• Tidak ada hasil yang ditemukan

Periode Agustus 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Periode Agustus 2017"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

i

(2)

Halaman ini sengaja dikosongkan

(3)

iii

Periode Agustus 2017

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT

DIVISI ADVISORY DAN PENGEMBANGAN EKONOMI

Jl. Jenderal Sudirman No. 22 Padang Telp. 0751-31700 Fax. 0751-27313

(4)

Penerbit :

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat

Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi

Jl. Jenderal Sudirman No. 22 P A D A N G

Telp : 0751-31700

Fax : 0751-27313

e-mail : Bimo Epyanto (bimo@bi.go.id)

Kun Anifatussolikhah (kun_a@bi.go.id)

Hasudungan P. Siburian (hasudungan_ps@bi.go.id)

Rizky Shantika Putri (rs_putri@bi.go.id)

(5)

v

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, kali ini kami menghadirkan kembali publikasi Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Sumatera Barat periode Agustus 2017. Kami mengharapkan publikasi ini dapat menjadi rujukan informasi dan bahan masukan tentang perkembangan ekonomi dan keuangan Sumatera Barat bagi para pemangku kepentingan kami: pemerintah daerah; industri perbankan dan keuangan; akademisi, pelaku usaha dan para pihak terkait. Selain

kami terbitkan dalam bentuk buku (hardcopy), kami juga menyediakan bentuk softcopy

yang dapat diakses melalui laman kami www.bi.go.id.

Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan II 2017 terpantau mengalami

perbaikan. Laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan I 2017 tumbuh

sebesar 4,98% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2017 sebesar 5,32% (yoy). Setelah berada pada posisi kelima pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sumbar berada di urutan kedua untuk wilayah Sumatera pada triwulan II 2017.

Laju inflasi Sumbar pada triwulan II 2017 meningkat terutama disebabkan oleh kenaikan tarif listrik dan angkutan udara saat periode lebaran Idul Fitri 2017

dan liburan tahun ajaran baru. Secara tahunan, laju inflasi Sumatera Barat pada

triwulan II 2017 tercatat sebesar 5,00 (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 3,82% (yoy). Tekanan inflasi lebih dalam tertahan seiring dengan terjaganya pasokan bahan pangan strategis (beras, cabai merah, bawang merah, dan bawang putih). Panen komoditas hortikultura yakni cabai merah dan bawang merah, intervensi Pemerintah dalam peningkatan impor bawang putih, serta terjaganya pasokan beras seiring panen dan operasi pasar oleh Bulog, menjadi faktor utama menurunnya tekanan inflasi pada triwulan II 2017. Dengan besaran inflasi tersebut, Provinsi Sumatera Barat tercatat sebagai provinsi dengan laju inflasi tahunan urutan ke-7 tertinggi secara nasional.

Contoh penggalan kajian seperti tersebut di atas kami tuangkan secara lengkap dalam KEKR dan kami sertai dengan data serta informasi yang memadai yang kami olah dan peroleh dari para mitra strategis Bank Indonesia. Dalam kesempatan ini, kami menyampaikan penghargaan yang tinggi dan ucapan terimakasih yang tak terhingga kepada para pihak yang selama ini membantu dan mendukung tersedianya data dan informasi hingga terbitnya publikasi KEKR. Semoga dukungan dan kerjasama yang terjalin selama ini mampu terus dipertahankan dan ditingkatkan pada masa yang akan datang.

Tak ada gading yang tak retak. Kami berharap adanya masukan, kritikan dan saran dari para pembaca dalam rangka penyempurnaan KEKR ini. Akhirnya, semoga publikasi ini memberikan manfaat. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa selalu melindungi langkah kita dalam tetap terus berkarya untuk negeri.

Padang, Agustus 2017

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA BARAT

(ttd)

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... viii

RINGKASANEKSEKUTIF ... xii

1 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH ... 1

1.1 Perkembangan Umum ... 2

1.2 Dinamika Sisi Pengeluaran Perekonomian Sumatera Barat ... 4

1.2.1Konsumsi Rumah Tangga ... 4

1.2.2Konsumsi Pemerintah ... 7

1.2.3Investasi ... 8

1.2.4Ekspor ... 9

1.2.5Impor ... 11

1.3 Dinamika Lapangan Usaha Ekonomi Utama Sumatera Barat ... 13

1.3.1Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ... 13

1.3.2Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, serta Reparasi Mobil dan Sepeda Motor ... 15

1.3.3Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan ... 16

1.3.4Lapangan Usaha Industri Pengolahan ... 17

1.4 Prakiraan Perkembangan Ekonomi Triwulan III 2017... 18

2 BAB II KEUANGAN PEMERINTAH ... 21

2.1 APBD Provinsi Sumatera Barat ... 23

2.1.1Realisasi Pendapatan Provinsi Sumatera Barat ... 23

2.1.2Realisasi Belanja Provinsi Sumatera Barat ... 24

2.2 APBD 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Barat ... 28

2.2.1Realisasi Pendapatan 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Barat ... 28

2.2.2Realisasi Belanja 19 Kabupaten/Kota di Sumatera Barat ... 30

2.3 Alokasi APBN di Sumatera Barat ... 34

2.3.1Realisasi Belanja APBN di Sumatera Barat ... 34

3 BAB III PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH ... 37

3.1 Perkembangan Umum Inflasi Provinsi Sumatera Barat ... 37

3.2 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa ... 39

3.2.1Inflasi Tahunan Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa ... 39

(7)

3.3.1Upaya Pengendalian Inflasi Daerah ... 45

3.4 Tracking Prakiraan Inflasi Triwulan III 2017 ... 46

4 BAB IV STABILITAS KEUANGAN DAERAH, PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN DAN UMKM ... 51

4.1 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Daerah ... 52

4.1.1Kinerja Keuangan Rumah Tangga ... 52

4.1.2Dana Pihak Ketiga Perseorangan di Perbankan ... 53

4.1.3Kredit Perbankan Sektor Rumah Tangga ... 55

4.2 Ketahanan Sektor Korporasi ... 57

4.2.1Kinerja Korporasi ... 57

4.2.1Eksposur Sektor Perbankan Pada Sektor Korporasi ... 59

4.3 Institusi Keuangan (Perbankan) ... 61

4.3.1Aset Perbankan ... 61

4.3.2Intermediasi Perbankan... 62

4.3.3Perbankan Syariah ... 65

4.4 Akses Keuangan ... 66

4.4.1Akses Keuangan UMKM ... 66

4.4.2Akses Keuangan Penduduk ... 67

5 BAB V PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH .. 75

5.1 Perkembangan Transkasi Non Tunai ... 75

5.1.1Transaksi Kliring ... 75

5.1.2Layanan Keuangan Digital ... 76

5.2 Perkembangan Transaksi Tunai ... 77

5.2.1Pengelolaan Uang Rupiah ... 77

5.2.2Perkembangan Uang Tidak Layar Edar dan Uang Palsu ... 78

6 BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH ... 83

6.1 Ketenagakerjaan Daerah ... 83

6.2 Kesejahteraan Daerah ... 86

6.3 Indeks Pembangunan Manusia dan Rasio Gini... 89

6.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani Sumatera Barat ... 90

7 BAB VII PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ... 93

7.1 Prospek Ekonomi ... 93

7.1.1Prospek Sisi Permintaan... 94

7.1.2Prospek Sisi Penawaran ... 97

(8)

DAFTAR TABEL

TABEL 1.1. PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) BERDASARKAN HARGA KONSTAN ... 4

TABEL 1.2. PERTUMBUHAN PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDRB) BERDASARKAN HARGA KONSTAN ... 13

TABEL 2.1. PENDAPATAN PROVINSI SUMATERA BARAT TRIWULAN II TAHUN 2016 DAN 2017 ... 24

TABEL 2.2. BELANJA PROVINSI SUMATERA BARAT TRIWULAN II TAHUN 2016 DAN 2017 ... 25

TABEL 2.3. PENDAPATAN 19 KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA BARAT TRIWULAN II 2016 DAN 2017 ... 28

TABEL 2.4. BELANJA 19 KABUPATEN/KOTA DI SUMATERA BARAT TRIWULAN II 2016-2017 ... 31

TABEL 2.5. BELANJA KEMENTERIAN/LEMBAGA DI SUMATERA BARAT TRIWULAN II 2016 DAN 2017 ... 34

TABEL 3.1. PERKEMBANGAN INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA (%, YOY) ... 38

TABEL 3.2. PERKEMBANGAN INFLASI TAHUNAN SUMATERA BARAT MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA (% YOY) .. 39

TABEL 3.3. PERKEMBANGAN INFLASI TRIWULANAN SUMBAR MENURUT KELOMPOK BARANG DAN JASA (% QTQ) ... 41

TABEL 3.4. INFLASI BULANAN BERDASARKAN KELOMPOK BARANG (%,MTM) ... 42

TABEL 3.5. ANDIL INFLASI BULANAN BERDASARKAN KELOMPOK BARANG (%) ... 42

TABEL 3.6. KOMODITAS UTAMA PENYUMBANG INFLASI DAN DEFLASI BULANAN TRIWULAN II 2017 (%,MTM) ... 43

TABEL 4.1. KOMPOSISI PENGELUARAN RUMAH TANGGA BERDASARKAN PENDAPATAN PADA TRIWULAN I 2017 ... 52

TABEL 4.2. KOMPOSISI PENGELUARAN RUMAH TANGGA BERDASARKAN PENDAPATAN PADA TRIWULAN II 2017 ... 52

TABEL 4.3. DANA RUMAH TANGGA UNTUK MEMBAYAR CICILAN DAN PERUBAHANNYA BERDASARKAN PENDAPATAN ... 53

TABEL 4.4. DANA RUMAH TANGGA UNTUK MENABUNG DAN PERUBAHANNYA BERDASARKAN PENDAPATAN ... 53

TABEL 4.5. KOMPOSISI JUMLAH REKENING PERSEORANGAN PER NILAI PENEMPATAN ... 55

TABEL 4.6. SALDO BERSIH INDIKATOR LAINNYA PADA TRIWULAN I 2017 DAN TRIWULAN II 2017 ... 59

TABEL 4.7. INDIKATOR PERKEMBANGAN BANK UMUM SUMATERA BARAT ... 61

TABEL 4.8. INDIKATOR PERKEMBANGAN BANK SYARIAH SUMATERA BARAT... 65

TABEL 6.1. PERKEMBANGAN NTP PROVINSI DI SUMATERA ... 90

(9)

DAFTAR GRAFIK

GRAFIK 1.1. PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI DI KAWASAN SUMATERA TRIWULAN II 2017 ... 3

GRAFIK 1.2. PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT DAN NASIONAL ... 3

GRAFIK 1.3. PERTUMBUHAN KONSUMSI RUMAH TANGGA ... 5

GRAFIK 1.4. PANGSA PDRB TW II 2017 MENURUT PERMINTAAN BERDASARKAN HARGA BERLAKU ... 5

GRAFIK 1.5. RATA-RATA HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL ... 5

GRAFIK 1.6. INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK)... 6

GRAFIK 1.7. SURVEI KONSUMEN (SK) ... 6

GRAFIK 1.8. INDEKS TENDENSI KONSUMEN (ITK)... 6

GRAFIK 1.9. SURVEI KONSUMEN (SK) ... 6

GRAFIK 1.10. KREDIT RUMAH TANGGA LAINNYA... 7

GRAFIK 1.11. REALISASI BELANJA PEMERINTAH ... 7

GRAFIK 1.12.INVESTASI PMA DI SUMATERA BARAT ... 8

GRAFIK 1.13. INVESTASI PMDN DI SUMATERA BARAT ... 8

GRAFIK 1.14. PERTUMBUHAN KOMPONEN INVESTASI PDRB SUMBAR ... 9

GRAFIK 1.15. PENJUALAN SEMEN ... 9

GRAFIK 1.16. EKSPOR DAN IMPOR LUAR NEGERI ... 10

GRAFIK 1.17. EKSPOR IMPOR ANTAR DAERAH ... 10

GRAFIK 1.18. PERKEMBANGAN NILAI EKSPOR KOMODITAS UTAMA ... 10

GRAFIK 1.19. PERTUMBUHAN VOLUME EKSPOR KOMODITAS UTAMA ... 10

GRAFIK 1.20. PORSI EKSPOR KOMODITAS UTAMA ... 11

GRAFIK 1.21. PANGSA NEGARA TUJUAN EKSPOR SUMBAR ... 11

GRAFIK 1.22. AKTIVITAS PERDAGANGAN LUAR NEGERI MELALUI PELABUHAN TELUK BAYUR ... 11

GRAFIK 1.23. PERTUMBUHAN EKSPOR DAN IMPOR ANTAR DAERAH MITRA DAGANG ANTAR DAERAH (JAMBI) ... 11

GRAFIK 1.24. VOLUME IMPOR NON MIGAS ... 12

GRAFIK 1.25. NILAI IMPOR NON MIGAS ... 12

GRAFIK 1.26. NILAI IMPOR BERDASARKAN KELOMPOK ... 12

GRAFIK 1.27. PORSI IMPOR KOMODITAS NON MIGAS TRIWULAN II 2017 ... 12

GRAFIK 1.28. ASAL BARANG IMPOR SUMATERA BARAT TRIWULAN II 2017 ... 12

GRAFIK 1.29. PANGSA PDRB TRIWULAN II 2017 SUMBARMENURUT LAPANGAN USAHA BERDASARKAN HARGA BERLAKU ... 13

GRAFIK 1.30. PERTUMBUHAN PDRB PER LAPANGAN USAHA UTAMA SUMBAR ... 13

GRAFIK 1.31. PERKEMBANGAN HARGA GABAH ... 14

GRAFIK 1.32. PERKEMBANGAN KREDIT PERTANIAN ... 14

GRAFIK 1.33. TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR SUMBAR ... 15

GRAFIK 1.34. PERKEMBANGAN INDEKS PENGHASILAN ... 15

GRAFIK 1.35. PERKEMBANGAN KEGIATAN DUNIA USAHA PERDAGANGAN (SKDU) ... 15

GRAFIK 1.36. PEMAKAIAN LISTRIK KELOMPOK PELANGGAN BISNIS ... 15

GRAFIK 1.37. PERKEMBANGAN KREDIT PERDAGANGAN ... 16

GRAFIK 1.38. PERKEMBANGAN JUMLAH PENUMPANG BIM ... 17

GRAFIK 1.39. INDEKS PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA LAPANGAN USAHA TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN ... 17

GRAFIK 1.40. INDEKS PERKEMBANGAN HARGA JUAL LAPANGAN USAHA TRANSPORTASI DAN PERGUDANGAN (SKDU) ... 17

GRAFIK 1.41. PERKEMBANGAN KREDIT LAPANGAN USAHA TRANSPORTASI ... 17

GRAFIK 1.42. PERTUMBUHAN PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR ... 18

GRAFIK 1.43. PERKEMBANGAN KREDIT INDUSTRI PENGOLAHAN ... 18

GRAFIK 1.44. PERKEMBANGAN HARGA CPO DAN KARET DUNIA ... 19

GRAFIK 1.45. PERKEMBANGAN INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN, INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN, DAN INDEKS EKONOMI SAAT INI (SK BI) ... 19

GRAFIK 1.46. PERKIRAAN PERKEMBANGAN TENAGA KERJA (SKDU BI) ... 20

GRAFIK 2.1. ANGGARAN, REALISASI DAN DAYA SERAP BELANJA DI PROVINSI SUMATERA BARAT TRIWULAN II 2017 ... 22

GRAFIK 2.2. KOMPOSISI BELANJA (%) DI PROVINSI SUMATERA BARAT TRIWULAN II 2017 ... 22

GRAFIK 2.3. KOMPOSISI PENDAPATAN PROVINSI SUMBAR ... 24

GRAFIK 2.4. DAYA SERAP BELANJA SUMBAR PER TRIWULAN 2016 DAN 2017... 25

(10)

GRAFIK 2.6. DAYA SERAP BELANJA BARANG/JASA SUMBAR PER TRIWULAN 2016 DAN 2017 ... 25

GRAFIK 2.7. DAYA SERAP BELANJA MODAL SUMBAR PER TRIWULAN 2016 DAN 2017 ... 25

GRAFIK 2.8. KOMPOSISI BELANJA PROVINSI SUMBAR ... 27

GRAFIK 2.9. REALISASI 10 ANGGARAN BELANJA MODAL TERBESAR PROVINSI SUMBAR TRIWULAN II 2017 ... 27

GRAFIK 2.10. REALISASI PENDAPATAN 19 KAB/KOTA DI SUMBAR ... 29

GRAFIK 2.11. KOMPOSISI PENDAPATAN 19 KAB/KOTA DI SUMBAR ... 29

GRAFIK 2.12. KOMPOSISI PENDAPATAN 19 KAB/KOTA DI SUMATERA BARAT PADA TRIWULAN II 2017 ... 30

GRAFIK 2.13. DAYA SERAP BELANJA KAB/KOTA PER TRIWULAN 2016 DAN 2017 ... 31

GRAFIK 2.14. DAYA SERAP BELANJA PEGAWAI KAB/KOTA PER TRIWULAN 2016 DAN 2017 ... 31

GRAFIK 2.15. DAYA SERAP BELANJA BARANG/JASA KAB/KOTA PER TRIWULAN 2016 DAN 2017 ... 31

GRAFIK 2.16. DAYA SERAP BELANJA MODAL KAB/KOTA PER TRIWULAN 2016 DAN 2017 ... 31

GRAFIK 2.17. KOMPOSISI BELANJA 19 KAB/KOTA ... 32

GRAFIK 2.18. REALISASI BELANJA 19 KAB/KOTA DI SUMBAR BERDASARKAN KOMPOSISINYA ... 33

GRAFIK 2.19. KOMPOSISI PENDAPATAN 19 KAB/KOTA DI SUMBAR ... 33

GRAFIK 2.20. KOMPOSISI BELANJA KEMENTERIAN/LEMBAGA BERDASARKAN FUNGSI ... 35

GRAFIK 2.21. KOMPOSISI BELANJA KEMENTERIAN/LEMBAGA BERDASARKAN JENIS ... 35

GRAFIK 3.1. PERKEMBANGAN INFLASI SUMBAR DAN NASIONAL ... 38

GRAFIK 3.2 DISAGREGASI INFLASI TRIWULANAN PROVINSI SUMBAR ... 41

GRAFIK 3.3. IKK, IKE DAN IEK KONSUMEN DI SUMBAR ... 44

GRAFIK 3.4. DISAGREGASI INFLASI TAHUNAN PROVINSI SUMBAR ... 44

GRAFIK 3.5. EKSPEKTASI HARGA 3 DAN 6 BULAN MENDATANG ... 46

GRAFIK 3.6. PERKEMBANGAN HARGA BULANAN BERAS, CABAI MERAH DAN BAWANG MERAH (VOLATILE FOOD) ... 46

GRAFIK 3.7. PERKEMBANGAN HARGA BULANAN EMAS (INTI) ... 47

GRAFIK 3.8. PERKEMBANGAN HARGA ROKOK DAN TIKET ANGKUTAN UDARA (ADMINISTERED PRICE) ... 47

GRAFIK 4.1. KOMPOSISI PENGELUARAN RUMAH TANGGA TW I DAN II ... 52

GRAFIK 4.2. KOMPOSISI DPK SUMATERA BARAT ... 54

GRAFIK 4.3. PERTUMBUHAN DPK PERSEORANGAN... 54

GRAFIK 4.4. KOMPOSISI DPK PERSEORANGAN SUMATERA BARAT ... 54

GRAFIK 4.5. PERTUMBUHAN DPK PERSEORANGAN... 54

GRAFIK 4.6. PERTUMBUHAN KREDIT RUMAH TANGGA... 56

GRAFIK 4.7. PANGSA KREDIT RUMAH TANGGA ... 56

GRAFIK 4.8. PERKEMBANGAN HARGA PROPERTI RESIDENSIAL (SHPR) DI SUMATERA BARAT ... 56

GRAFIK 4.9. PERKEMBANGAN NPL KREDIT RUMAH TANGGA ... 56

GRAFIK 4.10. LIKERT SCALE PERMINTAAN DOMESTIK,DAN PROYEKSI PDRB KONSUMSI RT SUMBAR ... 57

GRAFIK 4.11. LIKERT SCALE PENJUALAN DOMESTIK, PENJUALAN EKSPOR DAN PERKIRAAN PENJUALAN ... 58

GRAFIK 4.12. PANGSA KREDIT BERDASARKAN JENIS PENGGUNAAN DI SUMBAR ... 59

GRAFIK 4.13. PERTUMBUHAN KREDIT BERDASARKAN ... 59

GRAFIK 4.14. PERTUMBUHAN 4 SEKTOR TERBESAR KREDIT KORPORASI DI SUMBAR TRIWULAN I & II 2017 ... 60

GRAFIK 4.15. NPL 4 SEKTOR TERBESAR KREDIT KORPORASI DI SUMBAR ... 60

GRAFIK 4.16. PERTUMBUHAN ASET BANK UMUM SUMATERA BARAT ... 62

GRAFIK 4.17. SUKU BUNGA TERTIMBANG DPK DAN KREDIT BANK UMUM SUMBAR ... 62

GRAFIK 4.18. PERTUMBUHAN DPK BANK UMUM MENURUT JENIS SIMPANAN (YOY) ... 63

GRAFIK 4.19. PERKEMBANGAN NILAI DPK MENURUT JENIS SIMPANAN ... 63

GRAFIK 4.20. PERTUMBUHAN KREDIT BANK UMUM BERDASARKAN JENIS PENGGUNAAN ... 63

GRAFIK 4.21. PERKEMBANGAN LDR DAN NPL BANK UMUM ... 63

GRAFIK 4.22. PERTUMBUHAN INDIKATOR PERBANKAN SYARIAH SUMBAR ... 65

GRAFIK 4.23. PERTUMBUHAN JENIS-JENIS DANA PIHAK KETIGA PERBANKAN SYARIAH SUMBAR ... 65

GRAFIK 4.24. PERTUMBUHAN KREDIT UMKM ... 66

GRAFIK 4.25. PROPORSI KREDIT UMKM SISI SEKTORAL ... 66

GRAFIK 4.26. PERKEMBANGAN NPL KREDIT UMKM ... 67

GRAFIK 4.27. RASIO JUMLAH REKENING DPK TERHADAP PENDUDUK BEKERJA ... 68

(11)

GRAFIK 5.2. PERKEMBANGAN TRANSAKSI UANG ELEKTRONIK BERBASIS SERVER DI SUMBAR ... 76

GRAFIK 5.3. FREKUENSI TRANSAKSI DAN JUMLAH REKENING LAYANAN KEUANGAN DIGITAL DI SUMBAR ... 77

GRAFIK 5.4. PERKEMBANGAN ALIRAN UANG KAS MASUK (INFLOW) DAN KELUAR (OUTFLOW) ... 77

GRAFIK 5.5. ALIRAN UANG KAS MASUK (INFLOW) DAN KELUAR (OUTFLOW) DI WILAYAH SUMATERA BARAT ... 77

GRAFIK 5.6. PERKEMBANGAN PEMUSNAHAN UANG TIDAK LAYAK EDAR (UTLE) DALAM LEMBAR ... 77

GRAFIK 5.7. TEMUAN UANG RUPIAH PALSU DI SUMBAR ... 78

GRAFIK 6.1. TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA ... 84

GRAFIK 6.2. ANGKATAN BEKERJA DI SUMATERA BARAT ... 84

GRAFIK 6.3. INDEKS KONDISI KETENAGAKERJAAN DAN PENGHASILAN SAAT INI ... 85

GRAFIK 6.4. PANGSA PEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA ... 85

GRAFIK 6.5. PEKERJA MENURUT STATUS PEKERJAAN UTAMA ... 86

GRAFIK 6.6. TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA MENURUT PENDIDIKAN PERIODE FEBRUARI 2017 ... 86

GRAFIK 6.7. JUMLAH DAN PERSENTASE PENDUDUK MISKIN DI SUMATERA BARAT... 87

GRAFIK 6.8. GARIS KEMISKINAN DI SUMATERA BARAT ... 87

GRAFIK 6.9. GARIS KEMISKINAN UNTUK MAKANAN ... 88

GRAFIK 6.10. GARIS KEMISKINAN UNTUK NON MAKANAN ... 88

GRAFIK 6.11. INDEKS KEDALAMAN KEMISKINAN (P1) ... 88

GRAFIK 6.12. INDEKS KEPARAHAN KEMISKINAN (P2) ... 88

GRAFIK 6.13. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI DI SUMATERA, 2016 ... 89

GRAFIK 6.14. GINI RATIO PROVINSI DI SUMATERA, MARET 2017... 89

GRAFIK 6.15. PERKEMBANGAN INDEKS HARGA DITERIMA (IT) DENGAN INDEKS HARGA DIBAYAR (IB) ... 91

GRAFIK 6.16. NTP SUMBAR MENURUT SUBSEKTOR ... 91

GRAFIK 6.17. PERKEMBANGAN HARGA GKP (PRODUSEN) DAN HARGA BERAS (KONSUMEN) ... 91

GRAFIK 6.18. PERKEMBANGAN INFLASI PERDESAAN DAN INFLASI UMUM SUMATERA BARAT ... 91

GRAFIK 7.1. PRAKIRAAN PERTUMBUHAN EKONOMI SUMBAR TAHUN 2017 ... 94

GRAFIK 7.2. INDEKS EKSPEKTASI KONSUMEN ... 95

GRAFIK 7.3. PERKEMBANGAN KONSUMSI SEMEN DI SUMBAR ... 96

GRAFIK 7.4. PERKEMBANGAN HARGA INTERNASIONAL MINYAK KELAPA SAWIT DAN KARET ... 97

GRAFIK 7.5. PROYEKSI PERTUMBUHAN TAHUNAN (YOY) HARGA KOMODITAS INTERNASIONAL (CPO DAN KARET) ... 97

GRAFIK 7.6. PERKEMBANGAN SASARAN LUAS TANAM DAN LUAS PANEN PADI DI SUMBAR TAHUN 2017 ... 98

GRAFIK 7.7. PERKEMBANGAN HARGA GABAH ... 98

GRAFIK 7.8. PROYEKSI INFLASI SUMBAR TAHUN 2017 ... 100

GRAFIK 7.9. INDEKS EKSPEKTASI HARGA KE DEPAN ... 100

GRAFIK 7.10. PROYEKSI HARGA EMAS (USD/TROY) ... 101

(12)

RINGKASANEKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA BARAT

PERIODE AGUSTUS 2017 Perekonomian

Sumatera Barat triwulan II 2017 membaik

Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan II 2017 terpantau

mengalami perbaikan. Laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat

pada triwulan II 2017 tumbuh sebesar 5,32% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 4,98% (yoy). Setelah berada pada posisi kelima di triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Sumbar berada di urutan kedua untuk wilayah Sumatera pada periode laporan.

Sumber pertumbuhan pada triwulan II 2017 terutama berasal dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, dan ekspor

Penguatan konsumsi rumah tangga dan pemerintah, serta perbaikan kinerja ekspor luar negeri menjadi penopang

pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2017. Momentum lebaran

Idul Fitri 2017 dan liburan sekolah serta tahun ajaran baru menjadi pendorong meningkatnya permintaan masyarakat pada triwulan II 2017. Peningkatan konsumsi rumah tangga diiringi pula dengan perbaikan daya beli seiring adanya tambahan pendapatan dari THR. Sementara itu, konsumsi pemerintah mencatat peningkatan akibat adanya kenaikan APBD tahun 2017 serta pemberian gaji ke-14. Di sisi lain, perbaikan kinerja ekspor luar negeri terus berlanjut hingga triwulan II 2017 karena masih tingginya permintaan (Tiongkok dan Amerika Serikat) seiring dengan ekspansi dan pemulihan ekonomi dari negara tersebut. Secara sektoral, perbaikan kinerja pertanian, perdagangan, dan transportasi merupakan sumber penopang pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat

Kinerja lapangan usaha pertanian membaik seiring dengan masih berlanjutnya panen produksi tanaman bahan makanan (tabama).

Panen tersebut terjadi seiring dengan cuaca yang masih kondusif untuk mendukung proses produksi dan pengeringan gabah. Peningkatan produksi tersebut didukung pula oleh adanya komitmen pemda untuk mendukung program ketahanan pangan. Di sisi lain, aktivitas perdagangan meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat saat periode lebaran dan liburan sekolah. Peningkatan kinerja lapangan usaha transportasi terjadi karena meningkatnya

Peningkatan nominal realisasi pendapatan

Meningkatnya realisasi Pendapatan asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan menyebabkan realisasi pendapatan Provinsi Sumatera

(13)

diiringi dengan peningkatan realisasi belanja

kenaikan realisasi belanja pada triwulan II 2017. Kenaikan realisasi belanja Provinsi Sumatera Barat disebabkan oleh adanya pengalihan beberapa kewenangan dan tanggung jawab penggajian beberapa Aparatur Sipil Negara (ASN) dari yang sebelumnya merupakan

kewenangan kabupaten/kota menjadi kewenangan provinsi

sebagaimana amanat UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Bergesernya Ramadhan dan Lebaran dari triwulan III menjadi triwulan II menjadi faktor utama meningkatnya inflasi pada triwulan II 2017

Secara tahunan, laju inflasi Sumatera Barat pada triwulan II 2017 tercatat sebesar 5,00 (yoy) atau lebih tinggi ibandingkan dengan

triwulan sebelumnya sebesar 3,82% (yoy). Kelompok administered

price mengalami tekanan inflasi di tengah inflasi kelompok inti dan

volatile food yang justru mereda. Kebijakan penyesuaian Tarif Tenaga

Listrik (TTL) dan siklus kenaikan tarif angkutan udara seiring tibanya Ramadhan dan Lebaran menjadi faktor utama pendorong inflasi triwulan II 2017. Sementara itu, panen komoditas hortikultura serta terjaganya pasokan beras seiring panen dan operasi pasar oleh Bulog, menjadi faktor penahan inflasi. Dengan besaran inflasi tersebut, Provinsi Sumatera Barat tercatat sebagai provinsi dengan laju inflasi tahunan urutan ke-7 tertinggi secara nasional.

Stabilitas keuangan korporasi dan rumah tangga di daerah masih terjaga

Secara umum, stabilitas keuangan daerah relatif masih terjaga.

Hal tersebut didukung oleh kinerja sektor korporasi, sektor rumah tangga dan perbankan yang semakin menunjukkan perbaikan. Tren membaiknya harga komoditas penopang pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat, kelapa sawit dan karet, yang masih berlangsung hingga triwulan II 2017 berdampak pada membaiknya daya beli masyarakat dan mendorong perbaikan kinerja sektor korporasi.

Struktur pengeluaran rumah tangga pada triwulan II 2017 tidak jauh berbeda dengan periode sebelumnya, yang masih

didominasi oleh kebutuhan konsumsi. Meskipun daya beli

masyarakat meningkat, porsi pengeluaran untuk konsumsi justru menurun karena adanya pengalokasian pengeluaran masyarakat untuk keperluan pembayaran pendaftaran memasuki tahun ajaran sekolah baru.

Intermediasi perbankan konsisten berada pada level yang tinggi.

LDR, sebagai cerminan fungsi intermediasi, bank umum di Sumatera Barat pada awal tahun 2017 konsisten masih berada di

(14)

Kondisi tersebut diiring dengan perbaikan kualitas kredit

level yang tinggi, meskipun sedikit menurun. Loan to Deposit Ratio

(LDR), yaitu rasio antara jumlah kredit yang disalurkan bank terhadap jumlah DPK bank menurun dari 141,7% pada triwulan II 2017 menjadi 138,7% pada triwulan I 2017. Sementara itu, kualitas kredit bank umum di Sumbar pada triwulan II 2017 sedikit menunjukkan perbaikan tercermin dari NPL yang menurun. Pada triwulan II 2017 rasio kredit

bermasalah/Non Performing Loan (NPL) perbankan turun menjadi

3,26% dari sebelumnya sebesar 3,34%. ). Penurunan kualitas kredit tersebut terjadi terutama pada sektor korporasi.

Transaksi non tunai menurun

Perkembangan transaksi non tunai di Sumatera Barat melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) masih menunjukkan penurunan, baik dari sisi nominal maupun volume

transaksi. Secara volume, penurunan transaksi kliring mencapai 26%

(yoy) menjadi 71.897 lembar, semakin dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang turun 6,4% (yoy). Sedangkan dari sisi nominal, transaksi kliring terus turun hingga berada di level Rp2,53 triliun atau 34,16% (yoy), turun signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,26% (yoy). Penurunan transaksi kliring tersebut diprakirakan merupakan imbas dari pola masyarakat yang cenderung menggunakan uang tunai selama momen lebaran dalam mememenuhi kebutuhan konsumsinya pada triwulan II 2017.

Transaksi tunai mencatat net outflow

Sumatera Barat mencatatkan arus kas keluar (outflow) yang

cukup besar pada triwulan II 2017. Pada triwulan II 2017, tercatat

mengalami outflow sebesar Rp5,03 triliun, atau meningkat 36,49%

(yoy). Sedangkan arus kas yang masuk (inflow) hanya sebesar Rp2,89

triliun atau tumbuh sebesar 28,04% (yoy). Secara keseluruhan, net

outflow tersebut mengalami kenaikan yang signifikan hingga 49,86%

(yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,14 trilun. Efek lebaran dan tahun ajaran baru mendorong masyarakat Sumatera Barat untuk cenderung menarik uangnya dari perbankan.

Ketenagakerjaan membaik, tercermin dari tingkat pengangguran

Membaiknya perekonomian pada awal tahun 2017 memberikan dampak positif terhadap perbaikan penyerapan tenaga kerja.

Kondisi tersebut tercermin dari kenaikan tingkat partisipasi angkatan kerja yang diiringi dengan relatif menurunnya tingkat pengangguran. Penyerapan tenaga kerja (Feb 2017) masih didominasi sektor pertanian dan perdagangan namun persentasenya cenderung turun karena

(15)

jasa. Di sisi lain, status pekerja di Sumbar sebagian besar berada di lapangan kerja informal. Terbatasnya lapangan pekerjaan di sektor formal menyebabkan pengangguran terdidik masih tinggi.

Kesejahteraan daerah terpantau membaik pada tahun 2017

Kesejahteraan daerah terpantau membaik memasuki tahun 2017.

Kondisi tersebut tercermin dari membaiknya sejumlah indikator, seperti jumlah penduduk miskin, persentase penduduk miskin, dan indeks keparahan kemiskinan. Perbaikan pendapatan yang diiringi terjaganya daya beli masyarakat ditengarai sebagai penyebab membaiknya kesejahteraan daerah. Peningkatan harga internasional (CPO dan karet) yang terjadi sejak akhir tahun 2016 berimbas pada kenaikan pendapatan masyarakat yang sebagian besar mata pencahariannya bergantung pada komoditas tersebut. Selain itu, kualitas hidup masyarakat Sumatera Barat cenderung meningkat sebagaimana tercermin dari membaiknya IPM, diikuti dengan perbaikan pada ketimpangan atau ketidakmerataan ekonomi penduduk di Sumatera Barat. Angka Rasio gini Sumatera Barat cukup baik yaitu berada pada urutan terendah ke-3 (tiga) di Sumatera dan ke-5 (lima) di nasional.

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat triwulan III 2017 diprakirakan melambat

Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan III 2017 diprakirakan tumbuh pada kisaran 5,2% - 5,6% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,32% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga, walaupun tetap tumbuh tinggi, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II 2017 seiring dengan tradisi pulang basamo, liburan sekolah dan tahun ajaran baru. Investasi diprakirakan tumbuh tinggi yang ditopang akselerasi belanja modal dan realisasi fisik proyek swasta.

Laju inflasi Sumatera Barat di triwulan III 2017 diprakirakan menurun

Pada triwulan III 2017, laju inflasi secara umum diprakirakan berada dalam rentang 3,0% - 3,4% (yoy) atau menurun

dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan terbesar

diperkirakan disumbang oleh kelompok volatile food dan administered

price seiring normalisasi harga berbagai barang dan jasa pasca

(16)

Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi tahun 2017 diprakirakan meningkat dibandingkan 2016 Inflasi tahun 2017 diprakirakan lebih rendah dibandingkan 2016

Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan ekonomi Sumbar di tahun 2017 diprakirakan berada pada kisaran 5,3% - 5,7% (yoy),

meningkat dibandingkan tahun 2016. Di sisi permintaan, sumber

pertumbuhan utama berasal dari komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga, ekspor dan investasi. Membaiknya konsumsi rumah tangga disebabkan oleh peningkatan harga komoditas dunia, khususnya CPO dan karet yang mendorong perbaikan daya beli dan tingkat pendapatan masyarakat. Aktivitas investasi diprakirakan membaik seiring realisasi investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri dan investasi untuk mendorong kinerja pariwisata di berbagai daerah.

Inflasi tahun 2017 diproyeksikan pada kisaran 4,0% + 1% (yoy). Secara tahun kalender (Januari-Juli 2017), inflasi Sumbar masih

tercatat rendah sebesar 0,79% (ytd) Dari sisi volatile food, risiko

peningkatan harga masih bersumber dari komoditas cabai merah dan beras. Faktor musiman peningkatan permintaan pada saat Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha secara historis menjadi penyebab meningkatnya harga secara signifikan di atas harga normal. Di samping itu, risiko musim kekeringan pada semester II 2017 juga diperkirakan memberikan andil pada kenaikan harga beras dan cabai merah. Pada kelompok

administered price, potensi kenaikan harga minyak dunia akan

(17)

INDIKATOR EKONOMI TERPILIH SUMATERA BARAT

I II III IV I II

MAKRO

IHK Sumatera Barat * 125,06 126,41 128,19 126,66 130,42 132,59 132,59 133,08 132,99

IHK Kota Padang 126,03 127,10 127,72 127,38 131,16 133,48 133,48 134,04 134,01

IHK Kota Bukittinggi 118,22 121,52 121,09 121,56 125,20 126,29 126,29 126,31 125,77

Laju Inflasi Tahunan Sumatera Barat (yoy %) 11,58 1,08 6,62 3,23 5,10 4,89 4,89 3,82 5,00 Laju Inflasi Tahunan Kota Padang (yoy %) 11,90 0,85 4,97 3,16 5,07 5,02 5,02 3,98 0,34 Laju Inflasi Tahunan Kota Bukittinggi (yoy %) 9,24 2,79 7,20 3,76 5,33 3,93 3,93 2,65 0,20 PDRB - harga konstan (miliar Rp) **

PDRB berdasarkan sisi Permintaan

- Konsumsi Rumah Tangga 70.010 73.021 18.613 18.852 19.317 19.401 76.237 19.454 19.728 - Konsumsi LNPRT 1.511 1.562 401 410 417 412 1.635 402 417 - Konsumsi Pemerintah 16.215 16.974 3.104 3.998 3.920 6.043 17.002 3.118 4.020 - Pembentukan Modal Tetap Bruto (Investasi) 39.943 41.676 10.347 10.654 10.876 11.231 43.007 10.607 10.854 - Perubahan Inventori 69 81 (142) 551 145 (250) 272 (167) 429 - Ekspor Luar Negeri 19.922 21.084 4.404 4.067 4.779 4.909 18.165 5.338 5.170 - Impor Luar Negeri 8.881 8.727 2.094 1.698 1.853 1.077 6.725 2.104 2.080 - Net Ekspor Antar Daerah (5.472) (5.142) 1.284 (136) (145) (2.851) (1.481) 1.083 209 PDRB berdasarkan Lapangan Usaha

- Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 32.147 33.539 8.322 8.422 8.607 8.760 34.210 8.690,30 8.861 - Pertambangan dan Penggalian 5.924 6.136 1.514 1.536 1.592 1.626 6.268 1.564,47 1.553 - Industri Pengolahan 15.140 15.419 3.885 4.151 4.098 4.071 16.174 4.035,68 4.148 - Pengadaan Listrik, Gas 133 134 36 37 37 41 162 40,27 41 - Pengadaan Air 134 142 37 38 38 38 151 38,79 40 - Konstruksi 11.537 12.327 3.102 3.209 3.348 3.460 13.127 3.308,50 3.353 - Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil

dan Sepeda Motor 20.547 21.595 5.612 5.649 5.747 5.845 22.760 5.860,32 5.955 - Transportasi dan Pergudangan 14.950 16.156 4.181 4.310 4.441 4.308 17.493 4.464,87 4.775 - Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1.329 1.420 377 389 399 410 1.579 409,04 424 - Informasi dan Komunikasi 8.312 9.131 2.458 2.528 2.618 2.480 9.883 2.581,75 2.714 - Jasa Keuangan 4.041 4.188 1.118 1.103 1.119 1.183 4.524 1.148,81 1.159 - Real Estate 2.610 2.748 704 712 724 755 2.896 738,39 753 - Jasa Perusahaan 586 622 161 161 164 171 657 169,13 173 - Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib 7.506 7.860 2.027 2.053 2.070 2.090 8.287 2.082,69 2.144 - Jasa Pendidikan 4.627 5.040 1.341 1.344 1.371 1.408 5.499 1.451,54 1.468 - Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.750 1.877 473 478 493 513 1.948 501,10 517 - Jasa lainnya 2.044 2.196 571 578 590 658 2.494 645,95 668 Pertumbuhan PDRB (yoy %) 5,85 5,41 5,55 5,86 4,82 4,86 5,26 4,98 5,32 PERBANKAN

Bank Umum

Total Aset (Rp triliun) 48,1 54,3 55,5 56,5 57,46 57,63 57,63 59,27 61,12 DPK (Rp Triliun) 29,7 33,1 34,2 35,2 35,97 34,92 34,92 35,94 37,59 - Giro (Rp Triliun) 4,3 4,9 7,1 6,5 6,43 5,08 5,08 6,96 7,17 - Tabungan (Rp Triliun) 15,3 17,5 16,0 17,4 17,65 19,24 19,24 17,98 19,21 - Deposito (Rp Triliun) 10,2 10,7 11,0 11,3 11,89 10,59 10,59 11,00 11,21 Kredit (Rp Triliun) 42,8 48,0 48,2 49,7 50,30 50,70 50,70 50,93 52,15 - Modal Kerja 16,0 17,1 17,0 17,2 17,27 17,32 17,32 16,89 17,67 - Investasi 7,6 10,0 9,8 10,7 11,01 10,77 10,77 11,14 11,20 - Konsumsi 19,1 20,9 21,4 21,7 22,01 22,61 22,61 22,90 23,28 LDR (%) 143,8 145,1 141,2 140,9 139,8 145,2 145,2 141,7 138,7 NPL (gross, %) 2,9 2,7 3,0 3,3 3,6 3,2 3,2 3,3 3,3

Indikator Ekonomi Terpilih Sumatera Barat

2014 2015 2016 2016 2017

INDIKATOR

Keterangan :

* IHK th 2012-2013 menggunakan tahun dasar 2007=100, IHK th 2014 menggunakan tahun dasar 2012=100 ** PDRB menggunakan tahun dasar 2010

Sumber :

- Data IHK, Laju Inflasi, PDRB berasal dari BPS - Data Perbankan berasal dari data Bank Indonesia

(18)

Halaman ini sengaja dikosongkan

(19)

1

BAB I

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH

Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan II 2017 terpantau mengalami

perbaikan. Laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan II 2017 tumbuh

sebesar 5,32% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 4,98% (yoy). Penguatan konsumsi rumah tangga dan pemerintah, serta perbaikan kinerja ekspor luar negeri menjadi penopang pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2017. Momentum lebaran Idul Fitri 2017 dan liburan sekolah serta tahun ajaran baru menjadi pendorong meningkatnya permintaan masyarakat pada triwulan II 2017. Peningkatan konsumsi rumah tangga diiringi pula dengan perbaikan daya beli akibat adanya tambahan pendapatan dari THR. Sementara itu, konsumsi pemerintah mencatat peningkatan akibat adanya kenaikan APBD tahun 2017 serta pemberian gaji ke-14. Di sisi lain, perbaikan kinerja ekspor luar negeri terus berlanjut hingga triwulan II 2017 karena masih tingginya permintaan (Tiongkok dan Amerika Serikat) seiring dengan ekspansi dan pemulihan ekonomi dari negara tersebut.

Dari sisi lapangan usaha, perbaikan kinerja pertanian, perdagangan, dan transportasi merupakan sumber penopang pertumbuhan ekonomi Sumatera

Barat pada triwulan II 2017. Kinerja lapangan usaha pertanian membaik seiring dengan

masih berlanjutnya panen produksi tanaman bahan makanan (tabama). Panen tersebut terjadi seiring dengan cuaca yang masih kondusif untuk mendukung proses produksi dan pengeringan gabah. Peningkatan produksi tersebut didukung pula oleh adanya komitmen pemda untuk mendukung program ketahanan pangan. Di sisi lain, aktivitas perdagangan meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat saat periode lebaran dan liburan sekolah. Peningkatan kinerja lapangan usaha transportasi terjadi karena

Perekonomian Sumatera Barat pada triwulan III 2017 diprakirakan tumbuh stabil

di kisaran 5,1 5,5% (yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan ekonomi Sumatera Barat

terjadi akibat menurunnya konsumsi rumah tangga dan ekspor luar negeri. Penurunan tingkat konsumsi rumah tangga terjadi seiring dengan berakhirnya momentum lebaran Idul Fitri 2017 dan liburan sekolah. Sementara itu, kecenderungan pelemahan kembali harga komoditas internasional diindikasikan menjadi penyebab menurunnya kinerja

(20)

ekspor pada triwulan III 2017. Dari sisi lapangan usaha, melambatnya pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2017 disebabkan oleh penurunan kinerja pertanian, perdagangan, dan transportasi pergudangan. Melambatnya kinerja lapangan usaha pertanian ditenggarai disebabkan oleh berkurangnya produksi tanaman perkebunan seiring dengan replanting tanaman kelapa sawit. Aktivitas perdagangan pada triwulan III 2017 diperkirakan menurun seiring dengan berakhirnya momentum lebaran dan liburan sekolah. Selain itu, penurunan harga komoditas karet dan kelapa sawit berpengaruh pada penurunan daya beli masyarakat mengingat sebagian besar mata penghasilan penduduk Sumatera Barat bergantung pada sektor tersebut. Kinerja transportasi dan pergudangan

lebaran 2017. Namun, perlambatan lebih lanjut tertahan seiring dengan maraknya pengiriman paket menjelang lebaran Idul Adha.

1.1 Perkembangan Umum

Perekonomian Sumatera Barat selama tahun 2017 terus menunjukkan perbaikan dengan level kisaran moderat dibandingkan 2 triwulan terakhir tahun 2016

(triwulan III dan triwulan IV). Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2017 tercatat sebesar

5,32% (yoy), membaik dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 4,98% (yoy)1. Dari sisi

pengeluaran, akselerasi perekonomian Sumatera Barat ditopang oleh penguatan konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, serta kinerja perdagangan luar negeri. Peningkatan konsumsi rumah tangga didorong oleh momentum liburan sekolah, Ramadhan, dan lebaran Idul Fitri. Pemberian THR turut berkontribusi meningkatkan konsumsi pada triwulan laporan. Meningkatnya pengeluaran pemerintah terjadi seiring

dengan base effect dari peningkatan anggaran APBD tahun 2017 dibandingkan tahun

2016. Meski membaik, aktivitas konsumsi pemerintah sampai dengan triwulan II 2017 sebagian besar didominasi oleh belanja pegawai. Sementara itu, ekspansi perekonomian mitra dagang (Amerika Serikat dan Tiongkok) berdampak pada peningkatan permintaan ekspor Sumatera Barat ditengah tren penurunan harga komoditas dunia. Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan pada triwulan laporan berasal dari perbaikan kinerja

1

Revisi pertumbuhan ekonomi triwulan I 2017 dari 4,91% (yoy) menjadi 4,98% (yoy). Revisi tersebut berdasarkan rilis pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat triwulan II 2017 No. 44/08/13/Th XX, 7

(21)

lapangan usaha pertanian, perdagangan, serta transportasi dan pergudangan. Panen tabama (tanaman bahan makanan) dan hortikultura menjadi pendorong utama perbaikan kinerja lapangan usaha pertanian. Sementara itu, meningkatnya konsumsi domestik saat Ramadhan dan persiapan lebaran berimbas pada peningkatan permintaan lapangan usaha perdagangan. Sedangkan kinerja transportasi dan pergudangan disebabkan oleh meningkatnya aktivitas mudik perantau ke kampung halaman (tradisi pulang basamo) serta maraknya pengiriman parsel ataupun paket lebaran melalui jasa ekspedisi.

5.36 5.32 5.24 5.09 5.04 5.03 4.29 4.01 2.41 1.04 4.09 5.01 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00

6.00 Provinsi di Sumatera Sumatera Nasional

% yoy Sumber: BPS, diolah 4.71 4.68 4.73 5.04 4.91 5.19 5.02 4.94 5.01 5.01 5.49 5.75 5.26 5.61 5.58 5.85 4.81 4.86 4.98 5.32 0 1 2 3 4 5 6 7 I II III IV I II III IV I II 2015 2016 2017

Nasional Sumatera Barat

%, yoy

Sumber: BPS, diolah Grafik 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi di

Kawasan Sumatera Triwulan II 2017

Grafik 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Barat dan Nasional

Dalam skala regional, perekonomian di kawasan Sumatera relatif stagnan pada

triwulan II 2017. Laju pertumbuhan ekonomi Sumatera pada triwulan II 2017 tercatat

sebesar 4,09% (yoy) atau relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,09% (yoy). Beberapa provinsi di kawasan Sumatera mengalami pertumbuhan yang lebih rendah akibat menurunnya kinerja sektor konstruksi, industri pengolahan, dan pertambangan. Dari sisi penggunaan, stagnasi pertumbuhan ekonomi Sumatera disebabkan oleh melambatnya konsumsi pemerintah dan investasi.

Di tataran nasional, perekonomian Indonesia mencatat pertumbuhan yang relatif

sama dibandingkan triwulan I 2017. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II

2017 tumbuh sebesar 5,01% (yoy) atau sama dengan pencapaian triwulan I 2017 (5,01%, yoy). Meski pemulihan ekonomi nasional tetap berlanjut pada triwulan laporan,

namun realisasinya tidak sekuat perkiraan semula2

. Hal ini dikarenakan tingkat konsumsi masyarakat yang melemah seiring dengan melambatnya pertumbuhan penjualan ritel.

2

BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di triwulan II sebesar 5,1% atau lebih tinggi sedikit dibanding capaian di triwulan I 2017.

(22)

1.2 Dinamika Sisi Pengeluaran Perekonomian Sumatera Barat

Tabel 1.1. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Berdasarkan Harga Konstan

Konsumsi Rumah Tangga 4.08 4.03 4.58 4.34 4.26 4.40 4.36 4.42 4.38 4.39 4.43 4.59

Konsumsi LNPRT 0.02 -2.77 7.94 8.69 3.39 6.46 8.51 3.68 0.46 4.67 0.23 1.75

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 1.56 5.19 6.02 4.21 4.36 3.41 5.40 -1.35 -0.83 1.20 1.05 1.27

Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.89 3.81 4.62 4.03 4.33 3.90 3.82 2.93 2.85 3.36 2.83 2.19

Perubahan Inventori 3.96 -1.00 177.07 3.59 105.80 897.53 469.75 0.43 816.83 -2.34 -50.36 -31.73

Ekspor Luar Negeri 3.34 20.26 1.82 -5.55 4.62 -10.87 -29.64 -3.51 -4.87 -12.84 21.19 27.04

Impor Luar Negeri -0.46 6.66 -7.34 -3.62 -1.51 -1.24 -20.83 -12.69 -54.15 -23.04 0.35 23.13

Net Ekspor Antar Daerah -148.85 16.09 29.90 -19.36 -13.10 1090.42 -94.36 -85.52 4.49 -68.32 -29.74 -355.45 P D R B 5.49 5.75 5.26 5.61 5.52 5.58 5.85 4.81 4.86 5.26 4.98 5.32

2016

I II

II III IV Total

2017 Komponen Pengeluaran (%, yoy) 2015

I II III IV Total I

Sumber: BPS, diolah

Dari sisi pengeluaran, sumber pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan II 2017 berasal dari peningkatan konsumsi rumah tangga, konsumsi

pemerintah, dan kinerja ekspor. Sementara itu, pertumbuhan investasi tercatat masih

melambat seiring dengan masih terbatasnya pengerjaan proyek fisik pemerintah dan minimnya realisasi investasi swasta (Tabel 1.1).

1.2.1 Konsumsi Rumah Tangga

Momentum liburan sekolah dan lebaran Idul Fitri tahun 2017 menjadi penyebab

meningkatnya permintaan domestik pada triwulan II 2017. Kondisi tersebut

ditopang pula oleh meningkatnya pendapatan masyarakat seiring dengan pemberian THR dan gaji ke-143

. Konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh meningkat dari 4,43% (yoy) pada triwulan I 2017 menjadi 4,59% (yoy) pada triwulan II 2017. Dengan kontribusi sebesar 2,35% (yoy), maka penguatan konsumsi rumah tangga merupakan sumber penopang pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat pada triwulan laporan. Meski membaik, aktivitas konsumsi rumah tangga tertahan lebih lanjut seiring dengan adanya kecenderungan penurunan harga komoditas internasional (CPO dan karet) pada triwulan II 2017 (grafik 1.5). Hal tersebut berimbas untuk menahan penguatan daya beli lebih lanjut mengingat sebagian besar tenaga kerja di Sumatera Barat berada di sektor pertanian sehingga banyak bergantung pada perkembangan harga kedua komoditas tersebut.

(23)

4.59 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 16 16 17 17 18 18 19 19 20 20

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017

Konsumsi RT Pertumbuhan (%, yoy) - sisi kanan

Sumber: BPS, diolah Konsumsi RT ; 52.2% Konsumsi LNPRT ; 1.1% Konsumsi Pemerintah ; 11.8% Investasi ; 28.6%

Net Impor Antar

Daerah ; -4.0% Net Ekspor

LN ; 9.4%

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.3. Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga

Grafik 1.4. Pangsa PDRB Tw II 2017 Menurut Permintaan Berdasarkan Harga Berlaku

100 200 300 400 500 600 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Rata-rata Harga CPO Internasional Rata-rata Harga Karet Internasional - sisi kanan

USD/MT USD Cent/Kg

Sumber: Bloomberg, diolah

Grafik 1.5. Rata-rata Harga Komoditas Internasional

Di sisi lain, penguatan konsumsi rumah tangga tercermin dari sejumlah perbaikan indikator. Optimisme aktivitas konsumsi terefleksi dari peningkatan survei Indeks Tendensi Konsumen (ITK) BPS menjadi 109,67 pada triwulan II 2017 (grafik 1.6). Hasil survei BPS menunjukkan bahwa penguatan ITK paling tinggi bersumber aspek peningkatan konsumsi makanan makanan dan bukan makanan. Dibandingkan dengan provinsi lain di kawasan Sumatera, ITK Sumatera Barat menempati urutan tertinggi ke-3 setelah Sumatera Selatan (114,67) dan Bengkulu (111,05). Indikator lain peningkatan permintaan domestik juga tercermin dari hasil Survei Konsumen (SK) KPw BI Provinsi Sumatera Barat yang menyatakan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mulai menunjukkan kondisi optimis pada triwulan II tahun 2017. Penguatan konsumsi masyarakat terkonfirmasi pula dari

peningkatan skala likert permintaan domestik yang meningkat dan bernilai positif sebesar

1,08 pada triwulan II 2017, meningkat dibandingkan triwulan I 2017 yang hanya mencapai 0,84.

Hasil liaison menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi Sumatera Barat tidak hanya

(24)

peningkatan konsumsi pelancong seiring dengan maraknya kegiatan pariwisata di provinsi ini. Hal tersebut terkonfirmasi dari meningkatnya omset penjualan beberapa kontak perusahaan di bidang perhotelan. Peningkatan tersebut didorong oleh adanya dukungan pemda untuk perbaikan wisata Sumbar serta kelonggaran terhadap larangan pembatasan kegiatan rapat PNS/pemda seperti pada tahun sebelumnya.

20 40 60 80 100 120 140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Indeks Indeks Tendensi KonsumenPendapatan Rumah Tangga Pengaruh Inflasi terhadap Tingkat Konsumsi Baseline (Batas Positif)

Tingkat Konsumsi Makanan dan Bukan Makanan

Sumber: BPS, diolah 20 40 60 80 100 120 140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Indeks Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini Indeks Ekspektasi Konsumen Baseline (Batas Positif)

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.6. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Grafik 1.7. Survei Konsumen (SK)

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000 450,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016 2017

Konsumsi Listrik Rumah Tangga Pertumbuhan - sisi kanan

MWh % yoy Sumber: PLN, diolah 20 40 60 80 100 120 140

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Indeks Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat ini Indeks Ekspektasi Konsumen Baseline (Batas Positif)

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.8. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Grafik 1.9. Survei Konsumen (SK)

Indikasi lain menggeliatnya aktivitas konsumsi juga tergambar dari peningkatan pemakaian listrik dari golongan rumah tangga selama triwulan laporan (grafik 1.8). Dari sisi perbankan, meningkatnya konsumsi rumah tangga terindikasi dari peningkatan pertumbuhan jenis kredit rumah tangga lainnya pada triwulan II 2017 (grafik 1.10). Pertumbuhan kredit tersebut mengindikasikan adanya permintaan kredit rumah tangga yang mencakup pembelian alat komunikasi, elektronik, furnitur, dan peralatan rumah tangga lainnya.

(25)

43.8 (100.0) (50.0) 50.0 100.0 150.0 200.0 250.0 0 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017

Kredit RT Lainnya g.Kredit RT Lainnya - sisi kanan

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.10. Kredit Rumah Tangga Lainnya

1.2.2 Konsumsi Pemerintah

Realisasi belanja pemerintah mulai menunjukkan peningkatan pada triwulan II

2017 sesuai dengan pola historisnya. Peningkatan konsumsi pemerintah terutama

berasal dari penyerapan belanja pegawai dari 14,7% selama triwulan I 2017 menjadi 22,7% selama triwulan II 2017 (grafik 1.11). Pemberian gaji ke-14 menjelang lebaran tahun 2017 terindikasi menjadi penyebab naiknya pengeluaran pemerintah selama periode laporan. Kenaikan realisasi pengeluaran pemerintah disebabkan pula oleh meningkatnya APBD Provinsi Sumatera Barat tahun 2017 disertai dengan komitmen Pemda dalam mempercepat penyerapan belanja daerah. Kondisi tersebut didukung pula dengan adanya kontrak kinerja antara Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan Gubernur yang mewajibkan penyerapan anggaran pada akhir tahun minimal sebesar 95% dari target APBD. Untuk mendukung pencapaian tersebut, dilakukan monitoring dan evaluasi berkala terhadap kinerja belanja daerah. Meskipun demikian, peningkatan aktivitas konsumsi lebih lanjut tertahan oleh realisasi pengeluaran pemerintah yang masih relatif terbatas, dan secara historis puncak kegiatan fisik proyek serta infrastruktur terjadi pada triwulan III tahun anggaran berjalan.

0.0% 10.0% 20.0% 30.0% 40.0% 50.0% 60.0% 70.0% 80.0% 100 200 300 400 500 600 700 800

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2013 2014 2015 2016 2017

Beanja Modal Belanja Pegawai

Penyerapan Belanja Modal - sisi kanan Penyerapan Belanja Pegawai - sisi kanan

Miliar Rp

Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD) Provinsi Sumatera Barat, diolah

Grafik 1.11. Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

(26)

1.2.3 Investasi

Pertumbuhan investasi Sumatera Barat melambat pada triwulan II 2017 seiring dengan minimnya dukungan penanaman modal pihak swasta dan masih

terbatasnya belanja modal pemerintah. Belum optimalnya pengembangan

industrialisasi hilir serta posisi geografis yang kurang strategis sering menjadi alasan utama calon investor menunda realisasi investasi di Sumatera Barat. Selain itu, permasalahan klasik seperti panjangnya proses pembebasan/pemanfaatan lahan dan belum adanya pemetaan lokasi investasi turut menjadi kendala pengembangan investasi Sumatera Barat. Di sisi lain, kinerja investasi melambat karena masih terdapat banyak investor yang telah memperoleh izin PMA dan PMDN di Sumatera Barat, namun belum merealisasikan investasinya sebagaimana yang dijadwalkan. Perlambatan kinerja investasi swasta tergambar dari menurunnya perkembangan PMA dan PMDN dari USD3,5 juta dan Rp570,7 miliar pada triwulan I 2017 menjadi USD0,4 juta dan Rp237,7 miliar (grafik 1.12 dan 1.13).

Dari sisi pemerintah, terbatasnya realisasi belanja modal pada triwulan II 2017 (13,8% dari

target APBD) antara lain karena adanya beberapa proyek/pengadaan yang telah selesai

sesuai termin namun belum dibayarkan oleh pemerintah. Hal tersebut dikarenakan pihak

vendor belum melakukan penagihan. Selain itu, restrukturisasi SKPD yang mulai berlaku

sejak Januari 2017 menyebabkan pemda melakukan revisi anggaran terlebih dahulu karena anggaran awal masih memperhitungkan SKPD sebelum restrukturisasi. Di sisi lain, minimnya proyek strategis nasional di provinsi ini akibat letak wilayah yang berada di jalur pantai barat ditengarai turut menjadi penyebab deselerasi investasi di Sumatera Barat. Perlambatan kinerja investasi terutama berasal dari melambatnya pertumbuhan realisasi investasi bangunan (grafik 1.14). Indikasi melambatnya investasi bangunan terkonfirmasi dari penurunan konsumsi semen yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 6,4% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan realisasi triwulan sebelumnya yang masih tumbuh positif 4,6% (yoy) (grafik 1.15).

2 4 6 8 10 12 14 16 18 (4) (2) 2 4 6 8 10 12 14 16 18 I II III IV I II III IV I II 2015 2016 2017

Proyek PMA PMA (Juta USD) - sisi kanan

Sumber: BKPM, diolah 20 40 60 80 100 120 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 1,600 I II III IV I II III IV I II 2015 2016 2017

Proyek PMDN PMDN (Miliar Rp) - sisi kanan

(27)

2.19 0.63 4.90 -2 0 2 4 6 8 10 12 14

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017

Total Investasi Investasi Bangunan Investasi Non Bangunan

Sumber: BPS, diolah (30.0) (20.0) (10.0) 10.0 20.0 30.0 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Konsumsi Semen Pertumbuhan - sisi kanan

ribu ton %, yoy

Sumber: Asosiasi Semen

Grafik 1.14. Pertumbuhan Komponen Investasi PDRB Sumbar

Grafik 1.15. Penjualan Semen

1.2.4 Ekspor

Perbaikan kinerja ekspor luar negeri Sumatera Barat terus berlanjut hingga

triwulan II 2017. Tren perbaikan harga CPO dan karet dunia mulai akhir tahun 2016

sampai dengan awal tahun 2017 mendorong pertumbuhan ekspor pada triwulan II 2017. Meski tren harga komoditas dunia kembali menunjukkan pelemahan memasuki triwulan II 2017, namun kinerja tetap tinggi mengingat sebagian besar penjualan ekspor periode laporan merupakan eksekusi dari kontrak 6 bulan sebelumnya sehingga harga penjualan menggunakan harga yang masih tinggi. Selain itu, permintaan ekspor yang tinggi disebabkan pula oleh pemulihan ekonomi negara mitra dagang utama (Amerika Serikat dan Tiongkok). Peningkatan ekspor terutama berasal dari negara Tiongkok yakni dari kenaikan permintaan karet dari negara tersebut yang sedang melakukan ekspansi

investasi. Selain itu, peningkatan kinerja ekspor sejalan dengan hasil liaison dengan kontak

perusahaan CPO yang menyebutkan bahwa omset penjualan perusahaan selama 2017 dapat tumbuh sekitar 31% seiring dengan masih tingginya permintaan dunia. Optimisme kontak tersebut diwujudkan melalui penciptaan nilai tambah atau pengolahan produk lebih lanjut untuk memberikan nilai jual produk kelapa sawit yang lebih tinggi. Indikasi

perbaikan ekspor tercermin dari skala likert pada triwulan II 2017 sebesar 0,11, atau naik

dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -0,14. Indikator lain yang mencerminkan perbaikan ekspor tergambar dari meningkatnya aktivitas pengiriman barang ekspor melalui pelabuhan Teluk Bayur (grafik 1.22).

(28)

3.3 20.3 1.8 -5.5 -10.9 -29.6 -3.5 -4.9 21.2 27.0 -0.5 6.7 -7.3 -3.6 -1.2 -20.8 -12.7 -54.2 0.4 23.1 -60.0 -50.0 -40.0 -30.0 -20.0 -10.0 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 I II III IV I II III IV I II 2015 2016 2017

Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri

%, yoy

Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.16. Ekspor dan Impor Luar Negeri Grafik 1.17. Ekspor Impor Antar Daerah

Berbeda dengan aktivitas perdagangan luar negeri, ekspor antar daerah pada

triwulan II 2017 mengalami perlambatan. Laju pertumbuhan ekspor antar daerah

pada triwulan II 2017 mencapai 3,79% (yoy) atau turun dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 4,24% (yoy). Penurunan ekspor antar daerah terindikasi dipengaruhi oleh

menurunnya permintaan dari daerah lain (Riau dan Jambi)4

seiring dengan stagnasi ataupun melemahnya pertumbuhan ekonomi provinsi tersebut. Sebagai informasi Riau dan Jambi merupakan provinsi yang menjadi mitra dagang utama Sumatera Barat, khususnya untuk komoditas pertanian. Indikasi pelemahan permintaan dari daerah importir tercermin dari kontraksi pertumbuhan impor antar daerah di Jambi (grafik 1.23).

4

Pertumbuhan ekonomi Riau melemah dari 2,83% (yoy) pada triwulan II 2017 menjadi 2,41% (yoy) pada triwulan I 2017. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Jambi cenderung relatif stabil dari 4,25%

0 100 200 300 400 500 600 0 100 200 300 400 500 600

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016 2017 M il li o n s

Nilai Ekspor Nonmigas Nilai Ekspor Karet Nilai Ekspor CPO Vol. Ekspor CPO (skala kanan) Vol. Ekspor Karet (skala kanan)

Juta USD ribu tonribu ton

Sumber: Bank Indonesia, diolah

0 10 20 30 40 50 60 0 200 400 600 800 1,000 1,200

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016 2017 M ill io n s

Vol. Ekspor Non Migas Vol. Ekspor CPO (skala kanan) Vol. Ekspor Karet (skala kanan)

ribu ton ribu ton

ribu ton ribu ton

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.18. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama

Grafik 1.19. Pertumbuhan Volume Ekspor Komoditas Utama

(29)

1.2.5 Impor

Perbaikan impor luar negeri Sumatera Barat masih berlanjut pada triwulan II

2017. Meningkatnya permintaan masyarakat menjelang persiapan Ramadhan dan

Lebaran Idul Fitri 2017 terindikasi menjadi salah satu pendorong impor, khususnya barang konsumsi. Hal tersebut tercermin dari meningkatnya impor barang konsumsi Sumatera Barat sebesar USD34,9 ribu selama triwulan II 2017. Kenaikan impor disebabkan pula adanya peningkatan impor bahan baku terutama limbah dari industri makanan, yaitu konsentrat pakan ternak yang menjadi komoditas utama impor Sumatera Barat. Adanya kebijakan pemerintah dalam pengembangan pembibitan sapi ternak menjadi pendorong kenaikan impor pakan ternak. Indikator kenaikan impor tercermin dari meningkatnya aktivitas volume impor melalui Pelabuhan Teluk Bayur pada triwulan II 2017 yang

68.6% 16.9%

3.1%

1.6% 0.9% 1.9% Minyak dan lemak

nabati atau hewani

Karet dan barang dari karet

Kopi, teh dan rempah-rempah

Limbah dari industri makanan

Lainnya

Sumber:Bank Indonesia, diolah

India 48% Amerika Serikat 19% Singapura 11% Malaysia 3% Myanmar 3% Tiongkok 2% Jepang 2% Lainnya 12%

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.20. Porsi Ekspor Komoditas Utama Grafik 1.21. Pangsa Negara Tujuan Ekspor Sumbar

(80.0) (60.0) (40.0) (20.0) 20.0 40.0 60.0 80.0 200 400 600 800 1,000 1,200 1,400 I II III IV I II III IV I II 2015 2016 2017 Volume Ekspor Volume Impor

Pertumbuhan Volume Impor - sisi kanan Pertumbuhan Volume Ekspor - sisi kanan

Sumber: Pelindo, diolah

(0.44) (1.54) (10.00) (5.00) 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 I II III IV I II III IV I II 2015 2016 2017

g. Ekspor Antar Daerah g. Impor Antar Daerah

%, yoy

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.22. Aktivitas Perdagangan Luar Negeri Melalui Pelabuhan Teluk Bayur

Grafik 1.23. Pertumbuhan Ekspor dan Impor Antar Daerah Mitra Dagang Antar Daerah (Jambi)

(30)

mencapai 113,2 ribu ton, meningkat dibandingkan triwulan I 2017 sebesar 76,7 ribu ton (grafik 1.22). 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 0 50 100 150 200 250 300

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016 2017 M il li o n s

Vol. Impor Nonmigas Vol. Impor Pupuk Vol. Impor Mesin

Vol. Impor Limbah dari Industri Makanan

Juta Ton juta USD

Sumber: Bank Indonesia, diolah

-20 0 20 40 60 80 100 120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Nilai Impor Nonmigas

Nilai Impor Limbah dari Industri Makanan Nilai Impor Pupuk

Nilai Impor Mesin

Juta USD

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.24. Volume Impor Non Migas Grafik 1.25. Nilai Impor Non Migas

Ditinjau dari klasifikasi pengelompokan barang, impor luar negeri masih

didominasi oleh bahan baku (96,2%). Nilai impor bahan baku selama triwulan II 2017

tercatat sebesar USD16,7 juta, sedangkan berdasarkan negara asal barang, impor luar negeri Sumatera Barat pada triwulan laporan bersumber dari Tiongkok 34,3%), Kanada (19,0%), dan India (12,3%). 20 40 60 80 100 120

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Barang Konsumsi Barang Modal Bahan Baku

Juta USD

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Limbah dari industri makanan 19% Pupuk 42% Kertas 5% Garam, sulfur, dan batu-batuan 13% Sereal 0% Mesin 11% Lainnya 10% Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.26. Nilai Impor Berdasarkan Kelompok Grafik 1.27. Porsi Impor Komoditas Non Migas Triwulan II 2017 Tiongkok ; 34.3% Kanada ; 19.0% India ; 12.3% Eropa; 12.1% Rusia; 4.5% Jerman ; 3.1% Lainnya ; 14.7%

Sumber: Bank Indonesia, diolah

Grafik 1.28. Asal Barang Impor Sumatera Barat Triwulan II 2017

(31)

1.3 Dinamika Lapangan Usaha Ekonomi Utama Sumatera Barat

Dari sisi lapangan usaha, perbaikan kinerja lapangan usaha pertanian, perdagangan dan transportasi pergudangan merupakan pendorong utama

membaiknya perekonomian pada triwulan laporan. Sementara itu, kembali

berlanjutnya penurunan kinerja industri pengolahan menahan ekonomi Sumatera Barat tumbuh lebih tinggi lagi.

Tabel 1.2. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDRB) Berdasarkan Harga Konstan

2017

1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3.71 0.69 1.67 11.78 4.36 5.44 2.72 -0.43 0.48 4.38 4.81

2 Pertambangan dan Penggalian 6.37 5.56 6.27 -2.96 3.73 -3.17 -0.48 2.74 9.26 2.98 1.28

3 Industri Pengolahan 3.97 4.66 1.06 -2.00 1.84 1.68 7.23 5.93 4.74 3.84 0.46

4 Pengadaan Listrik dan Gas 11.32 6.78 5.94 -4.87 4.05 14.09 15.01 14.80 1.32 2.18 0.25

5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 6.47 7.25 4.44 5.84 5.99 4.39 5.74 7.84 7.58 5.97 5.74

6 2.61 8.13 9.84 6.94 6.87 5.60 6.14 7.14 7.40 6.56 4.40

7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 5.02 5.28 3.67 7.28 5.30 7.18 4.64 3.81 5.71 4.74 6.15

8 Transportasi dan Pergudangan 9.47 11.51 10.80 4.00 8.85 7.56 9.33 9.22 4.50 5.34 8.19

9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 5.12 4.87 7.44 9.84 6.85 11.09 12.06 11.04 10.45 8.61 8.54

10 Informasi dan Komunikasi 10.13 14.02 10.97 0.63 8.77 6.20 8.89 9.29 12.35 8.30 9.67

11 Jasa Keuangan dan Asuransi 6.93 -0.74 3.99 4.41 3.63 5.20 9.81 6.93 10.22 2.72 5.00

12 2.49 3.56 5.74 9.25 5.30 6.87 6.47 4.64 3.68 4.92 5.74

13 Jasa Perusahaan 4.04 3.95 6.32 10.24 6.15 6.84 5.74 4.98 5.02 5.21 7.28

14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 5.04 7.45 3.62 4.49 5.12 6.22 6.95 5.84 1.09 2.11 3.56

15 8.86 12.20 11.97 3.05 8.81 10.73 8.75 8.49 6.19 7.31 8.27

16 4.74 4.84 8.49 7.48 6.42 4.89 6.69 4.19 2.79 8.00 8.33

17 10.53 10.97 8.99 8.51 9.72 9.21 8.98 9.35 12.16 8.03 9.08

5.49 5.75 5.26 5.61 5.52 5.58 5.85 4.81 4.86 4.98 5.32

I II Lapangan Usaha (%, yoy)

Real Estate

Jasa Pendidikan

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

I Konstruksi III IV 2015 2016 II III IV Total I II Sumber: BPS, diolah

1.3.1 Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Pertanian ; 23.80% Industri Pengolahan; 9.90% Konstruksi; 8.93% Perdagangan ; 14.86% Transportasi & Pergudangan ; 13.09% Jasa-jasa; 12.97% Lainnya ; 16.46% Sumber: BPS, diolah 5.49 5.75 5.26 5.61 5.58 5.85 4.81 4.86 4.98 5.32 -4 -2 0 2 4 6 8 10 12 14 I II III IV I II III IV I II 2015 2016 2017

Sumatera Barat Pertanian

Industri Pengolahan Perdagangan Transportasi dan Pergudangan

%, yoy

Sumber: BPS, diolah

Grafik 1.29. Pangsa PDRB Triwulan II 2017 SumbarMenurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Berlaku

Grafik 1.30. Pertumbuhan PDRB per Lapangan Usaha Utama Sumbar

Kinerja lapangan usaha pertanian kembali membaik pada triwulan II 2017 seiring dengan masih berlanjutnya panen produksi tanaman bahan makanan (tabama).

Panen tersebut terjadi seiring dengan cuaca yang masih kondusif untuk mendukung proses produksi dan pengeringan gabah. Peningkatan produksi tersebut didukung pula oleh adanya komitmen pemda untuk mendukung program ketahanan pangan. Untuk

Gambar

Grafik  1.14.  Pertumbuhan  Komponen  Investasi  PDRB Sumbar
Grafik 1.16. Ekspor dan Impor Luar Negeri  Grafik 1.17. Ekspor Impor Antar Daerah
Grafik 1.26. Nilai Impor Berdasarkan Kelompok    Grafik  1.27.  Porsi  Impor  Komoditas  Non  Migas  Triwulan II 2017  Tiongkok ;  34.3% Kanada ;  19.0%India ; 12.3%Eropa; 12.1%Rusia; 4.5%Jerman ; 3.1%Lainnya ; 14.7%
Tabel 1.2. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDRB) Berdasarkan Harga Konstan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kalimantan dengan menggunakan empat bobot lokasi yaitu bobot seragam, invers jarak, normalisasi korelasi silang dan normalisasi inferensia parsial korelasi silang menunjukkan bahwa

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilalukan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik simpulan bahwa permintaan, produk domestik bruto dan

Untuk merancang untai tabung hampa pada aras tegangan rendah maka telah dilakukan pengukuran untuk mendapatkan grafik karakteristik trioda 12AT7.. Untai tabung hampa

Salah satu indikator dalam penentuan struktur pasar adalah dengan cara membandingkan jumlah partisipan di dalam pasar, dalam penelitian ini akan

Berdasarkan dapat disimpulkan bahwa kejadian hipertensi pada penduduk desa Tembuku cendrung dialami oleh penduduk yang tidak memiliki kebiasaan merokok dengan

Presiden $oeharto digam'arkan se'agai seorang *emim*in yang otoriter, yang menera*kan gaya ke*emim*inan coercive, yang selalu menginginkan agar *erintah dan

Oleh karena itu, aku bekerja di rumah sakit untuk orang yang sudah tua selama pengalaman kerja saya.. Ruman sakit itu terletak dua puluh kilometer

Mengingat demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan terutama di negara- negara yang sedang berkembang, insiden demam tifoid di Indonesia masih tinggi salah