ُْهَٰىَ َتَ ۡشٱ
ْ
ُْ َ لْاَم
ْ ِفِ ۥْ
ِْةَرِخلۡأٓٱ
ِْهِبْ اۡوَ َشَْاَمْ َسۡئِ َلََوْٖۚ قََٰلَخْۡنِم ْ
َْۚۡمُه َسُفن َ ْٓۦْ
أ
َْنوُمَلۡعَيْ اوُن َكَْۡوَل ١٠٢
“Dan mereka mengikuti apa-apa yang diikuti oleh setan-setan pada masa kerajaan Sulaiman. Sulaiman itu tidak kafir tetapi setan-setan
19 Wahid Abdussalam, Ilmu Sihir Dan Penangkalnya Tinjauan Al-Qur`an, Hadist dan Ulama,
(Jakarta: Penerbit Logos wacana Ilmu, 1996), Cet. Ke-2, h. 75
itulah yang kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan pa yang diturunkan kepada dua malaikat di negri Babilonia yaitu Harut dan Marut. Padahal keduanya tidak mengajarkan kepada seseorang sebelum mengatakan, “Sesungguhnya kami hanyalah cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kafir.” Maka mereka mempelajari dari keduanya (malaikat itu) apa yang (dapat) memisahkan antara seorang (suami) dengan istrinya. Mereka tidak akan dapat mencelakakan seseorangdengan sihirnya kecuali dengan izin Allah SWT mereka mempelajari sesuatu yang mencelakakan, dan tidak memberi manfaat kepada mereka. Dan sungguh, mereka sudah tahu, barang siapa membeli (menggunakan sihir itu) niscaya tidak akan mendapatkan keuntungan di akhirat. Dan sungguh sangatlah burukperbuatan mereka yang menjual dirinya dengan sihior, sekiranya mereka tahu.”
(QS Al-Baqarah[2]: 102)
Hal ini merupakan suatu penjelasan bahwa hukum mempelajari ilmu sihir dan ilmu-ilmu sejenisnya tidaklah dilarang. Tetapi larangan itu tertuju pada mengamalkannya.
Keduanya mengatakan demikian kepada orang yang akan belajar kepada mereka dengan maksud agar orang-orang yakin terhadap mereka sebagai orang baik. Sama halnya dengan sekarang ini, seperti kita dengar nasehat dari para pembohong (dajjal) yang melakukan praktek itu ketika mereka melepas orang-orang yang baru saja mempelajari ilmu ini. Janganlah kalian gunakan ilmu ini untuk melakukan guna-guna kepada istri orang lain. 20
Pendapat Ibnu Qudamah Rahimahullah “Tukang sihir ahli kitab tidak dibunuh karena sihirnya kecuali jika dia membunuh dengan sihirnya. Biasanya ia termasuk yang dibunuh karena sihirnya, maka ia dibunuh dengan qishash.
Terbukti ketika Labid bin al-‘Asham telah mensihir Nabi saw. tetapi Nabi saw.
tidak membunuhnya, dan juga karena kemusyrikan lebih besar ketimbang sihirnya maka tidak dibunuh sebab sihirnya.21
20 Ahmad Mustofa Al-Maragi, Tafsir Al-Maragi Juz. 1, (Semarang: CV. Toha Putra
Semarang, 1992), Cet. Ke-2, terj. h. 330
21Aunur Rafiq Shaleh Tamhid, Sihir Dan Cara Pengobatannya Secara Islami, (Jakarta:
Robbani Press, 1995), Cet. Ke-1, h. 66
Ia (Ibnu Qudamah) berkata “Riwayat-riwayat yang ada adalah berkenaan dengan tukang sihir muslim; ia menjadi kafir karena sihirnya, sedang tukang sihir ahlul kitab adalah kafir asli. Karena itu, qiyas mereka dianggap batal karena I’tiqad kekafiran dan orang yang mengucapkannya, dan menjadi batal karena zina dari orang yang sudah menikah; maka menurut mereka orang dzimmi tidak dibunuh karena sihir, sedangkan orang muslim dibunuh. Pendapat ini juga diriwayatkan oleh para sahabat Rasulullah saw.
seperti Umar, Ustman bin ‘Affan, Ibnu Umar, Hafsah, Jundab bin Abdullah, Jundab bin Ka’ab, Qais bin Sa’ad, Umar bin Abdul Aziz, Abu Hanifah dan Imam Malik.
Artinya:
“Dari Hafsah r.a. mengatakan bahwa ia diperintahkan membunuh budak wanita yang menyihirnya, kemudian ia membunuhnya.” (HR Bukhori)22
Pendapat Ibnu Mundzir Rahimahullah, apabila seseorang mengaku bahwa ia telah menyihir dengan menggunakan ucapan atau mantera kufur, maka ia harus dihukum bunuh apabila ia tidak bertaubat. Demikian juga hukumnya apabila terdapat saksi-saksi atau bukti tentang perbuatan seperti itu dimana para saksi menyatakan adanya manera kekufuran.
Apabila si tukang sihir tidak menggunakan ucapan manera kufur, maka ia tidak boleh dibunuh, sedangkan apabila sihir tersebut menyebabkan orang yang terkena sihir melakukan suatu kejahatan yang mengharuskan hukum qishash, maka si penyihir harus dikenakan hukum qishash. Pula apabila dilakukan secara sengaja, akan tetapi apabila ia bersifat pembunuhan tidak sengaja, maka wajib membayar denda diyat.
22 Abdul Ghoffar, Tafsir Ibnu Katsir (terj), (Bogor: Pustaka Iman Asy-Syafi’I, 2001), Cet. Ke-1,
h. 208
Abu Hanifah Rahimahullah berpendapat dibunuh karena keumuman Khabar (riwayat), di samping karena sihir merupakan kriminalitas (jinayat) yang mewajibkan hukum bunuh terhadap muslim (yang melakukannya), karena itu orang dzimmi pun wajib dikenakan hukum bunuh yang sama.
Al-Hafiz Ibnu Hajar Rahimahullah, menurut Malik bahwa hukum tukang sihir sama dengan hukum orang Zindiq, maka tidak diterima taubatnya dan dibunuh sebagai hukumannya, jika terbukti melakukannya. Syafi’i berkata:
“Tidak dibunuh kecuali dia mengakui bahwa dia membunuh dengan sihirnya.”
Dari keterangan di atas jelas bahwa jumhur ulama berpendapat bahwa tukang sihir harus di bunuh. Hanya saja Imam Syafi’i berpendapat bahwa dia tidak dibunuh kecuali jika dia dibunuh dengan sihirnya; maka dia dibunuh sebagai qishash.23
D. Hukum Mengajarkan Sihir
Mengetahui sihir bukan suatu dosa seperti halnya berpengetahuan tentang khamr, memahat patung-patung, dan alat-alat bunyian serta tempat- tempat permainan. Dosanya terletak pada pengamalannya dan mencelakai orang yang tidak boleh dicelakai dengan sihir itu.
Seperti dilihat dari ayat Al-Baqarah ayat 102 Imam ath-Thabari mencari tahu kepentingan dua malaikat yang di utus oleh Allah untuk mengajarkan sihir di kota Babil. Dengan pertanyaan apakah boleh Allah SWT menurunkan sihir kepada keduanya dan bagaiamana Allah SWT membolehkan keduanya mengajarkan sihir kepada manusia?
Imam ath-Thabari menjawab bahwa “Sesungguhnya Allah SWT telah menurunkan kebaikan dan kejatahan dan menjelaskan semua itu kepada hamba-hambanya kemudian mewahyukan kepada para Rasul-Nya dan
23 Wahid Abus Salam Bali, Ilmu Sihir dan Penagkalnya; Tinjauan Al-qur`an, Hadist dan
Ulama, (Jakarta: logos Publishing House, 1995), cet. Ke-3, h. 65
memerintahkan mereka agar mengajarkan makhluk-Nya, mengenalkan mereka apa yang dihalalkan bagi mereka dan apa yang diharamkan. Bahwasanya sihir itu adalah salah satu bentuk kemaksiatan yang dikabarkan kepada mereka serta melarang mereka mengerjakannya.”
Maka menurunkan sihir kepada dua malaikat bukanlah dosa dan pengajaran keduanya kepada bangsa manusia itu juga tidak termasuk dosa, karena mereka mengajarkan sihir kepada orang lain atas izin dari Allahh SWT setelah mengatakan bahwa mereka hanyalah cobaan dan melarang perbuatan sihir, mengamalkan sihir dan kekufuran. Sebaliknya, orang yang mengamalkan sihir setelah mempelajarinya mereka itu berbuat dosa karena Allah SWT menyebut tentang sihir dan melarang belajar maupun mengamalkannya walaupun Allah SWT membolehkan manusia untuk mempelajarinya. Sedangkan tidak ada dosa atas orang yang mempelajarinya dan juga tidak ada dosa dua malaikat itu mengajarkannya karena ilmu mereka berdasarkan ketetapan Allah SWT kepada keduanya.24
E. Kata Kunci Sihir Dalam Al-Qur`an
Di dalam Al-Qur`an kata sihir dipakai diberbagai macam bentuk diantaranya kâhin, jibt, mashûr, musahhar, saharat, sahhâr, sâhir, sihr.25 seperti yang akan dipaparkan di bawah ini.
1. Kata kâhin terdapat pada surat At-Thûr [52]: 29 dan Al-Hâqqah [69]: 42
ْۡرِ كَذَف
ْ نوُنۡ َمَْ َلََوْ نِهاَكِبَْكِ بَرِْتَمۡعِنِبْ َتن َ ْ أْٓاَمَف ٢٩
“Maka tetaplah memberi peringatan, dan kamu disebabkan nikmat Tuhanmu bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula seorang gila”(QS. At-Thûr [52]: 29)
24Al-Khalidy, Shalah A. Fattah, Ma’a Qashashish Sabiqîna fi Al-Qur`an, diterjemahkan oleh Setiawan Budi Utomo, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000) cet ke-2, h 33
25 Ali Audah, Konkordansi Qur`an, (Bandung: Mizan, 1997), cet ke-2