• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAF: Persyaratan Sistem Pengelolaan RSPO dan Panduan untuk Sertifikasi Kelompok Produksi TBS. Versi 1.5; Oktober 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DRAF: Persyaratan Sistem Pengelolaan RSPO dan Panduan untuk Sertifikasi Kelompok Produksi TBS. Versi 1.5; Oktober 2014"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

DRAF:

Persyaratan Sistem Pengelolaan RSPO dan

Panduan untuk Sertifikasi Kelompok Produksi

TBS

Versi 1.5; Oktober 2014

Penting:

Dokumen DRAF ini disusun oleh Global Sustainability Associated di bawah arahan

Kelompok Kerja Petani RSPO dan selanjutnya direstrukturisasi oleh ProForest.

Dokumen ini menyajikan komentar/saran dari para anggota Kelompok Kerja Petani

RSPO. Dokumen ini akan disampaikan untuk konsultasi publik dan tidak dapat

dianggap sebagai bentuk akhir. Komentar dapat disampaikan menggunakan format

(2)
(3)

Daftar Isi

B

AGIAN

1

P

ENDAHULUAN

,

M

AKSUD DAN

R

UANG

L

INGKUP

... 3

1.1

Pendahuluan ... 3

1.2

Tujuan ... 3

1.3

Ruang Lingkup ... 4

1.3.1.

Penerapan terhadap Berbagai Situasi Global ... 4

1.3.2.

Model Rantai Suplai yang berlaku ... 6

1.3.3.

Kapan Dokumen Ini Digunakan ... 6

1.4

Istilah-istilah dan definisi ... 8

1.4.1 Definisi Petani Sawit (smallholder) dan outgrower... 8

1.4.2

Tinjauan Sistem Sertifikasi Kelompok ... 10

1.4.3.

Entitas Kelompok ... 11

1.4.4.

Keanggotaan Kelompok ... 11

1.4.5.

Manajer Kelompok ... 11

1.4.6.

Sistem Manajemen (disesuaikan dari ISO 9000) ... 11

1.4.7.

Sistem Kontrol Internal (ICS) ... 12

1.4.8.

Audit Internal... 12

1.4.9.

Unit Sertifikasi ... 14

1.4.10.

Akreditasi dan Sertifikasi ... 14

1.4.11.

Sertifikasi Kelompok ... 14

1.4.12.

Sertifikat Kepatuhan RSPO ... 15

1.5

Panduan yang Diperlukan ... 15

1.6

Dokumen Pengganti ... 15

1.7

Bahan-Bahan Acuan ... 16

1.8 Jadwal Pemberlakuan ... 16

B

AGIAN

2.

P

ERSYARATAN

S

ERTIFIKASI

K

ELOMPOK

... 16

2.1. Unsur 1 (U1): Entitas Kelompok dan Persyaratan Pengelolaan Kelompok ... 17

U1.1

Entitas Kelompok harus dibentuk sesuai ketentuan hukum yang berlaku ... 17

U1.2

Kelompok harus dikelola oleh satu Manajer Kelompok ... 18

U1.3

Kelompok harus memiliki rencana kelola usaha Kelompok ... 19

2.2. Unsur 2 (U2): Sistem Kontrol Internal (ICS) – Kebijakan dan Pengelolaan ... 20

U2.1

Sistem Kontrol Internal Kelompok harus berisi kebijakan dan prosedur yang

terdokumentasikan yang mengatur pengelolaan operasional ... 20

(4)

2.3. Unsur (U3): Sistem Kontrol Internal (ICS) – Kegiatan Operasional ... 25

U3.1

Sistem Kontrol Internal (ICS) Kelompok harus mencakup prosedur pengoperasian

standar (SOP) untuk Kelompok tersebut. ... 25

U3.2

Sistem Kontrol Internal (ICS) Kelompok harus mencakup prosedur untuk penilaian

dampak sosial dan lingkungan ... 28

U3.3

Sistem Pengelolaan RSPO harus mencakup Prosedur untuk mengidentifikasi dan

mendokumentasikan persyaratan-persyaratan pelatihan, di mana sistem ini

dikomunikasikan dan dilaksanakan secara efektif, dan efektivitasnya akan

dimonitor. ... 31

U3.4

Sistem Pengelolaan RSPO harus mencakup Prosedur untuk berkomunikasi

dengan para pemangku kepentingan, baik internal maupun eksternal, di

mana prosedur ini dikomunikasikan dan dilaksanakan dalam RSPO secara

efektif dan efektivitas tersebut dimonitor. ... 34

U3.5

Sistem Kontrol Internal (ICS) Kelompok harus mencakup sistem yang sudah

disiapkan agar Tandan Buah Segar (TBS) bersertifikat RSPO yang dihasilkan

oleh Kelompok dapat diperdagangkan. ... 35

2.4. Unsur 4 (U4): Pengelolaan Kelompok untuk Penanaman Baru ... 37

U4.1

Manajer Kelompok harus memastikan dilakukannya PENANAMAN BARU sesuai

dengan persyaratan RSPO. ... 37

B

AGIAN

3

P

ANDUAN UNTUK

K

EPATUHAN TERHADAP

P

&

C

RSPO

2013 ... 40

Prinsip 1: Komitmen terhadap Transparansi ... 40

Prinsip 2: Kepatuhan terhadap Hukum dan Peraturan yang Relevan ... 45

Prinsip 3: Komitmen terhadap Viabilitas Keuangan dan Ekonomis Jangka Panjang ... 51

Prinsip 4: Penggunaan Praktik-Praktik Terbaik oleh Pengusaha Perkebunan dan Pabrik

Kelapa Sawit ... 54

Prinsip 5: Tanggung Jawab Lingkungan dan Konservasi Sumber Daya Alam dan

Keanekaragaman Hayati ... 73

Prinsip 6: Pertimbangan Bertanggung Jawab atas Pekerja Serta Individu dan Komunitas

Yang Terpengaruh Oleh Kegiatan Pekebun dan Pabrik Kelapa Sawit... 84

Prinsip 7: Pengembangan Penanaman Baru yang Bertanggung Jawab ... 101

Prinsip 8: Komitmen Terhadap Perbaikan Terus Menerus Dalam Area-area Kegiatan Utama

... 115

(5)

Persyaratan untuk Sistem Pengelolaan dan Panduan Sertifikasi Kelompok

untuk Produksi TBS

Draf 1.5 – Oktober2014

Bagian 1

Pendahuluan, Maksud dan Ruang Lingkup

1.1 Pendahuluan

Pekebun kecil menanam kelapa sawit dengan cara yang sama dengan perkebunan besar. Perbedaan

paling utama antara pekebun besar dan kecil adalah pada cara pengorganisasiannya. Jika pekebun

kecil dapat diorganisasi ke dalam kelompok-kelompok, mereka akan memiliki akses yang lebih baik

terhadap sarana produksi pertanian, sehingga akan membantu dalam melaksanakan dan

mempertahankan Praktik Budi Daya Terbaik (Best Agricultural Practice/(”BAP”) yang akhirnya

mengarahkan mereka untuk mengembangkan dan menerapkan Praktik Manajemen Terbaik (Best

Management Practice/”BMP”). Hal ini akan menjamin bahwa operasi dilakukan sesuai dengan

peraturan dan perundangan yang berlaku serta menjunjung standar kehandalan yang tinggi,

memperlakukan pekerja dengan hormat dan bermartabat, serta mengurangi dampak negatif

lingkungan hidup. Penerapan BAP dan pengembangan BMP akan meningkatkan hasil panen dan

produksi, mengurangi gagal panen dan meningkatkan pendapatan para pekebun kecil.

Dengan mengorganisasi petani kecil dalam sebuah asosiasi atau kelompok , maka hal ini dapat:

1. menyediakan kerangka kerja agar pekebun kecil dapat menerapkan BAP dan

mengembangkan BMP secara sistematis;

2. meningkatkan akses pekebun kecil terhadap sarana produksi pertanian;

3. memungkinkan terjadinya Ekonomi Skala; dan

4. mengembangkan lingkungan untuk perbaikan berkesinambungan di bidang keberlanjutan,

keamanan, lingkungan, hak asasi manusia dan etika

Sertifikasi kelompok bagi pekebun kecil, baik secara perorangan maupun yang yang terorganisasi

dalam suatu asosiasi, koperasi atau plasma, memungkinkan masing-masing anggota kelompok

mendapatkan manfaat dari ekonomi skala karena menjadi bagian dari kelompok yang lebih besar

serta membuat sertifikasi menjadi lebih terjangkau karena biaya yang berkaitan dengan sertifikasi

dapat ditanggung bersama.

1.2 Tujuan

Akses menuju sertifikasi bagi semua produsen dari berbagai ukuran merupakan hal yang penting

untuk mencapai Tujuan, Visi dan Misi RSPO. Prinsip dan Kriteria (Principles and Criteria atau “P&C”)

RSPO tahun 2013 dapat diterapkan untuk semua pekebun kelapa sawit termasuk pekebun kecil.

Perbedaan ketika menerapkan P&C RSPO 2013 pada pekebun besar dan kecil adalah kesesuaian dan

tingkatan P&C yang harus dipatuhi oleh pekebun kecil. Beberapa pekebun kecil perorangan memiliki

sumber daya untuk menerapkan P&C RSPO 2013 secara mandiri. Artinya, sebagian besar pekebun

kecil perorangan tidak dapat menerapkan BAP secara efektif atau menetapkan BMP. Terlepas dari

apakah seorang pekebun kecil benar-benar mandiri atau tergabung dalam suatu asosiasi atau skema

(6)

plasma (misalnya melalui kontrak), metodologi penting untuk mendapatkan sertifikasi terletak pada

formasi kelompok yang bersangkutan dan manajemen para anggotanya.

Untuk memfasilitasi akses bagi semua pekebun kecil yang hendak menyertifikasi Tandan Buah Segar

(“TBS”) mereka, maka dikembangkanlah dokumen ini dengan memuat persyaratan sistem

pengelolaan dan panduan RSPO untuk sertifikasi kelompok produksi TBS .

Dokumen ini memberikan panduan bagi Manajer Kelompok dalam merancang, mendokumentasikan

dan menerapkan suatu sistem manajemen berdasarkan P&C untuk Produksi Minyak Kelapa Sawit

Berkelanjutan tahun 2013 yang telah Disahkan oleh Badan Eksekutif RSPO dan Diterima pada Sidang

Umum Luar Biasa Anggota RSPO tanggal 25 April 2013.

1.3 Ruang Lingkup

Dokumen ini dapat diterapkan bagi semua pekebun kecil, baik itu petani kemitraan, petani swadaya,

petani kerja sama (associated smallholder) atau outgrower, maupun anggota kelompok di mana

ruang lingkup sertifikasi dibatasi untuk produksi TBS. Unit sertifikasinya adalah kelompok tersebut

dan 100% anggotanya.

Setiap keberadaan Pabrik Kelapa Sawit perlu disertifikasi terpisah berdasarkan P&C untuk Produksi

Minyak Sawit yang Berkelanjutan 2013.

Dalam sertifikasi kelompok, semua anggota resmi suatu kelompok harus mematuhi persyaratan

tertentu kelompoknya serta standar RSPO yang terkait. Standar dimaksud adalah:

• P&C untuk Produksi Minyak Sawit yang Berkelanjutan 2013 Yang Disahkan oleh Badan

Eksekutif RSPO dan disetujui pada Sidang Umum Luar Biasa Anggota RSPO pada tanggal 25

April 2013;

• Sistem Sertifikasi RSPO yang disetujui oleh Badan Eksekutif RSPO pada tanggal 26 Juni 2007;

• Persyaratan Akreditasi dan Sertifikasi RSPO untuk Sertifikasi Kelompok pada tanggal 26

Agustus 2010; dan

• Standar Sistem Sertifikasi Rantai Suplai RSPO: Sebagaimana disetujui oleh Badan Eksekutif

RSPO pada tanggal 25 November 2011

Dokumen ini memberi panduan bagi Manajer Kelompok untuk menerapkan keempat dokumen

tersebut, termasuk juga panduan bagi anggota kelompok perorangan. Saat menggabungkan

unsur-unsur untuk sertifikasi kelompok, dokumen ini mengadopsi pendekatan berbasis proses dengan

membawa Manajer Kelompok melewati suatu rangkaian logis dalam mendirikan suatu entitas

Kelompok, mengatur kegiatan operasional, serta mempertahankan pengendalian dan perbaikan yang

terus menerus.

1.3.1. Penerapan terhadap Berbagai Situasi Global

Kelapa Sawit dapat dibudidayakan oleh perkebunan, petani kerja sama/kemitraan, petani swadaya

dan outgrower.

RSPO sebelumnya tidak mengizinkan diikutsertakannya outgrower ke dalam sistem sertifikasi.

Dokumen ini mengakui peran outgrower pada berbagai situasi di seluruh dunia dan dapat diterapkan

(7)

Keempat tipe produsen ini dapat berdiri sendiri dan dapat pula bergerak dalam berbagai gabungan

(Tabel 1), dan disebut sebagai pekebun kecil.

Tabel 1: Calon skenario sertifikasi yang mencakup kebun dan pabrik kelapa sawit, petani kerja sama (associated

smallholder)/petani kemitraan, petani swadaya berkelompok dan outgrower

Kebun / Estate

Non – Estate

1

Estate + Pabrik

Kelapa Sawit

Petani kemitraan

Petani swadaya

Outgrower

2

Estate + Pabrik

Kelapa Sawit

Petani kemitraan

Petani swadaya

3

Estate + Pabrik

Kelapa Sawit

Petani kemitraan

Outgrower

4

Estate + Pabrik

Kelapa Sawit

Petani kemitraan

5

Estate + Pabrik

Kelapa Sawit

Petani swadaya

Outgrower

6

Estate + Pabrik

Kelapa Sawit

Petani swadaya

7

Estate + Pabrik

Kelapa Sawit

Outgrower

8

Estate + Pabrik

Kelapa Sawit

9

Petani kemitraan

Petani swadaya

Outgrower

10

Petani kemitraan

Petani swadaya

11

Petani kemitraan

Outgrower

12

Petani kemitraan

13

Petani swadaya

Outgrower

14

Petani swadaya

15

Outgrower

Di beberapa negara, petani kerja sama (associated smallholder)/petani kemitraan, petani swadaya

dan outgrower dapat muncul tercampur (kombinasi) dengan Pabrik Kelapa Sawit Mandiri (Tabel 2).

Tabel 2: Calon skenario sertifikasi potensial mencakup petani swadaya, petani kerja sama (associated smallholder) /petani kemitraan, petani swadaya berkelompok dan outgrower

Non – Estate

16

Pabrik Kelapa

Sawit Mandiri

Petani kerja sama/kemitraan

Petani swadaya

Outgrower

17

Pabrik Kelapa

Sawit Mandiri

Petani kerja sama/kemitraan

Petani swadaya

18

Pabrik Kelapa

Sawit Mandiri

Petani kerja sama/kemitraan

Outgrower

19

Pabrik Kelapa

(8)

20

Pabrik Kelapa

Sawit Mandiri

Petani swadaya

Outgrower

21

Pabrik Kelapa

Sawit Mandiri

Petani swadaya

22

Pabrik Kelapa

Sawit Mandiri

Outgrower

Oleh karena itu, terdapat 22 skenario untuk menerapkan persyaratan sistem dan panduan RSPO

untuk sertifikasi kelompok produksi TBS, bahkan lebih. Namun demikian, disadari bahwa beberapa

skenario sangat kecil kemungkinannya untuk bisa diterapkan atau hanya mungkin diterapkan pada

situasi atau kondisi geografis yang unik.

1.3.2. Model Rantai Suplai yang berlaku

Ada empat pilihan dalam rantai suplai, yaitu Penjagaan Identitas (Identity Preserved), Segregasi,

Keseimbangan Massa (Mass Balance) dan Pesanan & Klaim (Book & Claim) seperti yang ditawarkan

oleh GreenPalm.

(Catatan: TBS bersertifikat saat ini hanya bisa diperdagangkan mengikuti sistem Pesanan & Klaim

(Book & Claim). Saat ini sedang diusahakan dimasukkannya opsi TBS bersertifikat dalam rantai suplai

fisik).

1.3.3. Kapan Dokumen Ini Digunakan

Jika Minyak Sawit Mentah (Crude Palm Oil/“CPO”) akan disertifikasi pada pabrik kelapa sawit tanpa

melibatkan petani kerja sama (associated smallholder)/petani kemitraan, petani swadaya atau

kelompok outgrower, maka cukup menggunakan panduan dalam P&C RSPO 2013 (lihat bagian A

pada Tabel 3 di bawah).

Jika CPO yang akan disertifikasi berasal dari gabungan antara estate dan petani kerja sama

(associated smallholder)/petani kemitraan, petani swadaya dan kelompok outgrower (lihat bagian B

pada Tabel 3 di bawah ini), maka pilihan berikut dapat dilakukan:

• secara seragam menerapkan panduan dalam P&C RSPO 2013 untuk 100% TBS; atau

• menerapkan panduan P&C RSPO 2013 untuk Perkebunan dan Pabrik Kelapa Sawit dan

menerapkan panduan dalam dokumen ini untuk TBS yang bukan berasal dari perkebunan,

akan tetapi kemudian menghubungkan semua TBS melalui Standar Sertifikasi Rantai Suplai

RSPO 2011.

Jika hanya TBS yang disertifikasi, yaitu tanpa adanya pabrik kelapa sawit atau perkebunan, maka

semua panduan yang diperlukan ada dalam dokumen ini (lihat C pada Tabel 3 di bawah).

Skenario yang tidak mungkin terjadi dalam menyertifikasi hanya CPO dari pabrik dan perkebunan

kelapa sawit dan secara terpisah menyertifikasi TBS dari sumber-sumber non-estate (lihat bagian D

pada Tabel 3 di bawah) menggunakan panduan dari P&C RSPO 2013 untuk sertifikasi CPO dan

dokumen ini untuk sertifikasi TBS, akan tetapi ini memerlukan operasi dua rantai suplai yang

terpisah.

(9)

Tabel 3: Ulasan terhadap Opsi-Opsi dan Panduan Sertifikasi

Tujuan Sertifikasi

Panduan

Situasi (dari

Tabel 1 dan 2)

Pilihan Rantai Suplai

yang tersedia

A

Untuk sertifikasi CPO saja

(Pabrik Kelapa Sawit +

Estate)

Terapkan panduan P&C RSPO

2013

Hanya situasi 8

Fisik - Identity

Preserved, Segregasi

atau Keseimbangan

Massa

Virtual - Sistem

Pesanan & Klaim (Book

& Claim)

B

Untuk sertifikasi CPO

(Estate + Pabrik dan

non-estate)

Terapkan panduan P&C RSPO

2013 secara seragam terhadap

semua estate yang ada, pabrik

kelapa sawit, pekebun kecil

dan outgrower.

Atau

Terapkan panduan P&C RSPO

2013 terhadap semua estate

dan pabrik kelapa sawit yang

ada, dan terapkan dokumen

ini terhadap TBS non-estate

yang masuk ke pabrik kelapa

sawit.

Hubungkan semua TBS melalui

Standar Sertifikasi Rantai

Suplai RSPO (Dokumen Akhir

sebagaimana Disetujui oleh

Badan Eksekutif RSPO tanggal

25 November 2011).

Situasi 1-8 dan

16 - 22.

Fisik - Identity

Preserved, Segregasi

atau Keseimbangan

Massa

Virtual - Sistem

Pesanan & Klaim (Book

& Claim)

C

Untuk sertifikasi FFB saja

(Situasi non-estate)

Terapkan panduan dalam

dokumen ini.

Situasi 9-15

Virtual - Sistem

Pesanan & Klaim (Book

& Claim)

Saat ini TBS

bersertifikat hanya

bisa diperdagangkan

mengikuti sistem

Pesanan & Klaim (Book

& Claim). Saat ini

sedang diusahakan

untuk memasukkan

opsi TBS bersertifikat

berdasarkan rantai

suplai fisik.

D

Untuk sertifikasi CPO dan

FFB yang terpisah

(kombinasi Estate + Pabrik

Kelapa Sawit dan

non-estate atau dalam hal

adanya pabrik kelapa sawit

mandiri dan non-estate)

Terapkan panduan P&C RSPO

2013 terhadap estate

dan/atau Pabrik Kelapa Sawit

untuk CPO.

Terapkan panduan dalam

dokumen ini untuk TBS dari

Situasi 1-8 dan

16 – 22 di

mana rantai

suplainya

terpisah.

Untuk CPO fisik

- Identity Preserved,

Segregasi atau

Keseimbangan Massa

Virtual - Sistem

Pesanan & Klaim (Book

(10)

sumber non-estate.

Jangan gabungkan rantai

suplai.

& Claim)

Untuk FFB

Virtual - Sistem

Pesanan & Klaim (Book

& Claim)

1.4

Istilah-istilah dan definisi

1.4.1 Definisi Petani Sawit (smallholder) dan outgrower

Interpretasi Nasional (“IN”), Interpretasi Lokal dan IN Negara Produsen Kecil (sesuai Lampiran 1 dan

1A Sistem Sertifikasi RSPO) akan menentukan bagaimana dokumen ini dapat diterapkan pada petani

swadaya, petani kerja sama (associated smallholder) dan petani kemitraan, serta pada outgrower di

lokasi masing-masing. Definisi umum di bawah ini dapat digunakan sebagai panduan.

Sebagai bagian dari proses IN (termasuk di dalamnya Interpretasi Lokal dan IN Negara Produsen

Kecil), maka definisi kerjanya perlu diatur. Jika diperlukan, petani sawit (smallholder) dapat dibagi

menjadi petani swadaya (independent smallholder), petani kemitraan (scheme smallholder),

atau_petani kerja sama (associated smallholder). Proses IN juga perlu menentukan suatu batas

maksimal jumlah petani sawit yang dapat bergabung dalam satu kelompok tunggal. Selain itu, proses

IN juga perlu menentukan batasan-batasan terkait apa yang disebut sebagai outgrower yang

memenuhi syarat untuk bisa dimasukkan ke dalam pengaturan/persyaratan Sistem Pengelolaan ini

beserta dokumen panduan RSPO untuk sertifikasi kelompok produksi TBS, yaitu melalui pengaturan

ambang batas maksimal luasan hektar, di mana jika batas tersebut dilewati maka panduan P&C RSPO

2013 harus diterapkan.

Jika IN tidak mengatur Outgrower, maka dokumen ini akan berlaku bagi Outgrower yang mengolah

kebun dengan luasan maksimum 500 hektar.

Untuk Outgrower yang mengolah lahan dengan luasan di atas 500 hektar, maka akan tunduk pada

P&C Produksi Minyak Sawit Berkelanjutan 2013.

Berikut ini adalah beberapa prinsip pemandu yang mungkin akan membantu mengatur dan

mendefinisikan sub kelompok yang ada dalam petani sawit (smallholder).

Outgrower

Petani yang penjualan TBS-nya dilakukan melalui kontrak eksklusif kepada

pekebun/pengusaha pabrik kelapa sawit. Outgrower bisa merupakan petani sawit.

Outgrower bisa merupakan satu ataupun kumpulan/beberapa outgrower.

Petani Sawit (smallholder)

(11)

keluarga, dan kebun merupakan sumber utama penghasilan mereka. Lahan yang ditanami

kelapa sawit umumnya kurang dari dari 50 hektar.

Adapun petani sawit yang tidak memiliki perjanjian yang mengikat dalam bentuk kontrak dengan

pabrik kelapa sawit mandiri adalah:

Petani Swadaya (independent smallholder)

Meski beragam, kondisi petani mandiri dicirikan oleh: kebebasan untuk menentukan

pemanfaatan lahan mereka sendiri, komoditas apa yang akan ditanam beserta

pengelolaannya. Pengaturan, pengelolaan dan pendanaannya dilakukan secara

mandiri dan tidak terikat kontrak dengan pabrik kelapa sawit tertentu. Akan tetapi

mereka dapat tergabung dalam asosiasi dan/atau menerima bantuan atau

penyuluhan dari dinas pemerintahan atau organisasi lain.

(catatan: dalam konteks petani swadaya, kontrak dengan pabrik kelapa sawit untuk

mengirimkan hasil panennya tidak dilihat sebagai perjanjian kontrak yang sepenuhnya terikat

dengan pabrik kelapa sawit melainkan hanya perjanjian bisnis semata, bukan perjanjian utang

piutang)

Petani Kerja Sama (Associated Smallholder, konsep di Papua Nugini)

Di Papua Nugini, petani kerja sama didefinisikan sebagai berikut:

Memiliki kesamaan karakteristik dengan produsen petani swadaya, seperti dalam hal

pemanfaatan lahan dan keputusan pengelolaan, akan tetapi berkaitan sangat dekat

dengan pabrik kelapa sawit ekstraksi tertentu untuk pemasaran dan layanan

tambahannya.

Sementara petani sawit yang memiliki perjanjian yang mengikat dalam bentuk kontrak dengan pabrik

kelapa sawit mandiri adalah:

Petani Kontrak (Contracted Smallholder) [juga sering disebut petani kerja sama (associated

smallholder)]

Walaupun juga sangat beragam, petani jenis ini dicirikan sebagai petani sawit yang

memiliki hubungan dengan pabrik kelapa sawit dengan suatu kontrak atau perjanjian

yang mengatur penjualan TBS-nya. Pabrik kelapa sawit dimaksud dapat menyediakan

beberapa layanan tambahan kepada para petani sawit jenis ini.

Petani kemitraan (scheme smallholder)

Meski juga sangat beragam, petani kemitraan dicirikan sebagai petani sawit yang

secara struktural terikat dengan kontrak, perjanjian utang/kredit atau perencanaan

dengan pabrik kelapa sawit tertentu,

dan tidak memiliki kebebasan memilih

(12)

1.4.2 Tinjauan Sistem Sertifikasi Kelompok

Beberapa pekebun kecil dapat memperoleh sertifikasi RSPO sebagai satu kelompok jika mereka

secara resmi mendaftar untuk bergabung dalam sebuah kelompok dan oleh Manajer Kelompok

dianggap telah memenuhi Standar RSPO yang relevan untuk Produksi Kelapa Sawit Berkelanjutan.

Hal ini berlaku juga untuk Outgrower sebagaimana diatur pada bagian 1.4.1 yang ingin menerapkan

Standar Kelompok.

Anggota kelompok resmi menjalankan kegiatan operasionalnya berdasarkan persyaratan kontrak

atau yang mengikat mereka dengan Manajer Kelompok yang mengatur rinci komitmen mereka

terhadap standar tersebut dan mengizinkan dilakukannya penilaian.

Suatu kelompok dapat dipertimbangkan mengikuti sertifikasi RSPO jika:

1. semua anggota resminya memenuhi Standar Produksi Kelapa Sawit Berkelanjutan RSPO yang

relevan; dan

2. Manajer kelompoknya memenuhi persyaratan yang diminta untuk sertifikasi kelompok

dalam dokumen ini.

Tinjauan diagram skematik untuk persyaratan sistem pengelolaan dan panduan RSPO untuk

sertifikasi kelompok produksi TBS disajikan pada Gambar 1.

Gambar1: Diagram skematik untuk Persyaratan Sistem Pengelolaan dan panduan RSPO untuk sertifikasi Kelompok produksi TBS

Badan sertifikasi akan mengkaji apakah mekanisme untuk memastikan kepatuhan semua anggota

kelompok resmi yang memiliki persyaratan kelompok sudah berjalan dengan baik dan efisien, ketika

dikelola oleh Manajer Kelompok. Pengkajian ini dilakukan dengan memverifikasi sistem

pengelolaannya (mencakup kebijakan, dokumentasi, prosedur dan proses terkait) terhadap P&C

RSPO 2013, termasuk di dalamnya melakukan kajian berdasarkan pengambilan sampel anggota

kelompok untuk menentukan konsistensi dalam pelaksanaan P&C RSPO (lihat bagian 1.4.7 untuk

pengambilan sampel).

Entitas Kelompok

Manajer Kelompok

Auditor Internal Pada audit internal melengkapi sistem kontrol internal

P&K RSPO 2013

Anggota Kelompok

Formal Anggota KelompokPotensial

Pada audit internal melengkapi sistem kontrol internal Keanggotaan PKS Konsumen cpo uang tbs uang Konsumen GreenPalm uang Rantai pasokan atau

Kemungkinan adalah orang yang sama

Rantai pasokan

Hanya pemeriksaan internal Pemeriksaan eksternal Pemeriksaan internal dan eksternal Proses audit internal

Audit eksternal memeriksa anggota grup terpilih

Pada audit internal melengkapi sistem kontrol internal

Rantai pasokan virtual Rantai Pasokan Fisik

(13)

1.4.3. Entitas Kelompok

Entitas Kelompok merupakan organisasi yang didirikan berdasarkan hukum sebagaimana diatur di

negara tempat organisasi tersebut didirikan, yang juga sekaligus merupakan anggota RSPO. Entitas

kelompok membentuk kelompok, di mana kelompok ini, sebagai contoh, dapat berbentuk

perorangan, pabrik kelapa sawit, perusahaan pengelola, koperasi, asosiasi pekebun kelapa sawit,

perserikatan, atau siapa pun yang hendak membentuk sebuah kelompok.

1.4.4. Keanggotaan Kelompok

Anggota kelompok adalah Pekebun Kecil Kelapa Sawit dan Outgrower (sebagaimana diatur

di bagian 1.4.1) yang secara tertulis setuju untuk mengikuti Peraturan Struktur Kelompok

berdasarkan panduan Entitas Manajemen Kelompok dan arahan Manajer Kelompok, sesuai

dengan Sistem Kontrol Internal (Internal Control System atau “ICS”) tertulis. Kelompok

dapat terdiri dari berapa pun anggota selama Manajer Kelompok dapat menunjukkan

kemampuan dan sumber daya yang mencukupi untuk mengelola kelompok tersebut, akan

tetapi tetap berada dalam koridor IN dan/atau Interpretasi Lokal dan batasan ukuran untuk

Outgrower.

1.4.5. Manajer Kelompok

Manajer kelompok ditunjuk oleh Entitas Kelompok dan bertanggung jawab untuk melakukan

pelatihan dan pengawasan terhadap semua anggota kelompok dan untuk memastikan bahwa

pengelolaan kelapa sawit anggota dilakukan sesuai dengan persyaratan P&C RSPO 2013 yang

disesuaikan dengan skala operasional di negara asalnya. Manajer Kelompok harus

mendokumentasikan dan menerapkan prosedur untuk menunjukkan kepatuhan terhadap

persyaratan P&C RSPO 2013. Manajer Kelompok mengajukan permohonan mendapatkan sertifikat

kepada Badan Sertifikasi yang terakreditasi ASI, dengan mewakili semua anggota kelompok. Badan

Sertifikasi melakukan audit Sistem Kontrol Internal (ICS) dan pengambilan sampel Anggota Kelompok

sesuai dengan persyaratan standar ini dan persyaratan dari:

Sistem Sertifikasi RSPO Dokumen Akhir disetujui oleh Badan Eksekutif RSPO pada tanggal 26 Juni

2007;

Persyaratan Akreditasi dan Sertifikasi RSPO untuk Sertifikasi Kelompok pada tanggal 26 Agustus

2010 dan revisi setelahnya; dan

Dokumen Akhir Sistem Sertifikasi Rantai Suplai RSPO yang disetujui Badan Eksekutif RSPO pada

tanggal 25 November 2011.

1.4.6. Sistem Manajemen (disesuaikan dari ISO 9000)

Seperangkat unsur yang saling berkaitan atau berhubungan dari suatu organisasi untuk

membuat kebijakan dan tujuan, serta proses untuk mencapai tujuan tersebut.

Catatan 1: Suatu sistem pengelolaan dapat mengatasi satu atau beberapa bidang, yaitu P&C

RSPO, Keselamatan, dan Lingkungan.

Catatan 2: Unsur-unsur sistem ini mencakup struktur organisasi, peran dan tanggung jawab,

perencanaan, operasional, dsb. (penanaman, pemanenan, penyemprotan, dan

pengangkutan).

Catatan 3: Ruang lingkup suatu sistem manajemen dapat mencakup keseluruhan organisasi,

fungsi dan bagian organisasi yang spesifik dan teridentifikasi, atau sekurangnya

satu fungsi lintas kelompok organisasi. Misalnya Sertifikasi Kelompok.

(14)

1.4.7. Sistem Kontrol Internal (ICS)

ICS adalah seperangkat prosedur dan proses terdokumentasi yang mendefinisikan cara kerja suatu

kelompok; memastikan pengelolaan catatan; mencatat audit internal anggota dan menjelaskan

kewajiban anggota dan staf ICS. ICS mengatur indikator yang dapat diterapkan bagi anggota dan cara

penanganan ketidakpatuhan terhadap indikator yang ada dengan mengacu pada serangkaian

prosedur dan tindakan. Sebagai tambahan, ICS menentukan metodologi untuk ukuran contoh pada

audit internal.

Dalam mengembangkan ICS, disarankan agar Manajer Kelompok melakukan manajemen risiko untuk

mengidentifikasi, mengkaji, mengevaluasi dan menangani risiko yang dapat mempercepat atau

memperlambat pencapaian tujuan seluruh P&C RSPO, sehingga tindakan penanganan risiko yang

relevan dapat dilakukan. Hal ini akan memastikan agar kelompok tersebut mematuhi persyaratan

P&C RSPO dan memenuhi keseluruhan tujuan RSPO. Harus dicatat bahwa risiko adalah ’efek dari

ketidakpastian terhadap tujuan’. Panduan lebih lanjut dapat diperoleh dari ISO 31000: 2009

Pengelolaan Risiko – Prinsip dan Petunjuk.

1.4.8. Audit Internal

Kunci ICS adalah kajian terhadap Anggota Kelompok mengenai kemampuan mereka memenuhi

standar P&C RSPO 2013.

Audit internal adalah proses yang sistemik dan terdokumentasi, dilakukan oleh auditor internal tanpa

memiliki hubungan dengan subyek audit (bersih dari konflik kepentingan), untuk menilai kinerja

anggota kelompok dan menentukan efektivitas Sistem ICS yang dijalankan Kelompok. Kajian contoh

harus selalu menyertakan wawancara anggota Kelompok yang lokasinya sedang dikaji.

Manajer Kelompok diharuskan untuk melakukan kajian risiko terhadap para anggota Kelompoknya.

Penilaian risiko membantu Manajer Kelompok mengidentifikasi intensitas pengambilan sampel yang

sesuai dari anggota kelompoknya untuk penilaian terhadap sertifikasi. Kajian risiko harus

mempertimbangkan keragaman anggota Kelompok (yaitu kisaran ukuran, struktur manajemen,

ragam lahan, dsb.) dan risiko apapun yang berhubungan dengan kegiatan yang sedang dilakukan

(contohnya seberapa banyak penanaman kembali atau perluasan yang dilakukan, berapa banyak

anggota yang baru dan, untuk kajian lanjutan, apakah ada catatan mengenai ketidakpatuhan).

Sebagai tambahan, kajian risiko harus mempertimbangkan risiko yang berhubungan dengan

kapasitas Manajer kelompok dalam melakukan tugasnya dengan baik (contohnya perubahan

manajemen, angka pergantian staf yang tinggi, atau jumlah staf yang sangat sedikit dibandingkan

dengan ukuran Kelompok yang dikelola). Semakin beragam suatu Kelompok dan semakin banyak

faktor risiko yang berkaitan dengan Kelompok atau Manajer Kelompok, maka risikonya semakin

tinggi, sehingga perlu menambah ukuran sampel.

Kelompok berisiko rendah adalah kelompok yang relatif homogen secara geografis maupun

sosio-ekonomi, dan kelompok yang sedang tidak melakukan kegiatan penanaman kembali, tidak memiliki

perluasan, tidak ada anggota baru, Kelompok dan Manajernya sudah terbentuk dengan baik dan,

untuk kajian lanjutan, tidak memiliki catatan ketidakpatuhan.

Sementara kelompok berisiko tinggi adalah kelompok yang sangat heterogen (terpisah secara

geografis, memiliki lahan yang sangat berbeda, tingkat pengalaman yang berbeda dalam budi daya

(15)

anggota, dsb.), terdapat perluasan atau penanaman kembali yang baru dilakukan, dan/atau

manajemen Kelompok baru mengalami perubahan

.

Adapun kelompok berisiko sedang adalah kelompok yang sebagian homogen namun tidak seragam.

Tidak ada kegiatan penanaman kembali dan/atau perluasan, akan tetapi manajemen Kelompok

memiliki catatan adanya ketidakpatuhan.

Panduannya adalah, ‘tingkat risiko’ harus ditetapkan pada Tingkat 1 – risiko rendah, Tingkat 2 – risiko

sedang, Tingkat 3 - risiko tinggi. Ukuran contoh harus ditentukan oleh rumus (0.8√y) x (z), di mana z

adalah pengganda yang ditetapkan oleh kajian risiko. Pengganda ditetapkan sebagai berikut: Risiko

rendah = pengganda 1, risiko sedang = pengganda 1.2, risiko tinggi = pengganda 1.4 (lihat Tabel 4).

Tabel 4: Contoh ukuran pengambilan sampel untuk anggota kelompok dalam kajian internal

Jumlah anggota

kelompok

= y

Minimum

= 0.8√y

Tingkat 1 – Risiko

rendah

= (0.8√y) x (1)

Tingkat 2 – Risiko

sedang

= (0.8√y) x (1.2)

Tingkat 3 – Risiko

tinggi

= (0.8√y) x (1.4)

6

2

2

3

3

14

3

3

4

5

25

4

4

4

6

39

5

5

6

7

56

6

6

7

8

75

7

7

8

10

100

8

8

10

11

500

18

18

21

25

1000

26

26

30

35

2500

40

40

48

56

3600

48

48

58

67

Catatan: Ukuran sampel selalu dibulatkan ke atas (misal: 2,4 dibulatkan menjadi 3). Pembulatan

dilakukan pada tahap akhir perhitungan.

Contoh skenario:

Contoh 1

Suatu kelompok terdiri dari 100 anggota:

Para anggota Kelompok tersebut telah bersama-sama selama 10 tahun di bawah satu orang Manajer

Kelompok yang sama. Adapun semua lahan pertanian mereka mempunyai ukuran yang sama dan

terletak di lembah yang sama dengan bentuk lahan datar. Semua pohon kelapa sawit berumur antara

6 hingga 15 tahun dan tidak ada anggota kelompok yang memiliki pinjaman atau utang, dan semua

lahan berada dalam sistem kepemilikan berdasarkan garis ibu (matriarkis). Hal ini mencerminkan

kondisi berisiko rendah di mana semuanya memiliki faktor risiko sebesar 1. Oleh karena itu, jumlah

anggota kelompok yang diambil sebagai sampel adalah 8 dari 100 anggota.

Contoh 2

Suatu kelompok terdiri dari 100 anggota:

Para anggota Kelompok tersebut telah bersama-sama selama 10 tahun di bawah satu orang Manajer

Kelompok yang sama. Adapun semua lahan pertanian mereka mempunyai ukuran yang sama dan

terletak di lembah yang sama dengan bentuk lahan datar. Sebanyak 80 anggotanya memiliki sawit

berumur antara 6 dan 15 tahun, namun 20 anggota sisanya sedang melakukan penanaman kembali.

Tidak ada anggota kelompok yang mempunyai pinjaman atau utang, dan semua lahan berada dalam

sistem kepemilikan berdasarkan garis ibu (matriarkis). Hal ini mencerminkan kondisi berisiko rendah

untuk 80 anggota kelompok yang memiliki sawit berumur antara 6 dan 15 tahun (faktor risiko

(16)

sebesar 1, sehingga tingkat pengambilan sampel adalah 7 dari 80 anggota kelompok). Kondisi

berisiko tinggi dihadapi oleh 20 anggota lainnya yang tengah melakukan penanaman kembali (faktor

risiko 3, sehingga tingkat pengambilan sampelnya adalah 5 dari 20 anggota kelompok yang berasal

dari sub kelompok yang melakukan penanaman kembali berisiko tinggi).

Contoh 3

Suatu kelompok terdiri dari 100 anggota:

Para anggota Kelompok tersebut telah bersama-sama selama 10 tahun di bawah satu orang Manajer

Kelompok yang sama. Adapun semua lahan pertanian mereka mempunyai ukuran yang sama dan

terletak di lembah yang sama dengan bentuk lahan datar. Sebanyak 80 dari anggotanya memiliki

sawit berumur antara 6 dan 15 tahun, sementara 20 anggota baru saja bergabung. Tidak ada anggota

kelompok yang mempunyai pinjaman atau utang, dan semua lahan berada dalam sistem kepemilikan

berdasarkan garis ibu (matriarkis). Dari 80 anggota yang memiliki pohon kelapa sawit berumur antara

6 dan 15 tahun, 40 di antaranya memiliki catatan ketidakpatuhan. Hal ini mencerminkan situasi risiko

rendah untuk 40 anggota yang tidak memiliki catatan ketidakpatuhan (faktor risiko sebesar 1 dan

tingkat pengambilan sampel 5 dari 40). Sementara risiko sedang adalah untuk 40 anggota lain yang

memiliki catatan ketidakpatuhan dan memiliki faktor risiko 2, sehingga tingkat pengambilan

sampelnya adalah 6 dari 40 anggota. Terdapat kondisi risiko tinggi terhadap 20 anggota yang baru

bergabung ( faktor risiko sebesar 3), sehingga memiliki tingkat pengambilan sampel 5 dari 20 anggota

yang berasal dari sub kelompok ini.

1.4.9. Unit Sertifikasi

Manajer Kelompok dan 100% anggota Kelompok.

1.4.10. Akreditasi dan Sertifikasi

Prosedur Sertifikasi Kelompok RSPO yang disarankan pada dasarnya sesuai dengan persyaratan

proses akreditasi dan sertifikasi yang ada pada Sistem Sertifikasi RSPO 2007 dan revisi lanjutannya.

Namun demikian, perbedaan berikut perlu dipertimbangkan oleh badan sertifikasi dan badan

akreditasi:

• Sertifikat kepatuhan RSPO diberikan pada Entitas Kelompok.

• Pedagang TBS yang menangani TBS antara anggota kelompok dan pabrik kelapa sawit

haruslah disertifikasi secara mandiri untuk Standar Sertifikasi Rantai Suplai RSPO, atau jika

tidak harus merupakan bagian dari struktur Kelompok dengan rantai sistem penjagaan yang

berada di bawah kontrol manajer Kelompok sesuai dengan bagian-bagian yang dapat

diterapkan dari Standar Rantai Suplai RSPO untuk model rantai suplai IP, SG dan/atau MB.

• Aturan sertifikasi sebagian tidak berlaku untuk suatu Kelompok.

• Pengumpulan informasi dan audit anggota Kelompok harus mempertimbangkan variabel

signifikan dalam perbedaan skala dan budaya untuk penanaman sawit yang ditemukan di

dunia internasional dalam hal penanaman kelapa sawit.

1.4.11. Sertifikasi Kelompok

Keberhasilan sertifikasi RSPO pada Kelompok memerlukan sistem manajemen Kelompok yang diaudit

oleh badan sertifikasi yang terakreditasi RSPO. Contoh yang mewakili anggota kelompok dimasukkan

ke dalam audit untuk menentukan, apakah sistem manajemen yang diterapkan sudah sesuai dengan

persyaratan RSPO untuk sertifikasi Kelompok.

(17)

Sertifikat Kepatuhan RSPO diberikan kepada Kelompok secara keseluruhan di mana para pekebun

perorangan dicantumkan dalam daftar yang ada di bagian lampiran, bersama-sama dengan ukuran

lahan yang dikelola, tanggal bergabung dengan kelompok dan tanggal keluar dari kelompok (jika

ada). Hal ini memungkinkan anggota Kelompok untuk menjual TBS-nya yang bersertifikat RSPO

secara kolektif kepada pabrik kelapa sawit, atau mereka dapat menjual sertifikat yang setara dengan

jumlah ekuivalen Minyak Sawit Berkelanjutan yang Bersertifikat (Certified Sustainable Palm Oil atau

CSPO) yang dapat dihasilkan dari produksi TBS (berdasarkan laju ekstraksi minyak tetap dan

perkiraan) melalui sistem

Pesanan & Klaim (Book & Claim)

(GreenPalm). Semua perubahan pada jumlah

keanggotaan, hektaran atau jumlah volume TBS dapat disesuaikan pada audit pengawasan

berikutnya.

Menjual Penjualan produk bersertifikat GreenPalm membuat TBS tidak dapat dijual sebagai TBS

bersertifikat RSPO dan karenanya mengurangi jumlah CSPO aktual yang memasuki model rantai

suplai Identity Preserved (IP), Segregasi (SG) atau Keseimbangan Massa (MB), akan tetapi memiliki

keuntungan dengan memberikan keuntungan finansial langsung kepada kelompok secara

keseluruhan jika permintaan pasar untuk TBS bersertifikat RSPO tidak mencukupi atau tidak adanya

pabrik kelapa sawit bersertifikat RSPO di sekitar mereka. Tentu saja ada pilihan untuk menjual TBS

terlebih dahulu kepada pabrik kelapa sawit bersertifikat yang akan memasukkannya ke dalam rantai

suplai mereka.

1.4.12. Sertifikat Kepatuhan RSPO

Kelompok akan diberikan satu sertifikat saja (tunggal). Jumlah sertifikat dibagi oleh semua anggota

Kelompok, di mana tiap anggota memiliki kode identifikasi yang unik mengikuti nomor sertifikat

Kelompok.

1.5

Panduan yang Diperlukan

Dokumen ini memberikan panduan untuk:

1. Mendirikan dan mengelola Kelompok pekebun kecil yang secara kolektif ingin menyertifikasi

Tandan Buah Segar (TBS) mereka.

2. Menjalankan P&C RSPO 2013 dalam skema sertifikasi Kelompok.

Ini berlaku bagi semua pekebun kecil dan dapat diterapkan juga untuk petani swadaya, kerja sama

dan petani kemitraan serta outgrower yang ingin menyertifikasi produksi TBS mereka secara

gabungan.

1.6

Dokumen Pengganti

Dokumen ini menggantikan keberlakuan dokumen-dokumen sebagai berikut:

1) P&C RSPO untuk Produksi Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan – Panduan untuk Petani

kemitraan: Disiapkan oleh Kelompok Kerja Petani Sawit tanggal 2 Juli 2009;

(18)

2) P&C RSPO untuk Panduan Produksi Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan untuk Petani Plasma

di bawah Sertifikasi Kelompok yang disiapkan oleh Kelompok Kerja Petani Sawit tanggal 19

Juni 2010;

3) Sistem Sertifikasi RSPO

(

disetujui oleh Badan Eksekutif tanggal 30 Agustus 2011 tentang

Prosedur Hasil Revisi untuk Persetujuan Kriteria Generik Internasional sebagai Interpretasi

Nasional di negara produsen kecil) (Lampiran 1A); dan

4) P&C RSPO untuk Produksi Minyak Kelapa Sawit Berkelanjutan Panduan, Rancangan Panduan

Interim Ke-3 mengenai Petani Sawit: Disusun untuk Gugus Tugas Petani Sawit bulan

September 2008.

1.7

Bahan-Bahan Acuan

1) Ulasan Panduan RSPO untuk Petani Sawit: Ulasan Dokumen terhadap Draf Panduan Generik

dan Interpretasi Nasional – Laporan Akhir 15 April 2009 (ProForest).

2) Standar RSPO untuk Sertifikasi Kelompok (versi Akhir) – disetujui bulan Juli 2010 (Perubahan

bulan April 2013).

3) Sistem Sertifikasi RSPO; dokumen versi Akhir yang disetujui oleh Badan Eksekutif RSPO

tanggal 26 Juni 2007 (disetujui oleh Badan Eksekutif pada tanggal 30 Agustus 2011 mengenai

Prosedur Hasil Revisi untuk Pengesahan Kriteria Generik Internasional sebagai Interpretasi

Nasional di Negara Produsen Kecil (Lampiran 1A).

4) Petani Sawit Mandiri dan sistem-sistem suplai RSPO yang berbeda; apa yang perlu diubah? [28

Maret 2012 (AidEnvironment)] .

1.8 Jadwal Pemberlakuan

Dokumen ini diberlakukan pada tanggal XX 2014 (tanggal yang diharapkan untuk

pengesahan dari Dewan Gubernur RSPO). Kemudian semua Interpretasi Nasional (IN) akan

dipenuhi dalam waktu 12 bulan. Semua panduan petani swadaya yang telah ada

sebelumnya akan tetap berlaku hingga tanggal XX 2015.

Bagian 2. Persyaratan Sertifikasi Kelompok

Unsur-unsur berikut ini menjelaskan persyaratan-persyaratan untuk Sistem Sertifikasi Kelompok.

Unsur 1:

Entitas Kelompok dan Persyaratan Pengelolaan Kelompok

Unsur 2:

Sistem Kontrol Internal - Kebijakan dan Pengelolaan

Unsur 3:

Sistem Kontrol Internal (ICS) – Kegiatan Operasional

Unsur 4:

Pengelolaan Kelompok untuk Penanaman Baru

(19)

2.1. Unsur 1 (U1): Entitas Kelompok dan Persyaratan Pengelolaan Kelompok

U1.1 Entitas Kelompok harus dibentuk sesuai ketentuan hukum yang berlaku

U1.1.1 Harus ada dokumen yang membuktikan bahwa Entitas dimaksud memiliki

identitas jelas dan sesuai hukum yang berlaku

Entitas kelompok harus:

• merupakan organisasi yang dibentuk sesuai hukum yang berlaku sebagaimana

diatur dalam pendaftaran di negara yang bersangkutan;

• merupakan anggota RSPO;

• menunjuk satu Manajer Kelompok;

• menentukan sifat dan struktur administrasi pusatnya.

Panduan:

Harus ada dokumen yang membuktikan bahwa para anggota Kelompok telah secara

formal bergabung dengan Kelompok tersebut (RSPO P&C 2013 ref 1.2). Anggota

formal dimaksud harus sudah menandatangani perjanjian dengan Manajer Kelompok

dengan berkomitmen mematuhi standar RSPO untuk produksi kelapa sawit yang

berkelanjutan. Manajer Kelompok dan masing-masing anggota akan menyimpan

salinan perjanjian dimaksud. Salinan ini harus dipegang oleh Manajer Kelompok

sekurangnya 5 tahun.

U1.1.2 Dokumen yang menunjukkan kepemilikan atau penyewaan yang sah sesuai hukum

yang berlaku, sejarah penguasaan lahan, dan pemanfaatan lahan yang sebenarnya

sesuai hukum harus sudah ada sebelum bergabung dengan Kelompok yang

bersangkutan

(Indikator 2.2.1 P&C RSPO 2013).

U1.1.3 Entitas Kelompok harus memiliki kontrak dengan badan sertifikasi berakreditasi

ASI untuk melaksanakan Audit P&C RSPO jika pihaknya telah siap.

Panduan:

ASI mempublikasikan daftar badan-badan sertifikasi berakreditasi RSPO di laman

situsnya.

U1.1.4 Entitas Kelompok harus memiliki persyaratan keanggotaan dalam bentuk tertulis

untuk keikutsertaan para anggota individual di dalam kelompok di mana hal ini

juga mencakup keanggotaan baru.

U1.1.5 Harus ada bukti bahwa sifat dan struktur administrasi pusat Kelompok telah

disampaikan oleh Manajer Kelompok kepada semua anggota Kelompok dengan

sebagaimana mestinya.

(20)

U1.2 Kelompok harus dikelola oleh satu Manajer Kelompok

U1.2.1 Manajer Kelompok yang ditunjuk dapat merupakan suatu entitas berdasarkan

hukum yang memiliki identifikasi jelas atau dapat pula perseorangan yang

bertindak sebagai suatu entitas berdasarkan hukum.

Panduan:

Manajer Kelompok bertanggung jawab atas dipastikannya kepatuhan Kelompok

terhadap standar ini serta bertanggung jawab atas persiapan dan pelaksanaan

Sistem Kontrol Internal.

Jika Manajer Kelompok bukan merupakan perseorangan, maka harus ada

penjelasan mengenai struktur secara umum dari Manajer Kelompok yang

bersangkutan, dengan merinci kedudukan dan tanggung jawab semua

personil yang diidentifikasi dengan jelas.

Manajer Kelompok dan/atau para personilnya tidak boleh memiliki konflik

kepentingan apapun yang dapat mempengaruhi kinerjanya.

U1.2.2 Manajer Kelompok harus mampu menunjukkan sumber daya dan kapasitas yang

cukup sebagaimana dibutuhkan untuk mengelola sertifikasi Kelompok dan

penilaian kinerja berdasarkan Standar ini.

Panduan:

Manajer Kelompok bertanggung jawab untuk memastikan bahwa semua anggota

Kelompoknya sudah mematuhi standar ini beserta Persyaratan RSPO untuk Sertifikasi

Kelompok.

Manajer Kelompok harus memiliki kapasitas untuk mengendalikan, memonitor dan

mengevaluasi semua anggota terkait dengan kepatuhan mereka terhadap standar

RSPO ini, termasuk di dalamnya berkomunikasi dengan para anggota tersebut serta

datang ke tempat mereka sesering yang diatur.

Manajer Kelompok secara khusus harus mampu menunjukkan kemampuan dalam:

mengelola Prosedur dan Dokumentasi Kelompok, yang dikenal sebagai

Sistem Kontrol Internal (ICS);

memiliki kewenangan penuh dalam mengelola Kelompok sebagaimana

diarahkan oleh entitas Kelompok;

memiliki tanggung jawab untuk merumuskan persyaratan keanggotaan

Kelompok;

memiliki tanggung jawab untuk memastikan dilaksanakannya semua

persyaratan yang menjadi dasar sertifikasi, termasuk segala tindakan

perbaikan yang diajukan oleh badan sertifikasi, dengan sepenuhnya;

(21)

menunjukkan kecukupan sumber daya yang ada (yaitu sumber daya

manusia, keuangan, fisik dan lainnya yang relevan) agar pengelolaan

Kelompok secara teknis dan administratif dapat berjalan efektif dan tidak

memihak.

Catatan:

Jumlah maksimal anggota yang dapat didukung oleh sistem pengelolaan, sumber daya manusia dan kapasitas teknis Manajer Kelompok akan dinyatakan, dan mungkin juga dibatasi oleh proses Interpretasi Nasional (IN), dan dalam hal ukuran hektaran Outgrower.

U1.2.3 Manajer Kelompok dan para personilnya harus mampu berkomunikasi

menggunakan bahasa setempat atau dalam bahasa yang dapat dipahami pekerja

(baik dalam bentuk lisan maupun tertulis).

(Indikator 2.3.3 P&C RSPO 2013)

U1.2.4 Manajer Kelompok dan/atau para personilnya harus mampu menunjukkan

kemampuannya dalam:

• persyaratan produksi kelapa sawit untuk pekebun kecil;

• P&C RSPO untuk Produksi Kelapa Sawit Berkelanjutan;

• Standar Sertifikasi Kelompok dalam P&C RSPO;

• Standar RSPO untuk Sertifikasi Rantai Suplai;

• prosedur dan kebijakan internal kelompok.

U1.3 Kelompok harus memiliki rencana kelola usaha Kelompok

U1.3.1 Rencana kelola usaha Kelompok harus dibuat untuk sekurangnya 3 tahun dan

harus diperbaharui setiap tahunnya.

Rencana dimaksud harus mencakup sebagai berikut.

• Rencana penanaman baru (lihat Kriteria 2.2).

• Rencana penanaman kembali untuk sekurangnya 5 tahun atau lebih lama jika

diperlukan untuk mengatur pengelolaan tanah rapuh

(Kriteria 4.3 RSPO 2013)

.

Harus ada bukti telaah tahunan terhadap rencana ini.

• Produksi TBS. Perhatikan untuk bahan tanam yang berkualitas, penggunaan

praktik pertanian terbaik, optimalisasi hasil panen.

• Perubahan dalam keanggotaan.

• Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

(Kriteria 4.7 P&C RSPO 2013)

.

• Rencana aksi untuk peningkatan berkelanjutan

(Prinsip 8 P&C RSPO 2013)

.

Mencakup, akan tetapi tidak terbatas pada, hal-hal berikut.

Pengurangan dalam penggunaan pestisida

(Kriteria 4.6 P&C RSPO

2013).

Dampak lingkungan

(Kriteria 4.3, 5.1 dan 5.2 P&C RSPO 2013)

.

Pengurangan Limbah

(Kriteria 5.3 RSPO P&C 2013)

.

Polusi dan emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

(Kriteria 5.6 dan 7.8 P&C RSPO

2013)

.

Dampak sosial

(Kriteria 6.1 P&C RSPO 2013)

.

Optimalisasi panen TBS.

(22)

Panduan:

Manajer Kelompok bertanggung jawab untuk memastikan dipertimbangkannya

hal-hal berikut ini dan untuk memutuskan apakah perlu dimasukkan dalam Rencana

Pengembangan Usaha Kelompok.

Kontribusi pada pembangunan setempat yang berdasarkan atas hasil konsultasi

dengan masyarakat setempat harus ditunjukkan. Kontribusi pada pembangunan

setempat harus dilakukan berdasarkan hasil konsultasi dengan masyarakat

setempat. Lihat Kriteria 6.2. Konsultasi demikian harus didasarkan atas

prinsip-prinsip transparansi, keterbukaan dan partisipasi, serta harus mendorong

masyarakat untuk dapat mengidentifikasi prioritas dan kebutuhannya sendiri,

termasuk perbedaan kebutuhan antara laki-laki dan perempuan

(Kriteria 6.11.1 P&C

RSPO 2013)

.

Jika terdapat petani plasma, maka harus ada bukti telah dialokasikannya upaya

dan/atau sumber daya yang ada untuk meningkatkan produktivitas para petani

tersebut

(Kriteria 6.11.1 P&C RSPO 2013)

.

2.2. Unsur 2 (U2): Sistem Kontrol Internal (ICS) – Kebijakan dan Pengelolaan

U2.1 Sistem Kontrol Internal Kelompok harus berisi kebijakan dan prosedur yang

terdokumentasikan yang mengatur pengelolaan operasional

U2.1.1 Kebijakan yang ada harus didokumentasikan, dikomunikasikan dan dilaksanakan

secara efektif untuk mengatur hal-hal berikut.

(a) Kode Etik.

(b) Keselamatan.

(c) Keberlanjutan dan/atau Lingkungan.

(d) Buruh atau Hubungan Kerja (hak asasi manusia, kerja paksa, pekerja anak,

jam kerja, pelecehan, diskriminasi, kebebasan berserikat).

(e) Pelecehan dan tindak kekerasan dalam bentuk seksual dan segala bentuk

lainnya.

Ini sekurangnya harus berisikan suatu kebijakan tunggal atau serangkaian kebijakan

terpisah sebagai berikut.

i.

Penjabaran dan penegasan pada kode etik dan integritas di semua kegiatan

operasional dan transaksi

(Indikator 1.3.1 P&C RSPO 2013).

ii. Kebijakan untuk kesempatan yang sama, termasuk di dalamnya identifikasi

kelompok-kelompok yang terkait/terdampak di lingkungan sekitar

(Indikator

6.8.1 P&C RSPO 2013)

. Jika calon pekerja memiliki kualitas yang sama, maka

yang harus selalu diberikan prioritas adalah warga masyarakat setempat.

Diskriminasi dalam arti yang positif tidak akan dianggap bertentangan dengan

(23)

iii. Pencegahan terjadinya pelecehan dan kekerasan dalam bentuk seksual dan

segala bentuk lainnya.

(Indikator 6.9.1 P&C RSPO 2013)

.

iv.

Perlindungan terhadap hak-hak reproduksi semua orang, khususnya

perempuan

(Indikator 6.9.2 P&C RSPO 2013).

v. Penghargaan terhadap hak asasi manusia (lihat Kriteria 1.2 dan 2.1)

(Indikator

6.13.2 P&C RSPO 2013)

.

vi. Kebijakan untuk menangani pekerja anak

(Kriteria 6.7 P&C RSPO 2013)

.

vii. Kebijakan untuk menangani kerja paksa dan perdagangan manusia

(Kriteria

6.12 P&C RSPO 2013)

.

Panduan:

Jika terdapat hubungan kerja dengan pekerja temporer atau migran, maka harus

dibuat kebijakan pekerjaan secara khusus beserta prosedur terkait untuk

dilaksanakan dan dimonitor untuk memastikan dipahaminya kebijakan dan prosedur

tersebut (Kriteria 6.12.3 P&C RSPO 2013).

U2.1.2 Sistem Kontrol Internal (ICS) harus mencakup Prosedur untuk pengambilan keputusan

dan harus menjelaskan tanggung jawab yang ada dalam kelompok yang

bersangkutan.

Manajer Kelompok harus menunjukkan kemampuannya dalam mengelola Kelompok

secara sistematis dan efektif dengan:

i. mengidentifikasi area geografis yang akan ditangani oleh Kelompok;

ii. mempersiapkan, mengelola dan mendokumentasikan struktur manajemen

Kelompok;

iii. mengidentifikasi jelas tanggung jawab semua orang yang dipekerjakan oleh

Manajer Kelompok dalam rangka menjalankan Kelompok;

iv. mempersiapkan dan mengelola aturan Kelompok, termasuk di dalamnya

kriteria untuk keanggotaan;

v. menyediakan dokumentasi pembayaran upah dan kondisi hubungan kerja

bagi semua karyawan dan subkontraktor (contohnya jam kerja, potongan,

lembur, sakit, pemberian libur, cuti melahirkan, alasan-alasan pemecatan,

periode pemberitahuan sebelum pemutusan hubungan kerja, dsb.) (Indikator

6.5.1 dan 6.5.2 P&C RSPO 2013).

vi. mengakui hak-hak karyawan, termasuk di dalamnya para pekerja migran dan

transmigran, serta pekerja kontrak untuk mendirikan serikat kerja dan

melakukan negosiasi kolektif dengan pihak pemberi kerjanya, di mana hal ini

harus dihormati sesuai dengan ketentuan Konvensi 87 dan 98 dari Organisasi

Buruh Internasional (ILO)

(Kriteria 6.6 RSPO P&C 2013)

.

U2.1.3 Sistem Kontrol Internal (ICS) Kelompok harus berisi Prosedur untuk mengelola

catatan-catatan untuk semua anggota Kelompok.

Manajer Kelompok harus melaksanakan suatu sistem untuk mengelola

catatan-catatan dan laporan berikut ini.

(24)

i. Daftar nama, alamat dan detail kontak serta cara yang dapat dilakukan untuk

berkomunikasi.

ii. Peta lokasi. Area tanaman kelapa sawit dalam hektaran.

iii. Hak atas tanah/hak pemanfaatan.

iv. Salinan deklarasi anggota yang telah ditandatangani.

v. Detail kontak secara penuh.

vi. Tanggal keanggotaan.

vii. Sub kode yang diberikan untuk mengikuti nomor sertifikat.

viii. Tanggal penandatanganan deklarasi oleh anggota sebagaimana dinyatakan

dalam Persyaratan Keanggotaan Kelompok.

ix. Tanggal keluar dari Kelompok jika ada, beserta alasannya.

x. Produksi TBS hasil perkiraan dan yang aktual dalam satuan metrik ton per

tahun.

xi. Catatan monitoring dan pelatihan.

xii. Segala tindakan korektif yang diajukan dan tindakan yang diambil untuk

memenuhi persyaratan kepatuhan.

Panduan:

Catatan-catatan yang ada harus dijaga agar selalu terbaharui sepanjang waktu

untuk semua anggota Kelompok:

Catatan Kelompok harus diarsipkan selama sekurangnya 5 tahun dengan

menggunakan sistem keamanan yang semestinya.

U2.1.4 Sistem Kontrol Internal (ICS) Kelompok harus berisi Prosedur untuk mengeluarkan

anggota dari Kelompok.

Manajer Kelompok harus menerapkan suatu sistem untuk mengeluarkan anggota

dari Kelompok.

Panduan:

Manajer Kelompok harus menyatakan jelas kewenangan mengeluarkan anggota

dari cakupan sertifikat jika persyaratan keanggotaan Kelompok atau segala

tindakan perbaikan sebagaimana diminta oleh badan sertifikasi atau Manajer

Kelompok tidak dipatuhi.

Buat aturan untuk kondisi tidak dipatuhinya persyaratan keanggotaan Kelompok.

Buat aturan untuk kondisi tidak dipatuhinya tindakan perbaikan yang diminta

oleh Manajer Kelompok atau badan sertifikasi.

Kelola catatan-catatan dan Bukti untuk tindakan-tindakan yang dilakukan.

U2.1.5 Sistem Kontrol Internal (ICS) Kelompok harus mencakup informasi terkait penentuan

harga TBS dan harus menyampaikan informasi dimaksud secara efektif kepada semua

anggota Kelompok.

(25)

• prosedur untuk menyampaikan informasi kepada semua anggota terkait

dengan mekanisme penentuan harga untuk semua TBS dan memastikan

dipahaminya informasi tersebut dengan jelas

(Kriteria 6.10 P&C RSPO 2013)

;

• prosedur untuk menyampaikan informasi kepada semua anggota terkait

dengan harga-harga yang telah lalu, yang dibayarkan untuk TBS.

U2.1.6 Sistem Manajemen RSPO harus mencakup prosedur keluhan yang terdokumentasi.

Manajer Kelompok harus menjalankan prosedur ini dan memonitor efektivitasnya.

(Indikator 6.3.1 P&C RSPO 2013)

.

Panduan:

Prosedur ini harus memberikan bukti jelas yang menunjukkan bahwa: Sistem

ini terbuka bagi semua pihak terdampak, akan menyelesaikan sengketa

secara afektif, tepat waktu dan dengan sebagaimana mestinya, memastikan

anonimitas pihak pengadu dan saksi pengungkap (whistleblower), jika

diminta. (Kriteria 6.3.1 dan 6.9.3 P&C RSPO 2013).

Prosedur ini harus mengatur pendokumentasian kedua proses untuk

menyelesaikan sengketa tersebut, serta menyediakan hasilnya. (Kriteria 6.3.2

P&C RSPO 2013).

Proses dan hasil dari segala perjanjian dan klaim kompensasi yang dihasilkan

dari negosiasi akan didokumentasikan, dengan bukti berupa keikutsertaan

pihak terdampak, dan akan disediakan bagi publik (Kriteria 6.4.3 P&C RSPO

2013).

Mekanisme untuk mengidentifikasi hak-hak secara hukum yang berlaku,

secara adat dan hak pengelolaan harus dijalankan.

Prosedur untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang berhak mendapatkan

kompensasi harus dikembangkan (Kriteria 6.4.1 P&C RSPO 2013).

Prosedur untuk mengalkulasi dan mendistribusikan kompensasi secara adil

(baik dalam bentuk uang maupun bentuk lainnya) harus dikembangkan.

Mekanisme ini akan diciptakan dan dilaksanakan, dimonitor dan dievaluasi

secara partisipatif; di mana sebagai hasil dari evaluasi, maka akan dilakukan

tindakan perbaikan. Prosedur ini akan mempertimbangkan: perbedaan

gender pada kedudukan dalam melakukan klaim terhadap hak, kepemilikan

dan akses terhadap lahan, perbedaan antara masyarakat transmigran dan

yang sudah berada di suatu tempat sejak lama, dan perbedaan antara

pembuktian hak menurut sistem hukum yang berlaku nasional dan versi

komunal masing-masing kelompok etnis/suku bangsa. (Kriteria 6.4.2 P&C

RSPO 2013).

U2.1.7 Sistem Kontrol Internal (ICS) Kelompok harus mencakup Prosedur yang

terdokumentasikan untuk mengidentifikasi semua peraturan perundangan yang

berlaku beserta konvensi internasional terkait

(Indikator 2.1.2 P&C RSPO 2013)

.

Manajer Kelompok harus menjalankan prosedur ini dan memonitor efektivitasnya.

(26)

• Manajer Kelompok akan menjalankan sistem yang terdokumentasikan untuk

melacak adanya perubahan dalam hukum yang berlaku

(Indikator 2.1.4 P&C RSPO

2013).

• Kepatuhan para anggota Kelompok terhadap hukum yang berlaku akan dimonitor

(Indikator 2.1.1 P&C RSPO 2013)

.

Panduan:

ICS akan memberikan bukti kemampuan Manajer Kelompok dalam mengelola

kelompoknya dengan cara yang sistematis dan efektif di dalam kerangka hukum

nasional yang berlaku beserta konvensi-konvensi internasional yang sudah diratifikasi

di negara yang tersebut.

(27)

2.3. Unsur (U3): Sistem Kontrol Internal (ICS) – Kegiatan Operasional

U3.1 Sistem Kontrol Internal (ICS) Kelompok harus mencakup prosedur pengoperasian

standar (SOP) untuk Kelompok tersebut.

U3.1.1 Manajer Kelompok harus mengidentifikasi dan mendokumentasikan semua

Prosedur Pengoperasian Standar (SOP) yang terkait dengan para anggota

Kelompok.

SOP merupakan bagian tak terpisahkan dari pelatihan semua anggota dan setidaknya

harus mencakup berikut ini.

• Persiapan lahan untuk baik penanaman baru maupun penanaman kembali.

• Kerapatan, pola dan teknik penanaman.

• Kontrol Erosi Tanah.

• Kontrol Penyiangan Gulma dan Gulma.

• Penggunaan bahan kimia pertanian yang aman dan dapat dilakukan

(Indikator

4.6.1, 4.6.2 4.6.3, 4.6.4 P&C RSPO 2013).

• Metode yang telah terbukti untuk pemakaian pestisida yang mampu

meminimalkan risiko dan dampaknya

(Indikator 4.6.7 P&C RSPO 2013)

.

• Pemupukan, serta pengambilan sampel daun dan tanah.

• Catatan input/asupan pupuk

(Indikator 4.2.2 P&C RSPO 2013)

.

• Pengelolaan kesuburan tanah hingga tingkatan yang mampu memastikan hasil

panen yang optimal dan berkelanjutan, jika memungkinkan

(Indikator 4.2.1 P&C

RSPO 2013)

.

• Daur ulang hara: Tandan Kosong dan residu sawit pasca penanaman kembali

(Indikator 4.2.4 P&C RSPO 2013)

.

• Pengendalian Manajemen Hama Terpadu (Integrated Pest Management atau

“IPM”)

(Indikator 4.5.1 dan 4.5.2 P&C RSPO 2013)

.

• Pengelolaan air.

• Pemangkasan (pruning) daun kelapa sawit.

• Panen dan ekstraksi.

• Pemeliharaan jalan.

• Identifikasi dan pembuangan limbah hasil industri

(Indikator 4.4.3 dan 4.4.4 RSPO

jika dapat dilakukan)

.

Panduan:

Prosedur pengoperasian standar (SOP) merupakan bagian tak terpisahkan dari

pelatihan semua anggota dan harus ada bukti untuk telah diikutinya Praktik Budi

Daya Terbaik (BAP) sebagaimana diatur dalam SOP, dengan tujuan untuk mengatur

kesuburan tanah hingga tingkatan yang dapat memastikan hasil panen yang optimal

dan berkelanjutan, jika memungkinkan (Kriteria 4.2.1 P&C RSPO 2013).

U3.1.2 Sistem Kontrol Internal (ICS) Kelompok harus mencakup rencana Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (K3) yang terdokumentasikan, serta disampaikan dan

Gambar

Tabel 2: Calon  skenario sertifikasi potensial mencakup petani swadaya,  petani kerja sama  (associated smallholder)  /petani kemitraan, petani swadaya berkelompok dan outgrower
Tabel 4: Contoh ukuran pengambilan sampel untuk anggota kelompok dalam kajian internal  Jumlah anggota
Diagram sederhana yang menunjukkan praktik mana  saja yang dapat diterima mana yang tidak untuk dapat  membantu para Anggota Kelompok yang tidak dapat  baca tulis (buta huruf)

Referensi

Dokumen terkait

Secara singkat, kemiskinan dapat di definisikan sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah

dikembangkan melalui konsultasi dan diskusi dengan seluruh kelompok yang terdampak dalam komunitas tersebut, dan bahwa informasi telah diberikan ke seluruh kelompok yang

a) Bukaan 1 (Pompa 2 = tutup) percobaan 1,2, dan 3 berakibat pompa bekerja lebih keras karena tekanan air dari hilir Tailing Flume yang besar, dan adanya gaya gravitasi

13 Pembelajaran menggunakan mind map terkesan lebih efektif dan efisien karena pada dasarnya cara kerja mind map sama dengan cara keja dasar otak yaitu tidak

Hal ini menunjukkan bahwa sistem cerdas berbasis CBR mampu memberikan hasil diagnosa dengan sangat baik ketika sistem cerdas pernah menyelesaikan permasalahan yang

Pastinya siswa dituntut untuk dapat menguasai tentang pengetahuan teks deskripsi baik misal, pengertian teks deskripsi, struktur teks deskripsi maupun nantinya pasti akan

Di sinilah letak perbedaan antara teori Gestalt dengan teori asosiasi yang berangapan bahwa hanya memiliki pengalaman masa lampau yang di perlukan seseorang akan

ketersediaan koleksi merupakan aset yang besar dalam memberikan kepuasan