10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah suatu proses penyampaian pesan dari komunikator melalui media kepada komunikan untuk menyebarluaskan pesan-pesan secara luas dan terus menerus menciptakan makna-makna serta diharapkan dapat mempengaruhi khalayak yang besar dan beragam dengan melalui berbagai cara (DeFleur & McQuail, 1985).
Komunikasi massa merupakan proses yang dipakai komunikator massa untuk mengirimkan pesan mereka kepada audien massa melalui media massa. Definisi komunikasi massa yang paling sederhakan dirumuskan oleh Bittner yang dikutip oleh (Rakhmat, 2005:188). Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada srejumlah besar orang. Dalam definisinya secara gambling Bittner menyampaikan jika komunikasi massa harus menggunakan media massa, bila tidak menggunakan media massa maka tidak dapat dikatakan komunikasi massa. Ada pula ciri-ciri komunikasi massa menurut Elizabeth Noelle Neumann (dalam buku Rakhmat Jalaluddin, 1994) adalah sebagai berikut:
1. Bersifat tidak langsung, artinya harus melalui media
2. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara peserta-peserta komunikasi
3. Bersifat terbuka, artinya ditujukan pada publk yang terbatas dan anonim 4. Mempunyai publik secara tersebar
Dengan demikian, komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audience yang tersebar, heterogren dan anonim melalui media sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.
Bagian paling menarik dari kehadiran media massa ialah pengaruh (efek) media massa tersebut terhadap perilaku manusia, tidak hanya pesan media massa tersebut yang mempengaruhi perilaku kehidupan manusia, tapi juga kehadiran
11 media massa itu sendiri. Pengaruh (efek) media massa sejatinya berhubungan dengan pesan yang diterima oleh audien. Dengan demikian, audien baru bisa merasakan efek ketika pesan dalam media massa sudah diterima dirinya. Terdapat tiga dimensi efek komunikasi massa yaitu (Amri, 1998:6):
1. Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Dalam efek kognitif membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, seseorang dapat memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah dikunjungi secara langsung (Karlinah, 1999:131). Menurut Mc. Luhan (Antoni, 2004), media massa adalah perpanjangan alat indera kita (sense extention theory; teori perpanjangan alat indera). Dengan media massa seseorang memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah relaitas yang sudah diseleksi. Media massa tidak memberikan efek kognitif semata, namun ia memberikan manfaat yang dikehendaki masyarakat.
2. Efek Afektif
Efek ini memiliki kadar yang lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, melainkan lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya (Karlinah, 1999). Berikut ini faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya efek afektif dari komunikasi massa, yaitu:
- Suasana emosional; respons kita terhadap sebuah film, iklan, ataupun sebuah informasi, akan dipengaruhi oleh suasana emosional seseorang;
- Skema kognitif; merupakan naskah yang ada dalam pikiran kita yang menjelaskan tentang alur peristiwa;
12 - Situasi terpaan (setting of exposure); seseorang akan sangat ketakutan menonton film horor, misalnya, bila menontontonnya sendirian di rumah tua ketika hujan lebat, dan tiang-tiang rumah berderik;
- Faktor predisposisi individual; Faktor ini menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan dalam media massa.
3. Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Program acara memasak, akan menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti resep-resep baru, dan lain sebagainya.
2.2 Media Massa
Menurut (Effendy, 2003:65), media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikasi berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop, yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan rekreasi, atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan. Media adalah bentuk jamak dari medium yang berarti perantara. Massa berasal dari bahasa Inggris yaitu mass yang berarti kelompok atau kumpulan. Dengan demikian, pengertian media massa adalah perantara atau alat-alat yang digunakan oleh massa dalam hubungannya satu sama lain. Karakteristik media massa menurut (Canggara, 2010:126-127) antara lain:
1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni mulai dari pengumpulan, pengelolaan sampai pada penyajian informasi
2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya dialog antara pengirim dan penerima. Kalau pun terjadi reaksi atau umpan balik, biasanya memerlukan waktu dan tertunda. 3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak,
13 informasi yang disampaikan diterima oleh banyak orang dalam waktu yang sama.
4. Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan semacamnya.
5. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.
2.3 Televisi Sebagai Media Massa
Televisi atau yang sering disebut TV merupakan salah satu media massa yang sangat berpengaruh terhadap masyarakat. Televisi merupakan media massa yang popular dikalangan masyarakat dunia terutama masyarakat Indonesia, hampir seluruh penduduk di negara-negara berkembang pun mengenal dan memanfaatkan televisi sebagai sarana hiburan, informasi, edukasi dan lain-lain. Televisi tidak membatasi diri hanya untuk konsumsi kalangan tertentu saja namun telah menjangkau konsumen dari semua kalangan masyarakat dari yang muda hingga tua. Televisi saat ini seakan menjadi guru elektronik yang mengatur masyarakat dan mengarahkan serta menciptakan budaya massa baru. Tayangan program televisi seperti variety show, reality show, sinetron, film, dll turut serta mengatur dan mengubah pola piker di masyarakat. Sebagai media massa, televisi merupakan sarana komunikasi massa. Massa dalam hal ini adalah masyarakat merupakan pihak yang berperan sebagai komunikan sedangkan para insan pertelevisian berperan sebagai komunikator yang memberikan informasi, hiburan, edukasi maupun pesan-pesan lainnya. Pesan yang disampaikan melalui televisi akan sampai ke khalayak dengan cepat.1
Media massa terutama televisi merupakan sarana yang efektif untuk menyebarkan informasi kepada khalayak. Makin tertarik mereka terhadap tayangan televisi, makin menggila pula televisi dalam menyiarkan program-program unggulannya. Namun saat ini Acara-acara yang disajikan televisi tidak lagi memperhitungkan nilai ideal, hanya nilai material sebuah tayangan. Produksi sebuah acara hanya mementingkan keuntungan tanpa memperhitungkan apakah
14 acara itu akan mendidik pemirsa. Televisi menjadi ideologi baru bahkan agama baru, karena melalui acaraacaranya, televisi memenuhi kebutuhan individu. Orang merasa nyaman dan senang ketika duduk di depan televisi tinggal pencet remote control untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya (Zamroni, 2005:65).
Ada pula Fungsi televisi yakni memberi informasi, mendidik, menghibur dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi sebagaimana hasil penelitian-penelitian yang menyatakan bahwa umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi (Lukiati, Erdiyana, & Ardianto, 2009). Sebagai media massa yang paling berpengaruh dalam kehidupan masyarakat, televisi mencoba untuk menyajikan berbagai program yang tentunya berkarakter guna memenuhi kebutuhan pemirsanya. Baik itu berupa acara variety show, talk show, musik, film, komedi, hingga news. Saat ini program acara televisi semakin beragam, sehingga sangat terlihat bagaimana tingkat persaingannya antara stasiun televisi lain. Untuk itu setiap stasiun televisi selalu dituntut untuk bisa memenuhi kebutuhan akan fungsi dari televisi sendiri dengan menyajikan tayangan-tayangan yang berbeda. Dari situlah nantinya program acara televisi akan memiliki nilai kualitas penyajian yang baik dimata pemirsanya.2
2.4 Program Variety Show Di Televisi
Variety show adalah Format Acara TV yang mengkombinasikan berbagai format lainnya seperti Talk Show, Magazine Show, Quiz, Game Show, Music Concert, Drama, dan Sit Kom (Naratama 2006:160). Dengan demikian, Variety show merupakan program yang penuh dengan ide-ide menarik dimana terdapat berbagai macam konsep acara dalam satu program tunggal. Seperti music, tari, komedi, talkshow yang digabung dalam satu benang merah dalam suatu program acara yang biasanya dipandu oleh host dan presenter. Jenis tayangan ini manyajikan berbagai macam konsep, biasanya identik dengan musik dan pertunjukan-pertunjukan lainnya sebagai acara pendukung.
2https://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Undergraduate-3499-babII.pdf (dikutip 22/05/19
15 Dalam hal ini sutradara harus mampu menyelaraskan berbagai format acara televisi kedalam sebuah tayangan program yang menarik. Perpindahan segmen yang satu dengan segmen yang lainnya diatur sesuai dengan alur yang mengalir dengan selaras. Dengan kreativitas ide, dibuatlah gimmick-gimmick yang menarik diantara segmen. Disiapkan juga fanfare yang mengundang kekaguman pemirsa. Jangan lupa, clip hanger Itu semua diperlukan, agar pemirsa tidak melompat ke saluran lain.” Jadi, dari sinilah keunggulannya, bila pemirsa merasa tontonannya variatif, maka acara ini dianggap berhasil, tetapi bila pemirsa menganggap tontonannya monoton, maka acaranya bisa jadi dianggap gagal. Oleh karena itu, agar pemirsa tidak merasakan jenuh maka sutradara dituntut untuk pandai dan kreatif dalam membuat jebakan-jebakan di antara segmen-segmen (Naratama, 2006:191).
Dalam program acara televisi ada pula yang namanya siaran langsung (live) dan siaran tidak langsung (tapping). Pengertian siaran langsung (live) adalah merupakan siaran yang dapat langsung disaksikan pada waktu dan tempat yang sama dengan proses produksinya. Pada siaran live, segala persiapan harus dirancang dengan matang karena tidak ada proses penyuntingan (editing), sehingga jika terjadi kesalahan tidak dapat diperbaiki kembali. Siaran langsung juga memiliki slot waktu program yang sulit diprediksi ketepatan selesainya, sehingga jikaa cara langsung gagal, otomatis mengganggu runtutan acara berikutnya. Sedangkan pengertian siaran tidak langsung (tapping) adalah sebuah acara televisi yang dibuat dengan cara merekam,yang kemudian melewati tahap produksi yaitu editing dan kemudian baru ditampiloakn di televisi (Ciptono 2006 : 29).
2.5 Dimensi Kekerasan
Menurut Weiner (dalm buku Sunarto, 2009:55) kekerasan merupakan sebuah ancaman, usaha atau penggunakan kekuatan fisik oleh satu orang atau lebih yang dapat menyebabkan kerusakan fisik atau non-fisik pada seseorang atau banyak orang yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak. Kekerasan dalam media merupakan sintesa anatar selera kekerasan yang dibalut seni, hal tersebut dikatakan Haryatmoko (2007:121) dengan nama aspek estetik
16 kekerasan dalam media visual baik televisi maupun film. Aspek yang ditawarkan orang-orang dibalik layar televisi dalam membuat konten bersifat mengundang ketertarikan sekaligus benci. Aspek tersebut tentunya di eksploitasi kepentingan pasar dan ekonomi yang melihat ada candu masyarakat akan adegan kekerasan untuk mengejar rating. Pembuat konten sepertinya tidak memperhatikan aspek pendidikan, imitasi publik, etis dan efek traumatis penonton, akan tetapi hal tersebut dijawab oleh media bahwa tidak semua kekerasan yang ditampilkan itu jelek karena terdapat presentasi seni dalam tayangan tersebut (Haryatmoko 2007:122).
Sunarto (2009:136) menjelaskan kekerasan dalam media massa mempunyai 5 dimensi, antara lain:
Tabel 2.1
Dimensi kekerasan menurut Sunarto
Fisik Kekerasan yang dilakukan pelaku terhadap korban dengan cara memukul, menampar, mencekik, menendang, mendorong, melempar barang ke tubuh, menginjak, melukai dengan tangan kosong atau dengan alat/senjata, menganiaya, menyiksa, membunuh serta perbuatan lain yang relevan Psikologis Kekerasan yang dilakukan pelaku terhadap mental korban dengan cara membentak, menyumpah, mengancam, merendahkan, memerintah, melecehkan, menguntit, menghakimi dan memata-matai atau tindakan-tindakan lain yang menimbulkan rasa takut
Bentuk Kekerasan Seksual Melakukan tindakan yang mengarah pada ajakan/desakan seksual seperti menyentuh, meraba, mencium, dan/atau melakukan tindakan-tindakan lain yang tidak dikehendaki korban
Finansial Mencuri uang korban, menahan atau tidak memberikan kebutuhan finansial korban, mengendalikan dan mengawasi pengeluaran uang sampai sekecil-kecilnya
Spiritual Merendahkan keyakinan dan kepercayaan korban, memaksa korban unutk meyakini hal-hal yang tidak diyakininya, memaksa korabm mempraktikan ritual dan keyakinan tertentu.
17 Fungsional Memaksa melakukan sesuatu yang tidak
sesuai dengan kenginan, menghalangi atau menghambat aktivitas atau pekerjaan tertentu, memaksa kehadiran tanpa dikehendaki, membantu tanpa dikehendaki dan lain-lain yang relevan
Partisipan Kekerasan
Pelaku Tokoh yang melakukan kekerasan pada tokoh lain
Korban Tokoh yang mengalami penderitaan karena tindak kekerasan tertentu
Motif Kekerasan Sengaja kekerasan yang disertai maksud dalam diri pelakunya yang dinyatakan secara verbal atau visual
Tidak di sengaja
Kekerasan yang tanpa disertai maksud dalam diri pelakunya tapi tetap memberi efek penderitaan (misalnya, gurauan, hanya ikut-ikutan saja)
Efek Kekerasan Positif Dampak kekerasan yang tidak menyebabkan penderitaan dalam diri korabn, tapi menciptakan situasi ketergantungan tertentu, misal dalam situasi reward punishment Negatif Dampak kekerasan yang menyebabkan
penderitaan tertentu atau situasi tidak menyenangkan tertentu dalm diri korbannya Ekspresi kekerasan Verbal Kekerasan yang dilakukan dengan
menggunakan kata-kata yang diucapkan lewat mulut atau ditulis lewat kata-kata (mengumpat, menghina, mencemooh, dll) Non
Verbal
kekerasan yang dilakukan dengan menggunakan tindakan secara langsung (memukul, menendang, dll)
Gabungan Gabungan kekerasan dengan menggunakan kata-kata dan tindakan secara langsung
2.6 UU No. 32 Tahun 2002 Pasal 36
Menurut UU No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran, Penyiaran di selenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 dengan asas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum, kemanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab. Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk
18 memperkukuh memperkukuh intergrasi nasional, terbinanya watak dan jatidiri bangsa yang beriman dan berwatak, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtea, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.
Isi UU No. 32 Tahun 2002 Pasal 36, adalah sebagai berikut:
PELAKSANAAN SIARAN
Isi Siaran Pasal 36
1. Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral, kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan, serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia.
2. Isi siaran dari jasa penyiaran televisi, yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran Swasta dan Lembaga Penyiaran Publik, wajib memuat sekurang-kurangnya 60% (enam puluh per seratus) mata acara yang berasal dari dalam negeri.
3. Isi siaran wajib memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan remaja, dengan menyiarkan mata acara pada waktu yang tepat, dan lembaga penyiaran wajib mencantumkan dan/atau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai dengan isi siaran. 4. Isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan
kepentingan golongan tertentu. 5. Isi siaran dilarang:
a. bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong;
b. menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalah-gunaan narkotika dan obat terlarang; atau
19 6. Isi siaran dilarang memperolokkan, merendahkan, melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak hubungan internasional. 2.7 Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No Nama dan Judul Skripsi Tujuan Metode Penelitian Hasil 1. Whisnu Fergiantra 2014 (Universitas Telkom) analisis isi deskriptif kekerasan verbal, adegan seksualitas, dan kekerasan fisik pada tayangan pesbukers Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa banyak adegan kekerasan fisik, kekerasan verbal, dan adegan seksualitas pada program pesbukers
Kuantitatif Kekerasan verbal adalah pelanggaran yang paling sering dilakukan oleh para pemain pesbukers. Setelah kekerasan verbal, pelanggaran yang paling banyak dilakukan oleh program pesbukers adalah adegan seksualitas. Pelanggaran yang memiliki frekuensi paling sedikit adalah kekerasan fisik. 2. Wardah Febryana 2016 (Universitas Telkom) Kajian estetik program Acara Variety Show Pesbukers Episode 17 Agustus 2015 di ANTV 1. Untuk mengetahui bagaimana estetika program acara pesbukers di ANTV episode 17 Agustus 2015 pada penyajian program 2. Untuk mengetahui bagaimana penataan artistic sajian acara
Kualitatif Estetika program acara Pesbukers terdapat pada segi penataan tiap segmen, hal ini menjadi salah satu daya Tarik pemirsa setia ANTV. Panggung dibuat miring agar terlihat menarik perhatian pemirsa yang melihatnya. Setiap segmen panggung
20 program acara pesbukers episode 17 Agustus 2015 di ANTV, difokuskan pada penyatuan tema dialog ditata dan dilengkapi dengan property pendukung agar terlihat unik dan menarik. Selain itu dari penataan artisti, naskah pada episode ini melibatkan ceita pada masa penjajahan dahulu akan tetapi terkonsep komedi. 3. Nia lestari (Universitas Sumatera utara) kekerasan terhadap perempuan dalam sinetron indonesia (Studi Deskriptif Kualitatif Kekerasan Terhadap Perempuan Dalam Sinetron Indonesia) 1. Untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk kekerasan terhadap perempuan yang ada dalam adegan sinetron Indonesia. 2. Untuk mengetahui bagaimana adegan kekerasan di sinetron menempatkan posisi perempuan.
Kualitatif Adegan kekerasan terhadap perempuan masih ditemui dalam sinetron sinetron Indonesia, khususnya sinetron yang menduduki rating tinggi di Indonesia. 4. Ivan kusmono Hadi 2009 (Universitas Kristen Satya Wacana) Komodifikasi kekerasan pada program pesbukers versi “sinetron kejar-kejaran tayang” Untuk menjelaskan komodifikasi kekerasan dalam tayangan acara komedi Pesbukers versi Sinetron keja-kejaran tayang Kualitatif Komodifikasi kekerasan dalm tayangan acara pesbukers versi sinetron kejar-kejaran tayang ditampilakn dengan kekerasan verbal, fisik dan psikologis oleh pemain maupun bintang tamu di program acara tersebutr.
21 Perbedaan peneletian terdahulu dengan yang peneliti lakukan adalah pada motif kekerasan, karena kekerasan yang dilakukan pada penelitian ini berkedok prank yang dilakukan oleh host Pesbukers
22 2.8 Kerangka Berpikir
Gambar 6. Kerangka Berpikir
Penjelasan Kerangka berpikir :
Media massa memiliki sifat karakter yang mampu menjangkau massa dalam jumlah besar. Televisi merupakan salah satu media massa yang mudah dan cepat untuk memberikan informasi kepada penontonnya. Selain dengan audio visual yang dapat memperjelas informasi, televisi juga dapat menjangkau tempat yang jauh,
Media massa
Televisi
Program Acara Variety Show Pesbukers episode 12 segmen 4 Standar Program Siaran, yaitu UU No. 32 tahun 2002 Analisis Isi Kualitatif Dimensi Kekerasan Bentuk Partisipan
23 dengan begitu informasi akan dengan cepat tersebar ke massa. Salah satu jenis program acara yang memberikan hiburan menarik adalah program variety show. Program variety show Pesbukers merupakan salah satu program yang banyak menuai kontroversi dari masyarakat dan KPI. Di episode 12 segmen 4 yang tayang pada hari Jumat, 17 Mei 2019, tayangan ini mengandung unsur kekerasan. Program acara ini akan di analisis dengan teori analisis isi kualitatif dan kemudian dihubungkan dengan Standar Program Siaran (SPS) yaitu UU NO. 32 tahun 2002 terhadap teori dimensi kekerasan Sunarto. Dimesi kekerasan sendiri menurut (Sunarto, 2009:139) dibagi menjadi 5, yaitu bentuk kekerasan, efek kekerasan, Partisipan kekerasan, motif kekerasan, dan ekspresi kekerasan.