Mengontrol Marah
Tanya :
Pengasuh rubrik keluarga sakinah yth. Assalamu’alaikum Wr.Wb. Saya Bapak dari seorang anak putri berumur 4,5 tahun. Saya ingin menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak saya kelak. Saya setuju bahwa mendidik anak dengan diwarnai rasa marah itu tidak baik. Bahkan dalam Al-Qur’an pun tidak ditemukan ‘nash’ yang membolehkan atau membenarkan orang untuk marah. Dalam menghadapi anak, saya mengalami bahwa anak itu tingkah lakunya kadang menyenangkan, tapi kadang juga menjengkelkan, yang secara sadar atau tidak membuat orang tua marah. Yang ingin saya tanyakan apakah dalam ilmu psikologi ada ‘ijin’ untuk marah pada anak? Kalau ada batasannya sampai seberapa?
Trima kasih atas jawabannya. Bapak Nono, di Wnsr
Jawab :
Wa’alaikum salam Wr.Wb. Bapak Nono yth. memang benar Agama kita tidak mengajarkan untuk marah. Rasulullah justru mengajarkan pada kita cara mengendapkan atau mengurangi sampai menghikangkan rasa marah yaitu bila kita dalam keadaan marah maka kita dianjurkan untuk duduk, bila belum reda maka dianjurkan untuk mengambil air wudlu, bila belum reda juga dianjurkan untuk sholat. Dalam ilmu psikologi hal itu disebut ‘kontrol diri’ atau dalam bahasa kita ‘menahan diri’. Mengapa dianjurkan demikian? Karena, dampak dari kemarahan lebih banyak negatifnya daripada sebaliknya. Disamping itu sifat kemarahan yang tidak terkontrol intensitasnya cenderung akan naik.
Bila anak sering dimarahi, secara jangka panjang akan berdampak macam-macam, misalnya : membuat anak ‘takut’ sehingga anak jadi kurang bisa mengembangkan diri, mematikan kreativitas, menghentikan sifat kritis dan lain-lain. Tentu Bapak tidak ingin anaknya demikian. Saya tidak bisa bilang bahwa dalam psikologi ada ‘ijin’ untuk marah atau tidak. Hanya tidak bisa dipungkiri bahwa kita sebagai manusia kadang berada dalam kondisi kesabaran yang tipis yang membuat kita mudah marah. Dalam keadaan demikian hendaknya kita menjauhi sumber kemarahan. Jangan sampai kondisi Bapak menjadi penyebab kemarahan Bapak pada anak. Tapi bila penyebab kemarahan adalah tingkah laku anak yang tidak tepat. Maka usahakan marah pada saat itu juga dan jangan terlalu lama. Tujuannya adalah supaya anak tahu mana tingkah lakunya yang salah.
Bila ia menangis biarkan sejenak, kemudian setelah reda tangisnya beritahukan kepadanya apa kesalahannya yang membuat Anda marah. Jangan ragu-ragu untuk minta maaf atas kemarahan Anda. Hal ini supaya anak anda merasa tetap disayang dan merasa dihargai sebagai manusia. Demikian jawaban saya semoga Bapak dan Ibu diberi kesabaran dalam menemani anak Anda. Amien.