ii SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Stella Maxda Juwita NIM : 058114135
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
v
Bagiku …
“Hidup ini adalah keajaiban dan anugrah tak ternilai yang diberikan
Tuhan kepadaku. Apapun yang aku alami, baik yang membuatku tersenyum
bahagia hingga menangis sekalipun adalah bagian dari rencana-Nya yang
terbaik bagiku. Hal ini yang selalu mengingatkanku supaya selalu
bersyukur untuk semuanya…”
Kupersembahkan karya kecil ini kepada
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala rahmat dan keajaiban yang selalu hadir disetiap hari-hariku
Papa dan Mama Tersayang atas doa, kasih sayang dan pengorbanan yang tak henti-hentinya mengalir
kapanpun dan di manapun aku berada
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Stella Maxda Juwita
Nomor Mahasiswa : 058114135
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
”Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors Fase Administrasi Dan Drug Therapy Problems Pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 (Kajian Terhadap Penggunaan Obat Golongan Anti-emetik)” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk me-nyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di In-ternet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 6 Februari 2009
Yang menyatakan
vi Prakata
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Evaluasi Masalahan Utama Kejadian Medication Errors Fase Administrasi dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 (Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan Antiemetik)” ini dengan baik. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana farmasi pada program studi Ilmu Farmasi, Jurusan Farmasi, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Skripsi ini akhirnya dapat terselesaikan berkat doa, dukungan, kerja sama dan ilmu dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi, dosen pembimbing penelitian payung dan dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, dukungan, semangat dan saran yang sangat berharga dalam proses penyusunan skripsi.
2. dr. Luciana Kuswibawati, M.Kes. selaku dosen pembimbing dan dosen penguji yang telah memberikan bimbingan, dukungan, semangat dan saran yang sangat berharga dalam proses penyusunan skripsi.
vii
yang telah memberikan bimbingan selama penulis melakukan pengambilan data untuk penelitian ini.
6. Semua perawat yang bertugas di Bangsal kelas III RS. Bethesda Yogyakarta atas bantuan selama proses pengambilan data penelitian ini.
7. Kepala dan segenap staf Instalasi Rekam Medik RS. Bethesda Yogyakarta atas bantuan selama proses pengambilan data penelitian ini.
8. Papa dan Mama Tercinta untuk semua doa, kasih sayang, perjuangan dan pengorbanan yang tulus sepanjang hidup penulis.
9. Adikku tersayang Edo dan Abel yang selalu memberikan keceriaan dan kebahagiaan dalam setiap waktu.
10. Inosensius Wisely atas segala cinta, perhatian, motivasi, dukungan, semangat dan saran yang diberikan kepada penulis selama ini.
11. Tara, Donald, Rony atas persahabatan, keceriaan dan kebersamaannya selama ini.
12. Vivi, Andin, Bambang, Welly, Sekar dan Nolen untuk kebersamaan, bantuan, dukungan selama penelitian berlangsung hingga proses penyusunan skripsi. 13. Sahabatku Francisca Tri Wituningtyas atas dukungan, motivasi dan saran
viii
14. Sahabatku Monica Cinthya Paramanindita atas semua doa, dukungan dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis selama ini.
15. Sahabatku Lussy Andriany untuk persahabatan kita selama ini. Penulis tidak akan melupakan perjuangan kita bersama beberapa tahun yang lalu.
16. Teman-teman kelas C 2005 dan FKK 2005 atas kebersamaan dan kekompakannya selama ini.
17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar skripsi ini memjadi lebih baik lagi. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
x INTISARI
Patient safety merupakan suatu hal yang harus ditangani dengan tepat karena menyangkut keselamatan pasien. Mengingat hal tersebut, maka sangatlah penting untuk melakukan observasi kejadian riil mengenai Medication Errors (ME) dan Drug Therapy Problems (DTP).
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui masalah utama terjadinya ME fase administrasi dan DTP pada penggunaan obat golongan antiemetik di RS Bethesda Yogyakarta. Tujuan tambahan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan profil kasus (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan jenis penyakit); profil terapi kasus (jumlah obat keseluruhan, jenis obat golongan antiemetik, rute pemberian, serta aturan pakai obat (dosis / kekuatan obat dan frekuensi)); dan mengetahui permasalahan yang muncul saat penggunaan obat meliputi ME fase administrasi dan DTP apa saja yang benar-benar terjadi. Penelitian ini termasuk jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif evaluatif yang bersifat prospektif.
Kasus yang dievaluasi berjumlah 23 kasus. ME fase administrasi yang ditemukan : administration error sebanyak 8 kasus, dosis keliru sebanyak 8 kasus, salah menulis instruksi sebanyak 1 kasus, instruksi verbal dijalankan keliru sebanyak 1 kasus, dan kontraindikasi sebanyak 5 kasus. DTP yang ditemukan : perlu obat tambahan sebanyak 1 kasus, dosis terlalu rendah sebanyak 8 kasus, interaksi obat sebanyak 12 kasus, dan compliance sebanyak 2 kasus. Masalah utama kejadian ME fase administrasi dan DTP pada kasus adalah kurang optimalnya peran apoteker di bangsal dalam monitoring penggunaan obat kepada pasien secara langsung.
Kata kunci : medication errors, drug therapy problems, antiemetik
xi Problems (DTP).
The major purpose of this research is to know the main problem that causes ME in administration phase and DTP of antiemetic drug use in the Bethesda Yogyakarta hospital. Whereas the additional purpose is to describe the case’s profile (related to age, sexes, education’s degree, job’s type, and disease’s type), the therapy case’s profile (the number of all used medicine, the type of antiemetic medicine, giving route, directions (doses and number of giving medicine)), to know the problems which are appeared in using medicine including administration phase of ME and what kinds of DTP which is happened. It is a kind of non-experimental research with evaluative descriptive design that has perspective characteristic.
The number of whole cases is 23 cases. In administration phase of ME, it is found that there are 8 cases of administration error, 8 cases in wrong dose, 1 case in writing wrong direction, 1 case in applying wrong verbal direction, 5 cases in contradictions. And in DTP, it is found that there is 1 case in needing additional medicine, 8 cases in dose too low, 12 cases in drug interactions, and 2 cases in compliance. The main problem in administration phase of ME and DTP is the lack of pharmacists’s roles in the monitoring of drug use directly on the patient.
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PRAKATA ... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ix
INTISARI ... x
ABSTRACT ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... Xxi DAFTAR LAMPIRAN ... xxii
BAB I PENGANTAR ... 1
A. Latar Belakang ... 1
1.Permasalahan ... 3
2.Keaslian penelitian ... 3
3.Manfaat penelitian ... 5
B. Tujuan Penelitian ... 5
1.Tujuan utama ... 5
2.Tujuan tambahan ... 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 7
xiii
2.Etiologi ………... 11
3.Patofisiologi ………... 12
4.Gambaran klinis ……… 12
D. Penatalaksanaan Terapi ……….. 13
1.Tujuan terapi ……….. 13
2.Sasaran terapi ……… 13
3.Terapi ………. 13
E. Keterangan Empiris ……… 17
BAB III METODE PENELITIAN ... 18
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 18
B. Definisi Operasional ... 18
C. Variabel Penelitian ... 20
D. Subyek Penelitian ... 20
E. Bahan Penelitian ... 21
F. Alat Penelitian ... 21
G. Lokasi Penelitian ... 22
H. Tata Cara Pengumpulan Data ... 22
1.Tahap orientasi ... 22
2.Tahap pengambilan data ... 22
xiv
I. Tata Cara Analisis Hasil ……… 24
J. Kesulitan Penelitian ………... 26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………... 27
A. Profil Kasus yang Menerima Obat Golongan Antiemetik …………. 28
1.Berdasarkan kelompok umur ... 28
2.Berdasarkan jenis kelamin ... 29
3.Berdasarkan pendidikan terakhir ... 30
4.Berdasarkan pekerjaan ... 31
5.Berdasarkan penyakit ... 32
B. Profil Terapi Kasus yang Menerima Obat Golongan Antiemetik ... 35
1.Profil terapi secara umum ... 35
2.Profil terapi secara khusus ... 40
C. Evaluasi Medication Errors (ME) Fase Administrasi ... 43
1.ME administration error ... 44
2.ME dosis keliru ... 45
3.ME salah menulis instruksi ... 46
4.ME instruksi verbal dijalankan keliru ... 47
5.ME kontraindikasi ... 47
D. Evaluasi Drug Therapy Problems (DTP) ... 48
1.DTP perlu obat tambahan ... 50
2.DTP dosis terlalu rendah ... 50
3.DTP interaksi obat ... 50
xv
3.Wawancara dengan apoteker ... 63
F. Rangkuman Pembahasan ... 64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68
A. Kesimpulan ... 68
B. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 70
LAMPIRAN... 72
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel I. Bentuk-bentuk Medication Error (Dwiprahasto dan Kristin, 2008) ………. 7 Tabel II. Taksonomi & kategorisasi Medication Error Versi the
National Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention NCCMERP, 1998) ………… 8 Tabel III. Penyebab-penyebab Drug Therapy Problems (DTP) (Strand
et.al., 2004) ………. 9 Tabel IV. Obat golongan antiemetik berdasarkan Formularium RS
Bethesda Yogyakarta ... 14 Tabel V. Informasi mengenai domperidon sebagai antiemetik
berdasarkan British National Formulary ... 14 Tabel VI. Informasi mengenai metoclopramid sebagai antiemetik
berdasarkan Drug Information Handbook dan British National Formulary ... 15 Tabel VII. Informasi mengenai ondansetron sebagai antiemetik
Berdasarkan Drug Information Handbook dan British National Formulary ... 16 Tabel VIII. Pengelompokan Kasus di Bangsal Kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 Berdasarkan Diagnosis ... 33 Tabel IX. Pengelompokan Kasus di Bangsal Kelas III RS Bethesda
xvii
Tabel XII. Golongan dan Jenis Obat Antihistamin yang Diterima
oleh Kasus ……… 37
Tabel XIII. Golongan dan Jenis Obat Gangguan Saluran Cerna yang Diterima oleh Kasus ………. 37 Tabel XIV. Golongan dan Jenis Obat Gangguan Saluran Pernafasan
yang Diterima oleh Kasus ……… 37 Tabel XV. Golongan dan Jenis Obat Gangguan Saluran Urinari
yang Diterima oleh Kasus ……… 38 Tabel XVI. Golongan dan Jenis Obat Sistem Kardiovaskuler yang
Diterima oleh Kasus ……… 38 Tabel XVII. Golongan dan Jenis Obat Sistem Endokrin dan
Metabolik yang Diterima oleh Kasus ……… 38 Tabel XVIII. Golongan dan Jenis Obat Sistem Neuromuskular yang
Diterima oleh Kasus ………..….. 39 Tabel XIX. Golongan dan Jenis Obat Gizi dan Darah yang Diterima
oleh Kasus ……… 39
Tabel XX. Daftar Obat Golongan Lain-Lain yang Diterima oleh
Kasus ………... 40
xviii
berdasarkan Jenis Obat ... 41 Tabel XXII. Pengelompokan Kasus di Bangsal Kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 berdasarkan Rute Pemberian Obat ... 41 Tabel XXIII. Pengelompokkan Kasus di Bangsal Kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 berdasarkan Kekuatan Obat dan Frekuensi Penggunaan ………. 42 Tabel XXIV. Pengelompokkan Kejadian ME di Bangsal Kelas III RS
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 ………. 44 Tabel XXV. Kelompok Kasus ME Administration Error pada Kasus di
Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus
2008 ……… 44
Tabel XXVI. Kelompok Kasus ME Dosis Keliru pada Kasus di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 …. 46 Tabel XXVII. Kelompok Kasus ME Salah Menulis Instruksi pada Kasus di
Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus
2008 ………... 46
Tabel XXVIII. Kelompok Kasus ME Instruksi Verbal Dijalankan Keliru pada Kasus di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 ……….. 47 Tabel XXIX. Kelompok Kasus ME Kontraindikasi pada Kasus di Bangsal
Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 …. 48 Tabel XXX. Pengelompokkan Kejadian DTP pada Kasus di Bangsal
xix
Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus
2008 ……… 50
Tabel XXXIII. Kelompok Kasus DTP Interaksi Obat pada Kasus di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 ... 51 Tabel XXXIV. Kelompok Kasus DTP Compliance pada Kasus di Bangsal
Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 ... 52 Tabel XXXV. Contoh Analisis DTP pada Kasus di Bangsal Kelas III RS
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 ……….. 53 Tabel XXXVI. Contoh Analisis DTP pada Kasus di Bangsal Kelas III RS
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 ……….. 54 Tabel XXXVII. Contoh Analisis DTP pada Kasus di Bangsal Kelas III RS
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 ………..…… 55 Tabel XXXVIII. Contoh Analisis DTP pada Kasus di Bangsal Kelas III RS
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 ……….. 56 Tabel XXXIX. Contoh Analisis DTP pada Kasus di Bangsal Kelas III RS
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 ……….. 57 Tabel XL. Contoh Analisis DTP pada Kasus di Bangsal Kelas III RS
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 ……… 58 Tabel XLI. Contoh Analisis DTP pada Kasus di Bangsal Kelas III RS
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 ……….. 59 Tabel XLII. Contoh Analisis DTP pada Kasus di Bangsal Kelas III RS
xx
xxi
domperidon, dan ondansetron ... 16 Gambar 3. Bagan Kedudukan Penelitian Kajian Terhadap Penggunaan
Obat Golongan Antiemetik dalam Penelitian Payung …………. 27 Gambar 4. Persentase Kasus di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus 2008 berdasarkan Kelompok Umur ………… 29 Gambar 5. Persentase Kasus di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus 2008 berdasarkan Jenis Kelamin ………. 30 Gambar 6. Persentase Kasus di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus 2008 berdasarkan Tingkat Pendidikan Terakhir 31 Gambar 7. Persentase Kasus di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus 2008 berdasarkan Jenis Pekerjaan ……… 32 Gambar 8. Persentase Kasus di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus 2008 berdasarkan Diagnosis ……….. 33 Gambar 9. Persentase Kasus di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus 2008 berdasarkan Jenis Penyakit ……… 34 Gambar 10. Persentase Kasus di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta
Periode Agustus 2008 berdasarkan Jenis Obat ……… 41 Gambar 11. Persentase Kejadian ME pada Kasus di Bangsal Kelas III RS
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 ……….. 43 Gambar 12. Persentase Kejadian DTP pada Kasus di Bangsal Kelas III RS
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Rekam Medis Kasus di Bangsal Kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 ……….. 72 Lampiran 2. Data Home Visit Kasus di Bangsal Kelas III RS Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 ... 106 Lampiran 3. Rangkuman Hasil Wawancara dengan Dokter ………... 107 Lampiran 4. Rangkuman Hasil Wawancara dengan Perawat …………...….. 108 Lampiran 5. Rangkuman Hasil Wawancara dengan Apoteker ……….…….. 114 Lampiran 6. Daftar Obat Antiemetik yang Digunakan di Bangsal Kelas III
1
A. Latar Belakang
Patient safety merupakan isu kritis dan harus ditangani dengan tepat karena menyangkut keselamatan pasien. Patient safety menjadi tanggung jawab berbagai pihak yang terkait dengan perawatan pasien, terutama adalah health care team (dokter, perawat, farmasis, ahli gizi, fisioterapis, dan lainnya) termasuk keluarga pasien dan juga pemerintah terkait dengan sistem kesehatan nasional. Mengingat isu mengenai paradigma baru patient safety, maka sangatlah penting melakukan observasi kejadian riil tentang Medication Errors dan Drug Therapy Problems pada pasien sehingga dapat disusun suatu strategi pelaksanaan patient safety tersebut.
Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang seharusnya dapat dicegah dan proses tersebut masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan (NCCMERP, 1998). Sementara itu, Drug Therapy Problems adalah suatu permasalahan atau kejadian yang tidak diharapkan atau yang kemungkinan akan dialami pasien selama proses terapi akibat penggunaan obat, sehingga mengganggu tujuan terapi yang diinginkan (Cipolle and Strand, 2004).
2
saluran cerna, infeksi, neurologi, ataupun penyakit metabolik. Nausea dan vomiting dapat pula terjadi pada kondisi kehamilan, cancer chemotherapy, serta pada pasien yang menggunakan obat-obat sitostatika. Sebagai contoh, nausea dan vomiting terjadi pada 70% pasien dengan inferior myocardial infarction atau diabetic ketoasidosis. Selain itu 80% - 90% terjadi pada pasien dengan acute pancreatitis atau acute appendicitis (DiPiro dan Taylor,2005). Melihat kondisi tersebut, maka penggunaan obat golongan antiemetik untuk terapi nausea dan vomiting merupakan permasalahan medis yang perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga dapat menekan kejadian ME dan DTP.
Penelitian ini dilakukan di RS Bethesda Yogyakarta, sebagai bentuk kerjasama antara Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dengan pihak RS Bethesda Yogyakarta dalam rangka peningkatan pelayanan farmasi klinis di rumah sakit. Pada tahun 2007 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma juga mengadakan penelitian di rumah sakit ini. Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta merupakan salah satu rumah sakit swasta tipe B dengan akreditasi ISO 9000 versi 2001 dan merupakan rumah sakit swasta terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Rumah sakit ini mempunyai 7 orang apoteker yang telah menjalankan beberapa kegiatan pelayanan farmasi klinis. Selain itu, apoteker-apoteker di RS Bethesda Yogyakarta telah memiliki program yang mengarah pada patient safety.
1. Permasalahan
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah : ”apakah yang menjadi masalah utama terjadinya ME fase administrasi dan DTP pada penggunaan obat golongan antiemetik di RS Betesdha Yogyakarta?” dan beberapa permasalahan tambahan yang ingin diamati sebagai pendukung permasalahan utama adalah :
a. seperti apakah profil kasus yang menerima obat golongan antiemetik di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta yang menerima obat golongan antiemetik periode Agustus 2007 meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan jenis penyakit?
b. seperti apakah profil terapi kasus yang menerima obat golongan antiemetik di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 meliputi jumlah obat keseluruhan, jenis obat golongan antiemetik, rute pemberian, serta aturan pakai obat (dosis / kekuatan obat dan frekuensi)? c. Seperti apakah permasalahan yang muncul saat penggunaan obat meliputi
Medication Error fase administrasi dan Drug Therapy Problems apa saja yang benar-benar terjadi pada pasien berdasarkan pengamatan prospektif pada subyek peneltian?
2. Keaslian penelitian
4
Medication Errors, Drug Therapy Problems, ataupun antiemetik telah dilakukan oleh beberapa peneliti lain dengan judul :
a. Studi Potensial Medication Error pada Peresepan di Bangsal Anak di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Februari – April 2003 (Ditinjau dari Aspek Transcribing : Kesulitan Membaca Tulisan pada Resep dan Kesulitan Membaca Penulisan Angka Desimal) (Nurdin, 2005). Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada fase ME yang diteliti. Penelitian ini melihat kejadian ME pada fase transcribing. Selain itu, waktu penelitian di sini juga berbeda, yaitu dilakukan pada periode Februari – April 2003.
b. Evaluasi Drug Therapy Problems pada Pengobatan Pasien Stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Tahun 2005 (Krismayanti, 2007). Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada kriteria subjek penelitian. Pada penelitian ini, subjek yang diteliti adalah pasien stroke. Drug Therapy Problems yang dievaluasi juga berbeda, karena pada penelitian ini dilakukan evaluasi pada DTP obat tidak diperlukan dan DTP obat salah sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh penulis, tidak dilakukan evaluasi pada kedua jenis DTP ini. Selain itu lokasi dan waktu penelitian juga berbeda, yaitu di instalasi rawat inap RS Panti Rapih Yogyakarta pada periode tahun 2005.
diteliti adalah pasien yang mengalami mual dan muntah pasca kemoterapi kanker payudara dan servik. Selain itu, waktu penelitian di sini juga berbeda, yaitu dilakukan pada periode tahun 2004 – 2005.
3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi untuk mendeskripsikan ME fase administrasi dan DTP yang riil terjadi pada pasien yang menerima obat golongan antiemetik di RS Bethesda Yogyakarta.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan untuk pengambilan keputusan oleh farmasis dalam mempraktekkan pharmaceutical care dan menerapkan isu patient safety di rumah sakit, secara khusus RS Bethesda Yogyakarta dan secara umum rumah sakit di Indonesia yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pelayanan terapi obat.
B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan utama
Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui masalah utama terjadinya ME fase administrasi dan DTP pada penggunaan obat golongan antiemetik di RS Bethesda Yogyakarta.
2. Tujuan tambahan
6
a. menggambarkan profil kasus yang menerima obat golongan antiemetik di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta yang menerima obat golongan antiemetik periode Agustus 2007 meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan jenis penyakit.
b. menggambarkan profil terapi kasus yang menerima obat golongan antiemetik di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 meliputi jumlah obat keseluruhan, jenis obat golongan antiemetik, rute pemberian, serta aturan pakai obat (dosis / kekuatan obat dan frekuensi). c. mengetahui permasalahan yang muncul saat penggunaan obat meliputi
7
A. Medication Error
Medication error adalah suatu kesalahan dalam proses pengobatan yang seharusnya dapat dicegah dan proses tersebut masih berada dalam pengawasan dan tanggung jawab profesi kesehatan (Cohen, 1991), pasien atau konsumen (Basse & Myers, 1998). Dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004 disebutkan bahwa pengertian medication error adalah kejadian yang merugikan pasien, akibat pemakaian obat selama dalam penanganan tenaga kesehatan yang sebetulnya dapat dicegah.
Tabel I. Bentuk-bentuk Medication Error (Dwiprahasto dan Kristin, 2008)
Prescribing Transcribing Dispensing Administration
• Kontraindikasi • Duplikasi • Tidak terbaca • Instruksi tidak
jelas • Instruksi
keliru
• Instruksi tidak lengkap • Penghitungan
dosis keliru
•Copy error •Dibaca keliru •Ada instruksi
yang terlewatkan •Mis-stamped •Instruksi tidak
dikerjakan •Instruksi verbal diterjemahkan salah •Kontraindikasi •Extra dose •Kegagalan
mencek instruksi •Sediaan obat
buruk •Instruksi penggunaan obat tidak jelas •Salah menghitung dosis •Salah memberi
label
•Salah menulis instruksi •Dosis keliru •Pemberian obat
di luar instruksi •Instruksi verbal dijalankan keliru
• Administration error
• Kontraindikasi • Obat tertinggal di
samping bed • Extra dose • Kegagalan
mencek instruksi • Tidak mencek
identitas pasien • Dosis keliru • Salah menulis
instruksi • Patient off unit • Pemberian obat di
luar instruksi • Instruksi verbal
8
Tabel II. Taksonomi & kategorisasi Medication Error Versi the National
Coordinating Council for Medication Error Reporting and Prevention
(NCCMERP, 1998) Tipe error Kategori Keterangan
NO ERROR A Keadaan atau kejadian yang potensial menyebabkan terjadinya error
ERROR-NO HARM
B Error terjadi, tetapi obat belum mencapai pasien
C Error terjadi, obat sudah mencapai pasien tetapi tidak menimbulkan risiko
Obat mencapai pasien dan sudah terlanjut diminum/digunakan Obat mencapai pasien tetapi belum sempat diminum/digunakan D Error terjadi dan konsekuensinya diperlukan monitoring terhadap
pasien, tetapi tidak menimbulkan risiko (harm) pada pasien
ERROR-HARM
E Error terjadi dan pasien memerlukan terapi atau intervensi serta menimbulkan risiko (harm) pada pasien yang bersifat sementara F Error terjadi & pasien memerlukan perawatan atau perpanjangan
perawatan di rumahsakit disertai cacat yang bersifat sementara G Error terjadi dan menyebabkan risiko (harm) permanen
H Error terjadi dan nyaris menimbulkan kematian (mis. Anafilaksi, henti jantung)
ERROR-DEATH
I Error terjadi dan menyebabkan kematian pasien
Kejadian medication error dibagi dalam 4 fase, yaitu fase prescribing, fase transcribing, fase dispensing dan fase administration. Medication error yang menjadi fokus penelitian ini adalah fase administration.
B. Drug Therapy Problems
Tabel III. Penyebab-penyebab Drug Therapy Problems (DTP) (Strand et.al., 2004)
No. Jenis DTP Contoh Penyebab DTP
1
Ada indikasi tetapi tanpa
obat (need for additional drug
therapy)
•Timbulnya kondisi medis baru memerlukan tambahan obat baru
•Kondisi kronis memerlukan terapi lanjutan terus-menerus
•Kondisi yang memerlukan terapi kombinasi
•Pasien potensial timbul kondisi medis baru yang perlu dicegah atau terapi profilaksi.
2
Ada obat tanpa indikasi (unnecessary
therapy)
•Terapi yang diperoleh sudah tidak valid saat itu
•Terapi dengan dosis toksik
•Penyalahgunaan obat, merokok, dan alkohol
•Terapi sebaiknya non-farmakologi
•Polifarmasi yang sebaiknya terapi tunggal
•Terapi efek samping akibat suatu obat yang sebenarnya dapat digantikan dengan yang lebih aman
3
Pemilihan obat salah (wrong
drug)
•Obat yang digunakan bukan yang efektif / paling efektif
•Pasien alergi atau kontraindikasi
•Obat efektif tetapi relatif mahal atau bukan yang paling aman
•Obat sudah resisten terhadap infeksi
•Kondisi sukar sembuh dengan obat yang sudah pernah diperoleh perlu mengganti obat
•Kombinasi obat yang salah.
4
Dosis terlalu rendah (dose too low)
•Dosis terlalu rendah
•Waktu pemberian yang tidak tepat, misalnya profilaksis antibiotika untuk operasi
•Obat, dosis, rute, atau formulasi yang kurang sesuai untuk pasien
5
Efek obat merugikan (adverse drug reaction) dan interaksi obat
•Obat diberikan terlalu cepat
•Risiko yang sudah teridentifikasi karena obat tertentu
•Pasien alergi atau reaksi indiosinkrasi
•Bioavalibilitas atau efek obat diubah oleh obat lain atau makanan.
•Interaksi obat karena induksi atau inhibisi enzim, penggeseran dari tempat ikatan, atau dengan hasil laboratorium
6
Dosis terlalu tinggi (dose too
high)
•Dosis terlalu besar, kadar obat dalam plasma melebihi rentang terapi yang diharapkan
•Dosis dinaikkan terlalu cepat
•Obat terakumulasi karena terapi jangka panjang
•Obat, dosis, rute, atau formulasi yang kurang sesuai untuk pasien
•Dosis dan interval pemberian misalnya analgesik bila perlu diberikan terus
7
Ketaatan pasien (compliance)/ gagal menerima
obat
•Pasien gagal menerima obat yang sesuai karena medication error
•Pasien tidak menuruti aturan yang ditetapkan secara sengaja maupun karena tidak mengerti maksudnya
10
Drug Therapy Problems adalah suatu permasalahan atau kejadian yang tidak diharapkan atau yang kemungkinan akan dialami pasien selama proses terapi akibat penggunaan obat, sehingga mengganggu tujuan terapi yang diinginkan. Identifikasi Drug Therapy Problems merupakan fokus penentuan dan keputusan akhir yang dibuat dalam tahapan proses pelayanan pasien. Drug Therapy Problems merupakan konsekuensi dari kebutuhan akan obat yang kurang tepat, yang juga merupakan sesuatu yang sentral dalam pharmaceutical care practice (Cipolle and Strand, 2004).
C. Nausea dan Vomiting
Gambar 1. Anatomi Saluran Cerna (Stitham dan Mason, 2008)
1. Definisi
epigastrik yang menandakan akan segera terjadi muntah. Vomiting umumnya didefinisikan sebagai pengeluaran atau semburan isi lambung melalui mulut yang keluar secara paksa (DiPiro dan Taylor, 2005).
Nausea dan vomiting bukanlah suatu penyakit, melainkan suatu gejala yang dapat menyertai berbagai kondisi. Nausea dan vomiting umumnya tidak serius, namun ketika nausea dan vomiting diduga karena efek dari keracunan ataupun terdapat ciri seperti vomiting lebih dari 24 jam, terdapat darah pada muntahan, terjadi nyeri perut yang parah, vomiting disertai sakit kepala dan kekakuan pada leher, atau adanya tanda-tanda terjadi dehidrasi, seperti mulut kering, frekuensi berkemih kurang atau urin pekat, maka kejadian nausea dan vomiting menjadi serius dan diperlukan penanganan yang lebih intensif (Anonim, 2008).
2. Etiologi
Nausea dan vomiting dapat terjadi dalam berbagai macam kondisi, misalnya pada penyakit saluran cerna, infeksi, neurologi, ataupun penyakit metabolik. Nausea dan vomiting dapat pula terjadi pada kondisi kehamilan, cancer chemotherapy, serta pada pasien yang menggunakan obat-obat sitostatika. Sebagai contoh, nausea dan vomiting terjadi pada 70% pasien dengan inferior myocardial infarction atau diabetic ketoasidosis. Selain itu 80% - 90% terjadi pada pasien dengan acute pancreatitis atau acute appendicitis.
12
peningkatan tekanan intracranial. Penyakit lain pada anak yang bersamaan dengan vomiting meliputi pyloric stenosis, duodenal ulcer, stress ulcer, Reye’s sindrom yang biasanya diikuti dengan emesis secara terus menerus. Selain itu terdapat pula obat yang dapat menginduksi terjadinya nausea dan vomiting, misalnya pada obat-obat sitotoksik (DiPiro dan Taylor, 2005).
3. Patofisiologi
Tiga fase dari emesis meliputi nausea, reching, dan vomiting. Nausea adalah kecenderungan untuk memutahkan. Reching adalah bekerjanya otot yang berkenaan dengan dada dan perut sebelum terjadi vomiting. Fase terakhir dari emesis adalah vomiting yang merupakan semburan isi lambung yang disebabkan oleh retroperistalsis dari gastrointestinal (DiPiro dan Taylor, 2005).
4. Gambaran klinis a. Umum
Tergantung pada tingkat keparahan gejala b. Gejala
Pada kondisi sederhana, gejala akan sembuh dengan sendirinya, dapat membaik secara spontan dan hanya membutuhkan terapi simtomatik. Akan tetapi, pada keadaan kompleks, gejala tidak dapat membaik setelah pemberian antiemetik. Dapt pula terjadi kemunduran secara progresif dengan terjadinya ketidakseimbangan cairan elektrolit tubuh.
Pada kondisi sederhana, penanda berupa keluhan tidak nyaman dari pasien. Pada kondisi yang kompleks, dapat terjadi penurunan berat badan, demam, maupun nyeri perut.
d. Test laboratorium
Tidak terdapat pemeriksaan laboratorium pada kondisi yang sederhana. Pada kondisi kompleks, pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah konsentrasi serum elektrolit dan evaluasi gastrointestinal atas dan / atau bawah. e. Informasi lain
Informasi lain yang diperlukan dalam kasus nausea dan vomiting adalah jumlah pemasukan dan pengeluaran cairan, riwayat pengobatan, kebiasaan atau perubahan yang tampak, seperti terjadinya sakit kepala, nyeri, ataupun stress (DiPiro dan Taylor, 2005).
D. Penatalaksanaan Terapi 1. Tujuan terapi
a. meringankan atau menghilangkan gejala b. mencegah keparahan
2. Sasaran terapi
Gejala nausea dan vomiting 3. Terapi
14
hydroxyzine, meclizine, metoclopramid, ondansetron, palonosetron, prochloperazine, promethazine, dan trimethobenzamide.
Berdasarkan Formularium RS Bethesda Yogyakarta, obat golongan antiemetik yang digunakan adalah :
Tabel IV. Obat Golongan Antiemetik berdasarkan Formularium RS Bethesda Yogyakarta
Jenis Obat Nama Obat
metoclopramid Primperan®
domperidon Vomitas® ; Vometa FT® ondansetron Narfoz® ; Zofran®
Pada tabel IV, V, dan VI, akan dipaparkan informasi mengenai obat golongan antiemetik, dalam hal ini domperidon, metoclopramid, dan ondansetron.
Tabel V. Informasi mengenai domperidon sebagai Antiemetik berdasarkan
British National Formulary
Variabel Informasi
Indikasi nausea dan vomiting, dispepsia, GERD.
Kontraindikasi Prolactinoma, penurunan fungsi hepar, berbahaya ketika terjadi peningkatan motilitas gastrointestinal. Efek samping Efek ekstrapiramidal, peningkatan konsentrasi
prolaktin, ruam.
Dosis Oral : dewasa lebih dari 35 kg, 10 – 20 mg, 3 – 4 ksli perhari.
Rektal (supositoria) : dewasa lebih dari 35 kg, 60 mg, sehari dua kali.
Interaksi obat • Analgesik : efek domperidon pada aktivitas di gastrointestinal antagonis dengan analgesik narkotika ; domperidon meningkatkan absorpsi parasetamol (efek ditingkatkan)
• Antimuskarinik : efek domperidon pada aktivitas di gastrointestinal antagonis dengan antimuskarinik
Tabel VI. Informasi mengenai metoclopramid sebagai Antiemetik berdasarkan Drug Information Handbook dan British National Formulary
Variabel Informasi
Indikasi Terapi simtomatik pada diabetic gasric stasis, GERD. Pencegahan dan / atau terapi nausea dan vomiting yang berhubungn dengan kemoterapi atau kondisi pasca operasi. Faktor resiko
kehamilan
B
Kontraindikasi Obstruksi gastrointestinal, perforasi satu hemoragi, 3-4 hari pasca pembedahan gastrointestinal, phaeochromocytoma, riwayat seizures.
Efek samping Kardiovaskuler, CNS, dematologi, endokrin dan metabolik, gastrointestinal, genitourinari, hematologi, hepatic, ocular, pernafasan.
Dosis GERD : oral : 10-15 mg/dosis, 4x/hari , 30 menit sebelum makan. Single dose 20 mg.
diabetic gasric stasis : oral : 10 mg, 30 menit sebelum makan. Injeksi (untuk kondisi parah) : 10 mg, 1-2 menit.
Emesis yang diinduksi kemoterapi : injeksi : 1-2 mg/kg, 30 menit sebelum kemoterapi, selanjutnya setiap 3 jam untuk 3 dosis.
Nausea dan Vomiting pasca operasi : injeksi : 10 – 20 mg sebelum operasi berakhir.
Interaksi obat • Analgesik : metoclopramid meningkatkan laju absorpsi aspirin (efek ditingkatkan) ; efek metoclopramid pada aktivitas di gastrointestinal antagonis dengan analgesik narkotika ; metoclopramid meningkatkan absorpsi parasetamol (efek ditingkatkan)
• Antimuskarinik : efek metoclopramid pada aktivitas di gastrointestinal antagonis dengan antimuskarinik • Antipsikotik : peningkatan resiko efek samping
ekstrapiramidal ketika metoclopramid diberikan bersama antipsikotik.
• Atovaquone : metoclopramid menurunkan konsentrasi plasma atovaquone.
• Ciclosporin : metoclopramid meningkatkan konsentrasi plasma ciclosporin.
• Dopaminergik : peningkatan resiko efek samping ekstrapiramidal ketika metoclopramid diberikan bersama amantadine
• Muscle relaxants : metoclopramid meningkatkan efek suxamethonium
16
Tabel VII. Informasi mengenai ondansetron sebagai Antiemetik berdasarkan
Drug Information Handbook dan British National Formulary
Variabel Informasi
Indikasi Pencegahan nausea dan vomiting berhubungan dengan kemoterapi atau kondisi pasca operasi. Faktor resiko kehamilan B
Efek samping Konstipasi, sakit kepala, seizures, nyeri dada, arrythmias, hipotensi, dan bradikardi. Sediaan supositoria dapa mengiritasi rektal.
Dosis Pencegahan nausea dan vomiting karena kemoterapi sitotoksik : oral : 200 mg, satu jam sebelum terapi, injeksi : 200 mg, 30 detik, infus intravena : 100 mg 30 menit sebelum terapi.
Gambar 2. Bagan Titik Tangkap Mekanisme Aksi metoclopramid, domperidon, dan ondansetron
Impuls afferent
Reseptor serotonergik Reseptor dopaminergik
Reseptor kolinergik
Reseptor histaminik
Reseptor opiat
Reseptor neurokinin benzodiazepinReseptor
Pusat sensor
(chemoreseptor trigger zone (CTZ))
Impuls eferent
pusat saliva, faring, otot perut
menginduksi vomit
metoclopramid dan ondansetron
menghambat
metoclopramid dan domperidon
E. Keterangan Empiris
18 BAB III
METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication
Errors dan Drug Therapy Problems pada Pasien RS Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus 2008 (Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan Antiemetik)
merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan deskriptif
evaluatif yang bersifat prospektif.
Rancangan penelitian deskriptif evaluatif karena mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang diperoleh kemudian dievaluasi berdasarkan studi
pustaka dan hasilnya ditampilkan dalam bentuk tabel dan gambar. Penelitian ini
bersifat prospektif karena tidak mengambil data yang sudah ada, melainkan secara
langsung mengikuti keadaan kasus selama mendapatkan perawatan di RS dan
mengamati penggunaan obat pada pasien setelah keluar dari rumah sakit, yaitu
dilakukan dengan home visit (selama periode penelitian).
B. Definisi Operasional
1. Masalah utama adalah suatu hal yang merupakan penyebab utama terjadinya
ME fase administrasi dan DTP.
2. Drug Therapy Problems adalah setiap masalah yang ditemukan selama masa
pengobatan yang dapat mengganggu tercapainya tujuan terapi, dimana
tambahan, dosis terlalu rendah, efek samping obat dan interaksi obat, dosis
terlalu tinggi dan kepatuhan pasien (compliance).
3. Fase admistrasi (di rumah sakit) merupakan fase dimana obat yang ada di
bangsal diberikan oleh tenaga kesehatan terkait dan digunakan oleh pasien.
4. Fase administrasi (di tempat tinggal pasien) merupakan fase dimana obat
telah sampai kepada pasien dan digunakan di tempat tinggal pasien.
5. Periode Agustus 2008 pada penelitian ini dimulai dari tanggal 4 Agustus s.d.
4 September 2008.
6. Kasus dalam penelitian ini adalah pasien yang menerima resep dan
menggunakan obat golongan antiemetik dibangsal dewasa kelas III Rumah
Sakit Bethesda Yogyakarta periode Agustus 2008.
7. Lembar catatan medis adalah catatan pengobatan dan perawatan pasien yang
memuat data tentang karakteristik pasien meliputi usia, jenis kelamin, alamat,
diagnosis, instruksi dokter, catatan keperawatan, catatan penggunaan obat,
hasil laboratorium, lama perawatan, dan lembar resume pasien dewasa yang
menerima obat golongan antiemetik di RS Bethesda Yogyakarta periode
Agustus 2008.
8. Adverse drug reactions adalah efek samping obat yang timbul akibat terapi
obat yang tidak dapat dicegah kejadiannya.
9. Evaluasi dosis berdasarkan sumber referensi dari buku Drug Information
Handbook (Lacy, Armstrong, Goldman, dan Lance, 2006) dan British
20
10. Interaksi obat yang dilihat dalam penelitian ini adalah interaksi antar obat
dalam resep yang diberikan kepada pasien berdasarkan sumber referensi Drug
Interaction Fact (Tatro, 2001) dan British National Formulary 48 (Anonim,
2004).
11. Evaluasi kontraindikasi berdasarkan sumber referensi dari buku Drug
Information Handbook (Lacy, Armstrong, Goldman, dan Lance, 2006) dan
British National Formulary (Anonim, 2004).
12. Home visit adalah pengamatan penggunaan obat dan kondisi pasien setelah
keluar dari rumah sakit tanpa melakukan intervensi, yang dilakukan pada
pasien yang diberi dan kemudian menyetujui informed consent.
13. Aktual adalah kejadian ME fase administrasi atau DTP yang sudah
benar-benar terjadi.
14. Potensial adalah kejadian ME fase administrasi atau DTP yang belum tentu
terjadi, namun terdapat kecenderungan untuk terjadi.
C. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel
independent yaitu masalah-masalah yang menyebabkan terjadinya ME fase
administrasi dan DTP.
D. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah pasien yang dirawat inap di RS Bethesda
pasien yang dirawat di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta yang
menerima terapi berupa obat golongan antiemetik pada bulan Agustus 2008.
Kriteria eksklusi subyek penelitian adalah pasien yang tidak bersedia melanjutkan
bekerja sama. Jumlah subyek penelitian yaitu 20-50 pasien (rawat inap) dan
minimal 20% dari jumlah subyek penelitian untuk pasien home visit. Pasien home
visit adalah pasien rawat inap yang sudah keluar dari rumah sakit dan diberi serta
menyetujui informed consent. Pemberian informed consent dipilih khusus pasien
yang bertempat tinggal di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, kecuali
Kabupaten Gunung Kidul. Khusus untuk subyek wawancara, selain pasien juga
meliputi dokter, perawat, dan apoteker yang ada di bangsal dewasa kelas III RS
Bethesda Yogyakarta.
E. Bahan Penelitian
Bahan penelitian yang digunakan adalah lembar catatan medis pasien yang
menerima terapi berupa obat golongan antiemetik dan dirawat di bangsal dewasa
kelas III RS Bethesda Yogyakarta Yogyakarta periode Agustus 2008 yang ditulis
oleh dokter, perawat, dan apoteker. Selain itu digunakan pula bahan penelitian
berupa hasil wawancara dengan pasien, dokter, perawat, dan apoteker.
F. Alat Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan beberapa alat, yaitu : (1). Form
pemantauan pasien; (2). Form penggunaan obat pasien; (3). Panduan wawancara
22
G. Lokasi Penelitian
Penelitian Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication Errors dan
Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode
Agustus 2008 (Kajian terhadap Penggunaan Obat Golongan Antiemetik)
dilakukan di bangsal dewasa kelas III (bangsal B, C, D, E, F, H, dan J) RS
Bethesda Yogyakarta untuk pasien rawat inap dan di tempat tinggal pasien untuk
pasien rawat jalan.
H. Tata Cara Pengumpulan Data 1. Tahap orientasi
Pada tahap ini dilakukan analisis situasi, yaitu presentasi dan diskusi
dengan tim patient safety RS Bethesda Yogyakarta, yang diwakili oleh seorang
dokter dan beberapa apoteker serta mencari informasi mengenai penggunaan obat
golongan antiemetik di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta. Tujuan
dari tahap orientasi ini adalah untuk memaparkan secara detail mengenai
penelitian yang akan dilakukan serta mencari teknis pengambilan data yang sesuai
agar tidak mengganggu aktivitas di bangsal tersebut. Pada tahap orientasi juga
dilakukan validasi bahasa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang nantinya akan
digunakan dalam wawancara kepada dokter, perawat, apoteker, dan pasien.
2. Tahap pengambilan data a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung kepada
identitas, riwayat pengobatan yang sedang dilakukan, data medis berupa diagnosis
dan terapi, serta data tanda vital dan data laboratorium (Rovers et.al., 2003,
Tietze, 2004). Bila diperlukan data dapat dikonfirmasikan dengan wawancara
kepada pasien atau keluarga pasien dan/atau tenaga kesehatan terkait (dokter,
perawat, dan apoteker). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
merupakan teknik non-random (nonprobabilitas sampel) tipe consecutive
sampling.
b. Tahap wawancara
Pada proses ini dilakukan wawancara terhadap dokter, perawat, apoteker,
dan pasien / keluarga pasien. Data hasil wawancara digunakan sebagai data
penunjang untuk membantu mendeskripsikan hasil penelitian.
3. Tahap penyelesaian data a. Pengolahan data
Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dengan beberapa
keterangan, yaitu identitas pasien meliputi nomor catatan medis dan umur; tanggal
masuk rumah sakit dan tanggal keluar rumah sakit; terapi obat yang diberikan
meliputi nama obat, rute pemberian, dan aturan pakai; data tanda vital; data
laboratorium; dan daftar penggunaan obat oleh pasien di bangsal dewasa kelas III
RS Bethesda Yogyakarta yang menerima obat golongan antiemetik. Data tersebut
digunakan untuk identifikasi ME fase administrasi dan DTP yang mungkin terjadi
24
b. Evaluasi data
Evaluasi kejadian ME fase administrasi dan DTP pada kasus di bangsal
dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta berdasarkan Drug Information
Handbook (Lacy, Armstrong, Goldman, dan Lance, 2006), British National
Formulary 48, dan Drug Interaction Fact (Tatro, 2001).
I. Tata Cara Analisis Hasil
Data dibahas secara evaluatif dengan bantuan tabel atau gambar seperti
di bawah ini.
1. Persentase umur dikelompokkan menjadi dewasa (17 tahun – 64 tahun) dan
geriatri (≥ 65 tahun), dihitung dengan cara menghitung jumlah kasus pada
tiap kelompok dibagi jumlah keseluruhan kasus di bangsal dewasa kelas III
RS Bethesda Yogyakarta kemudian dikalikan 100%.
2. Persentase jenis kelamin dikelompokkan menjadi kasus dengan jenis kelamin
laki-laki dan perempuan, dihitung dengan cara menghitung jumlah kasus pada
tiap kelompok dibagi jumlah keseluruhan kasus di bangsal dewasa kelas III
RS Bethesda Yogyakarta kemudian dikalikan 100%.
3. Persentase pendidikan terakhir dihitung dengan cara menghitung jumlah
kasus pada tiap kelompok dibagi jumlah keseluruhan kasus di bangsal dewasa
kelas III RS Bethesda Yogyakarta kemudian dikalikan 100%.
4. Persentase jenis pekerjaan dihitung dengan cara menghitung jumlah kasus
pada tiap kelompok dibagi jumlah keseluruhan kasus di bangsal dewasa kelas
5. Persentase jenis penyakit dihitung dengan cara menghitung jumlah kasus
pada tiap kelompok dibagi jumlah keseluruhan kasus di bangsal dewasa kelas
III RS Bethesda Yogyakarta kemudian dikalikan 100%.
6. Persentase jumlah obat keseluruhan dihitung dengan cara menghitung jumlah
kasus pada tiap kelompok dibagi jumlah keseluruhan kasus di bangsal dewasa
kelas III RS Bethesda Yogyakarta kemudian dikalikan 100%.
7. Persentase jenis obat golongan antiemetik dihitung dengan cara menghitung
jumlah kasus pada tiap kelompok dibagi jumlah keseluruhan kasus di bangsal
dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta kemudian dikalikan 100%.
8. Persentase rute pemberian dihitung dengan ketentuan setiap temuan yang
didapat dihitung sebagai satu kasus. Masing-masing kelompok dihitung
dengan cara menghitung jumlah kasus yang ditemukan pada tiap kelompok
dibagi jumlah keseluruhan kasus di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Yogyakarta kemudian dikalikan 100%.
9. Persentase aturan pakai dihitung dengan ketentuan setiap temuan yang
didapat dihitung sebagai satu kasus. Masing-masing kelompok dihitung
dengan cara menghitung jumlah kasus yang ditemukan pada tiap kelompok
dibagi jumlah keseluruhan kasus di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Yogyakarta kemudian dikalikan 100%.
10. Persentase kejadian ME fase administrasi dihitung dengan ketentuan setiap
temuan yang didapat dihitung sebagai satu kasus. Masing-masing kelompok
26
kelompok dibagi jumlah keseluruhan kasus di bangsal dewasa kelas III RS
Bethesda Yogyakarta kemudian dikalikan 100%.
11. Persentase kejadian DTP dihitung dengan ketentuan setiap temuan yang
didapat dihitung sebagai satu kasus. Masing-masing kelompok dihitung
dengan cara menghitung jumlah kasus yang ditemukan pada tiap kelompok
dibagi jumlah keseluruhan kasus di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Yogyakarta kemudian dikalikan 100%.
J. Kesulitan Penelitian
Selama pengambilan data hingga pengolahan data, peneliti menemui
beberapa kesulitan, antara lain kurangnya pengalaman peneliti dalam membaca
tulisan dokter maupun perawat pada lembar catatan medis. Selain itu terdapat
beberapa istilah dalam lembar catatan medis yang tidak dimengerti oleh peneliti.
Kesulitan-kesulitan tersebut dapat diatasi dengan bantuan perawat maupun
apoteker yang ada di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta.
Kesulitan lain yang dihadapi oleh peneliti adalah saat mendeskripsikan
profil kasus dan profil terapi kasus serta proses evaluasi kejadian ME fase
administrasi dan DTP. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa data yang tidak
lengkap dalam lembar catatan medis pasien, seperti diagnosa utama, dosis obat,
27
Penelitian mengenai Evaluasi Masalah Utama Kejadian Medication
Errors dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit Bethesda
Yogyakarta Periode Agustus 2008 (Kajian Terhadap Penggunaan Obat Golongan
Antiemetik) ini merupakan bagian dari penelitian payung dengan judul ” Evaluasi
Masalah Utama Kejadian Medication Errors dan Drug Therapy Problems pada
Pasien Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008”. Penelitian
payung ini selain memuat subjudul kajian terhadap obat golongan antiemetik, juga
memuat tujuh subjudul lain yang masing-masing dikerjakan oleh peneliti yang
berbeda. Gambaran mengenai kedudukan penelitian ini dalam penelitian payung
dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Bagan Kedudukan Penelitian Kajian Terhadap Penggunaan Obat Golongan Antiemetik dalam Penelitian Payung
Evaluasi Masalah Kejadian Medication Errors dan Drug Therapy Problems pada Pasien Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008
Obat Golongan Kardiovaskuler
Obat Golongan Serebrovaskuler
Obat Gangguan Sistem Saluran Urinari dan
Reproduksi
Obat Golongan Antiemetik Obat Gangguan
Alergi dan Sistem Imun
Obat Gangguan Sistem Pernafasan
Obat Gangguan Sistem Neuromuskular
28
Pada penelitian ini akan dilakukan pengamatan mengenai profil kasus
yang menerima obat golongan antiemetik, profil terapi kasus yang menerima obat
golongan antiemetik, kejadian ME fase administrasi pada kasus yang menerima
obat golongan antiemetik, kejadian DTP pada kasus yang menerima obat
golongan antiemetik, dan akhirnya ditarik kesimpulan mengenai masalah utama
yang menyebabkan terjadinya ME fase administrasi dan DTP. Pada penelitian ini,
evaluasi dilakuan pada 23 kasus yang menerima obat golongan antiemetik dan
dirawat di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta serta 5 kasus home
visit yang menerima obat golongan antiemetik.
A. Profil Kasus yang Menerima Obat Golongan Antiemetik
Profil kasus di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta yang
menerima obat golongan antiemetik periode Agustus 2008 dapat dikelompokkan
berdasarkan umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan diagnosis
utama.
1. Berdasarkan kelompok umur
Kasus yang menerima obat golongan antiemetik di bangsal dewasa kelas
III RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus 2008 berusia antara 17 hingga 69
tahun. Berdasarkan DiPiro (2005), umur dapat dikelompokkan menjadi 3
kelompok besar, yaitu pediatri, dewasa, dan geriatri. Pada penelitian ini, umur
dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar , yaitu dewasa (17 tahun - < 65 tahun)
dan geriatri (≥ 65 tahun). Seperti yang terlihat pada gambar 4, kasus yang
yaitu sebanyak 20 kasus 87,0%, sedangkan kelompok umur geriatri sebanyak 3
kasus 13,0%.
Pada penelitian ini tidak dapat dihubungkan antara usia dengan
pemakaian obat golongan antiemetik. Hal ini dikarenakan tidak adanya perbedaan
penggunaan obat golongan antiemetik, baik dalam hal jenis obat, dosis, aturan
penggunaan maupun cara penggunaan pada tiap kelompok umur. Pengelompokan
berdasarkan umur ini hanya digunakan untuk menggambarkan profil kasus yang
menerima obat golongan antiemetik di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
Yogyakarta pada periode Agustus 2008.
Gambar 4. Persentase Kasus di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 berdasarkan Kelompok Umur 2. Berdasarkan jenis kelamin
Kasus yang menerima obat golongan antiemetik di bangsal dewasa kelas
III RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus 2008 dapat dikelompokkan
berdasarkan jenis kelaminnya, yaitu kelompok laki-laki dan kelompok
laki-30
laki sebanyak 8 kasus atau 34,8% sedangkan yang berjenis kelamin perempuan
sebanyak 15 kasus atau 65,2%.
Pada penelitian ini tidak dapat dihubungkan antara jenis kelamin dengan
pemakaian obat golongan antiemetik. Hal ini dikarenakan tidak adanya perbedaan
penggunaan obat golongan antiemetik, baik dalam hal jenis obat, dosis, aturan
penggunaan maupun cara penggunaan pada kelompok laki-laki dan kelompok
perempuan. Pengelompokan berdasarkan jenis kelamin ini hanya digunakan untuk
menggambarkan profil kasus yang menerima obat golongan antiemetik di bangsal
dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta pada periode Agustus 2008.
Gambar 5. Persentase Kasus di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 berdasarkan Jenis Kelamin
3. Berdasarkan pendidikan terakhir
Kasus yang menerima obat golongan antiemetik di bangsal dewasa kelas
III RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus 2008 dapat dikelompokkan
berdasarkan pendidikan terakhirnya, yaitu belum/tidak tamat SD, SD, SLTP,
menerima obat golongan antiemetik paling banyak berpendidikan akhir SLTA,
yaitu 9 kasus atau 39,1%. Pengelompokan berdasarkan pendidikan terakhir ini
hanya digunakan untuk menggambarkan profil kasus yang menerima obat
golongan antiemetik di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta pada
periode Agustus 2008.
Gambar 6. Persentase Kasus di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 berdasarkan Tingkat Pendidikan
Terakhir
4. Berdasarkan pekerjaan
Kasus yang menerima obat golongan antiemetik di bangsal dewasa kelas
III RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus 2008 dapat dikelompokkan
berdasarkan jenis pekerjaannya, yaitu buruh, pegawai swasta, petani, PNS, dan
pelajar / mahasiswa. Seperti yang terlihat pada gambar 7, pekerjaan sebagai
pegawai swasta berjumlah paling banyak, yaitu sebanyak 6 kasus atau 26,1%,
namun dari data yang didapatkan, sebanyak 9 kasus atau 39,1% tidak
32
digunakan untuk menggambarkan profil kasus yang menerima obat golongan
antiemetik di bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta pada periode
Agustus 2008.
Gambar 7. Persentase Kasus di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 berdasarkan Jenis Pekerjaan
5. Berdasarkan penyakit
Kasus yang menerima obat golongan antiemetik di bangsal dewasa kelas
III RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus 2008 dapat dikelompokkan
berdasarkan jenis penyakitnya. Jenis penyakit dapat ditentukan dengan melihat
diagnosis yang ditentukan oleh dokter. Oleh sebab itu diperlukan pengelompokan
berdasarkan diagnosis terlebih dahulu. Pengelompokan berdasarkan diagnosis ini
dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kasus dengan satu diagnosis, kasus
dengan dua diagnosis, dan kasus dengan tiga diagnosis. Seperti yang terlihat
dalam tabel VIII ditemukan paling banyak adalah kasus dengan satu diagnosis,
Tabel VIII. Pengelompokan Kasus di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 berdasarkan Diagnosis
No. Diagnosis Jumlah Kasus
Dengan satu diagnosis
1. Squomosa Ca paru 1
2. Observasi Cephalgia 1
3. Ureterolithiasis Dekstra 1
4. Cholesystitis 1
5. Neuropati DM 1
6. Diabetes Melitus 1
7. Gastroenteritis Akut 3
8. CH decompisata 1
9. Gangren DM II,II,IV 1
10. Dispepsia 1
11. Hepatitis 1
12. Abdominal pain 1
Dengan dua diagnosis
1. Broncopneumonia kanan, TB paru 1
2. TB paru, Haemoptoe 1
3. Vomitas, Gangren diabetik 1
4. Peritonitis umum, Appendititis akut perforata 1
5. Rhinosinusitis, Hipertensi 1
6. Diabetes Melitus, Vulvo vaginitis 1
7. Observasi Febris, Dyspnea 1
8. Cedera kepala, Fraktur inferior os pubis sinistra 1 Dengan tiga diagnosis
1. Suspect hepatitis, Milena, Anemia 1
34
Pengelompokan berdasarkan jenis penyakit dilakukan dengan melihat
diagnosis utama. Apabila tidak ditemukan diagnosis utama, maka penentuan jenis
penyakit berdasarkan pada diagnosis sekunder. Berdasarkan data yang didapat,
obat golongan antiemetik diresepkan untuk kasus dengan jenis penyakit
kardiovaskuler, gangguan sistem saluran cerna, gangguan sistem pernafasan,
endokrin, neurologi, dan sistem saluran urinari. Seperti yang terlihat pada gambar
9, obat golongan antiemetik paling banyak diresepkan untuk kasus dengan jenis
penyakit gangguan sistem pencernaan, yaitu sebesar 10 kasus atau 43,5%.
Pengelompokan berdasarkan jenis penyakit ini hanya digunakan untuk
menggambarkan profil kasus yang menerima obat golongan antiemetik di bangsal
dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta pada periode Agustus 2008.
Gambar 9. Persentase Kasus di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda
B. Profil Terapi Kasus yang Menerima Obat Golongan Antiemetik Profil terapi kasus yang menerima obat golongan antiemetik di bangsal
dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta periode Agustus 2008, dapat
digambarkan secara umum, yaitu dengan meninjau terapi obat secara keseluruhan
dan secara khusus, yaitu hanya meninjau terapi obat golongan antiemetik. Secara
umum profil terapi dapat digambarkan dengan melihat jumlah jenis obat yang
diberikan secara keseluruhan dan kelas terapi obat yang diterima oleh kasus,
sedangkan secara khusus dapat digambarkan dengan pengelompokan berdasarkan
jenis obat, rute pemberian, serta aturan pakai. Aturan pakai yang dimaksud
meliputi dosis/kekuatan obat dan frekuensi penggunaan obat.
1. Profil terapi secara umum
Profil terapi secara umum di sini dapat digambarkan dengan melihat
jumlah jenis obat keseluruhan yang diberikan, seperti pada tabel IX.
Tabel IX. Pengelompokan Kasus di Bangsal dewasa kelas III RS Bethesda Yogyakarta Periode Agustus 2008 berdasarkan Jumlah Jenis Obat
Keseluruhan yang Diterima
Jumlah Jenis Obat Jumlah Kasus (n=23) Persentase (%)
4 2 8,7
5 3 13,1
6 0 0,0
7 0 0,0
8 3 13,1
9 1 4,3
10 2 8,7
11 2 8,7
12 4 17,5
13 1 4,3
14 1 4,3
15 2 8,7
16 1 4,3
17 0 0,0
18 0 0,0
19 0 0,0
36
Profil terapi secara umum juga dapat digambarkan dengan melihat kelas
terapi obat yang diterima oleh kasus. Penggolongan kelas terapi ini berdasarkan
atas MIMS Petunjuk Konsultasi edisi 7 2007/2008.
a. Antiinfeksi
Tabel X. Golongan dan Jenis Obat Antiinfeksi yang Diterima oleh Kasus No. Golongan Antiinfeksi Jenis Obat Jumlah
(n=23)
Persentase (%) Antibakteri
1. Aminoglikosida amikasin 2 8,7
gentamicin 1 4,3
netilmicin 1 4,3
2. Sefalosporin cefixime 3 13,0
ceftazidime 6 26,1
cefaclor 1 4,3
cefadroxil 1 4,3
ceftriaxone 4 17,4
cefazolin 1 4,3
3. Kuinolon moxifloxacin 2 8,7
ofloxacin 4 17,4
ciprofloxacin 1 4,3
levofloxacin 2 8,7
4. Kloramfenikol kloramfenikol 2 8,7
thiamphenicol 1 4,3
5. Antibiotika golongan lain
klindamicin 1 4,3
fosmicin Na 1 4,3
Antifungi
1. itraconazol 1 4,3
Antiamuba
1. metronidazol 3 13,0
b. Kortikosteroid
Tabel XI. Golongan dan Jenis Obat Kortikosteroid yang Diterima oleh Kasus No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah
(n=23)
Persentase (%)
1. Kortikosteroid metilprednisolone 2 8,7
dexamethasone 4 17,4
c. Antihistamin
Tabel XII. Golongan dan Jenis Obat Antihistamin yang Diterima oleh Kasus No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah
(n=23)
Persentase (%)
d. Obat gangguan saluran cerna
Tabel XIII. Golongan dan Jenis Obat Gangguan Saluran Cerna yang Diterima oleh Kasus
No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah (n=23)
Persentase (%) 1. Antasida, Antiulserasi ranitidin 21 91,3
sucralfat 1 4,3
Polycrol® 1 4,3
rebamipide 1 4,3
omeprazol 7 30,4
2. Antiemetik metoclopramid 16 69,6
domperidon 19 82,6
ondansetron 1 4,3
3. Antispasmodik Spasmium® 2 8,7
atropin 1 4,3
4. Digestan Enzyplex® 2 8,7
5. Antidiare Arcapec® 4 17,4
loperamid 2 8,7
6. Preparat anorektal Ultraproct® 2 8,7
Ultraproct N® 1 4,3
7. Hepatik protektor Curliv Plus® 2 8,7
Lesichol® 1 4,3
e. Obat gangguan saluran pernafasan
Tabel XIV. Golongan dan Jenis Obat Gangguan Saluran Pernafasan yang Diterima oleh Kasus
No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah
(n=23)
Persentase (%)
1. Antitusif dextromethorphan 2 8,7
2. Mukolitik N-asetilsistein 1 4,3
ambroxol 2 8,7
3. Nasal dekongestan Rhinofed® 1 4,3
Triamcinolone acetonide 1 4,3
4. Preparat antiasma procaterol 1 4,3
Combivent® 2 8,7
fluticasone propionat 2 8,7
teofilin 1 4,3
5. Obat
antituberkulosis
rifampisisn 1 4,3
isoniazid 1 4,3
pyrazinamid 1 4,3
ethambutol 1 4,3
38
f. Obat gangguan saluran urinari
Tabel XV. Golongan dan Jenis Obat Gangguan Saluran Urinari yang Diterima oleh Kasus
No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah (n=23)
Persentase (%)
1. Obat saluran kemih Tonar® 1 4,3
g. Obat sistem kardiovaskuler
Tabel XVI. Golongan dan Jenis Obat Sistem Kardiovaskuler yang Diterima oleh Kasus
No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah
(n=23)
Persentase (%)
1. Glikosida jantung digoxin 1 4,3
2. Antiangina ISDN 3 13,0
3. ACE inhibitor lisinopril 2 8,7
amlodipin 1 4,3
4. Beta bloker propranolol 1 4,3
5. Diuretik furosemid 1 4,3
spironolacton 2 8,7
6. Vasodilatasi perifer dan aktivator serebral
citicolin 1 4,3
Gingkan® 1 4,3
7. Hemostatik asam tranexamin 2 8,7
karbazokrom Na sulfonat
2 8,7
flunarizin 1 4,3
8. Antikoagulan, antiplatelet, dan fibrinolitik
cilostazol 2 8,7
asetosal 2 8,7
9. Hematopoietik pentoxifilin 1 4,3
h. Obat sistem endokrin dan metabolik
Tabel XVII. Golongan dan Jenis Obat Sistem Endokrin dan Metabolik yang Diterima oleh Kasus
No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah
(n=23)
Persentase (%)
1. Antidiabetik oral metformin 2 8,7
acarbose 3 13,0
glimepirid 3 13,0
glikuidon 1 4,3
gliclazide 1 4,3
Mixtard® 1 4,3
2. Insulin insulin 4 17,4
i. Obat sistem neuromuskular
Tabel XVIII. Golongan dan Jenis Obat Sistem Neuromuskular yang Diterima oleh Kasus
No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah
(n=23)
Persentase (%) 1. Analgesik dan antipiretik parasetamol 12 52,2
Cetalgin® 1 4,3
asam mefenamat 1 4,3
Yekalgin® 2 8,7
DoloScanneuron® 2 8,7
Sistenol® 1 4,3
2. Analgesik antiinflamasi meloxicam 2 8,7
ketoprofen 3 13,0
dexketoprofen 2 8,7
ketorolac 9 39,1
Oste® 1 4,3
celecoxib 1 4,3
Zaldiar® 1 4,3
3. Preparat Gout Allopurinol® 1 4,3
4. Ansiolitik diazepam 1 4,3
alprazolam 1 4,3
5. Antidepresan fluoxetine 1 4,3
6. Nootropik dan neurotonik sulbutiamin 1 4,3
mecobalamin 1 4,3
7. Preparat antimigren Bellaphen® 1 4,3
8. Analgesik opioid codein 1 4,3
j. Obat gizi dan darah
Tabel XIX. Golongan dan Jenis Obat Gizi dan Darah yang Diterima oleh Kasus
No. Golongan Obat Jenis Obat Jumlah (n=23)
Persentase (%)
1. Antianemia Hemobion® 2 8,7
2. Vitamin Neurobion® 1 4,3
Neurosanbe® 1 4,3
vitamin K 1 4,3
3. Multivitamin Lipofood® 1 4,3
Multivitaplex® 1 4,3
Noros® 1 4,3
4. Nutrisi Venofer® 1 4,3
5. Suplemen dan terapi penunjang
Curcuma® 2 8,7
Q-Ten® 1 4,3
Legres® 1 4,3
6. Elektrolit dan mineral Aspar-K® 1 4,3
40
k. Lain-lain
Tabel XX. Daftar Obat Golongan Lain-Lain yang Diterima oleh Kasus
No. Jenis Obat Jumlah Persentase
(%)
1. duradril 3 13,0
2. HP Pro 1 4,3
3