BER'IDUL FITHRI DALAM UJIAN
Oleh: M. Muchlas AbrorHARI Raya ldul Fithri I Syawal 1423 H, sebagaimana disebutkan dalam surat edaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah berdasarkan hisab Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam, jatuh pada hari Kamis tanggal 5 Desember 2002 M. Kepada keluarga besar Muhammadiyah diserukan tidak perlu ragu-ragu untuk berhari raya pada hari itu. ldul Fithri adalah salah satu dari 2 (dua) hari raya yang masyru' bagi umat Islam. Hari Raya ini berulang kembali setahun sekali setiap tanggal 1 Syawal. Sesuai dengan namanya, ia mengingatkan kita kembali kepada fithrah, asal kejadian, atau kesucian. Kita kembali ke asal kejadian, tidak secara otomatis. Kita kembali suci, sebagaimana kita baru dilahirkan, tidak dengan sendirinya. Tetapi setelah kita menempuh pendidikan intensif, berpuasa Ramadhan dengan seluruh rangkaiannya, selama satu bulan. Setelah kembali kepada fithrah, kita menjadi manusia yang memiliki jati diri, di antaranya bertuhan kepada Allah dengan mantap.
Keluarga besar Muhammadiyah, baik sebagai umat Islam maupun bangsa Indonesia, harus menyadari bahwa kita merayakan 'ldul Fithri tahun ini dalam keadaan dan suasana sedang menghadapi berbagai macam ujian yang datang silih berganti. Ujian ini meliputi bidang-bidang ekonomi, sosial, politik, keamanan, hukum, akhlak, dan lain-lain. Terhadap itu, kita tidak boleh patah hati apalagi putus asa. Bahkan kita harus bekerja keras, giat beramal, dan terus berjuang.
Bagi kita, sebagai orang-orang yang beriman, hidup adalah perjuangan. Yang dimaksudkan di sini adalah perjuangan untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Dalam perjuangan pasti ada ujian. Siapa yang berani hidup tidak boleh lari ketika bertemu ujian. Ujian bagi setiap pejuang adalah pakaian hidupnya. Bahkan ujian hidup sudah menjadi sunnatullah. Karena itu, dalam hidup pasti ada suka dan duka, ada lapang dan sempit, ada ketawa dan tangis. Jalan yang dilalui oleh setiap pejuang pun tidak selamanya datar, ada kalanya jalan naik harus didaki, ada pula waktunya jalan menurun, dan terkadang bertemu tikungan berbahaya.
Tidak benar jika seseorang sudah menyatakan beriman, ia menjadi bebas tidak mendapatkan ujian. Kalau Rasul sebagai utusan Allah saja diuji, apalagi kita, manusia biasa. Malah ketika menghadapi ujian begitu berat dan hebat, Rasul dan orang-orang yang beriman besertanya bertanya, "Bilakah datangnya pertolongan Allah itu ?" Ingatlah pertolongan Allah itu amat dekat". (QS. Al-Baqarah ayat 214). Ujian itu untuk mengetahui siapa yang benar-benar beriman dan siapa yang dusta (QS. Al-Ankabut ayat 2 - 3) serta untuk mengetahui siapakah yang paling baik amalnya (QS. Al-Mulk ayat 2). Sehubungan dengan kehadiran ldul Fithri I Syawal 1423 H, ketika umat Islam dan bangsa Indonesia sedang menghadapi berbagai ujian, maka kepada keluarga besar Muhammadiyah diharapkan:
2. Sebelum itu, kita mengeluarkan zakat fithrah dan syukur dapat menunaikan zakat lainnya, infaq serta shadaqah, baik secara langsung maupun melalui Panitia yang sengaja dibentuk untuk pengumpulan itu, untuk disampaikan terutama kepada fakir miskin. Selain untuk memenuhi ketentuan ajaran Islam, zakat dan semacamnya penting artinya bagi peningkatan kesetiakawanan sosial.
3. Hendaklah kita merayakan ldul Fithri tahun ini menurut kadar kemampuan, tidak berlebih-lebihan, dan tidak pula melampaui batas. Selain tidak pas juga tidak pantas, ldul Fithri digunakan untuk memamerkan simbol-simbol kekayaan. Apalagi di masyarakat dapat kita lihat secara nyata ada kesenjangan bahkan jurang yang menganga lebar antara mereka yang kaya dan yang miskin. Mereka yang kaya makin kaya dan mereka yang miskin, jumlahnya terus bertambah, malah makin terpuruk.
4. Setelah lepas dari Ramadhan dan ldul Fithri, kita hendaklah dapat menjaga dan merealisasi ketakwaan yang kita peroleh dari menunaikan ibadah puasa. Kita menjadi manusia yang bertambah mendekatkan diri kepada Allah dan bertambah dekat pula hubungan kita dengan sesama, baik dalam keluarga dan dengan tetangga maupun dengan lingkungan. Karena takwa pada hakikatnya merupakan akumulasi akhlak Islam, maka perilaku kita dalam segala segi kehidupan hendaklah dapat menjadi teladan utama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
5. Menjadikan ldul Fithri momentum untuk meningkatkan ukhuwah Islamiyah dan persatuan bangsa sebagai penangkal jitu terhadap ancaman disintegrasi bangsa dan ancaman dari luar yang terasa adanya.
Semoga ibadah puasa Ramadhan kita dapat mencapai ketakwaan. Allah akan memberi jalan keluar dari kesulitan, rezki dari arah yang tidak disangka-sangka, dan memudahkan urusan kita, sebagai umat Islam dan bangsa Indonesia, jika kita bertakwa (QS. Ath-Thalaq ayat 2 - 4). Taqabbalallahuminnawaminkum.