• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Ekstrak Patikan Kebo (Euphorbia hirta L) Terhadap Pertumbuhan Bakteri (Staphylococcus aureus dan Escherichia coli) dan Jamur (Candida albicans) - Repositori UIN Alauddin Makassar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh Ekstrak Patikan Kebo (Euphorbia hirta L) Terhadap Pertumbuhan Bakteri (Staphylococcus aureus dan Escherichia coli) dan Jamur (Candida albicans) - Repositori UIN Alauddin Makassar"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH EKSTRAK DAUN PATIKAN KEBO (

Euphorbia hirta L

.)

TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI (

Staphylococcus aureus

dan Escherichia coli

) dan JAMUR

Candida albicans

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Sains Pada Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

UIN Alauddin Makassar Oleh

ZULKARNAIN NIM. 60300107013

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

(2)

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa sripsi ini benar adalah hasil karya penyusun sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, atau disusun oleh orang lain secara keseluruhan atau sebahagian, maka skripsi dan gelar yang diperlukan karenanya, batal demi hukum.

Makassar, Agustus 2011 Penyusun

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Ekstrak Patikan Kebo (Euphorbia hirta L) Terhadap

Pertumbuhan Bakteri (Staphylococcus aureus dan Escherichia coli) dan Jamur (Candida albicans)” yang disusun oleh Zulkarnain, NIM: 60300107013, Mahasiswa Jurusan Biologi pada Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang Munaqasyah yang diselenggarakan pada hari, tanggal, bertepatan dengan tanggal H, dinyatakan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Sains dan Teknologi, Jurusan Biologi (dengan beberapa perbaikan)*

Makassar, 22 Agustus 2011 M 22 Ramadhan 1432 H

Pembimbing II: Cut Muthiadin S.Si, M.Si (………)

Diketahui oleh :

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar,

(4)

KATA PENGANTAR

Tiada kalimat yang pantas terucap, selain kalimat Alhamdulillahi Rabbil alamin, yang mana atas berkat rahmat dan hidayah Allah swt sehingga skripsi yang berjudul “PENGARUH EKSTRAK DAUN PATIKAN KEBO (Euphorbia hirta L.)TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI (Staphylococcus aureus dan Escherichia coli) dan JAMUR (Candida albicans)” ini dapat terselesaikan, yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si). Shalawat dan salam semoga tetap tecurah kepada Baginda Rasulullah Saw yang telah mengajarkan beberapa ilmu pengetahuan yang dijadikan lampu penerang dalam mengarungi bahtera kehidupan ini.

(5)

1. Bapak Prof. Dr. Kadir Gassing, HT MS selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

2. Bapak Prof. Dr. H. Azhar Arsyad, M.A, selaku mantan Rektor Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar.

3. Bapak Dr. Halifah Mustami, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi UIN

Alauddin Makassar.

4. Bapak Prof. Dr. Bahaking Rama, M.S, Selaku Mantan Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi UIN Alauddin Makassar.

5. Ibu Fatmawati Nur Khalik, S.Si., M.Si, selaku Ketua Jurusan Biologi sekaligus sebagai

penguji/pembahas I. dan Ibu Hafsah, S.Si., M.Pd, selaku sekretaris jurusan Biologi sekaligus sebagai penasehat akademik yang telah banyak memberikan bimbingan dan nasehat-nasehat kepada penulis selama aktif menjalani proses perkuliahan.

6. Ibu Prof. Dr. Ir. Hj. Yusminah Hala, M.S dan Ibu Cut Muthiadin, S.Si, M.Si selaku

pembimbing I dan II dalam proses penulisan skripsi ini yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

7. Ibu Jamilah, S.Si. M.Si, dan Bapak Drs. M. Arif Alim, M.Ag selaku penguji/pembahas

II dan III

8. Bapak dan Ibu Dosen dalam jajaran Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin

Makassar yang selama ini telah mendidik penulis dengan baik sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikannya pada tingkat perguruan tinggi.

9. Kurniati, S.Si, Iwan S.Si, Ummi Aminah S.Si, Sarah Shakina, S.Si dan Ali Malaka S.Si

(6)

10.Saudara seperjuanganku, Ka’bah dan Ernawati yang telah banyak memberikan masukan dan semangat satu sama lain, serta setia menemani penulis dalam suka dan duka hingga tercapainya harapan bersama.

11.Teman-teman mahasiswa Jurusan Biologi (Apol, Asrul, Wahab, Madi, Firman, Said,

Uni, Kia, Ayu, Icha, Asri, Anthi, Hasnah, Devi, Lisda, Fera, Rani, Mega, kak Muli, Kokom, Ander, dan Ana) yang telah banyak memberikan saran kepada penulis dan menghadirkan cerita indah selama kurang lebih 4 tahun bersama.

12.Adik-adik mahasiswa jurusan Biologi angkatan 2008, 2009, dan 2010.

13.Teman-teman KKN-46 di Wette’E, Panca Lautang, Kabupaten Sidrap.

14.Teman-teman Kerja Praktek (KP) di Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar

(Risma, Nhia, Dilla, Wawa, Kiki, Ines, Kak Nash dan Teman-teman yang lain).

15.Ibunda Suharni, yang dengan tulus senantiasa memberikan doa, kasih sayang dan cinta

kasihnya, serta semangat yang tak pernah putus kepada penulis, dan telah menganggap penulis sebagai anak kandungnya sendiri, sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di tingkat perguruan tinggi.

16.Hj. Sutiah Muslim dan Drs. H. Muslimin, serta keluarga besar yang selama ini telah

banyak memberikan dukungan selama penulis menempuh pendidikannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan studinya.

17.Rezkiwati Maulud (Ninerzq 05), yang telah setia mendampingi penulis dan tak

henti-hentinya memberikan semangad dan doa dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.

18.Serta Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan, yang tidak bisa

(7)

Penulis juga menyadari bahwa karya sederhana ini masih jauh dari kesempurnaan, karena kesempurnaan hanyalah milik-Nya. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari para pembaca, guna perbaikan ke depannya.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis

khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah senantiasa melindungi dan

melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, Amin.

Makassar, 18 Agustus 2011

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……….……i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN……….…..ii

HALAMAN PENGESAHAN……….…iii A.Tinjauan Umum Patikan Kebo (Euphorbia hirta L)………..…9

B. Tinjauan Umum Bakteri………13

C. Tinjauan Umum Jamur……….22

D. Tinjauan Umum Ekstraksi………26

E. Antimikroba………31

F. Tinjauan Islam Tentang Penyakit dan Pengobatannya………..36

BAB III METODE PENELITIAN 42-50 A. Jenis Penelitian………..42

B. Variabel Penelitian………42

C. Defenisi Operasional Variabel……….......42

D. Ruang Lingkup dan Batasan………...43

E. Desaian Penelitian……….......44

(9)

G. Prosedur Kerja………....…………..40

H. Analisis Data………..50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 51-67 A. Hasil Penelitian………..51

B. Pembahasan..……….60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 68

A. Kesimpulan………......68

B. Saran………..68

DAFTAR PUSTAKA……….69

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Negatif………...…...15 Tabel 2. Kombinasi Perlakuan Ekstrak Patikan Kebo Pada Mikroba Uji………..…...44

Tabel 3. Rata-rata Diameter Zona Bening (hambatan) Pertumbuhan Bakteri

Staphylocuccus aureus Oleh Ekstrak Daun Patikan Kebo Masa Inkubasi 24 Jam………...……52 Tabel 4. Rata-rata Diameter Zona Bening (hambatan) Pertumbuhan Bakteri

Staphylocuccus aureus Oleh Ekstrak Daun Patikan Kebo Masa

Inkubasi 48Jam……….………..………...52

Tabel 5. Rata-rata Diameter Zona Bening (hambatan) Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli Oleh Ekstrak Daun Patikan Kebo

Masa Inkubasi 24 Jam……….………55

Tabel 6. Rata-rata Diameter Zona Bening (hambatan) Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli Oleh Ekstrak Daun Patikan Kebo

Masa Inkubasi 48 Jam……….………55

Tabel 7. Rata-rata Diameter Zona Bening (hambatan) Pertumbuhan Jamur Candida albicans Oleh Ekstrak Daun Patikan Kebo

Masa Inkubasi 24 Jam……….58

Tabel 8. Rata-rata Diameter Zona Bening (hambatan) Pertumbuhan Jamur Candida albicans Oleh Ekstrak Daun Patikan Kebo

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tumbuhan Patikan kebo (Euphorbia hirta L.)………..…….10

Gambar 2. Bakteri Staphylococcus aureus...18

Gambar 3. Bakteri Escherichia coli……….….…21

Gambar 4. Gambar Candida albicans……….………..25

Gambar 5. Histogram Zona Hambat Bakteri Staphylococcus aureus Masa Inkubasi 24 Jam dan 48 Jam………..53

Gambar 6. Histogram Zona Hambat Bakteri Staphylococcus aureus Masa Inkubasi 24 Jam dan 48 Jam………..56

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 a. Uji analisis sidik ragam (uji F) dan uji Beda Nyata

Terkecil (BNT) Staphylococcus aureus 24 jam………..……….…72

Lampiran 1 b. Uji analisis sidik ragam (uji F) dan uji Beda Nyata

Terkecil (BNT) Staphylococcus aureus 48 jam………..…………...73

Lampiran 1 c. Uji analisis sidik ragam (uji F) dan uji Beda Nyata

Terkecil (BNT) Escherichia coli 24 jam……….……….74

Lampiran 1 d. Uji analisis sidik ragam (uji F) dan uji Beda Nyata

Terkecil (BNT) Escherichia coli.………..…75

Lampiran 1 e. Uji analisis sidik ragam (uji F) dan uji Beda Nyata

Terkecil (BNT) Candida albaicans 24 jam.………..……….….76

Lampiran 1 f. Uji analisis sidik ragam (uji F) dan uji Beda Nyata

Terkecil (BNT) Candida albicans 48 jam………..……….…78

Lampiran 2a. Gambar zona hambat ekstrak daun patikan kebo dalam beberapa

konsentrasi pada bakteri Staphylococcus aureus

masa inkubasi 24 jam………..……….……..80

Lampiran 2b. Gambar zona hambat ekstrak daun patikan kebo dalam beberapa

konsentrasi pada bakteri Staphylococcus aureus

masa inkubasi 48 jam……….……….81

Lampiran 2c. Gambar zona hambat ekstrak daun patikan kebo dalam beberapa

konsentrasi pada bakteri Escherichia coli

masa inkubasi 24 jam……….…...…82

Lampiran 2d. Gambar zona hambat ekstrak daun patikan kebo dalam beberapa

konsentrasi pada bakteri Escherichia coli

masa inkubasi 48 jam……….……...83

Lampiran 2e. Gambar zona hambat ekstrak daun patikan kebo dalam beberapa

konsentrasi pada bakteri Candida albicans

(13)

Lampiran 2f. Gambar zona hambat ekstrak daun patikan kebo dalam beberapa

konsentrasi pada bakteri Staphylococcus aureus

masa inkubasi 48 jam………….………...85

Lampiran 3. Proses Destilasi………...86

Lampiran 4. Hasil Ekstraksi dan Beberapa macam konsentrasi Ekstrak Daun Patikan Kebo (Euphorbia hirta)……….……….86

Lampiran 5. Pembuatan Suspensi Mikroba……….……….87

Lampiran 6. Pengujian Daya Hambat……….……….88

(14)

ABSTRAK

Nama Penulis : Zulkarnain Nim : 60300107013

Judul Skripsi :“Pengaruh Ekstrak Patikan Kebo (Euphorbia hirta L) Terhadap Pertumbuhan Bakteri (Staphylococcus aureus dan Escherichia coli) dan Jamur (Candida albicans)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun patikan kebo (Euphorbia hirta L) dalam menghambat perumbuhan Bakteri (Staphylococcus aureus dan Escherichia coli) dan Jamur (Candida albicans). Dimana penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang disusun dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yaitu dengan memberikan ekstrak Patikan Kebo (Euphorbia hirta L) dalam

beberapa konsentrasi, yaitu konsentrasi 40%, 45%, 50%, 55%, dan 60% serta kontrol

(aquadest) pada bakteri Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan jamur Candida

albicans dengan tiga kali pengulangan. Parameter yang diukur ialah besarnya diameter daya hambat yang terbentuk di sekitar cakram kertas dalam masa 24 jam dan 48 jam. Data yang diperoleh dengan tiga kali pengulangan dan pengamatan 24 jam dan 48 jam menunjukkan bahwa pemberikan ekstrak daun patikan kebo dalam beberapa macam

konsentrasi berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus,

Escherichia coli, dan jamur Candida albicans. Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis

dengan menggunakan analisis sidik ragam (uji-F) pada taraf α 0,05 dan dilanjutkan dengan

menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) α 0,05 dimana diperoleh hasil bahwa

pemberian ekstrak patikan kebo berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan mikroba uji (Staphylococcus aureus, Escherichia coli, dan Candida albicans), yang mana semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun patikan kebo, maka semakin besar pula zona hambat yang

terbentuk di sekitaran paper disk.

Kata kunci: Ekstrak Daun Patikan kebo (Euphorbia hirta L), Staphylococcus aureus,

(15)

ABSTRACT

Nama Penulis : Zulkarnain Nim : 60300107013

Judul Skripsi : “Pengaruh Ekstrak Patikan Kebo (Euphorbia hirta L) Terhadap Pertumbuhan Bakteri (Staphylococcus aureus dan Escherichia coli) dan Jamur (Candida albicans)

The aim of this research is to determine the effect of leaf extract patikan Kebo (Euphorbia hirta L) in inhibiting the growth of bacteria (Staphylococcus aureus and Escherichia coli) and fungi (Candida albicans). it is an experiment research which are prepared by using Completely Randomized Design (CRD) is to give extracts patikan Kebo (Euphorbia hirta L) in several concentrations, they are 40%, 45%, 50%, 55%, and 60% and

distilled water as control on the bacterium Staphylococcus aureus, Escherichia coli, and the

fungus Candida albicans with three repetitions. Parameters to be measured is the

magnitude of the diameter of the inhibition that formed around the paper disk in a period of 24 hours and 48 hours. Data obtained with three times of the repetition and observation 24 hours and 48 hours showed that the leaf extract patikan kebo in several concentration effect

in inhibiting the growth of bacteria Staphylococcus aureus, Escherichia coli, and the fungus

Candida albicans. Furthermore, the data obtained were analyzed by using analysis of

variance (F-test) at α level of 0.05 and continued with using Smallest Real Difference test

(LSD) α 0.05 obtained results that administration of extract patikan kebo significantly

affect to microbial growth test (Staphylococcus aureus, Escherichia coli, and Candida

albicans), and then the higher concentration of leaf extract patikan kebo, the bigger inhibition zone formed around the paper disks.

Key words: The leaf extract patikan Kebo(Euphorbia hirta L), Staphylococcus aureus,

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat obat. Penggunaan tanaman sebagai obat telah dikenal sejak zaman nenek moyang dan telah diwariskan secara turun-temurun. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya tumbuhan berkhasiat di Indonesia yang berjumlah kurang lebih dari 1 juta spesies tumbuhan. Pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tumbuhan berkhasiat obat merupakan pengobatan yang dimanfaatkan dan diakui oleh masyarakat dunia yang menandai kesadaran

untuk kembali ke alam. Indonesia juga dikenal sebagai salah satu mega biodiversity

country dikenal sebagai gudangnya tumbuhan obat. Diduga dari sekitar 30.000 jenis flora yang ada di hutan tropika Indonesia, sekitar 9.600 spesies telah diketahui berkhasiat obat. Dari jumlah tersebut tercatat 283 spesies merupakan tumbuhan obat penting bagi industri obat tradisional1.

Pengobatan tradisional merupakan pengobatan yang menggunakan ramuan obat dari tumbuhan-tumbuhan tertentu yang mudah didapat di pekarangan rumah dan juga tidak mengandung resiko yang membahayakan pasien dan mudah dikerjakan oleh siapa saja dalam keadaan yang mendesak sekalipun. Sebaliknya pengobatan modern mempunyai resiko yang kadang berbahaya bagi kesehatan, susah didapatkan, dan harganya relatif

1

(17)

mahal. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern ternyata tidak menggeser atau

mengesampingkan begitu saja peranan obat–obatan tradisional tetapi justru saling

melengkapi. Hal ini terbukti dari banyaknya peminat pengobatan tradisional2, Salah satunya

adalah patikan kebo (Euphorbia hirta L.).

Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) merupakan suatu tumbuhan liar yang banyak

ditemukan di daerah kawasan tropis. Di Indonesia, tumbuhan Patikan kebo dapat ditemukan di antara rerumputan di tepi jalan, sungai, kebun-kebun, atau tanah pekarangan rumah yang tidak terawat. Biasanya patikan kebo ini hidup jadi satu dengan Patikan Cina (Euphorbia Prostrata) pada ketinggian 1 - 1400 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan patikan kebo mampu bertahan hidup selama 1 tahun dan berkembang biak melalui biji berhadap-hadapan, sedangkan bunganya muncul pada ketiak daun dan hidupnya merambat

(merayap) di tanah3.

Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) saat ini banyak digunakan sebagai obat

tradisonal, misalnya penduduk Surabaya telah terbiasa menggunakan getah tanaman

patikan kebo sebagai obat bagi penyakit bengkak pada kelopak mata4.

Tanaman ini juga telah banyak digunakan sebagai obat tradisional di negara-negara yang terletak di kawasan tropis, seperti Afrika, Asia, Amerika, dan Australia. Tanaman

2

Prapti Utami, Buku Pintar Tanaman Obat (Jakarta: PT Agromedia Pustaka, 2008) h. 2. 3

Ipteknet, Tanaman Obat Indonesia, http://www.iptek.net.id/ind/pd.tanobat/patikan_kerbau (20 Oktober 2010).

4

Racik, Kearifan Tradisional Masyarakat Selamatkan Tumbuhan Obat, Blog Racik,

(18)

tersebut telah dipercaya dapat mengobati berbagai penyakit, seperti disentri, diare, borok,

asma, bronkhitis, demam, penyakit pada alat genital (misalnya gonorrhoea)5.

Hal ini menunjukkan bahwa semua tumbuhan yang ada di muka bumi ini memiliki khasiat dan kegunaan, khususnya patikan kebo yang tumbuhnya liar dan kadang tidak diperhatikan oleh orang-orang, bahkan dianggap sebagai tumbuhan pengganggu (gulma) bagi para petani, ternyata memiliki khasiat yang sangat baik bagi beberapa penyakit.

Sehingga sungguh benarlah firman Allah yang terdapat pada Q.S Ali Imran: 3/191, yang berbunyi:

“Wahai Tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan segala sesuatu dengan sia-sia6”

Ayat di atas sangatlah jelas bahwasanya segala sesuatu yang telah Allah ciptakan di muka bumi ini pasti tidaklah sia-sia, artinya semuanya memiliki manfaat dan kegunaan, bahkan patikan kebo pun yang merupakan gulma yang menurut sebagian orang tidak memiliki manfaat apapun, ternyata memiliki kandungan kimia yang dapat digunakan sebagai salah satu obat tradisional.

Hal ini juga menunjukkan bahwa seiring dengan perkembangan zaman, jenis-jenis penyakit yang ada di muka bumi ini semakin beragam jenisnya. Sehingga diperlukan berbagai macam jenis pengobatan terhadap suatu penyakit. Mulai dari jenis pengobatan

5

Medical Plants, Euphorbia hirta L. http://www.ics.trieste.it/MAPs/MedicinalPlants_Plant. (20 Oktober 2010).

6

(19)

yang modern hingga pengobatan tradisional yang menggunakan bahan-bahan alamiah, baik itu dari hewan maupun dari tumbuhan. yang mana akhir-akhir ini banyak lembaga ilmiah penelitian dan perguruan tinggi mencurahkan perhatiannya terhadap tumbuhan-tumbuhan

di Indonesia dalam rangka mendukung pengembangan pengobatan tradisional Indonesia7.

Salah satu jenis penyakit yang paling sering terjadi adalah penyakit infeksi oleh mikroorganisme. Infeksi adalah proses invasif oleh mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan penyakit. Yang mana tanpa disadari hidup kita sehari-hari tidak pernah luput dari incaran mikroorganisme yang tidak terlihat oleh mata telanjang. Mikroorganisme tersebut berkeliaran di dekat kita. Beberapa jenis tidak berbahaya, namun beberapa jenis yang lain dapat mengancam kesehatan jika masuk ke dalam tubuh kita.

Beberapa mikroorganisme secara umum menyebabkan penyakit manusia terutama hidup pada binatang dan secara tidak sengaja menginfeksi manusia. Misalnya Staphylococcus dan bakteri coliform yang secara khas disebarkan melalui makanan kepada manusia8.

Selain melalui makanan, beberapa bakteri juga disebarkan dari satu orang ke orang

yang lain melalui tangan, misalnya seseorang sebagai pembawa S. Aureus dalam nares

anterior pada rongga hidungnya kemungkinan saat menggosok hidung, membawa staphylococcus pada tangannya dan selanjutnya menyebarkan bakteri tersebut ke bagian

tubuh orang lain, sehingga menimbulkan infeksi9.

7

Sjamsul Arifin Achmad dan Euis Holisotan Hakim, Ilmu Kimia dan Kegunaan Tumbuh-tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5, (Bandung : Penerbit ITB, 2009), h. 1.

8Jawetz, Melnik, dan Adelberg’s,

Mikrobiologi Kedokteran (Jakarta: Salemba Medika, 2005), h. 208.

(20)

Staphylcoccus aureus juga merupakan bakteri patogen yang utama pada manusia.

Hampir setiap orang pernah mengalami berbagai infeksi S. aureus selama hidupnya, dari

keracunan makanan berat atau infeksi kulit yang kecil, sampai infeksi yang tidak bisa

disembuhkan. Infeksi Staphylococcus aureus dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain

melalui selaput mukosa yang bertemu dengan kulit. Bakteri ini dapat menyebabkan

endokarditis, osteomielitis akut hematogen, meningitis, ataupun infeksi paru-paru10.

Selain Staphylococcus aureus yang menyebabkan penyakit adalah bakteri

Escherichia coli. Bakteri ini dapat menyebabkan terjadinya penyakit-penyakit saluran pencernaan makanan, seperti kolera, tipus, disentri, diare, dan penyakit cacingan. Bibit penyakit ini berasal dari feses manusia yang menderita penyakit-penyakit tersebut. Indikator yang menunjukkan bahwa air rumah tangga sudah dikotori feses adalah dengan adanya E.coli dalam air tersebut, karena dalam feses manusia baik sakit maupun sehat terdapat bakteri ini11.

Selain dari jenis bakteri, ada juga dari jenis fungi (jamur) yang dapat menyebabkan

penyakit infeksi. Salah satu jenisnya adalah Candida albicans yang menyebabkan penyakit

Candidiasis. Candidiasis merupakan penyakit jamur yang bersifat akut yang menyerang

mulut, vagina, kuku, dan rektum. Sebenarnya Candidaalbicans secara alami terdapat pada

daerah-daerah tersebut, hanya saja jika pertumbuhannya pesat yang kemudian akan

mengakibatkan peradangan yang disebut dengan candidiasis12.

(21)

Penyakit infeksi tersebut dapat diobati dengan menggunakan antibiotik. Antibiotik adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi, dan bakteri tanah, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Yang mana penggunaan antibiotik secara besar-besaran untuk terapi dan

pengobatan inilah yang merupakan faktor utama terjadinya resistensi13.

Oleh karena itu perlunya sebuah alternatif pengganti antibiotik yang berasal dari tumbuhan yang memiliki toksisitas bagi mikroorganisme penyebab penyakit infeksi, yang

mana dalam hal ini tumbuhan Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.) diharapkan dapat menjadi

salah satu antimikroba alami yang aman dan efektif untuk digunakan dalam mengatasi penyakit infeksi.

Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Yanti Hamdiyati, Kusnadi, Irman

Rahadian mengenai aktivitas antibakteri ekstrak daun patikan kebo (euphorbia hirta)

terhadap pertumbuhan bakteri staphylococcus epidermidis dimana hasil analisis datanya

diketahui bahwa nilai Konsentrasi Hambat Minimum (KHM) ekstrak daun patikan kebo berada pada konsentrasi 20 mg/ml dengan rata-rata diameter daya hambat sebesar 7,67 mm yang berbeda signifikan dengan kontrol negatif, yaitu 6,90 mm. Penghambatan yang terjadi

pada bakteri S. epidermidis membuktikan bahwa daun patikan kebo mengandung senyawa

aktif yang bersifat antibakteri14.

13

Ika Nur Fajariah, Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat Ekstrak Etanol Kayu Secang (caesalpinia sappan l.) Terhadap Staphylcoccus aureus dan Shigella dysenteriae Serta Bioautografinya

(Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiya Surakarta, 2009). 14

(22)

Demikian juga dengan uji pendahuluan yang telah dilakukan bahwa ekstrak

patikan kebo dalam beberapa konsentrasi dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus

aureus, Escherichia coli, dan Candida albicans. Dimana konsentrasi yang digunakan adalah 2%, 5%, 8%, 10%, dan 20%. Untuk hasil yang paling efektif menghambat adalah pada konsentrasi tertinggi, yaitu 20% untuk masing-masing mikroba uji.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah yang dapat diangkat

dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh ekstrak daun patikan kebo (Euphorbia

hirta L.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri (Escherichia coli dan Staphylococcus aureus) dan jamur (Candida albicans)?

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun

patikan kebo (Euphorbia hirta L.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri (Escherichia

coli dan Staphylococcus aureus) dan jamur (Candida albicans).

D. Manfaat

Melalui penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

1. Bagi peneliti, dapat menambah khazanah keilmuan dan pengetahuan tentang

antimikroba yang berasal dari tumbuhan, dalam hal ini Patikan Kebo (Euphorbia

(23)

2. Bagi masyarakat, dapat menjadi tambahan informasi tentang pemanfaatan patikan

kebo (Euphorbia hirta L.) sebagai antimikroba yang efektif dan alami terhadap

penyakit infeksi.

3. Sebagai bahan informasi untuk penelitian lebih lanjut terhadap ekstrak patikan kebo

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Patikan Kebo (Euphorbia hirta L.)

1. Morfologi

Patikan kebo merupakan terna, tegak atau memanjat, tinggi lebih kurang 20

cm, batang berambut, percabangan selalu keluar dan pangkal batang dan tumbuh ke atas, warna merah atau keunguan. Patikan kebo mempunyai warna dominan kecoklatan dan bergetah. Banyak pohonnya memiliki cabang dengan diameter

ukuran kecil15.

Patikan kebo (Euphorbia hirta L.) berbatang lunak, beruas, berbulu, dan

bergetah putih. Warna batangnya adalah hijau kecoklatan. Daun Patikan kebo mepunyai bentuk bulat memanjang dengan taji-taji. Tepi daun bergerigi. Panjang helaian daun mencapai 50 mm dan lebarnya 25 mm. Daunnya yang gampang rapuh berwarna hijau atau hijau kelabu. Perbungaan bentuk bola keluar dan ketiak daun bergagang pendek, berwarna merah kecokelatan. Bunga mempunyai susunan satu bunga betina dikelilingi oleh lima bunga yang masing-masing terdiri atas

empat bunga jantan dan satu bunga betina16.

15

Djauhariya, Endjo, dan Hernani, Gulma Berkhasiat Obat (Jakarta : Penebar Swadaya, 2004), h. 56.

16

G. Kartasapoetra, Budi Daya Tanaman Berkhasiat Obat (Jakarta : Rineke Cipta, 2006), h. 56.

(25)

(Sumber Simplisia, Tanaman Obat Patikan Kebo,

http://www.simplisia.com/simplisia/tanaman-obat/tanaman-obat-patikan-kebo.html).

Gambar 1: Tumbuhan Patikan kebo (Euphorbia hirta L.)

2. Nama daerah

Patikan kebo memiliki beberapa nama daerah diantaranya adalah, Fei Yang Cao (Cina), Amanpat chaiarisi (India); Gelang susu (Malaysia), Patikan Kerbau (Indonesia); Nanangkaan (Sunda), Patikan Kebo, Patikan Jawa (Jawa); Kak sekaan

(Madura), Lobi-lobi (Halmahera)17.

3. Klasifikasi

Regnum : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Classis : Magnoliopsida

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Euphorbiales

Familia : Euphorbiaceae

(26)

Genus : Euphorbia

Species : Euphorbia hirta L18.

4. Kandungan

Patikan kebo mengandung beberapa unsur, diantaranya alkaloid, tanin, senyawa folifenol, flavonoid, asam organik palmitat oleat, asam lanolat, terpenoid eufosterol, tarakseron, myricil alkohol, taraxerol, friedlin, betasitosterol, beta eufol, euforbol, triterpenoid eufol, tirukalol, eufosterol, hentriacontane, dan pada

bunga terdapat alagic acid19.

5. Sifat dan Khasiat

Patikan kebo memiliki sifat agak pahit, asam, sejuk, dan sedikit beracun. Berkhasiat sebagai anti-inflamasi (radang), peluruh air seni, dan menghilangkan gatal (anti-puritik)20.

Allah Swt Menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi dan di langit dengan beraneka ragam, baik jenis maupun manfaatnya, sebagaimana dalam Q.S. an- Nahl: 16/11 Allah berfirman: korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang

18

Syamsiah, Taksonomi Tumbuhan Tinggi (Makassar: Universitas Negeri Makassar, 2009), h. 92. 19

Fauzi R. Kusuma dan B. Muhammad Zaky, Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat (Jakarta: AgroMedia Pustaka, 2005). h. 40.

(27)

demikian itu benarbenar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (Q.s. An-nahl/16: 11)

Ayat di atas menjelaskan bahwa tumbuhan itu terdiri dari berbagai macam jenis. Setiap jenis mempunyai manfaat tersendiri berdasarkan kandungan zat aktif yang terdapat di dalamnya. Seperti tanaman patikan kebo yang mengandung zat-zat aktif yang biasa dimanfaatkan sebagai antibiotik. Manfaat-manfaat tersebut hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang mau memikirkan dan mengkaji secara mendalam tentang kandungannya. Sehingga bisa mempertebal keyakinan akan kebesaran Allah Swt. Dan menambah wawasan akan manfaat keanekaragaman tumbuhan untuk kemaslahatan umat manusia.

6. Kegunaan

Patikan kebo memiliki beberepa kegunaan sebagai pengobatan herbal, diantaranya:

a. Membantu mengatasi radang tenggorokan, bronkitis, dan asma.

b. Mengatasi disentri, radang perut, dan diare.

c. Mengatasi radang kelenjar susu dan payudara bengkak.

d. Mengobati eksim, penyakit kulit atau gatal-gatal.

e. Mengobati luka bakar21.

B. Tinjauan Umum Bakteri

Bakteri merupakan mikrobia prokariotik uniseluler, yaitu suatu struktur sel yang tidak mempunyai inti sejati (inti yang tidak dikelilingi oleh membran inti), sedangkan

21

(28)

komponen genetisnya terdapat di dalam molekul DNA atau RNA tunggal yang berenang

bebas di dalam sitoplasma. Bakteri termasuk dalam kelas Schizomycetes, berkembang biak

secara aseksual dengan pembelahan sel, yang mana bakteri ini tidak berklorofil kecuali ada

beberapa yang bersifat fotosintetik22.

Bakteri merupakan makhluk hidup yang sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Untuk menyelidiki ukuran bakteri, dalam pemeriksaan mikrobiologis biasanya menggunakan satuan mikron, seperti misalnya pada pengukuran virus. Bakteri tersusun atas dinding sel dan isi sel. Di sebelah luar dinding sel terdapat

selubung atau kapsul23.

Bakteri dianggap sebagai organisme paling melimpah di bumi. Mereka tersebar dan menghuni hampir semua tempat: di tanah, air, udara, atau dalam simbiosis dengan organisme lain. Banyak patogen merupakan bakteri. Kebanyakan dari mereka kecil,

biasanya hanya berukuran 0,5-5 μm, meski ada jenis dapat menjangkau 0,3 mm dalam

diameter (Thiomargarita). Mereka umumnya memiliki dinding sel, seperti sel tumbuhan

dan jamur, tetapi dengan bahan pembentuk sangat berbeda (peptidoglikan). Banyak bakteri yang bergerak menggunakan flagela, yang berbeda dalam strukturnya dari flagela

kelompok lain24.

Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif berdasarkan reaksinya terhadap prosedur pewarnaan Gram. Prosedur ini dinamakan sesuai dengan nama seorang histologis, Hans Cristian Gram, yang mengembangkan metode perbedaan warna

22

Hafsah, Mikrobiologi Umum (Makassar: UIN Alauddin, 2009), h. 18. 23

Koes Irianto, Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme (Bandung: Yrama Widya, 2007), h. 56

24“Bakteri”,

(29)

dalam usaha mewarnai bakteri pada jaringan yang terinfeksi25. Mula-mula sel-sel tersebut diwarnai dengan pewarna ungu yang disebut dengan Kristal violet, kemudian preparat itu diberi alkohol atau aseton, selanjutnya diberikan larutan safranin. Dimana bakteri yang tidak luntur warnanya oleh alkohol/aseton disebut dengan bakteri gram positif, sedangkan yang luntur disebut dengan bakteri gram negatif. Pada bakteri Gram positif, kandungan utama dinding sel adalah peptidoglikan dan asam teikoat, sedangkan pada bakteri Gram

negatif dinding sel meliputi peptidoglikan dan membran luar26.

25Jawetz, Melnik, dan Adelberg’s,

Mikrobiologi Kedokteran (Jakarta: Salemba Medika, 2005), h.56. 26

(30)

Berikut adalah perbedaan relatif antara bakteri gram positif dan negatif. Tabel 1. Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif

Ciri Gram Positif Gram Negatif

Struktur Tebal (15-80 nm) Tipis (10-15 nm)

Syarat nutrisi Lebih rumit Relatif sederhana Resistensi Lebih resisten Kurang resisten

(Sumber : Hafsah, Mikrobiologi Umum (Makassar: UIN Alauddin, 2009)

1. Bakteri Gram Positif

Bakteri gram positif adalah bakteri bakteri yang mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna biru atau ungu di bawah mikroskop.

Bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus (bakteri patogen yang umum

pada manusia) hanya mempunyai membran plasma tunggal yang dikelilingi dinding sel tebal berupa peptidoglikan. Sekitar 90% dari dinding sel tersebut tersusun atas peptidoglikan sedangkan sisanya berupa molekul lain bernama asam teikhoat.

Salah satu jenis bakteri yang tergolong dalam kelompok bakteri gram positif

adalah Staphylococcus aureus.

(31)

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan tersusun seperti buah anggur. Pembentukan kelompok ini karena pembelahan sel-sel anaknya cenderung

tetap berada di dekat sel induknya. Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung

pada media pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus

memiliki diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning. Dinding selnya mengandung asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari berat kering dinding selnya. Asam

teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus. Suhu optimum untuk

pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35o – 37o C dengan suhu minimum 6,7o

C dan suhu maksimum 45,4o C. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0 – 9,8 dengan

pH optimum 7,0 – 7,5. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin bila

substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya27.

Staphylococcus aureus mempunyai 4 karakteristik khusus, yaitu faktor virulensi

yang menyebabkan penyakit berat pada normal host, faktor differensiasi yang

menyebabkan penyakit yang berbeda pada sisi atau tempat berbeda, faktor persisten bakteri pada lingkungan dan manusia yang membawa gejala karier, dan faktor

resistensi terhadap berbagai antibiotik yang sebelumnya masih efektif28.

S. aureus merupakan mikroflora normal manusia. Bakteri ini biasanya terdapat

pada saluran pernafasan atas dan kulit. Keberadaan S. aureus pada saluran pernafasan

atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit, individu sehat biasanya

27

Queen Sheeba, Bakteri Staphylococcus aureus, Blog Quen Sheeba, http://queenof sheeba.wordpress.com/2008/07/22/bakteri-staphylococcus-aureus/ (23 Januari 2011).

28

(32)

hanya berperan sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit, luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas sehingga terjadi pelemahan inang.

Infeksi Staphylococcus aureus diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi,

diantaranya bisul, jerawat, pneumonia, dan meningitis. Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini memproduksi nanah, oleh karena itu bakteri ini disebut piogenik.

b. Klasifikasi Ilmiah

Kindom : Plantae

Divisio : Protophyta

Class : Schizomycetes

Ordo : Eubacteriales

Familia : Micrococcaceae

Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus29.

c. Gambar Staphylococcus aureus

29

Garrity GM Bell J.A. and Lilburn, T.G, Taxonomic Outline of The Prokaryotes Bergey’s Manual of

(33)

(Sumber Wikipedia Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/ Staphylococcus aureus).

Gambar 2. Bakteri Staphylococcus aureus

d. Penyakit yang ditimbulkan

Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit seperti infeksi pada folikel rambut dan kelenjar keringat, bisul, infeksi pada luka, meningitis,

endocarditis, pneumonia, phynephritis, dan osteomyelitis. Selain itu,

Staphylococcus aureus dapat menimbulkan infeksi bernanah dan asbes. Infeksinya akan lebih berat bila menyerang anak-anak, usia lanjut dan orang yang daya tahan tubuhnya menurun, seperti penderita penyakit DM (Diabetes militus). Maka hal ini, pencegahan harus dilakukan dengan meningkatkan daya tahan tubuh, salinitas

lingkungan dan kebersihan pribadi30.

2. Bakteri Gram Negatif

30

(34)

Bakteri gram negatif adalah bakteri bakteri yang tidak mampu mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan Gram sehingga akan berwarna merah di bawah mikroskop.

Bakteri gram negatif (seperti E. coli) memiliki sistem membran ganda di mana

membran plasmanya diselimuti oleh membran luar permeabel. Bakteri ini mempunyai dinding sel tebal berupa peptidoglikan, yang terletak di antara membran dalam dan membran luarnya.

Salah satu jenis bakteri yang tergolong dalam kelompok bakteri gram negatif

adalah Escherichia coli.

a. Bakteri Escherichia coli

Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, fakultatif aerob, dan tumbuh baik pada daerah sederhana. Dapat melakukan fermentasi laktosa dan fermentasi glukosa

serta menghasilkan gas. Escherichia coli merupakan flora normal, hidup komensal

di dalam colon manusia dan diduga membantu pembuatan vitamin K yang penting

untuk pembekuan darah31.

Escherichia coli digunakan untuk menilai tentang baik tidaknya persediaan air untuk keperluan rumah tangga. Hal ini penting karena air untuk keperluan rumah tangga sering kali menyebabkan terjadinya epidemi penyakit-penyakit saluran pencernaan makanan, seperti diare, kolera, tifus, disentri, dan penyakit cacing. Bibit penyakit ini berasal dari feses manusia yang menderita penyakit-penyakit tersebut. Karena itu, diusahakan agar air rumah tangga dijaga jangan sampai dikotori feses

31

(35)

manusia, karena mungkin dalam feses manusia itu terdapat bibit-bibit penyakit tersebut32.

b. Klasifikasi Ilmiah

Kingdom : Plantae

Divisio : Protophyta

Classis : Scizomycetes

Ordo : Eubacteriales

Familia : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Species : Escherichia coli 33.

c. Gambar bakteri Escherichia coli

32 Ibid. 33

(36)

(Sumber: Wikipedia Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/Escherichia coli)

Gambar 3. Bakteri Escherichia coli

d. Penyakit yang ditimbulkan

Escherichia coli merupakan flora normal di dalam usus manusia dan akan menimbulkan penyakit bila masuk ke dalam organ atau jaringan lain. Strain (jenis)

tertentu dari Escherichia coli (enteropathogenic Escherichia coli) dapat

menyebabkan penyakit diare. Bakteri ini sering menumbulkan wabah diare pada

anak-anak yang sedang dirawat di rumah sakit. Sebenarnya Escherichia coli

merupakan flora normal di dalam saluran usus, tetapi Escherichia coli tetap

dicurigai sebagai penyebab diare. Hal ini disebabkan ada dua mekanisme yaitu (1) dengan memproduksi enterotoksin yang secara tidak langsung menyebabkan kehilangan cairan dan (2) terjadinya invasi pada lapisan epitelium dinding usus

yang menyebabkan terjadinya peradangan dan kehilangan cairan34.

C. Tinjauan Umum Fungi (Jamur)

34

(37)

Dalam dunia mikrobia, jamur termasuk dalam divisi Mycota (fungi). Mycota

berasal dari kata mykes (bahasa Yunani), disebut juga fungi (bahasa Latin). Ada beberapa

istilah yang dikenal untuk menyebut jamur:

1. Mushrom, yaitu jamur yang dapat menghasilkan badan buah besar, termasuk jamur

yang dapat dimakan.

2. Mold, yaitu jamur yang berbentuk seperti benang-benang.

3. Khamir yaitu jamur yang bersel satu35.

Jamur merupakan mikrobia euakriot yang mempunyai cir-ciri spesifik antara lain: mempunyai inti sel, membentuk spora, tidak berklorofil, saprofit, dan dapat

berkembangbiak secara seksual, amupun aseksual36.

Habitat (tempat hidup) jamur terdapat pada air dan tanah. Cara hidupnya bebas atau

bersimbiosis, tumbuh sebagai saprofit atau parasit pada tanaman, hewan, dan manusia37.

Salah satu jenis jamur (fungi) yang dapat menimbulkan penyakit infeksi adalah Candida albicans. Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk yang berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan kecambah yang akan membentuk hifa semu. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya. Sel

ragi (blastospora) berbentuk bulat, lonjong atau bulat lonjong dengan ukuran 2-5 μm x 3-6

μm hingga 2-5,5 μm x 5-28 μm38.

35

Hafsah, op.cit., h. 28. 36

Yusminah Hala, Muhammad Khalifah M, dan Achmad Abubakar, Biologi Umum I (Makassar: CV Berkah Utami, 2006) h. 105.

37

Hafsah, loc. Cit. 38

(38)

Candida albicans dapat tumbuh pada variasi pH yang luas, tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Jamur ini dapat tumbuh dalam perbenihan pada

suhu 28oC - 37oC. C. albicans membutuhkan senyawa organik sebagai sumber karbon dan

sumber energi untuk pertumbuhan dan proses metabolismenya. Unsur karbon ini dapat diperoleh dari karbohidrat. Jamur ini merupakan organisme anaerob fakultatif yang mampu melakukan metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob maupun aerob. Proses peragian

(fermentasi) pada C. albicans dilakukan dalam suasana aerob dan anaerob. Karbohidrat

yang tersedia dalam larutan dapat dimanfaatkan untuk melakukan metabolisme sel dengan cara mengubah karbohidrat menjadi CO

2 dan H2O dalam suasana aerob

39 .

Pada proses fermentasi, jamur ini menunjukkan hasil terbentuknya gas dan asam pada glukosa dan maltosa, terbentuknya asam pada sukrosa dan tidak terbentuknya asam dan gas pada laktosa. Pada proses asimilasi menunjukkan adanya pertumbuhan pada

glukosa, maltosa dan sukrosa namun tidak menunjukkan pertumbuhan pada laktosa40.

Dinding sel C. albicans berfungsi sebagai pelindung dan juga sebagai target dari

beberapa antimikotik. Dinding sel berperan pula dalam proses penempelan dan kolonisasi serta bersifat antigenik. Fungsi utama dinding sel tersebut adalah memberi bentuk pada sel

dan melindungi sel ragi dari lingkungannya. C. albicans mempunyai struktur dinding sel

yang kompleks, tebalnya 100 sampai 400 nm41.

(39)

Menurut Lodder (1970) dalam Suprihatin (1982), taksonomi Candida albicans adalah sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Divisio : Deuteromycota

Familia : Cryptococcaceae

Sub famili : Candidoidea

Genus : Candida

Species : Candida albicans42

2. Gambar Candida albicans

(Sumber: Wikipedia Indonesia, http://id.wikipedia.org/wiki/ Candida albicans)

Gambar 4. Gambar Candida albicans

3. Penyakit yang ditimbulkan

Candida albicans dapatmenyebabkan penyakit Candidiasis. Candidiasis merupakan penyakit jamur yang bersifat akut yang menyerang mulut, vagina, kuku, dan rektum.

42

(40)

Sebenarnya Candidaalbicans secara alami terdapat pada daerah-daerah tersebut, hanya saja jika pertumbuhannya pesat yang kemudian akan mengakibatkan peradangan yang disebut

dengan kandidiasis/kandidosis. Salah satu jenis kandidosis adalah kandidosis kulit.

Dimana jamur ini sering ditemukan di daerah lipatan, misalnya ketiak, di bawah payudara, lipat paha, lipat pantat dan sela jari kaki. Kulit yang terinfeksi tampak kemerahan, agak basah, bersisik halus dan berbatas tegas. Gejala utama adalah rasa gatal dan rasa nyeri bila

terjadi maserasi atau infeksi sekunder oleh kuman43.

D. Tinjauan Umum Ekstraksi

1. Defenisi

Ekstraksi merupakan proses penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan, dan beberapa jenis dari biota laut. Zat-zat aktif tersebut terdapat di dalam sel, namun sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya, sehingga diperlukan metode ekstraksi dan pelarut tertentu

dalam mengekstraksi44.

2. Mekanisme Kerja

Proses terestraksinya zat aktif dalam tanaman adalah mula-mula pelarut organik akan menembus dinding sel dan masuk ke rongga sel yang mengandung zat aktif, selanjutnya zat aktif terlarut sehingga terjadi perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dan pelarut organik di luar sel. Maka larutan

43

Small Crab, Karakteristik Candida albicans, http://www.smallcrab.com/kesehatan/415-karakteristik-candida-albicans (23 januari 2011).

44

(41)

terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini akan berulang terus hingga terjadi

keseimbangan antara konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel45.

3. Tujuan Ektraksi

Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan mulai terjadi pada lapisan antar muka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut. Tujuan ekstraksi secara umum terdapat empat situasi:

a. Secara kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme.

Dalam kasus ini prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat modifikasi yang sesuai untuk mengembangkan proses atau menyeimbangkan dengan kebutuhan pemakai.

b. Bahan diperiksa untuk menentukan kelompok senyawa kimia tertentu,

misalnya : alkaloid, flavanoid, atau saponin. Dalam situasi ini metode umum yang digunakan untuk senyawa kimia yang diminati dapat diperoleh dari pustaka.

c. Organisme (hewan atau tumbuhan) digunakan dalam pengobatan tradisional

dan biasanya dibuat dengan berbagai cara misalnya Tradisional Chinese

Medicine (TCM) seringkali membutuhkan herba yang dididihkan dalam air

(42)

untuk diberikan sebagai obat. Proses ini harus ditiru sedekat mungkin jika ekstrak akan melalui kajian ilmiah biologi atau kimia lebih lanjut, khususnya jika tujuannya untuk menvalidasi penggunaan obat tradisional.

d. Sifat senyawa yang akan diisolasi belum ditentukan sebelumnya dengan cara

apapun. Situasi ini (umumnya dalam program skrining) dapat timbul jika tujuannya adalah menguji organisme, baik yang dipilih secara acak ataupun yang didasarkan pada penggunaan tadisional untuk mengetahui adanya

senyawa dengan aktivitas biologi tertentu46.

4. Prinsip Ekstraksi

(43)

a. Ekstraksi secara dingin

Ekstraksi secara dingin terdiri atas beberapa macam, yaitu;

1. Metode maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya. Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung komonen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, tiraks dan lilin.

Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan lilin47.

2. Metode Soxhletasi

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon.

Keuntungan metode ini adalah dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan secara langsung,

47

(44)

digunakan pelarut yang lebih sedikit, dan pemanasannya dapat diatur sedangkan kerugian dari metode ini adalah karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian oleh panas dan bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur

ini untuk pergerakan uap pelarut yang efektif48.

3. Metode Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah tambahan yaitu sampel padat telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama

proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien49.

b. Ekstraksi secara panas

1. Metode refluks

Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampel-sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung.

(45)

Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan

sejumlah manipulasi dari operator50.

2. Metode destilasi uap

Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada

tekanan udara normal51.

E. Antimikroba

1. Defenisi

Antimikroba adalah bahan-bahan atau obat-obatan yang digunakan untuk memberantas infeksi mikroba pada manusia termasuk diantaranya antibiotika, antiseptika, desinfektan, dan preservatif. Obat-obat yang digunakan untuk membasmi mikroorganisme yang menyebabkan infeksi pada manusia, hewan, maupun tumbuhan harus bersifat toksisitas selektif, artinya obat atau zat tersebut harus bersifat toksik terhadap mikroorganisme penyebab penyakit tetapi relatif tidak toksik terhadap hospes atau inang52.

(46)

menimbulkan penyakit serta merusak bahan pangan. Antibakteri termasuk kedalam

antimikroba yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri53.

2. Prinsip Kerja Antimikroba

Suatu antimikroba memperlihatkan toksisitas yang selektif, dimana obatnya lebih toksik terhadap mikroorganismenya dibandingkan pada sel hospes atau inangnya. Hal ini dapat terjadi karena pengaruh obat yang selektif terhadap mikroorganisme atau kerena obat pada reaksi-reaksi biokimia yang penting dalam sel parasit lebih unggul daripada pengaruhnya terhadap hospes. Disamping itu juga struktur sel

mikroorganisme berbeda dengan struktur sel manusia (hospes atau inang)54.

Mekanisme kerja antibakteri yaitu:

a. Merusak dinding sel yaitu dengan menghambat pembentukan dan mengubahnya

setelah selesai terbentuk. Contoh: penisilin.

b. Mengganggu permeabilitas sel yaitu dengan merusak membran sel. Fungsi

membran sel adalah mempertahankan bahan-bahan dalam sel serta mengaturaliran keluar masuknya bahan lain. Adanya kerusakan pada membran ini mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel. Contoh: polimiksin.

c. Merubah molekul protein dan asam nukleat yaitu dengan mendenaturasikan

protein dan asam nukleat sehingga kerusakan sel tidak dapat diperbaiki lagi karena hidup suatu sel tergantung pada molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan alamiah. Contoh: fenolat dan persenyawaan fenolat.

53“Antibakteri”, Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas, http://id.wikipedia.org/wiki/antibakteri. (20 Oktober 2010).

54

(47)

d. Menghambat kerja enzim dengan mengganggu reaksi biokimiawi. Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme sel. Contoh: sulfonamid.

e. Menghambat sintesis asam nukleat dan protein. Gangguan pada pembentukan atau

fungsi-fungsi DNA, RNA dan protein dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel, karena zat-zat tersebut memegang peranan penting dalam proses kehidupan

normal sel. Contoh: tetrasiklin55.

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kerja zat antimikroba menurut

Pelczar adalah sebagai berikut56:

a. Konsentrasi atau intensitas zat antimikroba

Semakin tinggi konsentrasi suatu zat antimikroba semakin tinggi zat antimikrobanya, artinya banyak bakteri akan terbunuh lebih cepat bila konsentrasi zat tersebut lebih tinggi.

b. Jumlah mikroorganisme

Semakin banyak jumlah organisme yang ada makin banyak pula waktu yang diperlukan untuk membunuhnya

c. Suhu

(48)

Spesies mikroorganisme menunjukkan ketahanan yang berbeda-beda terhadap suatu bahan kimia tertentu.

e. Adanya bahan organik

Adanya bahan organik asing dapat menurunkan keefektifan zat kimia antimikrobial dengan cara menginaktifkan bahan kimia tersebut. Adanya bahan organik dalam campuran zat antimikrobial dapat mengakibatkan Penggabungan zat antimikrobial dengan bahan organik membentuk produk yang tidak bersifat antimicrobial, Penggabungan zat antimikrobial dengan bahan organik menghasilkan suatu endapan sehingga antimikrobial tidak mungkin lagi mengikat mikroorganisme , dan akumulasi bahan organik pada permukaan sel mikroba menjadi suatu pelindung yang akan mengganggu kontak antara zat antimicrobial sengan sel.

f. Keasaman atau kebasaan (pH)

Mikroorganisme yang hidup pada pH asam dapat dibasmi pada suhu yang lebih rendah dan dalam waktu yang lebih singkat bila dibandingkan dengan mikroorganisme yang sama di dalam lingkungan yang basa.

3. Sifat Antimikroba

Antimikroba memiliki 2 sifat utama, yaitu;

a. Bakteriostatik

(49)

b. Bakteriosida

Zat atau bahan yang dapat membunuh mikroorganisme (bakteri). Dalam hal ini jumlah mikroorgansime (bakteri) akan berkurang atau bahkan akan habis dan tidak dapat lagi melakukan multiaplikasi atau berkembang biak. Contoh dari

bakteriosida adalah penisilin sefalosporin, dan neomisin57.

Bahan antimikrobial dapat bersifat bakteriostatik pada konsentrasi yang rendah, namun bersifat bakterisida pada konsentrasi tinggi. Bahan kemoterapeutik yang baik adalah mempunyai daya mematikan mikroba, namun tidak menyebabkan keracunan pada induk atau inang yang menggunakan bahan tersebut58.

Selain itu antibiotika juga memiliki beberapa sifat yang lain, yaitu mengahambat atau membunuh patogen tanpa merusak sel inang, tidak menyebabkan resintensi pada kuman (bakteri), memiliki sprektum yang luas efektif digunakan bagi banyak spesies bakteri, baik kokus (bulat), basil (batang), maupun spiral (koma), tidak bersifat alergenik atau menimbulkan efek samping bila dipergunakan dalam jangka waktu yang lama, tetap aktif dalam plasma, cairan

badan atau eksudat, larut di dalam air serta stabil59.

Kebanyakan zat antimikroba yang efektif kerjanya mengganggu sintesis, penyusunan atau fungsi komponen-komponen makromolekul sel, seperti

57

M. Natsir Djide dan Sartini, op.cit., h. 328. 58

Lud Waluyo, Teknik Metode Dasar Mikrobiologi (Malang : UMM Press, 2008), 59Ibid.,

(50)

penghambatan pembentukan dinding sel oleh polimiksin, penghambatan sintesis

protein oleh kloramfenikol60.

F. Tinjauan Islam Tentang Penyakit dan Pengobatannya

Allah SWT sebagai Sang Pencipta alam ini menciptakan semuanya dengan tidak sia-sia, akan tetapi memiliki maksud dan tujuan tersendiri, sehingga dari situ kita akan memperoleh hikmah dan manfaat. Seperti halnya Allah SWT menciptakan kita di muka bumi ini selain untuk mengabdi dan menyembah kepadanya, Dia juga menginginkan kita untuk senantiasa menggali potensi yang ada pada diri kita, salah satunya adalah potensi keilmuan yang kita miliki.

Tuhan selalu menginginkan hamba-Nya untuk selalu berfikir dalam menghadapi hambatan dan permasalahan hidup agar kita tidak tinggal diam menghadapinya, akan tetapi dengan membuat perubahan yang bermanfaat sehingga kita dapat mengatasinya. Allah SWT berfirman pada Q.S. Yunus: 10/57:



Hai sekalian manusia telah datang kepadamu pelajaran dari tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman61.

60

Koes Irianto, op.cit., h. 93.

61

(51)

Pada ayat tersebut terdapat kata-kata “telah datang pelajaran dari tuhanmu dan

penyembuh bagi penyakit-penyakit”. Kutipan ini merupakan sebuah pertanda dan isyarat

yang diberikan Allah kepada hamba-Nya yang berilmu untuk senantiasa menggali dan mengembangkan potensi keilmuan yang kita miliki, terlebih lagi dalam hal pengobatan penyakit yang berasal dari alam, baik itu berasal dari tumbuh-tumbuhan, maupun dari hewan-hewan serta organisme lainnya. Selain itu hal ini juga akan membuat kita berfikir bahwa semua penyakit yang ada hanya dapat sembuh jikalau Allah SWT mengizinkannya,

sebagaimana dalam firman-Nya dalam Q.S. Asy-Syuaraa’: 26/80:



Dan apabila aku sakit, maka dialah yang menyembukanku62.

Ayat tersebut di atas merupakan bantahan yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim kepada para penyembah berhala pada saat itu, bahwa segala macam penyakit itu hanya dapat disembuhkan atas seizin Allah, yang juga memberikan pelajaran bagi kita bahwa penyakit akan sembuh berkat izin Allah tetapi prosesnya tidak langsung terjadi begitu saja, melainkan Allah menyuruh kita untuk senantiasa berusaha dan berihktiar untuk mencari pengobatannya, karena Allah tidak menginginkan kita untuk berpangku tangan dan menunggu kejaiban datang menghampiri kita. Sehingga Ayat ini juga memotifasi kita untuk senantiasa mengembangkan pengetahuan tentang penyakit dan pengobatannya,

62Ibid

(52)

khususnya pengobatan herbal atau tumbuhan alami yang tidak memerlukan biaya yang banyak untuk mengobati suatu penyakit.

Allah SWT menurunkan penyakit ke muka bumi ini bersamaan juga dengan obat atau penawar dari penyakit tersebut, sebagaimana yang dijelaskan dalam salah satu hadits Nabi Muhammad SAW yang mengatakan bahwa setiap penyakit ada obatnya.

Diriwayatkan oleh Abi Hurairah r.a bahwa Rasulullah bersabda :

)يساخبنا هاوس( َءاَّذنا َلَزْنَأ يِزَّنا َءاَوَّذنا ُالله َلَزْنَأ

Artinya :

…..Allah yang menurunkan penyakit, dan Dia juga yang menurunkan obatnya.(HR. Bukhari).63

Diriwayatkan pula oleh Muslim dari Jabir r.a bahwa Rasulullah bersabda :

)مهسم هاوس( َىناَعَت ِالله ِنْرِإِب َأَشَب ِءاَّذنا ُءاَوَد َبْيِصُأ اَرِإَف ،ٌءاَوَد ٍءاَد ِّمُكِن

Artinya :

Setiap penyakit ada obatnya. Dan jika suatu obat mengenai tepat pada penyakitnya, ia akan sembuh dengan izin Allah Ta`alaa.(HR. Muslim)64.

Hadits nabi tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa setiap penyakit pasti memiliki obat. Oleh karena itu tugas dari kita adalah menggali dan mencari tahu tentang pengobatan dari suatu penyakit yang Allah turunkan, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan melakukan penelitian tentang pengobatan alamiah (herbal) yaitu dengan memanfaatkan tumbuhan sebagai penyembuh dari suatu penyakit.

63

Imam az- Zabidi, Ringkasan Shahih Bukhari (Bandung: Mizan, 2008), h. 833. 64

(53)

Hal ini adalah merupakan salah satu bentuk usaha dan ikhtiar kita untuk tidak berpangku tangan dalam menghadapi penyakit, karena Allah sangat melarang hambanya untuk berpasrah diri tanpa melakukan usaha apapun dalam mengahadapi suatu penyakit.

Sekalipun telah kita sadari bahwa kesembuhan itu berasal dari Allah, tetapi kita harus ingat kembali bahwa Allah menurunkan penyakit dan dia juga yang menurunkan obatnya yang berarti bahwa ada pesan tersirat dari hadits nabi tersebut bagi kita untuk mencari obat dari penyakit tersebut karena kesembuhan tidak datang dengan sendirinya. Perlu juga kita ketahui bahwa obat tidak lain hanyalah merupakan perantara atau faktor penyebab kesembuhan dari Allah, sebagai media ikhtiar dan usaha demi mematuhi Sunnatullah dan hukum alam yang berlaku.

G. Kerangka Teori

(54)

H. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ekstrak patikan kebo (Euphorbia hirta L.)

berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan bakteri (Escherichia coli dan

Staphylococcus aureus) dan jamur (Candida albicans).

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, yaitu melihat pengaruh ekstrak

patikan kebo (Euphorbia hirta L.) terhadap pertumbuhan bakteri (Escherichia coli dan

Staphylococcus aureus) dan jamur (Candida albicans).

B. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua macam variabel, yaitu:

1. Variabel bebas, yaitu ekstrak patikan kebo (Euphorbia hirta L.)

2. Variabel terikat, yaitu pertumbuhan bakteri (Escherichia coli dan Staphylococcus

(55)

C. Defenisi Operasional Variabel

1. Ekstrak patikan kebo (Euphorbia hirta L.) adalah ekstrak atau cairan yang diperoleh

dari hasil penyaringan dan destilasi daun patikan kebo (Euphorbia hirta L.) dengan

menggunakan pelarut etanol 96%, dimana diperoleh hasil destilasi sebesar 100% yang selanjutnya akan diencerkan menjadi beberapa macam konsentrasi sesuai dengan perlakuan.

2. Pertumbuhan bakteri (Escherichia coli dan Staphylococcus aureus) dan jamur

(Candida albicans) adalah kemampuan tumbuh dan berkembangbiak dari bakteri (Escherichia coli dan Staphylococcus aureus) secara invitro yang diinokulasikan

pada medium NA (Nutrien Agar) dan jamur (Candida albicans) pada medium PDA

(Potato Dekstrosa Agar) dan telah diberikan ekstrak patikan kebo dalam beberapa

macam konsentrasi yang ditandai dengan adanya zona hambat pada paper disk.

D. Ruang Lingkup dan Batasan

1. Ekstrak patikan kebo (Euphorbia hirta L.) diperoleh dari hasil penyaringan dan

destilasi daun patikan kebo dengan menggunakan pelarut etanol 96%.

2. Pertumbuhan bakteri bakteri (Escherichia coli dan Staphylococcus aureus) dan

jamur (Candida albicans) ditentukan dengan melihat besar zona bening atau zona

hambat yang terdapat pada daerah sekeliling paper disk yang telah dijenuhkan

(56)

3. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 21 Juni hingga12 Juli Juni 2011 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

E.Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang diberikan ekstrak patikan kebo dengan perlakuan sebagai berikut:

a. A0 = kontrol negatif (dijenuhkan dalam aquadest)

b. A1 = konsentrasi ekstrak patikan kebo 40%

c. A2 = konsentrasi ekstrak patikan kebo 45%

d. A3 = konsentrasi ekstrak patikan kebo 55%

e. A4 = konsentrasi ekstrak patikan kebo 55%

f. A5 = konsentrasi ekstrak patikan kebo 60%

Dimana untuk masing-masing biakan (mikroba) uji diberikan kode B untuk Staphylococcus aureus, kode C untuk Escherichia coli, dan kode D untuk Candida albicans, sebagaimana yang ditunjukkan pada tabel 2.

Tabel 2. Kombinasi Perlakuan Ekstrak Patikan Kebo Pada Mikroba Uji

No Kode Perlakuan

1 A0 Kontrol (aquadest)

2 A1B Konsentrasi 40% patikan kebo pada S.aureus

3 A2B Konsentrasi 45% patikan kebo pada S.aureus

4 A3B Konsentrasi 50% patikan kebo pada S.aureus

5 A4B Konsentrasi 55% patikan kebo pada S.aureus

6 A5B Konsentrasi 60% patikan kebo pada S.aureus

7 A1C Konsentrasi 40% patikan kebo pada E. coli

8 A2C Konsentrasi 45% patikan kebo pada E. coli

Gambar

Tabel 4. Rata-rata Diameter Zona Bening (hambatan) Pertumbuhan Bakteri
Gambar 1. Tumbuhan Patikan kebo  (Euphorbia hirta L.)…………………………..…….10
Gambar 1: Tumbuhan Patikan kebo  (Euphorbia hirta L.)
Tabel 1. Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian Hasil Belajar Fisika adalah proses pengumpulan informasi/bukti tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam ranah sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan,

ARIMA merupakan uji linear yang istimewa, dalam membuat peramalan model ini sama sekali mengabaikan variabel independen karena model ini menggunakan model sekarang dan

Basis data ( database ) merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan lainnya, tersimpan diperangkat keras komputer dan menggunakan perangkat lunak

Tujuan: Untuk mengetahui penggunaan diagram lingkaran kreteria kelayakan medis dalam konseling, mampu mengidentifikasi kriteria medis klien, dapat membantu klien

Provinsi Lampung nomenklatur Susuanan Organisasi, dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Lampung ditetapkan dalam peraturan Daerah

Apabila ingin mengubah jawaban, Saudara dapat memberikan tanda dua garis mendatar (=) pada jawaban Saudara kemudian Saudara dapat mengganti jawaban tersebut dengan memberi tanda

Penelitian ini digunakan sebagai informasi dan referensi dalam hal minat yang ditimbulkan untuk menonton bioskop dilihat dari faktor-faktor yang akan

This panel will examine the practices of architecture and urban planning in contemporary Southeast Asia to contribute to the knowledge on architecture and urban of