• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Maybrat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten Maybrat"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

B

B

A

A

B

B

I

I

I

I

G

G

A

A

M

M

B

B

A

A

R

R

A

A

N

N

U

U

M

M

U

U

M

M

D

D

A

A

N

N

K

K

O

O

N

N

D

D

I

I

S

S

I

I

W

W

I

I

L

L

A

A

Y

Y

A

A

H

H

K

K

A

A

B

B

U

U

P

P

A

A

T

T

E

E

N

N

M

M

A

A

Y

Y

B

B

R

R

A

A

T

T

2.1 Geografi dan Fisik Wilayah

2.1.1

Letak Geografi

Kabupaten Maybrat terletak dibagian barat Pulau Papua. Secara geografis, Kabupaten Maybrat pada posisi 131º 421 0” BT - 132º 581 12”BT dan 0º 55’ 12” LS - 2º 17’ 24” LS. Kabupaten Maybrat berbatasan dengan wilayah :

 sebelah Utara bertasan dengan Distrik Fef, Distrik Senopi dan Distrik Kebar;

 sebelah Timur berbatasan dengan Distrik Moskona Utara dan Distrik Moskona Selatan;  Sebelah Selatan berbatasan dengan Distrik Kokoda dan Distrik Kais;

 Sebelah Barat berbatasan dengan Distrik Moswaren, Distrik Wayer dan Distrik Sawiat;

2.1.2

Administrasi Wilayah

Luas kabupaten Maybrat tercatat 13.203 km2, saat ini terbagi menjadi 11 distrik yang sebelumnya 6 distrik. Wilayah distrik terluas adalah Aitinyo, yaitu seluas 3.788 km2 (28,69%) sedangkan wilayah terkecil adalah Distrik Ayamaru Utara, yaitu seluas 1.071 km2atau 8,11% dari luas Kabupaten Maybrat. Luas masing-masing distrik di Kabupaten Maybrat dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1

Luas Wilayah Kabupaten Maybrat Menurut Kecamatan Tahun 2009

No. Kecamatan Luas /Area Rasio terhadap Total

District (Km2) Ratio on Total (%)

1 Aifat Timur 1352 10.24

2 Aifat 3612 27.36

3 Aitinyo 3788 28.69

4 Ayamaru 1607 12.17

5 Mare 1773 13.43

6 Ayamaru Utara 1071 8.11

Jumlah /Total 13203 100.00

Sumber : Kab. Maybrat dalam Angka, 2009

Kabupaten Maybrat merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong Selatan di Provinsi Papua Barat dengan Ibukota Ayamaru, berdasarkan UU No. 13 tahun 2009. Secara administratif, Pemerintah Kabupaten Maybrat terbagi dalam 6 Distrik.

Distrik Aitinyo mempunyai jumlah desa yang paling banyak, yaitu 27 desa atau kampung. Sedangkan Distrik Mare merupakan distrik yang mempunyai jumlah desa paling sedikit, yaitu sebanyak 7 desa atau kampung. Tabel pembagian administrasi dan ibukota serta banyaknya kampung dalam distrik masing-masing dalam tabel berikut.

Tabel 2.2

Pembagian Wilayah Administrasi Kabupaten Maybrat Tahun 2009

No. Kecamatan Ibukota Banyaknya Desa / Kelurahan

Desa Kelurahan Jumlah

1 Aifat Timur Aisa 19 - 19

2 Aifat Kumurkek 23 - 23

3 Aitinyo Aitinyo 27 - 27

4 Ayamaru Ayamaru 24 1 25

5 Mare Suswa 7 - 7

6 Ayamaru Utara Yukase 8 - 8

Jumlah /Total 108 1 109

(2)
(3)
(4)

2.2 Potensi dan Daya Dukung Lingkungan

2.2.1

Topografi dan Morfologi

A. Topografi

Topografi Kabupaten Maybrat cukup bervariasi terdiri dari dataran tinggi yang merupakan daerah

pegunungan dan lereng-lereng, (pedalaman ± 65%), dataran rendah, air payau dan pantai (35%). Secara garis besar, penyebaran wilayah tersebut adalah sebagai berikut :

 Dataran tinggi meliputi Distrik Ayamaru, Ayamaru Utara, Mare, Aifat, Aifat Timur, dan sebagian Aitinyo;

 Dataran rendah meliputi sebagian Distrik Aitinyo;

Sebagian besar daerah Kabupaten Maybrat merupakan daerah dataran rendah dengan kemiringan lereng berkisar dari 0 - 8%. Daerah dataran rendah ini membujur dari arah barat laut ke selatan yang berbatasan langsung dengan Laut Banda. Keunggulan dari faktor fisik ini menyebabkan sebagian besar kegiatan penduduk berkembang di dataran rendah ini.

Luas wilayah Kabupaten Maybrat yang merupakan daerah dengan topografi pegunungan (kemiringan lereng > 40%) adalah seluas 5.281,2 ha. Sedangkan luas wilayah kabupaten tersebut yang merupakan daerah perbukitan adalah seluas 7.921,8 ha.

Sebelah Utara Kabupaten Maybrat merupakan daerah Pegunungan Karst yang dikenal dengan nama Pegunungan Bukmadah. Distrik di Kabupaten Maybrat yang mempunyai topografi dominan

pegunungan adalah Distrik Mare, Distrik Ayamaru, Distrik Ayamaru, dan Distrik Aitinyo.

Karakteristik topografi Kabupaten Maybrat yang sebagian besar merupakan daerah dataran rendah menyebabkan sebagian besar kegiatan ekonomi maupun perkotaan berkembang di dataran rendah tersebut. Hal tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi tingkat perkembangan distrik-distrik yang ada di Kabupaten Maybrat. Topografi wilayah Kabupaten Maybrat berkisar antara 0 – 1668 m dpal (diatas permukaan air laut). Untuk lebih jelasnya, topografi seluruh Kabupaten Maybrat dan per distrik di Kabupaten Maybrat dapat dilihat pada tabel 2.3 dan gambar 2.3.

B. Morfologi

Berdasarkan data kemiringan lereng diatas, Kabupaten Maybrat terbagi menjadi 3 satuan morfologi yaitu dataran rendah, dataran tinggi dan pegunungan.

Dataran tinggi di Kabupaten Maybrat terdiri dari Plato Ayamaru, sisa kipas alluvium dan sisa dataran alluvium. Distrik yang berada di dataran tinggi adalah Distrik Aitinyo, Distrik Mare, Distrik

pegunungan. Pertemuan tersebut ada dua jenis yaitu pegunungan dan lembah berbentuk V yang mempunyai ciri bertonjolan tinggi, mempunyai pematang sempit, lembah berbentuk V, lereng yang tajam (20 - 30º) dan timbulan yang melebihi 300 m. Di pegunungan dengan ciri tersebut banyak ditemukan anak sungai yang mengalir berbelok-belok tajam. Sedangkan Pegunungan Homoklin yang ada di Kabupaten Maybrat ada pada formasi batuan endapan Paleozoikum Atas sampai Eosen.

Beberapa relief tinggi yang terkenal di Kabupaten Maybrat diantaranya adalah Gunung Bormalit, Gunung Athabu, Gunung Formaya, Tanjakan Fensaraf, Gunung Kembar dan Tanjakan Aduh Mama. Berdasarkan Buku Geologi Lembar Teminabuan, Irian Jaya (1989:5), sebagian besar wilayah Distrik Ayamaru, Distrik Mare dan Distrik Aifat berada di Plato Ayamaru. Sedangkan distrik-distrik lainnya berada di daerah pegunungan, kars dan dataran.

Berdasarkan analisis Bakosurtanal, 2007, bentuk lahan Kabupaten Maybrat terdiri dari blok pegunungan, dataran alluvial, dataran alluvial karst, dataran banjir, dataran alluvial antar perbukitan, endapan kolluvium, jalur kelokan sungai, kipas alluvial, lembah kering karst, pegunungan karst, pegunungan karst dengan puncak pipih memanjang, perbukitan karst dengan puncak pipih membulat, perbukitan denudasional rendah miring, perbukitan denudasional lereng miring terkikis ringan, perbukitan denudasional lereng miring terkikis berat, perbukitan karst dengan puncak pipih dan runcing. Untuk lebih jelasnya, morfologi berdasarkan analisis dari Bakosurtanal, 2007 terdapat dalam peta berikut ini.

Tabel 2.3

Kemiringan Lereng Kabupaten Maybrat per Distrik

No Distrik 0 - 3% 3 - 8% 8 - 15% 15 - 25% 25 - 40% 40 - 60% > 60%

1 Aifat Timur

57.024,09 51.653,98 21.190,03 20.241,47 26.366,94 15.318,47 855,87

2 Aifat 69.456,16 109.399,92 25.055,58 21.354,45 25.691,78 11.144,80 246,98

3 Aitinyo 36.631,88 28.841,25 5.399,23 860,30 36,32 -

-4 Ayamaru 9.418,73 - - 2.642,13 - -

-5 Mare 8.211,35 49.423,28 29.012,31 8.615,28 2.082,88 216,96 -6 Ayamaru

Utara

4.777,58 17.963,27 7.343,26 1.153,60 65,76 4,25

(5)
(6)
(7)
(8)

2.2.2

Geologi, Potensi Sumberdaya Energi dan Mineral

A. Kondisi Geologi

Kondisi gemorfologi Kabupaten Maybrat terbagi menjadi tiga wilayah yaitu 1) dataran tinggi Ayamaru (Ayamaru Plateau) di bagian Utara, 2) Perbukitan Karst di bagian tengah dan 3) Dataran Alluvial - Fluvial - rawa dibagian selatan. Dataran tinggi Ayamaru merupakan plateau yang tersusun oleh berbagai jenis Batu gamping dari Fomasi Sekau dan Formasi Sekau dan Formasi Klasafet serta endapan Danau Ayamaru yang berupa lumpur dan pasir. Perbukitan Karst berupa bukit dan lembah Danau Ayamaru yang berupa lumpur dan pasir. Perbukitan Karst berupa bukit dan lembah (doline dan uvala) yang tersusun oleh berbagai jenis Batu gamping dari Formasi Sekau dan Formasi Klasafet. Dataran Alluvial - Fluvial - rawa tersusun dari Formasi Steenkool dan Endapan Alluvial, sungai dan rawa.

Pola aliran sungai (drainage pattern) merupakan tipetrellishinggarectangular. Pola alirantrellis

hingga rectangular. Pola aliran trellisberarti sangat dipengaruhi oleh struktur geologi yang berupa lipatan (antiklin dan sinklin) dengan perpotongan sungai yang mendekati tegak lurus, sedangkan pola aliran rectangular sangat dipengaruhi oleh kekar (retakan) yang berarah barat laut - tenggara dan barat daya - timur laut. Pola aliran sungai di Kabupaten Maybrat umumnya berarah barat daya - timur laut dan barat laut - tenggara. Mengingat sebagian besar Kabupaten Maybrat hampir seluruh tersusun oleh berbagai jenis Batu gamping, maka kemungkinan berkembang gua ((Stalaktif dan stalakmit) atau sungai bawah tanah. Sungai bawah tanah (Underground stream) akibat proses pelarutan Batu gamping oleh air hujan/air tanah. Sungai bawah tanah ini merupakan sumber air tawar yang sangat potensial di daerah ini, disamping air Danau Ayamaru

dan air dari beberapa sungai di permukaan (runoff). Dataran alluvial - fluvial - rawa juga merupakan sumber air tanah yang potensialm kecuali di daerah rawa yang kondisinya menjadi air payau.

Kondisi stratigrafi Kabupaten Maybrat terdiri dari formasi-formasi batuan (litostratigrafi) yang berumur Paleozoikum (Primer), Mesozoikum (Sekunder), Kenozoikum (Tersier) dan Kwarter. Formasi-formasi batuan tertua yang berumur Paleozoikum dan tersingkap di Distrik Aifat dan Aifat Timur terdiri dari Formasi Kemum (SDk), F. Aisasjur (pCua), F. Aimau (Cpa), F. Aifat (Pla), dan F. Ainim(Pua), sedangkan yang berumur Mesozoikum terdiri dari F. Tipuma (TRJt), F. Jass (Kj), F. Puragi (Ktep) (hanya di bawah permukaan). Formasi-formasi yang berumur Kenozoikum (Tersier)

terdiri dari F. Faumai (Tef), F. Kais (Tmka), F. Sekau (Tms), F. Klasafet (Tmk), dan F. Steenjool (TQs) mempunyai penyebaran merata di permukaan. Formasi-formasi yang berumur kwarter

Aluvium (Qt) di Distrik Aitinyo dan Endapan Aluvium (Qa) di bagian selatan wilayah kabupaten. Berikut ini akan diuraikan masing-masing formasi dan penyusunnya dari yang tertua hingga termuda.

1. Formasi - formasi bauan berumur Paleozoikum :

 Formasi Kemum (SDk) : terdiri dari batusabak, filit, grewake malihan, batupasir malihan, kwarsit, marmer dan konglomerat malihan;

 Formasi Aisasjur (pCua) : terdiri dari grewake, feldsparan, batu pasir sela, batu lanau, serpih dan batu sabak;

 Formasi Aimau (Cpa) : terdiri dari konglomerat, batupasir, serpih, grewake, Batu gamping dan sedikit batu lanau;

 Formasi Aifat (Pla) : terdiri dari batu lumpur gampingan, sedikit batu napal, Batu gamping pasiran dan batu pasir;

 Formasi Ainim (Fua) : terdiri dari serpihan lanauan, batu pasir, grewake, batu lanau dan sedikit batu bara.

2. Formasi - formasi batuan berumur Mesozoikum :

 Formasi Tipuma (TRJt) : terdiri dari batu lempung lanauan, batu lanau, grewake kwarsa, batu pasir merah hingga hijau;

 Formasi Jass (Kj) : terdiri dari batu lumpur gampingan, batu pasir sela, sedikit batu napal galukonitan dan Batu gamping pasiran;

 Formasi Furagi (KTep) (hanya di bawah permukaan) terdiri dari Batu gamping ganggang, batu pasir, serpih, sedikit batu lempung, dolomite dan anhidrit.

3. Formasi - formasi batuan berumur Kenozoikum (Tersier) :

 Formasi Faumai (Tef) terdiri dari grainstone, wackestone dan Batu gamping pasiran;  Formasi Sirga (Toms) : terdiri dari batu lanau dan batu lumpur gampingan, sedikit batu

pasir glaukonitan dan konglomerat;

 Formasi Klamogun (Tmkl) (hanya di bawah permukaan) : terdiri dari Batu gamping berlapis, sedikit serpih gampingan dan napal;

 Formasi Kais (Tmka) : terdiri dari boundstone, grainstone, packestone dan sedikit

wackestone;

 Formasi Sekau (Tms) : terdiri dari konglomerat Batu gamping, Batu gamping dan batu lumpur gampingan/batu napal, terdapat kepingan karbonat koral;

(9)

 Formasi Steenkool (TQs) : terdiri dari batu lempung, batu lumpur mikaan gampingan dan tidak gampingan, batu pasir sela, sedikit konglomerat, karbonan dan terdapat lignit.

4. formasi - formasi batuan berumur kwarter :

 Konglomerat UPA (Qpu) : terdiri dari konglomerat dan batu pasir sela, karbonan;  Endapan Danau (QI) : terdiri dari kerikil dari lumpur dan pasir;

 Endapan Undak Aluvium (Qt) : terdiri dari lumpur dan pasir;

 Endapan Undak Aluvium (Qt) : terdiri dari kerikil, pasir dan lumpur serta unsur tanaman;  Endapan Aluvium (Qa) : terdiri dari kerikil dan lumpur serta unsur tanaman.

(10)
(11)

B. Potensi Sumberdaya Energi

Potensi minyak dan gas bumi di Kabupaten Maybrat akan sangat dikontrol atau dipengaruhi oleh sistim perminyakan (petroleum system) di daerah ini, yang tidak terlepas dengan cekungan tektoniknya. Cekungan tektonik di daerah Kabupaten Maybrat termasuk dalam Cekungan Salawati (Salawati Basin) yang berumur Tersier. Cekungan Salawati merupakan cekungan belakang busur (back arc basin) dalam sistem lempeng konvergen antara Lempeng Pasifik (yang diwakili Lempeng Caroline) dengan Lempeng Australia.

Sistem perminyakan yang mempengaruhi terhadap potensi minyak dan gas bumi antara lain :  Batuan induk (source roks) yang merupakan sumber bahan baku bagi pembentukan minyak

dan gas bumi, umumnya berupa batuan yang kaya bahan organik seperti batu lempung hitam, batu lanau atau batu lumpur gampingan;

 Panas bumi (gradient geothermis) yang berfungsi untuk mematangkan batuan induk, sangat dipengaruhi oleh ketebalan sendimen yang menutupinya, panas bumi yang berasal dari kegiatan magmatik atau peluruhan unsur radioaktif batuan. Panas yang sangat baik, seperti batu pasir atau Batu gamping;

 Batuan reservoir (reservoir rocks), merupakan tempat menampung cairan minyak atau gas bumi, biasanya berupa batuan yang mempunyai porositas dan permeabelitas baik, seperti batu pasir atau Batu gamping;

 Migrasi minyak atau gas bumi menuju batuan reservoir dan terperangkap dalam jebakan yang berupa puncak - puncak antiklin, struktur patahan atau perangkap stratigrafi;

 Batuan penutup (cap rocks) yang berfungsi agar minyak atau gas bumi masih terpreservasi dengan baik, umumnya berupa batuan yang kedap (impermeable rocks) seperti batu lempung,

batu lanau dan batu napal.

Selanjutnya apabila kita melihat potensi geologi di Kabupaten Maybrat, terlihat mempunyai :

 Batuan induk yang berasal dair Formasi Sirga yang berupa batu lanau dan batu lumpur gampingan atau Formasi Klasafet yang berupa batu lumpur gampingan, atau batuan induk yang berasal dari batuan berumur Mesozoikum;

 Panas bumi di Kabupaten Maybrat memenuhi syarat bagi pematangan batuan induk, 3) terdapat batuan reservoir yang berasal dari batuan karbonat (Batu gamping) yang berasal dari

Formasi Klamogun, Formasi Kais, Formasi Sekau dan Formasi Klasafet;

 Terdapat banyak jebakan minyak dan gas bumi yang berupa struktur geologi seperti puncak antiklin dan struktur patahan maupun perangkap stratigrafi;

 Dijumpai batuan penutup dariFormasi Steenkoolyang berupa batu lempung dan batu lumpur.

Dengan demikian Kabupaten Maybrat secara sistem perminyakan mempunyai potensi minyak dan gas bumi, tinggal bagaimana menarik investor asing masuk mengadakan kegiatan eksplorasi untuk melakukan penelitian detail baik di daratan (onshore) maupun di dasar laut (offshore). Sarana dan prasarana infrastruktur dan logistik di daerah ini sangat mempengaruhi daya tarik investasi tersebut. Sarana dan prasana infrastruktur dan logistik di daerah ini sangat mempengaruhi daya tarik investasi tersebut. Selama ini wilayah Kabupaten Maybrat termasuk dalam kegiatan eksplorasi Pertamina (RUTR Kabupaten Sorong / sebelum pemekaran, kerjasama Kabupaten

Sorong dengan Pusat Penelitian Pengembangan Wilayah dan Kota, ITB).

(12)

Berdasarkan pada kondisi geologi, maka potensi tedapatnya batu bara di Kabupaten Maybrat terdapat pada Formasi Ainim yang berumur Paleozoikum dan Formasi Steenkool yang berumur Mio-Pliosen. Batubara dari formasi Ainim tersebut diDistrik Aifat Timur, sedangkan batu bara yang masih termasuk lignit terdapat dari Formasi Steenkool ditemukan di bagian barat distrik sawiat (RUTR Kabupaten Sorong/sebelum pengembangan, kerjasama Kabupaten Sorong dengan pusat

dalam tingkat indikasi, yang perlu diinformasikan kepada investor untuk mengadakan kegiatan eksplorasi.

C. Potensi Sumberdaya Mineral

Potensi sumberdaya mineral yang terdapat di Kabupaten Maybrat berdasarkan kondisi geologi, data sekunder dan pengamatan lapangan antara lain Batu gamping, batu gampig phospat, Batu gamping dolomite, marmer dan kwarsit, tanah liat serta pasir kwarsa.

1. Batu gamping

Batu gamping merupakan bahan galian terbesar di Kabupaten Maybrat. Batu gamping tersebut meupakan angota dari Formasi Sekau, formasi kais dan formasi klasafat. Batu gamping dari beberapa formasi tersebut membentuk perbukitan karst dengan hutan lindung yang masih perawan (sebelum diusik oleh kegiatan manusia), sehingga melimpah air permukaan (runoff) maupun sebagai air tanah yang tersebar dari utara hingga selatan wilayah Kabupaten Maybrat. Batu gamping yang berpotensi ditambang dan digunakan untuk bangunan adalah dari Formasi Kais yang berupabodstone, packestone danwackestoneatau berkomposisi Ca CO3. Sebagian berasal dari Batu gamping dariFormasi Sekau dan Formasi

Klasafat. Batu gamping yang sangat baik digunakan sebagai bahan bangunan adalah Batu

gamping yang mengandung CaO minimal 50%. Selama itu penambangan Batu gamping hanya digunakan untuk bahan fondasi bangunan yang lain, seperti yang terlihat di Distrik Sawiat. Batu gamping yang digunakan untuk fondasi jalan atau bangunan adalah Batu gamping yang mempunyai kuat tekan lebih dari 800 - 1500 kg/cm2 (Standar Spesifikasi Bahan Bangunan Bagian A, 1989). Berdasarkan pengamatan, dengan mempertimbangkan aspek lingkungan yang terkait dengan ketersediaan dan kelestarian air permukaan, disarankan ijin penambangan Batu gamping diberikan secara cermat dan tepat. Sebaiknya penambangan Batu gamping dalam skala besar untuk kepentingan idustri diarahkan ke arah selatan wilayah Kabupaten Maybrat, mendekati daerah pantai (dengan pertimbangan kelestarian air, jalur transportasi, pelabuhan dan keterdapatan bahan tambang yang lain seperti pasir kwarsa). Penambangan Batu gamping di daerah utara Kabupaten Maybratharus dihindarkan, sedangkan yang sudah ada kegiatan penambangan diwajibkan mereklamasi

kembali dengan tanaman hutan sejenis.

2. Batu Phospat

(13)

sehingga ketersediaan unsur organik dalam tanah meningkat. Batu gamping phospat alami terjadi akibat akumulasi cangkang binatang laut yang komposisinya berupa Ca3 (PO4)2. Batu gamping phospat banyak terdapat di konglomerat Batu gamping pada Formasi Sekau, terutama diDistrik Ayamaru (RUTR Kabupaten Sorong/ sebelum pengembangan, kerjasama Kabupaten Sorong dengan Pusat Penelitian Pengembangan Wilayah dan Kota, ITB). Batu gamping phospat ini mempunyai penyebaran tidak merata, terdapat sebagai lensa - lensa konglomerat Batu gamping.

3. Batu gamping Dolomit

Batu gamping dolomit adalah bahan galian Batu gamping yang mempunyai komposisi Ca Mg CO3yang dapat juga berfungsi sebagai pupuk pertanian pada tanah - tanah asam. Disamping dapat menambah unsur hara makro seperti Ca dan Mg dapat meningkatkan pH tanah terutama pada tanah - tanah rawa yang mau dikembangkan untuk pertanian tanaman pangan. Batu gamping dolomit terapat pada Formasi Puragi yang hanya terdapat di bawah permukaan (Sukanta dan Prigman, 1989). Disamping juga terdapat anhidrit (Ca SO4) pada formasi tersebut. Penyebaran formasi ini diperkirakan ada dibawah permukaan dalam Distrik Kais dengan kedalaman sekitar lebih dari 1.000 m.

4. Marmer dan Kwarsit

Marmer dan Kwarsit merupakan bahan galian yang berasal dari metamorfosisme Batu gamping dan batu pasir kwarsa sehingga bersifat kristalin, keras dan kompak. Umumnya berwarna putih, abu - abu, kuning, hingga merah muda yang dimanfaatkan untuk industri bangunan (batu ubin dan batu dinding), barang kerajinan (furniture, cindera mata). Harganyapun cukup mahal mengingat keterdapatannya sangat terbatas. Marmer dan Kwarsit di Kabupaten Maybrat terdapat pada Formasi Kemum yang berumur Paleozolik (Devon) dan tersebar diDistrik Aifat Timurdengan penyebaran tidak merata, berupa lensa - lensa filit atau batusabak.

5. Tanah Liat

Tanah liat merupakan bahan galian yang secara mineralogi didominasi oleh mineral lempung (mineral sekunder), disamping mineral - mineral lain (mineral primer) yang komposisinya lebih sedikit. Tanah liat dapat berasal dari bahan induk batulempung, batukapur/Batu gamping dan aluvium yang mengalami pelapukan dan proses pedogenesis membentuk horisonisasi tanah yang ketebalan solumnya berkisar 0,20 m hingga 1,5 m bergantung pada faktor-faktor pembentuk tanah yang berperan, seperti bahan induk, iklim, topografi, organisme dan waktu. Potensi tanah liat di Kabupaten Maybrat cukup besar seperti terlihat

pada di halaman berikut. Sebaran bahan galian tanah liat yang layak ditambang dan potensi terdapat di Distrik Teminabuan, Kais dan Kokoda. Tanah Liat perlu adanya penelitian kelayakan bahan baku jika ingin digunakan untuk industri, baik industri keramik maupun industri semen.

6. Pasir Kwarsa

Pasir Kwarsa merupakan bahan galian yang potensial di Kabupaten Maybrat, yang melampar sebagai endapan sungai atau endapan muara sungai. Endapan tersebut berasal dari pelapukan batuan kwarsit, batupasir malihan, konglomerat malihan, urat-urat kwarsa pada batusabak atau sekis/filit dari formasi-formasi batuan berumur Palezoikum yang terangkut oleh aliran sungai dan diendapkan di bagian hulu atau muara sungai sebagai endapan pasir kwarsa. Endapan ini bersifat lepas dengan kandungan kwarsa mencapai lebih 90%. Berdasarkan karakternya maka pasir kwarsa dapat dimanfaatkan untuk campuran bahan baku semen Portland, industri silica cair (gelas) dan bahan baku batubata cetak (batako). Pasir kwarsa ini tersebar sebagai endapan sungai, endapan alluvium atau yang sangat potensial sebagai endapan undak alluvium (Qt) atau endapan teras sungai seperti yang terdapat di Distrik Kokoda.

(14)
(15)

2.2.3

Hidrologi dan Sumberdaya Air

A. Curah Hujan

Berdasarkan tabel dibawah ini, rata-rata curah hujan tahunan tertinggi adalah 236,37 mm per bulan pada tahun 2003. Sedangkan rata-rata hari hujan tertinggi dalam setahun adalah 19 hari pada tahun 2005. menurut klasifikasi iklim Schimdt dan Fergusson tipe iklim di Wilayah Kabupaten Maybrat termasuk tipe Iklim A yaitu daerah beriklim tropis basah. Untuk lebih jelasnya data curah hujan dan hari hujan di Kabupaten Maybrat dapat dilihat pada tab el dibawah ini.

Tabel 2.4

Curah Hujan, Rata Hari Hujan, Kelembaban Udara, Suhu Udara dan Penyinaran Matahari Kabupaten Maybrat tahun 2001 - 2005

Bulan Curah Hujan Hari Hujan

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Januari 305 248,2 77,2 201 55 213,91 21 15 7 24 17 14,91

Februari 216 70,6 107,4 157 75 287,18 15 6 14 18 15 15,36

Maret 157 156,8 294,3 149 132 283,27 17 18 24 14 15 18,36

April 111 220,3 219,9 272 266 268,65 15 17 17 20 23 15,82

Mei 325 336,4 163,6 142 239 197,73 16 10 12 16 21 13

Juni 418 304,4 431,3 93 395 157,27 22 18 18 19 25 12,45

Juli 343 14,4 510,8 189 228 122,18 14 4 27 29 20 11,18

Agustus 26 29 313,6 24 136 153,09 9 6 16 18 14 10,82

September 476 18 182,9 339 113 127,36 27 3 18 24 15 10,09

Oktober 134 44,7 236,6 64 370 122,7 13 3 16 9 32 11,8

November 289 126,2 74,9 161 186 182,3 16 12 9 15 20 13,3

Desember 111 186,2 223,9 257 342 330,5 16 12 14 24 23 19,1

Jumlah 2.911 1.755,2 2.836,4 2.048 2.537 2.446,14 201 124 192 220 230 166,2

Rata-rata 243 146 236 171 211 204 17 10 16 18 19 14

(16)
(17)

B. Air Permukaan

Potensi hidrologi di Kabupaten Maybrat terdiri dari potensi air permukaan tanah (fresh water) dan air tanah (groundwater). Potensi aliran air permukaan terdiri dari air rawa, air danau dan air sungai yang mengalir.

1. Sungai

Terdapat 3 Daerah Aliran Sungai (DAS) utama di wilayah Maybrat yaitu DAS Seremuk, DAS Kaibus dan DAS Waromge. Masing-masing DAS mempunyai banyak anak sungai. Semua anak sungai umumnya mengalir kea rah Barat Daya hingga Barat Laut dan bermuara di sungai utama yaitu Sungai Kaibus, Sungai Seremuk dan Sungai Waromge.

Berdasarkan Peta Rupa Bumi Digitasi Bakosurtanal terdapat 14 DAS yang teridentifikasi yaitu DAS Aninamaru, Kaibus, Kais, Kamundan, Karabra, Matemani, Sajem, Sebjar, Sekak, Seremuk, Sigeroi, Tarof, Wariagrar dan Waromge. Untuk lebih jelasnya lokasi dan cakupan DAS masing-masing terlihat dalam peta berikut.

DAS Kaibus terdiri dari sungai Kohoin, Sungai Wermit dan Sungai Sayal. Sungai Sayal memiliki anak sungai yang relatif sedikit, umumnya merupakan sungai-sungai kecil di daerah hulu. Terdapat 6 anak sungai yang cukup besar alirannya yang mengalir ke Sungai Kaibus.

DAS Waromge terdiri dari Sungai Keyen, Sungai Sungguer, Sungai Waigo dan Sungai Waren. Cukup banyak anak sungai yang mengalir di DAS Waromge, misalnya Sungai Keyen yang terdiri dari 12 anak sungai. Sungai-sungai utama dan anak-anak sungai yang cukup besar sebagian alirannya dipengaruhi oleh pasang surut air laut.

Sungai-sungai yang ada di Kabupaten Maybrat berfungsi sebagai sumber air sehari-sehari penduduk setempat, tempat wisata dan juga sebagai prasarana transportasi. Contoh sungai di Kabupaten Maybrat yang berfungsi sebagai tempat wisata adalah Sungai Sembra, Sungai Kohoin dan Sungai Wermit. Selain itu, sungai yang ada di Kabupaten Maybrat juga merupakan sumber air PAM. Sebagai contoh air PAM di Distrik Ayamaru bersumber dari Sungai Mos dan Distrik Ayamaru Utara menggunakan Sungai Imsun sebagai sumber air PAM. Kerusakan lingkungan telah terjadi di beberapa sungai di Kabupaten Maybrat. Salah satunya adalah sedimentasi yang terjadi di Sungai Hilang di Distrik Sawiat. Pendangkalan sungai tersebut menyebabkan air menggerus badan jalan di sisi sungai dan juga menyebabkan banjir yang dapat memutus jalur transportasi.

2. Danau

Danau meupakan salah satu potensi air permukaan yang banyak terdapat di Kabupaten Maybrat. Setidaknya ada 5 danau yang terdapat di Kabupaten Maybrat yaitu : Danau Uter di

Distrik Aitinyo, Danau Ayamaru di Distrik Ayamaru, Danau Tanimut (Makiri) dan Nawawefom di Aifat Timur.

Danau- danau tersebut merupakan sumber air sehari-hari bagi penduduk yang bertempat tinggal di sekitar danau tersebut. Selain itu danau-danau tersebut merupakan menyimpan potensi sebagai obyek wisata di Kabupaten Maybrat seperti Danau Ayamaru di Distrik Ayamaru dan Danau Uter di Distrik Aitinyo.

Danau Ayamaru merupakan salah satu danau yang ada di Kabupaten Maybrat yang terletak

di Distrik Ayamaru. Luas Danau Ayamaru sekitar 2500 ha, termasuk tipe seri oligotropik-eutropik yang produktivitasnya tergantung nutrisi yang diterimanya dan pengairan regional pada usia geologis dan kedalaman kelimpahan planton kurang karena laju sedimentasi yang tinggi mengakibatkan tipisnya penetrasi cahaya. Danau Ayamaru juga merupakan salah satu danau yang dijadikan sebagai obyek wisata, oleh sebab itu, disekitar danau tersebut telah dikembangkan fasilitas-fasilitas pendukung tempat wisata seperti tempat istirahat dan dermaga. Selain digunakan sebagai obyek wisata, Danau Ayamaru juga digunakan sebagai tempat pemancingan dan tempat pemijahan ikan sehingga di danau tersebut banyak ditemui keramba ikan milik penduduk. Hanya saat ini, danau tersebut telah mengalami pendangkalan karena penebangan di perbukitan sekitar danau.

Danau Uter di Distrik Aitinyo juga merupakan salah satu danau di Kabupaten Maybrat yang dikembangkan menjadi obyek wisata dan juga digunakan sebagai sumber air sehari-hari bagi penduduk setempat.

2.2.4

Klimatologi

Letak Kabupaten Maybrat pada posisi normal (khatulistiwa) sehingga tidak langsung mendapat pengaruh udara kering dari Autralia atapun sebaliknya mendapat pengaruh udara basah dari daratan benua asia.

Iklim Wilayah Kabupaten Maybrat tergolong iklim tropis Monsoon. Musim hujan terjadi saat berlaku Monsoon Barat Laut, yaitu pada Bulan Desember – Maret. Musim terjadi saat Monsoon Tenggara, yaitu pada Bulan Mei – Oktober. Daerah dataran rendah di Kabupaten Maybrat mempunyai intensitas hujan yang lebih banyak karena adanya proses hujan orografis dimana angina yang membawa uap air dari laut terhambat pegunungan yang berada di sebelah utara Kabupaten Maybrat sehingga terjadilah hujan lokal di daerah dibawah pegunungan tersebut (dataran rendah).

(18)

m/dt). Tekanan udara rata-rata 1006,1 mb. Kelembaban udara rata-rata 84,7% dan intesitas penyinaran matahari sekitar 54,3%.

2.2.5

Sumberdaya Lahan

A. Jenis Tanah

Secara umum, struktur tanah di Kabupaten Maybrat, terdiri antara lain jenis alluvial, mediterania, podzolik, latosol, orgaosol, litosol dan gambut. Sedangkan jenis tanah yang ada secara umum antara lain tanah kemerahan, tanah endapan alluvial dan tanah alluvial muda. Berikut ini akan dijelaskan gambaran umum jenis tanah per distrik di Kabupaten Maybrat.

Tabel 2.5

Karakteristik Jenis Tanah per Distrik di Kabupaten Maybrat

No Distrik Karakteristik Tanah

1 Ayamaru Jenis tanah yang dominan di Distrik Ayamaru adalah asosiasi antara Inceptisol (eutrudent) dan ultisol (hapludult). Tanah inceptisol memiliki tekstur sedang (lempung) sampai halus (liat). Reaksi tanah agak masma sampai netran dengan pH (12-14 cmol/(+)/kg). Kesuburan tanah tergolong agak rendah dan penyebab utamanya adalah rendahnya KTK.

2 Aitinyo Jenis tanahnya didominasi Asosiasi Inceptisol (Eutrudent) dan Ultisol (Hpludult). Tekstur tanah Eutrudept tergolong halus (liat, reaksi tanah agak masam (pH 6,3), kejenuhan basa tinggi (60%). Kadar bahan organik, N total dan P tersedia serta KTK tergolong tinggi. Oleh karena itu, tingkat kesuburan tanah ini lebih baik daripada Hapludult. Tanah Hapludult memiliki tekstur halus (liat), pH agak masam dengan nilai kejenuhan basa rendah (29%). Kadar bahan oragnik, N total, dan KTK tergolong rendah. Oleh karena itu, tanah ini tingkat kesuburan tergolong rendah.

3 Ayamaru

Utara

Jenis tanahnya adalah entisol dan enceptisol.entisol adalah tanah yang teksturnya kasar (lempung berpasir sampai pasir), pH masam sampai agak masam (pH 5,5-6,4) dengan kejenuhan basa rendah sampai sedang (35-50%). Kadar bahan organik, N total dan KTK tergolong rendah.tanah eutrudept teksturnya halus (liat), reaksi tanah agak masam sampai netral (pH 6,0-6,8) dengan kejenuhan basa tergolong tinggi. Namun kadar bahan organik, N total dan KTK termasuk rendah. Karena itu kesuburan tanah ini sangat rendah.

4 Aifat Jenis tanah di Distrik Aifat yang dominan adalah Inceptisol dan Ultisol. Ketiga jenis tanah tersebut memiliki tingkat kesuburan yang tergolong rendah, yang dicirikan oleh rendahnya KTK atau kejenuhan basa.

5 Aifat Timur

Jenis tanah pada daerah perbukitan merupakan asosiasi antara Udorthent dan Hapludult, sedangkan pada daerah yang relatif datar adalah Eutrudent. Tekstur tanah bervariasi mulai dari liat sampai lempung berdebu. Tanah Hapludult pH sangat masam dengan kejenuhan basa rendah, sedangkan Udorthent dan Eutrudept reaksi tanahnya agak masam, KTK dan bahan organik tergolong rendah. Ketiga jenis tanah tersebut tingkat kesuburannya rendah.

6 Mare Merupakan asosiasi antara Entisol, Inceptisol dan Ultisol. Tanah ini teksturnya lempung liat berdebu, reaksi tanah masam dengan nilai kejenuhan basa rendah.

Di wilayah Kabupaten Maybrat terdapat berbagai jenis tanah yaitu inceptisol (entropepts dan dystropets), ultisol tropis (tropudults), entisol berpasir (tropopsament), gambut (sulfihemist), tanah tergenang (hydraquenst), tanah dengan bahan organik tinggi (rendolls), jenis inceptisol tropis di daerah equator tropaquepts), ultisol tropis (tropudult), yang tersebar di wilayah-wilayah distrik di Kabupaten Maybrat. Tanah Inceptisol di Kabupaten Maybrat ada 2 macam yaitu tanah inceptisol yang tidak subur (dystropepts) dan tanah inceptisol yang subur (eutropepts).

Tanah inceptisol yang tidak subur mencapai luasan 144.447,83 ha tersebar di hampir semua

distrik, kecuali Distrik Ayamaru, Mare, dan Ayamaru Utara. Luas terbesar ada di Distrik Aifat (76,408,47 ha). Sedang jenis tanah inceptisol yang subur mencapai luasan 25.605,33 ha, yang terdapat hampir semua distrik.

Jenis tanah entisol tergenang (hyraquents) terdapat seluas 5.673,35 ha tersebar di Distrik Ayamaru, Aitinyo, Ayamaru Utara, jenis tanah rendools seluas 21.299,54 tersebar di hampir semua distrik kecuali Distrik Aitinyo. Jenis tanah Inceptisol tropis daerah equator di Kabupaten Maybrat mencakup luasan 73.565,57 ha yang tersebar di hampir semua distrik kecuali Distrik Ayamaru dan Ayamaru Utara. Jenis tanah yang lain terdapat di Kabupaten Maybrat adalah gambut tropis (tropoheminsts) seluas 745,68 ha yang terdapat di Distrik Aifat. Tanah ultisol tropis (tropudult) di Kabupaten Maybrat mencakup luasan 159.851,68 ha dengan luasan terbesar di Distrik Aifat. Masing-masing luasan jenis tanah per distrik secara rinci termuat dalam tabel berikut.

Dari fakta yang ada di wilayah Kabupaten Maybrat yang terdiri dari 6 distrik jenis tanah didominasi oleh tanah Entisol, Inceptisol dan Ultisol dengan pH rendah sampai normal maupun

(19)

Distrik dystropepts eutropepts hydraquents rendalls sulfihemists tropaquepts tropofluvents tropohemists troposamments troposaprist tropudalfs tropudults Lain-lain

Aifat Timur 56892,14 551,47 10540,22 41545,32 10775,93 20992,59 51337,29

Aifat 76408,47 5631,94 446,09 20867,56 632,51 745,68 71486,04 86131,91 15,92

Aitinyo 11147,22 5732,4 26,35 9865,62 22614,65 22382,48

Ayamaru 1484,95 4407,95 8556,94 43943,61 155,86

Mare 9368,57 1151,97 1287,07 39129,1

Ayamaru Utara

2836 1239,05 604,32 25979,59 648,9

Total 144447.83 25605.33 5673.35 21299.54 0 73565.57 11408.44 745.68 0 0 224145.58 159851.68 820.68

Tabel 2.6

(20)
(21)

B. Kesesuaian Lahan

Lahan merupakan suatu wilayah (region), yaitu suatu satuan ruang berupa suatu lingkungan hunian masyarakat manusia dan masyarakat hayati yang lain. Sumberdaya alam menjadi komponen lahan, yaitu atmosfer (udara, iklim, musim), pedosfer (tanah), bentuk muka bumi, geologi (batuan, mineral, bahan tambang), hidrologi dan biosfer (flora dan fauna). Sumberdaya binaan (waduk, kawasan industri, jaringan jalan, hamparan perkebunan dan sobagainya) menjadi komponen lahan apabila kehadirannya berpengaruh penting atas penggunaan lahan masa kini

dan masa yang akan datang. Penilaian dipandang sebagai proses pembandingan secara teliti dan penafsiran inventarisasi dasar mengenai tanah, iklim, vegetasi penutup, penggunaan lahan kini dan gatra (aspect) lahan yang lain, dengan maksud membandingkan berbagai alternative penggunaan lahan yang memberikan harapan dapat diterapkan di macam lahan yang berbeda-beda (FAO, 1984).

Salah satu penilaian lahan tercakup juga dalam kesesuaian lahan (land suitability), yaitu dinilai menurut pengelolaan khas yang diperlukan untuk mendapatkan nisbah (ratio) yang lebih baik antara manfaat yang dapat diperoleh dan masukan yang diperlukan. Semakin rendah untuk macam penggunaan yang direncanakan. Dalam hal ini kesesuaian lahan berkomyasi ekonomi. Semakin kurang kecukupannya, kesesuaian lahan dinilai semakin rendah untuk macam penggunaan lahan bersangkutan.

Analisa data kesesuaian lahan mencakup jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Maybrat dan anasir-anasir tanah yang mencakup derajat keasaman (pH), kelerengan, kesuburan, ketersediaan air yang digunakan untuk menentukan tingkat kesesuaian lahan dalam rangka pengembangan tanaman pangan, tanaman industri dan perkebunan maupun pengembangan potensi sektor

pertanian lainnya. Atas dasar tingkat kesesuaian lahan dan sebarannya, diharapkan memberikan arahan dalam memanfaatkan potensi sumberdaya alam Kabupaten Maybrat.

Tabel 2.7

Pengelompokan kelas Kesuaian Lahan Untuk Tanaman Pangan Lahan Kering

No Faktor Simbol Kelas Kesesuaian Lahan 3 Pori air tersedia Sangat tinggi,

tinggi

N Tinggi Tinggi, sedang Tingggi, sedang, rendah

11 Kelas Drainase d Baik Baik Agak cepat, baik Cepat, agak cepat, baik, agak

(22)

Dari analisa kesesuaian lahan dapat disusun rancangan pengembangan komoditas pertanian dengan mengacu pada pedoman pengembangan tanaman atas dasar kesesuaian lahan tanaman pertanian dan kehutanan yang ditentukan oleh Center of soil ang Agro Climate Research Bogor (1994) dan Environmental Adaptation of Crops. Dengan mengetahui potensi sumber lahan dan dikaitkan dengan persyaratan tumbuh berbagai jenis tanaman pertanian dan perkebunan dan kehutanan, wilayah Kabupaten Maybrat dapat dipetakan potensi pengembangan komoditas. Dalam pengembangan sektor pertanian dalam arti luas, tidak lepas dengan ketersediaan

sumberdaya manusia baik kuantitas maupun kualitas. Manusia dalam hal ini berperan ganda, artinya dapat berperan sebagai produsen sekaligus konsumen untuk tanaman pangan dan sebagai produsen bahan baku untuk yang menghasilkan bahan olahan pabrik. Berikut ini adalah analisis kesesuaian lahan untuk komoditas-komoditas tanaman pertanian dan perkebunan terpilih sebagai berikut.

Tabel 2.8

Jenis Komoditas Yang Dipilih Untuk Analisis Kesesuaian Lahan

Tanaman Pangan dan Lahan Kering Tanaman Perkebunan Tanaman Hutan

1. Padi ladang 4. Kacang hijau 1. Karet 5. Kopi 1. Merbabu

2. Padi sawah 5. Kedelai 2. Kelapa sawit 6. Mangga

3. Jagung 3. Kelapa 7. Rambutan

4. Coklat 8. Pisang

Sumber : Bakosurtanal, 2007

1. Tanaman Pangan dan Lahan Kering a) Padi Ladang

Padai lading merupakan salah satu komoditas yang kurang bisa dikembangkan di Kabupaten Maybrat. Lahan yang ada cenderung kurang sesuai (S3) dan tidak sesuai, sementara (S3) untuk pengembangan padi lading. Luas lahan yang masuk dalam klas kesesuaian lahan tidak permanen sementara (N1) adalah 663.838,11 Ha. Faktor penghambat bagi klas kesesuaian lahan tidak sesuai sementara adalah kedalaman tanah, drainase, kemiringan lereng, fragmentasi, nutrisi dan banjir. Lahan yang masuk dalam klas kesesuaian lahan N1 tersebar di seluruh distrik di Kabupaten Maybrat. Sedangkan luas lahan yang masuk dalam klas kesesuaian kurang sesuai (S3) adalah seluas 52.571,26 Ha dengan penyebaran hampir di seluruh distrik kecuali Distrik Ayamaru dan Ayamaru Utara. Faktor penghambat bagi klas kesesuaian lahan S3 adalah kemiringan lereng dan nutrisi. Untuk lebih jelasnya kesesuaian lahan padi lading dapat dilihat pada tabel dan peta berikut ini.

Tabel 2.9

Kesesuaian Lahan Padi Ladang

Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi

No Distrik Luas (ha)

S3 52571.26 Kemiringan lereng, nutrisi 1 Aifat Timur

-2 Aifat 1.360,06

3 Aitinyo 274,49

4 Ayamaru

-5 Mare 50.936,71

6 Ayamaru Utara

-N1 663838.11 Kedalaman tanah, Drainase, Nutrisi,

Banjir, Kemiringan Lereng, Fragmentasi 1 Aifat Timur 192.650,89 2 Aifat 260.990,11 3 Aitinyo 71.494,22 4 Ayamaru 58.393,45

5 Mare 50.936,71

6 Ayamaru Utara 31.307,85

Sumber : Bakosurtanal, 2009

b) Padi Sawah

(23)

Tabel 2.10

Kesesuaian Lahan Padi Sawah

Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi

No Distrik Luas (ha)

S3 2920.77 Slope, nutrients 1 Aifat Timur

-2 Aifat 1.360,06

3 Aitinyo 274,49

4 Ayamaru

-5 Mare 1.286,22

6 Ayamaru Utara

-N1 663838.11 Depth, drainage, slope fragmentation, nutrients flood

1 Aifat Timur 192.650,89 2 Aifat 260.990,11 3 Aitinyo 71.494,22 4 Ayamaru 58.393,45

5 Mare 49.650,49

6 Ayamaru Utara

30.658,95

c) Jagung

Jagung juga merupakan salah satu tanaman yang sulit untuk dikembangkan di Kabupaten Maybrat. Seluruh distrik Kabupaten Maybrat tidak sesuai untuk pengembangan tanaman jagung. Sama seperti tanaman kedelai dan tanaman coklat, faktor pehambat bagi pengembangan tanaman jagung di kabupaten tersebut adalah curah hujan. Untuk lebih jelasnya kesesuaian lahan dapat dilihat pada tabel dan peta berikut ini.

Tabel 2.11

Kesesuaian Lahan Jagung

Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi

No Distrik Luas (ha)

N2 666758.62 Curah Hujan 1 Aifat Timur 192.650,89

2 Aifat 262.350,17

3 Aitinyo 71.768,71

4 Ayamaru 58.393,45

5 Mare 50.936,45

6 Ayamaru Utara 30.658,95

d) Kacang Hijau

Kacang hijau merupakan komoditas pertanian tanaman pangan yang memiliki spectrum penggunaan yang luas di bidang pengolahan pangan. Selain itu tradisi produksinya sudah

lama dimiliki oleh para petani. Namun dibanyak daerah kacang hijau diperlakukan juga seperti kedelai, seringkali tidak menjadi pilihan komoditas pertanian yang menarik, karena itu petani seringkali memperlakukannya sebagai tanaman sela saja. Sama dengan tanaman coklat, jagung dan kedelai, tanaman kacang hijau tidak sesuai untuk dikembangkan di Kabupaten Maybrat. Sama seperti ketiga tanaman terdahulu, faktor penghambat bagi pengembangan tanaman kacang hijau di Kabupaten Maybrat adalah curah hujan. Kesesuaian lahan untuk tanaman kacang hijau dapat dilihat pada tabel dan

peta berikut ini.

Tabel 2.12

Kesesuaian Lahan Kacang Hijau

Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi

No Distrik Luas (ha)

N2 666758.62 Curah Hujan 1 Aifat Timur 192.650,89

2 Aifat 262.350,17

3 Aitinyo 71.768,71

4 Ayamaru 28.393,45

5 Mare 50.936,71

6 Ayamaru Utara 30.658,95

e) Kedelai

Pada skala nasional sebenarnya terdapat peluang pasar yang luas untuk kebutuhan kedelai. Namun dibanyak daerah kedelai seringkali tidak menjadi pilihan komoditas

(24)

Tabel 2.13

Kesesuaian Lahan Kedelai

Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi

No Distrik Luas (ha)

N2 666758.62 Curah Hujan 1 Aifat Timur 192.650,89

2 Aifat 262.350,17

3 Aitinyo 71.768,71

4 Ayamaru 58.393,45

5 Mare 50.936,45

6 Ayamaru Utara 30.658,95

Sumber : Bakosurtanal, 2009

2. Tanaman Perkebunan a) Karet

Karet sebagai salah satu bahan industri memiliki penggunaan dengan spectrum yang semakin luas. Meskipun demikian terdapat juga saingan dari bahan-bahan baru yang dikembangkan secara sintetis, sehingga prospeknya sebagai komoditas andalan tidak begitu cerah. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, sebagian besar lahan di Kabupaten Maybrat tidak sesuai sementara untuk pengembangan tanaman karet. Luas

lahan yang termasuk dalam klas kesesuaian lahan N1 adalah seluas 240.979,37 Ha dan tersebar di seluruh distrik. Faktor pembatas dalam klas kesesuaian lahan N1 adalah kedalaman, banjir, drainase, fragmentasi, tekstur dan air. Sedangkan untuk lahan dengan klas kesesuaian lahan tidak sesuai permanen adalah hujan dan faktor pembatasan untuk klas kesesuaian lahan cukup sesuai adalah fragmentasi dan tekstur.

Tabel 2.14 Kesesuaian Lahan Karet

Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi

No Distrik Luas (ha)

S2 127931.75 Fragmentasi tekstur 1 Aifat Timur 31.224,96

2 Aifat 57.732,50

3 Aitinyo 38.492,19

4 Ayamaru 482,10

5 Mare

-6 Ayamaru Utara

-N1 240979.37 Kedalaman tanah Banjir

Drainase Fragmentasi Tekstur Air

1 Aifat Timur 84.211,19

2 Aifat 92.875,93

3 Aitinyo 13.155,85

4 Ayamaru 6.679,38

5 Mare 22.201,85

6 Ayamaru Utara 21.855,17

N2 282164.29 Curah Hujan 1 Aifat Timur 77.214,74

2 Aifat 111.741,74

3 Aitinyo 20.120,67

4 Ayamaru 51.231,97

5 Mare 21.855,17

b) Kelapa Sawit

Kelapa sawit bisa berperan penting sebagai penghasil devisa dari luar negeri jika ekspor dapat diperkuat. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan diperoleh informasi bahwa sebagian besar wilayah di kabupaten ini tidak sesuai sementara untuk pengembangan tanaman kelapa sawit. Luas lahan yang dalam klas kesesuaian lahan N1 (tidak sesuai sementara) adalah seluas 225.932,62 ha dengan penyebaran di seluruh distrik. Sedangkan luas lahan yang masuk dalam klas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) adalah seluas 133.525,23 Ha dengen penyebaran hampir di ke seluruh distrik kecuali di

(25)

Tabel 2.15

Kesesuaian Lahan Kelapa Sawit

Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi

No Distrik Luas (ha)

N2 260309.12 Curah Hujan 1 Aifat Timur 77.214,74

2 Aifat 111.741,74

Kelapa merupakan komoditas perkebunan yang penting untuk diketahui kesesuainnya untuk dibudidayakan lebih lanjut di Kabupaten Maybrat saat ini, karena budidayanya sudah sangat dikenal oleh masyarakat. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan diperoleh informasi bahwa sebagian besar lahan di Kabupaten Maybrat (262.403,6 ha) tidak sesuai sementara (N1) untuk pengembangan tanaman kelapa. Faktor pembatas bagi klas kesesuaian lahan N1 adalah kedalaman, banjir, drainase, fragmentasi, ketinggian dan kemiringan lereng. Untuk lebih jelasnya, kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa dapat dilihat pada tabel dan peta berikut ini.

Tabel 2.16

Kesesuaian Lahan Kelapa

Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi

No Distrik Luas (ha)

N2 255219.42 Curah hujan 1 Aifat Timur 52.316,98

2 Aifat 83.753,11

Coklat merupakan salah satu komoditas yang dikembangkan di Kabupaten Maybrat. Coklat pernah menjadi komodtas unggulan di Kabupaten tersebut ketika krisis moneter

beberapa waktu lalu. Coklat sebagai tanaman perkebunan memiliki prospek yang masih baik, karena sebagian besar komoditas ini merupakan bahan ekspor yang menghasilkan devisa yang cukup penting.

(26)

Tabel 2.17

Kesesuaian Lahan Coklat

Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi

No Distrik Luas (ha)

N2 666758.88 Curah hujan 1 Aifat Timur 192.650,89

2 Aifat 262.350,17

3 Aitinyo 71.768,71

4 Ayamaru 58.393,45

5 Mare 50.936,71

6 Ayamaru Utara 30.658,95

Sumber : Bakosurtanal, 2009

e) Kopi

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, seluruh lahan di Kabupaten Maybrat tidak sesuai untuk pengembangan tanaman kopi. Luas lahan yang masuk dalam klas kesesuaian lahan tidak sesuai permanen (N2) adalah seluas 666.758,88 ha dan tersebar di seluruh distrik yang ada di kabupaten tersebut. Faktor penghambat untuk kelas kesesuaian lahan N2 tersebut adalah curah hujan. Untuk lebih jelasnya, kesesuaian lahan tanaman kopi dapat dilihat pada tabel dan peta di halaman berikut ini.

Tabel 2.18 Kesesuaian Lahan Kopi

Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi

No Distrik Luas (ha)

N2 666758.88 Curah hujan 1 Aifat Timur 192.650,89

2 Aifat 262.350,17

3 Aitinyo 71.768,71

4 Ayamaru 58.393,45

5 Mare 50.936,71

6 Ayamaru Utara 30.658,95

Sumber : Bakosurtanal, 2009

f) Mangga

Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, tanaman mangga tidak sesuai permanen untuk dikembangkan di Kabupaten Maybrat. Luas lahan yang masuk dalam klas kesesuaian lahan tidak sesuai permanen (N2) adalah seluas 666.758 Ha. Penyebaran

Maybrat. Faktor penghambat bagi pengembangan tanaman mangga di Kabupaten Maybrat adalah curah hujan. Untuk lebih jelasnya, kesesuaian lahan di Kabupaten Maybrat dapat dilihat pada tabel dan peta berikut ini.

Tabel 2.19

Kesesuaian Lahan Mangga

Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi

No Distrik Luas (ha)

N2 666758.88 Curah hujan 1 Aifat Timur 192.650,89

2 Aifat 262.350,17

3 Aitinyo 71.768,71

4 Ayamaru 58.393,45

5 Mare 50.936,71

6 Ayamaru Utara 30.658,95

Sumber : Bakosurtanal, 2009

g) Rambutan

Rambutan adalah salah satu tanaman buah yang mempunyai nilai jual yang cukup baik. Tanaman rambutan dapat dijadikan sebagai salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk menambah pemasukan rumah tangga penduduk Kabupaten Maybrat. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, sebagian besar lahan di kabupaten tersebut tidak sesuai permanen (N2) untuk pengembangan tanaman rambutan. Seluruh distrik di Kabupaten Maybrat tidak sesuai pengembangan tanaman rambutan tersebut. Untuk lebih jelasnya, kesesuaian lahan untuk tanaman rambutan dapat dilihat pada tabel dan peta dibawah ini.

Tabel 2.20

Kesesuaian Lahan Rambutan

Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi

No Distrik Luas (ha)

N2 666758.88 Curah hujan 1 Aifat Timur 192.650,89

2 Aifat 262.350,17

3 Aitinyo 71.768,71

4 Ayamaru 58.393,45

5 Mare 50.936,71

(27)

h) Pisang

Sama seperti tanaman rambutan, pisang juga merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan untuk menambah pemasukan bagi rumah tangga penduduk. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan tanaman pisang, seluruh lahan di Kabupaten Maybrat tidak sesuai untuk pengembangan tanaman pisang. Luas lahan yang masuk dalam klas kesesuaian lahan tidak sesuai permanen adalah 666.758,88 ha dengan penyebaran di seluruh distrik. Faktor penghambatnya adalah curah hujan. Untuk

lebih jelasnya, kesesuaian lahan tanaman pisang dapat dilihat pada tabel dan peta berikut ini.

Tabel 2.21

Kesesuaian Lahan Pisang

Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi

No Distrik Luas (ha)

N2 666758.88 Curah hujan 1 Aifat Timur 192.650,89

2 Aifat 262.350,17

Merbau adalah salah satu tanaman kayu yang mempunyai nilai komoditas yang tinggi. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan, sebagian besar lahan di Kabupaten Maybrat sesuai untuk pengembangan tanaman merbau. Luas lahan yang masuk dalam klas kesesuaian lahan sesuai (S1) adalah seluas 19.819,49 ha dengan penyebaran hampir diseluruh distrik kecuali di Ayamaru Utara. Faktor pembatas bagi klas kesesuaian lahan S2 adalah drainase, kemiringan lereng dan pH. Untuk lebih jelasnya kesesuaian lahan tanaman merbau dapat dilihat pada tabel dan peta dibawah ini.

Tabel 2.22

Kesesuaian Lahan Merbau

Kesesuaian Luas Total (ha) Faktor Penghambat Distribusi Lokasi

No Distrik Luas (ha)

C. Potensi Pengembangan Tanaman Pertanian dan Perkebunan

Dari jenis tanah yang beragam dan tersebar hampir di semua distrik bila dikombinasikan dengan faktor tumbuhan tanaman yang lain yaitu faktor agroklimatologis seperti curah hujan, suhu, kelembaban dan faktor fisik lainnya seperti ketebalan solum, tingkat kesuburan fisik maupun kimiawi, salininas, maka untuk pengembangan komoditas tanaman pertanian dan perkebunan dihadapkan kepada berbagai permasalahan yang lebih bersifat sebagai hambatan.

Jenis tanaman pangan non padi yang mempunyai peluang untuk dikembangkan antara lain ubi kayu, ubi jalar, talas, jagung dan kacang-kacangan. Tanaman-tanaman ini pada tahap-tahap awal pembangunan pertanian mungkin belum dapat dikategorikan sebagai sumber pendapatan daerah atau menjadi sumber peningkatan pendapatan keluarga petani secara langsung, namun mampu menopang kebutuhan pangan penduduk setempat.

Untuk pengembangan tanaman ubi kayu jenis tanah dan faktor agroklimatologis di Kabupaten

(28)

seperti di Distrik Ayamaru dan Mare, dengan faktor pembatas atau penghambat cukup kompleks yaitu curah hujan, suhu, salinitas dan kebanjiran. Dengan demikian untuk pengembangan ubi kayu diperlukan berbagai masukan (input) produksi yang berat, misalnya dengan pengapuran, pengairan di musim kemarau dan penanggulangan banjir.

Untuk pengembangan talas, lahan di Kabupaten Maybrat memiliki tingkat kesesuaian dari S3 (sesuai marginal) sampai N2 (tidak sesuai), tidak ada yang S1 dan S2. wilayah-wilayah pengembangan dengan masukan produksi yang berat untuk tanaman talas (kesesuaian lahan S3)

antara lain di Distrik Ayamaru dengan faktor pembatas suhu, salinitas, pH dan di beberapa bagian wilayah kebanjiran, di Distrik Aifat dengan faktor pembatas yang sama dengan di Distrik Ayamaru, Aitinyo, Ayamaru Utara, Aifat Timur dan Mare, kendala yang banyak dihadapi adalah pH, suhu, diranase dan salinitas.

Untuk pengembangan tanaman kedelai, jagung pisang, mangga dan kakao secara umum tingkat kesesuaian lahannya adalah N2 dengan faktor pembatas utama curah hujan dan suhu (tidak dapat diperbaiki). Hal ini perlu mendapat pemikiran yang lebih mendalam untuk mengubah tingkat kesesuaian lahan setiidaknya menjadi S3 melalui program khusus, misalnya reboisasi, reklamasi maupun program lainnya.

Untuk pengembangan tanaman perkebunan seperti kelapa dan kelapa sawit, lahan dan faktor agroklimatologis di Kabupaten Maybrat memberikan peluang untuk pengembangan dengan tingkat kesesuaian lahan dari S1 (sangat sesuai) dengan S2 (cukup sesuai); di Distrik Ayamaru dengan pembatas kesuburan rendah; Aifat dengan pembatas tanah fragile; Aitinyo dengan pembatas kesuburan rendah; Moswaren dengan pembatas kesuburan tanah rendah. Aifat Timur dan Mare, yang pada umumnya sebagai pembatas adalah kesuburan lahan yang rendah. Di

Distrik Mare terdapat lahan yang mempunyai tingkat kesesuaian lahan S1 untuk kelapa sawit. Tingkat kesesuaian lahan S2 dapat ditingkatkan ke S1 dengan masukan yang sesuai dan dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat, misalnya dengan faktor pembatas tingkat kesuburan yang rendah, melalui studi analisis tanah dapat diketahui kekahatan (defisiensi hara) yang terjadi, sehingga rekomendasi pemupukan dapat disesuaikan untuk keberhasilan pengembangan komoditas pertanian maupun perkebunan dan buah-buahan. Tanaman kelapa sawit akan dapat dilihat peran ekonominya setelah berumur 5 tahun sampai umur 30 tahun, artinya tenggang waktu antara tanam dan panen tidak terlalu panjang dan berlangsung selama waktu yang panjang.

Dari uraian diatas dapat diutarakan bahwa nampaknya kelapa sawit dan kelapa merupakan komoditas yang mempunyai peluang besar untuk dikembangkan di Kabupaten Maybrat. Di areal

ganda dengan tanam perkebunan lainnya maupun dengan tanaman pangan. Dari berbagi pengalaman dan studi yang memberikan gambaran dampak negative jangka panjang pertanaman kelapa sawit, maka perlu dipertimbangkan karena kelapa sawit merupakan tanaman yang diusahakan secara monokultur terjangkau waktu 25 - 30 tahun (satu siklus) dan mempunyai kontribusi besar dalam pemiskinan lahan, erosi dan banjir.

Pengembangan tanamanpangan di lahan dengan tingkat kesesuaian S3 masih dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor pembatas yang masih dimungkinkan untuk diperbaiki. Sedang

pada lahan dengan tingkat kesesuaian lahan N1 untuk jangka panjang dapat dimanfaatkan dengan tindakan antara lain reklamasi lahan, memperbaiki struktur dan kesuburan lahan dengan konsep konservasi secara vegetasi. Sebagai gambaran untuk memilih komoditas perkebunan yang akan dikembangkan di Kabupaten Maybrat, maka ditunjukkan persyaratan tumbuh beberapa tanaman komoditan perkebunan.

Kakao (coklat) tumbuh baik pada lahan dengan retensi kelengasan dan aerasi tanah yang baik. Dapat diusahakan pada tanah lempungan (clay-loam) dengan struktur remah. Pada tanah berpasir (pasiran) kakao tumbuh baik karena penetrasi perakaran sempurna, namun kelengasan tanah harus dapat dipertahankan sehingga cocok untuk di wilayah yang curah hujannya cukup tinggi dan terdistribusi dengan baik dan merata, bulan kering diseyogyakan 1 - 2 bulan saja. Curah hujan 1500 - 2000 mm/th dan tidak terjadi genangan adalah kondisi yang baik untuk tumbuhnya tanaman kakao. Tanaman kakao dapat tumbuh pada lahan dengan kisaran pH tanah 4,3 - 8,7, tetapi lebih baik pada tanah acidic, salinitas rendah dan pada lahan dengan kelerengan < 15 %. Suhu optimum untuk pertumbuhan antara 21 35º C dan terbaik pada suhu 22,4 -26,7ºC. Tanaman kakao memerlukan intensitas cahaya 1000 - 3000 fc, sehingga untuk

tanaman muda perlu mendapatkan naungan buatan karena tidak tahan terhadap sinar matahari terik, namun setelah tumbuh dewasa dapat menaungi dirinya sendiri (self-shading) atau tumpangsari dengan tanaman lain. Tanaman kakao dapat ditumpangsarikan dengan kelapa, yang sekaligus dapat berfungsi untuk naungan.

(29)

Tabel 2.23

Kondisi Fisik Lahan Untuk Perkebunan Kelapa Sawit

Faktor Pembatas Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

1. Altitude (m) 0 - 400 0 - 400 0 - 400 0 – 400

2. Iklim

 Curah hujan (mm/th)

 Tipe iklim 2000 - 2500 1800 - 2000 1500 - 1800 1500

 SuhuºC 22 - 23 22 - 23 22 - 23 22 - 23

 Penyinaran (jam/hari) 6 6 6 6

 Kelembaban (%) 80 80 80 80

 Angin Lemah Sedang Sedang Sedang

3. Bentuk wilayah

 Kelerengan (%) 0 - 15 16 - 25 25 - 36 > 36

 Rawa Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

 Genangan/banjir Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

 Drainase Baik Baik Agak baik Agak baik

 Pasang-surut Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada

4. Tanah

 Erosi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sedikit

 Solum (cm) 80 80 60 - 80 60

Sumber : Pusat Penelitian Marihat, Pematang Siantar

Seperti halnya tanaman lain, pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Bahkan tanaman kopi mempunyai sifat sangat khusus, karena masing-masing jenis kopi menghendaki lingkungan yang agak berbeda. Faktor-faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap tanaman kopi antara lain adalah ketinggian, tempat, curah hujan, sinar matahari, angina dan tanah.

1. Ketinggian Tempat

Ketinggian tempat sebenarnya tidak berpengaruh langsung terhadap tanaman kopi, tetapi berpengaruh terhadap tinggi dan rendahnya suhu. Faktor suhu inilah yang berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan tanaman kopi, terutama terhadap pembentukan bunga dan buah serta kepekaannya terhadap serangan penyakit. Di Indonesia, umumnya tinggi rendahnya suhu oleh suhu ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat dari permukaan air laut. Oleh karena itu faktor ketinggian tempat lebih sering disebutkan.

Setiap jenis kopi menghendaki suhu atau ketinggian tempat yang berbeda-beda. Misalnya kopi robusta tumbuh optimum pada ketinggian 400 - 700 m dpl, tetapi beberapa diantaranya juga masih tumbuh baik dan ekonomis pada ketinggian 0 - 1000 m dpl. Kopi arabika

menghendaki ketinggian tempat antara 500 - 1700 m dpl. Bila kopi arabika ditanam di dataran rendah kurang dari 500 m dpl biasanya akan berproduksi dan bermutu rendah serta mudah terserang penyakit HV.

2. Hujan

Hujan merupakan faktor iklim terpenting setelah ketinggian tempat. Faktor ini bisa dilihat dari curah hujannya dan waktu turunnya hujan. Curah hujan akan berpengaruh terhadap ketersediaan air yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Sedangkan waktu jatuhnya hujan terutama berpengaruh terhadap proses pembentukan bunga dan buah. Kopi golongan robusta dan arabika sangat peka terhadap pengaruh ini. Kopi umumnya tumbuh optimum di daerah yang cukup hujannya 2000 - 3000 mm/th. Namun kopi masih tumbuh baik pada daerah bercurah hujan 1300 – 2000 mm/th. Bahkan di daerah bercurah hujan.

2.2.6

Sumberdaya Hutan

A. Tipe Hutan

Sumberdaya hutan di Kabupaten Maybrat termasuk ke dalam hutan hujan tropika, atau hutan tropika basah, karena memiliki ciri khas kelembaban cukup tinggi, tidak pernah kering. Sebaran sumberdaya hutan mencakup seluruh Kabupaten Maybrat dan semua distrik memiliku hutan. Lahan setiap distrik didominasi oleh penutupan hutan. Pada kawasan hutan dararan rendah suhu lingkungan hutan pada umumnya hangat, termasuk kawasan hutan payau (mangrove) dan hutan dataran rendah kering. Hutan hujan tropika dataran rendah terdapat tiga tipe yaitu :

 Hutan dataran rendah payau (mangrove);  Hutan dataran rendah air tawar;

 Hutan dataran rendah tanah/lahan kering.

Tipe satu dan dua termasuk kelompok hutan lahan basah. Hutan yang termasuk kawasan hutan tanah basah yang tidak payau, bukan mangrove, antara lain terdapat di Distrik Aitinyo.

(30)

Di atas hutan dataran rendah kering Kabupaten Maybrat memiliki kawasan yang cukup luas yang berupa hutan tropika basah pegunungan. Kawasan hutan ini membentang sejak dari sebelah utara sampai ke selatan, kemudian ke tenggara dan timur. Hampir seluruh distrik-distrik di Kabupaten Maybrat memiliki hutan hujan tropika pegunungan. Hutan-hutan ini seperti antara lain di Distrik Ayamaru, Ayamaru Utara, Aifat, Mare, dan Aitinyo. Hutan pegunungan ini pada umumnya terdapat pada puncak-puncak bukit, dan juga pada lereng-lereng bukit, dengan kelerengan lahan yang pada umumnya curam, lebih dari 15%. Bahkan terdapat sebagian besar lereng bukit lebih

dari 45%, sehingga dalam usaha pengelolaan hutan untuk dilakukan eksploitasi cukup si\ulit. Paling tidak memerlukan biaya yang lebih, dibandingkan dengan kawasan hutan yang pertopografi berat, sehingga memerlukan ekstra biaya, dan teknik pemungutan hutan yang tidak mudah. Selain itu kawasan hutan pegunungan sebagian besar tumbuh diatas formasi geologi yang berupa kapur atau gamping, sehingga kemungkinan terjadinya longsor atau erosi cukup tinggi. Hal ini disebabkan curah hujan tahunan yang relatif tinggi. Oleh karena itu, usaha pengelolaan hutan di daerah Kabupaten Maybrat harus dilakukan dengan hati-hati, diharapkan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan. Terutama diharapkan dapat mempertahankan pelestarian sumberdaya air, dan juga sumber keanekaragaman hayati alam.

Potensi sumberdaya hutan di kabupaten ini, memiliki keanekaragaman jenis yang cukup banyak, tetapi secara umum masih kurang beragam dibandingkan dengan keanekaragaman tumbuhan di sebelah barat garis Wallacea. Kelompok hutan hujan tropika di Papua ini termasuk di dalam kelompok hutan di sebelah timur Wallacea, dan secara tegas di sebelah timur garis Weber. Tumbuhan ini di kawasan Papua tidak terdapat jenis-jenis dari famili Shorea dan Dipterocarpacea, seperti tumbuhan hutan yang mudah ditemui di kawasan sebelah barat garis Wallacea. Secara

alami untuk jenis-jenis famili Shorea dan Diptercarpacea sebaran ke arah paling timur terdapat di Kepulauan Maluku, tepatnya antara lain di Pulau-pulau Halmahera, Pulau Seram. Tampaknya tumbuhan kayu di kawasan Papua didominasi oleh jenis famili Leguminoceae dan juga jenis-jenis daun jarum, seperti antara lain termasuk famili Araucariceae. Jenis-jenis-jenis famili yang terakhir ini pada umumnya tumbuh didaerah pegunungan, pada hutan-hutan pegunungan, seperti di Distrik Ayamaru, Ayamaru Utara, Mare dan Aifat.

Jenis tumbuhan famili berdaun jarum seperti familiAraucariacea, dengan jenis Agathis, Araucaria, yang banyak tumbuh di daerah hutan pegunungan, maupun hutan dataran tinggi, semuanya termasuk jenis-jenis kayu komersial yang terapung. Pada umumnya jenis famili daun jarum ini tumbuh secara mengelompok, tidak tersebar merata hampir diseluruh kawasan lahan hutan. Secara umum kenampakannya, seperti hutan tanaman, karena tumbuh mengelompok, seragam,

daun yang umumnya penuh. Hutan daun jarum ini dikatakan termasuk jenis-jenis tumbuhan hutan yang selalu hijau sepanjang tahun atau termasuk jenis evergreen atau tidak pernah menunjukkan menggugurkan daun, meskipun terjadi keadaan kekeringan yang panjang. Secara kebetulan kawasan hutan di Papua, tidak terdapat musim kering, seperti di pulau Jawa.

Berkaitan dengan gatra konservasi sumberdaya air, sebenarnya jenis tumbuhan famili berdaun jarum memiliki kemampuan mentranspirasi air tanah lebih tinggi dari pada tumbuhan yang berdaun lebar. Keadaan ini disebabkan tumbuhan famili daun jarum memiliki kepadatan daun

yang relatif tinggi dan permukaan daunnya relatif lebih luas dari pada permukaan daun lebar. Tumbuhan daun jarum bila tumbuh di kawasan yang curah hujan sedikit, tampaknya akan mempengaruhi keseimbangan sumberdaya air, karena kemampuan tumbuhan ini untuk mengeluarkan air cukup besar, sehingga memungkinkan untuk mempengaruhi pengurangan potensi sumberdaya air tanah cukup besar.

Daerah Kabupaten Maybrat memiliki curah hujan yang tinggi, sehingga meskipun terdapat tumbuhan famili daun jarum, mungkin tidak akan menimbulkan gangguan terhadap keseimbangan air tanah. Selain itu tumbuhan ini hidup di daerah tinggi dengan suhu yang relatif rendah, sehingga memungkinkan evapotranspirasi kawasan kemungkinan juga lambat. Kecuali bila dilakukan penanaman monokultur, dengan hanya satu jenis famili daun jarum, missal jenis Araucaria, maka kemungkinan akan terjadi defisit keseimbangan air tanah. Itupun kemungkinan besar bila diusahakan tanaman hutan secara skala besar, di kawasan dataran rendah, dengan suhu yang relatif tinggi. Pada umumnya meskipun diusahakan penanaman secara skala besar, biasanya tetap dilakukan dengan memasukkan beberapa jenis tanaman pengisi, sehingga tidak disukai oleh hama dan penyakit, tingkat keawetan tinggi, melebihi rata-rata kayu yang berasal dari

Gambar

Tabel 2.4Curah Hujan, Rata Hari Hujan, Kelembaban Udara, Suhu Udara dan Penyinaran Matahari
Tabel 2.7Pengelompokan kelas Kesuaian Lahan Untuk Tanaman Pangan Lahan Kering
Tabel 2.8Jenis Komoditas Yang Dipilih Untuk Analisis Kesesuaian Lahan
Tabel 2.12Kesesuaian Lahan Kacang Hijau
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menyiapkan sumber data (kearsipan) dari pelaksanaan kegiatan perencanaan dan pengendalian pelaksanaan program dari tahun yang sedang berjalan atau yang sudah

Selain pelanggaran kepemilikian ijin, masih banyak pula pelanggaran terhadap garis sempadan bangunan (GSB) sehingga mempengaruhi estetika kota. Penertiban dan pembongkaran

Lahan yang sesuai untuk pertanian tanaman pangan lahan kering tersebar hampir di seluruh kabupaten Padang Lawas Utara yang terletak di sebagian wilayah Kecamatan

• Kemiringan 0 - 3 % seluas kurang lebih 2 685 Ha lebih terdapat di sebagian besar wilayah Kota Cirebon, kecuali sebagian kecil wilayah di Kecamatan Harjamukti;..

Masih rendahya kemampuan masyarakat dalam mendukung operasi dan pemeliharaan penyediaan air minum perpipaan. Untuk meningkatkan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum

Prinsip dasar Safeguard sosial dan lingkungan adalah merupakan suatu upaya atau penilaian terhadap lingkungan yang dapat dilakukan oleh pemerintah, swasta maupun

Program Pembangunan Daerah merupakan instrument yang berisi satu atau lebih oleh kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi atau masyarakat yang dikoordinasikan oleh

alternative sumber air baku yang dapat diolah menjadi air minum Pembangunan dan pengembangan system saluran drainase kawasan  Perencanaan sistem saluran menurut