MERGER DAN AKUISISI BADAN USAHA
F. Ruang Lingkup Merger Dan Akuisisi
2. Akuisisi
100
b. Akuisisi Aset
Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain maka ia dapat membeli sebagian atau seluruh ativa atau asset perusahaan lain tersebut. Jika pembelian tersebut hanya sebagian dari aktiva perusahaan maka hal ini dinamakan akuisisi parsial.
Akuisisi aset secara sederhana dapat dikatakan merupakan:
1) Jual beli (aset) antara pihak yang melakukan akuisisi aset (sebagai pihak pembeli) dengan pihak yang diakui sisi asetnya (sebagai pihak penjual), jika akuisisi dilakukan dengan pembayaran dengan uang tunai. Dalam hal ini segala formalitas yang harus dipenuhi untuk suatu jual beli harus diberlakukan, termasuk jual beli atas hak atas tanah yang harus dilakukan dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
2) Perjanjian tukar menukar antara aset yang diakuisisi dengan suatu kebendaan lain milik dan pihak yang melakukan akuisisi, jika akuisisi tidak dilakukan dengan secara tunai. Dan jika kebendaan yang dipertukarkan dengan aset merupakan saham-saham, maka diakuisisi tersebut dikenal dengan nama assets of share exchange, dengan akibat hukum bahwa perseroan yang diakuisisi tersebut menjadi pemegang saham dan perseroan yang diakuisisi.
Untuk melakukan akuisisi, Morris (2000) mengemukakan adanya beberapa yang perlu diketahui terlebih dahulu:
1) Characteristics and size of industry and company 2) Size of market and expected market growth 3) Share of market by the candidate (to be acquired) 4) Barries to entry by the new coetition
5) State of the acquistion candidate’s technology and easy with which could be duplicated by the acquirer or by a competitior
102
6) Competitive adventage of the acquisition candidate’s product or service
7) Amount of the investmen required by the acquirer and the projected return rates
8) Existence of in place management, technical personnel and other key personnel
9) Ability the acquirer to acquire and retain the acquisition candidate’s business
10) Size and price range
Akuisisi dapat terjadi dalam keseluruhan ataupun secara sebagian. Akuisisi keseluruhan terjadi jika yang diambil alih seluruh saham dari perusahaan yang diambil alih tersebut, sedangkan akuisisi disebut akuisisi sebagian jika akuisisi dilakukan dengan mengambil alih lebih dari 50% kepemilikan saham tetapi kurang dari 100% Coyle (2000).
Selain itu, akuisisi dapat dilakukan dengan cara:
1) Pembayaran tunai
2) Pembayaran dengan penerbitan surat-surat berharga, dalam bentuk saham (share swap), obligasi, surat utang, dan surat berharga lainnya
3) Campuran dalam bentuk pembayaran tunai dan surat berharga
4) Opsi bagi pihak yang sahamnya diambil alih, untuk menerima pembayaran dalam bentuk tunai atau surat beharga
Akuisisi, Coyle (2000) dalam prateknya juga dapat mengambil bentuk:
1) Agresive 2) Defensive 3) Negotiatif
Akuisis dikatakan bersifat aggerssive, jika akuisisi dilakukan dengan paksa, yang pada umumnya memperoleh tentang yang sangat dari manajemen
perusahaan yang akan diambil alih, sehingga sering kali disebut juga dengan hostile take over. Sedangkan suatu akuisisi disebut dengan defensif, jika terjadi keadaan tawar menawar antara manajemen perusahaan yang siambil alih mengenai pihak mana yang setujui untuk melakukan pengambialihan. Defensive acquisition ini pada umumnya terjadi sebagai reaksi dari aggressive take over.
Asset Restructuring Defense
Merupakan strategi perusahaan untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain melalui pembelian asset yang tidak dikehendaki oleh perusahaan yang mengakuisisi atau dengan menjual ―corownjewels‖.
Crow Jewel Defense
Strategi yang digunakan oleh perusahaan untuk menghindari akuisisi dari perusahaan lain, dengan cara melalui penjualan asset yang paling diminati oleh perusahaan tersebut. Dengan cara ini minat untuk mengakuisisi tidak menarik lagi bagi perusahaan yang bersangkutan.
Contoh usaha bersama dalam aliansi strategi Sinar Harapan, 6 Agustus 2001
Aliansi Strategi
Belum lama ini Mandala Airlines dan Pelita Air Service beralinasi, demikian juga Pelita Air Service beraliansi dengan Pelangi Malaysia. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan aliansi strategi itu? Secara sederhana aliansi strategi dapat didefinisikan sebagai kerja sama antara dua atau lebih pelaku usaha yang mana masing-masing berdiri sendiri yang bertujuan untuk menyatukan kekuatan masing-masing dibidang usaha masing-masing pula.
Salah satu ciri khas dari aliansi strategi adalah, bahwa antara partner dalam rangka kerja sama itu menjamin akses kepada potensi persaingan yang relevan.
104
Jadi, dapat direalisasikan bersama-sama kelebihan- kelebihan persaingan relevan yang strategi dan dengan demikian dijamin potensi keberhasilan bidang usaha masing-masing. Kerja sama yang dimaksud dalam aliansi strategi dapat dilihat sebagai bentuk yang berorientasi fungsi secara organisatoris dari aliansi strategi tersebut.
Bentuk-bentuk dasar alinasi strategi dapat diurutkan sesuai dengan kekuatan ikatannya yang semakin meningkat, yaitu pertama perjanjian kerja sama, kedua franchise dan lisensi, ketiga perjanjian original equipment manufacturer (OEM), keempat akuisisi, kelima joint-venture dan keenam cross sharing.
Bagimana pelaksanaan aliansi sektor-sektor tersebut di tinjau dari aspek UU Antimonopoli Indonesia dan kapankah Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) dapat menindak kegiatan aliansi yang dimaksud.
Apakah aliansi yang dilakukan oleh Mandala Airlines dengan Pelita Air Service, Pelita Air Service dengan Pelangi Malaysia pelu ijin KPPU?, karena menurut seorang pejabat, maskapai penerbangan yang akan beraliansi sebaiknya berkonsultasi dulu dengan KPPU.
Aliansi strategi tidak dikelompokkan secara jelas di dalam sistimatika hukum kartel. UU Antimonopoli Indonesia juga mengenal dua cara pengawasan terhadap pengikatan antara perusahaan, yang pertama pengawasan penggabungan, peleburan perusahaan dan pengambilalihan saham perusahaan dan yang kedua pengawasan tingkah laku antara pelaku usaha yaitu misalnya persekongkolan, penetapan harga dsb.
Pelaksanaan penggabungan, peleburan perusahaan atau pengambilalihan saham perusahaan dilihat dari aspek persaingan usaha pada dasarnya tidak dilarang, asalkan tidak melanggar ketentuan pasal 27 sampai pasal 29 serta pasal 17.
Sedangkan adanya koordinasi tingkah laku antara pelaku usaha pada dasarnya dilarang. Namun UU Antimonopoli mengatur adanya pengecualian- pengecualian yang ditetapkan di dalam pasal 50.
Tetapi pengecualian tersebut terlalu memberikan kelonggaran yang berlebihan. Misalnya saja pasal 50 huruf a memberi pengecualian melakukan perbuatan dan atau perjanjian yang bertujuan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Ketentuan ini memberikan kepada peraturan perundang- undangan yang lain untuk melaksanakan perbuatan atau perjanjian asalkan berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
Hal ini bertentangan dengan maksud dan tujuan UU Antimonopoli itu sendiri. Oleh karena itu pengecualian sehubungan dengan pasal 50 huruf a harus diinterpretasikan dalam ruang lingkup penerapan UU Antimonopoli yang berorientasi kepada ekonomi pasar.
Jadi, kalau sytuktur pasar berubah dan persaingan usaha menjadi tidak sehar, maka ketentuan-ketentuan UU Antimonopoli harus diterapkan.
Beberapa ketentuan-ketentuan pasal 50 masih memerlukan perbaikan, seperti pasal 50 huruf b, yang mengecualikan secara mutlak perjanjian hak atas kekayaan intelektual secara luas dari persaingan usaha yang tidak dikenal oleh peraturan kartel internasional, yang akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaannya.
Sehubungan dengan aliansi perusahaan penerbangan tersebut di atas, kedalam pengecualian yang mana diantara ketentual pasal 50 UU Antimonopoli aliansi tersebut dapat digolongkan? Ketentuan-ketentuan pengecualian yang ditetapkan di dalam pasal 50 tersebut tidak ada yang menjangkau aliansi penerbangan seperti yag dilakukan perusahaan penerbangan tersebut bertentangan dengan ketentuan-ketentuan UU Antimonopili? Jawabannya, tidak ada satu pasalpun
106
yang mengatur larangan aliansi strategi. Kalau UU Antimonopoli Indonesia dibandingkan dengan UU Anti Pembatasan Persaingan Usaha Jerman (UU APPU) dan hukum Kartel Uni Eropa (UE), dari UU APPU Jerman dan Hukum Kartel UE dapat ditetapkan, bahwa hukum kartel Jerman dan hukum kartel UE memberikan ruang gerak yang luas terhadap aliansi strategi. Suatu larangan kerja sama secara umum tidak ada. Berdasarkan hukum kartel UE legalisasi rencana kerja sama dapat dilakukan melalui tiga cara.
Pertama, aliansi strategi tidak jauh kepada hukum kartel UE. Apabila ada keragu-raguan terhadap bebas tidaknya dari jangkauan hukum kartel UE, para pelaku usaha dapat mengambil tes negatif dari Komisi Eropa.
Atas dasar-dasar penyederhanaan seringkali dikeluarkan satu comfort letter, bahwa tidak ada keberatan terhadap aliansi tertentu.
Kedua, apakah suatu aliansi strategi mengarah kepada pembatasan persainga, tetapi dapat memenuhi kreteria-kreteria pengecualian pasal 81 ayat 3 hukum kartel UE, yaitu bahw aliansi tersebut misalnya mengarah kepada suatu kebaikan produksi barang dan pembagan barang-barang. Ketiga, adanya ketentuan- ketentuan pengecualian kelompok yang bermacam- macam, seperti kerja sama dibidang riset dan pengembangan, adanya perjanjian lisensi paten, perjanjian lisensi know-how.
Jadi, dari aspek persaingan usaha tidak dapat disetujui suatu alasan, bahwa aliansi strategi manghambat persaingan usaha yang bebas. Banyak partner aliansi strategi menjadi mampu bersaing melalui kerja sama tersebut. Persaingan bebas khususnya dari aspek internasional diintensivkan melalui aliansi strategi tersebut. Salah satu contoh aliansi strategi yang tertua adalah aliansi antara Northwest dengan KLM yang baru- baru ini diikuti oleh Alitalia.
Aliansi penerbangan yang lain adalah yang diprakarsai oleh United dan Lufthansa dan kemudian partnernya bertambah, yaitu SAS, Air Canada, Thain, Varig, Air New Zealand dan Ansett Australia. Satu aliansi yang mendunia yang diprakarsai oleh American dan British Airways yang juga mencakup Canadian, Quantas, Cathay Pacific, Finnair, Iberia, dan Lan Chile.
Baru-baru ini Delta dan Air France membentuk aliansi baru yang kemudian Aeromexico ikut bergabung.
Menurut pengamat, keempat aliansi inilah yang bersaing dalam lalu lintas penerbangan internasional.
Dengan demikian aliansi penerbangan lokal dan regional yang dimulai oleh perusahaan penerbangan Indonesia tidak ada ketentuan yang melarang, namun apabila melalui aliansi tersebut terjadi persaingan usaha tidak sehat di pasar yang bersangkutan, UU Antimonopoli dapat diterapkan, KPPU perlu mempelajari kasus per kasus secara teliti, sebelum menerapkan UU Antimonopoli tersebut.
SOAL LATIHAN
1. Jelaskan apa yang mendorong dilakukannya trust, dan apa manfaatnya?
2. Berikan penjelasan tentang proses terjadinya holding company?
3. Apa yang dimaksud dengan : a. Merger
b. Akuisisi c. Concern
4. Jelaskan tiga jenis penggabungan perusahaan?
5. Apa manfaat dilakukannya kartel, dan beri penjelasan?
108