangan Sumberdaya Manusia Pertanian, Daerah Istimewa Yogyakarta; (x) UPT Pertanian Balai Diklat Pertanian Nganjuk, Provinsi Jawa Timur; (xi) Balai Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, Provinsi Kalimantan Barat; (xii) Balai Pelatihan Teknis Pertanian Sempaja, Provinsi Kalimantan Timur; (xii) Balai Diklat Pertanian Kalasey, Provinsi Sulawesi Utara; (xiv) Balai Diklat Pertanian Sidera, Provinsi Sulawesi Tengah; (xv) Balai Diklat Pertanian Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara; (xvi) Balai Diklat Pertanian Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat; (xvii) Balai Diklat Pertanian Ambon, Provinsi Maluku; (xviii) Balai Diklat Pertanian Sentani,

Provinsi Papua.

Kelembagaan P4S sampai akhir Nopember 2014 berjumlah 1.056 unit. Badan PPSDMP sejak tahun 2010 melalui UPT

Pelatihan Pusat dan UPT Pelatihan Daerah telah melakukan

klasifikasi P4S dengan hasil sebagai berikut: (i) Kelas Utama 47 unit, (ii) Kelas Madya 626 unit, dan (iii) Kelas Pemula 383 unit. P4S tersebut, tersebar di 33 Provinsi, dengan rata-rata jumlah P4S pada setiap Provinsi sekitar 32 P4S. Jumlah P4S terbanyak berada di Provinsi Jawa Barat yaitu 175 P4S, sedangkan P4S

(18)

yang paling sedikit berada di Propins Kepulauan Riau berjumlah

satu P4S. Kelembagaan P4S ini secara langsung dibina oleh

UPT Pelatihan Pertanian Pusat dengan rata-rata 106 P4S per UPT. Jumlah UPT Pelatihan Pusat yang paling banyak membina P4S adalah BBPP Ketindan sebanyak 288 P4S, sedangkan UPT Pelatihan Pusat yang paling sedikit membina P4S adalah

PPMKP Ciawi sebanyak 48 P4S.

Pusat Pelatihan Pertanian dalam melaksanakan tugas dan fungsinya bekerjasama dengan instansi terkait, baik pemerintah, swasta, maupun perorangan. Instansi pemerintah yang selalu menjadi mitra kerjasama dalam kegiatan luar negeri yaitu : (i) Biro Kerjasama Teknik Luar Negeri, Kementerian Sekretaris Negara; (ii) Direktorat Kerjasama Teknik, Kementerian Luar Negeri; (iii) Direktorat Kerjasama Pembangunan Internasional, Bappenas; (iv) Pusat Kebijakan Regional dan Multilateral, Kementerian Keuangan; (v) Pusat Kerjasama Luar Negeri, Kementerian Pertanian. Adapun UPT Pelatihan Pusat yang telah melaksanakan kerjasama penyelenggaraan Diklat/pemanfaan prasarana/sarana/pemanfaatan ketenagaan dengan instansi lain yaitu: (i) Pemerintah Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota/ Kecamatan; (ii) Badan Usaha Milik Negara; (iii) Persero/Perusahaan Terbatas; (iv) Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan); (v) Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta; (vi) Sekolah Menengah Umum/Kejuruan Negeri dan Swasta.

(19)

2. Permasalahan

Permasalahan yang dihadapi pada kegiatan Pemantapan Sistem Pelatihan Pertanian dalam rangka peningkatan kompetensi sumberdaya aparatur dan non aparatur pertanian adalah sebagai

berikut:

a. Sebaran dan spesialisasi Widyaiswara tidak merata.

Widyaiswara pada UPT Pelatihan Pusat saat ini berjumlah 196 orang yang tersebar di 10 UPT Pelatihan Pusat. Rata-rata Widyaiswara per UPT Pelatihan 20 orang. Jumlah Widyaiswara terbanyak berada di BBPP Lembang (30 orang), sedangkan jumlah Widyiswara paling sedikit berada di BBPP Binuang (10 orang). Widyaiswara pada UPT Pelatihan berbasis pertanian, spesilisasi terbanyak adalah keahlian Budidaya Tanaman (35 orang) dan Penyuluhan Pertanian (26 orang), spesialisasi paling sedikit adalah Konservasi Lahan dan Klimatologi (2 orang). Sementara itu Widyaiswara berbasis peternakan spesialisasi terbanyak adalah Kesehatan Hewan dan Kesmavet (15 orang), spesialisasi paling sedikit Pengelolaan Limbah Peternakan (2 orang). Secara rinci data spesialisasi Widyaiswara pada UPT Pelatihan Pusat dapat dilihat pada lampiran 4.

Prasarana dan sarana kediklatan masih belum memadai, dan belum representatif terutama jumlah kelas dan fasilitas asrama. Kapasitas Laboratorium belum sesuai dengan tuntutan teknologi yang berkembang saat ini, terutama luas ruangan dan peralatan yang dimiliki masih konvensional. Sedangkan jumlah peralatan laboratorium/praktek belum mencukupi untuk praktek peserta dalam satu kelas. Belum

(20)

tersedianya lahan praktek untuk menghasilkan pumawidya

yang kapabel.

b. Belum seluruhnya International Organization for

Standardization 2008:9001 (ISO 2008:9001), diterapkan secara konsisten sehingga mutu layanan kediklatan berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat;

c. Belum efektifnya implementasi pengembangan profesionalisme tenaga kediklatan dalam mendukung proses penyelenggaraan Diklat;

d. Belum tepatnya penetapan calon dan lokasi peserta yang mendukung program pengembangan kawasan komoditas unggulan.

C. ISU STRATEGIS

Dalam penyusunan Renstra 2015-2019 diperlukan identifikasi terhadap isu-isu strategis yang saat ini berkembang maupun isu-isu yang kemungkinan besar dalam kurun lima tahun kedepan, akan tetap mewarnai dinamika perkembangan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia aparatur dan non aparatur pertanian. Hal ini untuk memberikan perhatian dan prioritas terhadap arahan pengembangan sumberdaya manusia aparatur dan non aparatur pertanian melalui pelatihan. Analisis terhadap isu-isu strategis ini, dilandaskan kepada faktor global, regional dan nasional yang akan mempengaruhi perkembangan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia aparatur dan non aparatur pertanian. Adapun isu strategis pembangunan pertanian yaitu: (i) Kecukupan produksi komoditas strategis (padi, jagung, kedelai, tebu, sapi, cabai dan bawang merah) serta pengurangan ketergantungan impor; (ii) Peningkatan

(21)

daya saing produk di dalam negeri/antisipasi pasar bebas

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, Indonesia sebagai target pasar; (iii) Pemantapan dan peningkatan daya saing produk; (iv)

Diversifikasi pangan untuk mengurangi konsumsi beras dan tepung terigu; dan (v) Peningkatan pendapatan dan peningkatan kesejahteraan petani. Mengacu pada isu strategis pembangunan pertanian maka pengembangan kapasitas sumberdaya manusia aparatur dan non aparatur pertanian difokuskan kepada kegiatan Diklat teknis agribisnis komoditas, terutama untuk menguasai teknonologi padi, jagung, kedelai, tebu, sapi, cabai dan bawang merah. PeJatihan teknis agribisnis komoditas meliputi empat subsistem agribisnis yaitu : (i) Subsistem agribisnis hulu (on-farm) yaitu Diklat yang berkaitan dengan sarana produksi bagi pertanian; (ii) Subsistem produksi/usahatani (on-farm agribusiness), yaitu Diklat komoditas padi, jagung, kedelai, tebu, sapi, cabai dan bawang merah; (iii) Subsistem agribisnis hilir (off-farm), yaitu Diklat produk pertanian primer menjadi produk olahan, baik produk antara maupun produk akhir; dan (iv) Subsistem lembaga penunjang yaitu Diklat yang berkaitan dengan penyediaan jasa agribisnis.

Isu Strategis Badan PPSDMP untuk Pemantapan Sistem Pelatihan Pertanian adalah peningkatan fasilitasi Balai Pelatihan melalui pelayanan prima dan bertaraf internasional. Selanjutnya Isu Badan PPSDMP dijabarkan kedalam isu strategis Pusat Pelatihan Pertanian yaitu: (i) Berlakunya pasar tunggal di kawasan ASEAN (MEA); membutuhkan SDM pertanian yang kompeten dan berkarakter; (ii) Penerapan teknologi pertanian melalui penyelengggaraan diklat yang profesional dan berdaya saing; Peningkatan pelayanan prima dan bertaraf internasional.

(22)

1. Berlakunya pasar tunggal di kawasan ASEAN membutuhkan

SDM pertanian yang kompeten dan berkarakter

Pembentukan pasar tunggal di kawasan Asia Tenggara pada akhir 2015 yang dikenal dengan Masyarat Ekonomi ASEAN (MEA) sangat dibutuhkan untuk memperkecil kesenjangan antara negara-negara ASEAN dalam hal pertumbuhan perekonomian para anggotanya. Bagi Indonesia sendiri, MEA akan menjadi kesempatan yang baik karena hambatan perdagangan akan cenderung berkurang bahkan menjadi tidak ada. Hal tersebut akan berdampak pada peningkatan eskpor yang pada akhirnya akan meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Riset terbaru dari Organisasi Perburuhan Dunia atau

International Labour Organization (ILO) menyebutkan pembukaan pasar tenaga kerja mendatangkan manfaat yang

besar.

Selain MEA dapat menciptakan jutaan lapangan kerja baru, hal ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan 600 juta orang yang hidup di Asia Tenggara. Pada 2015 mendatang, ILO merinci bahwa permintaan tenaga kerja profesional akan naik 41% atau sekitar 14 juta. Sementara permintaan akan tenaga kerja kelas menengah akan naik 22% atau 38 juta, sementara tenaga kerja level rendah meningkat 24% atau 12 juta. Untuk itu pengembangan kapasitas sumberdaya manusia aparatur dan non aparatur pertanian hams difokuskan pada pelatihan yang bersertifikat baik untuk sertifikasi profesi maupun sertifikasi keahlian dengan mengacu pada Standar Kompetensi Nasional Indonesia (SKKNI) sehingga para purnawidya bisa bersaing di kawasan Asia Tenggara.

(23)

2. Percepatan penerapan teknologi pertanian melalui diklat

yang profesional dan berdaya saing serta pengembangan

Agro Techno Park (ATP).

Dalam rangka peningkatan produksi, produktifitas, daya saing dan nilai tambah komoditas pertanian perlu didukung teknologi pertanian modern. Teknologi pertanian yang berkembang saat ini disebarluaskan melalui proses Diklat atau permagangan. Untuk mengoptimalkan penerapan teknologi pertanian dilakukan melalui Diklat yang profesional dan berdaya saing. Disamping itu penyebarluasan teknologi ke masyarakat luas dapat melalui pengembangan ATP.

Agro techno Park merupakan kawasan berdimensi pembangunan ekonomi dengan sentra ilmu pengetahuan dan teknologi yang mendukung percepatan perkembangan inovasi pertanian. Pengembangan kawasan berbasis teknologi ini diharapkan dapat diandalkan sebagai motor penggerak bagi pembangunan pertanian di Indonesia. Kawasan berbasis teknologi diharapkan mampu menjadi pusat dan pendorong pertumbuhan pembangunan pertanian yang mumpuni serta mampu meningkatkan daya saing seluruh pelaku dan stackeholder bidang pertanian baik di dalam maupun luar negeri.

Kemampuan bersaing ini lahir melalui pengembangan produk unggulan yang kompetitif di pasar domestik maupun global, yang didukung sumber daya manusia (SDM) unggul, riset dan teknologi, informasi, serta keunggulan pemasaran produk-produk pertanian. ATP merupakan salah satu bentuk wadah untuk menghubungkan institusi penyedia dan pentransfer teknologi

(24)

pertanian dengan dunia industri. Definisi Agro Techno Park adalah sebuah kawasan terpadu yang menggabungkan dunia

bisnis, pusat riset dan pelatihan, kewirausahaan, pusat informasi,

konsultansi, sertifikasi dan penyedia sarana produksi pertanian dalam satu lokasi yang memungkinkan aliran informasi dan teknologi secara lebih efisien dan cepat. Terciptanya iklim investasi yang kondusif di bidang pertanian pada akhirnya diharapkan akan memungkinkan Indonesia untuk memacu daya tumbuh perekonomiannya, menuju tercapainya meningkatan daya saing di kancah global.

3. Peningkatan pelayanan prima menuju UPT Pelatihan bertaraf

internasional

Dalam rangka meningkatkan pelayanan prima UPT Pelatihan bertaraf internasional harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (i) pelayanan tim pelaksana Diklat yang mempunyai kemampuan untuk memfasilitasi seluruh kegiatan diklat dengan prinsip pelayanan prima; (ii) pelayanan proses mengajar dan belajar terutama dari tenaga fasilitator (kompetensi materi, spesialisasi, dan pengalaman) sesuai dengan kebutuhan diklat; (iii) penyediaan tempat praktek seusai kebutuhan diklat; (iv) penyediaan prasarana dan sarana yang menjamin proses diklat sesuai dengan kebutuhan, dan (v) penyediaan akomodasi dan konsumsi yang memenuhi harapan kebutuhan diklat.

(25)

BAB II

ANALISIS KEKUATAN, KELEMAHAN, PELUANG DAN TANTANGAN

Dalam rangka mengembangkan kompetensi aparatur dan non aparatur pertanian, perlu dilakukan analisis kondisi internal maupun eksternal di lingkup Puslatan dan UPT Pelatihan Pusat yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang strategi dan program kerja 2014-2019. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor kekuatan

(Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal

mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threath).

A. KEKUATAN

1. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 49/Permentan/

OT. 140/9/2011 tentang Pedoman Pendidikan dan Pelatihan Aparatur dan Non Aparatur;

2. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 01/Permentan/

OT.140/J/10/11 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bimbingan Lanjutan Pendidikan dan Pelatihan Pertanian serta Evaluasi Pasca Pendidikan dan Pelatihan Pertanian;

3. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 2/Permentan/SM.300/

J/01/12 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Sarana dan Prasarana Kelembagaan Pelatihan;

4. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 4/Permentan/

OT.140/J/01/12 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kerjasama Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Dalam dan Luar Negeri;

5. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 12/Permentan/OT.140/

J/02/12 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan Pertanian Aparatur dan Non Aparatur;

(26)

6. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 16/Permentan/OT.140/

J/02/12 tentang Petunjuk Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi

Pendidikan dan Pelatihan Pertanian;

7. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 40/Permentan/OT.140/

J/9/12 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan

Fungsional Penyuluh Pertanian;

8. Peraturan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan

Sumberdaya Manusia Pertanian Nomor: 51.1/Permentan/ OT.140/J/020/13 tentang Petunjuk Pelaksanaan Diklat Teknis Agribisnis Padi Bagi THL-TBPP;

9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 24/Permentan/OT.140/

J/08/14 tentang Petunjuk Pelaksanaan Diklat Teknis Agribisnis

Tujuh Komoditas Strategis bagi Penyuluh Pertanian;

10. Tersedianya Lembaga Penyelenggara Pelatihan Pertanian

ditingkat pusat dan Daerah meliputi:

a. Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian (PPMKP) Ciawi;

(Permentan Nomor 100/Permentan/OT. 140/10/2013 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Pusat Pelatihan Manajemen dan

Kepemimpinan Pertanian);

b. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang;

(Permentan Nomor 101/Permentan/OT. 140/10/2013 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pelatihan Pertanian

Lembang);

c. Balai Besar Pelatihan Peternakan Kupang;

(Permentan Nomor 102/Permentan/OT. 140/10/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pelatihan Peternakan

Kupang);

(27)

d. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan;

(Permentan Nomor 103/Permentan/OT.140/10/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan).

e. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Binuang;

(Permentan Nomor 104/Permentan/OT.140/10/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang)

f. Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu;

(Permentan Nomor 105/Permentan/OT. 140/10/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pelatihan Peternakan Batu).

g. Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Batangkaluku;

(Permentan Nomor 106/Permentan/OT. 140/10/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pelatihan Pertanian Binuang)

h. Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan (BBPKH) Cinagara; (Permentan Nomor 107/Permentan/OT. 140/10/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pelatihan Kesehatan Hewan Cinagara).

i. Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi;

(Permentan Nomor 108/Permentan/OT. 140/10/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pelatihan Pertanian Jambi) j. Balai Pelatihan Pertanian (BPP) lampung;

(Permentan Nomor 109/Permentan/OT. 140/10/2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pelatihan Pertanian Jambi). k. UPT Pelatihan Daerah sebanyak 18 unit kerja.

(28)

11. Jumlah tenaga kerja sektor pertanian yang sangat besar yaitu

40,83 juta orang (BPS: 2014).

12.Tersedianya Pusat Pelatihan Pertanian Perdesaan Swadaya

(P4S) berjumlah 1.056 unit;

13.Tersedianya Pejabat Struktural yang kompeten, Widyaiswara yang telah memiliki spesialisasi keahlian dan tenaga kediklatan lainnya yang memiliki sertifikat Management of Training (MoT) dan Training ofCource (ToC).

14. Penggunaan Aplikasi Multimedia dan website sudah merata di Balai Pelatihan sehingga memungkinkan untuk dikembangkan diklat berbasis Informasi dan teknologi (IT).

B. KELEMAHAN

Sumber Daya Manusia (SDM) Pertanian memiliki peran strategis untuk mewujudkan keberhasilan peningkatan aparatur dan non aparatur melalui diklat pertanian. Namun, kondisi umum SDM saat ini masih menghadapi permasalahan yaitu:

1. Calon dan lokasi peserta belum seluruhnya didasarkan pada pembangunan kawasan sehingga kurang memberikan dampak yang signifikan;

2. Prasarana dan Sarana Diklat belum memadai dan belum

representatif (jumlah kelas, fasilitas asrama, Kapasitas dan peralatan laboratorium);

3. Implementasi SOP belum dilakukan secara konsisten;

4. Belum optimalnya promosi terhadap potensi Balai dalam menjaring kerjasama.

(29)

C. PELUANG

1. Jumlah aparatur sektor pertanian yang memerlukan diklat dalam rangka pengembangan profesi dan karir;

2. Kebutuhan terhadap tenaga yang tersertifikasi oleh perusahaan

yang bergerak di sektor pertanian dalam rangka menghadapi

MEA;

3. Peran Diklat dalam transfer inovasi teknologi berbasis IPTEK dalam meningkatkan kapasitas produksi, kualitas dan ragam produk sesuai kebutuhan pasar, meningkatkan nilai tambah, menurunkan biaya produksi;

4. Kebutuhan peningkatan kompetensi pelaku utama pembangunan pertanian dalam mengembangkan usaha taninya.

D. TANTANGAN

1. Tantangan dalam bidang pelatihan adalah optimalisasi Eselon I

dalam pemanfaatan balai pelatihan, pengembangan jejaring kerjasama pelatihan lintas sektor dan dunia usaha/industri, dan persaingan balai pelatihan dengan institusi sektor lain/swasta; 2. Keterkaitan (Linkage) antara penelitian-diklat-penyuluhan,

standardisasi mutu, jejaring (networking) dan pemenuhan kebutuhan pasar, dan pemangku kepentingan (stakeholders)] 3. Inovasi IPTEK semakin kompleks dan berkelanjutan. IPTEK bila

tidak dimanfaatkan dalam pengembangan inovasi pertanian pada akhirnya berdampak pada penurunan daya saing.

Perkembangan IPTEK yang cukup pesat jika tidak diimbangi

dengan

kualitas SDM Pertanian yang tinggi,

maka akan

mengakibatkan keterlambatan dalam mengambil manfaat dari

(30)

4. Perubahan ikiim menjadi ancaman serius bagi dunia pertanian karena berdampak serius terhadap lingkungan, produktivitas pertanian dan ketahanan pangan nasional. Disamping itu petani masih sangat minim memahami proses adaptasi (penyesuaian) terhadap perubahan ikiim yang berdampak sistematik bagi hasil pertanian. Kurangnya informasi utuh tentang perubahan ikiim dapat menghambat optimalisasi hasil produk pertanian dalam skala makro. Sehingga, petani kita masih sering mengalami risiko gagal panen akibat kekeringan, banjir dan ledakan hama;

5. Ketahanan pangan dan pertumbuhan penduduk serta urbanisasi. Sebagai negara dengan sumber daya alam dan

sumber daya manusia berlimpah, langkah Indonesia untuk mewujudkan swasembada dan ketahanan pangan bukanlah tanpa hambatan. Urbanisasi, dan pertumbuhan penduduk

membawa dampak terhadap tata kelola bidang agro secara

keseluruhan. Untuk itu, perlu keseriusan, dedikasi, komitmen dan tanggung jawab semua pihak untuk dapat mewujudkan

swasembada dan ketahanan pangan nasional, baik untuk saat ini dan bagi generasi penerus. Pertumbuhan penduduk yang cepat dan urbanisasi serta ketergantungan pada impor pangan

menimbulkan ancaman bagi ketahanan pangan Indonesia.

6. Masyarakat Ekonomi ASEAN yang mulai berlaku 31 Desember 2015 merupakan kesempatan yang bagus bagi para

wirausahawan untuk mencari pekerja terbaik sesuai dengan

kriteria yang diinginkan. Dalam hal ini dapat memunculkan risiko ketenagakerjaan bagi Indonesia. Dilihat dari sisi pendidikan dan produktivitas Indonesia masih kalah bersaing dengan tenaga

kerja yang berasal dari negara-negara tetangga.

(31)

BAB III

VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS

VISI

Pusat Pelatihan Pertanian (Puslatan) memiliki tugas melaksanakan penyusunan teknis, rencana dan program, pelatihan, serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT. 140/10/2010. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Puslatan menyelenggarakan fungsi: (i) penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program, kerjasama, dan pemantauan; (ii) pelaksanaan penyelenggaraan pelatihan; (iii) pelaksanaan pengembangan kelembagaan dan ketenagaan pelatihan pertanian.

Dalam mendukung visi Badan PPSDMP yaitu "Terwujudnya

Sumber Daya Manusia Pertanian yang Profesional, Mandiri dan Berdaya Saing Berorientasi Bioindustn Berkelanjutan", serta memperhatikan tugas dan fungsi, potensi, capaian hasil pada periode sebelumnya, permasalahan, dan tantangan yang ada, Puslatan pada periode 2015-2019 menetapkan visi: "Terwujudnya penyelenggaraan diklat yang profesional untuk mendukung

pembangunan pertanian-bioindustri berkelanjutan".

Penyelenggaraan diklat yang profesional artinya penyelenggaraan Diklat yang memiliki kompetensi, sesuai dengan tugas pokok dan kekhasan (core) UPT Pelatihan, mempunyai pengetahuan, sikap, keterampilan, motivasi dan atribut lain yang diperlukan agar dapat berhasil dalam pekerjaan dan usahanya.

(32)

Pembangunan

pertanian-bioindustri berkelanjutan artinya sistim

pertanian

yang

bisa

mengatasi

solusi

permasalahan

untuk

mempertahankan konservasi kualitas udara melalui penggunaan

bioenergi dan energi terbarukan lainnya di sektor pertanian sehingga

dampak rumah kaca dan perubahan ikiim global, dari emisi gas

NOx, S02, dan kontribusi netto C02 dapat diminimalkan.

B. MISI

Misi Badan PPSDMP adalah: (i) Memperkuat sistem penyuluhan

pertanian yang terpadu dan berkelanjutan; (ii) Memperkuat sistem

pendidikan, standardisasi dan sertifikasi profesi pertanian yang

kredibel; (iii) Memantapkan sistem pelatihan pertanian yang berbasis

kompetensi dan daya saing; (iv) Memantapkan sistem administrasi

dan manajemen yang transparan dan akuntabel.

Untuk mewujudkan penyelenggaraan diklat yang profesional untuk

mendukung pembangunan pertanian-bioindustri berkelanjutan serta

mengacu pada visi Badan PPSDMP maka Puslatan menetapkan

misi sebagai berikut:

1. Menguatkan kapasitas kelembagaan pelatihan;

2. Mengembangkan ketenagaan diklat;

3. Mengembangkan manajemen mutu penyelenggaraan diklat;

4. Mengembangkan program dan jejaring kerjasama pelatihan pertanian dalam dan luar negeri.

C. TUJUAN

Sejalan dengan tujuan Badan PPSDMP

yaitu: (i) Meningkatkan

kemandirian petani dan kelembagaan petani; (ii) Meningkatkan

kapasitas aparatur pertanian dan non aparatur pertanian; (iii)

Renstra Pusat Pelatihan Pertanian 2015-2019

27

(33)

Meningkatkan kapabilitas dan kompetensi aparatur pertanian; dan

(iv) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas sistem administrasi dan

manajemen, maka tujuan yang hendak dicapai oleh Puslatan

adalah:

1. Menguatkan

kapasitas

Kelembagaan

Pelatihan

Pertanian

pemerintah dan kelembagaan pelatihan petani yang mampu

memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan;

2. Meningkatkan kuantitas dan kualitas tenaga kediklatan yang

profesional dan berkarakter pada kelembagaan pemerintah dan

kelembagaan petani;

3. Mengembangkan

manajemen

penyelenggaraan

diklat yang

efektif, efisien, transparan dan akuntabel;

4. Mengembangkan

diklat

berbasis

kompetensi

melalui

pemanfaatan IT;

5. Mengembangkan model dan teknik diklat;

6. Mengembangkan Inkubator Usaha Tani/Manajemen;

7. Mengembangkan program yang responsif terhadap perubahan

lingkungan strategis dan bersifat tematik;

8. Mengembangkan jejaring kerjasama diklat yang memenuhi

kebutuhan pasar.

D. SASARAN STRATEGIS

Dalam mengembangkan kompetensi sumberdaya manusia aparatur

dan non aparatur pertanian, Puslatan pada tahun 2015-2019 akan

melakukan 4 (empat) kegiatan utama yang terdiri dari:

1. Meningkatnya Kapasitas Kelembagaan Pelatihan Pertanian

(34)

a) Terwujudnya 50 Kelembagaan UPT Pelatihan Pertanian Pusat (kumulatif) menjadi Kelembagaan yang mampu bersaing di tingkat Nasional dan Internasional;

b) Terwujudnya 90 UPT Pelatihan Daerah (kumulatif) yang terstandarisasi dan terakreditasi;

c) Terwujudnya 1.271 unit P4S (kumulatif) sebagai lembaga pelatihan yang mandiri dalam berusaha tani dan mampu menyelenggarakan pelatihan/ permagangan berbasis IPTEK; d) Tersusunnya 273 dokumen kelembagaan pelatihan pertanian e) Terwujudnya Inkubator Usaha Tani/Manajemen di 10 UPT

pelatihan pusat.

2. Meningkatnya Kuantitas dan Kualitas Tenaga Kediklatan

yang Profesional dan Berkarakter pada Kelembagaan

Pelatihan Pertanian

a) Meningkatkan kompetensi 3,053 orang (kumulatif) Widyaiswara UPT Pelatihan Pusat dan 18 UPT Pelatihan Daerah, sesuai spesialisasi utamanya dalam mendukung program prioritas dan pengembangan kawasan pertanian; b) Meningkatkan kompetensi 3,663 orang tenaga kediklatan dan

fungsional khusus lainnya pada Puslatan, 10 UPT Pelatihan Pusat dan 18 UPT Pelatihan daerah secara proporsional; c) Meningkatkan kompetensi 635 orang tenaga instruktur/

pengelola P4S untuk menjadi wirausahawan yang mampu bersaing di pasar nasional dan internasional melalui penguasaan IPTEK dan penguasaan bahasa Inggris;

d) Menata ulang sebaran Widyaiswara di 10 UPT Pelatihan Pusat sesuai spesialisasi secara proporsional, sehingga

(35)

setiap UPT Pelatihan mempunyai spesialisasi Widyaiswara

yang sama satu dengan lainnya;

e) Tersusunnya 53 dokumen kenenagaan pelatihan pertanian;

f)

Menambah 150 orang Widyaiswara melalui rekrutmen baru

dan alih fungsi tugas sesuai kebutuhan spesialisasi UPT

Pelatihan Pusat.

3. Terwujudnya Sistem Manajemen Penyelenggaraan Diklat

yang Efektif, Efisien, Transparan dan Akuntabel

a) Meningkatkan kompetensi 103,667 aparatur melalui Diklat

prajabatan dan dalam Jabatan (Diklat PIM, Diklat teknis,

Diklat Fungsional, Diklat Administrasi dan Manajemen) untuk

mendukung program prioritas dan pengembangan kawasan

pertanian serta reformasi birokrasi yang responsif gender;

b) Meningkatkan kompetensi 76,805 non aparatur melalui Diklat

Teknis, Diklat Kepemimpinan dan Manajemen, serta Diklat

Kewirausahaan untuk mendukung program prioritas dan

pengembangan kawasan pertanian serta responsif gender;

c) Menyempurnakan/menyusun

35

pedoman

dan

materi

pelatihan

yang

mendukung

program

prioritas

dan

pengembangan kawasan pertanian serta reformasi birokrasi;

d) Mengembangkan evaluasi, pemantauan dan meningkatkan

koordinasi dan pengendalian penyelenggaraan Diklat di 10

UPT Pelatihan Pusat dan 18 UPT Diklat Daerah;

e) Tersusunnya

116

dokumen

penyelenggaraan

pelatihan

pertanian;

(36)

f) Mengembangkan model dan teknik diklat pertanian sesuai

dengan permintaan pasar minimal 20 unit di 10 UPT

Pelatihan Pusat.

4. Pengembangan Jejaring Kerjasama Diklat Dalam dan Luar

Negeri

a) Meningkatkan

promosi,

publikasi,

dan

sosialisasi

kelembagaan pelatihan melalui berbagai media informasi

seperti pameran, profil, media cetak, elektronik, diorama,

display, di Puslatan dan 10 UPT Pelatihan Pertanian Pusat;

b) Peningkatan

60

kegiatan

koordinasi,

integrasi

dan

sinkronisasi kerjasama diklat dan permagangan pertanian

Dalam dan Luar Negeri dengan pihak terkait;

c) Menyempurnakan Petunjuk Pelaksanaan Kerjasama Diklat

Dalam

dan

Luar

Negeri

(termasuk

standar

biaya

penyelenggaraan diklat kerjasama);

d) Memperluas jejaring kerjasama diklat dan/atau permagangan

dalam dan luar negeri serta sumber pembiayaanhya.

(37)

BAB IV

ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI DAN

KERANGKA KELEMBAGAAN

A. ARAH KEBIJAKAN

Arah kebijakan umum Badan PPSDMP dalam pengembangan

sumberdaya manusia pertanian, adalah: (i) pemberdayaan peran

dan fungsi Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan

(BPP/BP3K)

sebagai pusat koordinasi program dan kegiatan di wilayah; (ii)

peningkatan daya saing dan kinerja Balai Pelatihan; (iii) revitalisasi

STPP dan SMK-PP serta sertifikasi profesi pertanian; dan (iv)

pemantapan sistem adrrtinistrasi dan manajemen yang transparan

dan akuntabel. Adapun fokus

Badan

PPSDMP dalam upaya

pencapaian tujuan tersebut dilakukan melalui peningkatan efektifitas

penyuluhan dalam mendukung pencapaian target pembangunan

pertanian

yang

mencakup

pelaku

utama dan

pelaku

usaha;

penyuluh dan petugas teknis; dan aparatur pemerintah terkait

pertanian lainnya, serta pemenuhan unsur daya saing tenaga kerja

sektor pertanian

Sejalan dengan arah kebijakan Badan PPSDMP, kegiatan Pelatihan

Pertanian difokuskan pada Peningkatan Daya saing dan kinerja

UPT Pelatihan, yaitu:

1. Peningkatan dayasaing lembaga Diklat Pertanian melalui; (i)

Pengembangan sistem manajemen mutu, (ii) pengembangan

Prasarana-sarana UPT Pelatihan menuju Badan Layanan Usaha (BLU), dan (iii) pengembangan ATP;

2. Peningkatan kompetensi Widyaiswara dan Tenaga Kediklatan

(38)

3. Pengembangan

Diklat Berbasis Standar Kompetensi

Kerja

(SKK) yang berdaya saing;

4. Pengembangan model dan pola diklat yang berorientasi pasar,

bio-industri berkelanjutan, berbasis kawasan;

5. Peningkatan peran 10 UPT Pelatihan Pusat dalam penguatan

Kelembagaan Penyuluhan Pertanian (BP3K);

6. Fasilitasi P4S sebagai lembaga diklat swadaya yang mandiri

dalam berusaha tani dan mampu menyelenggarakan pelatihan/

permagangan berbasis IPTEK;

7. Pengembangan Jejaring Kerjasama dan Kemitraan dalam dan

luar negeri yang saling menguntungkan.

B. STRATEGI

Strategi kebijakan pelatihan pertanian adalah meningkatkan Daya

Saing dan Kinerja Balai Pelatihan, dengan rincian sebagai berikut:

1. Standarisasi mutu layanan kediklatan;

2. Peningkatan prasarana dan sarana UPT Pelatihan Pertanian;

3. Pemberdayaan P4S sebagai penyelenggara diklat non aparatur 4. Peningkatan kapasitas Widyaiswara dan Tenaga Kediklatan;

5. Pemantapan sistem pelatihan pertanian berbasis kompetensi dan

daya saing;

6. Pengembangan program dan jejaring kerjasama pelatihan.

C. KERANGKA REGULASI

Kerangka

regulasi

selain

sebagai

alat

untuk

mencapai

tujuan/sasaran pengembangan kapasitas aparatur dan non aparatur

pertanian, kerangka regulasi juga disusun sebagai intrumen untuk

memecahkan permasalahan yang penting, mendesak, dan memiliki

(39)

dampak besar terhadap pencapaian sasaran pengembangan sumberdaya manusia aparatur dan non aparatur pertanian. Regulasi yang akan disusun meliputi:

1. Payung hukum transformasi kelembagaan UPT Pelatihan menjadi Lembaga Diklat Mandiri/Badan Layanan Usaha (BLU); 2. Meningkatkan legalitas dasar hukum Petunjuk Pelaksanaan

Pengelolaan Inkubator Usahatani menjadi Pedoman Umum/Permentan Pengelolaan Inkubator Usahatani.

3. Peningkatan payung hukum diklat berbasis kompetensi dengan pemanfaatan IT.

D. KERANGKA KELEMBAGAAN

Tugas dan fungsi UPT Pelatihan disesuaikan dengan kondisi Iingkungan strategis untuk mendukung pencapaian kinerja organisasi eselon I yang lebih profesional.

(40)

BABV

PROGRAM, INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU), INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK), TARGET KINERJA DAN KERANGKA

PENDANAAN

A. PROGRAM

Program Badan PPSDM Pertanian adalah Peningkatan Penyuluhan, Pendidikan, dan Pelatihan Pertanian, yang dijabarkan pada kegiatan Pusat Pelatihan Pertanian yaitu Pemantapan Sistem Pelatihan Pertanian. Dalam mengimplementasikan Program tersebut Puslatan merumuskan kegiatan dan indikator kedalam 4 (empat) pilar yaitu : (i) Peningkatan Penyelenggaraan Diklat Pertanian; (ii) Kelembagaan Pelatihan Pertanian; (iii) Peningkatan Ketenagaan Pelatihan Pertanian; (iv) Pengembangan program dan Jejaring Kerjasama

Diklat.

B. INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Indikator Kinerja Utama digunakan sebagai acuan ukuran kinerja yang digunakan oleh Puslatan dengan tujuan untuk: (i) menetapkan Rencana Kinerja Tahunan (RKT); (ii) menyampaikan rencana kerja dan anggaran; (iii) menyusun dokumen penetapan kinerja; (iv) menyusun laporan akuntabilitas kinerja; dan (v) melakukan evaluasi pencapaian kinerja sesuai Rencana Strategis Badan PPSDMP per tahun 2015-2019 meliputi:

1. Jumlah kelompok tani yang meningkat kapasitasnya; 2. Jumlah BP3K yang meningkat kapasitasnya;

3. Jumlah penyuluh pertanian yang berkinerja baik;

4. Jumlah aparatur lulusan pendidikan tinggi pertanian yang

memenuhi Standar Kompetensi Kerja (orang);

(41)

5. Jumlah non aparatur lulusan pendidikan menengah pertanian

dengan kompetensi sesuai dunia usaha/ industri (orang);

6. Jumlah aparatur pertanian yang memenuhi Standar Kompetensi

Kerja (orang);

7. Jumlah non aparatur pertanian yang memenuhi Standar

Kompetensi Kerja (orang);

8. Peningkatan kualitas dukungan manajemen dan teknis lainnya (kegiatan).

Sedangkan IKU Pusat Pelatihan Pertanian tahun 2015-2019 sebagaimana butir 6 dan 7 pada IKU Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, yaitu:

1. Jumlah aparatur yang meningkat kompetensinya;

2. Jumlah non aparatur pertanian yang meningkat kompetensinya.

C. INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (IKK)

Mengacu pada IKK yang terdapat pada Renstra Badan PPSDMP,

IKK Pusat Pelatihan Pertanian adalah sebagai berikut:

1. Jumlah aparatur pertanian yang ditingkatkan kompetensinya melalui Diklat (orang);

2. Jumlah non aparatur yang ditingkatkan kompetensinya melalui Diklat (orang);

3. Jumlah UPT pelatihan yang meningkat standarisasi pelayanannya (Unit);

4. Jumlah kelembagaan pelatihan petani (P4S) yang diklasifikasi; 5. Jumlah ketenagaan pelatihan pertanian (widyaiswara, tenaga

teknis kediklatan, instruktur P4S dan pengelola P4S) yang

ditingkatkan kompetensinya (orang);

(42)

D. KEGIATAN DAN INDIKATOR KINERJA KEGIATAN

KEGIATAN SASARAN INDIKATOR

Pemantapan Sistem Pelatihan Pertanian Tertatanya Kelembagaan Pelatihan Pertanian Jumlah kelembagaan

pelatihan pertanian yang

difasilitasi dan dikembangkan

(kelembagaan UPT Pusat,

UPT Daerah, P4S dan agro techo park), (1.411 unit)

Torfooilitoeirtwo1 v_«l IOOliikU«Jll lj<-«

Ketenagaan Pelatihan

Pertanian untuk

Meningkatkan Kompetensi

Jumlah ketenanasn ne!atihan

pertanian yang difasilitasi dan

dikembangkan (7.351 orang)

Terlatihnya Aparatur dan Non aparatur Pertanian

untuk Meningkatkan Kompetensi Kerja

Jumlah aparatur pertanian yang ditingkatkan kompetensinya melalui Diklat (103.667orang)

Jumlah Non Aparatur yang

Ditingkatkan Kapasitasnya

Melalui Pelatihan Pertanian

(76,805 orang)

Tersusunnya Dokumen Norma, Standar, Pedoman dan Kebijakan (NSPK)

Jumlah dokumen program dan

kerjasama, penyelenggaraan pelatihan, kelembagaan, dan

ketenagaan pelatihan, serta

pemberdayaan petani yang dihasilkan (1.352 dok);

Terselenggaranya Program READ

Jumlah Desa yang meningkat kapasitasnya melalui program READ (30 desa)

Dukungan pemantapan sistem pelatihan pertanian

Jumlah Dukungan

pemantapan sistem pelatihan pertanian (12 Bulan) E. TARGET KINERJA NO Program/Kegiatan Utama/IKK Target 2015 2016 2017 2018 2019 1 Jumlah aparatur pertanian

yang ditingkatkan

kompetensinya melalui

Pelatihan Pertanian

(orang

15.08 26,940 27,479 28,028 28,589

(43)

NO Program/KegiatanUtama/IKK

Target

2015 2016 2017 2018 2019 2 Jumlah non aparatur yang

ditingkatkan kompetensinya melalui Pelatihan Pertanian (orang) 10.680 17,400 17,748 18,103 18,465 3 Jumlah Kelembagaan

Pelatihan Pertanian yang

Difasilitasi dan

Dikembang-kan

(kelembagaan UPT Pusat, UPT Daerah, P4S,

inkubator agribisnis mendukung ATP (Unit)

228 300 306 312 318

4 Jumlah Ketenagaan Pelatihan Pertanian yang

Difasilitasi dan

Dikembangkan (Orang)

1.204 1,324 1,350 1,377 1,405

5 Jumlah desa yang meningkat kapasitasnya

melalui replikasi program READ (Unit)

30

6 Jumlah Dokumen program

dan kerjasama, penyeleng-garaan

pelatihan, kelembagaan dan Ketenagaan Pelatihan

serta pemberdayaan

petani yang dihasilkan (Dokumen) 255 260 265 270 275 7 Jumlah Dukungan Pemantapan Sistem Pelatihan Pertanian (Kegiatan) 12 12 12 12 12

(44)

F. KERANGKA PENDANAAN

Sejalan dengan target yang akan dicapai Puslatan dalam kurun

waktu 2015-2019, berikut ini anggaran yang dibutuhkan sebagai

berikut:

NO Program/Kegiatan Utama/IKK

ALOKASI ANGGARAN (Rp Milyar Rupiah)

Mantapnya sistem

pelatihan pertanian dalam

meningkatkan kompetensi

aparatur pertanian dan

non aparatur pertanian;

daya tarik pertanian bagi

tenaga kerja muda; pelibatan perempuan

petani/pekerja dan

inkubator agribisnis mendukung Agro Techno

Park (ATP)

2015

299,45

2016 668,08

Renstra Pusat Pelatihan Pertanian 2015-2019

2017 2018 2019

731,60 801,26 877,69

(45)

BAB VI PENUTUP

Rencana Strategis Puslatan tahun 2015-2019 menggambarkan arah

kebijakan dan strategi pelaksanaan kegiatan pelatihan pertanian lima

tahun mendatang, disusun dengan mengacu kepada: (i) hasil-hasil yang

rli^pr\oi norla norinHo 9010 _ 9014 f\W normacglghan Han taP.tanoan

yang dihadapi, dan (iii) Rencana Strategis Badan PPSDMP 2015-2019

dan Rencana Strategis Puslatan 2010-2014.

Penyusunan

Rencana

Strategis

Puslatan

tahun

2015-2019

dimaksudkan untuk mewujudkan sumberdaya manusia pertanian

yang kompeten dan berkarakter untuk mendukung pembangunan

pertanian-bioindustri berkelanjutan melalui penyelenggaraan diklat

yang

profesional dan berdaya saing, sebagai upaya dalam

mendukung terwujudnya 8 (delapan) langkah pembangunan pertanian,

yaitu: (i) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi, Jagung, Kedelai;

(ii) Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tebu; (iii) Peningkatan

Produksi dan Produktivitas Daging; (iv) Peningkatan Produksi dan

Produktivitas

Cabe

dan

Bawang

Merah;

dan

(v)

Peningkatan

Diversifikasi Pangan; (vi) Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing,

Ekspor dan Substitusi impor; (vii) Penyediaan bahan baku bioindustri

dan bioenergy; (viii) Peningkatan Kesejahteraan Petani.

Untuk mengimplementasikan dengan baik Renstra Puslatan, setiap

UPT Pelatihan Pusat perlu menyusun Renstra masing-masing unit yang

menggambarkan arah kebijakan dan strategi yang lebih rinci dengan

mengacu kepada Renstra Pusat Pelatihan Pertanian. Renstra

masing-masing UPT Pelatihan Pusat tersebut merupakan bagian yang tidak

(46)

Lampiran 1. Capaian Kinerja Anggaran Sistem Pelatihan Pertanian

2010-2014

Tabel 1. Capaian Kinerja Anggaran Sistem Pelatihan Pertanian 2010-2014

No. Tahun Pagu (Rp.) Realisasi (Rp) Capaian Kinerja (%) A 1 . 2010 254.893.804.000 223,000,065,000 87.5% 2. 2011 368.747.710.000 334,860,500,000 90.8% 3. 2012 386.305.705.000 353,950,912,000 91.6% 4. 2013 395.267.576.000 364,873,745,000 92.3% 5. 2014 209.754.618.000 200,435,569,000 95.6% Jumlah 1.614,969,413,000 1.477.120.791.000 91.5%

Sumber: LAKIP Puslatan 2014.

(47)

Lampiran 2. Potensi Ketenagaan di Puslatan dan UPT Pelatihan Pusat

Tabel 1. Sebaran Ketenagaan Berdasarkan Unit Kerja dan Pendidikan

NO UNIT KERJA S3 S2 S1 D4 SM D3 D2 SLTA SLTP SD JML

1 Puslatan 1 12 23 0 1 2 0 10 1 0 50 2 PPMKP Ciawi 1 29 36 0 1 4 1 66 18 44 200 3 BBPKH Cinagara 0 18 21 6 0 4 0 16 3 6 74 4 BBPP Lembang 1 29 43 2 1 5 0 32 4 3 120 5 BBPP Batu 5 12 25 8 0 8 0 29 2 7 96 6 BBPP Ketindan 1 20 30 5 0 5 0 21 5 6 93 7 BBPP Batangkaluku 1 22 25 2 0 5 0 28 5 6 94 8 BBPP Binuang 0 9 17 3 0 2 0 25 2 5 63 9 BBPP Kupang 0 9 20 6 0 7 0 27 0 3 72 10 BPP Jambi 1 15 21 5 0 1 0 34 1 3 81 11 BPP Lampung 0 7 28 2 0 4 0 18 5 2 66 TOTAL 11 180 289 39 3 47 1 306 46 85 1.00 7 % 1,1 17,9 28,7 3,9 0,3 4,7 0,1 30,4 4,6 8,4 100

Sumber data: Bagian Kepegawaian BPPSDMP 2014.

Tabel 2. Sebaran Ketenagaan Berdasarkan Unit Kerja dan Golongan NO UNIT KERJA GOL I GOL II GOL. Ill GOL. IV JML

1 Puslatan 0 2 39 9 50 2 PPMKP Ciawi 34 73 71 22 200 3 BBPKH Cinagara 7 16 37 14 74 4 BBPP Lembang 1 33 65 21 120 5 BBPP Batu 9 28 45 14 96 6 BBPP Ketindan 4 25 48 16 93 7 BBPP Batangkaluku 8 29 46 11 94 8 BBPP Binuang 7 15 32 9 63 9 BPP Kupang 2 23 40 7 72 10 BPP Jambi 3 28 46 4 81 11 BPP Lampung 6 15 31 14 66 TOTAL 81 287 499 140 1.007 % 8,0 28,5 49,6 13,9 100,0

(48)

Tabel 3. Sebaran Ketenagaan Berdasarkan Unit Kerja dan Jenis Kelamin

NO UNIT KERJA JENIS KELAMIN

L P JML 1 Puslatan 22 28 50 2 PPMKP Ciawi 139 61 200 3 BBPKH Cinagara 51 23 74 4 BBPP Lembang 80 40 120 5 BBPP Batu 68 28 96 6 BBPP Ketindan 56 37 93 7 BBPP Batangkaluku 65 29 94 8 BBPP Binuang 47 16 63 9 BPP Kupang 52 20 72 10 BPP Jambi 57 24 81 11 BPP Lampung 44 22 66 TOTAL 679 328 1.007 % 67,4 32,6 100,0

Sumber data: Database Widyaiswara Puslatan Tahun 2014

Tabel 4. Sebaran Widyaiswara Berdasarkan Unit Kerja dan Pendidikan

NO. UPT D4 S1 S2 S3 Jumlah

1. BBPKH Cinagara 3 5 10 18 2. BBPP Batangkaluku 1 8 15 1 25 3. BBPP Batu 3 10 10 2 25 4. BBPP Ketindan - 11 13 - 24 5. BBPP Kupang - 7 4 - 11 6. BBPP Lembang 1 10 19 - 30 7. BPP Binuang 2 2 6 - 10 8. BPP Jambi 2 5 10 - 17 9. BPP Lampung 1 13 2 - 16 10. PPMKP Ciawi - 6 14 - 20 Grand Total 13 77 103 3 196

Sumber data: Database Widyaiswara Puslatan Tahun 2014.

Gambar

Tabel 1. Capaian Kinerja Anggaran Sistem Pelatihan Pertanian 2010-2014
Tabel 1. Sebaran Ketenagaan Berdasarkan Unit Kerja dan Pendidikan
Tabel 3. Sebaran Ketenagaan Berdasarkan Unit Kerja dan Jenis Kelamin
Tabel 5. Sebaran Widyaiswara Berdasarkan Unit Kerja dan Jabatan.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Napsu badan jeung sagala panga- jakna teh ku jelema anu geus jadi kagungan Kristus Yesus mah geus Ka pan urang teh geus maot tina dosa, piraku bisa keneh hirup dina

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumtif terjadi pada partisipan karena pemberian uang saku dari orang tua yang dapat dibelikan sesuatu

Suatu penelitian selama dua tahun pada suatu perusahaan milik pemerintah US oleh Zamanou dan Gleser (1994) meneliti progam intervensi komunikasi dalam proses

A.07.c Gambaran perilaku percaya diri yang diamalkan siswa Anda selama masa darurat Covid-19. Tidak mudah putus asa

- Guru memberikan contoh ekspresi untuk bertanya jawab dengan siswa yaitu contoh- contoh pertanyaan yang menanyakan like dan dislike.. - Siswa secara berpasangan

dimaksudkan agar kaum perempuan yang terjerumus ke dalam tindakan tersebut tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi. Salah satu program pemberdayaan perempuan yang

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat, dan hidayah-NYA, penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Tani Melalui Pelatihan Teknologi Tepat Guna merupakan dukungan prioritas program Dinas dengan indikator kegiatan