• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI PENDEKATAN TRUST BUILDING (MEMBANGUN KEPERCAYAAN) MENURUT FRANCIS FUKUYAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TEORI PENDEKATAN TRUST BUILDING (MEMBANGUN KEPERCAYAAN) MENURUT FRANCIS FUKUYAMA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB II

TEORI PENDEKATAN TRUST BUILDING (MEMBANGUN KEPERCAYAAN) MENURUT FRANCIS FUKUYAMA

2.1 Latar Belakang

Kemenangan Amerika Serikat di Perang Dingin Pasca Perang Dunia II, membuat sistem pemerintahan monarkhi, fasisme, komunis menjadi runtuh. Situasi ini dimanfaatkan Amerika Serikat untuk memperluas ideologi pemerintahannya sehingga terjadi banyak perubahan sistem-sistem sosial, ekonomi, politik yang berkembang di Eropa Barat dan Amerika Utara pada abad 17 sampai abad 19 dan berkembang ke Negara-negara Eropa, Amerika Selatan, Asia dan Afrika. Perubahan sistem-sistem sosial inilah yang mengantar masyarakat tradisional beralih menjadi masyarakat modern yang memunculkan masyarakat industri dan informasi. Sistem masyarakat pemburu-pengumpul dan petani sudah beralih pada masyarakat industri yang ditandai dengan bermunculan penemuan-penemuan di bidang teknologi dan informasi seperti mesin uap, telegraf, pesawat telepon, mobil, pesawat terbang yang membuat meningkatnya individuliasme1. Individualisme memiliki pengertian yang mementingkan kebebasan pribadi yaitu lebih mementingkan diri sendiri dibandingkan mementingkan orang lain. Hal ini menjadikan individu kurang bersosialisasi sehingga apapun peristiwa yang terjadi di sekelilingnya dianggap tidak penting. Sikap individu ini dinampakkan dalam kurangnya komunikasi, sikap kekeluargaan yang mulai luntur karena tingginya kepentingan masing-masing, kurangnya interaksi dengan sesama dan tidak peduli dengan

1 Francis Fukuyama, The Great Disruption, Hakikat Manusia dan Rekonstitusi Tatanan Sosial (Yogyakarta: Penerbit Qalam), 1999, v.

(2)

2

keadaan sekitarnya dan sesama sehingga dampaknya adalah saling curiga. Rasa curiga yang berlebihan akan mengarah pada konflik.

Di sisi yang lain, manusia tidak dapat menyangkali dirinya sebagai mahkluk sosial yang memiliki hasrat untuk berkumpul. Fukuyama melalui banyak penelitian modern menemui fakta bahwa manusia memiliki hasrat untuk berkumpul. Sejak zaman pramodern, manusia memiliki unit organisasi yang bersifat kin selection, yaitu kekeluargaan, kekerabatan, kebersamaan yang cenderung berdasarkan ikatan dan bersifat

resiprositas, yaitu cenderung menolong sesama karena saling membutuhkan2. Potensi komunalisme ini dapat mengarahkan pada dampak yang positif yaitu manusia dapat akan bersaing dan bekerjasama3 dan dampak negatifnya adalah nepotisme dan favoritisme4. Selain itu, persepsi masyarakat tentang komunalisme lebih baik daripada individualisme, adalah bahwa pada diri manusia ada dorongan atau hasrat yang mengarahkan mereka pada kebutuhan untuk mengadakan kontak sosial dengan sesama. Manusia dapat memahami dirinya sebagai manusia jika ia ditempatkan pada sesamanya manusia5.

Bertolak dari ketegangan antara individualism dan komunalisme tersebut, modal sosial yang kuat bermanfaat untuk mengembalikan individu atau kelompok pada kebutuhan yang mendasar yaitu kebersamaan sangat diperlukan. Modal sosial yang diperlukan dalam membangun interaksi sosial yang dinamis adalah trust. Dengan adanya

trust, individu dan kelompok mendapat kepercayaan dirinya kembali untuk memiliki

keberanian dalam menjalin komunikasi, kerjasama dengan sesamanya.

2

F. Fukuyama, The Origins Of Polical Order (United States of America: D&M Publishers, Inc), 2011, 43.

3 F.Fukuyama, The Great Disruption, Hakikat Manusia dan Rekonstitusi Tatanan Sosial (Yogyakarta: Penerbit Qalam), 1999, 274.

4 F.Fukuyama, The Great…., 275.

5www.academia.edu oleh Fikri Haris, “Manusia Sebagai Mahkluk Sosial”, 1 (diakses tanggal 15 November 2017).

(3)

3

2.1.1 Keluarga

Yoshihiro Francis Fukuyama seorang keturunan Jepang Amerika. Lahir pada tanggal 27 Oktober 1952 di Chicago Illinois. Fukuyama menikah dengan Laura Holmgren. Mereka bertemu saat masih mahasiswa S2 di UCLA setelah Fukuyama mulai bekerja di RAND Corporation. Ia mempersembahkan buku Trust: The Social Virtues and

The Creation of Prosperity kepada istrinya. Mereka tinggal di California bersama ketiga

anaknya, Julia, David dan John.

2.1.2 Pendidikan

Fukuyama, ahli sosiologi, memperoleh gelas B.A dari Cornell University dari Harvard dalam bidang Ilmu Politik dan memperoleh gelar doktor Honoris Causa dari Connecticut College. Ia adalah seorang ilmuwan politik, ekonomi politik dan penulis Amerika. Ia menjabat sebagai Senior Fellow at the Center on Democracy, Development

and the Rule of Law at Stanford. Dia adalah anggota Political Science Departemen dari RAND Corporation dari 1979-1980, kemudian tahun 1983-1989 dan dari tahun

1995-1996. Menjadi Staf Perencanaan Kebijakan di Departemen Luar Negeri A.S. Wakil Direktur untuk persoalan-persoalan militer-politik Eropa. Tahun 1981-1981, sebagai anggota delegasi A.S untuk pembicaraan Arab-Israel tentang otonomi Palestina. Merupakan salah satu anggota Dewan penasihat jurnal The National Interest, Journal of

Democracy, The New American Foundation, The Internet Policy Institue, dan Geo Trust Inc. Anggota Asosiasi Ilmu Politik Amerika, Dewan Perhubungan Luar Negeri, Dewan

Pasifik untuk Kebijakan Internasional dan Jaringan Bisnis Global6.

6 Francis Fukuyama, Kemenangan Kapitalis Demokrasi Liberal, (Yogyakarta: Penerbit Qalam), 2001, 631-632.

(4)

4

Bukunya yang terkenal yaitu 1) The End of History and the Last Man (1992) membahas tentang runtuhnya ideologi monarkhi, fasisme dan komunis dan beralih pada demokrasi liberal yang merupakan titik akhir evolusi ideologi manusia dan bentuk akhir pemerintahan karena merupakan akhir dari sejarah. 2) Trust (2002) menjelaskan kepercayaan menjadi salah satu dari modal sosial yang penting dalam mengembangkan kerjasama menuju kesejahteraan. 3) The Great Disruption (1999) membahas tentang upaya membangun kembali tatanan masyarakat yang harus karena ketidakpercayaan dengan membangun kembali rasa percaya, jujur dan kerjasama sebagai indikator dari modal sosial, 4) Falling Behind (2008), menjelaskan tentang sejarah perkembangan Negara Amerika Serikat di sebelah Utara yang mendominasi kepentingan ekonomi, sementara Amerika Latin dan Selatan menjadi negara-negara tertinggal. 5) The Origins of

Political Order (2014) mengisahkan asal mula tatanan politik dari zaman prasejarah ke

revolusi Perancis. 6) Political Order and Political Decay (2014) menjelaskan tentang tatanan politik dan pembusukan politik dalam perkembangan era modernisasi dari revolusi Perancis dan perkembangan demokrasi liberal yang disertai dengan penjelasan-penjelasan dari penelitian yang luarbiasa.

2.1.3 Intelektualisme Era Fukuyama

Peristiwa-peristiwa politik yang muncul pada abad XX, memunculkan krisis intelektual dari rasionalisme Barat atau yang disebut Filsafat Modern. Tokoh rasionalisme Barat adalah Rene Decrates. Dengan dilatarbelakang membebaskan diri dari segala pemikiran tradisional (skolastik) yang pernah diterima tetapi ternyata tidak mampu menangani hasil-hasil ilmu pengetahuan yang dihadapi, sumber pengetahuan yang dapat dipercaya adalah akal. Akal diperoleh kebenaran dengan metode deduktif dan ilmu pasti.

(5)

5

Decrates menempatkan akal pada kedudukan tertinggi, sehingga didambakan oleh manusia modern.

Kaum kapitalis dan sosialis menghadirkan teori-teori modernisasi yaitu teori pembangunan, teori tabungan dan investasi. Neoliberalisme menghadirkan gerakan globalisasi dan pasar bebas. Postmodern menghadirkan tradisi enlightment, yaitu perjuangan hak-hak untuk berbeda. Kemenangan pertarungan ideologi dipegang oleh kaum kapitalis karena mempunyai kekuasaan dan kekuatan. Pertarungan ideologi mungkin berakhir tetapi ada benturan antar peradaban dunia yaitu budaya dan agama di masa depan7.

2.2 Pemikiran Pokok Fukuyama

Fukuyama sangat dipengaruhi oleh pemikiran G.W.F Hegel dalam menjelaskan perkembangan masyarakat kontemporer. Menurut Hegel, sejarah bukan hanya proses masa lalu namun juga mengarah pada masa depan dengan masyarakat yang lebih rasional8 dan universal. Sejarah mengalami perkembangan dan perubahan diawali dengan kesadaran individu kemudian berkembang menjadi kesadaran sosial dan kesadaran mutlak yang ditemui dalam faktor-faktor yang sifatnya irasional9, seperti agama dan filsafat. Perkembangan dan perubahan dipengaruhi karena di salah satu sisi manusia memiliki kebebasan, di sisi yang lain manusia memliki keterbatasan sehingga diperlukan dialektis10 yaitu mendamaikan hal-hal yang berlawanan, antara tesis, antitesis dan sintesis. Bagi Hegel akhir dari sejarah adalah tercapainya tujuan yaitu kebebasan11 .

7 Wildan Insan Fauzi, “Akhir Dari Ideologi Atau Ideologi Tanpa Akhir ” : Jurnal Pendidikan (Hukum, Politik dan Kewarganegaraan), Vol. I, No.2 (2014): 237.

8

Fukuyama, Kemenangan, xi. 9 Fukuyama, Kemenangan, xiv. 10 Fukuyama, Kemenangan, xii. 11 Fukuyama, Kemenangan, 12-13.

(6)

6

Pemikiran Hegel ini digunakan oleh Fukuyama untuk menjelakan bahwa masa sekarang adalah masa yang bersifat material dalam bentuk perkembangan ekonomi yang didorong oleh oleh ilmu pengetahuan alam dan faktor spiritual yang ditandai oleh thymos, yaitu keinginan untuk diakui, dihargai, persamaan hak12. Menurut Fukuyama, akhir dari sejarah, adalah masyarakat kapitalis dengan sistem politik demokrasi liberal13.

Diawali dengan peristiwa pasca perang dingin14 antara negara Amerika Serikat dan Uni Soviet tahun 1947-1991, terkait persaingan ideologi, psikologi, militer, industri, teknologi, perlombaan nuklir dan senjata, membuat ketakutan akan akhir perang dengan perang nuklir, dan akhirnya Amerika Serikat yang menang atas Uni Soviet, membuat bentuk-bentuk pemerintahan diktator runtuh dan demokrasi liberal kemudian menjadi pilihan model pemerintahan yang memberikan kebebasan bagi rakyat melalui perwakilan rakyat turut mengambil bagian dalam kebijakan pemerintah yang menyebar ke pelbagai daerah dan kebudayaan di seluruh dunia. Dengan prinsip liberal dalam ekonomi, pasar bebas telah menyebar ke pelbagai daerah dan sukses dalam mengadakan produksi yang masif dalam memenuhi kebutuhan material. Fukuyama berpendapat bahwa legitimasi demokrasi liberal mengatasi bentuk-bentuk pemerintahan monarkhi, fasisme dan komunis sehingga menurutnya tidak ada lagi pertikaian tentang ideologi karena bangkitnya demokrasi liberal menjadi akhir dari sejarah15.

Yang ia maksudkan dengan akhir sejarah bukan secara biologis yaitu berhentinya proses alami seperti kelahiran, pertumbuhan dan kematian, namun tidak ada kelanjutan

12 Fukuyama, Kemenangan, xiiii. 13 Ibid.

14

Perang dingin adalah suasana internasional yang sangat tegang dan bermusuhan yang diakibatkan oleh konflik ideologi antara Amerika Serikat dan Uni Soviet yang berkembang setelah Perang Dunia Kedua. http://kbbi.kata.web.id/perang-dingin/ (diakses 26 Juli 2017).

(7)

7

perkembangan tentang prinsip-prinsip ideologi dan industri yang mengarah pada modernisasi dan kapitalis. Perkembangan di bidang teknologi dan produksi secara ekonomi membuat semua negara yang menjalankan modernisasi dan kapitalis saling bersatu dan membuat dampak derasnya arus urbanisasi, pendidikan serta meninggalkan sistem tradisional seperti suku dan keluarga beralih pada birokrasi yang rasional dan efefisien seperti organisasi buruh dan profesi. Hegel juga menegaskan bahwa akhir sejarah menuju sebuah titik sejarah yang dituju, yaitu perkembangan kesadaran untuk memiliki kebebasan. Bagi Hegel, kebebasan manusia adalah negara konstitusional modern yang disebut demokrasi liberal16. Sumber penggerak demokrasi liberal yaitu hasrat manusia untuk memiliki pengakuan jati diri secara sederajat (setara). Ini berarti demokrasi liberal secara positif memberikan peluang bagi individu maupun komunitas untuk secara bebas menata serta mengembangkan taraf kehidupannya dengan kreatif dalam semangat kesetaraan (sederajat).

Menurut Fukuyama, demokrasi liberal yang sukses harus memiliki tiga elemen yang harus diperhatikan yaitu pertama, the state kedua, the rule of law, ketiga,

accountable government17 yang menghadirkan keseimbangan yang stabil. Menurut

Hegel, negara modern terbentuk dari masyarakat unit yang terkecil yaitu keluarga. Kontradiksi dan pertumbuhan alamiah dalam keluarga membuat keluarga masuk sebagai masyarakat sipil. Namun kemudian ada konflik dan perbedaan pendapat yang berkembang sehingga perlu ditengahi oleh negara.

16

Hendra Prijatna, Kajian Buku: Francis Fukuyama: The End of History and The Last Man,

Kemenangan Kapitalisme dan Demokrasi Liberal, 6.

17 Francis Fukuyama, The Origins Of Political Order: From Prehuman To The French Revolution, (United States of America: D&M Publishers, Inc), 2011, 16.

(8)

8

Fukuyama melalui banyak penelitian modern menemukan fakta bahwa manusia memiliki hasrat untuk berkumpul. Sejak zaman premodern, manusia memiliki unit organisasi yang bersifat kin selection, yaitu kekeluargaan, kekerabatan, kebersamaan yang cenderung berdasarkan ikatan, dan reciprocal altruism yaitu manusia yang suka menolong lalu menciptakan sistem patrimonialisme. Jika ingin bentuk negara modern, maka patrimonialisme ini harus dilawan atau dihilangkan. Birokrasi bukan dipimpin oleh keluarga, bukan pula karena keluarga tapi bersifat impersonal dan memilki otoritas kekuasaan yang terpusat. Dalam sistem demokrasi yang terpenting adalah kontrol kekuasaan, harus ada kekuasaan dan ada pemerintah. Sehingga hadir pemerintah yang tunduk pada hukum dan akuntabilitas, yaitu masyarakat diberikan kesempatan untuk turut mengontrol jalannya pemerintah.

2.2.1 Trust

Dalam menghadapi derasnya kapitalisme global, setiap negara harus memperkuat kinerja ekonominya, sebab ekonomi selalu bergerak dalam kehidupan sosial yang nampak dari nilai-nilai budaya yaitu cara manusia menjalani hubungannya dengan sesama dalam semangat kebersamaan. Dalam proses inilah trust menjadi unsur yang penting dari modal sosial untuk menciptakan ekonomi yang unggul18. Menurut Fukuyama, modal sosial adalah serangkaian nilai-nilai atau norma-norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerja sama di antara mereka19.

18

Francis Fukuyama, Trust, Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran, (Yogyakarta: Penerbit Qalam), 2007, xiii.

19 Francis Fukuyama, The Great Disruption Hakikat Manusia dan Rekonstitusi Tatanan Sosial, (Yogyakarta: Penerbit Qalam), 2016, 22.

(9)

9

Modal sosial memiliki unsur-unsur yang menjadi komponen penting yaitu kepercayaan (trust) yaitu suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari dengan keyakinan, percaya (belief) yaitu kenyamanan antar anggota untuk bertukar informasi, norma-norma (norms) yaitu kebijakan yang menentukan baik atau buruk, aturan-aturan (rules) yaitu tindakan-tindakan yang patut dilakukan secara bersama-sama bertujuan untuk menata tindakan-tindakannya, jaringan (network) yaitu sarana, wadah bagi tiap anggota untuk berpartisipasi dalam komunitas. Trust diselaraskan dengan istilah kepercayaan sebagai harapan-harapan terhadap keteraturan, kejujuran dan perilaku kooperatif yang muncul dari dalam sebuah komunitas yang didasarkan pada norma-norma yang dianut bersama oleh anggota-anggota komunitas itu20.

Menurut Fukuyama Trust bermanfaat untuk individu dan komunitas bekerja secara hemat dan efisien karena semua anggota sama-sama menempatkan kepentingan bersama diatas kepentingan individu. Untuk mendukung hipotesanya, Fukuyama membagi dua kelompok yaitu kelompok yang memiliki kesadaran turst yang lemah dengan kelompok pemilik trust tinggi yang tinggi21. Ciri khas dari kelompok yang memiliki trust yang lemah adalah kelompok ini dianggap bersikap tertutup dalam melakukan usaha perekonomiannya22. Di sisi lain, ciri khas kelompok yang memiliki

trust yang tinggi adalah memiliki kesetiakawanan sosial yang tinggi. Kelompok ini mau

bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama23 sehingga diperlukan trust dalam membangun kerjasama antar individu maupun komunitas. Dengan demikian, kita harus

20 Francis Fukuyama, Trust Kebajikan Sosial Dan Penciptaan Kemakmuran, (Yogyakarta: Penerbit Qalam), 2007, xiii.

21 F.Fukuyama, Trust, xiv. 22 Ibid.

(10)

10

memiliki 1) keterlibatan sosial, yaitu proaktif dalam mengasosiasikan dirinya pada komunitas yang menjadi bidang minatnya, 2) memiliki network yaitu memperluas pergaulan, menjalin kerjasama, 3) dialog yang terbuka yaitu dialog yang jujur dalam artian belajar saling menerima dan memahami tujuan dan kesejahteraan bersama, 4) memiliki spiritualitas kehidupan ekonomi yaitu pengakuan jati diri secara sederajat (setara), yang artinya mengakui legitimasi yang dimiliki oleh sesamanya. Di era globalisasi saat ini, kita tidak dapat menghindari penerapan ekonomi modern serta kemerosotan moral yang menjadi masalah sosial saat ini. Oleh karena itu kita harus melakukan rekonstitusi tatanan sosial yaitu dengan membuat kearifan lokal dengan meningkatkan taraf pendidikan dan kebangkitan agama-agama. Artinya dengan dua faktor ini, masyarakat dapat dipersiapkan untuk mengatasi derasnya laju globalisasi yang di dalamnya ada pelaksanaan ekonomi modern kapitalis.

2.2.2 Social Virtues (Kebajikan-Kebajikan Sosial)

Kebajikan-kebajikan sosial, seperti kejujuran, keterandalan, kesediaan bekerja sama, rasa tanggungjawab terhadap orang lain, sangat penting untuk menumbuhkan kebajikan-kebajikan individu24. Kebajikan-kebajikan sosial ini terbentuk karena pengaruh kelompok-kelompok kultural, seperti agama dan ideologi terhadap perilaku ekonomi. Max Weber dalam salah satu literaturnya The Protestant Ethic and the Spirit of

Capitalism, menyatakan bahwa kelompok-kelompok kultural seperti agama dan ideologi

yang memberi pengaruh terhadap perilaku ekonomi. Khususnya gereja Protestan yang lebih bisa fleksibel menerima kapitalisme modern daripada gereja Katolik, hal ini juga terkuat bahwa gereja Katolik terikat dengan aturan hierarki-hierarki tradisional atau doktrinal.

24 Fukuyama, Trust, 65.

(11)

11

Spirit kapitalisme Weber ini juga membuka peluang bagi pemeluk Protestan

untuk bergabung dalam komunitas-komunitas yang baru seperti Baptis, Metodis, Quaker, yang ruang lingkupnya lebih kecil dan anggota komunitas dengan mudah saling mengenal sehingga ikatan lebih erat serta memudahkan anggota untuk membuat komitmen bersama terhadap nilai-nilai kejujuran dan pelayanan, menolong mereka untuk bergerak daalam dunia bisnis, karena transaksi bisnis tergantung pada tingkat kepercayaan yang besar sekaligus menciptakan jaringan bagi para pelaku ekonomi untuk mencari pelanggan, untuk mempromosikan produk. Dengan demikian kebajikan-kebajikan sosial mendorong terbentuknya kebajikan-kebajikan-kebajikan-kebajikan individu dan dalam komunitas yang kuat ditemui solidaritas yang tinggi, seperti keluarga, sekolah, tempat kerja.

2.2.3 Prosperity (Kemakmuran)

Kemakmuran ditentukan oleh modal sosial dan daya saing suatu negara. Modal sosial ini terbentuk dari komunitas yang antar anggotanya saling terbuka dan saling mengakui dengan tingkat yang tinggi seperti percaya, jujur, tanggungjawab, sedia untuk menolong dan sepakat untuk mencapai tujuan bersama. Sebuah negara memiliki perekonomian yang sehat apabila terdapat cukup modal sosial, di mana masyarakat dapat melakukan tindakan ekonomi, menjalin kerja sama dan jaringan-jaringan yang terinstitusionalisasikan. Artinya masyarakat diberikan kebebasan secara teratur (ordered

liberty) dalam mengupayakan kesejateraan.

Kemakmuran bukan hanya diukur dari upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan lahiriah melalui kekayaan saja tetapi hal yang sama pentingnya adalah perjuangan demi pengakuan, yaitu hasrat seluruh umat manusia untuk memiliki

(12)

12

hakikatnya sebagai mahkluk yang bebas bermoral dan diakui oleh sesama manusianya25 atau yang oleh Fukuyama adalah demokrasi liberal yaitu pengakuan secara universal dalam kesetaraaan.

Dari penjelasan teori pendekatan trust menurut Fukuyama, yang diawali dengan latar belakang dan pemikiran Fukuyama maka dipahami bahwa Fukuyama menegaskan kemenangan demokrasi liberal atas sistem monarkhi, fasisme dan komunis. Akhir sejarah adalah berakhirnya evolusi ideologi manusia, universalisasi demokrasi liberal dan bentuk final pemerintahan manusia. Pada bab III akan dideskripsikan tindakan-tindakan kolektif warga jemaat GPIB Effatha dengan komunitas lintas agama di Bunyu dalam membangun relasi yang harmonis dalam rangka membangun pulau Bunyu.

25 Fukuyama, Trust, 519.

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Model hubungan antara risiko finansial , risiko produk , risiko waktu , risiko pengiriman , risiko sosial, keamanan dan kepercayaan dengan pembelian konsumen melalui media online

Berdasarkan defenisi ini brand trust merefleksikan dua komponen penting, yang pertama yakni, keyakinan konsumen bahwa produk tersebut mampu memenuhi nilai yang

Hubungan unsur intrinsik seperti yang telah dikemukakan di atas dengan unsur ekstrinsik yaitu proses sosial adalah dengan berangkat dari latar yang memiliki aturan-aturan yang harus

KEP-100/MBU/2002 modal sendiri adalah seluruh komponen modal sendiri dalam neraca perusahaan pada posisi akhir tahun buku dikurangi dengan komponen modal sendiri yang

Tampilan informasi yang ditampilkan adalah dalam bentuk grafis maupun laporan, yang dapat mewakili hubungan atau pola-pola informasi yang penting yang terdapat

dan kolaborasi kepada peserta didik. Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki dalam menjalin hubungan sosial masyarakat, dimana banyaknya pekerjaan yang dilaksanakan

Kepercayaan Pelanggan pada merek (brand trust) didefinisikan sebagai sikap positif seorang konsumen terhadap suatu merek, sehingga konsumen memiliki keinginan kuat

2.9 Hubungan Kinerja Karyawan (Service Performance) terhadap loyalitas Griffin dalam Hurriyati (2008 : 10) Hubungan baik dan kepercayaan pelanggan dilakukan dalam