Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 1
BAB IV
GAMBARAN UMUM DAN KONDISI WILAYAH
KOTA DENPASAR
4.1.
GAMBARAN GEOGRAFI DAN ADMINISTRASI WILAYAH
Secara geografis Kota Denpasar terletak antara 08°35’31” – 08°44’49” LS dan
115°10’23”- 115°16’27” BT. Daerah ini ada pada ketinggian antara 0 – 75 m di atas permukaan laut (dpl). Denpasar Selatan mempunyai ketinggian 0 – 12 m dpl, Denpasar Timur 0 – 75 m dpl dan Denpasar Barat antara 12 – 75 m dpl.Wilayah Kota Denpasar meliputi sebagian dari daratan Pulau Bali dan seluruh Pulau Serangan. Luas Wilayah Kota Denpasar 12.778 ha atau sekitar 2,27 % dari
seluruh Provinsi Bali. Dari luas tersebut tanah sawah sebesar 20768 Ha, tanah kering 10.001 Ha,
dan tanah lainya 9 Ha. Jika dibandingkan dengan keadaan sebelumnya tahun 2004 penggunaan
tanah di denpasar mengalami perubahan yaitu dengan berkurangnya lahan persawahan dan
bertambahnya lahan kering khususnya perumahan.
Batas-batas wilayah Kota Denpasar adalah : di sebelah utara dan barat berbatasan dengan
Kabupaten Badung (Kecamatan Mengwi, Abiansemal dan Kuta), di sebelah timur dengan
Kabupaten Gianyar (Kecamatan Sukawati) dan Selat Badung, dan sebelah selatan dengan
Kabupaten Badung (Kecamatan Kuta). Letak geografis Kota Denpasar sangat strategis yaitu berada
di tengah-tengah Pulau Bali menjadikan Kota Denpasar sebagai titik sentral berbagai kegiatan
sekaligus penghubung antar Kabupaten. Disamping itu sebagai Ibu Kota Propinsi Bali Kota
Denpasar sudah tentu menjadi Pusat Pemerintahan, pendidikan dan perekonomian di Propinsi Bali.
Secara umum letak kota denpasar di wilayah geografis provinsi Bali dapat dilihat pada peta
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 2
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 3
Kota Denpasar secara administratif dibagi menjadi empat kecamatan yaitu Denpasar
Selatan, Denpasar Barat, Denpasar Timur, Denpasar Utara dengan luas wilayah berturut-turut;
4.999 Ha, 2.413 Ha, 2.254 Ha, dan 3.112 Ha dan luas total adalah 12.778 Ha. Secara keseluruhan
terdiri dari 16 kelurahan, 27 desa dinas, dan 35 desa adat meliputi 390 banjar dinas dan 341 buah
banjar adat. Rincian luas wilayah dari masing–masing Kelurahan/Desa. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada dibawah ini.
Tabel 4.1
Luas Wilayah Administrasi Kota Denpasar
No. Kecamatan Kelurahan Luas Wilayah (Ha)
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 4
No. Kecamatan Kelurahan Luas Wilayah (Ha)
4 DENPASAR UTARA
Sumber : Denpasar Dalam Angka, Tahun 2013
Luas wilayah Kota Denpasar sebesar 12.778 Ha atau 2,18 persen dari luas wilayah Provinsi
Bali. Sedangkan bila dilihat dari penggunaan tanahnya, dari luas wilayah yang ada sekitar 2.519
Ha merupakan tanah sawah, 10.249 Ha merupakan tanah kering dan sisanya seluas 10 Ha
merupakan tanah lainnya seperti tambak, kolam, tebat, dan empang. (BPS Kota Denpasar, 2013)
4.2.
GAMBARAN DEMOGRAFI
A. Jumlah dan Perkembangan PendudukPada tahun 2008 jumlah penduduk Kota Denpasar sebanyak 628.909 orang, terdiri dari
319.037 orang penduduk laki-laki dan 309.872 orang penduduk perempuan. Sedangkan pada tahun
2012 bertambah sebanyak 204.991 orang menjadi 833.900 orang meliputi 425.800 orang penduduk
laki-laki, dan 408.100 orang penduduk perempuan atau menglamai pertumbuhan rata-rata sebesar
6,52 % per tahun. Uaian tiap desa/kelurahan seperti tabel di bawah ini :
Tabel 4.2
Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin Tahun 2012
Kecamatan Tahun 2012 Sex/Ratio
Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah (%)
1. Denpasar Selatan 133.600 127.400 261.000 105
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 5
Kecamatan Tahun 2012 Sex/Ratio
Desa/Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah (%)
2.1 Dangin Puri Kelod 8.476 7.953 16.429 107
2.2 Sumerta kelod 10.296 9.776 20.072 105
2.3 Kesiman 8.032 7.663 15.695 105
2.4 Kesiman Petilan 6.170 5.920 12.090 104
2.5 Kesiman Kertalangu 13.992 13.322 27.314 105
2.6 Sumerta 5.292 5.420 10.712 98
3.10 Padangsambian 19.375 18.259 37.634 106
3.11 Padangsambian kaja 10.951 10.680 21.631 103
4.11Peguyangan Kangin 8.864 8.475 17.339 105
Kota Denpasar 425.800 408.100 833.900 104
Sumber : Denpasar Dalam Angka Tahun 2013
B. Kepadatan Penduduk
Kepadatan penduduk merupakan perbandingkan jumlah penduduk dengan luas
wilayah. Perhitungan ini menghasilkan kepadatan penduduk bruto. Mengetahui
perkembangan angka kepadatan penduduk bermanfaat sebagai dasar perencanaan
pengendalian dan pengarahan mobilitas penduduk dan juga perencanaan penataan ruang
wilayah. Kebijakan ketat dapat diberlakukan pada daera-daerah dengan kepadatan
penduduk tinggi, sementara kebijakan yang lebih longgar dapat diarahkan pada daerah
dengan kepadatan penduduk rendah Peningkatan kepadatan tersebut disebabkan oleh
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 6
alami (kelahiran dikurangi kematian) dan juga karena faktor mobilitas penduduk (migrasi
neto).
Tingginya pertumbuhan penduduk di beberapa desa/kelurahan berkontribusi besar
terhadap peningkatan dalam kedapatan penduduk di Kota Denpasar. Dilihat dari
perbandingan antar kecamatan, Kecamatan Denpasar Barat memiliki kepadatan penduduk
tertinggi yaitu 10.075 jiwa/km
2Tabel 4.3
Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kota Denpasar
Menurut Kecamatan di Kota Denpasar Tahun 2012
Kecamatan
Luas Wilayah Kepadatan
Penduduk (Km2)
(Km2)
1.Denpasar Selatan 49,99 5.221
2. Denpasar Timur 22,54 6.442
3. Denpasar Barat 24,03 10.075
4. Denpasar Utara 31,12 5.964
Kota Denpasar 127,68 6.531
Sumber : Denpasar Dalam Angka Tahun 2013
Kecamatan Denpasar Timur memiliki kepadatan dengan urutan ke dua terpadat
setelah Kecamatan Denpasar Barat yaitu 6.442 jiwa/km². Selanjutnya Kecamatan
Denpasar Utara memiliki kepadatan pada urutan ketiga sebanyak 5.964 jiwa/km². Dilihat
dari kepadatan ideal penduduk perkotaan yaitu 2.000 jiwa/km², dapat dikatakan Kota
Denpasar sudah jauh melampaui kriteria kepadatan ideal. Namun demikian dari jumlah
dan kepadatan penduduk yang relatif tidak merata antar wilayah di Kota Denpasar, masih
terdapat beberapa desa/kelurahan yang berada di bawah kepadatan ideal.
C. Komposisi Penduduk
(1) Komposisi Penduduk Menurut Umur
Dilihat dari kelompok umur, penduduk Kota Denpasar dapat dikatakan sebagai penduduk
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 7
Tabel 4.4
Penduduk Kota Denpasar Menurut Umur Tiap Kecamatan, Tahun 2012
Umur Densel Dentim Denbar Denut Jumlah %
Sumber : Denpasar Dalam Angka Tahun 2013
(2) Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan
Pendidikan memegang peran penting dalam pembangunan wilayah. Komposisi penduduk
menurut pendidikan dapat dijadikan sebagai salah satu indikator dari kualitas penduduk,
lebih-lebih penduduk yang tergolong dalam angkatan kerja. Diantara angkatan kerja
tersebut, sebgaian besar ada pada kelompok pendidikan sekolah menengah atas (36,15 %)
dan lainnya ada pada kelompok pendidikan sekolah dasar dan tidak tamat sekolah dasar
(32,26 %). Walaupun secara umum tingkat pendidikan penduduk Kota Denpasar
tergolong baik yang ditunjukkan dengan cukup banyaknya angkatan kerja yang
berpendidikan Sarjana (10,26 %), tetapi masih relatif tingginya angkatan kerja yang
berpendidikan tamat/tidak tamat sekolah dasar memberi petunjuk akan pentingnya
peningkatan pendidikan kelompok ini.
(3) Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Dilihat dari jenis kelamin, penduduk Denpasar berjumlah 833.900 tahun 2012, terdiri atas
425.800 penduduk laki-laki dan 408.100 penduduk perempuan. Dengan demikian sex
ratio penduduk Denpasar adalah 104 yang artinya pada setiap 100 penduduk perempuan
terdapat 104 penduduk laki-laki. Dilihat perbandingan sex ratio antar kecamatan, semua
kecamatan di Kota Denpasar menunjukkan sex ratio penduduk di atas 100 yang berarti
jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari perempuan.
(4) Komposisi Penduduk Menurut Agama
Perkembangan menarik penduduk Denpasar dapat dilihat dari komposisi penduduk
menurut agama. Arus migran masuk yang cukup deras ke daerah perkotaan di Bali
khususnya Denpasar memberi warna terhadap keberagaman penduduk yang tinggal dan
mencari nafkah di daerah ini. Keberagaman ini dapat dilihat dari komposisi menurut
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 8 yang memeluk agama Hindu sebesar 63,67%, agama Islam 29,78% sedangkan pemeluk
agama lainnya rata-rata di bawah 5,00%.
(5) Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan
Mata pencaharian Penduduk Kota Denpasar sebagian besar berasal dari sektor Jasa
khususnya jasa perdagangan. Persentase penduduk yang menekuni mata pencaharian ini
mencapai 78,61 %. Kemudian disusul mata pencaharian di sektor manufaktur (19,35% )
dan sektor pertanian 2,05 %. Struktur penduduk menurut mata pencaharian di Kota
Denpasar sangat berbeda dengan Provinsi Bali. Walaupun sama-sama dominan di sektor
jasa, tetapi peran sektor pertanian di Provinsi Bali masih cukup dominan.
D. Mobilitas Penduduk
Sebanyak 80 % migran masuk ke Provinsi Bali menuju daerah perkotaan. Kota tujuan utama
para migran tersebut adalah Kota Denpasar. Berdasarkan data hasil Sensus Penduduk 2000
jumlah migran masuk ke Provinsi Bali sebanyak 184.182 orang, sedangkan migran ke luar
sebanyak 96.947 orang. Dengan demikian migran neto adalah 87.235 orang. Sebanyak 44,8
persen (82.535 orang) dari migran masuk Bali tersebut menuju Kota Denpasar. Kedepan pola
persebaran migran masuk Bali ini akan berubah sejalan dengan perkembangan Badung,
Gianyar serta Tabanan. Munculnya simpul – simpul ekonomi baru di Badung dan Gianyar menyebabkan tekanan migran masuk ke Denpasar sedikit mereda tetapi tetap harus diwaspadai
dampak dari proses migran tersebut.
Gambar 4.2 Arus Migran Risen Masuk Kota Denpasar, Hasil Sensus 2000
Migran yang masuk Kota Denpasar selain berasal dari Luar Bali juga berasal dari
kabupaten-kabupaten lainnya di Bali. Dari 82.535 orang migran masuk ke Kota Denpasar pada tahun
Migran Risen Internal SP 2000 = 31.513, Luar Bali = 51.022; Tota l = 82.535 8,9
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 9 Bali adalah Jawa Timur, maka migran internal di kota Denpasar, sebagian besar berasal dari
Buleleng dan Karangasem. Kedua kabupaten ini menyumbang masing-masing 25,7 persen dan
16,1 persen migran internal. Darah asal migran internal Kota Denpasar tersebut dapat dilihat
pada Tabel berikut ini.
Tabel 4.5
Daerah Asal dan Daerah Tujuan Migran Risen Antar kabupaten/kota
di Provinsi Bali Berdasar Hasil Sensus Penduduk 2000
Daerah Tujuan
Daerah Asal (Tepat Tinggal 5 Tahun Yang Lalu)
Total
Seperti telah diuraikan sebelumnya, para migran secara signifikan telah memberi warna
terhadap keragaman di Kota Denpasar terkait dengan etnis, agama, status pekerjaan dan
lainnya. Dilihat dari umur, sebagian besar migran adalah kelompok penduduk produktif usia
19-64 tahun (80 persen), mereka umumnya adalah Etnis Jawa (65,22 persen) dan pekerjaan
yang mereka tekuni beragam, umumnya sektor informal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut ini.
Tabel 4.6
Migran Masuk Kota Denpasar Umur 5 Tahun Ke atas
Menurut AgamaDan Daerah Asal, Tahun 2000
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 10
Tabel 4.7
Migran Masuk Kota Denpasar Umur 5 Tahun Ke atas
Menurut Suku Bangsa Dan Daerah Asal, Tahun 2000
Suku Bangsa
E. Proyeksi Jumlah dan Penyebaran Penduduk
Proyeksi jumlah penduduk Kota Denpasar 2012-2032 dilakukan dengan mengambil
asumsi pertumbuhan berdasarkan pertumbuhan data historis periode tertentu
sebelumnya yang dikoreksi dengan memperhatikan perubahan komponen demografi
sesuai dengan estimasi asumsi parmeter demografi yang telah digunakan untuk
proyeksi penduduk Provinsi Bali 2000-2025 (Bappenas, BKKBN dan UNDP, 2009)
Proyeksi penduduk dibuat dalam tiga skenario. Pertama, asumsi pertumbuhan
penduduk relatif tinggi (3,6 persen setahun). Berdasarkan asumsi pertumbuhan yang
disumsikan sama dengan pertumbuhan penduduk periode 1998-2012 ini dan dengan
menggunakan jumlah penduduk tahun 2012 sebagai tahun dasar proyeksi penduduk.
Skenario kedua asumsi pertumbuhan penduduk moderat dipilih sebesar 1,94 persen
dengan mengambil pendekatan sejarah pertumbuhan penduduk Kota Denpasar periode
2000-2007. Dengan pendekatan ini peran migrasi terhadap pertumbuhan penduduk
diperkirakan sebesar 47 persen.
Skenario ketiga mengambil asumsi rata-rata pertumbuhan penduduk 1,4 persen
setahun yang mana peran pertumbuhan alamiah sebesar 1,03 persen dan pertumbuhan
sosial 0,37 persen. Dengan asumsi ini pertumbuhan penduduk karena migrasi
diperkirakan terkoreksi tajam menjadi 26 persen terhadap pertumbuhan penduduk.
Asumsi optimis ini dibuat berdasarkan kecenderungan pola mobilitas penduduk yang
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 11
peningkatan pesat angka migrasi di Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Badung.
Peningkatan juga diperkirakan terjadi pada pusat-pusat pertumbuhan baru di kota-kota
kecamatan. Hasil proyeksi penduduk dengan skenario pertumbuhan penduduk 1,4
persen setahun tersebut ditunjukkan pada berikut.
Tabel 4.8
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 13
4.3.
GAMBARAN TOPOGRAFI
Wilayah Kota Denpasar sebagian besar (59,1%) berada pada ketinggian tempat antara 0-25
m dpl, berupa dataran rendah. Denpasar Selatan seluruhnya terletak pada ketinggian 0-25 m dpl.
Denpasar Timur dan denpasar Barat terletak pada ketinggian sampai 75 m dpl. Denpasar Timur
wilayahnya yang ada pada ketinggian 0–25 m, 25–50 m dan 50-75 m dpl. berturut-turut 40,0%, 43,3%, 16,7%. Denpasar Barat wilayahnya yang ada pada ketinggian tersebut berturut-turut 32,0%,
20,5% dan 47,5%. Topografi Kota Denpasar sebagian besar (82,2%) berupa dataran dengan
kemiringan lereng secara umum berkisar 0-2% ke arah selatan, sebagian lagi kemiringan lerengnya
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 14
Luas wilayah berdasarkan kemiringan adalah Denpasar Barat dengan kemiringan
0-2% dan 2-8% luasnya berturut-turut 4.218 ha dan 788 ha, Denpasar Timur dengan
kemiringan tersebut luasnya berturut-turut 1.797 ha dan 976 ha. Sedangkan Denpasar
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 15
Kecamatan Ketinggian Tempat (Dpl)
Kemiringan Lereng 0 – 25 m 25 – 50 m 50 – 75 m 0 – 2 % 2 – 8 %
Denpasar Selatan 4.999 - - 4.999 -
Denpasar Timur 1.110,5 1.200 462,5 1.797 976
Denpasar Barat 1.600 1.025 2.384 4.218 788
Kota Denpasar 7.709,5 2.225 2.83,5 11.014 1.764
Sumber : Kantor Wilayah BPN Provinsi Bali, dengan modifikasi
4.4.
GAMBARAN GEOHIDROLOGI
Sumber daya air adalah semua air dan sumber air yang terdapat pada, di atas,
ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air
tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat yang dapat memberikan manfaat ataupun
kerugian bagi kehidupan dan penghidupan manusia serta lingkungannya. Secara umum
potensi seluruh sumber daya air pada suatu kawasan dapat disebutkan terdiri atas air hujan,
air permukaan, air tanah, maupun air laut yang berada di daratan. Ketersediaan potensi
tersebut tidaklah sama pada semua wilayah oleh karena berbagai faktor, terutama
klimatologis, topografis dan geologis. Di wilayah Kota Denpasar, terdapatan potensi
sumber daya air dapat disebutkan lengkap meliputi: air hujan, air permukaan, air tanah
maupun air laut.
1.
Curah Hujan
Air hujan sebagai rangkaian daur hidrologis merupakan sumber pengisian bagi aliran air
permukaan (sungai) dan air tanah. Menurut data BPS Kota Denpasar dalam Denpasar
Dalam Angka 2011, diketahui bahwa rata-rata curah hujan di Kota Denpasar mencapai
2.162 mm/ tahun. Pemanfaatan air hujan secara langsung adalah untuk mengairi lahan
pertanian, termasuk kawasan vegetatif non-pertanian. Secara tidak langsung, apabila air
curah hujan ini ditampung, baik dalam skala individu/ rumahtangga maupun kolektif/
kawasan, maka akan dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan lainnya.
Tabel 4.11
Luas Wilayah Kota Denpasar
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 16
2.
Air Permukaan
Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah, dalam hal ini yaitu
air sungai dan air danau alam maupun waduk. Kota Denpasar mempunyai potensi sumber
air sungai dan waduk sebagai berikut:
a.
Air Sungai
Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan,
dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara
alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai
dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Sungai-sungai
yang terdapat di Indonesia telah disusun atas unit-unit wilayah yang disebut dengan
Satuan Wilayah Sungai (SWS). Di Bali satuan wilayah sungainya diberi nomor
03.01 yang kemudian dirinci menjadi 20 sub-SWS. Kota Denpasar dengan
beberapa sungai yang mengalir di atasnya termasuk dalam sub-SWS 03.01.01. Pada
Sub-SWS 03.01.01, air sungai mengalir memanjang dari Utara ke Selatan (parallel)
dengan sungai-sungai utama yaitu: Tukad Ayung, Tukad Mati dan Tukad Badung.
Karakteristik masing-masing sungai di Kota Denpasar adalah sebagai berikut :
1)
Tukad Ayung
Tukad Ayung adalah sungai yang membentang di sisi Timur yang sistem
DAS-nya menempati wilayah Kabupaten Bangli di bagian hulunya, Kota
Denpasar dan Gianyar di bagian tengah serta bermuara di pantai
Padanggalak yang merupakan perbatasan wilayah Kota Denpasar dan
Kabupaten Gianyar. Panjang sungai utama mencapai 62,50 km. Anak-anak
sungai Tukad Ayung yaitu: Tukad Pungsu, Tukad Bebunut, Tukad Yeh
Song, Tukad Siap, Tokad Ngongkong, Tukad Bangkung, Tukad
Tegalanting, Tukad Kilap, dan lain-lainnya, yang sebagian besar
berkedudukan di wilayah Kabupaten Badung. Air sungai Ayung secara
langsung dimanfaatkan oleh berbagai sector kehidupan baik yang berada di
wilayah Kabupaten Badung, Kota Denpasar dan Kabupaten Gianyar,
misalnya untuk irigasi, air minum, dan industri-pariwisata. Pada dua lokasi
alur sungai yaitu di Peraupan dan Waribang, terdapat dua intake dan
pengolahan air minum yang dikelola oleh PDAM Kabupaten Badung, dan
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 17
2)
Tukad Mati
Tukad Mati adalah sungai yang membentang di sisi Barat yang sistem
DAS-nya menempati wilayah Kabupaten Badung di bagian hulu dan hilir,
sementara bagian tengahnya melintasi kota Denpasar. Tata guna lahan
daerah tangkapan sungai ini secara keseluruhan berupa lahan budidaya,
permukiman dan perkotaan, tanpa adanya hutan penyangga. Namun
demikian sifat aliran air pada sungai ini tergolong permanent. Anak sungai
Tukad Mati terdiri dari Tukad Tebe, Pangkung Kedampang, Pangkung
Lebak Muding dan Pangkung Danu. Fungsi Tukad Mati saat ini selain
masih untuk mengairi beberapa lahan sawah, terutama adalah sebagai
drainase kota.
3)
Tukad Badung
Tukad Badung adalah sungai yang membentang di tengah-tengah Kota
Denpasar yang system DAS-nya menempati wilayah Kota Denpasar di
bagian hulu dan tengahnya, sedangkan bagian hilir menjadi batas antara
wilayah Kota Denpasar dengan Kabupaten Badung. Anak-anak sungainya
seluruhnya ada di Kota Denpasar yaitu Tukad Jurang, Tukad Langon,
Tukad Medih, Tukad Urang dan Tukad Rarangan. Bagian tengah Tukad
Badung melintas persis di tengah kota Denpasar, melewati kawasan
permukiman, rumah sakit, pasar kota dan industri rumahtangga sehingga
berpotensi besar membawa polutan atau limbah yang kompleks. Pada
bagian hilir Tukad Badung terdapat Waduk Estuary yang mempunyai
kemampuan untuk melayani pasokan air bersih sebesar 300 lt/det yang
selama ini dimanfaatkan untuk melayani kebutuhan di wilayah Badung
Selatan.
4)
Tukad Buaji dan Tukad Ngenjung
Tukad Buaji dan Tukad Ngenjung adalah sungai-sungai kecil di bagian
Selatan Kota Denpasar dengan panjang sungai masing-masing 4 dan 8 km.
Sungai-sungai yang bermuara ke laut ini dicirikan oleh daerah tangkapan
relatif kecil yang meliputi kawasan pemukiman di Denpasar Selatan dengan
anak-anak sungai yang juga berfungsi sebagai drainase lahan irigasi di
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 18
No.
Nama Sungai
Panjang
(Km)
Cathment
Area (Km2)
Anak Sungai
1
Tukad Mati
12,00
25,40
Tk. Tebe, Pangkung Kedompang, Tk.
Lebak Muding, Pangkung Subak
Srogsogan, Pangkung Danu
2
Tukad Badung
17,00
22,55
Tk. Jurang, Tk. Langon, Tk. Medih, Tk.
Rarangan)
3
Tukad Buaji
4,00
8,23
Tk. Punggawa, Tk. Guming
4
Tukad Ngenjung
8,00
6,13
Tk. Loloan, Tk. Abian Base
5
Tukad Ayung
62,50
109,30
Tersebar di wilayah Kab. Badung,
Gianyar dan Bangli
Sumber: Proyek Perbaikan dan Pemeliharaan Sungai Bali
Debit andalan pada tiga sungai utama yaitu Tukad Mati, Tukad Badung dan Tukad
Ayung menurut data pada PKSA Bali menyebutkan sebagai berikut :
SUNGAI
DEBIT ANDALAN (M3/DET)
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sept Okt Nov Des
T. Badung 4.300 3.977 7.846 1.891 2.722 3.081 3.153 1.678 3.327 3.712 9.551 11.193
T. Ayung 28.049 49.834 22.950 20.166 16.133 15.529 15.411 15.386 15.381 15.667 16.349 25.788
T. Mati 3.,222 3.223 0,565 0,401 0,321 0,518 0,300 0,116 0,228 0,440 0,575 4.799
Total 35.571 57.034 30.796 22.057 18.855 18.610 18.564 17.064 18.708 19.379 25.900 41.780
Sumber: Proyek Perbaikan dan Pemeliharaan Sungai Bali
Tidak terdapat data ukur debit air pada Tukad Buaji dan Tukad Ngenjung. Namun
apabila dicermati daerah tangkapan sungai-sungai tersebut yang relative kecil,
Tabel 4.12
Karakteristik Sungai-sungai di Kota Denpasar
Tabel 4.13
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 19
maka dapat diprediksikan bahwa debit aliran pada sungai-sungai tersebut hanya
dapat difungsikan sebagaimana manfaatnya saat ini, yaitu sebagai drainase alam
dan sumber pengairan bagi lahan sawah yang tersisa. Berdasarkan pengujian yang
dilakukan oleh Bapedalda Provinsi Bali dan Universitas Warmadewa (2004)
disimpulkan bahwa status mutu air Tukad Badung dan Tukad Mati pada ruas-ruas
yang diambil sampelnya menunjukkan kategori tercemar ringan hingga sedang.
Sementara kualitas air Tukad Ayung bagian hilir hanya tergolong tercemar ringan.
Pengujian kualitas air yang dilaksanakan oleh JICA pada tahun 2007/2008 dari tiga
sungai utama ini pada beberapa posisi mengindikasikan keadaan yang tidak jauh
berbeda, sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini.
No. Parameter Unit Badung
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 20
31 Coliforms Coliform/100 mL 140,000 14,000 60,000
Sumber : JICA Study Team 2009
Catatan : Ttd. : Tidak Dideteksi
Menurut hirarkhi dalam wewenang pengelolaan sumber daya air yang diatur dalam
Undang-undang No 7 Tahun 2004, kedudukan sungai-sungai utama di Kota
Denpasar yang DPS-nya melintasi lebih dari satu wilayah kabupaten/ kota
menyebabkan kewenangan pengelolaannya berada di bawah pemerintah Provinsi.
b.
Air Danau/ Waduk
Kota Denpasar tidak memiliki satupun danau alam sebagai sumber air. Namun
demikian, pada saat ini terdapat sebuah danau buatan atau waduk muara yang
berfungsi sebagai tampungan air untuk diolah dan dimanfaatkan sebagai sumber
pasokan air baku pada daerah pelayanannya. Waduk Muara Nusa Dua yang
dimaksud secara administrative berada pada batas wilayah Kota Denpasar dengan
Kabupaten Badung, namun mengingat kedudukannya di bagian hilir Tukad
Badung, kesempatan pemanfaatan produksi airnya terutama dinikmati oleh wilayah
Kabupaten Badung bagian Selatan yang meliputi Kuta dan Nusa Dua. Waduk
Muara Nusa Dua memiliki luas 35 ha dengan volume tampungan bruto 510.000 m
3Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 21
bersih yang dapat dihasilkan adalah 300 ltr/det. Kualitas air waduk muara ini
dimusim panas maupun musim hujan pada pengujian yang dilakukan oleh
Bapedalda dan Universitas Warmadewa tahun 2004 menunjukkan kategori
tercemar sedang.
c.
Air tanah dan Mata Air
Air Tanah
Air tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah. Keterdapatan air tanah didasarkan atas jenis, sebaran batuan dan
litologi lapisan pembawa air. Kondisi Kota Denpasar secara umum merupakan
daerah dataran rendah dengan ketinggian mulai 0 m hingga 75 m di atas permukaan
laut. Sumber pengisian air tanah di Kota Denpasar berasal dari daerah recharge di
wilayah Kabupaten Bangli dan Kabupaten Badung, ditambah dengan proses
infiltrasi air hujan setempat yang diperkirakan mencapai 10 %. Selanjutnya
kedalaman muka air tanah mengikuti kedudukan topografi sejajar ke arah Timur
–
Barat dengan pola aliran membujur dari Utara ke Selatan. Akifer air tanah di Kota
Denpasar mengikuti pola Bali Selatan secara umum, terdiri dari dua kelompok
yaitu akifer dangkal yang mengandung air tanah bebas dan akifer dalam yang
mengandung air tanah tertekan atau semi tertekan. Akifer dangkal ditemukan pada
kedalaman 30
–
50 m dengan formasi miring ke arah selatan. Sedangkan akifer
tertekan atau air tanah dalam ditemukan pada kedalaman 50-150 m.
Berdasarkan peta hidrogeologi Bali, pemetaan atas kandungan air tanah di Kota
Denpasar dapat dilihat pada
Gambar II-3
Menurut pengelompokan kandungan air
tanah yang dibuat dalam Peta Hidrogeologi Bali, di Kota Denpasar terdapat
wilayah-wilayah dengan kandungan air tanah yang merentang atas dua kondisi
sebagai berikut :
(1).
Daerah yang terpengaruh oleh air laut (air payau) meliputi wilayah Sanur,
Sidakarya dan Suwung Kangin,
(2).
Setempat kandungan air besar 10 lt/det terdapat hampir pada seluruh
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 22
Gambar 4.4 Tinjauan Hidrogeologi
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 23
Kedudukan muka air tanah akifer bebas pada wilayah Denpasar bagian Selatan
mencapai 2 hingga 4 meter dari permukaan tanah, sehingga banyak dimanfaatkan
sebagai sumur dangkal oleh rumah tangga masyarakat.
Konstruksi sumur bor di daerah Denpasar kedalamannya antara 150 sampai 200 m.
Litologi batuan umumnya berupa material volkanik dengan ukuran pasir halus
sampai kasar, breksi volkanik. Data keadaan muka air tanah pada sumur bor yang
dimanfaatkan oleh PDAM Kota Denpasar dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.15
Kondisi Muka Air tanah pada Sumur Bor PDAM Denpasar
No. Lokasi Sumur Kedalaman (M Dpl)
1 E-1 17,3
2 E-2 10,3
3 E-4 48,7
4 SB-2 47,1
5 SB-3 66,5
6 SB-4 9,5
7 TPW-4 26,0
8 SB-6 10,0
9 SB-Tonja 41,0
10 SB-Ubung 41,0
11 SB-Sedap Malam I 18,5
12 SB-Sedap Malam II 38,4
13 SB-Penatih 44,6
14 SB-Badak Agung 28,5
Sumber PDAM Kota Denpasar
Kondisi kualitas air tanah berdasarkan pengujian terhadap beberapa sumur dangkal
dan sumur dalam di Kota Denpasar menunjukkan bahwa secara umum air tanah
masih memiliki kualitas golongan A. Tetapi pada beberapa sumur sampel
ditemukan bahwa air tanah sudah terasa asin karena intrusi air laut dan terdapatnya
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 24
Tabel 4.16
Kualitas Air Tanah pada Sumur Gali di Kota Denpasar
Tahun 2009
Dalam keadaan yang memungkinkan, akibat adanya rekahan, celah atau bekerjanya
fungsi kapilaritas, maka air tanah akan muncul ke permukaan sebagai mata air.
Keterdapatan mata air di Kota Denpasar ditemukan di daerah aliran sungai pada
bagian hulu dan \tengah Tukad Badung, bagian hulu Tukad Mati, serta bagian hilir
Tukad Ayung dengan debit yang relatif kecil namun mempunyai kontribusi yang
nyata terhadap kontinyuitas aliran sungai yang mewadahi. Kemanfaatan mata air
tersebut terutama adalah untuk fungsi sebagai pebejian, dan pemasok air minum
yang langsung dimanfaatkan oleh lingkungan permukiman.
d.
Air Laut
Air laut yang berada di darat atau pantai merupakan zone peralihan wilayah daratan
dan lautan. Zone pantai atau pesisir ini mempunyai arti penting sebagai lokasi,
media dan atau obyek berbagai aktivitas kehidupan seperti usaha perikanan,
pertanian, perhubungan maupun pariwisata. Kota Denpasar memiliki garis pantai di
bagian Selatan dan Timur mulai dari Serangan hingga Padanggalak. Pantai
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 25
sebagai lokasi pembiakan penyu. Di kawasan juga ini terdapat hutan mangrove, dan
aktivitas nelayan tradisional. Pantai Mertasari di Sanur Kauh selain menyimpan
kawasan suci dan juga dimanfaatkan untuk lokasi rekreasi, mandi-renang dan
olahraga air. Pantai Sanur merupakan obyek rekreasi mata hari terbit,
mandi-renang, yang mempunyai nilai historis serta sekaligus masih dijadikan tempat
tambatan perahu nelayan. Sementara Padanggalak yang secara historis merupakan
tempat pendaratan kedatangan pasukan penjajah Hindia Belanda dan Pasukan
Jepang diawal dan pertengahan Abad IX, sekarang adalah pantai yang mengalami
erosi berat. Salah satu penyebabnya dapat diduga karena Tukad Ayung yang dulu
pasokan sedimen dan air tawarnya besar sekarang sangat jauh berkurang sehingga
mengurangi fungsi penyangga terhadap gaya tekan gelombang/ arus laut.
Pada tahun 2008, terhadap beberapa pantai di Kota Denpasar dilakukan
pemeriksaan kualitas airnya oleh Bapedalda Provinsi Bali dan Universitas
Warmadewa. Sebagai pantai wisata yang dimanfaatkan untuk kegiatan rekreasi air,
pantai-pantai ini dipersyaratkan memiliki kualitas baku mutu yang terkendali ketat.
Dari hasil pengujian yang dilakukan diperoleh simpulan bahwa secara fisika
kualitas air laut di Kota Denpasar masih tergolong baik. Tetapi dari aspek kimia
diketahui bahwa beberapa senyawa terlarut dalam air laut telah melebihi kadar
maksimumnya, terutama nitrit, tembaga (Cu) dan timbal (Pb).
4.5.
GAMBARAN GEOLOGI
Wilayah Denpasar terbentuk dari landform volkanis, landform marin yang tertutupi
oleh landform fluvial. Landform volkanik merupakan dataran volkanik yang ada di bagian
utara sampai perbatasan wilayah Panjer dan Renon. Sedangkan bagian selatan merupakan
landform fluvial yang menutupi landform marin. Berdasarkan pembentukan landform di
wilayah ini, maka bagian utara Denpasar dicirikan relief melandai, di beberapa tempat
mempunyai relief berombak. Adapun di bagian selatan merupakan dataran fluvial. Oleh
karena itu, pada wilayah selatan mulai dari tepi pantai sampai ke Panjer terpengaruh oleh
intrusi air laut. Kedalaman intrusi air laut dari permukaan air tanah bervariasi seiring
dengan kadar air tanah pada bulan-bulan musim penghujan dan musim kemarau. Intrusi air
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 26
permukaan. Intrusi ini tidak akan terjadi pada wilayah yang terbentuk dari landform
volkanik seperti di bagian utara.
A.
Geologi, Litologi dan Jenis Tanah
Dataran Pulau Bali secara umum terbentuk pada zaman geologi kuarter, kwarter
bawah, tersier, pliosen dan meosin. Berdasarkan Peta Geologi Lembar Bali skala 1 :
25.000 (Direktorat Geologi, 1971) wilayah Kota Denpasar terdiri dari beberapa batuan.
Susunan formasi batuannya adalah sebagai berikut :
(1).
Geologi dan Litologi
Endapan Volkanik Kuarter
Batuan volkanik kuater menutupi sekitar 70 % wilayah Kota Denpasar, yaitu
batuan gunung api hasil dari gunung api Buyan-Bratan dan gunung api Batur.
Diantara kelompok batuan ini, batuan volkanik Buyan-Bratan merupakan yang
tertua dengan materi penyusunnya terdiri dari tufa dan lahar. Batuan lainnya adalah
lava, breksi, kerikil, pasir dan debu volkanik. Ketebalannya bervariasi yaitu bagian
utara agak tebal (>200 m) dan menipis ke arah selatan.
Endapan Aluvial
Endapan aluvial yang terdiri dari material lepas seperti pasir dan kerikil menempati
daerah sepanjang pantai Sanur, sedangkan endapan aluvial yang terdiri dari
material liat dan lempung menempati daerah sepanjang pantai Benoa. Berdasarkan
struktur geologi tersebut, wilayah Kota Denpasar sebagaian besar material
penutupnya terdiri dari batuan gunung api dan endapan aluvial. Batuan ini
mempunyai transmissivity yang sangat rendah. Berdasarkan aspek geologi dan tata
lingkungan, wilayah Kota Denpasar tergolong relatif aman dari bencana lahan,
seperti gunung berapi. Demikian pula ancaman dari bahaya erosi relatif kecil
karena wilayahnya relatif datar.
(2).
Jenis Tanah
Jenis tanah di wilayah Kota Denpasar berasal dari batuan induk yang sama, yaitu :
hasil pelapukan dari batuan volkanik asal gunungapi Buyan-Bratan dan gunungapi
Batur, serta endapan fluvial yang terdapat di pantai selatan. Berdasarkan Peta
Tanah skala 1 : 250.000 (Yunus Dai, 1971), jenis tanahnya terdiri dari Latosol
Coklat Kekuningan yang penyebarannya menempati hampir seluruh wilayah Kota
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 27
Menurut hasil penelitian Tim Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (1994)
berdasarkan taksonomi tanah ditemukan 15 seri tanah di wilayah Kota Denpasar
yang terdiri dari :
a.
Seri Padangsumbu Pedungan (Typic Tropaquepts, bertekstur halus,
campuran, tidak masam, isohipertermik).
b.
Kompleks Abiantimbul Pesirahan(Typic Tropaquepts, sangat halus,
campuran, tidak masam, isohipertermik)
c.
Asosiasi Renon Kelod (Typic Tropaquepts, berdebu kasar di atas
berpasir atau skeletal berpasir dan Typic Tropaquepts, berlempung
halus, campuran, tidak masam, isohipertermik),
d.
Asosiasi Kesiman Petilan (Typic Tropaquepts, berlempung kasar,
campuran, tidak masam, isohipertermik),
e.
Asosiasi
Kesiman
Petilan-Sanur
Kaja
(Typic
Tropaquepts,
berlempung halus, campuran, tidak masam, isohipertermik),
f.
Kompleks Subakduaji Angantaka (Typic Tropaquepts, halus,
campuran, tidak masam, isohipertermik dan Typic Tropaquepts,
berlempung halus, campuran, tidak masam, isohipertermik),
g.
Kompleks Pengambengan Tegalgundul (Vertic Epiaqualfs, sangat
halus, campuran, isohipertermik dan Aeric Epiaquerts, sangat halus,
monmorilonitik, isohipertermik),
h.
Kompleks Tegalgundul Kangkang (Aeric Epiaquerts, sangat halus,
monmorilonitik, isohipertermik dan Vertic Epiaqualfs, sangat halus,
campuran, isohipertermik),
i.
Asosiasi Gadeon Kangkang (Vertic Tropaquepts, sangat halus,
campuran, isohipertermik),
j.
Asosiasi Kelating Subakduaji (Aeric Epiaqualfs, halus, campuran
isohipertermik
dan
Typic
Tropaquepts,
halus,
campuran,
isohipertermik),
k.
Kompleks Angantaka Mambal (Aeric Tropaquepts, berlempung halus,
campuran, isohipertermik
l.
Kompleks Abiansemal Gangga (Typic Agriudolls, halus, campuran,
isohipertermik
dan
Typic
Hapludolls,
halus,
campuran,
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 28
m.
Asosiasi senggu Kepuh Subakduaji dan
n.
Asosiasi Senggu Kesiman Petilan Angantaka Sanur Kaja (Typic
Tropaquepts, halus, campuran, tidak masam, isohipertermik dan Aeric
Tropaquepts, halus, campuran, tidak masam, isohipertermik.
4.6.
GAMBARAN KLIMATOLOGI
Wilayah Kota Denpasar secara umum beriklim tropis sehingga hanya dikenal dua musim,
yaitu musim hujan bulan Oktober-April dan musim kemarau bulan April-Oktober. Pada
musim kemarau berembus angin timur (Juni-September) sedangkan pada musim hujan
dipengaruhi oleh angin barat (September-Maret). Berdasarkan klasifikasi iklim menurut
Schmidt dan Fergusson (1959), Kota Denpasar mempunyai iklim tipe A, sedangkan
menurut Peta Agroklimat Bali skala 1 : 250.000 (Oldeman, Irsal, dan Muladi, 1980) daerah
ini termasuk ke dalam Zone Agroklimat D3, berarti mempunyai 3-4 bulan basah (curah
hujan > 200 mm/bulan) berturut-turut dalam setahun. Data iklim yang tersedia berupa data
curah hujan, temperatur, penyinaran matahari dan kelembaban diambil dari stasiun
pengamatan terdekat yaitu Stasiun Ngurah Rai Tuban (ketinggian 3 m dpl. 08º45’ LS,
115º13’ BT), dari hasil pencatatan tahun 200
8. Data iklim tersebut disajikan pada Tabel
4.2 Sebagai pembanding (angka normal) digunakan rata-rata hasil pencatatan selama
tahun 1974
–
2008.
1.
Curah Hujan
Selama tahun 2009 curah hujan yang terjadi berdasarkan pemantauan Balai Meteorologi
dan Giofisika Balai Besar Wilayah III Denpasar berada pada keadaan rata-rata. Curah
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 29
Sumber data : Balai Meteorologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar
Pola curah hujan tahun 2009 sedikit bergeser, karena musim kemarau menjadi lebih
pendek (Mei sampai September) sedangkan musim hujan lebih panjang (Oktober sampai
April). Puncak musim kemarau terjadi pada bulan Agustus yaitu hanya 3 mm. Apabila
curah hujan tahun 2009 dibandingkan dengan rata-rata normal yaitu periode tahun
1974-2009 tampak pula penyebaran curah hujan bulanan di bawah kondisi normal, hanya bulan
April, Oktober dan Desember curah hujan berada di atas normal sehingga total curah hujan
juga di bawah normal. Perbandingan keadaan curah hujan dengan angka normal di Kota
Denpasar tahun 2009 disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.17
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 30
Bulan
Curah Hujan (Mm)
2008 Normal Perbedaan Persentase
Januari 382 412 -30 0,07
Februari 174 345 -171 0,50
Maret 149 219 -70 0,32
April 219 151 68 0,45
Mei 8 71 -63 0,89
Juni 6 39 33 0,85
Juli 13 19 -6 0,32
Agustus 3 6 -3 0,50
September 5 24 -19 0,79
Oktober 218 115 103 0,90
Nopember 217 238 -21 0,09
Desember 425 290 135 0,47
Jumlah 1819 1929 -44 0
Rata-rata 151,6 160.8 -3.7 0.0
Keterangan : Normal = periode data tahun 1975
–
2009
Sumber : Balai Meteorologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar
2.
Temperatur
Temperatur rata-rata pada tahun 2008 berkisar antara 25,4º C -28,7º C, dengan rata-rata
27,0º C. Temperatur rata-rata terendah terjadi pada bulan Agustus (25,4º C ) dan tertinggi
pada bulan Februari 28,7º C. Dari data temperatur ini, terjadi kenaikan temperatur rata-rata
sebesar 0,1º C (0,37 %) yaitu dari 26,9º C pada tahun 2000 menjadi 27ºC pada tahun
2008. Apabila temperatur rata-rata tahun 2008 (27,0º C) dibandingkan dengan temperatur
normal (periode 1974-2008) yaitu 27,3º C, tampak bahwa temperatur rata-rata tahun 2008
lebih rendah 0,3º C (1,1 %). Temperatur rata-rata yang lebih tinggi dari pada normal terjadi
pada bulan Februari, Juli sampai Oktober.
Tabel 4.18
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 31
Bulan
Maksimum (º C) Minimum (º C) Rata-rata (º C)
2008 Normal Beda 2008 Normal Beda 2008 Normal Beda
Januari 31,7 31,9 -0,2 25,2 24,7 0,5 27,5 27,7 -0,2
Februari 33,6 32,1 1,5 25,4 24,7 0,7 28,7 27,4 1,3
Maret 33,9 33,5 0,4 23,3 24,6 -1,3 26,8 27,8 -1,0
April 33,0 32,6 0,4 25,1 24,6 0,5 26,3 27,7 0,6
Mei 32,6 32,0 0,6 22,9 24,0 -1,1 25,7 27,4 -1,7
Juni 31,1 31,1 0 24,2 24,3 -0,1 26,4 26,8 -0,4
Juli 30,7 30,3 0,4 22,4 23,7 -1,3 26,9 26,2 0,7
Agustus 30,7 30,3 0,4 23,1 22,7 0,4 25,4 26,1 -0,7
September 31,7 30,9 0,8 23,1 23,5 -0,4 27,2 26,8 0,4
Oktober 32,2 32,0 0,2 23,0 24,4 -1,4 27,9 27,7 0,2
Nopember 32,5 32,4 0,1 25,7 24,9 0,8 27,4 28,0 -0,6
Desember 31,5 31,7 -0,2 24,9 24,9 0 27,2 28,1 -0,9
Rata-rata 32,1 31,7 0,4 24,0 24,3 -0,2 27,0 27,3 -0,2
Sumber : Balai Meteorologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar
Keterangan : Normal = periode data tahun 1975
–
2009
Lebih rendahnya temperatur rata-rata dibandingkan dengan temperatur normal ini juga
sejalan dengan lebih rendahnya rata-rata temperatur maksimum, yaitu 32,1º C pada tahun
2009 sedang temperatur maksimum yang lebih tinggi dari normal terjadi bulan Februari
sampai Mei dan Juli sampai September. Hal sebaliknya terjadi pada temperatur minimum.
Rata-rata temperatur minimum pada tahun 2009 (24,0º C) lebih rendah dibandingkan
dengan rata-rata normal (24,3º C).
3.
Lama Penyinaran Matahari
Lama penyinaran matahari pada tahun 2009 berkisar antara 27% pada bulan Januari
sampai 97 % pada bulan Mei, dengan rata-rata 74,0 %. Apabila data penyinaran matahari
dibandingkan dengan data curah hujan, tampak bahwa semakin tinggi curah hujan maka
Tabel 4.19
Angka Perbandingan Keadaan Temperatur Minimum,
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 32
penyinaran matahari semakin rendah. Hal ini terlihat dari data bulan Januari, curah hujan
paling tinggi (425 mm) diikuti dengan persentase penyinaran matahari yang rendah (42 %),
sebaliknya bulan Mei curah hujan rendah (8 mm) diikuti dengan penyinaran matahari
paling tinggi yaitu 97 %. Apabila dibandingkan dengan data normal (periode 1975-2009)
tampak rata-rata penyinaran matahari tahun 2008 berada sedikit di atas normal yaitu 1,09
% lebih tinggi. Rata-rata penyinaran matahari tahun 2009 sebesar 74,0% sedangkan angka
normal 73,2%. Berdasarkan data lama penyinaran matahari setiap bulannya, tampak bahwa
lama penyinaran matahari lebih tinggi dari normal hanya terjadi 5 bulan yaitu bulan
Februari, Mei, September, Oktober dan Nopember, sedangkan bulan lainnya lebih rendah.
Bulan Penyinaran Matahari
Sumber : Balai Meteorologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar
Keterangan : Normal = periode data tahun 1975
–
2009
4.
Kelembaban Relatif
Kelembaban udara rata-rata tahun 2009 berkisar antara 74% dan 83% dengan rata-rata
76,8%. Kelembaban udara terendah terjadi pada bulan Mei dan September, sedangkan
kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Desember. Kelembaban udara rata-rata tahun 2009
apabila dibandingkan dengan tahun 2005, terjadi penurunan sebesar 5,0% yaitu dari 81.8%
menjadi 76,8%. Perbandingan kelembaban udara tahun 2009 dengan keadaan normal
Tabel 4.20
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 33
(periode 1975-2009) disajikan pada Tabel 4.7 Berdasarkan angka rata-ratanya, kelembaban
udara tahun 2009, dua % lebih rendah dari pada normal. Kelembaban udara yang lebih
rendah ini terjadi pada bulan Januari sampai dengan Juli dan September sampai Nopember.
Apabila dikaitkan dengan kondisi curah hujan normal setiap bulannya, tampak tidak
terdapat korelasi dengan pola tertentu. Untuk kelembaban relatif dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Bulan
Kelembaban Udara
2008 Normal Perbedaan
Januari 77 81 -4
Februari 78 81 -3
Maret 78 80 -2
April 78 79 -1
Mei 74 79 -5
Juni 77 78 -1
Juli 75 78 -3
Agustus 77 77 0
September 74 77 -3
Oktober 76 78 -2
Nopember 75 78 -3
Desember 83 79 4
Rata-rata 76,8 78,8 -2,0
Sumber : Balai Meteorologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar 2010
Keterangan : Normal = periode data tahun 1975
–
2009
4.7.
KONDISI SOSIAL DAN EKONOMI
1. PROFIL SOSIAL DAN BUDAYAA. Kondisi Sistem Sosial Budaya Bali di Kota Denpasar
Stephen K. Sanderson (1990) membuat kerangka sistem sosiokultural (sosial budaya)
didasarkan atas tingkat keabstrakan dan kekonkritan dari sub komponennya. Pertama,
komponen superstruktur terdiri atas ideologi umum, agama, sains, kesenian dan
kesusastraan. Kedua, komponen struktur sosial terdiri atas stratifikasi sosial, stratifikasi
Tabel 4.21
Perbandingan Keadaan Kelembaban Udara
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 34 rasial, politik, gender, keluarga, kekerabatan dan pendidikan. Ketiga, komponen
infrastruktur terdiri atas teknologi, ekologi, ekonomi dan demografi. Koentjaraningrat
(1985) yang kerangka konsep kebudayaannya banyak di rujuk di Indonesia, menganalisis
kebudayaan dalam dua dimensi yaitu dimensi wujud dan dimensi isi. Wujud kebudayaan
terdiri atas wujud ide (gagasan, konsep, nilai, norma, peraturan) disebut “sistem budaya”.
Wujud aktivitas berpola dari manusia dalam masyarakat disebut “sistem sosial. Sedangkan wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia disebut
‘kebudayaan fisik’. Dimensi isi kebudayaan terdiri atas sistem religi dan upacara
keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian,
sistem mata pencaharian hidup, dan sistem teknologi dan peralatan. Setiap isi kebudayaan
dapat mengandung wujud ide, aktivitas dan fisik. Berikut akan diuraikan tentang
landasan-landasan keagamaan dan filsafat, landasan etik dan ritual, konsepsi perwujudan
fisik, dan pemahaman budaya setempat.
B. Struktur Sosial Budaya Masyarakat Kota Denpasar
(1) Kekerabatan
Kekerabatan di Kota Denpasar terbentuk oleh kesamaan darah (keturunan),
kesamaan teritorial, kesamaan agama, dan kesamaan kepentingan lainya. Didasarkan
atas kesamaan darah di Kota Denpasar dapat diidentifikasi adanya
kelompok-kelompok yang disebut soroh. Soroh-soroh ini mengalami perkembangan kejamakan
karena di samping soroh-soroh “orang Bali” yang sudah lama eksis diperjamak lagi dengan terhimpunnya kelompok-kelompok pendatang sehingga terbentuk
soroh-soroh“baru” seperti soroh arab, soroh cina, soroh jawa, soroh bugis, soroh bule, dan lain sebagainya. Soroh-soroh yang didasarkan atas kesamaan darah dan/atu etinis
mengakibatkan terjadinya pluraritas budaya yang semakin meningkat. Di Kota
Denpasar masih teridentifikasi adanya kekerabatan keluarga puri, adanya pengakuan
kelompok sebagai panjak puri, kekerabatan pendukung puri (lokal-Hindu maupun
pendatang non Hindu), kekerabatan brahmana dan sorohnya yang mendukung puri,
kekerabatan orang Bali asal luar Denpasar, dan lain-lainnya. Masyarakat yang
tinggal dalam satuan-satuan wilayah terkecil terikat oleh institusi kedinasan dan juga
ada yang terikat dengan institusi pakraman. Kelompok-kelompok pemeluk agama
non Hindu memiliki peguyuban keagamaannya sendiri-sendiri yang sangat berperan
dalam urusan-urusan pemakaman dan ibadah. Kesamaan-kesamaan kepentingan
apakah bersifat sosial, ekonomi, kesehatan, dan lain-lainnya juga membentuk
kekerabatan-kekerabatan dalam bentuk himpunan, persatuan, ikatan, dan lain
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 35
(2) Pelapisan sosial
Pelapisan sosial dapat dibedakan atas pelapisan sosial tradisional dan pelapisan
sosial modern. Pelapisan sosial tradisional pada awalnya didasarkan atas kesamaan
profesi yang terstruktur dalam catur warna (brahmana, ksatrya, wesia, dan sudra).
Kemudian muncul kelompok-kelompok keturunan yang disebut wangsa seperti
wangsa brahmana siwa, wangsa satrya dalem, wangsa satrya arya, wangsa pasek,
wangsa bujangga, dan lain-lainnya. Dari wangsa kemudian muncul kelompok yang
dikenal dengan sebutan soroh yang serupa dengan wangsa namun lebih rinci dari
wangsa sepertisoroh pradewa, pragusti, pasek , pande, bujangga, bendesa mas, dan
lain-lainnya. Dari pelapisan tradisional yang semula ditangkap terstruktur secara
vertikal, kemudian memasuki masa republik vertikalisme nampak memudar kearah
horizontal, karena segi-segi kemanusiaan diletakkan di atas wangsa/maupun soroh.
Sebaliknya, saat ini ada kecenderungan menguatnya konsolidasi soroh dengan
terbentuknya himpunan-himpunan yang berbasis soroh. Pelapisan sosial modern di
Bali tidak ada sejelas pelapisan seperti yang pernah terdapat di Eropah dengan
adanya kelas borjuis dan proletar. Di Bali secara samar-samar dapat dibaca dalam
masyarakat adanya kelompok penguasa, kelompok pengusaha, karyawan, dan kelas
buruh.
(3) Kelembagaan
Kelembagaan dalam komponen struktur sosial masyarakat dibedakan atas
kelembagaan tradisional masyarakat dan kelembagaan non tradisional.
Kelembagaan tradisional
Lembaga yang hidup pada masyarakat Kota Denpasar pada garis besarnya ada
beberapa lembaga yaitu : Majelis Desa Pakraman, Forum Bendesa Adat Kota
Denpasar, desa pakraman, banjar, subak, dan sekaa.
a) Majelis Desa Pakraman
Majelis desa pakraman terdiri atas tiga tingkatan sejajar dengan tingkat
wilayah administratif. Di tingkat kecamatan terdapat Majelis Alit Desa
Pakraman, di tingkat kota terdapat Majelis Madya Desa Pakraman,
sedangkan di tingkat provinsi Bali terdapat Majelis Utama Desa Pakraman.
Majelis-majelis ini merupakan kelembagaan pakraman tertingi di
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 36 Tugas Majelis Desa Pakraman:
mengayomi adat-istiadat;
memberikan saran, usul dan pendapat kepada berbagai pihak baik perorangan, kelompok/lembaga termasuk pemerintah tentang masalah-masalah Adat;
melaksanakan setiap keputusan paruman sesuai dengan aturan-aturan yang ditetapkan;
membantu penyuratan awig-awig; dan
melaksanakan penyuluhan adat-istiadat secara menyeluruh.
Wewenang Majelis Desa Pakraman:
memusyawarahkan bebagai hal yang menyangkut masalah-masalah adat dan agama untuk kepentingan Desa Pakraman;
sebagai penengah dalam kasus-kasus adat yang tidak dapat diselesaikan pada tingkat desa; dan
membantu penyelenggaraan upacara keagamaan di Kecamatan, di Kabupaten/Kota, dan di Provinsi.
b) Forum Bendesa Adat Kota Denpasar
Forum Bendesa Adat Kota Denpasar merupakan forum para Bendesa Adat
Desa-desa Pakraman yang ada di Denpasar yang berjumlah 35 Desa
Pakraman. Forum ini befungsi sebagai wadah tukar menukar informasi antara
bendesa adat dan menyatukan pendapat berkaitan dengan masalah-masalah
yang dihadapi Desa Pakraman.
c) Desa Pakraman
Desa Pakraman adalah kesatuan masyarakat Hukum Adat di Provinsi Bali
yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup
masyarakat umat Hindu secara turun temurun dalam ikatan Kahyangan Tiga
atau Kahyangan Desa yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan
sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Desa Pakraman
memiliki setra sebagai tempat penguburan dan pembakaran jenazah, dan
memiliki pusat (puser) untuk penyelenggaraan tawur tingkat Desa berupa
catuspatha (atau persimpangan lain yang diperankan sebagai catuspatha),
halaman Pura Desa, atau yang lainnya. Di kota Denpasar saat ini terdapat 35
Desa Pekraman, namun tidak seluruhnya memiliki dan menggunakan
catuspatha untuk pelaksanaan tawur kesanga.
Tugas Desa Pakraman :
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 37
mengatur krama Desa;
megatur harta kekayaan Desa;
bersama-sama pemerintah melaksanakan pembangunan di segala bidang terutama bidang keagamaan, kebudayaan, dan kemasyarakatan;
membina dan mengembangkan nilai-nilai budaya Bali dalam rangka memperkaya, melestarikan, dan mengembangkan kebudayaan nasional pada umumnya dan kebudayaan daerah pada khususnya berdasarkan paras-paros, sagilik saguluk, salunglung-sabayantaka; dan
mengayomi krama desa.
Wewenang Desa Pakraman :
menyelesaikan sengketa Adat dan agama (Hindu) dalam lingkunan wilayahnya dengan tetap membina kerukunan dan toleransi antar krama Desa sesuai dengan Awig-awig dan adat kebiasaan setempat;
turut serta menentukan setiap keputusan dalam pelaksanaan pembangunan yang ada di wilayahnya terutama yang berkaitan dengan falsafah Tri Hita Karana; dan
melakuan perbuatan hukum di dalam dan di luar Desa Pakraman.
Desa Pakraman dipimpin oleh Prajuru Desa Pakraman. Prajuru Desa
Pakraman dipilih dan/atau ditetapkan oleh krama Desa Pakraman menurut
aturan yang ditetapkan dalam Awig-awig Desa Pakraman masing-masing.
Tugas-tugas prajuru Desa Pakraman adalah:
melaksanakan Awig-awig;
mengatur penyelenggaraan upacara keagamaan di Desa Pakraman sesuai sastra agama dan tradisi masing-masing;
mengusahakan perdamaian dan penyelesaian sengketa-sengketa Adat;
mewakili Desa Pakraman dalam bertindak untuk melakukan perbuatan hukum baik di dalam maupun di luar peradilan atas persetujuan paruman Desa;
mengurus dan mengatur pengelolaan harta kekayaan Desa Pakraman; dan
membina kerukunan umat beragama dalam wilayah Desa Pakraman.
d) Banjar
Banjar Pakraman adalah kelompok masyarakat yang merupakan bagian dari
Desa Pakraman. Krama Banjar adalah mereka yang menempati karang Banjar
Pakraman dan/atau bertempat tinggal di wilayah Banjar Pakraman atau di
tempat lain yang menjadi warga Banjar Pakraman. Di dalam banjar ini terpadu
status seorang anggota banjar yaitu sebagai anggota sebuah desa pakraman,
desa dinas, banjar dinas, dan banjar pakraman. Jumlah Banjar Pekraman di
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 38
e) Subak
Subak adalah organisasi masyarakat petani yang bersifat sosio-agraris-religius,
pada suatu areal persawahan yang mendapat air dari satu sumber. Subak
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
subak merupakan organisasi petani yang mengelola irigasi untuk anggota-anggotanya yang disebut krama subak (pawongan). Sebagai suatu organisasi subak mempunyai aturan-aturan keorganisasian (awig-awig), baik secara tertulis maupun tidak tertulis;
subak mempunyai sumber air bersama, sumber air ini dapat berupa bendung (empelan) disungai, mata air, air tanah ataupun saluran utama sistem irigasi;
subak mempunyai areal persawahan (palemahan);
subak mempunyai otonomi baik internal maupun eksternal; dan
subak mempunyai satu atau lebih Pura Bedugul utnuk pemujaan manifestasi Tuhan dalam kapasitasnya sebagai penguasa persawahan dan pengairan (prahyangan).
Dalam rangka pengelolaan subak untuk mengadakan hubungan dengan
instansi pemerintah, maka subak dikelola oleh pasedahan yang melingkupi
beberapa organisasi subak yang area subaknya mendapatkan pengairan dari
satu sungai.Jumlah subak di Kota Denpasar berdasar Denpasar Dalam Angka
Tahun 2012 sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 bertahan sebanyak
41 subak. Namun dari segi luas tahun 2000 seluas 3.147 hektar kemudian
tahun 2012 hanya tinggal 2.519 hektar. Jadi dalam kurun waktu 12 tahun
terjadi pengurangan luas sebesar 628 hektar. Rata-rata pengurangan per tahun
adalah 53,3 hektar.
f) Sekaa
Sekaa dibentuk berdasarkan asas sukarela berdasarkan atas tujuan-tujuan
tertentu yang sangat khusus sesuai dengan bidang-bidang yang ada dalam
kehidupan masyarakat. Keberadaan sekaa dapat dibagi dua yaitu :
sekaa yang berbentuk permanen yang berlangsung terus menerus (dari gene- rasi-kegenerasi); dan
sekaa yang dibentuk secara temporer.
Rencana Terpadu Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM Bidang Cipta Karya IV - 39 Kelembagaan non taradisonal
Kelembagaan non tradisional dibedakan atas kelembagaan pemerintahan,
kelembagaan bisnis, kelembagaan sosial masyarakat, dan kelembagaan
pembangunan. Lembaga pemerintahan di Kota Denpasar saat ini terdiri atas
Walikota sebagai kepala pemerintahan yang dibantu oleh seorang wakil walikota.
Di bawah institusi ini terdapat sekretaris daerah beserta jajarannya para kepala
bagian. Di luar sekretariat daerah terdapat badan dan dinas. Di wilayah kecamatan
terdiri atas camat sebagai kepala wilayah kecamatan yang didampingi oleh
seorang sekretaris kecamatan. Di bawah camat terdapat kepala desa/lurah dan
dibawahnya lagi ada kepala lingkungan/kepala dusun. Sebagai mitra dalam
pelaksanaan pemerintahan Kota terdapat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota
Denpasar. Sistem pemerintahan lokal didukung oleh sistem pemerintahan pusat
yang merupakan instansi/institusi vertikal di bidang peradilan (pengadilan dan
kejaksaan), pertahanan/ keamanan (kepolisian dan ketentaraan), perhubungan,
pendidikan, dan lain-lainnya.
Lembaga bisnis banyak ragamnya terkait dengan bidang usaha.
Lembaga-lembaga bisnis yang terdapat di Kota Denpasar antara lain terdiri atas: Kamar
Dagang dan Industri (KADIN); Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (Inkindo);
Gabungan Pelaksanawan Nasional Indonesia (Gapensi); Ikatan Advokat
Indonesia (IAI) ; Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI); Ikatan
Pengusaha Wanita Indonesia (IWAPI); Asosiasi Rekanan Dagang dan Indonesia
(ARDIN), Asosiasi Konsultan Listrik Indonesia (AKLI), dan lain-lain. Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM), merupakan lembaga yang bergerak di bidang sosial
yang berorientasi untuk menunjang kepentingan-kepentingan masyarakat melalui
gerakan ataupun jasa-jasa yang ditawarkan. Bappeda Kota berperan sebagai
katalisator sekaligus penyelaras sistim koordinasi pembangunan (kususnya
pemerintah) antar instansi terkait dan antar daerah. Sedankan Dinas Tata Kota
sangat terkait dengan pengendalian pembangunan fisik di Kota Denpasar. Hal ini
sesuai dengan Permendagri No. 9 tahun 1982 tentang Pedoman Pelaksanaan dan
Pengendalian Pembangunan di Daerah. Dalam penataan ruang dan proses
pembangunan di Kota Denpasar yang berbasis budaya Bali, maka keterlibatan
lembaga-lembaga kemasyarakatan, lembaga keagamaan dan instansi pemerintah
perlu terintegrasi dengan baik mulai dari proses perencanaan, pemanfaatan ruang