• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK SUPLEMENTASI BETAIN DALAM PAKAN RENDAH METIONIN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI ITIK MOJOSARI JANTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEK SUPLEMENTASI BETAIN DALAM PAKAN RENDAH METIONIN TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI ITIK MOJOSARI JANTAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 27-33 27 EFEK SUPLEMENTASI BETAIN DALAM PAKAN RENDAH METIONIN

TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI ITIK MOJOSARI JANTAN

Arlinisa Ulya Shabrina1, Eko Widodo2, M. Halim Natsir2

1)Mahasiswa Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang

2)Dosen Bagian Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang

Jl. Veteran Malang 65145 Indonesia Email : arlinisaulyashabrina@yahoo.co.id

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan level betain terbaik terhadap penampilan produksi itik Mojosari jantan. Metode penelitian menggunakan metode percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan. Pakan yang digunakan meliputi jagung kuning, pollard, bungkil kedelai, minyak kelapa, tepung ikan lokal, premix, dan kapur. Masing-masing perlakuan dilakukan penambahan betain 0,1 %, 0,2 %, dan 0,3 %. P0: Pakan Basal tanpa penambahan betain, P1: Pakan Basal + 0.1 % betain, P2: Pakan Basal + 0.2 % betain, P3: Pakan Basal + 0.3 % betain. Variabel yang diamati berupa konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, konversi pakan, dan Income Over Feed Cost (IOFC). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan IOFC berbeda nyata (P<0,05) , pengaruh tidak berbeda nyata terhadap konversi pakan (P>0,05).

Kata kunci: betain, pakan rendah metionin, penampilan, Mojosari jantan

EFFECTS OF BETAIN SUPPLEMENTATION IN LOW-METHIONINE FEED ON PRODUCTION PERFORMANCES OF MOJOSARI DRAKE

Arlinisa Ulya Shabrina1, Eko Widodo2, M. Halim Natsir2

1)Student of Animal Nutrition Department, Animal Husbandry Faculty, University of Brawijaya, Malang.

2)Lecturer of Animal Nutrition Department, Animal Husbandry Faculty, University of Brawijaya, Malang

Jl. Veteran Malang 65145 Indonesia Email : arlinisaulyashabrina@yahoo.co.id

ABSTRACT

The purpose of this research is to find the use of the level of betaine best against the appearance of the production of Mojosari drake. A method of research using a Random Design

(2)

J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 27-33 28 Experiments Complete ( RAL ) with 4 treatment and test 6. Feed used includes yellow corn , pollard , soybean bungkil , coconut oil , local fish flour , premix , and lime. Each treatment done the addition of betaine 0,1 % , 0,2 %, and 0,3 %. P0: feed basal without additional betaine , P1: feed basal + 0,1 % betaine , P2:feed basal + 0,2 % betaine , P3: feed basal + 0,3 % betaine. Variable observed in feed consumption , the number of body weight , the conversion of feed , and income over feed

cost ( iofc ). The results of research shows that the influence of the treatment of feed consumption , the number of body weight , and did not significantly IOFC ( P<0,05 ) , the

influence of real is no different to the conversion of feed ( P >0,05 ).

Keywords: betain, low-methionine diet, performances, Mojosari drake

PENDAHULUAN Latar Belakang

Itik merupakan jenis unggas yang diternakkan untuk diambil telur dan dagingnya. Seiring permintaan telur maupun daging itik yang cukup tinggi sebagai bahan untuk produk pangan bagi masyarakat, maka perlu diperhatikan pelestarian dan budidaya ternak itik yang lebih baik. Menurut Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan 2010-2014 (2011) menyebutkan bahwa populasi itik dari tahun 2010-2014 terus mengalami peningkatan. Tahun 2010 hanya 2,8 juta, tahun 2011 menjadi 3 juta, tahun 2012 menjadi 3,18 juta, tahun 2013 meningkat menjadi 3,34 juta, dan terus meningkat menjadi 3,5 juta.

Ternak itik merupakan komoditas unggas yang mempunyai fungsi cukup penting sebagai penghasil telur dan daging untuk mendukung ketersediaan protein hewani yang murah dan mudah didapat.

Pertumbuhan itik ada hal yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah pakan. Pakan adalah segala sesuatu yang berupa bahan pakan organic maupun anorganik yang bisa dicerna sebagian maupun seluruhnya (Anggorodi, 1994). Sebelum memberikan pakan pada ternak, harus memperhatikan kandungan nutrisi setiap bahan pakannya. Beberapa nutrisi tersebut mencangkup protein dan asam amino, vitamin, mineral, dan energi.

Protein dan asam amino sangat dibutuhkan oleh itik, mulai dari fase starter, grower, dan layer. Kekurangan protein dan asam amino bisa menyebabkan pertumbuhan itik yang tidak maksimal bahkan menyebabkan kematian. Sementara fase layer, protein dan asam amino berperan dalam proses pembentukan telur, jika tidak terpenuhi protein dan asam aminonya, pada fase ini akan berkurang.

(3)

J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 27-33 29 Kandungan protein dan asam

amino pada bahan pakan biasanya dijadikan sebagai penentu kualitas pakan. Selain itu untuk mendukung produksi itik Mojosari jantan agar meningkat sebagai itik pedaging maka harus diberikan suplemen tambahan dalam pakannya yaitu metionin. Betain dapat digunakan untuk menghemat penggunaan metionin pada pakan ternak, sehingga menghemat biaya.

Donor gugus yang potensial antara lain betain, metionin, dan kolin. Metionin dan kolin digunakan untuk fungsi fisiologis penting di dalam tubuh, sedangkan betain hanya digunakan sebagai donor gugus metil (Metzler-Zebeli et al.,2009; Ratriyanto et al.,2009). Betain adalah asam amino tersier terbentuk dari oksidasi kolin (Kidd et al., 1997 and Wang et al., 2004). Fungsi betain sebagai donor gugus metil menyebabkan betain terlibat pada metabolisme lemak dan protein di dalam tubuh, sehingga memberikan perspektif dalam menghasilkan karkas dengan tingkat perlemakan yang rendah. Betain berpotensi menurunkan deposisi lemak di dalam tubuh dan meningkatkan sintesis protein, sehingga betain dikatakan sebagai substansi yang memodifikasi karkas.

MATERI DAN METODE Bibit

Bibit DOD diperoleh dengan membeli di peternak itik Mojosari yang berada di Blitar dengan harga bekisar ± Rp 6.000;/ ekor. Penelitian ini membutuhkan 144 ekor itik dengan rata-rata bobot badan awal umur 2 minggu sebesar 174,99 + 2,76 dan koefisien keragaman sebesar 1,57 %.

Kandang

Penelitian ini menggunakan kandang itik milik pak Samsul dengan luas 1 m x 1,5 m x 50 cm /plot. Setiap kandang diisi oleh 6 ekor itik jantan. Bahan kandang terbuat dari kayu, serta atap terbuat dari genteng dengan alas terbuat dari tanah, dindingnya terbuat dari kayu yang ditutupi plastik. Kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan minum.

Pakan dan Vitamin

Penelitian ini menggunakan bahan pakan lokal yang dicampur sendiri dengan bantuan progam penyusunan pakan yang meliputi jagung kuning, pollard, bungkil kedelai, minyak kelapa, tepung ikan local dan kapur.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode percobaan menggunakan Rancangan Acak

(4)

J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 27-33 30 Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6

ulangan, dimana setiap ulangan dari tiap perlakuan menggunakan 6 itik Mojosari jantan, sehingga total seluruhnya 144 ekor itik Mojosari jantan.

Tabel 4. Kandungan Zat Makanan Pakan

Kandungan nutrisi Berdasarkan perhitungan Berdasrkan analisis Laboratorium Energi Metabolis (Kkal/kg) 3004 2684 Protein Kasar (%) 18,20 20,93 Serat Kasar (%) 3,91 3,87 Lemak Kasar (%) 7,22 6,18 Abu (%) - 11,98 Ca (%) 0,61 - P (%) 0,35 - Methionin (%) 0,2 - Lysin (%) 0,66 -

Keterangan analisis laboratorium : Berdasarkan 100 % bahan kering *Equivalent dengan 2684 Kkal/kg Energi Metabolis dari perhitungan 70 % Gross Energy (3834,41 Kkal/kg)

Perlakuan pakan yang akan diteliti adalah :

P0 : Pakan Basal tanpa penambahan betain P1 : Pakan Basal + 0.1 % betain

P2 : Pakan Basal + 0.2 % betain P3 : Pakan Basal + 0.3 % betain

Analisis Data

Data hasil penelitian dicatat dan ditabulasi untuk dilakukan analisis ragam ANOVA dan Rancangan Acak Lengkap. Menurut Hanafiah (2000), model linier yang digunakan untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL) adalah :

Yij = μ + άi + ∑ij Dimana :

Yij = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

μ = Nilai rata-rata (mean) harapan άi = Pengaruh perlakuan ke-i ∑ij = Pengaruh galat perlakuan

ke-i dan ulangan ke-j i = 1, 2, 3, 4

j = 1,2,3,…,6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data hasil penelitian pengaruh penambahan suplementasi betain dalam pakan rendah metionin terhadap penampilan produksi selama penelitian disajikan pada Tabel 8.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa penggunaan betain dalam pakan sebesar 0,1 %, 0,2 %, dan 0,3% memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap konversi pakan, tetap memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap konsumsi pakan (g/ekor), pertambahan bobot badan (g/ekor), dan Income Over Feed Cost (Rp/ekor).

(5)

J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 27-33 31 Tabel 8. Pengaruh perlakuan terhadap konsumsi pakan (g/ekor), konversi pakan, pertambahan bobot badan (g/ekor), dan IOFC (Rp/ekor)

Variabel Perlakuan P0 P1 P2 P3 Konsumsi Pakan 4591,33 ±248,5b 4332,50 ±238,2a 4305,17±268,61a 4693,00± 223,95b PBB 10765± 23,94a 1103,83± 41,04a 1151±36,27b 1207,5±82,71c Konversi pakan 4,27±0,31 3,92±0,14 3,74±0,23 3,89±0,20 IOFC 3168,35 ±1200,04a 4657,11±103,90b 5597,44±1360,07c 4180,47±1251,49b

Keterangan : Notasi superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05)

Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Pakan

Konsumsi pakan dihitung dengan cara jumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan jumlah pakan yang tersisa. Hermogenes et al. (2011) menyatakan bahwa konsumsi pakan ditentukan dengan cara mengurangi antara jumlah pakan saat pemberian dengan pakan yang tersisa. Tabel 8 menunjukkan bahwa konsumsi pakan dari terendah sampai tertinggi berturut-turut P2 (4305,17+ 268,61 g/ekor), P1 (4332,50 + 238,38g/ekor), P0 (4591,33 + 248,53 g/ekor), dan P3 (4693,00 + 223,958 g/ekor).

Hasil analisis statistic menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap konsumsi pakan. P0 (pakan kontrol) dan P3 dihitung menggunakan analisis statistik lebih tinggi dibandingkan dengan P1 dan P2. Meningkatnya konsumsi pakan dan menurunnya konversi pakan mungkin disebabkan oleh menurunnya pertambahan bobot badan,

karena konversi pakan diperoleh daripertambahan bobot badan dikurangi dengan konsumsi pakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan cenderung menurun.

Hasil analisis statistik yang menunjukkan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya palatabilitas terhadap pakan yang dikonsumsi oleh itik. Perlakuan dengan penambahan betain 0,1 %, 0,2 % dan 0,3% mampu meningkatkan nafsu makan itik. Penelitian sebelumnya mengenai pemberian betain 0,08 % dan 12 % pada ayam pedaging oleh Scott et al., 1992 dan Wahju (1997) menunjukkan bahwa penambahan betain tidak member pengaruh terhadap konsumsi pakan Dalam vertebrata, betain digunakan oleh berbagai jaringan sebagai osmolyte (Law dan Burg, 1991), karena sifat osmotiknya, betain mungkin memiliki potensi untuk meningkatkan daya cerna nutrisi tertentu (Eklund et al., 2006). Selain itu, betain terlibat dalam protein dan energy

(6)

J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 27-33 28 metabolisme karena fungsinya sebagai

gugus donor metil (Eklund et al., 2005). Hal ini mungkin mengakibatkan pengosongan lambung ternak lebih cepat dan konsumsi pakan meningkat.

Suplementasi betain yang digunakan dalam penelitian ini diberikan dalam bentuk serbuk atau butiran-butiran halus yang dimasukkan dalam pakan campuran. Butiran-butiran halus betain memudahkan itik dalam mengkonsumsi pakan. Hal ini sependapat dengan pernyataan Sapoetra (2013) bahwa ukuran dan kekerasan dari partikel pakan mempengaruhi keseluruhan sensori danmempunyai dampak terhadap perilaku konsumsi pakan. Partikel halus menyebabkan penggumpalan bahan seperti pasta di paruhnya yang akan menambah konsumsi air dan sisa pakan pada tempat minum, hal ini mungkin yang menyebabkan pengaruh memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap konsumsi pakan. Partikel yang kasar dan seragam memberikan performans lebih baik daripada partikel halus.

Pengaruh Perlakuan Terhadap Pertambahan Bobot Badan

Dari hasil penelitian secara lengkap disajikan pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa secara berturut-turut pertambahan bobot badan mulai dari yang terendah sampai

tertinggi adalah perlakuan P0 (1552,16 +24,55 g/ekor), P1(1580,67 + 59,31 g/ekor), P2(1643,00 + 47,51 g/ekor), dan P3 (1683,67 + 69,91 g/ekor). Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan bobot badan diketahui lebih lanjut dengan melakukan hasil analisis statistik pengaruh perlakuan terhadap pertambahan bobot badan. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang sangat berbeda nyata (P<0,01) terhadap pertambahan bobot badan.

Hasil analisis yang menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata karena penambahan betain yang diberikan. Sun, Yang, Yang, Wang, Jiang and Zhang (2008) dan Rafique, Pasha, Khalique dan Mahmud (2000) menunjukkan bahwa suplementas betain untuk menggantikan 25% dari total metionin diet tidak meningkatkan pertumbuhan ayam pedaging. Penelitian Aisjah, Wiradimadja, dan Abun (2007) menunjukkan bahwa suplementasi metionin sintetis sebanyak 0,08% dan 0,12% pada pakan mengakibatkan pertambahan berat badan yang lebih tinggi daripada suplementasi metionin pada tingkat 0,00% dan 0,04%. Penambahan suplementasi sebesar 0,00 dan 0,04% mengakibatkan pakan yang menderita defisiensi metionin akan mengakibatkan ayam yang mengkonsumsi akan lebih rendah. Hal ini yang menyebabkan pakan

(7)

J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 27-33 29 yang mengandung metionin melebihi

kebutuhan menghasilkan pertambahan berat badan yang lebih tinggi daripada pakan yang mengandung metionin kurang dari kebutuhan.

Pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh konsumsi pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Zahra (1996) yang menyatakan bahwa tingkat konsumsi pakan erat hubungannya dengan pertumbuhan, semakin banyak pakan yang dikonsumsi semakin tinggi PBB yang dihasilkan. Pertambahan bobot badan juga dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik yaitu berasal dari induk, jika induk itik Mojosari mempunyai bobot badan yang tinggi maka bobot badan yang dihasilkan sama. Sebaliknya jika bobot badan induk rendah bobot badan yang dihasilkan juga rendah. Faktor lingkungan seperti seekor ternak tidak akan menunjukan penampilan yang baik apabila tidak dilindungi oleh lingkungan yang baik dimana ternak hidup dipelihara.

Penelitian Ratriyanto et al., (2009) menunjukkan bahwa rendahnya performan pertumbuhan pada pakan defisien metionin yang disuplementasi betain diduga karena jumlah akseptor gugus metil lebih sedikit dibandingkan dengan banyaknya donor gugus metil. Hal ini disebabkan betain sebagai donor gugus metil memerlukan

akseptor yang dapat menangkap gugus metil dari betain. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan tertinggi pada perlakuan P3 (1683,67 + 69,91) dikarenakan itik pada perlakuan ini mengkonsumsi pakan paling tinggi, sehingga pertambahan bobot badan juga tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa betain dapat menjadi methyl donor yang efektif sebagai pengganti methionin. Virtanen dan Rosi (1995) menyimpulkan bahwa suplementasi betain dan metionin memiliki tingkatan yang sama dalam pertumbuhan. Menurut Jull (1982) menyatakan bahwa kecepatan pertumbuhan merupakan faktor penting yang mempengaruhi konversi pakan, dimana semakin rendah pertambahan bobot badan mengakibatkan peningkatan konversi pakan.

Pertambahan bobot badan yang cepat dipengaruhi oleh konsumsi pakan, dan konversi pakan. Semakin baik konsumsi pakan yang dihasilkan maka semakin baik pertambahan bobot badan, sebaliknya semakin buruk konsumsi pakan yang dihasilkan maka semakin buruk juga bobot badan yang dimiliki. Konsumsi pakan mempunyai hubungan dengan pertambahan bobot badan, semakin kecil konversi pakan yang dihasilkan makasemakin kecil PBB. Hal ini sependapat dengan Anggorodi (1995) menunjukkan bahwa jumlah konsumsi

(8)

J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 27-33 30 pakan akan menentukan laju pertumbuhan

itik dengan konsumsi yang tinggi akan menghasilkan pertambahan bobot badan yang tinggi. Hal ini tidak sejalan dengan Rafian (2003) menyatakan bahwa ternak yang mengkonsumsi pakan dengan kandungan zat-zat makanan yang sama akan memperlihatkan pertambahan bobot badan yang hampir sama pula.

Pengaruh Perlakuan Terhadap Konversi Pakan

Dari hasil penelitian secara lengkap disajikan pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa secara berturut-turut konversi pakan mulai dari yang terendah sampai tertinggi adalah perlakuan P2 (2,62 + 0,17), P1 (2,74 + 0,13), P3 (2,79 + 0,14), dan P0 (2,94 + 0,14). Pengaruh perlakuan terhadap konversi pakan diketahui lebih lanjut dengan melakukan analisis statistic pengaruh perlakuan terhadap konversi pakan. Hasil analisis memberikan pengaruh berbeda nyata (P>0,05) terhadap konversi pakan.

Hasil analisis statistik yang menunjukkan tidak berbeda nyata dikarenakan konversi pakan dipengaruhi oleh pertambahan bobot badan dan konsumsi pakan. Semakin kecil angka perbandingan antara pertambahan bobot badan dengan konsumsi pakan maka semakin baik tingkat konversi pakan. Nilai konversi pakan yang terbaik pada

penelitian ini adalah P0 (2,94 + 0,14) pakan kontrol. Penelitian Afria (2013) menunjukkan bahwa konversi pakan dengan penambahan betain+metionin 0,14 % yaitu (1,87 + 0,015) dan penambahan betain+metionin 0,07 % (1,83 + 0,015) tidak berbeda nyata, hal ini disebabkan karena penggunaan pakan komersil yang cukup mengandung metionin sebagai pakan basal menyebabkan konsumsi pakan relatif sama karena kandungan energy dalam pakan mempengaruhi jumlah konsumsi pakan.

Konversi pakan pada P0 dan P3 yang masih tinggi disebabkan oleh keseimbangan pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan. Hal ini sependapat dengan Suprijatna (2005) yang menyatakan bahwa konversi pakan sebagai tolak ukur untuk menilai seberapa banyak pakan yang dikonsumsi itik menjadi jaringan tubuh, yang dinyatakan dengan besarnya bobot badan, ini adalah cara yang masih dianggap terbaik. Semakin rendah nilai konversi pakan maka ternak tersebut semakin efisien dalam merubah pakan menjadi jaringan tubuh. Faktor-faktor yang mempengaruhi konversi pakan adalah kandungan energi yang cukup, kecukupan zat makanan dalam pakan, suhu lingkungan dan kondisi kesehatan.

(9)

J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 27-33 31 Pengaruh Perlakuan Terhadap IOFC

Dari hasil penelitian secara lengkap disajikan pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa penggunaan betain dalam pakan memberikan efek positif terhadap nilai Income Over Feed Cost. Nilai Income Over Feed Cost cenderung meningkat dengan penambahan betain. Secara berturut-turut IOFC dimulai dari yang terendah sampai tertinggi adalah perlakuan P0 (3168,35 + 1200,04 Rp/butir), P3 (4180,47 + 1251,49 Rp/butir), P1 (4657,11 + 103,90 Rp/butir), dan P2 (5597,44 + 1360,07 Rp/butir). Pengaruh perlakuan terhadap IOFC diketahui lebih lanjut dengan melakukan analisis statistic pengaruh terhadap IOFC.

Hasil analisis statistic menunjukkan bahwa perlakuan memberikan perbedaan pengaruh berbeda nyata (P<0,05) terhadap nilai Income Over Feed Cost. Hal ini disebabkan karena nilai Income Over Feed Cost dipengaruhi oleh konversi pakan, dimana hasil analisis konsumsi pakan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata sehingga memberikan pengaruh yang berbeda nyata juga terhadap nilai Income Over Feed Cost.

Hasil perhitungn nilai Income Over Feed Cost pada lampiran menunjukkan bahwa harga pakan perlakuan yang paling mahal adalah pada perlakuan P3 yaitu sebesar Rp 4849/kg dan yang paling murah adalah pada perlakuan P0 yaitu

sebesar Rp 4718/kg. Berdasarkan analisis statistik yang menunjukkan bahwa perlakuan P2 memiliki nilai Income Over Feed Cost yang tertinggi, nilai Income Over Feed Cost cenderung menurun mulai dari perlakuan P0 (3168,35 + 1200,04 Rp/butir), P3 (4180,47 + 1251,49 Rp/butir), P1 (4657,11 + 103,90 Rp/butir), dan P2 (5597,44 + 1360,07 Rp/butir). Hal ini menunjukkan bahwa pertambahan bobot badan yang tinggi tidak selalu diikuti dengan nilai ekonomis yang tinggi pula.

Penelitian Afria (2013) menunjukkan bahwa konsumsi pakan yang relatif sama menyebabkan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pakan juga relatif sama, selain itu nilai efisiensi pakan juga menentukan biaya pakan, semakin tinggi nilai efisiensi pakan semakin menurunkan biaya pakan, sehingga dapat memperoleh keuntungan yang tinggi.

Apabila harga daging itik per kilogram di pasaran tinggi maka juga akan meningkatkan pendapatan hasil harga pakan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap meningkatnya nilai Income Over Feed Cost, begitu juga sebaliknya apabila harga daging di pasaran rendah maka nilai pendapatan dari penjualan daging juga akan menurun dan akan berpengaruh dengan menurunnya nilai Income Over Feed Cost.

(10)

J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 27-33 32 Berdasarkan hasil perhitungan

Income Over Feed Cost tersebut maka dapat dilihat bahwa penggunaan betain 0,2 % memberikan nilai Income Over Feed Cost tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Penggunaan betain dalam pakan dapat meningkatkan konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan nilai IOFC, tetapi tidak dapat memperbaiki nilai konversi pakan. Penggunaan betain 0,2 % dalam pakan memberikan hasil penampilan produksi terbaik.

Saran

Disarankan menggunakan betain 0,2 % dalam pakan itik Mojosari jantan rendah metionin dan perlu dilakukan penelitian menggunakan ternak unggas lain.

DAFTAR PUSTAKA

Abun. 2005. Efek Ransum Mengandung Ampas Umbi Garut Produk Fermentasi oleh Kapang Aspergillus niger Terhadap Imbangan Efisiensi Protein dan Konversi Ransum pada Ayam Broiler. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas

Afria, A. 2013. Effect Of Addition Of Choline Chloride In Feed On Quail (Coturnix coturnix japonica)

Production Performance. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. Malang

Anggorodi, H.R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT Gramedia. Jakarta.

Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2011. RencanaStrategis (Renstra) Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Tahun 2010-2014. Jakarta.

Eklund, M., E. Bauer, J. Wamatu and R. Mosenthin. 2005. Potential nutritional and physiological functions of betaine in livestock. Nutr. Res. Rev. 18:31-48.

Eklund, M., R. Mosenthin, M. Tafaj and J. Wamatu. 2006. Effects of betaine and condensed molasses soluble on nitrogen balance and nutrient digestibility in piglets fed diets deficient in methionine and low in compatible osmolytes. Arch. Anim. Nutr. 60:289-300.

Hermogenes, M.P., D. O. Magpantai and R.Q. Paguia. 2011. Laying Performance Of Chicken (Gallus domesticus L.) Fed Diets Supplemented With Capsium Frutescens.

Kidd, M.T., P.R. Ferket and J.D. Garlich. 1997. Nutritional and osmoregulatory functions of betaine. World’s Poultry Science Journal. 53:125-139.

Law, R. O. and M. B. Burg. 1991. The role of organic osmolytes in the regulation of mammalian cell volume. In: Advances of Comparative and Environmental Physiology, Vol. 9. Volume and Osmolality Control in Animal Cells

(11)

J. Nutrisi Ternak Vol. 1, No. 1 : 27-33 33 (Ed. R. Gilles, E. K. Hoffmann and

L. Bolis). Springer Verlag, New York. pp. 189-225.

Metzler-Zebeli, B.U., M. Eklund and R. Mosenthin. 2009. Impact of osmoregulatory and methyl donor functions of betaine on intestinal health and performance in poultry. World’s Poultry Science Journal. 65: 419-441.

Rafian, A. 2003. Penampilan Ayam Broiler Dan Komposisi Kimia Karkas Dengan Perlakuan Pembatasan Konsumsi Energi Pada Awal Fase Starter. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Rafique, M., T. N. Pasha, A. Khalique and A. Mahmud .2000. Biological availability of Betain for methionine sparing in Broiler Chickens. Int. J. Agri. Biol. 2(1-2):165-166.

Ratriyanto, A., R. Mosenthin, E. Bauer and M. Eklund. 2009. Metabolic, osmoregulatory and nutritional functions of betaine in monogastric animals. Asian-Australasian Journal of Animal Sciences, 22: 161-1476.

Sapoetra, I. K. 2003. Perbaikan Jumlah Konsumsi Dalam Pakan Ayam.

Http://Probiotik- Snsro.Blogspot.com/Perbaikan-Jumlah-Konsumsi-Dalam-Pakan html. Diakses 2 Juni 2014.

Scott, M. L., M. Nesheim, and R. J. Young. 1992. Nutrition of The Chicken. Fifth Ed. Scott, M. L. And Associates. Ithaca. New York.

Sun, H., W. R. Yang, Z. B. Yang, Y. Wang, S. Z. Jiang and G. G. Zhang. 2008. Effects of betaine supplementation to methionine deficient diet on growth performance and carcass characteristics o broilers. American J. Anim and Vet. Sci. 3(3):78-84. Tjitjah, A., R. Wiradimaja dan Abun.

2007. Suplementasi Metionin Dalam Ransum Berbasis Lokal Terhadap Imbangan Efisiensi Protein Pada Ayam Pedaging. Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran. Jatinangor

Virtanen, E. I. and L. Rosi. 1995. Effect of betaine on methionine requirement of broiler under various environmental conditions. Proceedings Australian Poultry Science Symposium, University o Sydney. 88-98.

Wang, Y.Z., Z.R. Xu and J. Feng. 2004. Study on the effect of betaine on meat quality and the mechanism in finishing pigs. Scientia Agric.

Sinica, 33: 94-99.

http://www.ceps.com.tw/ecjparticle View.aspx?atliid=139551&issueii1 0284&jnliid=1004.

Zahra, T. 1996. Pengaruh Berbagai Tingkat Penggunaan Protein dan Kepadatan Kandang Terhadap Performans Ayam Ras Petelur Pada Fase Produksi. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Andalas. Padang.

Referensi

Dokumen terkait

Kolom-kolom pada tambah atau edit jenis layanan adalah : kolom jenis layanan digunakan untuk menjelaskan nama jenis layanan, kolom bidang digunakan untuk nama

JADWAL MATA KULIAH SEMESTER GANJIL PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT1. TAHUN

dan sesuai dengan persyaratan mutu bahan yang ditetapkan dalam Rencana.. Pengendalian yang diterapkan dalam proyek. pembangunan Gedung Convenience Store &amp; Office

Interview (wawancara) adalah teknik mendapatkan informasi dengan cara bertnya langsung kepada responden, percakapan itu dilakukan dengan maksud tertentu, percakapan

Ternyata nilai koefisien kontegensi lebih besar dari ½ Cmax (0,61 &gt; 0,4082) dengan demikian derajat hubungan antara daya tarik jalan cerita tayangan “Orang Pinggiran” di

Kesimpulan dari penelitian ini adalah prosedur penjualan kredit dari jasa pemasangan sambungan air minum sudah diterapkan PDAM Kota Surakarta dengan cukup baik,

Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa waktu pengaruh kombinasi pemberian pupuk nitrogen dan bobot mulsa jerami tidak berpengaruh nyata terhadap panjang

Menetapkan calon Penghulu terpilih 4 Merujuk pada Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten Siak Nomor 5 Tahun 2015 tentang Badan Permusyawaratan Kampung (Bapekam) pasal 3,